PENDAHULUAN
Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah akar dan panjang akar terbanyak
terdapat pada bagian tengah tanaman yaitu perbandingan banyak media 1 : 3 : 1. Media –
media yang digunakan untuk perkembangbiakan stek ni antara lain pasir, kompos, dan arang
sekam. Dalam percobaan, media yang paling baik digunakan adalah media yang mengandung
campuran kompos lebih banyak yaitu perbandingan 1 : 3 : 1 (1 pasir : 3 kompos : 1 arang
sekam). Hal itu disebabkan karena karena pada bagian tengah memiliki C/n yang ideal
sehingga memberikan respon yang terbaik. C/n merupakan rasio yang tinggi menunjukkan
kandungan karbohidrat yang diperlukan pada awal pertumbuhan akar serta media kompos
mengandung banyak bahan organik yang berasal dari daun – daun yang membusuk sehingga
sangat baik untuk pertumbuhan bahan stek. Sedangkan pada media yang mengandung pasir
atau arang sekam lebih banyak dibandingkan kompos hanya menghasilkan jumlah akar dan
panjang akar lebih sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Http://www.worldagroforestrycentre.org/sea.
CANGKOK
BAB 1 PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mempelajari cara mencangkok, dan untuk mengetahui pertumbuhan
akar cangkok.
2. Untuk mengetahui pengaruh media cangkokan terhadap pembentukan sistem perakaran
1.3 Manfaat
1. Dapat mengetahui dan mempelajari cara mencangkok, dan untuk mengetahui pertumbuhan
akar cangkok.
2. Dapat mengetahui pengaruh media cangkokan terhadap pembentukan sistem perakaran
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan hasil yang di dapat dari gambar grafik 4. 1 terlihat adanya perbedaan
antara perlakuan menggunakn media kompos, pupuk kandang dan tanah biasa. Pada
perlakuan yang mengunakan tanah memilki jumlah akar paling banyak, sedangkan pada
media kompos memiliki jumlah akar yang paling sedikit dan media kandang sendiri memiliki
jumlah yang mendominasi di antra keduanya. Sementara pada perbandingan panjang akar
jumlah yang terpanjang pada penggunaaan media pupuk kandang, hal tersebut di mungkinkan
karena pada pupuk kandang memilki bahan organik yang lebih banyak dan adanya
kandungan unsur tertentu yang mempercepat pertumbuhan akar cangkokan, seperti yang
tergambar pada grafik 4. 2.
Pada gambar grafik 4. 3 perlakuan pembungkus dengan menggunakan plastik
diperoleh data perbandingan antara media yang menggunakan kompos, pupuk kandang dan
tanah yang memilki jumlah akar paling banyak adalah pada media yang menggunakan pupuk
kandang. Sedangkan pada data dalam perbandingan panjang akar media pupuk kandang juga
memilkirata-rata akar terpanjang daripada media yang lain. Salah satu faktor yang
mempengaruhi rendahnya rata-rata pada perlakuan dari media kompos disebabkan kurangnya
data karena kesalahan dari praktikan, kurangnya pemeliharaan terhadap cangkokan.
Berdasarkan dari keseluruhan data yang diperoleh pada grafik antara pembungkus
serabut kelapa dan plastik menunjukkan bahwa pembungkus seabut memilki pengaruh lebih
baik daripada plastik dalam pertumbuhan dan hasil cangkokan.
Pada percobaan pencangkokan yang dilakukan dengan menggunakan tanaman sri
rejeki pembentukan akarnya dapat dipermudah dengan perlakuan seperti pelukaan,
pengikatan, etiolasi, dan penyelarahan dari batang (disorientation), yang mempengaruhi
gerakan dan penumpukan auksin serta karbohidrat pada bagian batang tersebut. Pada
prcobaan tersebut diberi perlakuan Rooton F dengan maksud agar bahan cangkokan cepat
berakar juga mempercepat dan memperbanyak keluarnya akar. Hal tersebut dapat di buktikan
misalnya dalam praktikum yang telah dilakukan disitu terlihat adanya perbedaan antara
cangkokan denhan menggunakan Rooton F dengan yang tidak. Pada cangkokan yang
mengunakan Rooton f memilki jumlkah akar lebih banyak daripada yang tidak menggunakan
Rooton F. Dari situ jelas sekali peranan Rooton F terhadap pertumbuhan akar cangkokan.
Seperti yang dikatakan bahwa “Pemberian Rootone-F menyebabkan akar lebih cepat keluar
dan jumlahnya lebih banyak, kondisi yang sama juga dapat dilihat pada media tanah +
kompos dengan Rootone-F. Kondisi sebaliknya terjadi pada kedua media tanpa Rootone-F
akar akan lebih lambat keluar dan jumlahnya sedikit. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
Rootone-F merupakan salah satu zat pengatur tumbuh untuk induksi perakaran. (Abidin,
1990) .
5. 1 Kesimpulan
Dari kegiatan praktikum yang dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan
antaralain :
1. Perlakuan dengan pemberian Rooton F sangat berpengaruh terhadap daya pertumbuhan akar
cangkokan. Cangkokan dengan diberi Rooton F memilki jumlah akar yang lebih banyak
daripada tanpa pemberian rooton f.
2. Sebaiknya diperhatikan dalam pemilihan batang yang akan digunakan dalam pencangkokan.
3. Adanya pebedaan hasil antara perlakuan dengan menggunakan serabut dan plastik, ternyata
lebih banyak pada perlakuan dengan menggunakan serabut kelapa. Dengan demikian berarti
pembungkus berpengaruh terhadap pertumbuhan akar cangkokan.
5. 2 Saran
Sebaiknya selalu diperhatikan kekompakan setiap anggota kelompok dan ketelitian
dalam percobaan agar mendapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Sutarto, ismiyati. 1994. Tekhnik Perbanyakan Vegatatif pada Tanaman Hias Semak,
Latar Belakang
Tanaman merupakan salah satu organisme yang mampu melakukan perkembangbiakan
guna mempertahan jenisnya serta memperbanyak diri. Ada dua cara perkembangbiakan
tanaman yaitu perkembangbiakan secara generatif dan secara vegetatif. Perkembangbiakan
secara generatif, pada umumnya menggunakan biji untuk perbanyakannya sehingga
didapatkan hasil yang kurang memuaskan dan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.
Sedangkan perkembangbiakan secara vegetatif adalah perkembangbiakan dengan
menggunakan organ vegetatif misalnya akar, batang, daun, pucuk dan umbi.
Dasar dari pembiakan vegetatif adalah pembiakan secara tidak kawin (asex) dimana ada
kesanggupan tanaman untuk membentuk kembali (regenerasi) jaringan dan bagian lainnya.
Ada beberapa alasan yang utama adalah bahwa ada banyak tanaman yang mempunyai sifat
yang tidak sama dengan induknya apabila dibiakkan dengan menggunakan biji dari tanaman
yang dimaksudkan. Pembiakan vegetatif dapat terjadi secara alamiah maupun dengan cara
sengaja dibuat oleh manusia. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membiakkan tanaman
secara vegetatif. Pemilihan cara ini dapat terjadi tergantung kepada jenis tanaman dan tujuan
dari pembiakan.
Untuk memperoleh tanaman yang sama sifatnya dengan induknya, maka pembiakan
vegetatif mempunyai peranan penting terutama bagi tanaman yang sukar dibiakkan dengan
biji. Oleh karena itu maka dalam rangka usaha memperoleh tanaman yang mempunyai sifat
yang sama dengan induknya dalam waktu yang relatif singkat maka m pembiakan vegetatif
perlu diperhatikan salah satunya adalah dengan cara perbanyakan tanaman dengan “okulasi”.
Okulasi atau budding adalah teknik memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan cara
menggabungkan dua tanaman atau lebih. Dalam praktikum ini sangat penting dilakukan oleh
setiap mahasiswa Fakultas Pertanian UNIKA ST. Thomas SU, untuk menghasilkan Sarjana
ynag memiliki keahlian dalam membiakkan tanamnan secara Vegetatif.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan percobaan praktikum pembiakan vegetatif tentang
okulasi Tanaman Kakao ini adalah untuk “Mempelajari cara melakukan berbagai
perbanyakan vegetatif dengan okulasi pada berbagai tanaman”.
BAB II TEORI
Pada budidaya kakao, bibit kakao yang yang terbaik adalah yang berasal dari klon
unggul dan diperbanyak dengan cara vegetatif sehingga secara genetik sifat-sifat unggul yang
diinginkan tetap dapat dipertahankan. Teknik perbanyakan tanaman dengan cara vegetatif
yang lazim digunakan pada komoditas kakao adalah dengan cara okulasi, meskipun terdapat
beberapa teknik perbanyakan vegetatif lainnya seperti sambung dan kultur jaringan. Seperti
halnya okulasi pada tanaman perkebunan lainnya (karet, kopi, dll.), okulasi pada tanaman
kakao bertujuan menempelkan mata entres dari klon unggul tertentu yang diinginkan sifat-
sifatnya kepada batang bawah. Untuk melakukan okulasi kakao (coklat), yang pertama perlu
diperhatikan adalah sumber mata entres (kayu olulasi) harus berasal dari klon/varietas yang
unggul. Selanjutnya sumber entres harus berkualitas baik yaitu berwarna coklat (tidak terlalu
tua dan tidak terlalu muda) serta mata entres yang akan diambil dalam keadaan baik (nampak
jelas). Kayu okulasi dapat berasal dari 2 (dua) jenis cabang yaitu ortotrop dan plagiotrop.
Tanaman yang dihasilkan dari okulasi tunas ortotrop pada umumnya habitus baik, tanaman
berjorget, tanaman tinggi besar dan percabangan teratur serta lebih lambat berbunga/berbuah.
Sedangkan tanaman yang dihasilkan dari okulasi tunas plagiotrop pada umumnya habitus
pendek, percabangan mulai dari permukaan tanah dan tanaman cepat berbuah (Anonimus,
2015).
Dari praktikum pembiakan vegetatif tentang okulasi yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
Keberhasilan dari suatu perbanyakan vegetatif tentang okulasi sangat ditentukan dari tanaman
yang digunakan harus dari famili yang sama (antara batang bawah dan entres)
Syarat yang harus dipenuhi oleh tanaman batang bawah yaitu bahwa tanaman batang bawah
harus dalam keadaan tidak sedang flus atau daun termudanya masih berwarna merah (dalam
hal ini adalah kakao)
Batang bawah yang digunakan dalam okulasi harus memiliki perakaran yang kuat (tunggang)
sehingga diutamakan dari hasil pembiakan secara generatif
Tanaman batang atas (entres) yang akan digunakan harus memang berasal dari tanaman atau
cabang yang unggul (produksi tinggi) karena akan digunakan sebagai tanaman utama
(individu baru)
Banyak hal yang mengakibatkan ketidakberhasilan dari suatu percobaan okulasi yang
diantaranya dalam hal penempelan entres pada batang bawah dan juga dalam hal
pemeliharaan media tanam
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
Pembahasan
Sama halnya dengan perbanyakan vegetatif tentang okulasi, perbanyakan vegetatif
dengan sambung juga memiliki cara dan sifat yang mirip, hanya saja dalam hal ini tanaman
batang bawah yang digunakan harus dipotong bagian atasnya. Bukan hanya pada bagian
batang bawah, pada bagian batang atas juga yang digunakan dalam percobaan ini memang
benar-benar potongan dari tanaman batang atas yang akan digunakan (berbeda dengan
okulasi yang hanya menggunakan entres/mata tunas).
Dalam percobaan ini, secara umum memang lebih sulit jika dibandingkan dengan
perbanyakan vegetatif dengan menggunakan cara okulasi. Dikatakan demikian karena dalam
hal ini masih banyak hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya. Salah satu yang
sangat penting dalam hal ini adalah dapat dilihat dari segi pembuatan lubang pada batang
bawah. Lubang yang harus disediakan pada batang bawah haruslah sesuai ukurannya dengan
potongan yang kita buat pada batang atas. Selain itu, dalam percobaan ini juga harus
memperhatikan ukuran dari kedua tanaman yang akan disambungkan. Ukuran (diameter)
batang atas dengan ukuran (diameter) batang atas sebaiknya haruslah sama besar (paling
tidak seimbang). Memang adakalanya hal ini sulit untuk ditemukan, tetapi dalam hal ini
tanaman batang bawah tidak boleh lebih kecil dari tanaman batang atas yang akan
disambungkan.
Pada percobaan yang telah dilakukan (dengan menggunakan bibit durian) hasil yang
ditunjukkan masih kurang baik. Dari dua kali percobaan yang telah dilakukan perbanyakan
vegetatif dengan menggunakan teknik sambung ini secara garis besar kedua-duanya tidak
berhasil (gagal). Pada percobaan pertama yang saya lakukan memang menunjukkan ciri-ciri
kehidupan pada hasil sambung yang saya lakukan (terlihat dari batang atasnya masih dalam
keadaan segar dan berwarna hijau), namun saat membuka pelastik dan ikatannya tanaman
batang atasnya ikut terlepas. Hal ini mungkin memang kesalahan yang saya lakukan disaat
membuka ikatannya kurang berhati-hati sehingga tanaman batang atasnya juga ikut lepas
(karena memang masih dalam keadaan kurang kuat menyambungnya).
Pada percobaan yang kedua yang saya lakukan malah menunjukkan hasil yang lebih
buruk dari percobaan yang pertama. Pada percobaan yang kedua hasil percobaan yang saya
lakukan tidak sedikitpun menunjukkan ciri-ciri kehidupan dari batang atasnya (hal ini dapat
dilihat pada batang atasnya yang berwarna hitam). Kesalahan yang mungkin terjadi dalam hal
ini kemungkinan sangat banyak sekali. Namun jika dibandingkan dengan percobaan pertama
yang saya lakukan, maka kesalahan yang mungkin terjadi pada percobaan yang kedua ini ada
pada penjagaan/pemeliharaan media tanam. Kegagalan ini besar kemungkinannya
diakibatkan karena tanaman batang bawah kekurangan absorbsi air, sehingga tanaman kurang
begitu terhubung/tersambung denga batang atas. Selain kesalahan tersebut diatas, hal yang
mungkin menyebabkan terjadinya kegagalan pada percobaan yang kedua ini ada pada saat
pelaksanaan percobaann bisa dalam saat pembuatan lubang untuk menyambungkan kedua
tanaman. Namun yang paling besar kemungkinan terjadi kesalahan dalam hal ini adalah
ketika saat menyambungkan kedua bagian tanaman terlalu sering kali dilepas sehingga
menyebabkan kedua bagian tanaman yang akan disambungkan terkontaminasi oleh
lingkungan luar yang ada disekitarnya.
BAB V KESIMPULAN
Dari praktikum pembiakan vegetatif mengenai sambung ini maka dapat disimpulkan
bahwa:
Pembiakan vegetatif dengan cara sambung tidak jauh berbeda dengan pembiakan vegetatif
dengan cara okulasi yang sama-sama menggunakan batang bawah dan batang atas
Sama halnya dengan okulasi, pada pembiakan vegetatif secara sambung juga menganjurkan
tanaman batang bawah berasal dari pembiakan secara generatif agar perakarannya kuat
Tidak hanya batang bawah, batang atas yang digunakan dalam pembiakan vegetatif dengan
teknik sambung ini haruslah berasal dari tanaman yang memang benar-benar unggul (tiggi
produksi) karena akan digunakan untuk yang selanjutnya
Dalam pembiakan vegetatif dengan cara sambung harus memperhatikan ukuran (diameter)
dari kedua bagian yang akan disambungkan (kurang lebihnya sama besar)
Lubang yang disediakan/dibuat pada batang bawah haruslah sesuai besarnya denagan
potongan yang dibuat pada tanaman batang atas
Pada teknik sambung ini, kedua bagian tanaman yang akan disambungkan sangatlah sensitif
terhadap pengaruh lingungan disekitarnya (mudah tercemar)
DAFTAR PUSTAKA
Pembiakan Vegetatif dengan Cara Cangkok dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 5
Juni 2015 pukul 14.00 WIB – 15.30 WIB, bertempat di laboratorium Ilmu tanah Fakultas
Pertanian Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara, Medan.
3.2.1 Bahan
2. Serabut kelapa
3. Pupuk kompos
4. Pupuk kandang
5. Air
3.2.2 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum pembiakan vegetatif tentang cangkok
ini yaitu:
2. Timba
3. Tali rafia
4. Plastik
2. Batang atau cabang dipilih tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda
3. Kulit disayat atau dihilangkan dari kambium pada batang atau cabang tersebut sepanjang ± 3-
5 cm
4. Bagian yang luka diberi media secukupnya dengan pupuk kandang dan kompos, kemudian
serabut kelapa ditutup dengan plastik