Anda di halaman 1dari 9

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya setiap mahluk hidup pasti akan melakukan proses perbanyakan atau
reproduksi yang mempunyai tujuan utama untuk mempertahankan keberadaan jenisnya secara
berkelanjutan. Cara perbanyakan mahluk hidup dapat di bedakan menjadi dua yaitu perbanyakan
secara generatif dan perbanyakan secara vegetatif.

Perbanyakan secara generatif merupakan proses perkembangbiakan yang melibatkan


peleburan gamet jantan dan gamet betina. Proses peleburan dua gamet ini biasa kita sebut
pembuahan. Perbanyakan secara generatif terjadi pada tumbuhan berbiji, baik gimnospermae
(berbiji terbuka) maupun angiospermae (berbiji tertutup). Sedangkan perbanyakan secara vegetatif
merupakan cara perkembangbiakan tanpa melalui proses peleburan dua gamet, artinya satu induk
tumbuhan dapat memperbanyak diri menghasilkan keturunan yang memiliki sifat identik dengan
induknya. Perbanyakan secara vegetatif dapat terjadi secara alami atau buatan (artifisial).

Perbanyakan secara vegetatif alami merupakan cara perkembangbiakan yang dilakukan


tumbuhan tanpa melibatkan bantuan manusia. Contoh perbanyakan secara vegetatif alami antara
lain rhizoma, stolon, umbi lapis, tunas, umbi batang, spora, sedangkan perbanyakan secara vegetatif
buatan merupakan cara perkembangbiakan tumbuhan yang sengaja dilakukan oleh manusia.
Manusia sengaja memanfaatkan kemampuan maristematis tumbuhan untuk menghasilkan lebih
banyak keturunan. Cara perbanyakan ini tergolong cara yang sangat efektif karena dilakukan
dalam waktu yang relative lebih singkat dibandingkan dengan perbanyakan secara vegetatif alami.
Contoh perbanyakan secara vegetatif buatan antara lain stek, cangkok, sambung sisip, tempel
(okulasi), sambung pucuk, sambung susu, kultur jaringan.

1.2 Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan agar para mahasiswa/praktikan mengenal dan bisa langsung
mempraktikan teknik perbanyakan secara vegetatif dengan cara mencangkok, okulasi, penyusuhan
dan grafting (sambung pucuk) serta mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi perbanyakan
tersebut sehingga nantinya dapat membandingkan perbanyakan vegetatif mana yang paling baik.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perbanyakan Tanaman Buah

Pembiakan tanaman atau perbanyakan tanaman (plant propagation) adalah proses


menciptakan tanaman baru dari berbagai sumber atau bagian tanaman, seperti biji, stek, umbi, dan
bagian tanaman lainnya (Wikipedia, 2012). Tujuan utama dari pembiakan atau perbanyakan
tanaman adalah untuk mencapai pertambahan jumlah, memelihara sifat-sifat penting dari tanaman
dan juga untuk mempertahankan eksistensi jenisnya. (Askari, 2010).

Pembiakan vegetatif adalah suatu metode perbanyakan tanaman dengan menggunakan


bagian tanaman itu sendiri (bagian-bagian vegetatif yakni akar, batang dan daun) tanpa
melibatkan proses pembuahan sehingga sifat tanaman induk dapat dipertahankan dan
diturunkan ke tanaman anakan (Hartman dan Kester 1983). Salah satu teknik pembiakan
vegetatif adalah grafting, yaitu suatu seni menyambung bagian dari satu tanaman (sepotong
pucuk) ke bagian tanaman lain (rootstock) sedemikian rupa sehingga tercapai
persenyawaan dan kombinasi ini terus tumbuh membentuk tanaman baru (Mahlstede dan
Haber 1957; Hartman dan Kester 1978). Pembiakan vegetatif dengan grafting memiliki
beberapa keuntungan dibandingkan dengan pembiakan generatif. Salah satu keuntungan
dari grafting ialah banyak digunakan untuk produksi bibit yang akan ditanam di kebun benih
dan bermanfaat untuk penyelamatan kandungan genetik tanaman (Sukendro,
2007). Ada dua cara perbanyakan tanaman, yaitu perbanyakan secara seksual atau generatif
dan perbanyakan secara aseksual atau vegetatif. Perbanyakan secara seksual atau generatif adalah
proses perbanyakan dengan menggunakan salah satu bagian dari tanaman, yaitu biji. Keuntungan
dari perbanyakan generatif diantaranya adalah mudah dikerjakan, benih mudah disimpan, akar
tunggang dan kemungkinan infeksi virus kecil, sedangkan keuntungan dari perbanyakan vegetatif
diantaranya adalah lebih cepat berbuah, sifat turunan sesuai dengan induk dan dapat digabung sifat-
sifat yang diinginkan. (Pratiknyo P, 2002).

2.2 Cara Perbanyakan Vegetatif Pada Buah

Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan suatu cara-cara perbanyakan atau


perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang,
ranting, pucuk, daun, umbi dan akar, untuk menghasilkan tanaman yang baru, yang sama dengan
induknya. Perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut tanpa melalui perkawinan atau tidak
menggunakan biji dari tanaman induk. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada
dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang,
dan daun sekaligus. (Ashari, S. 1995)

Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan secara alamiah yaitu perbanyakan
tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi
secara alami tanpa bantuan campur tangan manusia. Perbanyakan tanaman secara vegetatif alamiah
dapat terjadi melalui tunas, umbi, rizoma, dan geragih (stolon). Perbanyakan tanaman secara
vegetatif juga dapat dilakukan secara buatan yaitu perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan
atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara buatan dengan bantuan campur
tangan manusia. Perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dapat dilakukan dengan cara stek,
cangkok, okulasi dan penyusuhan.

2.2.1 Cangkok

Dalam dunia pertanian mencangkok (airlayerage) merupakan salah satu istilah yang
digunakan untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif. Pembiakan vegetatif secara cangkok ini
merupakan sauatu cara perkembangbiakan tanaman yang tertua di dunia akan tetapi hasilnya sering
mengecewakan pencangkoknya karena kegagalan dalam melakukan pencangkokan. Kegagalan ini
dapat dilihat dari bagian tanaman di atasa keratan/luka yang kering atau mati. Perkembangbiakan
secara vegetatif ini biasanya dipilih karena pertimbangan tertentu misalnya untuk menginginkan
tanaman baru yang mempunyai sifat sama seperti induknya, sifat tersebut dapat berupa seperti
ketahanan terhadap hama dan penyakit, rasa buah, keindahan bunga (Wudianto, 1998).

Cangkok bertujuan untuk mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat baik yang sama
dengan induknya misalnya rasa buah dan agar tanaman lebih kuat terhadap hama penyakit.
Tumbuhan yang akan dicangkok bisa ditanam di dalam pot karena tanaman yang dicangkok tersebut
sangat mudah dirawat, pohonnya juga tidak akan terlalu tinggi seperti tanaman yang tidak dicangkok
dan pohon yang tumbuh dengan cara dicangkok tidak akan mempunyai akar tunggang (Harmann,
2004).

2.2.2 Okulasi

Okulasi adalah teknik memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan cara menggabungkan
dua tanaman secara lebih. Penggabungan ini dilakukan dengan cara mengambil mata tunas dari
pohon induk, kemudian ditempelkan ke bagian percabangan primer. Percabangan primer adalah
percabangan yang tumbuh dibawah batang. Resiko kegagalan perlakuan okulasisi mata tunas lebih
rendah dibanding dengan resiko sambung pucuk. Penempelan mata tunas daya rekatnya lebih kuat
disbanding dengan sambung pucuk sehingga pertumbuhan tunas selanjutnya cenderung lebih bagus.
(Bang Ming, 2012).

Ada jenis tanaman tertentu yang tidak bisa diokulasi karena banyak mengandung
getah.Rambutan dan kapulasan selalu gagal kalau disambung (enten) karena pengaruh asam fenolat
yang teroksidasi dapat menimbulkan pencoklatan (browning). Resin dan asam fenolat ini bersifat
racun terhadap pembentukan kalus (Machmudi, 2012).

2.2.3 Grafting (Penyambungan)

Penyambungan atau grafting adalah cara memperbanyak tanaman dengan menyatukandahan


tanaman satu ke tanaman yang lain dan tumbuh menjadi satu tanaman. Budding merupakan salah
satu bentuk grafting, dimana tanaman induk merupakan bagian kulit kecil dari kulit pohon yang
mengandung satu mata tunas. (Adriance dan Brinson, 1955).

Menurut Jumin (1994), grafting atau penyambungan dapat dibedakan menjadi empat macam,
yaitu :

1. Approach graft (penyambungan dekat) atau yang lebih dikenal dengan penyusuan adalah
menyambung dua tanaman yang masing-masing tanaman masih berhubungan dengan akarnya.
Bagian yang digabungkan antarakedua tanaman itu adalah bagian atas saja. Setelah cukup berumur
barulah salah satubatang bawah dipotong atau sama sekali dibiarkan terus sampai waktu tertentu.

2. In arching adalah penyambungan (penyusukan) yang masing-masing batang atas dan bawah
tetap berhubungan dengan akarnya. Hal ini untuk memperoleh yang daya isap haranya tinggi.

3. Detached seron graft adalah batang atas lepas dari akarnya, diperoleh dari tanaman lain untuk
disambung pada tanaman lainnya yang menjadi batang bawah.

4. Bridge grafting adalah penyambungan yang terbentuk seperti jembatan guna mengganti kulit
yang rusak.

BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Perbanyakan ini dilakukan di Karang Ploso-Malang pada hari Sabtu, 24 Oktober
2015.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah pisau/cutter, sprayer, polybag, tali plastik,
plastik transparan/plastik es lilin dan kertas tisu.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tanah, air, ZPT, batang tanaman yang
ingin diperbanyak secara vegetatif (tanaman sawo, jambu biji) dan mata tunas.

3.3 Langkah Kerja Praktikum


3.3.1 Cangkok

1. Menyiapkan dan memilih tanaman yang akan diperbanyak dengan cara mencangkok.

2. Mencari dahan tanaman dengan ukuran yang sedang dengan kulit batang yang tidak terlalu tua
(berwarna coklat/coklat muda). Usahakan memilih batang dengan panjang minimal 10 cm.

3. Mengupas kulit batang sepanjang 5cm disekeliling batang tanaman.

4. Membersihkan lendir kambium hingga bersih secara perlahan dengan menggunakan kertas
tissue.

5. Mengolesi dengan larutan ZPT pada kambium yang sebelumnya sudah dibersihkan.

6. Menutup dengan tanah/cocopeat batang yang sudah dikelupas tersebut.

7. Membungkus tanah/cocopeat tadi dengan menggunakan plastik bening (plastik es lilin) lalu ikat
kedua ujungnya hingga kuat agar tidak mudah lepas ataupun rusak.

8. Merawat dan menyiram tanaman serta mengamati perkembangannya.

Gambar 1. Cara mencangkok

3.3.2 Okulasi (Penyisipan Mata Tunas)

1. Menyiapkan dan memilih tanaman yang akan dilakukan penyisipan mata tunas.

2. Membuat irisan melintang pada tanaman pokok pada bagian kulit halus sepanjang 1 cm dan
menjaganya agar kambiumnya tetap basah/lembab.

3. Mengambil mata tunas yang cukup subur dan besar (mata tunas yang baik terletak pada bagian
tengah cabang) dengan cara membuat irisan melintang sepanjang 1,5 cm diatas dan di bawah mata,
kemudian kedua ujung irisan dihubungkan sehingga diperoleh irisan berbentuk persegi panjang.

4. Mengangkat kulit batang dengan pisau okulasi dan memegang tepi kulitnya.

5. Menempelkan mata pada bagian batang pokok yang sudah dikelupas kulitnya kemudian
mengikatnya menggunakan plastic es lilin dengan kuat.

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini, kami melakukan perbanyakan vegetatif pada tanaman sawo, jambu
kristal, sukun merah dan delima. Teknik perbanyakan vegetatif yang kami lakukan yaitu dengan cara
okulasi, cangkok dan penyusuhan. Okulasi sering juga disebut dengan menempel, oculatie (Belanda)
atau Budding (Inggris). Cara memperbanyak tanaman dengan cara seperti ini mempunyai kelebihan
jika dibandingkan setek dan cangkok. Kelebihan dari cara perbanyakan okulasi adalah mempunyai
mutu yang lebih baik daripada induknya. Dapat dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada
tanaman yang mempunyai perakaran yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit
serta dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi mempunyai
perakaran kurang baik. Tanaman yang mempunyai perakaran baik digunakan sebagai batang bawah,
sedang tanaman yang mempunyai buah lezat diambil mata tunasnya untuk ditempelkan pada
batang bawah yang dikenal dengan sebutan entres atau batang atas (Wudianto, 2002). Pada
praktikum yang sudah dilakukan, kami menggunakan tanaman sukun merah dan jambu kristal
sebagai tanaman yang diperbanyak secara vegetative dengan cara okulasi, namun hingga minggu ke
empat pengamatan, okulasi yang sudah dilakukan pada kedua tanaman tersebut masih belum
tumbuh. Hal tersebut dikarenakan untuk pertumbuhan okulasi memerlukan waktu yang cukup lama
yaitu sekitar 10 hingga 12 minggu pasca penyambungan mata tunas untuk menjadi tunas yang baru
dan sempurna. Selain lamanya waktu yang diperlukan, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan
saat melakukan okulasi agar tidak terjadinya kegagalan dalam menyambung mata tunas, yaitu harus
sterilnya alat yang akan digunakan. Pensterilan alat dapat dilakukan dengan cara menyelupkan atau
menyemprot alat dengan fungisida. Hal tersebut untuk menjaga menularnya hama serta penyakit
pada mata tunas dan batang tanaman saat kita melakukan pemotongan. Selain harus sterilnya alat,
hal yang perlu diperhatikan selanjutnya yaitu pada saat pengikatan mata tunas. Dalam melakukan
pengikatan batang dengan mata tunas tersebut, sebaiknya diikat dengan kencang, agar tidak goyang
dan terlepas saat tertiup angin.

Teknik perbanyakan selanjutnya yang kami lakukan saat praktikum yaitu penyusuan.
Penyusuan (approach grafting) merupakan cara penyambungan di mana batang bawah dan batang
atas masing-masing tanaman masih berhubungan dengan perakarannya. Keuntungannya tingkat
keberhasilan tinggi, tetapi pengerjaannya agak merepotkan, karena batang bawah harus selalu
didekatkan kepada cabang pohon induk yang kebanyakan berbatang tinggi. Kerugiannya penyusuan
hanya dapat dilakukan dalam jumlah terbatas, tidak sebanyak sambungan atau menempel dan
akibat dari penyusuan bisa merusak tajuk pohon induk. Pada praktikum yang sudah dilakukan,
kelompok kami (kelompok 3) dan kelompok 6 melakukan penyusuhan pada tanaman sawo. Pada
tabel hasil pengamatan diatas, penyusuhan yang kami lakukan dapat dikatakan berhasil karena pada
saat kami melepas ikatan yang menyatukan dua batang, batang tersebut sudah menempel dan
menjadi satu. Menurut buku referensi, penyusuhan dapat dikatakan berhasil jika tanaman yang
ditempatkan atau disusukan tersebut tidak layu.

Selanjutnya yaitu teknik mencangkok. Teknik mencangkok (marcottage atau air layerage)
banyak dilakukan untuk memperbanyak tanaman hias atau tanaman buah yang sulit diperbanyak
dengan cara lain, seperti stek, biji, atau sambung. Pada praktikum yang sudah dilakukan, ada dua
jenis tanaman yang digunakan sebagai media untuk mencangkok, yaitu tanaman jambu kristal dan
tanaman delima. Hasil dari pengamatan yang sudah dilakukan, hanya ada satu tanaman saja yang
berhasil, yaitu pada tanaman delima. Hal ini dapat dilihat dari mulai keluarnya akar pada batang
yang dilapisi tanah tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses
pencangkokan diantaranya adalah batang yang di cangkok, batang harus dalm kondisi baik atau tidak
cacat, tidak terlalu tua maupun muda, berdiameter sesusai; faktor media, kondisi media meliputi
ketersediaan unsur hara penunjang pertumbuhan akar, kelarutan zat hara, pH, tekstur, jumlah
bahan organik; faktor cahaya matahari, diperlukan tumbuhan untuk proses fotosintesis yang
hasilnya ditransmisikan ke seluruh jaringan melalui floem; fotosintesis, proses fotosintesis dapat
pula mempengaruhi perkembangan akar; cuaca (curah hujan) dan kelembaban yang sesuai; serta
teknik pencangkokan, pada batang yang dicangkok dihilangkan floemnya menyebabkan zat-zat hasil
fotosintesis tidak dapat sampai ke perakaran tetapi terkumpul pada bagian atas cangkok, cadangan
makanan tersebut digunakan tanaman untuk pertumbuhan akarnya (Saputra,1990). Tanaman yang
mudah berhasil diperbanyak dengan cara dicangkok umumnya memiliki kambium atau zat hijau
daun, seperti mangga (Mangifera indica), sukun (Artocarpus communis), jeruk nipis (Citrus
aurantifolia), alpukat (Persea americana), dan lain-lain.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Perbanyakan tanaman dengan cara vegetatif lebih cepat dan lebih efektif dari pada
perbanyakan tanaman secara generatif yang membutuhkan waktu yang relative lama.

2. Keberhasilan perbanyakan dipengaruhi oleh faktor media, kondisi tanaman, teknik serta
perlakuan pada saat perbanyakan.

3. Perbanyakan vegetative memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

4. Pada teknik perbanyakan dengan cara okulasi, memerlukan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan teknik penyusuhan dan cangkok.

5.2 Saran

Pada kegiatan praktikum perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara mencangkok,
okulasi dan penyusuhan ini kurang berjalan dengan baik. Kurangnya tanaman yang tersedia untuk
dilakukan perbanyakan hingga kurang terdengarnya arahan atau instruksi dari insruktur menjadikan
para praktikan agak sedikit kebingungan saat melakukan praktikum tersebut. Sebaiknya sebelum
praktikum dilakukan, harus dipersiapkan dan dipastikan lagi dengan baik untuk bahan tanam serta
instruktur yang memadai.

DAFTAR PUSTAKA

Adriance, G. W. and Brison, F. R. 1955. Propagation of Horticultural Plants. McHill BookCompany.


New York.

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Bang ming, 2012. Okulasi Pada Tanaman. http://www.blogspot.com. diakses tanggal 18 November
2015

Harmann, H.T. and D.E Kester. 2004. Plant propagation principles and practices. Prentice-Hall,Inc.
Englewood Cliffs, New Jersey.

Jumin, Hasan. Basri, 1994, Dasar-Dasar Agronomi, PT. Raja Garfindo, Jakarta.

Machmudi, 2012. Petunjuk Praktikum Hortikultura Buah. Malang. UMM


Saputra, D.D.1990.Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: gramedia.

Wudianto, R.2002. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Wudianto, Rini. 1998. Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Jakarta: Penebar Swadaya.

IV. Cara Kerja

Menempel (Okulasi)

1. Tentukan jenis tanaman yang akan ditempel

2. Tentukan pula jenis tanaman yang masih muda dengan diametr batang kurang lebih
1cm dan berasal dari biji serta empunyai sifat batang dan perakaran yang kuat untuk
dijadikan batang bawah

3. Buat torehan persegi panjang dengan ukuran 1,5x 2cm pada batang bawah

4. Ambil kulit yang berisi mata tunas dari ranting tanaman yang aan ditempel dengan
ukuran yang sama dengan torehan pada batang bawah

5. Tempelkan kulit bertunas pada batang bawah dan ikat dengan tali raffia dan tutuplah
celah-celah yang ada dengan vaselin

6. Setelah tunas baru tumbuh bukalah tali pengikatnya dan potonglah bagian atas dari
tanaman bawah

Menyambung

1. Carilah tanaman bawah, kira-kira sebesar jari kelingking

2. Potonglah batang tersebut secara miring dengan jarak lebih kurang 5cm dari
permukaan tanah dan beri sedikit sayatan pada potongan tersebut

3. Ambilah ranting yang sejenis yang mempunyai sifat-sifat yang kita inginkan dan
ukurannya kira-kira sama dengan ukuran batang bawah dan dipotong dengan
kemiringan yang sama dengan kemiringan potongan batang bawah dan diberi sedikit
sayatan pada potongan batang bawah tersebut

4. Sambungkan ranting tersbeut dengan batang bawah, lalu ikatlah dengan


menggunakan selotip transparan atau tali rapia

5. Buang ranting pada tanaman dan jagalah tanaman tersebut agar tidak terkena sinar
matahari terlalu banyak.

Mencangkok

1. Tentukan jenis tanaman yang akan dicangkok


2. Pilihlah cabang yang akan dicangkok dengan diameter 2,5cm dan tidak
berpenyakit

3. Kuliti cabang tanaman tersebut sepanjang 10 cm dan berjarak 10-15 cm dari


pangkal cabang

4. Buanglah kambiumnya dengan cara mengeroknya sampai bersih

5. Biarkan mongering sampai 6-12 jam

6. Tutuplah bagian yang terbuka tersebut dengan tanah yang gembur dicampur kompos
secukupnya

7. Bungkuslah dengan sabut kelapa atau plastic dan ikatlah kedua ujungnya

Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan
sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai
alternarif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan
keterampilan khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Cara
perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman
yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stres lingkungan dan adanya sifat plagiotrop
tanaman yang masih bertahan (Dwidjoseputro, 1990).

Bagian tanaman yang digunakan untuk stek adalah bagian akar tanaman induk. Tanaman yang
bisa diperbanyak dengan stek akar adalah tanaman sukun (Artocarpus communis Forst.), cemara
(Casuarina equisetifolia), jambu buji (Psidium guajava L.), jeruk keprok (Citrus nobilis Lour.), dan
kesemek (Diospyros kaki Thumb.). Tanaman-tanaman tersebut dapat diperbanyak dengan stek akar
karena akarnya diperkaya dengan kuntum adventif yang setiap saat dapat tumbuh. Contohnya,
sebagian akar berada di atas permukaan tanah (Sumiasrih, 2005).

Penyiapan bibit stek tanaman meliputi langkah-langkah pemilihan pohon induk dan
pengambilan akar tanaman. Secara terperinci kegitan-kegiatan tersebut adalah
sebagai berikut. Untuk memperoleh yang baik dan produktif, diperlukan bibit tanaman
yang baik pula. Bibit tanaman yang baik hanya dihasilkan tanaman induk yang
baik. dapun syarat-syarat tanaman yang dapat digunakan sebagai pohon induk adalah
sebagai berikut:

a. Umur tanaman sudah mencapai 6-10 tahun

b. Tanaman tumbuh sehat tahan terhadap serangan hama dan penyakit

c. Tanaman berbuah lebat setiap tahun dan memiliki mutu buah yang baik

d. Berasal dari varietas yang dibutuhkan


e. Tanaman ditanam pada tanah yang gembur

f. Tanaman memiliki perakaran yang sehat dan banyak, serta dipilih akar permukaan

g. Pohon sedang tidak dalam keadaan berbunga atau berbuah (Aliadi, 1990).

Hampir semua bagian tanaman dapat dipakai sebagai stek, tetapi yang sering dipakai adalah
batang muda yang subur. Mudahnya stek berakar tergantung kepada spesiesnya. Ada yang mudah
sekali berakar cukup dengan medium air saja. Tetapi banyak pula yang sukar berakar, bahkan tidak
berakar walaupun dengan perlakuan khusus. Kesuburan dan banyaknya akar yang dihasilkan sangat
dipengaruhi oleh asal bahan steknya yaitu bagian tanaman yang dipergunakan, keadaan tanaman
yang diambil steknya, dan keadaan luar waktu pengambilan (Hasanah, 2007).

Terbentuknya akar pada stek merupakan indikasi keberhasilan dari stek. Adapun
hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek adalah faktor lingkungan dan
faktor dari dalam tanaman (Huik, 2004).

Suatu percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan Zat


Pengatur Tumbuh (Rootone-F) dan media terhadap cangkokan.
Realitanya bahwa cangkokan dengan perlakuan media tanah dengan
pemberian Rootone-F menyebabkan akar lebih cepat keluar dan jumlahnya lebih
banyak, kondisi yang sama juga dapat dilihat pada media tanah + kompos dengan
Rootone-F. Kondisi sebaliknya terjadi pada kedua media tanpa Rootone-F akar
akan lebih lambat keluar dan jumlahnya sedikit. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
Rootone-F merupakan salah satu zat pengatur tumbuh untuk induksi perakaran. (Abidin Z, 1983)

Anda mungkin juga menyukai