BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Bahan Tanam
Bahan Tanam merupakan bagian tanaman yang digunakan untuk memulai/ mengawali budidaya tanaman
Bahan Tanam : bagian tanaman yang digunakan untuk memulai/ mengawali budidaya tanaman. Semua
organ tanaman dapat digunakan sebagai bahan tanam, namun harus efisien, tersedia dan berpotensi
produksi tinggi. Bahan Tanam sangat menentukan produktifitas tanaman (+ > 50 %) baik
kuantitas/kualitas » sifat genetis dan daya tumbuh yang baik
2.2 Macam-macam Bahan Tanam
Adapun macam-macam bahan tanam antara lain,
a. Bibit
• Mudah (diperoleh & digunakan)
• Sifat sama dengan induknya & cepat produksi
• Stek batang » tebu, ubi jalar, ubi kayu, cangkok batang » tanaman buah-2 an ; umbi batang » kentang ;
daun » teh, akar batang » sukun, rhizome » rumput
• Tan. Pohon/buah ® Cepat berbuah
• Bibit stek, cangkok ® tidak memp akar tunggang
• Sulit dalam distribusi/pengangkutan
b. Benih
Benih adalah simbol dari suatu permulaan. Benih merupakan inti dari kehidupan di alam semesta dan
paling penting adalah kegunaanya sebagai penyambung dari kehidupan tanaman. Benih disini adalah biji
tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman. Menurut strukturnya biji adalah suatu ovule atau bakal
biji yang masak yang mengandung suatu tanaman mini atau embrio yang biasanya terbentuk dari
bersatunya sel-sel generatif (gamet) di dalam kandung embrio (embryo sac) serta cadangan makanan yang
mengelilingi embrio.
(AnonymousA,2012)
Benih secara umum adalah istilah yang dipakai untuk bahan dasar pemeliharaan tanaman atau hewan.
Istilah ini biasanya dipakai bila bahan dasar ini berukuran jauh lebih kecil daripada ukuran hasil akhirnya
(dewasa).
Pengeringan benih
Benih yang baru diekstrasi biasanya mengandung kadar air yang cukup tinggi, untuk itu perlu dikeringkan
sebelum benih-benih itu disimpan (tetapi tidak semua benih biasa dikeringkan).
Kadar air untuk masing-masing benih berbeda-beda, misalnya ada benih-benih yang dikeringkan sampai
kadar air rendah sehingga dapat disimpan lama, benih-benih ini disebut benih yang ortodoks, contohnya:
akasia, kayu besi, salawaku, gamal, dll. Sebaliknya ada benih yang tidak dapat dikeringkan dan tidak
dapat disimpan lama.
Penyimpanan Benih
Perlakuan yang terbaik pada benih ialah menanam benih atau disemaikan segera setelah benih-benih itu
dikumpulkan atau dipanen, jadi mengikuti cara-cara alamiah, namun hal ini tidak selalu mungkin kareana
musim berbuah tidak selalu sama, untuk itu penyimpanan benih perlu dilakukan untuk menjamin
ketersediaan benih saat musim tanam tiba.
Tujuan penyimpanan
Menjaga biji agar tetap dalam keadaan baik (daya kecambah tetap tinggi)
Melindungi biji dari serangan hama dan jamur.
Mencukupi persediaan biji selama musim berbuah tidak dapat mencukupi kebutuhan.
Ada dua faktor yang penting selama penyimpanan benih yaitu, suhu dan kelembaban udara. Umumnya
benih dapat dipertahankan tetap baik dalam jangka waktu yang cukup lama, bila suhu dan kelembaban
udara dapat dijaga maka mutu benih dapat terjaga. Untuk itu perlu ruang khusus untuk penyimpanan
benih.
Sumber benih adalah Suatu tegakah hutan baik hutan alam maupun hutan tanaman yang ditunjuk atau
dibangun khusus untuk dikelola guna memproduksi benih bermutu.
Sertifikasi sumber benih adalah proses pemberian sertifikat kepada sumber benih yang menginformasikan
keadaan sumber benih yang bermutu.
Tegakan Benih Teridentifikasi adalah tegakan alam atau tanaman dengan kualitas rata-rata yang digunakan
untuk menghasilkan benih dan lokasinya dapat teridentifikasi dengan tepat.
Tegakan benih Terseleksi adalah suatu tegakan alam atau tanaman dengan pohon fenotipe bagus untuk
sifat-sifat penting (missal batang lurus, tidak cacat dan percabangan ringan)
Areal Produksi Benih adalah suatu area[ tegakan benih terseleksi yang kemudian ditingkatkan kualitasnya
melalui penebangan pohon-pohon jelek dan dipelihara agar menghasilkan benih berlimpah
Tegakan benih provenan adalah tegakan yang dibangun dari benih yang provenannya tetah teruji dan
diketahui keunggulannya.
Kebun benih klon adalah sumber benih yang dibangun dengan bahan vegetatif (misalnya : ranting, tunas,
mata tunas dan lain-lain) yang berasal dari pohon plus.
Kebun benih semai adalah sumber benih yang dibangun dengan benih yang berasal dari pohon plus.
Kebun pangkas adalah pertanaman yang dibangun untuk tujuan khusus sebagai penghasil bahan stek.
Kebun pangkas dikelola intensif dengam pemangkasan, pemupukan, dsb untuk meningkatkan produksi
bahan stek. Kebun pangkas dibangun dari benih atau bahan vegetatif yang dikumpulkan dari pohon plus.
Keberhasilan dan kualitas tanaman sangat tergantung kepada sumber benih yang digunakan. Benih dari
Areal Produksi Benih (APB) yang terbaik dapat meningkatkan volume 5-12% dibandingkan benih dari
tegakan benih. Penggunaan benih dari kebun benih klonal dapat menghasilkan peningkatan volume 5-10%
dibandingkan dengan APB. Sedangkan penggunaan benih dari kebun benih klonal dapat menghasilkan
peningkatan volume sebesar 12 % dibandingkan dengan tegakan benih.
Pohon plus jati di Jawa terdapat sebanyak 182 pohon, tersebar di Jawa Tengah sebanyak 111 pohon (8
KPH) dengan produksi benih 55,5 – 333 kg/tahun, di Jawa Timur sebanyak 53 pohon (6 KPH) dengan
produksi benih 26,5 – 159 kg/tahun, sedangkan di Jawa Barat sebanyak 18 pohon (8 KPH) dengan
produksi benih 9 – 54 kg/tahun.
(AnonymousC,2012)
Menyemai Benih
Banih kopi benih sawit
Menyemai merupakan suatu kegiatan untuk menumbuhkan benih / kecambah dalam media tumbuh pada
tempat penyemaian dalam jangka tertentu.
(AnonymousD,2012)
SERTIFIKASI BENIH
A. Pengertian Sertifikasi Benih
Sertifikasi Benih adalah suatu proses pemberian sertifikasi atas cara perbanyakan, produksi dan
penyaluran benih sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian untuk dapat
diedarkan.
B. Maksud Sertifikasi Benih
Sertifikasi Benih dimaksudkan sebagai pelayanan terhadap produsen/penangkar serta pedagang benih
C. Tujuan Sertifikasi Benih
Tujuan pada kegiatan sertifikasi ini antara lain adalah : untuk memelihara kemurnian dan mutu dari
varietas unggul serta menyediakan secara kontinyu kepada petani.
D. Sasaran Sertifikasi Benih
1) Mempertahankan kemurnian keturunan yang dimiliki oleh suatu varietas,
2) Membantu para produsen benih dalam memproduksi benih dengan mutu yang baik;
3) Membantu para petani dalam mendapatkan benih serta penyediaannya di pasaran.
E. Tugas dan Fungsi sertifikasi Benih
1) Mengadakan pemeriksaan lapang;
2) Mengadakan pengawasan panen dan pengolahan benih;
3) Mengadakan pemeriksaan alat panen dan alat pengolahan benih;
4) Mengadakan Pengambilan contoh benih untuk diuji di laboratorium;
5) Menetapkan lulus atau tidak lulus suatu benih dalam rangka sertifikasi;
6) Mengadakan pengawasan pemasangan label dan segel sertifikasi;
7) Mengadakan pengumpulan dan penilaian data pelaksanaan sertifikasi untuk penyempurnaan penerapan
system sertifikasi benih;
8) Melaksanakan pencatatan dan penyimpanan data yang berhubungan dengan kegiatan sertifikasi.
F. Landasan Hukum dan Pedoman dalam Sertifikasi Benih
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 1992, tentang Sistem Budidaya Tanaman;
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 22 Tahun 1971 tentang Pembinaan, Pengawasan
Pemasaran dan Sertifikasi Benih;
3. Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 460/Kpts/Org/XI/1971, jo Keputusan Presiden Republik
Indonesia No. 22 Tahun 1971;
4. Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pertanian dan Tanaman Pangan Nomor SK.I.HK.050.84.68,
tentang Prosedur Sertifkasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, dan SK No. I.HK.50.84.70, tentang
Pedoman Khusus Sertifikasi Benih;
5. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 803/Kpts/01.210/7/97, tentang Sertifikasi dan Pengawasan
Mutu Benih Bina;
6. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 1017/Kpts/TP.120/12/98, tentang Izin Produksi Benih
Bina, Izin Pemasukan Benih dan Pengeluaran Benih Bina;
7. Surat Keputusan Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura Nomor : I.HK.050.98-57, tentang Pedoman
tata Cara dan Ketentuan Umum Sertifikasi Benih Bina;
8. Surat Keputusan Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura Nomor : I.HK.050.98-58, tentang Pedoman
Khusus Sertifikasi untuk Perbanyakan Benih Tanaman Buah secara Vegetatif;
9. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 39/Permentan/OT.140/8/06, tentang Produksi Benih,
Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina;
10. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 28/Permentan/SR.120/3/07, tentang Produksi Benih,
Kedelai;
11. Diskripsi Jenis/Varietas yang diberikan oleh pemulia atau instansinya.
G. Syarat – syarat sertifikasi Benih
1. Permohonan/Pendaftaran Sertifikasi
Permohonan sertifikasi dapat dilakukan oleh perorangan atau badan hukum yang bermaksud
memproduksi benih bersertifikat, ditujukan kepada Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Permohonan
sertifikasi hanya dapat dilakukan oleh penangkar benih yang telah memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan
2. Sumber Benih
Benih yang akan ditanam untuk menghasilkan benih bersertifikat harus berasal dari kelas benih yang lebih
tinggi tingkatannya, misalnya untuk menghasilkan benih sebar harus ditanam benih pokok, oleh sebab itu
benih yang akan ditanam harus bersertifikat/berlabel.
3. Varietas
Varietas benih yang dapat disertifikasi, yaitu varietas benih yang telah ditetapkan sebagai varietas
unggulan dan telah dilepas oleh Menteri Pertanian serta dapat disertifikasi.
4. Areal Sertifikasi
Tanah/Lahan yang akan dipergunakan untuk memproduksi benih bersertifikat harus memenuhi
persyaratan sesuai dengan komoditi yang akan diproduksi, karena tiap-tiap komoditi memerlukan
persyaratan sejarah lapang yang berbeda.
Adapun persyaratan areal tersebut diantaranya :
1. Letak dan batas areal jelas
2. Satu blok untuk satu varietas dan satu kelas benih
3. Sejarah lapangan : Bera, Bekas tanaman lain, Bekas varietas yang sama dengan kelas benih yang lebih
tinggi, atau bekas varietas lain tetapi mudah dibedakan.
4. Luas areal diarahkan minimal 5 Ha (BR) mengelompok.
5. Syarat areal bekas tanaman padi yang dapat dijadikan areal sertifikasi (dalam Tabel)
5. Isolasi
Isolasi dalam sertifikasi terbagi dalam 2 bagian yaitu :
1. Isolasi Jarak
Isolasi jarak antara areal penangkaran dengan areal bukan penangkaran minimal 3 meter, ini bertujuan
untuk menjaga agar varietas dalam areal penangkaran tidak tercampur oleh varietas lain dari areal
sekitarnya.
2. Isolasi Waktu
Isolasi waktu kurang lebih 30 hari (selisih berbunga) , ini bertujuan agar tidak terjadi penyerbukan silang
pada saat berbunga antara varietas pengakaran dengan varietas disekitarnya.
6. Pemeriksaan Lapangan
Guna menilai apakah hasil benih dari pertanaman tersebut memenuhi standar benih bersertifikat, maka
diadakan pemeriksan lapangan oleh pengawas benih.
Pemeriksaan lapangan dilakukan secara bertahap yang meliputi Pemeriksaan Lapangan Pendahuluan
(paling lambat saat tanam), Pemeriksaan Lapangan Ke I (fase Vegetatif), ke II (fase generatif), dan
Pemeriksaan Lpang Ke III (menjelang panen).
7. Peralatan Panen dan Perosesing Benih
Peralatan/perlengakapan yang digunakan untuk panen dan prosesing harus bersih terutama dari jenis atau
varietas yang tidak sama dengan yang akan diproses/dipanen. UJ\ntuk menjamin kebersihan ini harus
diadakan pemeriksaan sebelum penggunaannya, misalnya ; Combine, Prosessing Plant, ataupun wadah
benih lainnya.
8. Uji Laboratorium
Untuk mengetahui mutu benih yang dihasilkan setelah dinyatakan lulus lapangan maka perlu diuji
mutunya di laboratorium oleh analis benih, yang meliputi uji kadar air, kemurnian, kotoran benih,
campuran varietas lain, benih tanaman lain, dan daya tumbuh.
9. Label dan Segel
Dalam ketentuan yang sudah ditetapkan juga tercantum bahwa proses sertifikasi dinyatakan selesai
apabila benih telah dipasang label dan disegel. Label yang digunakan pemasangannya diawasi oleh
petugas Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih seta warna label disesuaikan dengan kelas benih yang
dihasilkan.
BAGAN PROSES SERTIFIKASI DAN PELABELAN BENIH
Sebaliknya, bibit (tanaman) ialah tanaman muda yang sudah tumbuh di pesemaian, dan siap dipindah ke
lokasi penanaman. Demikian pula umbi-umbian, seperti kentang, bawang dan anakan tanaman seperti
anakan pisang. Jadi, kalau gabah pilihan yang kita semai itu masih disebut benih, maka sesudah
disemaikan dan tumbuh, lalu siap dicabut untuk ditanam di sawah, ia “balik-nama” menjadi bibit padi.
Demikian pula cabe, kopi, cengkeh dan lain-lain. Kalau bijinya yang akan kita semai atau tanam langsung,
itu namanya benih, maka kalau sudah tumbuh menjadi tanaman muda, tidak boleh disebut benih lagi, tapi
bibit.
Tapi itu tidak berarti bahwa semua biji-bijian bisa begitu saja kita sebut benih tanaman. Kedelai atau
kacang tanah yang dijual di pasar untuk dijadikan tempe atau kacang goreng jelas tidak bisa kita sebut
benih. Demikian pula jagung manis, gabah makanan burung, kacang ijo, bubur ketan item. Kadang-ka-
dang, cabe atau tomat yang kita beli di pasar memang bisa tumbuh juga manakala kita buang di tempat
sampah. Tapi daya tumbuhnya relatif kecil. Juga setelah tumbuh, tanaman tidak akan berkembang menjadi
seperti yang kita harapkan. Benih tanaman memang lain sekali dengan biji-bijian yang biasa kita makan.
Anonymous 2012 perbedaan-antara-benih-dan-bibit.htm
Pertumbuhan tanaman dilihat dari pengertian benih dan biji
• pertumbuhan tanaman dilihat dari pengertian benih dan biji. Benih adalah simbol dari suatu permulaan.
Benih merupakan inti dari kehidupan di alam semesta dan paling penting adalah kegunaanya sebagai
penyambung dari kehidupan tanaman. Benih disini adalah biji tanaman yang digunakan untuk tujuan
pertanaman. Menurut strukturnya biji adalah suatu ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung
suatu tanaman mini atau embrio yang biasanya terbentuk dari bersatunya sel-sel generatif (gamet) di
dalam kandung embrio (embryo sac) serta cadangan makanan yang mengelilingi embrio.
• Berikut ini diberikan klasifikasi daripada buah yang mana sangat erat hubungannya dengan adanya
berbagai jenis, bentuk dan letak biji yaitu. Buah tunggal (buah tunggal dari ovary atau bakal buah tunggal,
biji terletak di bagian dalam buah) Buah berdaging Pome (bagian luar dari pericarp berdaging sedangkan
endocarpnya agak keras) Drupe atau buah batu (memiliki endocarp yang keras seperti batu, kulit buah
adalah exocarpnya, bagian berdaging yang dapat dimakan adalah mesocarpnya dan umumnya berbiji
satu). Berry (pericarpnya lunak berdaging, kecuali bagian exocarp yang tipis seperti kulit) Buah kering:
Buah dehiscent (mempunyai lebih dari satu biji, pericarp terbukabila buah telah masak), terdiri dari
Legume (loment adalah legume yang bersegment), Follicle, Capsule (Silique, Silicle, Pyxis) Buah
indehiscent (mengandung sebuah biji, pericarp tidak terbuka bila buah telah masak), terdiri dari Achene,
Caryopsis (Grain), Samara (Achene yang bersayap), Schizocarp, Buah majemuk (buah majemuk berasal
dari bunga yang memiliki banyak putik pada satu receptacle atau dasar bunga yang sama)
• Buah berganda terbentuk dari sejumlah bunga yang bergerombol saling berdekatan tetapi terpisah satu
sama lainnya.Biji terdiri dari 3 bagian dasar yaitu; Embrio, adalah suatu tanaman baru yang terjadi dari
bersatunya gmet-gamet jantan dan betina pada suatu proses pembuahan. Struktur-struktur embrio yang
perkembangannya sempurna yaitu terdiri dari epikotil (calon pucuk), hipokotil (calon akar), dan kotiledon
(calon daun) Jaringan penyimpanan cadangan makanan (kotiledon, endosperm, perisperm, gametophyte.
• Pelindung Terdapat dua tipe pertumbuhan awal dari suatu perkecambahan tanaman yaitu: 1. Tipe epigeal
(epigeous) dimana munculnya radikel diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan
membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah;
• 2. Hypogeal (hypogeous) dimana munculnya radikel diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil
tidak memanjang ke atas permukaan tanah sedangkan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji di bawah
permukaan tanah.
• Dari perkecambahan tersebut ada beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu Faktor dalam; 1. Tingkat
kemasakan benih (benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai
viabilitas tinggi); 2. Ukuran benih (benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan
lebih banyak dibandingkan dengan benih yang kecil, mungkin pula embrionya lebih besar; 3. Dormansi;
4. Penghambat perkecambahan (zat-zat penghambat perkecambahan seperti larutan mannitol dan larutan
NaCl yang memiliki tingkat osmotik yang tinggi, sianida, dinitrofenol, azide, fluoride, hydroxylamine zat-
zat yang menghambat respirasi, herbisida, coumarin, auxin. Faktor luar; 1. Air (syarat penting pertama
bagi berlangsungnya proses perkecambahan benih, banyaknya air yang diperlukan bervariasi tergantung
kepada jenis benih); 2. Temperatur (syarat penting kedua setelah air dan temperature yang digunakan
adalah temperature optimum yaitu temperature yang paling menguntungkan bagi berlangsungnya
perkecambahan benih dengan suhu berkisar 26,5°C-35°C); 3. Oksigen (berhubungan dengan respirasi); 4.
Cahaya (rangsangan); 5. Medium (media tanam seperti kondisi fisik tanah).
(AnonymousG,2012)
Produksi (Y) Ditentukan Oleh Lingkungan Dan Genetik
Y = F (E.G)
E = Environment, G Genetic (Seed)
Benih Merupakan Salah Satu Aspek G, Menentukan Produksi 50 %
Benih Terbagi Atas : Benih Inbrida
Benih Hibrida
Padi Hibrida
Memang benar padi hibrida mempunyai kelebihan berpotensi produksi sangat tinggi dan mempunyai
kualitas beras yang pulen dan wangi.Walaupun tertulis dikemasannya tahan berbagai macam penyakit
ternyata dilapangan tidaklah demikian. Sebagai bukti banyak padi hibrida yang ditanam petani terserang
hawar daun bakteri (kresek), hawar pelepah dan blast.
1. Padi hibrida terbukti sangat rawan terhadap serangan hama wereng, sundep/ beluk dan ulat.
2. Padi hibrida membutuhkan pemupukan yang lebih banyak jika dibanding dengan varietas unggul lokal
sehingga akan menambah biaya produksi bagi petani.
3. Walaupun mempunyai bulir malai yang banyak (hingga 400) tetapi seringkali bulir tersebut tidak terisi
semua. Kadangkala pengisian bulir padinya juga tidak bisa penuh.
4. Padi hibrida kurang memiliki adaptasi lingkungan yang tinggi, sehingga hanya spot-spot lokasi tertentu
yang cocok untuk penanaman padi hibrida.
5. Walaupun variets tertentu tertulis tahan kering dan cocok untuk gogorancah tetapi kehebatanya tidak
pernah lebih dari varietas situbagendit dan IR 64.
6. Mempunyai bentuk tanaman yang tinggi dan besar sehingga akan mempersulit petani dalam
perawatannya.
7. Benih padi hibrida tidak bisa ditanam kembali oleh petani. Hal tersebut akan menjadikan monopoli
pasar bagi produsen benih tersebut.
8. Harga benih padi hibrida jauh lebih mahal (Sekitar Rp.45.000/ kg) jika dibanding dengan variatas
unggul lokal yang hanya sekitar Rp.5000/ kg. Ini akan membengkakkan pengeluaran petani.
9. Memerlukan perawatan dan perhatian yang lebih hati-hati, sehingga akan menambah pengeluaran
tenaga dan biaya bagi petani.
Dari kelemahan-kelemahan padi hibrida tersebut bisa menjadi pertimbangan bagi pemerintah dan dinas
pertanian dalam hal pemberian bantuan benih bagi petani dan untuk kebijakan program-program yang
lain. Petani kita belum bisa menerima teknologi yang rumit-rumit dan ribet-ribet karena mengingat SDM
petani kita belum tergantikan dengan generasi muda.
c. Biji
Biji (bahasa Latin : semen) adalah bakal biji (ovulum) dari tumbuhan berbunga yang telah masak. Biji
dapat terlindung oleh organ lain (buah, pada Angiospermae atau Magnoliophyta) atau tidak (pada
Gymnospermae). Dari sudut pandang evolusi, biji merupakan embrio atau tumbuhan kecil yang
termodifikasi sehingga dapat bertahan lebih lama pada kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan.
Kata “biji” adalah pinjaman dari bahasa Sanskerta.
Struktur biji itu terdiri atas endosprem yang berfungsi untuk cadangan makanan selama proses
perkecambahan dan lembaga yang terdiri atas radikula dan plumula
Tebentuk dari bakal biji, hasil dari fertilisasi.Terletak dalam bakal buah.
Merupakan alat reproduksi generatif
Bagian dalam terdapat embrio atau calon individu baru.
Ada beberapa macam tipe bakal biji, yaitu orthotropous bila mikropil terletak di bagian atas, sedangkan
hilumnya di bagian bawah; amphitropous, yaitu bakal biji yang tangkai bijinya membengkok sehingga
ujung bakal biji dan tangkai dasarnya berdekatan satu sama lain. Anatropous, yaitu bakal biji yang
mempunyai mikropil membengkok sekitar 180o, dan campylotropous, yaitu bakal biji yang membengkok
90o sehingga tali pusar tampak melekat pada bagian samping bakal biji.
Biji mempunyai bentuk yang bermacam-macam, misalnya menyudut, ginjal, bulat, memanjang, bulat telur
dan lain-lain. Bentuk biji yang unik dijumpai pada genjer yang mempunyai biji, seperti ladam, dan
senggani yang mempunyai bentuk biji, seperti rumah siput.
Permukaan kulit luar biji bermacam-macam, ada yang halus, kasar, berkutil, berduri dan sebagainya. Ini
dapat dijumpai pada tumbuh-tumbuhan yang tergolong gulma.
Bagian-bagian biji :
1. Testa (kulit biji) berfungsi sebgai pelindung
2. Kotiledon/daun lembaga : menyimpan makanan dalam bentuk pati/amilum
3. Radikula (akar )
4. Plumula (daun pertama).
Fungsi biji :
>>Menyimpan cadangan makanan.
>>Alat pemencaran tumbuhan.
Spermodermis, merupakan kulit pelindung yang terluar. Pada Gymnospremae terdiri dari 3 lapisan yaitu
luar (lapisanyang tebal), tengah (lapisan yang keras) dan dalam (lapisanyang tipis). Ex : Gnetum gnemon,
Cycas rumphii. Pada Angiospermae terdiri dari 2 lapisan yaitu testa (lapisan yang tipis dan keras) dan
tegmen (lapisan yang tipis seperti selaput). Ex : Manggifera indica, Arachis hypogea.
Pada kulit biji dapat dijumpai bagian-bagian, seperti sayap, bulu, salut biji, pusar biji, liang biji, berkas
pembuluh pengangkut, tulang biji, carunle, dan strophiole.
Lembaga dan putih lembaga merupakan inti biji atau isi biji. Bagian ini terdapat di dalam kulit biji.
Lembaga atau embrio terdiri atas akar lembaga (radikula), daun lembaga (kotiledon), dan batang lembaga.
Putih lembaga terdiri atas putih lembaga dalam (endosperma) dan putih lembaga luar (perisperma).
Bagian embrio, seperti radikula akan berkembang menjadi akar. Pada tumbuhan Dicotyledoneae, radikula
akan berkembang menjadi akar tunggang. Pada Monocotyledoneae, akar tersebut akan berkembang
menjadi akar primer, namun masa hidupnya tidak lama karena segera diganti oleh sistem akar sekunder.
Kotiledon pada biji dapat berfungsi sebagai tempat penimbunan makanan, alat untuk berfotosintesis
sementara, dan sebagai alat untuk menghisap makanan dari putih lembaga. Batang lembaga terdiri atas
epikotil dan hipokotil. Epikotil adalah pemanjangan ruas batang di atas kotiledon, sedangkan hipokotil
adalah pemanjangan ruas batang di bawah kotiledon. Batang lembaga dan calon-calon daun merupakan
bagian lembaga yang disebut plumula.
Bagian putih lembaga, seperti endosperma merupakan cadangan makanan pada biji. Berdasarkan
pembentukannya, endosperma berasal dari sel induk endosperma yang telah dibuahi oleh sel sperma.
Perisperma merupakan putih lembaga luar. Bagian ini berasal dari nuselus atau selaput bakal biji.
(AnonymousH,2012)
PERKECAMBAHAN BIJI
Perkecambahan (germination) merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya
tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini,embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman
mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda.
Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah.
Proses perkecambahan
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun
media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi
(berarti “minum”). Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam
bentuk embun atau uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio
membesar) dan biji melunak. Proses ini murni fisik.
Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah enzim perkecambahan awal. Fitohormon asam absisat
menurun kadarnya, sementaragiberelin meningkat. Berdasarkan kajian ekspresi gen pada tumbuhan model
Arabidopsis thaliana diketahui bahwa pada perkecambahanlokus-lokus yang mengatur pemasakan embrio,
seperti ABSCISIC ACID INSENSITIVE 3 (ABI3), FUSCA 3 (FUS3), dan LEAFY COTYLEDON 1
(LEC1) menurun perannya (downregulated) dan sebaliknya lokus-lokus yang mendorong perkecambahan
meningkat perannya (upregulated), seperti GIBBERELIC ACID 1 (GA1), GA2, GA3, GAI, ERA1, PKL,
SPY, dan SLY. Diketahui pula bahwa dalam proses perkecambahan yang normal sekelompok faktor
transkripsi yang mengatur auksin (disebut Auxin Response Factors, ARFs) diredam oleh miRNA.
Perubahan pengendalian ini merangsang pembelahan sel di bagian yang aktif melakukan mitosis, seperti
di bagian ujung radikula. Akibatnya ukuran radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji terdesak
dari dalam, yang pada akhirnya pecah. Pada tahap ini diperlukan prasyarat bahwa cangkang biji cukup
lunak bagi embrio untuk dipecah.
Tipe perkecambahan
Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses perkecambahan dikenal perkecambahan hipogeal dan epigeal.
Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit
biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Contoh tipe ini terjadi pada kacang kapri
dan jagung. Pada epigeal hipokotillah yang tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula
terdorong ke permukaan tanah. Perkecambahan tipe ini misalnya terjadi pada kacang hijau dan jarak.
Pengetahuan tentang hal ini dipakai oleh para ahli agronomi untuk memperkirakan kedalaman tanam.
(AnonymousI,2012)
2.3 Kombinasi Benih dan Bibit
• Perpaduan dari biji + organ vegetatif
• Untuk mendapatkan perpaduan sifat » bag bawah (biji) ® perakaran kuat dan bag atas (batang) ® tan
pendek, bentuk cabang, rasa buah, ketahanan h & p, produksi > dll
• Tan buah ® mangga, nangka, durian dll
• Cepat berbuah karena tidak menunggu masa juvenile
2.3.1 GRAFTING AND BUDDING
Penyambungan atau penggabungan dua bagian (batang) tanaman menjadi satu.Bagian batang bawah
berasal dari biji Bagian atas berasal dari batang/cabang tanaman lain
Bagian batang bawah berasal dari biji. Bagian atas berasal dari batang/cabang tanaman lain
Budding
Sambung mata tunas, Menghemat bahan sambung
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
• Bahan Tanam : bagian tanaman yang digunakan untuk memulai/ mengawali budidaya tanaman
• Semua organ tanaman dapat digunakan sebagai bahan tanam, namun harus efisien, tersedia dan
berpotensi produksi tinggi
• Macam-macam bahan tanam : 1. Biji
2. Benih
3. Bibit
• Benih adalah hasil perkembangbiakan secara generatif maupun vegetatif yang akan digunakan untuk
memperbanyak tanaman atau untuk usaha tani
• Sertifikasi Benih adalah suatu proses pemberian sertifikasi atas cara perbanyakan, produksi dan
penyaluran benih sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian untuk dapat
diedarkan
Sebelum memilih media tanam baiknya mengetahui dahulu jenis Media tanam
Tanah ( tanah sebagai media tanam dengan kandungan unsur hara yang cukup akan baik hasilnya
utnuk kesehatan dan kesuburan tanaman ) namun campuran bahan media lain sangat baik untuk
menambahkan pori pada tanah karena tanah cenderung menjadi padat.
Sekam bakar ( sekam bakar sngat baik untuk media tanam karena memiliki unsur kimia yang di
dapat dari hasil proses pembakaran, sekam memiliki daya serap air yang tinggi dan menjaga
kelembabannya, namun asupan unsur lainnya harus di tambahkan )
Cocopit ( cocopit yang merupakan hasil olahan dari serabut kelapa juga sangat cocok untuk menanam
tanaman yang membutuhkan kelembaban yang cukup)
3. Media tanam harus memperhatikan faktor , kelembaban, daya serap air, unsur nutrisi, pori pori.
4. Ganti media tanam secara berkala untuk menjaga kandungan unsur nutrisi tanaman khususnya pada
tanaman Pot.
Ajangmaruapey
Rabu, 31 Maret 2010
MUTU BENIH DAN HAMBATAN DALAM MEMPRODUKSI BENIH BERMUTU
I. PENDAHULUAN
mencapai swasembada pangan, meningkatkan produksi tanaman industri dan tanaman ekspor,
mewujudkan agroindustri dalam negeri, menciptakan lapangan kerja, serta berusaha
meningkatkan pendapatan petani. Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, tidak dapat
dihindari dari penggunaan benih unggul yang merupakan mata rantai pertama dalam proses
budidaya tanaman. Jika benih yang digunakan tidak memiliki kualitas yang tinggi maka tanaman
tidak akan memberikan hasil yang tinggi pula. Dalam kegiatan budidaya tanaman, benih
menjadi salah satu faktor utama yang menjadi penentu keberhasilan. Peningkatan produksi
pertanianpun banyak ditunjang oleh peran benih bermutu. Meski program perbenihan nasional
telah berjalan sekitar 30 tahun, tetapi ketersediaan benih bersertifikat belum mencukupi
kebutuhan potensialnya.
Salah satu faktor yang menyebabkan masih rendahnya tingkat ketersediaan benih bermutu
adalah tingkat kesadaran petani untuk menggunakan benih yang berkualitas tinggi masih sangat
kurang. Pada umumnya petani hanya menyisihkan sebagian hasil panennya untuk dijadikan
sebagai benih untuk musim tanam berikutnya. Benih tersebut tentu saja tidak terjamin mutunya.
Hal ini disebabkan karena petani tidak mampu membeli benih yang dianggap mahal dan
terjadinya penurunan kepercayaan petani akan mutu benih yang bersertifikat, dimana tidak ada
kesesuaian antara isi label dengan kenyataan di lapangan. Hal ini tentu menimbulkan berbagai
masalah, antara lain pemborosan devisa negara dan sulit pula untuk mengawasi mutu benih
Benih menjadi salah satu faktor utama yang menjadi penentu keberhasilan dalam budidaya
tanaman. Menurut FAO, peningkatan campuran varietas lain dan kemerosotan produksi sekitar
2,6 % tiap generasi pertanaman merupakan akibat dari penggunaan benih yang kurang
terkontrol mutunya. Penggunaan benih bermutu dapat mengurangi resiko kegagalan budidaya
karena bebas dari serangan hama dan penyakit, tanaman akan dapat tumbuh baik pada kondisi
lahan yang kurang menguntungkan dan berbagai faktor tumbuh lainnya. (Wirawan dan
Wahyuni, 2002).
Benih yang bermutu menjanjikan produksi yang baik dan bermutu pula jika diikuti dengan
perlakuan agronomi yang baik dan input teknologi yang berimbang. Sebaliknya, bila benih yang
digunakan tidak bermutu maka produksinya banyak tidak menjanjikan atau tidak lebih baik dari
penggunaan benih bermutu. Penggunaan benih bermutu diharapkan mampu mengurangi berbagai faktor
pertanian yang utama dalam upaya peningkatan produksi karena tanpa penggunaan benih
unggul yang bermutu, maka penerapan sarana produksi lainnya akan kurang bermanfaat
bahkan menimbulkan kerugian petani (Anonim 1999). Penggunaan benih unggul dalam proses
budidaya tanaman, di samping dapat meningkatkan kuantitas produksi juga dapat memperbaiki
1. Mutu benih
Infut dasar yang paling penting dalam pertanian adalah mutu benih,mutu benih yang baik merupakan
dasar bagi produktifitas pertanian yang lebih baik. Benih merupakan salah satu faktor yang harus
diperhatikan dalam budidaya tanaman, karena faktor tersebut ikut menentukan produksi. Kualitas benih
itu sendiri akan ditentukan dalam proses perkembangan dan kemasakan benih, panen dan perontokan,
Mutu benih adalah hal yang penting dalam usaha produksi benih. Produsen atau pedagang
benih yang maju menggunakan mutu sebagai suatu teknik kompetitif sebagaimana harga dan
benih membangun reputasi positif atau kesan yang baik dan menghasilkan konsumen yang
Qamara dan Setiawan (1995), menyatakan bahwa salah satu kunci budidaya terletak pada
kualitas benih yang ditanam. Untuk itu diperlukan benih yang memiliki daya kecambah tinggi,
sehat dan murni. Benih yang memiliki persyaratan tersebut diharapkan akan menghasilkan bibit
yang benar, seragam dan sehat. Berdasarkan persyaratan kualitas, benih yang ditanam harus
bermutu tinggi. Benih yang bermutu tinggi mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : 1) Daya
tumbuh minimal 80 %, 2) Mempunyai unsur yang baik yaitu benih tumbuh serentak, cepat dan
sehat, 3) Benih murni minimal 99 %, 4) Campuran benih atau varietas lain maksimal 1 %, 5)
Sehat, bernas tidak keriput dan umumnya normal serta seragam, 6) Kadar Air 13 % dan 7)
Warna benih terang dan tidak kusam. Selanjutnya dikatakan bahwa program perbenihan
menitikberatkan pada penggunaan benih tepat mutu yang ditunjukkan pada labelnya. Agar tidak
tertipu oleh label benih, para pengguna benih (terutama petani) hendaknya memahami tentang
Penggunaan benih bermutu akan memberi banyak keuntungan bagi petani diantaranya akan
mengurangi resiko kegagalan budidaya karena benih bermutu akan mampu tumbuh baik pada kondisi
lahan yang kurang menguntungkan, bebas dari serangan hama penyakit sehingga dengan demikian
hasil panen dapat sesuai dengan harapan (Qamara dan Setiawan, 1995). Sedangkan menurut Hill
(1979) dalam Kartasapoetra (1992), bahwa pemakaian benih berkualitas tinggi dapat memberi hasil yang
Mutu benih adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh benih, yang menunjukkan
kemampuan untuk memenuhi standar yang ditentukan. Mutu benih adalah sejumlah atribut dan kerakter
benih yang ditunjukkan secara indifidual atau kelompok. Kualitas atau mutu benih dapat dibagi atas 4
1. Mutu Fisik
2. Mutu Fisiologis
3. Mutu Genetik
4. Mutu Pathologis
Mutu fisik benih ini berkaitan dengan kondisi fisik benih secara visual, seperti warna, ukuran, bentuk,
bobot dan tekstur permukaan kulit benih. Tolak ukur yang dijadikan kriteria adalah keseragaman.
Sifat-sifat lain yang diamati adalah tingkat keutuhan benih (tolak ukur; tingkat kerusakan benih),
tingkat kelembaban benih (tolok ukur; kadar air benih), dan tingkat kontaminasi benda lain (tolok
Mutu fisiologis benih berkaitan dengan aktivitas perkecambahan benih, yang di dalamnya terdapat
aktivitas enzim, reaksi-reaksi biokimia serta respirasi benih. Parameter yang biasa digunakan untuk
mengetahui mutu fisiologis benih ini adalah viabilitas benih serta vigor benih. Tolak ukur viabilitas
benih yaitu Daya Berkecambah (DB) dan Potensi Tumbuh Maksimum (PTM), sedangkan tolak ukur
vigor benih yaitu Daya Simpan Benih dan Kekuatan Tumbuh Benih (KecepatanTumbuh Benih).
c. Mutu genetik
Benih Mutu benih secara genetik ini barkaitan dengan susunan kromosom dan DNA benih serta jenis
protein yang ada dalam benih, dengan tolak ukur kemurnian genetis benih. Selain itu, tolak ukur lain
adalah kemurnian mekanis benih yaitu persentase kontaminasi jenis atau varietas lain.
Tolak ukur dari mutu pathologis benih yang biasa diginakan adalah status kesehatan benih. Hal-hal
yang diamati untuk mengetahui status kesehatan benih ini adalah keberadaan serangan pathogen,
Sehingga dapat dinyatakan bahwa mutu suatu benih dapat dilihat dari faktor-faktor sebagai
berikut : kebenaran varietas, kemurnian benih, daya hidup (daya kecambah dan kekuatan tumbuh), serta
Pada umumnya dipakai standar minimum sebagai dasar dari klasifikasi atau penununtun pengkuran
untuk menentukan tinggi rendahnya mutu suatu benih yaitu untuk kriteria benih murni, daya kecambah
dan kekuatan tumbuh. Sedangkan standar maksimum digunakan untuk kadar air benih, persentase biji
tanaman lain, gulma dan kontaminan-kontaminan lain serta hama dan penyakit pada benih. Kegagalan
benih untuk memenuhi satu atau lebih dari kriteria tersebut di atas dapat dianggap menunjukan sebagai
Dalam industri benih, pengendalian mutu memiliki tiga aspek penting, yaitu: (1) penetapan
standar minimum mutu benih yang dapat diterima, (2) perumusan dan implementasi sistem dan prosedur
untuk mencapai standar mutu yang telah ditetapkan dan memeliharanya, dan (3) pendekatan sistematik
untuk mengidentifikasi sebab-sebab adanya masalah dalam mutu dan cara memecahkannya. Aspek
pertama merupakan kewajiban lembaga pengawas benih, yang di Indonesia secara operasional berada
di tangan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB). Pengendalian mutu oleh pihak ini disebut
juga pengendalian mutu eksternal. Aspek kedua dan ketiga merupakan kewajiban produsen benih yang
bisnis benih. Tetapi, hal ini sering tidak dipandang sebagai sumber daya oleh produsen benih, kecuali
oleh perusahaan benih yang besar. Pengendalian mutu merupakan suatu kegiatan yang dapat dilakukan
Gagasan mutu tinggi dan konsep aplikasi pengendalian mutu harus merasuk ke semua fase
bisnis benih dan tidak terbatas pada keinginan sementara saja serta sedikit pengujian rutin setelah benih
berada di penyimpanan atau saluran pemasaran. Kepedulian tentang mutu benih dan tindakan untuk
menjamin bahwa standar tercapai dan terpelihara dimulai dengan seleksi benih untuk ditanam, kemudian
distribusi, dan berakhir dengan keragaan benih yang memuaskan di lapangan produksi petani.
Teknik pengawasan mutu bukan merupakan hal yang asing bagi produsen benih dan pedagang
benih. Tetapi umumnya, kegiatan ini sering dilakukan secara tidak menyeluruh di setiap aspek kegiatan
produksi benih, sejak penyiapan lapang produksi sampai benih siap disalurkan. Mutu benih yang jelek
kebanyakan sering merupakan hasil dari tidak melakukan sutu kegiatan atau melakukannya dengan
tidak benar. Pengendalian mutu semestinya mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang diarahkan pada
pencapaian standar mutu menjadi usaha yang komprehensif, sistematis, dan berkelanjutan.
Pengendalian mutu berurusan dengan perhatian dan upaya pada berbagai kegiatan yang termasuk
dalam bisnis benih. Prosedur yang digunakan dalam mengendalikan mutu berkisar dari yang sederhana,
seperti pengontrolan sewaktu-waktu terhadap gulma yang berbahaya, sampai yang kompleks, seperti
perancangan ulang sampai tuntas atas sistem penanganan dan pengangkutan benih untuk
meminimumkan kerusakan benih. Pengendalian mutu berusaha menghindarkan timbulnya masalah atau,
Perilaku atau cara pengelolaan merupakan faktor dalam mengembangkan program pengendalian
mutu yang efektif. Tidak mungkin membangun suatu jenis program pengendalian mutu, kecuali jika
pengelolaan terikat pada standar mutu tertentu. Keterikatan ini harus sungguh-sungguh dan konsisten.
Sering terjadi bahwa pengelolaan hanya memberikan perhatian pada mutu ketika timbul masalah yang
serius, bahkan dibarengi dengan banyak keluhan, atau ketika ada hal-hal yang tidak memuaskan. Tetapi,
jika musim tanam telah berakhir dan masalah telah teratasi, maka semua perhatianpun berakhir;
masalah yang timbul dilupakan sehingga menjadi masalah lagi dan menimbulkan situasi yang sama
Mutu benih terdiri dari banyak atribut atau sifat benih. Dipandang dari individu benih, sifat-sifat itu
sifat-sifat mutu mencakup kadar air, daya simpan, besaran kontaminan (benih gulma dan tanaman
lainnya), keseragaman lot, dan potensi keragaan. Benih bermutu tertinggi adalah benih yang murni
genetis, dapat berkecambah, vigor, tidak rusak, bebas dari kontaminan dan penyakit, berukuran tepat
(jika perlu), cukup dirawat (untuk jenis-jenis yang perlu dirawat), dan secara keseluruhan berpenampilan
baik. Mutu yang ideal ini jarang tercapai. Agar lot benih memenuhi semua spesifikasi yang ideal, maka
ditetapkan adanya standar mutu minimum. Standar minimum ini bukanlah tujuan, tetapi merupakan taraf
terendah dari berbagai sifat mutu yang dapat diterima. Adapun tujuannya adalah berupa mutu yang
tertinggi.
Mutu benih adalah hal yang paling penting dalam usaha produksi benih. Produsen atau
pedagang benih yang maju menggunakan mutu sebagai suatu teknik kompetitif sebagaimana harga dan
pelayanan. Mutu merangsang ketertarikan konsumen, membantu produsen dan pedagang benih
mengembangkan reputasi yang positif atau kesan yang baik, dan menghasilkan konsumen yang puas
Program pengendalian mutu sebagian besar didasarkan pada pemerikan, pengambilan contoh
yang terjadwal tepat, pengujian dan interpretasi hasil pengujian. Karena produsen benih kebanyakan
harus tergantung pada laboratorium pengujian benih untuk informasi yang diperlukan agar pengendalian
mutu berjalan, maka pemahaman atas hasil pengujian benih juga sangat penting. BPSB menyampaikan
hasil dari pengujian tanpa memberikan komentar atau saran atas hasil pengujian itu. Karena itu,
produsen benih harus dapat menginterpretasi hasil pengujian itu, yang lazimnya dilakukan oleh
Berikut ini disampaikan komponen-komponen dalam pelaksanaan pengendalian mutu yang harus
diperhatikan oleh produsen benih. Pengendalian mutu tidak lebih dari memberikan perhatian atas
operasi dan prosedur yang penting dalam melaksanakan bisnis benih; kualifikasi benih yang akan
dihasilkan dapat dicek secara periodik sehingga dapat ditentukan apakah akan memenuhi standar dan
dapat dipertahankan.
a. Sumber Benih
Kemurnian varietas dari suatu pertanaman untuk menghasilkan benih tidak akan lebih baik
daripada kemurnian benih yang ditanam, bahkan dapat lebih jelek. Penggunaan benih yang murni
varietas dan bebas dari benih gulma merupakan langkah pertama dalam pengendalian mutu. Jika benih
akan diberi sertifikat, maka sumber benih harus tertentu kelasnya dan diperiksa oleh BPSB. Jika bukan
benih bersertifikat akan dihasilkan, penggunaan benih sumber berkelas sebar merupakan cara terbaik
b. Lahan
Lahan yang digunakan untuk produksi benih harus subur, berdrainase baik dan cukup bebas dari
gulma, terutama gulma yang sulit dipisahkan dari benih yang akan diproduksi. Lahan harus tidak
ditanami sebelumnya dengan varietas yang berbeda atau lahan harus bera. Dalam hal lahan
sebelumnya ditanami dengan varietas yang berbeda, maka hendaknya diikuti persyaratan pemberaan
yang telah diatur oleh BPSB, walaupun bukan benih bersertifikat akan dihasilkan. Hal ini dimaksudkan
c. Penanaman
Alat atau mesin tanam harus bersih sebelum diisi dengan benih yang akan ditanam. Usahakan
agar hanya menanam satu varietas setiap harinya. Jika lebih dari satu varietas akan ditanam pada hari
yang sama di lahan yang berbeda, bisa terjadi kesalahan mengisi alat tanam dengan satu atau dua
kantong benih yang berbeda sehingga menyebabkan penanaman varietas yang berbeda di lahan yang
sama. Dalam produksi benih legum, misalnya, benih yang akan ditanam mungkin perlu diinokulasi,
tergantung pada jenisnya dan kondisi lahan. Benih harus disisakan kira-kira 0,5 kg untuk disimpan. Hal
ini perlu untuk pengujian ulang jika ternyata benih tidak tumbuh dengan memuaskan. Pencatatan
kualifikasi benih yang ditanam sebaiknya dilakukan, atau hal ini dapat ditempuh dengan menjaga label
d. Isolasi
Jarak antarvarietas hendaknya memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan BPSB walaupun bukan
benih bersertifikat yang akan dihasilkan. Produsen benih dapat menggunakan isolasi jarak atau isolasi
waktu tergantung kebutuhan atau situasi lapangan. Persyaratan minimum jarak atau waktu isolasi telah
e. Teknik Budidaya
Pengendalian gulma merupakan salah satu kegiatan yang ditekankan dalam prosedur menghasilkan
benih bersertifikat.
f. Pemeriksaan Lapang
Petugas yang bertanggung jawab atas pengendalian mutu atau supervisor produksi harus memeriksa
lapangan beberapa kali dan melakukan roguing, yaitu: (1) setelah muncul bibit sambil menetapkan status
pertanaman, (2) selama musim awal pertumbuhan tanaman sambil mencek keperluan pengendalian
gulma dan menilai status pertanaman, (3) pada saat pembungaan untuk mencek kemurnian varietas,
dan (4) sebelum panen untuk mencek kemurnian varietas, kehadiran gulma yang berbahaya, dan
g. Pemanenan
Alat pemanenan atau ‘kombain’ (combine) harus bersih sekali dan diperiksa sebelum digunakan. Waktu
panen sedapat mungkin ditetapkan berdasarkan kadar air benih, terutama jika menggunakan cara
mekanis untuk pemanenan. Pemanenan harus dilakukan jika kadar air benih telah sesuai agar benih
tidak mengalami kerusakan mekanis. Hindari pemanenan dalam kondisi cuaca hujan atau mendung agar
tidak menimbulkan masalah dalam pengeringan. Efektivitas pemanenan harus diperhatikan dengan
memeriksa ketepatan fungsi setiap bagian alat pemanen. Walaupun saat ini telah ada kombain yang
terprogram komputer, pengamatan hasil kerjanya masih memerlukan campur tangan operator. Selain itu,
hendaknya dilakukan pengambilan contoh benih untuk mengukur kadar air dan menyesuaikan
penyetelan bagian perontok dari kombain. Kebersihan conveyor, trailer, dan alat lain yang digunakan
harus terjamin.
Setelah dipanen, benih hendaknya ditempatkan dalam penyimpanan lindak yang bersih. Aerasi
diperlukan jika kadar air benih cukup tinggi, misalnya 13-14% untuk kedelai. Aerasi diperlukan juga
walaupun kadar air benih setinggi 12% atau kurang untuk menghindari adanya ‘titik atau sumber panas’
(hot spot) di dalam massa benih. Contoh benih juga diambil dari simpanan lindak ini dan dikirimkan ke
laboratorium untuk diuji kemurnian dan perkecambahannya. Berdasarkan hasil pengujian itu produsen
benih harus menetapkan status mutu benihnya dan memutuskan apakah perlu untuk mengolah benih
lebih lanjut; langkah-langkah tertentu mungkin diperlukan pada taraf itu agar benih yang telah diuji pada
i. Pengolahan Benih
Alat-alat pengolahan benih harus diperiksa dan dibersihkan dari kontaminan. Alat-alat yang diperlukan
hendaknya dipasang dengan benar untuk menekan kehilangan dan mencapai hasil pemilahan yang
optimum atau memenuhi standar. Pemilihan alat pemilahan benih yang tepat sangat perlu. Selanjutnya
benih harus diambil contohnya dan dikirimkan ke laboratorium untuk penilaian mutunya. Kira-kira 1 kg
benih hendaknya disimpan sebagai arsip dan kelompok benih harus dihitung serta ditentukan kebutuhan
j. Penyimpanan
Produsen benih pada umumya harus menyimpan benih sebelum disalurkan. Jika kantong-kantong benih
tidak diberi etiket (label), usahakan untuk menyimpan benih berdasarkan kelompoknya. Walaupun
demikian, penumpukan benih berdasarkan kelompok yang sama sebaiknya dilakukan agar
mempermudah penanganannya. Catatan tentang jumlah kantong benih per kelompok harus ada,
lengkap dengan posisinya di dalam gudang. Gudang harus bersih dan bebas dari tikus.
k. PemeriksaanTerakhir
Pengambilan contoh benih masih diperlukan sebelum benih didistribusikan, terutama untuk
pengangkutan jarak jauh. Hal ini untuk menghindari tuntutan dari konsumen, terutama jika benih telah
disimpan cukup lama di dalam gudang, walaupun masih belum kedaluwarsa. Gudang, wadah
penyimpanan, dan alat-alat pengolahan, pemanenan, dan penanaman harus dibersihkan pada akhir
kegiatan produksi benih di musim yang bersangkutan. Evaluasi harus dilakukan atas pelaksanaan
produksi benih yang lalu agar dapat melakukan perbaikan dalam kegiatan di musim berikutnya.
Produsen benih disarankan untuk melihat lapang yang telah digunakan; suatu gagasan mungkin akan
muncul untuk meningkatkan taraf pengendalian mutu pada masa yang akan datang.
* Tingkat keusangan benih, yaitu hubungan antara vigor awal benih dengan lamanya benih yang
disimpan.
* Patogen pada benih, terutama soybean mozaic virus (SMU) serta penyakit virus lainnya
* Ukuran dan berat jenis benih
c. Faktor lingkungan
* Musim tanam
* Kultur teknik
* Waktu panen
* Cara tanam
* Cara penimbunan serta lamanya penimbunan brangkasan sebelum pengeringan dan pembijian
* Cara pengeringan
1. Permasalahan
Fakta dilapangan menunjukkan bahwa ketersediaan dan penggunaan benih bermutu (dan
berlabel) masih rendah. Permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan produksi benih antara
lain adalah :
a. Keterbatasan ketersediaan benih sumber untuk diperbanyak oleh produsen dan penangkar benih
b. Produsen benih kelas menengah ke bawah umumnya belum mempunyai pemulia sendiri, serta
c. Keterbatasan modal usaha, sehingga penggunaan input dan sarana produksi terbatas, yang
sementara pemohon pelepasan varietas sayuran berasal dari intoduksi (luar negeri) meningkat.
e. Keterbatasan data supply-demand benih antar daerah dan antar sentra, sehingga jalur dan
g. Keterbatasan dana operasional bagi Balai Benih BPS danPengawan Benih Tanaman
2. Kendala utama
Persoalannya, ketersediaan benih unggul sampai saat ini masih merupakan kendala utama. Benih-benih
yang diproduksi masih banyak yang belum memenuhi persyaratan yang dimaui pelanggan. Hal ini turut
Dalam memproduksi benih bermutu sangat tergantung kepada input, proses, dan output. Input dimulai
dari benih sumber (untuk produksi) yang memenuhi standar. Dari situ akan dihasilkan benih penjenis
(breeder seed) untuk kemudian diseleksi lagi menjadi benih dasar (fondation seed). Selanjutnya akan
dipisahkan benih stok (stock seed) untuk selanjutnya dihasilkan benih sebar (extention seed) yang akan
digunakan sebagai benih oleh petani Lebih jauh mengenai benih bermutu, menurut (Udin S Nugaraha
Phd 2002),
Benih harus asli dan lulus uji kualitas yang berarti kalau ditanam harus tumbuh. Selain itu benih harus
murni. Artinya, tidak tercampur oleh varietas lain atau biji gulma melampaui batas toleransi. Untuk
menjamin keaslian harus ada sistem standardisasi baik pada sistem mutu, kompetensi personel, maupun
akreditasi laboratorium. Sehingga harus ditekankan bagaimana produsen mampu memperbanyak benih
dengan tetap menjaga kualitas. Selain standardisasi, perlu juga diperhatikan mengenai sertifikasi.
Persyaratan benih bermutu merupakan hal yang sangat penting dalam rangka melindungi kepentingan
konsumen. Khusus mengenai benih bersertifikat, ia tidak setuju kalau petani dipaksa harus membeli
benih bersertifikat. Yang lebih penting adalah mendorong kesadaran petani untuk menggunakan bibit
bermutu. "Akan lebih baik kita membangun budaya peduli mutu di kalangan petani kita, agar mereka siap
bersaing nantinya,". Petani juga perlu didorong agar mampu membuktikan diri bahwa mereka bisa
Kepercayaan diri ini penting untuk menghadapi persaingan global. Justru harus banyak diciptakan pulling
factor yang membuat petani dan swasta bergairah memproduksi benih bermutu," kata Udin. Misalnya
saja saat ini ada permintaan beras instan dan beras bening yang tinggi dari negara-negara Timur
Tengah. Atau berkembangnya industri berbahan baku beras seperti industri bihun. Ini tentu merupakan
peluang termasuk penyediaan benih-benih yang sesuai dan bermutu Pertanian Maju Dalam pertanian
maju, benih tidak hanya semata-mata sebagai bahan tanam, namun juga sebagai sarana pembawa
teknologi (delivery mechanism). Varietas unggul dengan karakteristik daya hasil tinggi, resistensi
terhadap hama dan penyakit, serta toleransi terhadap keracunan merupakan contoh teknologi yang
disalurkan kepada konsumen melalui benih. Dengan demikian produksi benih dalam skala luas dengan
mekanisme pengendalian mutu mesti menjadi prioritas. Selain itu untuk menjaga keaslian dan kemurnian
varietas selama proses produksi dan distribusi memerlukan keahlian dan manajemen khusus.
Hal ini sebagai antisipasi terhadap perubahan lingkungan global, khususnya untuk komoditas strategis.
lalu seberapa besar kontribusi benih terhadap hasil produksi? Kalau hal itu ditanyakan ke ahlinya, secara
matematis sulit dihitung. Menurut Udin, komponen terbesar untuk keberhasilan produksi adalah teknologi
(intensifikasi). Sedangkan perluasan lahan atau ekstensifikasi tidak sebesar komponen teknologi
tersebut Salah satu yang paling menonjol dari komponen teknologi tersebut adalah varietas unggul," ujar
Udin. Dan varietas unggul itu sangat tergantung kepada ketersediaan benih dalam skala luas, lanjutnya.
Dengan demikian peranan pemuliaan tanaman dan teknologi benih saat ini dan masa mendatang
V. PENUTUP
Benih merupakan salah satu faktor utama dalam kegiatan budidaya tanaman yang menjadi
penentu keberhasilan. Peningkatan produksi pertanian banyak ditunjang oleh peran benih
bermutu. Benih yang bermutu menjanjikan produksi yang baik dan bermutu pula jika diikuti
dengan perlakuan agronomi yang baik dan input teknologi yang berimbang. Sebaliknya, bila
benih yang digunakan tidak bermutu maka produksinya banyak tidak menjanjikan atau tidak
Penggunaan benih bermutu akan memberi banyak keuntungan bagi petani diantaranya akan
mengurangi resiko kegagalan budidaya karena benih bermutu akan mampu tumbuh baik pada kondisi
lahan yang kurang menguntungkan, bebas dari serangan hama penyakit sehingga dengan demikian
hasil panen dapat sesuai dengan harapan. Pemakaian benih berkualitas tinggi dapat memberi hasil yang
diharapkan, yang menyangkut peningkatan kualitas dan kuantitas produksinya. Oleh karena itu
penyediaan benih unggul yang bermutu hendaknya memenuhi kriteria enam tepat yaitu tepat varietas,
tepat mutu, tepat waktu, tepat jumlah, tepat tempat, dan tepat harga.
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Documents%20and%20Settings/User/Local%20Settings/Application%20Data/Microsoft/CD
%20Burning/BENIH/PERMASALAHAN%20BENIH.htm.
Anonim, 1987. Evaluasi Bibit dalam Pengujian Daya Tumbuh Laboratorium Pusat. Sub Direktorat
Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih. Direktorat Bina Produksi Tanaman Pangan, Jakarta.
_____,2000. Pedoman Umum Analisis Mutu Benih. Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura, Direktorat Bina Perbenihan, Jakarta.
Baihaki, A 1996. Prospek penerapan “Breeder Right” di Indonesia, dalam Sumarno ,Hari Bowo, B.
Priyanto, Nova Agustin dan Widi Wiryani (Ed). Prosiding Simposium Pemuliaan Tanaman IV. Vol V.
(9):1-16. Univ.Pembangunan Nsional. Surabaya.
Departemen Pertanian, 2001. Undang-undang RI nomer 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas
Tanaman.
Hadi S. dan Baran, W. , 1995. Keterkaitan dunia pendidikan tinggi dengan industri perbenihan dalam
penyediaan pangan nasional. Prosiding Seminar Sehari Perbenihan menghadapi Tantangan
Pertanian Abad XXI. Keluarga benih vol.VI(1):25-34.
Kuswanto, H., 1994. Produksi dan distribusi benih. Forum komunikasi dan antar peminat dan ahli benih.
Balittas. Malang.
Qamara, W., dan A, Setiawan S. 1995. Produksi Benih. Bumi Aksara, Jakarta.
Sadjad, S. 1981. Peranan benih dalam usaha pengembangan palawija 1. Buletin Agronomi XII (1): 12-
15.
Sumarno, D. M. Arsyad, dan I. Manwan. 1990. Teknologi usaha tani kedelai. Risalah Lokakarya
Pengembangan Kedelai.Puslitbangtan Bogor, Hal. 23-49.
Wahyu, Q., dan Asep S., 1995a. Produksi Benih. Bumi Aksara, Jakarta.
Wirawan, B., dan Sri Wahyuni. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar Swadaya, Jak
Dalam dunia pertanian, istilah jumlah populasi memang sudah tidak asing lagi bagi para petani dan penghobi
pertanian. menghitung jumlah populasi memang sangat pernitng dilakukan untuk menghindari kerugian karena
mengalami kekeliruan dalam menyediakan benih atau bibit yang akan di butuhkan. berikut ini merupakan rumus
dasar dalam menghitung jumlah populasi :
JP = L.lahan : JT
Ket:
JP (Jumlah Populasi)
L.Lahan (Luas lahan dalam m2)
namun, rumus diatas hanya untuk menghitung jumlah populasinya saja, yang perlu kita ketahui sebelum
menyemaikan benih atau membeli bibit dapat digunakan perhitungan KEBUTUHAN BENIH, yaitu :
sehingga hasil perhitungan yang didapatkan adalah jumlah benih yang dibutuhkan dalam jumlah gram/kg.
perhitungan ini sangat berguna sekali bila digunakan luas lahan yang sangat luas.
Menyulam di sini yaitu mengganti tanaman nan mati, sudah tua, tanaman cabe nan kerdil, atau tak
produktif. Hal ini wajar dilakukan sebab semaksimal apapun usaha kita dalam menanam bibit cabe, dalam
pertumbuhannya niscaya ada beberapa nan tak sinkron dengan harapan. Oleh sebab itu, harus dilakukan
penyulaman tanaman cabe .
Penyulaman nan baik hendaknya dilakukan sampai umur 3 minggu. Jika penyulaman dilakukan ketika
usia cabe lebih tua, justru bisa mengakibatkan ketidaseragaman pertumbuhan tanaman-tanaman cabe.
Akibatnya Anda akan mengalami kesulitan ketika harus melakukan pengendalian hama. Karena harus
dilakukan serentak di seluruh perkebunan.
Perempelan nan harus dilakukan buat merawat kebun cabe ialah perempelan tunas samping dan
perempelan daun. Perempelan tunas samping sebaiknya di lakukan pada bagian ketiak daun. Tujuanya tak
lain agar terpacunya pertumbuhan vegetatif pada tanaman cabe, agar menjadi tanaman nan kekar.
Perempelan tunas samping juga berperan dalam menjaga kelembapan hinga tanaman cabe ini dewasa.
Proses perempelan ini dilakukan secara berkala hingga terbentuknya cabang primer nan ditandai dengan
kemunculan kembang pertama.
Selain perempelan tunas, perempelan daun juga sebaiknya dilakukan hingga usia 80 hari setelah tanam
(HST). Bagian daun nan dirempel yaitu nan terletak tepat di bawah cabang primer dan pada daun-daun
nan sudah tua. Begitupun halnya pada daun-daun nan terserang penyakit. Tujuannya tentu agar dapat
tumbuh daun-daun baru nan bisa membantu tanaman cabe dalam ber fotosintesis .
Sanitasi Lahan
Sanitasi huma ini bertujuan agar huma nan digunakan buat tumbuhnya tanaman cabe bersih. Jika huma
higienis maka tanaman cabe bisa berproduksi dengan baik. Sanitasi ini diperlukan buat merawat huma
agar bebas dari gulma atau rumput, prosesnya yaitu dengan penyiangan. Selain itu sanitasi huma juga
membantu Anda membuat drainase nan baik agar bisa mengandalikan air, agar tak menggenang ketika
hujan deras melanda.
Dengan penyiangan tanaman, cabe bisa tumbuh optimal sebab tak terganggu pertumbuhan tanaman lain.
Tanaman-tanaman nan bisa mengurangi unsur hara nan seharusnya dinikmati oleh tanaman cabe.
Penyiangan juga memudahkan sinar matahari masuk sehingga fotosintesis bisa berlangsung dengan baik.
Dengan begitu produksi per satuan luas huma bisa ditingkatkan.
Ada beberapa hal nan harus diperhatikan dalam proses penyiangan ini:
1. Penyiangan dilakukan jika gulma memang sudah terasa mengganggu tanaman cabe.
2. Penyiangan sebaiknya dilakukan setelah 7 hari SMT dan 23-30 hari SMT.
3. Sebaiknya dilakukan bersamaan dengan proses penggemburan tanah.
4. Sebaiknya proses penyiangan ini dilakukan pada saat cuaca cerah. Tujuannya agar gulma cepat
wafat dan memudahkan Anda dalam membuat drainase.
Penggemburan Lahan
Penggemburan huma diperlukan buat memudahkan tanaman dalam mencari makananya. Tujuan lainnya
yaitu membiarkan mikroba nan terdapat di dalam tanah hayati dengan baik. Aerase buat penambahan
oksigen ke tanah juga dapat tetap lancar hingga hasil produksi cabe mendapatkan hasil nan baik.
Pemasangan Turus
Pemasangan turus ialah salah satu perlakukan nan juga diperlukan buat merawat perkebunan cabe. Ada
beberapa tujuan dari pemasangan turus ini:
Ada beberapa tips nan dapat dilakukan dalam pemasangan turus ini:
Pemupukan Susulan
Pemupukan susulan dilakukan buat memperbaiki sifat kimia, fisika dan juga sifat biologi pada tanah nan
telah ditanami. Pupuk nan diberikan dapat berupa pupuk organik maupun anorganik. Perbedaannya ialah
bahan dasarya, di mana pupuk organik terbuat dari residu tanaman, hewan atau manusia nan telah diurai
oleh bakteri sedangkan anorganik dibuat di pabrikan dengan menggunakan bahan kimia. Pemupukan ini
dilakukan pada akar dan daun.
Pupuk akar
Pemupukan ini diberikan dengan cara pengocoran, aturannya ialah sebagai berikut:
1. Pemberian takaran sebanyak 3 kg NPK 15-15-15, dilarutkan ke dalam 200 Lt air. Ini dapat
diberikan buat 1000 tanaman cabe hingga tiap tanaman bisa memperoleh 200ml pupuk.
Pemberiannya dilakukan pada usia 15 dan 30 HST.
2. Selanjutnya pada umur 45 dan 60 HST, diberi takaran 4kg NPK 15-15-15. Takaran ini dilarutkan
juga ke dalam air sebanyak 200 Lt. Dapat diberikan buat 1000 tanaman cabe sehingga masing-
masing tanaman mendapat 200 ml pupuk.
3. Begitupun pada usia 7 dan 90 HST. Hanya saja takaran nan diberikan menjadi 5kg NPK 15-15-15
nan dilarutkan.
Pupuk Daun
Untuk pupuk daun ini dilakukan pada 14, 21, 35, dan 75 HST. Pupuk dengan nitrogen tinggi diberikan
pada umur 14 dan 21 hari setelah tanam. Pada usia 35 dan 75 hari stelah tanam ialah pemberian pupuk
dengan kandungan Kalium, Phospat, dan Mikro nan tinggi.
Pengendalian hama dan penyakit merupakan salah satu bagian nan juga krusial dalam merawat
perkebunan cabe. Ada beberapa hal nan harus diperhatikan dalam pelaksanaannya yaitu:
1. Pengendalian kimiawi dengan insektisida nan menggunakan karbofuran aktif sebanyak 1 gram ke
dalam lubang tanah. Insektisida ini dapat mengendalikan ulat tanah, gangsir, dan nematoda nan
merupakan hama berbahaya buat tanaman cabai.
2. Pengendalian kiwiawi lainya dengan insektisida, kandungannya disesuaikan dengan hama nan
menyerang. Alasannya sebab terdapat disparitas zat nan dibutuhkan buat mengendalikan hama-
hama tersebut. Beberapa bahan insektisida nan seringkali dibutuhkan yaitu insektisida nan
mengandung bahan aktif abamektin, tiametoksam, asetamiprid, imidakloprid, klorfenapir,
sipermetrin atau lamdasihalotrin, amitraz, klofentezin, dan banyak lagi kandungan kimia lainnya.
3. Pemberian insektisida nan tepat bisa mengendalikan hama secara efektif. Mulai dari kutu daun,
thrips, kutu kebul, tungau, lalat buah, ataupun ulat grayak nan seringkali menyerang tanaman cabe.
4. Penyakit nan seringkali menyerang tanaman cabe yaitu rebah semai, layu bakteri, layu fusarium,
busuk Phytophtora, busuk kuncup, bercak cercospora, antraknosa, dan berbagai virus. Ada
penanganan spesifik buat setiap penyakit tersebut. Namun buat mencegah penularan penyakit
hendaknya dilakukan penyiangan secara bekala.
5. Strategi buat mengendalikan hama dan penyakit dengan menggunakan insektisida maupun
pestisida hendaknya dilakukan secara berselang. Jangan pernah menggunakan bahan aktif nan
sama secara berturut-turut sebab membuat pengendalian hama menjadi tak efektif.
Demikianlah berbagai tips dan hal nan harus diperhatikan tentang perkebunan cabe, smoga memberi
kegunaan bagi Anda.