Anda di halaman 1dari 6

Paper Mata Kuliah Bioteknologi Hutan Medan, November 2023

PEMANFAATAN KULTUR JARINGAN DALAM UPAYA


PENYEDIAAN BIBIT TANAMAN KEHUTANAN
BERKUALITAS

Dosen Penanggung Jawab


Prof. Dr. Delvian SP., MP.

Oleh:
Alex Febrianto Pratama S.
201201089
BDH 7

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
A. Pemanfaatan Kultur Jaringan Terhadap Bibit Tanaman Agar
Terbebas dari Virus
Virus tanaman dapat mempengaruhi kualitas bibit tanaman dengan
menyebabkan penyakit pada tanaman tersebut. Infeksi virus dapat merusak struktur
genetik tanaman, mengganggu pertumbuhan normal, dan mengurangi produksi
bibit yang sehat. Hal tersebut dapat menyebabkan penurunan vitalitas bibit,
penurunan daya tumbuh, dan bahkan kematian tanaman yang dapat mempengaruhi
kualitas bibit itu sendiri. Bibit yang terbebas dari virus tentu memiliki kualitas yang
lebih baik. Tanaman yang terinfeksi virus dapat mengalami berbagai masalah
pertumbuhan dan reproduksi, sehingga bibit yang dihasilkan dari tanaman tersebut
mungkin tidak sehat. Bibit yang bebas dari virus memiliki kemungkinan lebih
tinggi untuk tumbuh kuat, menghasilkan tanaman yang sehat, dan memberikan hasil
yang baik.
Kultur jaringan tanaman diusahakan untuk menanam eksplan berupa bagian
tanaman, jaringan sel, sub selular secara in vitro untuk tujuan tertentu. Teknik
Kultur jaringan adalah suatu teknik untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti
protoplasma, sel, jaringan dan organ yang ditumbuhkan dalam kondisi aseptik,
sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi
menjadi tanaman yang utuh lagi. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan ialah
perbanyakan tanaman menggunakan bagian vegetatif tanaman pada media buatan
yang dilakukan pada tempat steril. Metode kultur jaringan dapat menghasilkan bibit
dalam jumlah yang banyak tanpa memerlukan jumlah induk yang banyak dan waktu
yang relatif singkat. Metode ini selain digunakan untuk perbanyakan tanaman, juga
digunakan untuk mengeliminasi virus (Basri, 2016).
Penyediaan bibit sebagai upaya pengembangan suatu tanaman dalam suatu
proses produksi merupakan aspek yang sangat penting. Proses produksi untuk skala
besar seperti pertanian dan perkebunan, membutuhkan bibit dalam jumlah banyak.
Bibit yang dihasilkan diharapkan memiliki varietas unggul, seragam, bebas hama
dan patogen serta penyediaan yang kontinyu. Akan tetapi, bibit yang beredar di
lapangan sering terinfeksi virus. Dalam budidaya tanaman, virus serang
menginfeksi tanaman dengan beberapa cara yaitu dengan kontak antara tanaman
sakit, melalui luka mekanis, dan melalui bibit tanaman. Virus yang terbawa oleh
bibit tanaman biasanya sulit dikendalikan karena virus sudah terbawa ke dalam
DNA atau RNA tanaman (Basri, 2016).
Cara pengendalian yang dianggap mampu mengurangi bahkan
menghilangkan virus dari bibit tanaman adalah dengan teknik kultur jaringan.
Teknik-teknik kultur jaringan baik kultur kalus, meristem tip, dan meristem apikal
serta kultur jaringan yang dikombinasikan dengan beberapa pemanasan dan bahan
kimia tertentu telah di teliti yang semuanya bertujuan untuk mengeliminasi atau
mengeradikasi virus pada proses pembibitan. Salah satu cara pengendalian virus
yang paling efektif adalah dengan menggunakan kultur jaringan baik dengan teknik
kultur kalus maupun dengan meristem apikal. Perbanyakan bibit tanaman bebas
virus merupakan salah satu alternatif pengendalian yang efektif dan harus di
terapkan untuk skala besar (Basri, 2016).

B. Pemanfaatan Kultur Jaringan pada Bibit Pohon Jabon Merah


(Antocephalus Macrophyllus)

Jabon merah adalah salah satu jenis pohon bersifat pioner, memiliki
pertumbuhan cepat dengan berbagai manfaat dan keunggulan. Jenis ini merupakan
andalan untuk industri perkayuan karena kayunya mudah dikerjakan, lunak dan
ringan, memiliki kelas kuat III sampai IV dan kelas awet IV sampai V. Tanaman
jabon merah memiliki kemampuan beradaptasi yang baik pada berbagai tempat
tumbuh, bebas hama dan penyakit serius, dan perlakuan silvikultur relatif mudah.
Budidaya jabon merah dutujukan untuk hutan tanaman maupun sebagai tanaman
pionir rehabilitasi lahan (Dephut, 2005).
Pengembangan tanaman jabon memerlukan penyediaan bibit unggul karena
salah satu aspek yang sangat penting dalam keberhasilan penanaman. Upaya
penyediaan bibit yang berkualitas dapat dilakukan melalui pembiakan in vitro
(kultur jaringan). Teknik kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi
bagian dari tanaman dan menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga bagian
tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap.
Teknik ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan cara tradisonal, karena
selain menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat,
teknik ini juga tidak tergantung pada musim. Penambahan zat pengatur tumbuh
sangat menentukan keberhasilan kultur jaringan. Kinetin (6-furfurylaminopurine)
merupakan zat pengatur tumbuh golongan sitokinin yang telah banyak digunakan
dalam kultur jaringan. Konsentrasi kinetin 7 ppm merupakan konsentrasi terbaik
dalam menginduksi pertumbuhan daun dan akar pada pembiakan in vitro terhadap
bibit jabon merah dan eksplan bagian pucuk merupakan tipe eksplan terbaik yang
digunakan pada pembiakan in vitro bibit jabon merah (Putriana et al., 2019).

C. Pemanfaatan Kultur Jaringan pada Bibit Pohon Sengon


(Paraserianthes falcataria)
Sengon (Paraserianthes falcataria) merupakan tanaman fast growing, yaitu
jenis tanaman yang memiliki pertumbuhan relatif cepat, masa panen yang pendek,
produktivitas tinggi, dan memberikan dampak yang baik sebagai tanaman produksi
maupun tanaman konservasi. Sengon, seperti halnya jenis-jenis pohon cepat
tumbuh lainnya, diharapkan menjadi jenis yang semakin penting bagi industri
perkayuan dimasa mendatang, terutama ketika persediaan kayu pertukangan dari
hutan alam semakin berkurang. Salah satu usaha untuk lebih meningkatkan
produksi pohon sengon dengan kualitas yang unggul dapat dilakukan dengan cara
kultur jaringan. Teknik Kultur jaringan mempermudah penyediaan bibit sengon
yang berkualitas secara reproduksi vegetatif.
Keberhasilan perbanyakan tanaman dengan metode kultur jaringan secara
umum sangat tergantung pada sumber eksplan dan jenis media. Media tumbuh pada
kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan
eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Komposisi media yang digunakan
tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan
biasanya terdiri dari agar-agar, garam mineral, vitamin, dan zat pengatur tumbuh.
Penggunaan ZPT auksin golongan IAA dan sitokinin golongan BAP memberikan
pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan akar, tunas, daun, tinggi tanaman,
panjang akar, dan jumlah daun terhadap pertumbuhan eksplan sengon (Nurhanis et
al., 2019).

D. Pemanfaatan Kultur Jaringan pada Perbanyakan Vegetatif Pohon Jati


(Tectona grandis)

Jati (Tectona grandis) merupakan salah satu jenis unggulan sebagai sumber
bahan baku kayu pertukangan. Kualitas kayunya yang bagus dan mempunyai nilai
ekonomi tinggi, maka banyak negara telah mengembangkan jenis ini secara
komersial. Jati tumbuh asli di India, Thailand, Myanmar, Laos, dan Kamboja
dengan tinggi tempat sampai dengan 1.000-1.300 m dpl, sedangkan di Indonesia
biasa tumbuh di dataran rendah sampai berbukit dengan ketinggian 700 m dpl. Di
Indonesia jati telah dikenal sebagai jenis andalan untuk HTI di Jawa yang dikelola
oleh Perum Perhutani dan oleh masyarakat dalam bentuk hutan rakyat (smallholder
forest) baik di Jawa maupun luar Jawa yang dibudidayakan secara murni maupun
campuran dengan tanaman perkebunan atau tanaman pertanian. Sampai sekarang
produksi kayu jati dari Perhutani setiap tahun belum mencukupi kebutuhan pasar
yang disebabkan karena produktvitas hutan tanaman jati secara umum masih relatif
rendah. Oleh karena itu untuk meningkatkan produktivitas hutan tanaman jati
maupun hutan rakyat, sangat perlu dilakukan seleksi materi tanaman yang
berkualitas. Penerapan teknik perbanyakan secara vegetatif merupakan salah satu
cara untuk mendapatkan bahan tanaman yang berkualitas. Untuk memperoleh
kualitas tegakan yang baik pada hutan rakyat harus diawali dengan penggunaan
bibit unggul selanjutnya melakukan pemeliharaan tegakan dengan baik yang
meliputi pemangkasan cabang (pruning), penjarangan (thinning) dan pemupukan
tanaman.
Penerapan teknik kultur jaringan telah banyak dikembangkan oleh berbagai
kalangan baik instusi penelitian dan pengembangan milik pemerintah, perguruan
tinggi maupun swasta. Tingkat keberhasilan perbanyakan jati dengan kultur
jaringan sangat baik dengan rata-rata mencapai 70 % (Suhartati dan Nursamsi,
2007), sehingga banyak pihak yang mengembangkannya. Di pasaran telah banyak
dijual produk jati hasil kultur jaringan dengan berbagi nama dagang seperti jati
unggul, jati super, jati emas, jati genjah, jati Solomon dan lain-lain yang
menyatakan berbagai keunggulan dan keuntungan yang bisa diraih. Pada metode
perbanyakan untuk tanaman jati genjah, umumnya tidak dilakukan tahap
multiplikasi tunas dan perakaran tetapi diganti menjadi tahap induksi tunas dan
elongasi, sedangkan tahap perakaran dilakukan pada saat aklimatisasi. Metode ini
cukup sederhana dan mirip dengan cara perbanyakan dengan stek secara
konvensional. Oleh karena itu, metode perbanyakan jati dengan metode tersebut
sering disebut secara stek mikro (micro cuttings) (Adinugraha dan Madfudz, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha AH dan Madfudz. 2014. Pengembangan Teknik Perbanyakan Vegetatif


Tanaman Jati Pada Hutan Rakyat. Jurnal WASIAN, 1(1):39-44.

Basri AHH. 2016. Kajian Pemanfaatan Kultur Jaringan Dalam Perbanyakan


Tanaman Bebas Virus. Agrica Ekstensia, 10(1): 64-73.

Nurhanis SE, Wulandari RS, Suryantini R. 2019. Korelasi Konsentrasi Iaa Dan Bap
Terhadap Pertumbuhan Kultur Jaringan Sengon (Paraserianthes
falcataria). Jurnal Hutan Lestari, 7(2) : 857 – 867.

Putriana, Gusmiaty, Restu M, Musriati, Aida N. 2019. Respon Kinetin Dan Tipe
Eksplan Jabon Merah (Antocephalus macrophyllus) Secara In Vitro. Jurnal
Biologi Makassar, 4(1): 48-57.

Anda mungkin juga menyukai