Anda di halaman 1dari 29

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Dalam bidang pertanian, kita bukan hanya dituntut untuk menjadi petani saja, kita
dituntut mampu membawa pertanian masa ini lebih maju lagi dan dapat mengejar
ketertinggalan kita dari Negara lain yang pertaniannya begitu maju. Yang diharapkan
nantinya kita bisa memanfaatkan tanaman yang ada di sekitar kita agar bisa lebih bermanfaat
buat kita yang terkadang juga dapat bernilai ekonomis, menjaga kelestariannya dengan
menggunakan teknologi dan cara-cara pengembangbiakan yang relatif cepat.
Ada 3 macam metode perkembangbiakan, yaitu secara generatif, vegetatif dan
generatif-vegetatif. Perkembangbiakan generatif adalah perkembangbiakan yang berasal dari
biji, dimana biji tersebut berasal dari proses penyerbukan. Perkembangbiakan vegetatif
adalah perkembangbiakan yang menggunakan bagian tanaman baik daun, tunas (selain
daripada biji). Perkembangbiakan generatif-vegetatif adalah perkembangbiakan dengan
menggunakan biji terlebih dahulu, kemudian setelah biji tumbuh disambung dengan tanaman
yang memiliki sifat unggul.
Untuk memperoleh bibit yang unggul sebaiknya perbanyakan dilakukan dengan cara
pembiakan vegetatif. Hal ini disebabkan pada pembiakan vegetatif akan diperoleh hasil yang
yang mewarisi seluruhsifat iduk tanaman, sehingga kinerja genotipe unggul yang terdapat
pada pohon induk akan diulangi secara konsisten pada keturunan.
Bermacam-macam cara pembiakan tanaman secara vegetatif diantaranya adalah
memperbanyak tanaman dengan cara menyetek. Perbanyakan tanaman ini juga diperoleh
tanaman baru yang mempunyai sifat seperti induknya. Antara lain ketahanan terhadap
serangan penyakit, rasa buah, warna dan keindahan bunga dan sebagainnya.
Menyetek merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang
memperlakukan beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun dan tunas dengan
maksud agar organ-organ tersebut membentuk akar yang selanjutnya menjadi tanaman baru
yang sempurna. Menyetek bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang sempurna dengan
akar, batang dan daun dalam waktu relative singkat serta memiliki sifat yang serupa dengan
induknya, serta dipergunakan untuk mengekalkan klon tanaman unggul dan juga untuk
memudahkan serta mempercepat perbanyakan tanaman. Setiap jenis tanaman mempunyai
kemampuan yang berbeda-beda dalam pembentukan akar meskipun setek dalam kondisi yang
sama.
1.2  Tujuan dan Manfaat

1. Mengetahui dan mempelajari cara-cara penyetekan.


2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam penyetekan.
3. Mengetahui pengaruh komposisi media tanam terhadap keberhasilan pembentukan
system perakaran pada stek batang.
BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA

1.    Keuntungan bibit dari setek adalah:


      Tanaman buah-buahan tersebut akan mempunyai sifat yang persis sama dengan induknya,
terutama dalam hal bentuk buah, ukuran, warna dan rasanya. Tanaman asal setek ini bisa
ditanam pada tempat yang permukaan air tanahnya dangkal, karena tanaman asal setek tidak
mempunyai akar tunggang.
      Perbanyakan tanaman buah dengan setek merupakan cara perbanyakan yang praktis dan
mudah dilakukan.
      Setek dapat dikerjakan dengan cepat, murah, mudah dan tidak memerlukan teknik
      khusus seperti pada cara cangkok dan okulasi.
2.    Kerugian bibit dari setek adalah:
      Perakaran dangkal dan tidak ada akar tunggang, saat terjadi angin kencang tanaman menjadi
mudah roboh.
      Apabila musim kemarau panjang, tanaman menjadi tidak tahan kekeringan (Frasiskus, 2006).
Penyetekan adalah suatu perlakuan atau pemotongan beberapa bagian dari tanaman
seperti akar, batang, daun, dan tunas dengan maksud agar organ-organ tersebut membentuk
akar yang selanjutnya menjadi tanaman baru yang sempurna dalam waktu yang relative cepat
dan sifat-sifatnya serupa dengan induknya. Pembiakan dengan cara stek ini pada umumnya
dipergunakan mengekalkan klon tanaman unggul dan juga untuk memudahkan serta
mempercepat perbanyakan tanaman (Anonim, 1985).
Hal semacam ini biasanya banyak dilakukan oleh orang perkebunan buah-buahan dan
tanaman hias. Alasannya, karena bahan untuk membuat setek ini hanya sedikit, tetapi dapat
diperoleh jumlah bibit tanaman dalam jumlah banyak. Tanaman yang dihasilkan dari setek
biasanya mempunyai dalam ukur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat-sifat
lainnya. Selain itu juga diperoleh tanaman yang sempurna yaitu tanaman yang telah
mampunyai akar, batang , dan daun dalam waktu yang relatif singkat. Setek sangat
sederhana, tidak memerlukan teknik yang rumit, sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja
(Erry, 2006).
Ada beberapa perlakuan untuk mempercepat pertumbuhan akar pada setek antara
lain :
1. Pengeratan (girdling) pada batang
Penimbunan karbohidrat pada cabang pohon induk yang akan dijadikan setek dapat
dilakukan dengan cara pengeratan kulit kayu sekeliling cabang dibuang secara melingkar.
Lebar lingkaran sekitar 2 cm. Jarak dari ujung cabang ke batas keratan kirakira 40 cm.
Biarkan cabang yang sudah dikerat selama 2-4 minggu. Pada dasar keratan akan tampak
benjolan atau kalus. Pada benjolan inilah terjadi penumpukan karbohidrat yang berfungsi
sebagai sumber tenaga pada saat pembentukan akar dan hormon auksin yang dibuat di daun.
Setelah terlihat benjolan barulah cabang bisa dipotong dari induknya. Bagian pangkal cabang
sepanjang 20 cm bisa dijadikan sebagai setek.
2. Penggunaan hormon tumbuh
Hormon auksin bertindak sebagai pendorong awal proses inisiasi atau terjadinya akar.
Sesungguhnya tanaman sendiri menghasilkan hormon, yaitu auksin endogen.Akan tetapi
banyaknya auksin yang dihasilkan belum cukup memadai untuk mendorong pembentukan
akar.Tambahan auksin dari luar diperlukan untuk memacu perakaran setek.
3. Persemaian setek
Setek yang sudah diberi perlakuan hormon penumbuh akar siap untuk disemaikan.
Untuk itu kita perlu menyediakan tempat yang kondisinya sesuai. Usaha untuk
menumbuhkan setek perlu dilakukan pada lingkungan yang mempunyai cahaya baur atau
terpencar (diffuse light). Kelembaban udara sebaiknya tinggi, sekitar 70-90%, Suhu
mendekati suhu kamar, 25-27oC. Selain itu dalam pembentukan akar setek diperlukan juga
oksigen yang cukup. Oleh karena itu media yang digunakan harus cukup gembur, sehingga
aerasinya baik (www.agroforestry.com).

Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah akar dan panjang akar terbanyak
terdapat pada bagian tengah tanaman yaitu perbandingan banyak media 1 : 3 : 1. Media –
media yang digunakan untuk perkembangbiakan stek ni antara lain pasir, kompos, dan arang
sekam. Dalam percobaan, media yang paling baik digunakan adalah media yang mengandung
campuran kompos lebih banyak yaitu perbandingan 1 : 3 : 1 (1 pasir : 3 kompos : 1 arang
sekam). Hal itu disebabkan karena karena pada bagian tengah memiliki C/n yang ideal
sehingga memberikan respon yang terbaik. C/n merupakan rasio yang tinggi menunjukkan
kandungan karbohidrat yang diperlukan pada awal pertumbuhan akar serta media kompos
mengandung banyak bahan organik yang berasal dari daun – daun yang membusuk sehingga
sangat baik untuk pertumbuhan bahan stek. Sedangkan pada media yang mengandung pasir
atau arang sekam lebih banyak dibandingkan kompos hanya menghasilkan jumlah akar dan
panjang akar lebih sedikit.

DAFTAR PUSTAKA

Http://www.worldagroforestrycentre.org/sea.
CANGKOK

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


            Dalam kehidupan sehari-hari tanaman melakukan beberapa aktivitas yang berguna
dalam rangka mempertahankan hidup, seperti bernapas, berfotosintesis, respirasi, dan
berkembang biak. Awal perkembangbiakan umumnya ditandai dengan perkecambahan. Dan
tentunya di dalamnya terdapat struktur yang cukup rumit. Perkembangbiakan pada setiap
tanaman tidaklah sama. Ada beberapa spesies tanaman yang berkembangbiak dengan cara
generatif dan ada juga yang berkembangbiak dengan cara vegetatif.
            Berbagai jenis tanaman sama sama berkembang biak , tapi tanaman berkembang biak
dengan cara yang berbeda beda. Perbanyakan tanaman juga memiliki beberapa jenis cara,
diantaranya adalah perbanyakan segara genetatif maupun vegetatif.
            Mencangkok adalah suatu cara mengembangbiakkan tumbuhan dengan jalan
menguliti batang yang ada lalu bungkus dengan tanah agar akarnya tumbuh. Jika akar sudah
muncul akar yang kokoh, maka batang tersebut sudah bisa dipotong dan ditanam di tempat
lain, mencangkok juga dapat diartikan suatu perbanyakan vegetatif secara buatan tanpa
baikan dengan menggunakan bagian dari tanaman.
            Perkembangbiakan baik secara vegetatif sebagian besar berasal dari salah satu bagian
tanaman, misalnyaberasal dari batang, akar, daun, dan lain-lain, atau bisa juga disebut bibit.
Sedangkan perkembangbiakan secara generatif umumnya berasal dari biji. Pada
kenyataannya kita dapat membedakan antara bibit dan benih yang keduanya digunakan dalam
proses pembiakan tanaman.
            Kegiatan perbanyakan tanaman dengan mencangkok merupakan kegiatan yang biasa
dilakukan di nursery tanaman buah. Tanaman induk yang akan dicangkok
dipilih karena karakternya yang diinginkan. Tanaman induk diusahakan setelah dicangkok
tidak mati sehingga dapat berkembang kembali dan menjadi tanaman induk untuk dicangkok
di kemudian hari lainnya.
            Kaitannya terhadap praktikum kegiatan ini yang dilakukan dengan menggunaka
indicator tanaman sri rejeki memberikan pambalajaran dan pengetahuan di bidang
perbanyakan tanaman.

1.2  Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mempelajari cara mencangkok, dan untuk mengetahui pertumbuhan
akar   cangkok.
2. Untuk mengetahui pengaruh media cangkokan terhadap pembentukan sistem perakaran

1.3  Manfaat
1. Dapat mengetahui dan mempelajari cara mencangkok, dan untuk mengetahui pertumbuhan
akar   cangkok.
2. Dapat mengetahui pengaruh media cangkokan terhadap pembentukan sistem perakaran
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan hasil yang di dapat dari gambar grafik 4. 1 terlihat adanya perbedaan
antara perlakuan menggunakn media kompos, pupuk kandang dan tanah biasa. Pada
perlakuan yang mengunakan tanah memilki jumlah akar paling banyak, sedangkan pada
media kompos memiliki jumlah akar yang paling sedikit dan media kandang sendiri memiliki
jumlah yang mendominasi di antra keduanya. Sementara  pada perbandingan panjang akar
jumlah yang terpanjang pada penggunaaan media pupuk kandang, hal tersebut di mungkinkan
karena pada pupuk kandang memilki bahan organik yang lebih banyak dan adanya
kandungan unsur tertentu yang mempercepat pertumbuhan akar cangkokan, seperti yang
tergambar pada grafik 4. 2.
Pada gambar grafik 4. 3 perlakuan pembungkus dengan menggunakan plastik
diperoleh data perbandingan antara media yang menggunakan kompos, pupuk kandang dan
tanah yang memilki jumlah akar paling banyak adalah pada media yang menggunakan pupuk
kandang. Sedangkan pada data dalam perbandingan panjang akar media pupuk kandang juga
memilkirata-rata  akar terpanjang daripada media yang lain. Salah satu faktor yang
mempengaruhi rendahnya rata-rata pada perlakuan dari media kompos disebabkan kurangnya
data karena kesalahan dari praktikan, kurangnya pemeliharaan terhadap cangkokan.
Berdasarkan dari keseluruhan data yang diperoleh pada grafik antara pembungkus
serabut kelapa dan plastik menunjukkan bahwa pembungkus seabut memilki pengaruh lebih
baik daripada plastik dalam pertumbuhan dan hasil cangkokan.
Pada percobaan pencangkokan yang dilakukan dengan menggunakan tanaman sri
rejeki pembentukan akarnya dapat dipermudah dengan perlakuan seperti pelukaan,
pengikatan, etiolasi, dan penyelarahan dari batang (disorientation), yang mempengaruhi
gerakan dan penumpukan auksin serta karbohidrat pada bagian batang tersebut. Pada
prcobaan tersebut diberi perlakuan Rooton F dengan maksud agar bahan cangkokan cepat
berakar juga mempercepat dan memperbanyak keluarnya akar. Hal tersebut dapat di buktikan
misalnya dalam praktikum yang telah dilakukan disitu terlihat adanya perbedaan antara
cangkokan denhan menggunakan Rooton F dengan yang tidak. Pada cangkokan yang
mengunakan Rooton f memilki jumlkah akar lebih banyak daripada yang tidak menggunakan
Rooton F. Dari situ jelas sekali peranan Rooton F terhadap pertumbuhan akar cangkokan.
Seperti yang dikatakan bahwa “Pemberian Rootone-F menyebabkan akar lebih cepat keluar
dan jumlahnya lebih banyak, kondisi yang sama juga dapat dilihat pada media tanah +
kompos dengan Rootone-F. Kondisi sebaliknya terjadi pada kedua media tanpa Rootone-F
akar akan lebih lambat keluar dan jumlahnya sedikit. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
Rootone-F merupakan salah satu zat pengatur tumbuh untuk induksi perakaran. (Abidin,
1990) .

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan
            Dari kegiatan praktikum yang dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan
antaralain :
1.  Perlakuan dengan pemberian Rooton F sangat berpengaruh terhadap daya pertumbuhan akar
cangkokan. Cangkokan dengan diberi Rooton F memilki jumlah akar yang lebih banyak
daripada tanpa pemberian rooton f.
2.  Sebaiknya diperhatikan dalam pemilihan batang yang akan digunakan dalam pencangkokan.
3.  Adanya pebedaan hasil antara perlakuan dengan menggunakan serabut dan plastik,   ternyata
lebih banyak pada perlakuan dengan menggunakan serabut kelapa. Dengan demikian berarti
pembungkus berpengaruh terhadap pertumbuhan akar cangkokan.

5. 2 Saran
            Sebaiknya selalu diperhatikan kekompakan setiap anggota kelompok dan ketelitian
dalam percobaan agar mendapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Kusbiantoro, B. 1993. Tekhnik Prbanyakan Vegetatif, Mencangkok. Agro Jurnal(2): 9

Sutarto, ismiyati. 1994. Tekhnik Perbanyakan Vegatatif pada Tanaman Hias Semak,          

Perdu dan Pohon. Info Holtikultura : 6-7

Wahid. 2000. Media Bahan Perkembangan Vegetatif. Agro Jurnal : 4-5

Wahyuni, Sri. 1998. Pengembangan Vegetatif Mencangkok. Agro Jurnal : 59

Wilkins. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta : Gajah Mada Press.

SAMBUNG DAN OKULASI

Latar Belakang
Tanaman merupakan salah satu organisme yang mampu melakukan perkembangbiakan
guna mempertahan jenisnya serta memperbanyak diri. Ada dua cara perkembangbiakan
tanaman yaitu perkembangbiakan secara generatif dan secara vegetatif. Perkembangbiakan
secara generatif, pada umumnya menggunakan biji untuk perbanyakannya sehingga
didapatkan hasil  yang kurang memuaskan dan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.
Sedangkan perkembangbiakan secara vegetatif adalah perkembangbiakan dengan
menggunakan organ vegetatif misalnya akar, batang, daun, pucuk dan umbi.
Dasar dari pembiakan vegetatif adalah pembiakan secara tidak kawin (asex) dimana ada
kesanggupan tanaman untuk membentuk kembali (regenerasi) jaringan dan bagian lainnya.
Ada beberapa alasan yang utama adalah bahwa ada banyak tanaman yang mempunyai sifat
yang tidak sama dengan induknya apabila dibiakkan dengan menggunakan biji dari tanaman
yang dimaksudkan. Pembiakan vegetatif dapat terjadi secara alamiah maupun dengan cara
sengaja dibuat oleh manusia. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membiakkan tanaman
secara vegetatif. Pemilihan cara ini dapat terjadi tergantung kepada jenis tanaman dan tujuan
dari pembiakan.
Untuk memperoleh tanaman yang sama sifatnya dengan induknya, maka pembiakan
vegetatif mempunyai peranan penting terutama bagi tanaman yang sukar dibiakkan dengan
biji. Oleh karena itu maka dalam rangka usaha memperoleh tanaman yang mempunyai sifat
yang sama dengan induknya dalam waktu yang relatif singkat maka m pembiakan vegetatif
perlu diperhatikan salah satunya adalah dengan cara perbanyakan tanaman dengan “okulasi”.
Okulasi atau budding adalah teknik memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan cara
menggabungkan dua tanaman atau lebih. Dalam praktikum ini sangat penting dilakukan oleh
setiap mahasiswa Fakultas Pertanian UNIKA ST. Thomas SU, untuk menghasilkan Sarjana
ynag memiliki keahlian dalam membiakkan tanamnan secara Vegetatif.
1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan percobaan praktikum pembiakan vegetatif tentang
okulasi Tanaman Kakao ini adalah untuk “Mempelajari cara melakukan berbagai
perbanyakan vegetatif dengan okulasi pada berbagai tanaman”.
BAB II TEORI

Pada budidaya kakao, bibit kakao yang yang terbaik adalah yang berasal dari klon
unggul dan diperbanyak dengan cara vegetatif sehingga secara genetik sifat-sifat unggul yang
diinginkan tetap dapat dipertahankan. Teknik perbanyakan tanaman dengan cara vegetatif
yang lazim digunakan pada komoditas kakao adalah dengan cara okulasi, meskipun terdapat
beberapa teknik perbanyakan vegetatif lainnya seperti sambung dan kultur jaringan. Seperti
halnya okulasi pada tanaman perkebunan lainnya (karet, kopi, dll.), okulasi pada tanaman
kakao bertujuan menempelkan mata entres dari klon unggul tertentu yang diinginkan sifat-
sifatnya kepada batang bawah. Untuk melakukan okulasi kakao (coklat), yang pertama perlu
diperhatikan adalah sumber mata entres (kayu olulasi) harus berasal dari klon/varietas yang
unggul. Selanjutnya sumber entres harus berkualitas baik yaitu berwarna coklat (tidak terlalu
tua dan tidak terlalu muda) serta mata entres yang akan diambil dalam keadaan baik (nampak
jelas). Kayu okulasi dapat berasal dari 2 (dua) jenis cabang yaitu ortotrop dan plagiotrop.
Tanaman yang dihasilkan dari okulasi tunas ortotrop pada umumnya habitus baik, tanaman
berjorget, tanaman tinggi besar dan percabangan teratur serta lebih lambat berbunga/berbuah.
Sedangkan tanaman yang dihasilkan dari okulasi tunas plagiotrop pada umumnya habitus
pendek, percabangan mulai dari permukaan tanah dan tanaman cepat berbuah (Anonimus,
2015).

Keuntungan dari mengenten ataupun okulasi diantaranya tanaman dapat berproduksi


lebih cepat, hasil produksi dapat sesuai dengan keinginan tergantung batang atas yang
digunakan. Sebagai contoh anda memiliki dua jenis rambutan, ada yang rasanya manis tetapi
tidak tahan terhadap genangan air (akar membusuk) dan disisi lain ada rambutan yang masam
namun tahan terhadap genangan air. Jenis ini dapat dipadukan, bagian atas tanaman dipilih
yang rasanya manis dan bagian bawah dipilih yang tahan genangan air sehingga dapat
dihasilkan rambutan yang manis dan tahan pada daerah yang tergenang. Kelemahan dari
perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi yaitu: Terkadang suatu tanaman
hasil okulasi ada yang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang
bawah dengan batang atas (entres) perlu menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini.
Bila salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemngkinan gagal atau
mata entres tidak tumbuh sangat besar (Anonimus, 2005).
Dari praktikum pembiakan vegetatif tentang okulasi yang telah dilakukan (dengan
menggunakan tanaman kakao) diperoleh hasil yang kurang baik. Dikatakan kurang baik
karena dari dua kali percobaan yang telah dilakukan kedua-duanya tidak ada yang hidup.
Banyak hal yang kemungkinan terjadi yang menyebabkan kedua percobaan yang telah
dilakukan menunjukkan hasil yang tidak bagus tersebut. Kesalahan yang paling besar
mungkin terjadi dalam hal ini yaitu terdapat dalam pelaksanaan percobaan (terutama dalam
mengikat/membyngkus tanaman). Dalam pengikatan, tidak jarang praktikan (termasuk saya
sendiri) sangat kurang berhati-hati dalam melaksanakannya. Dalam hal
mengikat/membungkus tanaman praktikan sering kali membuat tanaman banyak
bergoyang/tergoyang, sehingga kemungkinan dalam hal ini entres yang sebelumnya telah
dilengketkan pada jendela dengan posisi yang tepat menjadi bergeser. Selain kesalahan dalam
hal pelaksanaan percobaan, kesalahan yang mungkin terjadi yang mengakibatkan tanaman
yang di okulasi tidak hidup adalah dalam hal perawatan/penjagaan tanaman. Tidak jarang
dalam menjaga tanaman praktikan kurang berhati-hati atau dapat dikatakan kurang
memperhatikan tanaman. Dalam hal ini dapat terlihat dari ketidak rutinan praktikan untuk
menyiram tanaman yang di okulasi. Hal ini sangatlah berpengaruh terhadap keberhasilan
percobaan yang dilakukan, karena pada dasarnya memang tanaman batang bawah sangat
membutuhkan pasokan air yang cukup untuk keberlangsungan hidupnya.
BAB V KESIMPULAN

Dari praktikum pembiakan vegetatif tentang okulasi yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
 Keberhasilan dari suatu perbanyakan vegetatif tentang okulasi sangat ditentukan dari tanaman
yang digunakan harus dari famili yang sama (antara batang bawah dan entres)
 Syarat yang harus dipenuhi oleh tanaman batang bawah yaitu bahwa tanaman batang bawah
harus dalam keadaan tidak sedang flus atau daun termudanya masih berwarna merah (dalam
hal ini adalah kakao)
 Batang bawah yang digunakan dalam okulasi harus memiliki perakaran yang kuat (tunggang)
sehingga diutamakan dari hasil pembiakan secara generatif
 Tanaman batang atas (entres) yang akan digunakan harus memang berasal dari tanaman atau
cabang yang unggul (produksi tinggi) karena akan digunakan sebagai tanaman utama
(individu baru)
 Banyak hal yang mengakibatkan ketidakberhasilan dari suatu percobaan okulasi yang
diantaranya dalam hal penempelan entres pada batang bawah dan juga dalam hal
pemeliharaan media tanam
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2015. http://www.google.co.id.perbanyakan_dengan_okulasi. Diakses tanggal 15 juni


2015.

Anonimus. 2015. http://id.m.wikipedia.org/wiki/perkembangbiakan_vegetatif. diakses tanggal 15 juni


2015.

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Tanaman merupakan salah satu organisme yang mampu melakukan perkembangbiakan
guna mempertahan jenisnya serta memperbanyak diri. Ada dua cara perkembangbiakan
tanaman yaitu perkembangbiakan secara generatif dan secara vegetatif. Perkembangbiakan
secara generatif, pada umumnya menggunakan biji untuk perbanyakannya sehingga
didapatkan hasil  yang kurang memuaskan dan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.
Sedangkan perkembangbiakan secara vegetatif adalah perkembangbiakan dengan
menggunakan organ vegetatif misalnya akar, batang, daun, pucuk dan umbi.
Dasar dari pembiakan vegetatif adalah pembiakan secara tidak kawin (asex) dimana ada
kesanggupan tanaman untuk membentuk kembali (regenerasi) jaringan dan bagian lainnya.
Ada beberapa alasan yang utama adalah bahwa ada banyak tanaman yang mempunyai sifat
yang tidak sama dengan induknya apabila dibiakkan dengan menggunakan biji dari tanaman
yang dimaksudkan. Pembiakan vegetatif dapat terjadi secara alamiah maupun dengan cara
sengaja dibuat oleh manusia. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membiakkan tanaman
secara vegetatif. Pemilihan cara ini dapat terjadi tergantung kepada jenis tanaman dan tujuan
dari pembiakan.
Untuk memperoleh tanaman yang sama sifatnya dengan induknya, maka pembiakan
vegetatif mempunyai peranan penting terutama bagi tanaman yang sukar dibiakkan dengan
biji. Oleh karena itu maka dalam rangka usaha memperoleh tanaman yang mempunyai sifat
yang sama dengan induknya dalam waktu yang relatif singkat maka m pembiakan vegetatif
perlu diperhatikan salah satunya adalah dengan cara perbanyakan tanaman dengan “Sambung
(grafting)”.
Dalam praktikum pembiakan vegetatif mengenai sambung ini sangatlah bermanfaat bagi
setiap praktikan sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Katolik Santo Thomas
Sumatera Utara. Dalam praktikum ini praktikan akan mengerti bagaimana cara melakukan
pembiakan vegetatif dengan cara sambung.
1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan percobaan praktikum pembiakan vegetatif tentang
sambung (grafting) ini yaitu untuk “Mempelajari cara melakukan berbagai perbanyakan
vegetatif dengan sambung (grafting) pada berbagai tanaman”.
BAB II TEORI

Pembahasan
Sama halnya dengan perbanyakan vegetatif tentang okulasi, perbanyakan vegetatif
dengan sambung juga memiliki cara dan sifat yang mirip, hanya saja dalam hal ini tanaman
batang bawah yang digunakan harus dipotong bagian atasnya. Bukan hanya pada bagian
batang bawah, pada bagian batang atas juga yang digunakan dalam percobaan ini memang
benar-benar potongan dari tanaman batang atas yang akan digunakan (berbeda dengan
okulasi yang hanya menggunakan entres/mata tunas).
Dalam percobaan ini, secara umum memang lebih sulit jika dibandingkan dengan
perbanyakan vegetatif dengan menggunakan cara okulasi. Dikatakan demikian karena dalam
hal ini masih banyak hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya. Salah satu yang
sangat penting dalam hal ini adalah dapat dilihat dari segi pembuatan lubang pada batang
bawah. Lubang yang harus disediakan pada batang bawah haruslah sesuai ukurannya dengan
potongan yang kita buat pada batang atas. Selain itu, dalam percobaan ini juga harus
memperhatikan ukuran dari kedua tanaman yang akan disambungkan. Ukuran (diameter)
batang atas dengan ukuran (diameter) batang atas sebaiknya haruslah sama besar (paling
tidak seimbang). Memang adakalanya hal ini sulit untuk ditemukan, tetapi dalam hal ini
tanaman batang bawah tidak boleh lebih kecil dari tanaman batang atas yang akan
disambungkan.
Pada percobaan yang telah dilakukan (dengan menggunakan bibit durian) hasil yang
ditunjukkan masih kurang baik. Dari dua kali percobaan yang telah dilakukan perbanyakan
vegetatif dengan menggunakan teknik sambung ini secara garis besar kedua-duanya tidak
berhasil (gagal). Pada percobaan pertama yang saya lakukan memang menunjukkan ciri-ciri
kehidupan pada hasil sambung yang saya lakukan (terlihat dari batang atasnya masih dalam
keadaan segar dan berwarna hijau), namun saat membuka pelastik dan ikatannya tanaman
batang atasnya ikut terlepas. Hal ini mungkin memang kesalahan yang saya lakukan disaat
membuka ikatannya kurang berhati-hati sehingga tanaman batang atasnya juga ikut lepas
(karena memang masih dalam keadaan kurang kuat menyambungnya).
Pada percobaan yang kedua yang saya lakukan malah menunjukkan hasil yang lebih
buruk dari percobaan yang pertama. Pada percobaan yang kedua hasil percobaan yang saya
lakukan tidak sedikitpun menunjukkan ciri-ciri kehidupan dari batang atasnya (hal ini dapat
dilihat pada batang atasnya yang berwarna hitam). Kesalahan yang mungkin terjadi dalam hal
ini kemungkinan sangat banyak sekali. Namun jika dibandingkan dengan percobaan pertama
yang saya lakukan, maka kesalahan yang mungkin terjadi pada percobaan yang kedua ini ada
pada penjagaan/pemeliharaan media tanam. Kegagalan ini besar kemungkinannya
diakibatkan karena tanaman batang bawah kekurangan absorbsi air, sehingga tanaman kurang
begitu terhubung/tersambung denga batang atas. Selain kesalahan tersebut diatas, hal yang
mungkin menyebabkan terjadinya kegagalan pada percobaan yang kedua ini ada pada saat
pelaksanaan percobaann bisa dalam saat pembuatan lubang untuk menyambungkan kedua
tanaman. Namun yang paling besar kemungkinan terjadi kesalahan dalam hal ini adalah
ketika saat menyambungkan kedua bagian tanaman terlalu sering kali dilepas sehingga
menyebabkan kedua bagian tanaman yang akan disambungkan terkontaminasi oleh
lingkungan luar yang ada disekitarnya.
BAB V KESIMPULAN

Dari praktikum pembiakan vegetatif mengenai sambung ini maka dapat disimpulkan
bahwa:
 Pembiakan vegetatif dengan cara sambung tidak jauh berbeda dengan pembiakan vegetatif
dengan cara okulasi yang sama-sama menggunakan batang bawah dan batang atas
 Sama halnya dengan okulasi, pada pembiakan vegetatif secara sambung juga menganjurkan
tanaman batang bawah berasal dari pembiakan secara generatif agar perakarannya kuat
 Tidak hanya batang bawah, batang atas yang digunakan dalam pembiakan vegetatif dengan
teknik sambung ini haruslah berasal dari tanaman yang memang benar-benar unggul (tiggi
produksi) karena akan digunakan untuk yang selanjutnya
 Dalam pembiakan vegetatif dengan cara sambung harus memperhatikan ukuran (diameter)
dari kedua bagian yang akan disambungkan (kurang lebihnya sama besar)
 Lubang yang disediakan/dibuat pada batang bawah haruslah sesuai besarnya denagan
potongan yang dibuat pada tanaman batang atas
 Pada teknik sambung ini, kedua bagian tanaman yang akan disambungkan sangatlah sensitif
terhadap pengaruh lingungan disekitarnya (mudah tercemar)
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2015. http://id.m.wikipedia.org/wiki/teknik_menyambung_tanaman. diakses tanggal 15


juni 2015.

Indra, Gunawan. 2004. Pembiakan Tanaman Dengan Menyambung. Erlangga. Jakarta.


Rahardja, P.C. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka. Surabaya.
Rini, Widyayanto. 2007. Pengembangan Vegetatif Menyambung. Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Sipayung, Patricius. 2015. Penuntun Praktikum Pembiakan Vegetatif. Fakultas Pertanian Universitas
Katolik Santo Thomas Sumatera Utara. Medan.
BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Tanaman merupakan salah satu organisme yang mampu melakukan perkembangbiakan
guna mempertahan jenisnya serta memperbanyak diri. Ada dua cara perkembangbiakan
tanaman yaitu perkembangbiakan secara generatif dan secara vegetatif. Perkembangbiakan
secara generatif, pada umumnya menggunakan biji untuk perbanyakannya sehingga
didapatkan hasil  yang kurang memuaskan dan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.
Sedangkan perkembangbiakan secara vegetatif adalah perkembangbiakan dengan
menggunakan organ vegetatif misalnya akar, batang, daun, pucuk dan umbi.
Dasar dari pembiakan vegetatif adalah pembiakan secara tidak kawin (asex) dimana ada
kesanggupan tanaman untuk membentuk kembali (regenerasi) jaringan dan bagian lainnya.
Ada beberapa alasan yang utama adalah bahwa ada banyak tanaman yang mempunyai sifat
yang tidak sama dengan induknya apabila dibiakkan dengan menggunakan biji dari tanaman
yang dimaksudkan. Pembiakan vegetatif dapat terjadi secara alamiah maupun dengan cara
sengaja dibuat oleh manusia. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membiakkan tanaman
secara vegetatif. Pemilihan cara ini dapat terjadi tergantung kepada jenis tanaman dan tujuan
dari pembiakan.
Untuk memperoleh tanaman yang sama sifatnya dengan induknya, maka pembiakan
vegetatif mempunyai peranan penting terutama bagi tanaman yang sukar dibiakkan dengan
biji. Oleh karena itu maka dalam rangka usaha memperoleh tanaman yang mempunyai sifat
yang sama dengan induknya dalam waktu yang relatif singkat maka m pembiakan vegetatif
perlu diperhatikan salah satunya adalah dengan cara perbanyakan tanaman dengan
“Cangkok”.
Dalam praktikum pembiakan vegetatif mengenai cangkok ini sangatlah bermanfaat bagi
setiap praktikan sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Katolik Santo Thomas
Sumatera Utara. Dalam praktikum ini praktikan akan mengerti bagaimana cara melakukan
pembiakan vegetatif dengan cara Cangkok.
1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pembiakan vegetatif mengenai cangkok ini yaitu:
 Untuk mengetahui dan mempelajari cara mencangkok dan untuk mengetahui pertumbuhan
akar cangkokan
 Untuk mengetahui pengaruh media cangkokan terhadap pembentukan sistem perakaran.
BAB II TEORI
Mencangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yangh bertujuan
untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induklnya dan cepat
menghasilkan. Pencangkokan dilakukan dengan menyayat dan mengupas kulit di sekeliling
batang. Lebar sayatan tergantung dari jenis tanaman yang akan dicangkok. Penyayatan
dilakukan sedemikian rupa sehingga lapisan kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara
dikikis). Setelah luka yang dibuat cukup kering, Rootone-F diberikan sebagai perlakuan agar
bahan cangkokan cepat berakar. Media tumbuh yang digunakan terdiri dari tanah dan kompos
dan dibalut dengan sabut kelapa atau plastik. Bila batang diatas sayatan telah menghasilkan
sistem perakaran yang bagus, batang dapat segera dipotong dan ditanam di lapangan
(Sipayung, 2015).
Dalam pertanian mencangkok merupakan salah satu upaya pembiakan tanaman.
Pembiakan tanaman dapat dibedakan menjadi dua yaitu secara vegetatif dan generatif. Tehnik
perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan
dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Pada tehnik ini tidak dikenal
istilah batang bawah dan batang atas. Tehnik ini relatif sudah lama dikenal oleh petani dan
tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada cara mencangkok akar tumbuh ketika masih
berada di pohon induk. Mencangkok adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara
merangsang timbulnya perakaran pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai
tanaman baru. Cara merangsang timbulnya akar tersebut adalah dengan mengupas kulit luar
cabang selanjutnya cabang yang terkupas tadi diberi media tanah (Ashari, 1995).
Beberapa persyratan yang harus dipenuhi oleh tanaman induk cangkokan adalah
sebagi berikut: (1). Pohon induk tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda; (2). Pohon induk
telah berbunga (untuk tanaman hias) dan telah berbuah sedikitnya tiga kali (untuk tanaman
buah – buahan); (3). Pohon nampak kuat dan subur; (4). Sehat, tidak terserang hama dan
penyakit; (5). Pohon harus banyak bercabang. Cabang yang baik untuk dicangkok adalah
cabang yang ukurannya tidak terlalu besar, kira – kira sebesar kelingking atau pensil dengan
syarat batang atau cabang berkulit mulus dan berwarna cokelat muda. Bentuk cabang yang
baik adalah tegap dan mulus. Cabang yang berwarna coklat muda akan lebih cepat terbentuk
kalus akar. Panjang cabang cangkokan antara 20 – 30 cm, kalau terlalu panjang mengalami
kesulitan pada waktu penanaman dilapangan (Sipayung, 2015).
Pembiakan dengan metode mencangkok biasanya dapat dilakukan pada tanaman-
tanaman yang mempunyai sifat berkayu (berkambium). Hal ini dimaksudkan agar
memudahkan dalam prosesnya dan mampu menumbuhkan perakaran pada sekitar lapisan
korteks tanaman. Namun hal ini dapat dipatahkan dengan adanya pencangkokan pada pohon
pepaya yang diketahui bahwa pepaya merupakan tanaman dengan karakteristik tak berkayu.
Meskipun mempunyai pohon yang agak keras, peapaya tidak meliliki kambium pada struktur
susunan batangnya. Mencnagkok dapat dilakukan pada waktu apapun tapi lebih baik
dilakukan pada musim penghujan agar frekuensi untuk penyiraman secara manual dapat
berkurang (Ashari, 1995).
Didalam perlakuan pencangkokan tanaman menggunakan pembungkus atau pembalut
yang digunakan sebagai media perakaran. Bahan pembungkus atau pembalut yang digunakan
dalam praktikum yaitu serabut kelapa dan plastik. Perlakuan tersebut dilakukan bertujuan
untuk menahan media yang digunakan dalam cangkokan, memepertahankan kelembapan akar
dan agar mendapatkan hasil dengan baik dengan waktu yang relatif lebih cepat juga untuk
menghindari terkena cahaya langsung, sebab akar akan lebih cepat tumbuh dengan sehat
dalam keadaan gelap dan lembab. Untuk cangkokan umumnya menggunakan bahan dari
sabut kelapa atau karung goni untuk membungkus tanah sebagai media perakaran. Supaya
cangkokan dapat berhasil dengan baik dengan waktu yang relatif cepat dan ekonomis, selain
itu untuk bahan pembungkus media dapat pula dengan menggunakan plastik (Anonimus,
2015).
Dalam mencangkok umumnya digunakan cabang orthotrof yang tidak telalu tua
maupun terlalu muda yang umumnya berwarna hijau kecoklat-coklatan. Bahan untuk
pembungkus cangkokkan biasanya digunakan sabut kelapa atau karung goni untuk
membungkus tanah sebagai media perakaran. Supaya cangkokkan dapat berhasil dengan
baik, dengan waktu yang relatif cepat dan ekonomis maka sabut kelapa atau karung goni
diganti dengan plastik. Medium perakaran tanah dapat diganti dengan gambut atau lumut.
Lumut yang digunakan sebagai media tanam mempunyai sifat selain anti septik juga dapat
menahan kandungan air yang cukup tinggi, sehingga dalam pelaksanaan pencangkokkan
tidak perlu terlalu sering disiram air (Harmann 2004).
BAB III BAHAN DAN METODA SERTA PELAKSANAAN CANGKOK

3.1 Tempat dan Waktu Praktikum

Pembiakan Vegetatif dengan Cara Cangkok dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 5
Juni 2015 pukul 14.00 WIB – 15.30 WIB, bertempat di laboratorium Ilmu tanah Fakultas
Pertanian Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara, Medan.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum pembiakan vegetatif tentang


cangkok ini yaitu:

1. Tanaman Jambu Air

2. Serabut kelapa

3. Pupuk kompos

4. Pupuk kandang

5. Air

3.2.2 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum pembiakan vegetatif tentang cangkok
ini yaitu:

1. Pisau tajam (cutter)

2. Timba

3. Tali rafia

4. Plastik

3.3 Prosedur Pelaksanaan Cangkok

Adapun prosedur percobaan yang digunakan dalam praktikum pembiakan vegetatif


tentang cangkok ini yaitu:

1. Bahan dan alat yang diperlukan disiapkan

2. Batang atau cabang dipilih tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda

3. Kulit disayat atau dihilangkan dari kambium pada batang atau cabang tersebut sepanjang ± 3-
5 cm
4. Bagian yang luka diberi media secukupnya dengan pupuk kandang dan kompos, kemudian
serabut kelapa ditutup dengan plastik

5. kelembapan media dijaga dengan cara disiram dengan air


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil : Data Terlampir
4.2 Pembahasan
Praktikum pembiakan vegetatif denga teknik cangkok memang berbeda dengan
pembiakan vegetatif dengan cara okulasi dan sambung. Peranyakan dengan cara okulasi dan
sambung menggabungkan dua bagian tanaman yang berbeda (walaupun dari famili yang
sama). Berbeda dengan perbanyakan dengan teknik cangkok, perbanyakan dengan
menggunakan teknik cangkok hanya menggunakan bagian tanaman dari satu tanaman
tertentu saja. Memang pada dasarnya tujuannya adalah sama yaitu untuk mendapatkan hasil
produksi yang tinggi (sama seperti tanaman induk). Namun pada teknik perbanyakan
tanaman dengan cara cangkok perakarannya masih lebih buruk jika dibandingkan dengan
htanaman hasil perbanyakan vegetatif dengan teknik okulasi dan sambung.
Pada praktikum pembiakan vegetatif dengan teknik cangkok digunakan dalam hal ini
adalah tanaman jambu air. Pada praktikum tentang cangkok (jambu air) ini memang dianggap
hidup karena waktu yang kurang memungkinkan (karena menjelang UAS). Berbeda dengan
okulasi dan sambung, teknik mencangkok justru malah tidak terpengaruh sama sekali sam
kondisi lingkungan pada saat pengerjaan. Dikatakan demikian, karena memang pada
dasarnya dalam mencangkok akan diberi media tanam setelah dilakukan penyayatan kulit
dari bagian tanaman yang akan dicangkok. Hal ini dilakukan semata-mata hanya untuk
merangsang pertumbuhan akar pada bagian tanaman yang dicangkok.
Pada dasarnya dalam mencangkok memang banyak sekali yang perlu diperhatikan
supaya cangkokan dapat berhasil. Salah satu yang paling menentukan keberhasilan dalam
mencangkok adalah perawatan tanaman. Selain media tanaman induk yang harus dijaga
kelembabannya, media (tanah) yang digunakan pada bagian cangkokan juga harus selalu
dijaga kelembaban dan ketersediaan udara di dalamnya. Dikatakan demikian karena memang
pada kenyataannya tujuan dari adanya media tanam pada bagian tanaman yang dicangkok
adalah untuk merangsang pertumbuhan akar, maka untuk merangsang akar dapat
keluar/tumbuh haruslah disediakan media (tanah) yang baik dalam arti subur dan terjaga
kelembaban serta suhunya.
Selain kesalahan diatas, kesalahan yang mungkin terjadi yang dapat mengakibatkan
cangkokan kita tidak berhasil juga karena dalam proses penyayatan dari bagian tanaman yang
akan dicangkok. Pada saat kulit batang dikupas maka sangat dibutuhkan ketelitian, supaya
dalam mengupas kulit batang tang akan di cangkok tidak mengenai kayu (bagian dalam) dari
batang/dahan yang dicangkok. Selain itu, pada saat setelah kulit batang/dahan tanaman yang
akan dicangkok terkupas, maka haruslah dibersihkan terlebih dahulu. Pembersihan ini
bertujuan untuk membersihkan kambium dari bagian yang telah dilepas kulitnya supaya
pencangkokan dapa berhasil.
Selain itu masih banyak hal yang perlu diperhatikan dalam mencangkok ini,
diantaranya dalam hal pemilihan batang induk. Batang induk (cabang/ranting) haruslah
memang bagian yang paling baik/unggul dalam menghasilkan produksi dan tidak boleh
terlalu tua. Waktu pencangkokan sebaiknya pada musim hujan sehingga penyiraman tidak
perlu dilakukan secara berulang-ulang dan masih banyak lagi yang lainnya.
BAB V KESIMPULAN
Dari praktikum pembiakan vegetatif mengenai teknik mencangkok ini, maka dapat
disimpulkan bahwa:
 Teknik mencangkok berbeda halnya dengan okulasi dan sambung (menggunakan dua bagian
tanaman yang berbeda), teknik mencangkok hanya menggunakan satu bagian tanaman saja
dari satu tanamn
 Dalam pelaksanaan pencangkokan, tidaklah sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (tidak
mudah tercemar) karena memang menggunakan tanah sebagai media tanamnya
 Dalam mencangkok sebaiknya dilakukan pada musim penghujan (untuk mengurangi
penyiraman secara terus menerus)
 Dalam memilih pohon induk yang akan dicangkok sebaiknya memilih yang umurnya belum
tua atau terlalu muda, kuat, sehat dan subur serta produksi tinggi
 Selain media tanam pada batang induk, dalam mencangkok juga harus memperhatikan media
(tanah) yang digunakan dalam menutupi bagian tanaman yang dicangkok (dikupas kulitnya)
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, 2008. Pengembangan Vegetatif Mencangok. Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Anonimus. 2015. http://id.m.wikipedia.org/wiki/pembiakan dengan_mencangkok. diakses tanggal 15
juni 2015.

Ashari, S. 1995. Holtikultura. UI-PRESS. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai