Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebelum memasuki pada pola pertumbuhan alangkah baiknya dimengerti


dahulu soal pertumbuhan itu sendiri. Pertumbuhan menunjukkan pertambahan
ukuran dan berat kering yang tidak dapat balik yang mencerminkan pertambahan
protoplasma mungkin karena ukuran dan jumlahnya bertambah. Pertambahan
protoplasma melalui reaksi dimana air, CO2, dan garam-garaman organik dirubah
menjadi bahan hidup yang mencakup; pembentukan karbohidrat (proses
fotosintesis), pengisapan dan gerakan air dan hara (proses absorbsi dan
translokasi), penyusunan perombakan protein dan lemak dari elemen C dari
persenyawaan organik (proses metabolisme) dan tenaga kimia yang dibutuhkan
didapat dari respirasi.
Pola pertumbuhan sendiri merupakan tahapan-tahapan dimana tanaman itu
memasuki masa-masa vegetatif dan generatif. Pola pertumbuhan ini sangat
penting untuk dimengerti, karena dengan mengetahui pola pertumbuhan tanaman,
maka pembudidaya tanaman akan mendapatkan suatu strategi yang tepat untuk
melakukan pemeliharaan tanaman yang tepat dan efektif.
Dalam melakukan perbanyakan tanaman, cara yang dapat ditempuh adalah
dengan cara generatif dan vegetatif. Kedua cara tersebut memiliki kelebihan dan
keunggulan masing-masing. Cara yang dipilih harus disesuaikan dengan
karakteristik setiap tanaman.
Perbedaan mendasar antara cara generatif dan vegetatif terletak pada
bagian tanaman yang digunakan untuk perbanyakan. Cara generatif adalah
perbanyakan melalui biji atau perbanyakan secara seksual. Dalam perbanyakan
secara generatif, biji digunakan sebagai alat perbanyakan. Untuk perbanyakan
dengan cara vegetatif, bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting,
pucuk, daun, umbi dan akar ditanam kembali untuk menghasilkan tanaman baru,
yang sama dengan induknya. Perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut tanpa
melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk. Prinsipnya
adalah merangsang tunas adventif yang ada di bagian-bagian tersebut agar
berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun
sekaligus.
Baik perbanyakan secara generatif maupun vegetatif dalam prosesnya
dapat terjadi secara alami maupun buatan. Secara alami terjadi dengan sendirinya
atau dengan bantuan angin, air, serta hewan. Yang terjadi secara buatan dilakukan
oleh manusia.
Cara generatif yang alami terjadi tanpa bantuan manusia. Sebagai contoh
penyebaran rumput dibantu oleh angin, biji kelapa di pantai tersebar dengan
bantuan air laut, sedangkan biji tanaman kopi disebarkan oleh luwak. Sedangkan
cara generatif buatan yaitu dengan bantuan manusia yang sengaja menanam biji
tersebut untuk mendapatkan tanaman baru.
Perbanyakan dengan vegetatif alami terjadi dengan sendirinya oleh proses
alamiah. Contohnya spora tumbuhan jamur, lumut, dan paku-pakuan jatuh ke
tanah kemudian tumbuh menjadi tumbuhan baru. Umbi batang pada kentang,
umbi lapis pada bawang merah, dan tunas pada bambu dan pisang akan tumbuh
menjadi tanaman baru di samping tanaman induknya. Selain itu akar tinggal
(rizhoma) kunyit, jahe, temulawak, dan lengkuas pun dapat tumbuh menjadi
tanaman baru. Geragih atau stolon untuk rumput teki, semanggi, strawberry, dan
pegagan tumbuh menjadi tumbuhan baru saat ruas batang yang menyentuh tanah
dan muncul akar. Selain itu, ada pula tunas adventif akar sukun dan kesemek,
serta tunas adventif daun cocor bebek.
Cara vegetatif buatan umumnya dilakukan untuk jenis tumbuhan berkayu.
Jenisnya antara lain cangkok, stek, okulasi, dan sambung. Keempatnya tidak dapat
terjadi tanpa bantuan manusia. Khusus untuk okulasi dan sambung, dilakukan
untuk mendapatkan tanaman baru yang memiliki sifat-sifat baik dari kedua
induknya. Batang utama yang dipilih untuk okulasi dan sambung adalah tanaman
yang tahan hama dan penyakit namun buah kurang manis, sedangkan batang yang
diambil mata tunasnya atau disambung menghasilkan buah unggul tetapi rentan
hama dan penyakit. Diharapkan tanaman baru hasil keduanya akan menjadi
tanaman yang berbuah unggul, berukuran besar dan manis serta tahan hama dan
penyakit.
Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan menanam biji yang
dihasilkan dari penyerbukan antara bunga jantan (serbuk sari) dan bunga betina
(kepala putik). Secara alami proses penyerbukan terjadi dengan bantuan angin
atau serangga. Namun, saat ini penyerbukan sering dilakukan manusia, terutama
para pemulia tanaman untuk memperbanyak atau menyilang tanaman dari
beberapa varietas yang berbeda.
Keunggulan tanaman hasil perbanyakan secara generatif adalah sistem
perakarannya yang kuat dan rimbun. Oleh karena itu, sering dijadikan sebagai
batang bawah untuk okulasi atau sambungan. Selain itu, tanaman hasil
perbanyakan generatif juga digunakan untuk program penghijauan di lahan-lahan
kritis yang lebih mementingkan konservasi lahan dibandingkan dengan produksi
buahnya.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaiaman
tanaman melakukan perbanyakan dengan menggunaka perbanyakan generatif dan
vegetatif serta memahami prinsip-prinsip dari vegetatif dan generatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perbanyakan tanaman dapat berlangsung dengan dua cara yaitu generatif
dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif yaitu sebagai hasil dari perkawinan
antara 2 individu atau bagian dari individu yang terpisah, sehingga sifat-sifat dari
orang tuanya bercampur, misalnya dengan spora atau dengan biji. Perbanyakan
secara vegetatif yaitu perbanyakan dengan memakai bagian dari tanaman
(Sianipar dan Philippus, 1981).
Pembiakan tak kawin berlangsung dengan cara pelepasan organ vegetatif
dari tumbuhan induknya yang kemudian tumbuh menjadi individu baru.
Pembiakan aseksual berlangsung tanpa perubahan-perubahan kromosom.
Sehingga sifat yang diturunkan sama dengan sifat induknya (Jumin, 1994).
Perbanyakan vegetatif pada umumnya menggunakan stek, okulasi, layering udara,
dan lain-lain. Media yang digunakan dalam teknik ini adalah pupuk organik
seperti pupuk hijau, kompos, sekam padi, kotoran, dan serbuk gergaji (Sumiarsi
dan Priadi, 2004).
Berbagai cara pembiakan vegetatif antara lain penggunaan benih
apomiktik, penggunan struktur vegetatif khusus, induksi akar dan pucuk adventif,
dan penyambungan (grafting dan budding). Penggunaan benih apomiktik seperti
pada Citrus sp.. Penggunaan struktur vegetatif khusus yaitu sulur (ranner) misal
pada strawberry, umbi lapis (bulb), umbi sisik (corm) misal gladiol, akar batang
(rhizome) misal canna, carang (offshoot) misal pisang, umbi batang (tubers) misal
kantung, dan umbi akar (roots) misal ubi jalar. Induksi akar dan pucuk adventif
seperti cangkok dan stek (cutting). Cangkok aitu regenerasi dari bagian vegetatif
sementara masih berada pada tanamannya, sedangkan stek (cutting) yaitu
regenarasi dari bagian vegetatif yang telah dipisahkan dari tanamannya.
Penyambungan (grafting dan budding) adalah penyatuan bagian-bagian tanaman
dengan cara regenerasi jaringan (Harjadi, 1992).
Adapun kelebiham bibit dari hasil perbanyakan vegetatif dibanding dengan
cara generatif (biji) adalah: (1) diperoleh individu baru dengan sifat unggul lebih
banyak, misalnya batang bawah (rootstock) yang unggul perkaranya disambung
dengan batang atas (scion) yang unggul produksi buahnya, (2) umur berbuah lebih
cepat, (3) aroma dan cita rasa buah tidak menyimpang dari sifat unggul induknya
(Tambing et al, 2008).
Translokasi hasil fotosintesis berlangsung melalui phloem (jaringan kulit
kayu) untuk diedarkan ke seluruh bagian tanaman. Apabila phloem diputuskan,
maka tanaman atau hasil fotosintesis akan terhenti, sehingga membentuk kallus.
Kallus ini apabila menyentuh media yang basah akan merangsang terbentuknya
akar. Cabang atau dahan tempat akan terbentuk jika dipotong dan dipindahkan ke
tanah akan diperoleh tanaman baru. Pekerjaan tersebut disebut mencangkok.
Keuntungan yang diperoleh dari mencangkok adalah tanaman yang baru sama
dengan induknya dan cepat memperoleh bibit yang diinginkan. Sedangkan
kelemahannya adalah tidak mempunyai perakaran yang kuat, memakan waktu
yang banyak dan merusak pohon induk asal cabang atau dahan (Fuller and
Caronthus, 1964).
Bagian batang, cabang atau pucuk yang ditanamkan disebut stek. Stek
dibedakan menjadfi stek batang, stek cabang, stek ranting, stek pucuk, stek daun,
dan stek tunas (Jumin, 1994). Stek dapat dikatakan hidup jika mampu
mengeluarkan akar dan tunas, namun ja yang tumbuh hanya salah satunya maka
tanaman tersebut tidak akan bertahan lagi karena dapat mengalami proes kematian
dengan ciri-ciri fisik yaitu warna daun menguning atau batang mengering
(Pujawati, 2009).
Menyambung adalah menempelkan atau menyambung bagian tanaman ke
bagian lainnya sehingga tercapainya persenyawaan yang membentuk tanaman
baru. Seperti halnya pembiakan vegetatif lainnya, menyambung tidak mengubah
susunan genetis tanaman baru dan sama dengan tanaman induk. Menyambung
ditujukan untuk memperoleh tanaman yang cepat berbuah, memperbaiki tanaman
yang rusak dan untuk memperbaiki sifat batang atas (Jumin, 1994). Menurut
Andriance dan Brinson (1955) bahwa penyambungan atau grafting adalah cara
memperbanyak tanaman dengan menyatukan dahan tanaman satu ke tanaman
yang lain dan tumbuh menjadi satu tanaman. Budding merupakan salah satu
bentuk grafting, dimana tanaman induk merupakan bagian kulit kecil dari pohon
yang mengandung satu mata tunas (Basri, 2002).
Dalam penyambungan terjadi penggabungan antara dua jenis tanama yaitu
entris dan batang bawah yang berasal dari induk yang berbeda. Dari entris
diharapkan akan berkembang pertumbuhan cabang, tunas, dan produksi buah
yang tinggi dengan kualitas yang baik. Pengembangan dan pengadaan bibit yang
berasal dari penyambungan, dipengaruhi sifat daya gabung antara entris dengan
batang bawah. Penggabungan entris dengan batang bawah dapat terjadi kecocokan
(kompatibilitas) atau ketidakcocokan (inkompabilitas) (Addina, 2011).
Pada perbanyakan vegetatif dengan sambung pucuk proses pertautan
antara batang atas dan batang bawah harus berlangsung baik agar transportasi zat-
zat makanan menjadi lebih lancar dan dapat menstimulasi pertumbuhan tunas.
Semakin panjang tunas maka semakin panjang pula buku-buku batang terbentuk
sehingga jumlah daun semakin banyak (Hume, 1975).
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara
mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-
bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat
pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian
tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan
menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang
dilakukan di tempat steril. Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu
memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan
secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa
keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat
diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat
yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang
singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih
cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional (Nurhayati, 1994).
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur
jaringan adalah:pembuatan media, inisiasi, sterilisasi, multiplikasi, pengakaran
dan aklimatisasi. Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan
kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis
tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari
garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan
seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan
juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari
kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung
reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan
cara memanaskannya dengan autoklaf (Nurhayati, 1994).
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan
dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur
jaringan adalah tunas. Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur
jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan
menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap
peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada
peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus
steril. Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan
menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk
menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan
eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan
ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar. Pengakaran adalah fase
dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai
bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik.
Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan
akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan
yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru
(disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri). Aklimatisasi adalah kegiatan
memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan
dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup.
Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama
penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama
penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan
barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit
dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif (Basri,
2002).
Keunggulan inilah yang menarik bagi produsen bibit untuk mulai
mengembangkan usaha kultur jaringan ini. Saat ini sudah terdapat beberapa
tanaman kehutanan yang dikembangbiakkan dengan teknik kultur jaringan, antara
lain adalah: jati, sengon, akasia, dll. Bibit hasil kultur jaringan yang ditanam di
beberapa areal menunjukkan pertumbuhan yang baik, bahkan jati hasil kultur
jaringan yang sering disebut dengan jati emas dapat dipanen dalam jangka waktu
yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan tanaman jati yang berasal dari
benih generatif, terlepas dari kualitas kayunya yang belum teruji di Indonesia. Hal
ini sangat menguntungkan pengusaha karena akan memperoleh hasil yang lebih
cepat. (Basri, 2002).
Keuntungan Pemanfaatan Kultur Jaringan yaitu Pengadaan bibit tidak
tergantung musim, Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu
yang relatif lebih cepat (darisatu mata tunas yang sudah respon dalam 1 tahun
dapat dihasilkan minimal 10.000 planlet/bibit)., Bibit yang dihasilkan seragam,
Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu)., Biaya
pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah, Dalam proses pembibitan
bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan lingkungan lainnya (Nurhayati,
1994).
Kultur jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
membuat bagian tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi
tanaman utuh (sempurna) dikondisi invitro (didalam gelas).
Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan
tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama atau
seragam dengan induknya. Contoh tanaman yang sudah lazim diperbanyak secara
kultur jaringan adalah tanaman anggrek (Nurhayati, 1994).
Pertumbuhan generatif adalah pertumbuhan yang berkenaan dengan
pembentukan bunga, buah, dan biji (Basri, 2002).
Pembentukan bunga. Prosesnya dimulai dengan pembelahan dari sel-sel
meristem ranting dan dahan melalui pembelahan meiosis menjadi sel-sel meristem
generatif. Perubahan ini terjadi akibat masuknya macam-macam zat hormon dan
zat lain ke dalam sel meristem. Perubahan dari meristem vegetatif menjadi
meristem generatif ini membawa perubahan besar terhadap kehidupan tanaman,
antara lain: aktivitas respirasi meningkat, asimilasi meningkat, dan dengan
demikian kecepatan pengangkutan air, makanan dan hara ke arah bunga juga
meningkat. Disini zat tumbuh memainkan peranan yang sangat penting
(Nurhayati, 1994).
Penyerbukan. Penyerbukan adalah pemindahan tepung sari dari anther atau
kepala sari ke stigma atau kepala putik bunga, yang biasanya terjadi oleh angin
atau serangga. Banyaknya maupun ukuran tepung sari sangat berbeda menurut
jenis tanaman. Tepung sari merupakan sel berisi 2 inti yaitu inti tabung dan inti
generatif. Tanaman disebut menyerbuk sendiri apabila tepung sari menyerbuki
putik dari pohon lain (dari tanaman sejenis). Beberapa menit setelah menyentuh
putik, biasanya salah satu atau beberapa tepung sari membentuk tabung yang
memungkinkan pengangkutan sperma zat tumbuh, enzim dan sebagainya, dari
tepung sari ke dalam kantong embrio. Dengan demikian maka penyerbukan
adalah penyatuan telur dengan sperma yang kemudian tumbuh menjadi embrio
dan inti endosperma. Mekanisme penyerbukan sangat berbeda-beda, tergantung
dari jenis tanaman (Nurhayati, 1994).
Pembentukan biji. Proses penyerbukan selain membantu embrio dan
endosperma juga mengakibatkan terbentuknya biji dan buah. Telur yang telah
diserbuki baru membelah ketika embrio sudah terbentuk. Inti endosperma
kemudian menjadi aktif dan membentuk endosperm, yaitu cadangan makanan
untuk embrio yang mulai tumbuh. Ketika biji masak, endosperma mulai
berkurang dan akhirnya terkumpul pada kotiledon. Pada jenis-jenis tanaman
tertentu, seperti kelapa, endosperma tetap merupakan cadangan makanan dalam
biji tua, dan dipergunakan ketika biji berkecambah (Nurhayati, 1994).
Pembentukan buah. Walaupun ukuran, bentuk, warna, struktur dan
sebagainya dari buah sangat beraneka warna dan ragamnya, namun cara
pembentukannya pada umumnya sama yaitu sebagai perkembangan dan
pembesaran dari pistil. Kegagalan dari penyerbukan biasanya memyebabkan
gugurnya bunga. Bila penyerbukan berhasil maka zat tumbuh (auksin) yang
terdapat dalam tepung sari diteruskan ke bakal buah dan menyebabkan
perkembangan buah. Auksin yang terdapat dalam pistil mungkin juga menjadi
aktif dan membantu dalam pembentukan buah. Perkembangan buah melibatkan
proses pertumbuhan yang sangat kompleks. Telur yang dibuahi berkembang
menjadi embrio, inti endosperma menjadi endosperma dan sebagainya.
Perkembangan selanjutnya adalah sebagian akibat dari pembelahan dan
pembesaran sel, seperti juga halnya di dalam meristem. Air, karbohidrat, protein,
zat-zat hara, zat tumbuh dan sebagainya harus diangkut ke dalam buah dari
bagian-bagian tanaman lain. Oleh karenanya selama perkembangan buah,
pertumbuhan vegetatif tanaman sangat terhambat dan cadangan makanan di
bagian tanaman seperti batang dan akar berada dalam keadaan minim. Setelah
buah mencapai ukuran optimal, maka pemasakan buah terjadi dengan
terbentuknya gas etilen yang mempercepat proses pemasakan buah. Dalam dunia
perdagangan, gas etilen banyak dipergunakan untuk pemasakan buah, misalnya
penyemptrotan buah kopi dengan ethrel untuk menyeragamkan pemasakan buah
(Nurhayati, 1994).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembungaan antara lain adalah :
Intensitas cahaya matahari : pembungaan dari banyak jenis tanaman dirangsang
oleh intensitas cahaya. Kualitas cahaya : terutama bagian sinar jingga sampai
merah adalah yang terbanyak mempengaruhi pembungaan. Panjang hari : ada
jenis-jenis tanaman yang dirangsang pembungaan oleh hari pendek (tanaman hari
pendek) dan ada yang dirangsang oleh hari panjang (tanaman hari panjang).
Metabolisme karbohidrat dan nitrogen : walaupun pembungaan terutama
dirangsang oleh hormon, namun perbandingan antara C dan N tampaknya juga
mempengaruhi pembungaan. Dalam batas-batas tertentu nisbah C/N yang rendah
merangsang pertumbuhan vegetatif, dan nisbah C/N yang tinggi merangsang
pembungaan pada tanaman tertentu (Nurhayati, 1994).
Proses Penyerbukan dan Pembuahan. Butir serbuk/serbuk sari menempel
pada kepala putik dan membentuk buluh serbuk (2 inti, inti vegetatif dan inti
generatif), berjalan ke arah mikropil (pintu kandung lembaga). Kemudian inti
generatif membelah menjadi 2 inti sperma. Sampai di mikropil, inti vegetatif
mati, satu inti sperma membuahi sel telur disebut embrio. Satu inti sperma lain
membuahi inti kandung lembaga menjadi endosperma (makanan cadangan bagi
embrio). Karena pembuahannya berlangsung dua kali maka pembuahan pada
Angiospermae disebut pembuahan ganda, serta disebut pembuahan tunggal pada
Gymnospermae. Embrio pada tumbuhan berbiji tertentu dapat terbentuk karena
beberapa sebab. yaitu : Melalui peleburan sperma dan ovum (Amfimiksis). Tidak
melalui peleburan sperma dan ovum (Apomiksis), yang dapat dibedakan atas :
1. Apogami : Embrio yang terbentuk berasal dari kandung
lembaga. Misalnya : dari sinergid dan antipoda.
2. Partenogenesis : Embrio terbentuk dari sel telur yang tidak dibuahi.
3. Embrio adventif : Merupakan embrio yang terbentuk dari sel nuselus,
yaitu bagian selain kandung lembaga (Basri, 2002).
BAB III
BAHAN DAN METODE
A. Waktu dan Tempat
Praktikum lapangan dasar-dasar agronomi mengenai perbanyakan
generatif dan vegetatif dilakukan pada hari Jumat, tanggal 10 Maret 2017 pukul
07.30 sampai selesai. Bertempat di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika,
Solok.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum perbanyakan ini adalah plastik
pembungkus tanaman, perekat, pisau atau gunting, bahan yang digunakan adalah
tanaman-tanaman yang akan dilakukan perbanyakan.
C. Cara Kerja
Pada praktikum kali ini terdiri dari beberapa cara kerja baik secara
generative maupun secara vegetative. Secara generative kita membudidayakan
papaya merah delima pertama-tama biji papaya di kupas dari pembungkus bijinya
kemudian dicuci bersih, lalu dijemur kemudian biji tersebut ditanam pada media
tanah yang telah diolah. Setelah 4 bulan papaya merah delima sudah mulai
berbunga, papaya tersebeut dapat melakukan penyerbukan sendiri dan dapat pula
dibantu oleh makhluk hidup lain serta oleh angin. Maka tubuhlah buah papaya
merah delima.
Secara vegetative terdapat beberapa teknik yang digunakan pertama yaitu
teknik kultur jaringan yang digunakan untuk membudidayakan pisang terutama
jenis kapok tanjung. Pertama dipilih tanaman induk sebagai sumber eksplan.
Setelah itu, tanaman disiapkan di rumah kaca sehingga bebas dari kemungkinan
kontaminasi. Kemudian Inisiasi kultur dipilih eksplan untuk bisa memulai
pertumbuhan baru, yang bagian-bagiannya akan dipilih yang terkuat untuk
multiplikasi.Kemudian sterilisasi semua alat dan pekerja , lalu di Multiplikasi
dengan Menggandakan tunas atau embrio tanaman dan memeliharanya dalam
kondisi tertentu sehingga selalu siap untuk digunakan ke tahap berikutnya.
Penggandaan bisa dengan merangsang pertumbuhan tunas cabang dan juga
percabangan aksiler, atau merangsang pucuk secara adventif. Dilakukan
pengamatan setiap hari untuk melihat perkembangannya, serta mengawasi
kemungkinan timbulnya bakteri/jamur. Setelah tumuh besar tunas-tunas baru di
pindahkan ke media baru agar nutrisi tetap tersedia, pemindahannya dilakukan
sampai 4 kali lebih kurang selama 4 bulan. Kemudian eksplan atau bakal tanaman
tersebut dipindahkan dari ruang steril ke panci. Harus dilakukan dengan hati-hati
menggunakan sungkup, yang berguna sebagai pelindung bibit dari hama. Baru
setelah bibit berhasil beradaptasi, sungkup dilepaskan perlahan dan bibit
dipelihara seperti biasa. Kemudian setelah tumbuh lebih besar bibit dipindahkan
ke dalam polibek-polibek kecil. Lalu bibit semakin dewasa dan siap untuk
dipindahkan ke bedengan.
Okulasi dilakukan untuk membudidayakan durian dan mangga Langkah-
langkah melakukan okulasi pada tanaman buah yaitu Batang bawah disayat,
berukuran lebar 1 cm panjang 2 cm kemudian ditarik kebawah hingga menyerupai
lidah lalu baigain lidah dipotong separuhnya. Mata tunas (entres) pada cabang
disayat bersama sebagian kayunya dari arah bawah keatas sepanjang 2 cm,
kemudian bagian kayu dikelupas. Mata tunas (entres) ditempelkan / disisipkan
pada celah sayatan batang bawah hingga benar-benar menyatu. Pada bidang
tempelan (okulasi) dibalut dengan plastik bersih mulai dari tempelan bawah
sampai keatas dan berakhir dibawah lagi. Pada umur 4-6 minggu setelah
penempelan pembalut plastic dapat dibuka untuk mengetahui keberhasilannya.
Apabila mata tempel menyatu dan berwarna hijau segar berarti okulasi berhasil,
namun bila berwarna coklat sampai hitam dan kering berarti penempelan gagal.
Teknik sambung pucuk digunakan untuk pembudidayaan durian dan
manggis, langkah-langkah yang dilakukan yaitu Batang bawah yang sudah siap
untuk disambung dipotong 10 20 cm dari permukaan tanah polibag.Permukaan
batang yang telah dipotong kemudian dibelah vertikal kebawah sepanjang 1 2
cm sehingga menjadi dua bagian yang sama besar. Batang atas yang akan
disambungkan berupa pucuk, ukurannya sama besar dengan batang bawah.
Pangkal pucuk calon batang atas disayat sebelah kiri dan kanan sepanjang 1 2
cm sehingga membentuk baji. Pada proses penyayatan dan pembuatan baji ini,
kebersihan juga harus dijaga, permukaan sayatan jangan sampai tersentuh tangan.
Apabila dalam penyayatan/pembuatan baji, ujung sayatan pecah atau belah, maka
ujung sayatan harus dirapikan dan panjang sayatan juga harus disesuaikan
kembali dengan sayatan pada batang bawah.Pangkal pucuk yang telah disayat
dimasukkan pada celah ujung pangkal batang bawah sampai semua bekas sayatan
tertutup. Posisi sambungan harus kulit bertemu kulit. Dalam proses pemasukkan
batang atas (entres) ke batang bawah, dilakukan secara hati-hati dan diusahakan
jangan sampai adanya gesekan yang kuat antara sayatan batang atas dan batang
bawah, karena dapat menyebabkan kerusakan, terutama pada ujung sayatan
entres. Jika batang bawah lebih besar daripada entres, maka salah satu sisi kulit
antara batang atas dan batang bawah harus bertemu. Setelah pucuk dimasukkan
pada batang bawah, lakukan pengikatan dengan menggunakan tali. Arah
pengikatan dari bawah ke atas. Dalam pengikatan tidak boleh terlalu kencang atau
terlalu lemah.Kemudian lakukan penyungkupan dengan menggunakan plastik
transparan/bening (sungkup individu). Untuk pembibitan dengan penyambungan
skala besar, model sungkup dibuat secara komunal yaitu hasil penyambungan
disungkup secara bersama-sama dalam sungkup yang besar (sungkup
permanen).Setelah dilakukan penyungkupan, maka hasil sambungan disimpan
ditempat yang teduh atau terlindung dari sinar matahari langsung. Untuk skala
besar dapat dibuat naungan. Jika tidak ada hujan, maka dilakukan penyiraman satu
hari sekali untuk menjaga kelembaban tanah polibag. Sambungan jadi/hidup
ditandai masih hijaunya entres atau umur 3 - 4 minggu, sungkup dapat dibuka.
Jika entres kering/ daun kering dan rontok berarti penyambungan gagal
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

1. Perbanyakan Generatif
Penyerbukan pada pepaya

2. Perbanyakan vegetatif
Kuktur jaringan

3. Penyambungan
Pucuk Batang

B. Pembahasan
Dari praktikum lapangan yang telah dilakukan di Balai Penelitian Buah
Tropika Sumani Solok, teknik perbanyakan dapat dilakukan melalui perbanyakan
generatif dan vegetatif. Perbanyakan generatif dapat dilakukan dengan spora, biji
sedangkan perbanyakan vegetatif dapat dibagi menjadi 2, yaitu perbanyakan
vegetatif alami contohnya biji, manggis, duku, umbi. Vegetatif alami memiliki ciri
bahwa perbanyakannya sama dengan induknya. Yang kedua adalah perbanyakan
vegetatif buatan, seperti stek, cangkok, kultur jaringan. Perbanyakan generatif
dapat dicirikan bahwa campuran antara induknya, dan tidak sama dengan
induknya.
Campur tangan manusia dapat dilakukan dengan cara selfing yaitu untuk
memperkecil keragaman karakter, persilangan umtuk menghasilkan hibrida yang
menggabungkan karakter tunggal. Contoh perbanyakan generatif adalah benih
pepaya.
Seperti perbanyakan pada pepaya. Pepaya merah delima tipe varietas buka
hebrida, terbuka, benih juga harus terbuka. Bunga harus diisolasi. Tanaman
pepaya ada 3 yaitu jantan, betina, dan sempurna. Arti sempurna disini adalah di
dalam bunga terdapat kepala putik dan benang sari. Disamping bunga sempurna
banyak jantannya. Harus dilakukan isolasi.
Bunga sempurna disilangkan dengan b. sempurna akan menghasilkan 2/3
b. sempurna dan 1/3 b. betina. Untuk penyerbukan digunakan bunga yang tua tapi
belum mekar. Kalau dibiarkan akan kawin sendiri. Diselving belum mekar.
Selving adalah depresing inbriding. Persilangan dilakukan pagi hari karena
tanaman belum penyerbukan.
Perbanyakan vegetatif memiliki ciri bahwa anak sama dengan induknya.
Contohnya durian dengan sambung pucuk. Batang bawahnya bagus bila sudah
berumur 1,5 bulan. Tempel/okulasi dilakukan selama 4-5 bulan. Sambung
samping dan grafting untuk batang lewat umur.
Top working, penggantian varietas. Masalah kompetibilitas batang
atas/batang bawah ditandai oleh ukuran berbeda. Akar ganda, untuk yang
terserang penyakit. Petiptora merupakan penyakit pada batang. Yang kena
penyakit tidak dipotong tapi di obati. Dalam penyambungan, manggis lebih
lambat tumbuh dibandingkan dengan durian karena pengaruh akar ganda tadi.
Perbanyakan kultur jaringan. Kelemahannya penyimpangan sifat akibat bahan
kimia dan subkultur. Adapun pada kultur jaringan ini, dilakukan secara hati-hati.
Karena bila tergores sedikit saja atau terkontaminasi sedikit saja maka
perbanyakannya gagal. Dan itu akan menimbulkan kerugian yang besar. Kita
harus mengulangi prosesnya dari awal lagi. Sedikit saja terkontaminasi bisa
menimbulkan jamur atau bakteri, hasilnya tanaman itu telah gagal dan tidak bisa
dipakai.
2/3 ke bawah dicuci digunakan abu sekam, dibilas sampai bersih, untuk
mengatasi jamur dengan fungisida dikeringkan sampai 5 hari. Kadar air 10%
langsung didistribusikan ke pertanian. Benih yang kering direndam10 jam. Siang
dijemur, malam dimasukkan jangan sampai kering. Bisa dipindahkan ke lapangan
apabila umurnya sudah 1,5 bulan. Kultur jaringan dilakukan di labor. Perbanyakan
pakai pisang banana banci.
Benih hibrida tetua galur murni diturunkan generasi di selving hasilnya
akan jelek. Jelek disilangkan dengan jelek akan menghasilkan bagus.
Adapula istilahnya bernama emas pulasi yaitu membuang bunga,
dilakukan pada sore hari. Bunga dibuang sampai bersih. Ciri tanaman hemaprodik
adalah varietas penyerbukan sendiri, virietas penyerbukan sendiri dan
penyerbukan hibrida.
Open polimer, isolasi individu dan massa. Isolasi banyak dapat menanam 1
hektare 100 tanaman, kita bisa mengambilnya tanpa selving. Isolasi populasi
dalam skala besar 1000 tanaman tertukar induknya. Dipilih pohon induk bagus.
Jika ada jenis lain harus dibuang agar tidak mencemari pohon induknya. Agar
bagus pohon bisa diambil secara langsung.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulannya yaitu bahwa teknik perbanyakan secara vegetatif lebih
baik dilakukan dari pada teknik perbanyakan secara generatif karena secara
vegetatif tumbuhan baru yang didapat lebih sesuai dengan keinginan seperti
memiliki batang yang kecil sehingga lebih udah untuk dirawat , buah yang besar
dan rasa yang manis serta waktu perkembangbiakan yang lebih cepat. Sedangkan
perbanyakan generatif hasilnya yang didapatkan bisa tidak sama dengan
induknya.

B. SARAN
Didapatkan saran di Balai Penelitian Buah Tropika Sumani, Solok
sebaiknya praktikan melakukan praktikum dengan sungguh-sungguh dan berhati-
hati karena bibit-bibit buah yang ada masih rentan terhadap kontaminasi. Jangan
sampai tanaman tersebut terkontaminasi sedikit saja karena dapat menggagalkan
perbanyakan. Perhatikan secara sungguh-sungguh pada saat melakukan
perbanyakan.

DAFTAR PUSTAKA
Addina, E. 2011. Kompabilitas Batang Bawah Nangka (Artocarpus Heteropyllus
L) Kultivar Beka-3 Dan Tulo-5 Terhadap Berbagai Entris Terpilih. Media
litbang Sulteng IV (1) : 37

Basri, Jumin. 2002. Budidaya Tanaman Agronomi. Jakarta: PT Raja Grafindo

Harjadi. 1982. Pengantar Agronomi. Jakarta: PT. Gramedia.

Hume, H. 1975. Citrus Fruits. New York : The Macmillan Company

Nurhayati. 1994. Pemeliharaan Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.

Pujawati, E.D . 2009. Pertumbuhan Stek Jeruk Lemon (Citrus Medica) Dengan
Pemberian Urin Sapi Pada Berbagai Konsentrasi Dan Lama
Perendaman . Jurnal Hutan Tropis Borneo 10 : 203

Sianipar , M. dan G.A. Philippus .1981. Bercocok Tanam untuk Sekolah Pertanian
Pembangunan. Jakarta : CV Yasaguna.

Sumiarsi, N. and D. Priadi. 2004. Plant Propagation Of Forest Tree And ITS
Problem In Indonesia : A Case Study of Industrial Forest Estate 12:10

Tambing, Y.E., Adelina, T. Budiarti, E. Muniarti. 2008. Kompatibilitas Batang


Bawah Nangka Tahan Kering Dengan Entris Nangka Asal-Usul Sulawesi
Tengah Dengan Acara Sambung Pucuk. J. Agroland 2:95

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN


DASAR-DASAR AGRONOMI
TEKNIK PERBANYAKAN TANAMAN

OLEH :

NAMA : HANIFATUL KHAIRIYAH


NO BP : 1610213006
KELAS :E
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : ANGGI SETIAWAN (1410211009)
HAIKHAL RAMADHANSYAH (1410211088)
DOSEN PENJAB : Ir. MUHSANATI, Ms

PROGRAM STUDI AGROEKOTENOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017

Anda mungkin juga menyukai