Anda di halaman 1dari 16

ACARA I

PERBANYAKAN VEGETATIF
I.
TUJUAN
1. Mengetahui prinsip-prinsip dasar perbanyakan tanaman secara vegetatif
2. Menguasai teknik-teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif
II.

TINJAUAN PUSTAKA

Perbanyakan tanaman dapat berlangsung dengan dua cara yaitu generatif dan vegetatif.
Perbanyakan secara generatif yaitu sebagai hasil dari perkawinan antara 2 individu atau
bagian dari individu yang terpisah, sehingga sifat-sifat dari orang tuanya bercampur,
misalnya dengan spora atau dengan biji. Perbanyakan secara vegetatif yaitu perbanyakan
dengan memakai bagian dari tanaman (Sianipar dan Philippus, 1981).
Pembiakan tak kawin berlangsung dengan cara pelepasan organ vegetatif dari tumbuhan
induknya yang kemudian tumbuh menjadi individu baru. Pembiakan aseksual berlangsung
tanpa perubahan-perubahan kromosom. Sehingga sifat yang diturunkan sama dengan sifat
induknya (Jumin, 1994). Perbanyakan vegetatif pada umumnya menggunakan stek, okulasi,
layering udara, dan lain-lain. Media yang digunakan dalam teknik ini adalah pupuk organik
seperti pupuk hijau, kompos, sekam padi, kotoran, dan serbuk gergaji (Sumiarsi dan Priadi,
2004).
Berbagai cara pembiakan vegetatif antara lain penggunaan benih apomiktik, penggunan
struktur vegetatif khusus, induksi akar dan pucuk adventif, dan penyambungan (grafting dan
budding). Penggunaan benih apomiktik seperti pada Citrus sp.. Penggunaan struktur vegetatif
khusus yaitu sulur (ranner) misal pada strawberry, umbi lapis (bulb), umbi sisik (corm) misal
gladiol, akar batang (rhizome) misal canna, carang (offshoot) misal pisang, umbi batang
(tubers) misal kantung, dan umbi akar (roots) misal ubi jalar. Induksi akar dan pucuk
adventif seperti cangkok dan stek (cutting). Cangkok aitu regenerasi dari bagian vegetatif
sementara masih berada pada tanamannya, sedangkan stek (cutting) yaitu regenarasi dari
bagian vegetatif yang telah dipisahkan dari tanamannya. Penyambungan (grafting dan
budding) adalah penyatuan bagian-bagian tanaman dengan cara regenerasi jaringan (Harjadi,
1992).

Adapun kelebiham bibit dari hasil perbanyakan vegetatif dibanding dengan cara generatif
(biji) adalah: (1) diperoleh individu baru dengan sifat unggul lebih banyak, misalnya batang
bawah (rootstock) yang unggul perkaranya disambung dengan batang atas (scion) yang
unggul produksi buahnya, (2) umur berbuah lebih cepat, (3) aroma dan cita rasa buah tidak
menyimpang dari sifat unggul induknya (Tambing et al, 2008).
Translokasi hasil fotosintesis berlangsung melalui phloem (jaringan kulit kayu) untuk
diedarkan ke seluruh bagian tanaman. Apabila phloem diputuskan, maka tanaman atau hasil
fotosintesis akan terhenti, sehingga membentuk kallus. Kallus ini apabila menyentuh media
yang basah akan merangsang terbentuknya akar. Cabang atau dahan tempat akan terbentuk
jika dipotong dan dipindahkan ke tanah akan diperoleh tanaman baru. Pekerjaan tersebut
disebut mencangkok. Keuntungan yang diperoleh dari mencangkok adalah tanaman yang
baru sama dengan induknya dan cepat memperoleh bibit yang diinginkan. Sedangkan
kelemahannya adalah tidak mempunyai perakaran yang kuat, memakan waktu yang banyak
dan merusak pohon induk asal cabang atau dahan (Fuller and Caronthus, 1964).
Bagian batang, cabang atau pucuk yang ditanamkan disebut stek. Stek dibedakan
menjadfi stek batang, stek cabang, stek ranting, stek pucuk, stek daun, dan stek tunas (Jumin,
1994). Stek dapat dikatakan hidup jika mampu mengeluarkan akar dan tunas, namun ja yang
tumbuh hanya salah satunya maka tanaman tersebut tidak akan bertahan lagi karena dapat
mengalami proes kematian dengan ciri-ciri fisik yaitu warna daun menguning atau batang
mengering (Pujawati, 2009).
Menyambung adalah menempelkan atau menyambung bagian tanaman ke bagian lainnya
sehingga tercapainya persenyawaan yang membentuk tanaman baru. Seperti halnya
pembiakan vegetatif lainnya, menyambung tidak mengubah susunan genetis tanaman baru
dan sama dengan tanaman induk. Menyambung ditujukan untuk memperoleh tanaman yang
cepat berbuah, memperbaiki tanaman yang rusak dan untuk memperbaiki sifat batang atas
(Jumin, 1994). Menurut Andriance dan Brinson (1955) bahwa penyambungan atau grafting
adalah cara memperbanyak tanaman dengan menyatukan dahan tanaman satu ke tanaman
yang lain dan tumbuh menjadi satu tanaman. Budding merupakan salah satu bentuk grafting,
dimana tanaman induk merupakan bagian kulit kecil dari pohon yang mengandung satu mata
tunas.

Dalam penyambungan terjadi penggabungan antara dua jenis tanama yaitu entris dan
batang bawah yang berasal dari induk yang berbeda. Dari entris diharapkan akan
berkembang pertumbuhan cabang, tunas, dan produksi buah yang tinggi dengan kualitas
yang baik. Pengembangan dan pengadaan bibit yang berasal dari penyambungan,
dipengaruhi sifat daya gabung antara entris dengan batang bawah. Penggabungan entris
dengan batang bawah dapat terjadi kecocokan (kompatibilitas) atau ketidakcocokan
(inkompabilitas) (Adelina, 2011).
Pada perbanyakan vegetatif dengan sambung pucuk proses pertautan antara batang atas
dan batang bawah harus berlangsung baik agar transportasi zat-zat makanan menjadi lebih
lancar dan dapat menstimulasi pertumbuhan tunas. Semakin panjang tunas maka semakin
panjang pula buku-buku batang terbentuk sehingga jumlah daun semakin banyak (Hume,
1975).

III.

METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Praktikum Dasar-Dasar Agronomi Acara I yang berjudul Perbanyakan Vegetatif


dilaksanakan pada hari Senin tanggal 10 Maret 2014 di Laboratorium Manajemen dan
Produksi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta. Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pisau okulasi untuk
memotong batang, cabang, atau daun, plastik untuk membungkus tanaman setelah dilakukan
penyambungan dan stek, tali rafia untuk untuk mengikat plastik, label dan alat tulis untuk
memberikan tanda pada tanaman sesuai dengan perlakuan. Adapun bahan-bahan yang
digunakan meliputi tanah, pupuk kandang sebagai media tanam, tanaman lidah mertua
(Sansiviera sp.) untuk stek daun, tanaman jeruk (Citus sp.) untuk stek batang, dan tanaman
sirsak (Annona muricata L.) untuk sambung pucuk.
Ada tiga macam perbanyakan vegetatif yang dilakukan pada praktikum ini, yaitu
sambung pucuk, stek daun, dan stek batang. Pada sambung pucuk digunakan tanaman sirsak
(Annona muricata L.). Batang yang besar dan berdaun kecil digunakan untuk scion dan yang
berdaun lebar untuk stock. Bagian pucuk scion dipotong 10-15 cm tergantung besarnya
cabang dan daun scion dikurangi sehingga tersisa 2-3 daun. Bagian pangkal scion dipotong
membentuk huruf v. Bagian stock dibelah ke bawah (pada bagian bawah batang) sepanjang
1-2 cm tergantung besarnya cabang. Lalu scion disisipkan ke dalam stock dan diikat dengan
tali (tidak terlalu kuat dan kendor). Setelah itu dibungkus dengan plastik untuk mengurangi
tanspirasi pada scion. Percobaan ini dilakukan sebanyak tiga kali. Untuk stek daun yang
dilakukan pertama kali adalah persiapan media tanam dan tanaman (Sanciviera sp.). Setelah
itu daun dipotong menjadi tiga bagian , yaitu ujung, tengah, dan pangkal. Kemudian bagianbagian tersebut ditanam di media tanam yang telah disiapkan. Media tanam disirami untuk
pemenuhan kebutuhan air. Pada stek batang, disiapkan tiga batang tanaman jeruk (Citrus sp.)
dengan panjang kira-kira 10-15 cm dengan disisakan satu daun saja. Pada bagian pangkal
batang dipotong dengan sudut kemiringan 45. Setelah itu, ukuran luas daun dikurangi
dengan cara dipotong hingga tinggal setengah bagian. Masing-masing bahan stek dicelupkan
selama 15 menit di tiga perlakuan yang berbeda, yaitu air biasa, air kelapa muda 50%, dan
ZPT IBA 2000 ppm. Kemudian media tanam disiapkan dan bahan stek tersebut ditanam di
media tanam yang disiapkan (polybag). Polybag disungkup dengan plastik untuk mengurangi
penguapa oleh daun. Tanaman dipelihara hingga satu bulan dengan indikasi keberhasilan

adalah munculnya tunas dan akar pada bahan stek. Hasil tiga perlakuan dibandingkan dan
dianalisis setelah satu bulan pemeliharaan.

IV.
Perbanyakan

tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN


merupakan

kegiatan

pertanian

yang

bertujuan

untuk

memperbanyak tanaman yang biasanya berbentuk bibit. Ada dua macam teknik perbanyakan
tanaman yang ada, yaitu metode perbanyakan secara generatif dan perbanyakan secara
vegetatif. Perbanyakan generatif yaitu sebagai hasil dari perkawinan antara 2 individu atau
bagian dari individu yang terpisah, sehingga sifat-sifat dari orang tuanya bercampur,
misalnya dengan spora atau dengan biji. Sederhanya, metode generatif adalah teknik
perbanyakan tanaman dengan menggunakan biji atau spora. Adapun metode vegetatif adalah
bentuk dari reproduksi aseksual atau tanpa kawin. Metode vegetatif tidak menggunakan biji
atapun spora, melainkan menggunakan bagian dari tanaman tersebut, misalnya daun, batang,
dan akar. Perbanyakan vegetatif meliputi stek batang, stek daun, sambung pucuk, cangkok,
dan lain-lain.
Teknik perbanyakan generatif dan vegetatif mempunyaim kelebihan dan kelemahan
tersendiri. Perbanyakan generatif medmpunyai beberapa kelebihan yaitu tanaman yang
dihasil mempunyai perakaran yang kuat karena berakar tunggang, lebih mudah dilakukan,
dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Adapuna kelemahan pada perbanyakan generatif
antara lain dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk panen buah pertama, sifat turunan tidak
mesti sama dengan indukannya, pada beberapa jenis tanaman biji atau benihnya sulit untuk
berkecambah.
Adapun perbanyakan vegetatif mempunyai kelebihan antara lain: tanaman yang
dihasilkan sama dengan tanaman induk, memiliki umur yang seragam, tahan terhadap
penyakit, dalam waktu yang lebih singkat dapat dihasilkan tanaman baru, umur panen
pertama yang lebih cepat, serta dapat menggabungkan sifat-sifat yang diinginkan (Putri dan
Sudianta, 2009). Adapun kelemahan dari perbanyakan vegetatif adalah tanaman yang
dihasilkan mempuyai perakaran yang kurang kuat, dan cara pengerjaannya lebih sulit karena
dibutuhkan keahlian tertentu.
Sambung pucuk merupakan perbanyakan tanaman gabungan antara perbanyakan
generatif (dari persemaian biji) dengan salah satu bagian vegetatif (cabang atau ranting)
tanaman yang berasal dari satu famili. Kedua tanaman (bagian tanaman) yang disatukan
masing-masing mempunyai keunggulan misalnya dari segi kelebatan buah, ukuran buah,
rasa, serta ketahanan terhadap penyakit. Metode sambung pucuk dilakukan untuk

menggabungkan dua sifat tanaman sejenis yang mempunyai keunggulan berbeda, misalnya
pohon jeruk A mempunyai keunggulan tahan terhadap penyakit dan pohonnya kuat,
sedangkan pohon jeruk jenis B mempunyai buah yang manis tetapi rentan terhadap penyakit.
Penggabungan antara pohon jeruk A dan B diharapkan dapat menghasilkan pohon yang kuat
dan tahan terhadap penyakit serta mempunyai buah yang manis. Biasanya jenis pohon yang
mempunyai keunggulan akar maupun ketahanannya dijadikan sebagai stock, adapun yang
mempunyai keunggulan hasil buahnya dijadikan sebagai scion. Indikasi berhasilnya sambung
pucuk adalah menempelnya kedua batang dan daun pada batang atas terlihat hijau dan segar.
Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan
sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai
alternatif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan
keterampilan khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan
lainnya. Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu
dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stress
lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman yang masih bertahan. Keberhasilan
perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan
stek sehingga menjadi tanaman baru.
Akar dan tunas baru pada stek daun berasal dari jaringan meristem primer atau meristem
sekunder. Pada tanaman Bryophyllum, akar dan tunas baru berasal dari meristem primer pada
kumpulan sel-sel tepi daun dewasa, tetapi pada tanaman Begonia rex, Saint paulia (Avrican
violet), Sansevieria, Crassula dan Lily, akar dan tunas baru berkembang dari meristem
sekunder dari hasil pelukaan. Pada beberapa species seperti Peperomia, akar dan tunas baru
muncul dari jaringan kalus yang terbentuk dari aktivitas meristem sekunder karena pelukaan.
Pada percobaan ini digunakan ZPT atau zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh
adalah senyawa organik yang bukan hara yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung,
menghambat dan dapat merubah proses fisiologi tumbuhan. Zat pengatur tumbuh dalam
tanaman tergolong dalam lima kelompok, yaitu auksin, giberilin, sitokinin, dan inhibitor.
Masing-masing Zat Pengatur Tumbuh tersebut memiliki ciri khas dan fungsi tertentu
terhadap proses fisiologis tanaman. Auksin berpengaruh terhadap proses pemanjangan sel
(elongation cell) pada sel meristem, giberilin berfungsi untuk menstimulasi pembelahan sel
(cell division), sitokinin hampir sama dengan giberilin yaitu mendukung terjadinya
pembelahan sel, etilen berperan dalam hal pematangan buah, dan inhibitor adalah sebagai

penghambat proses biokimia dan fisiolagis dari keempat zat pengatur tumbuh lainnya. Zatzat pengatur tumbuh tersebut mempunyai konsntrasi tertentu untuk bekerja maksimal pada
tanaman atau dengan kata lain mempunyai kondisi optimum (Anonim, 2010).
ZPT IBA merupakan zat pengatur tumbuh yang berperan pada pengakaran stek, dengan
kata lain ZPT IBA memiliki peran yang mirip dengan peran hormon auksin. IBA sendiri
merupakan kepanjangan indolebutyric acid. ZPT IBA merangsang pertumbuhan akar
sehingga akar menjadi tumbuh subur. ZPT IBA sangat membantu merangsang pertumbuhan
akar tanaman sehingga tanaman dapat menyerap hara dan air dalam jangkauan yang lebih
jauh. Dengan kata lain ZPT IBA sangat membantu bagi tanaman yang hidup di tanah tandus.
Pemberian rangsang akar terhadap stek batang sangat membantu tanaman guna mengabsorbsi
unsur hara dan air pada awal masa pertumbuhan seperti halnya stek batang seperti ini.

Histogram 1. Prosentase Keberhasilan Sambung Pucuk pada Annona muricata L.


Banyak faktor yang mempengaruhi hidup tumbuhnya suatu tanaman, entah itu hasil dari
perkembangbiakan generatif maupun vegetatif. Faktor-faktor tersebut terbagi menjadi dua,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi gen dan hormon. Faktor
eksternal meliputi

media tanam, kelembabapan udara, ketersediaan air, dan intensitas

cahaya. Berdasarkan histogram hasil pengamatan di atas, dapat dilihat bahwa prosentase

keberhasilan perbanyakan vegetatif adalah 0%. Dari 6 kelompok yang melakukan percobaan
sambung pucuk tidak ada satupun yang berhasil. Berdasarkan teori, metode sambung pucuk
memilik tingkat keberhasilan yang tinggi, yaitu 80% sampai 90%. Ketidakberhasilan ini
mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor dari tanamannya sendiri atau faktor
lingkungan dari tanaman. Faktor dari tanaman meliputi keadaan tanaman yang kurang baik
dan hormon. Mungkin tanaman yang digunakan untuk sambung pucuk merupakan tanaman
yang kurang baik. Tanaman yang digunakan untuk sambung pucuk tidak memiliki kejelasan
asal-usulnya. Indukan dari tanaman yang digunakan tidak diketahui kelayakannya untuk
dijadikan bahan sambung pucuk.
Faktor yang kedua adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan meliputi kelembaban
udara, media tanam, intensitas cahaya, ketersediaan air. Pada percobaan sambung pucuk ini
dilakukan di dalam rumah kaca. Faktor-faktor lingkungan seperti intensitas cahaya dan
kelembababan udara bisa diabaikan karena rumah kaca merupakan tempat ideal untuk
pertumbuhan tanaman. Faktor lingkungan yang perlu dikaji adalah media tanam dan
ketersediaan air. Media tanam yang digunakan adalah tanah, kemungkinan tanah yang
digunakan dalam sambung pucuk ini termasuk tanah tandus yang kandungan mineral-mineral
pembantu pertumbuhan tanaman sangat minim. Pada praktikum ini tidak ada upaya
penambahan unsur-unsur hara atau semacamnya seperti pupuk. Ketersediaan air berkaitan
dengan bagaimana praktikan memelihara tanaman tersebut. Mungkin terjadi kelalaian yang
menyebabkan tanaman kekeringan. Faktor yang lain mungkin tanaman tersebut terserang
penyakit sebelum disambungkan ataupun setelah disambungkan.

Histogram 2. Panjang Batang pada Stek Batang Citrus sp. di Setiap Perlakuan
Berdasarkan percobaan stek batang yang telah dilakukan, diperoleh data panjang batang
tanaman Citrus sp. dengan beberapa perlakuan, yaitu perlakuan pemberian ZPT IBA 2000
ppm, air kelapa muda, dan air biasa. Batang yang direndam dengan ZPT IBA 2000 ppm
mempunyai batang terpanjang yaitu 6,5 cm kemudian batang yang direndam dengan air biasa
mempunyai panjang 2,7 cm. Adapun batang yang direndam dengan air kelapa mempunyai
panjang 2,69 cm. Berdasarkan hasil tersebut, pemberian ZPT IBA 2000 ppm berdampak
sangat nyata terhadap pertumbuhan batang pada stek batang. ZPT IBA memiliki peran yang
mirip dengan peran hormon auksin, yaitu membantu pertumbuhan tanaman baik
pertumbuhan akar maupun batang. Hal inilah yang menyebabkan tinggi batang pada
perlakuan ZPT IBA memiliki tinggi yang paling besar. Pada perlakuan pemberian air kelapa
muda menunjukkan tinggi batang stek mempunyai tinggi yang terendah. Hal ini bertolak
belakang dengan peran air kelapa muda yang seharusnya membantu proses pertumbuhan
karena mengandung tiga hormon yaitu sitokinin, auksin, giberilin. Hal ini mungkin
dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain keadaan lingkungan, kondisi batang, serta
konsentrasi air kelapa muda yang tidak sesuai dengan kebutuhan batang tersebut.
Penggunaan zat pengatur tumbuh diperlukan konsentrasi yang tepat untuk membantu
pertumbuhan yang optimum.

Histogram 3. Jumlah Akar pada Stek Batang Citrus sp. di Setiap Perlakuan
Berdasarkan histogram di atas, dapat dilihat bahwa jumlah akar yang dihasilkan pada stek
batang Citrus sp. terjadi pada kontrol, yaitu dengan rata-rata 1,33. Pada perlakuan air kelapa
muda jumlah akar sebanyak 1,25 dan pada perlakuan ZPT IBA sebanyak 1 helai akar. ZPT
IBA merupakan zat pengatur tumbuh yang berperan pada pengakaran stek, dengan kata lain
ZPT IBA memiliki peran yang mirip dengan peran hormon auksin. Namun, pada percobaan
ini menunjukkan hasil yang berbeda dari teori. Hal ini disebabkan oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi keadaan bahan stek sendiri, apakah layak dijadikan untuk
stek batang apa tidak. Faktor eksternal meliputi keadaan lingkungan seperti media tanam,
intensitas cahaya, kelembapan udara, ketersediaan air dan ZPT IBA itu sendiri. Konsentrasi
dan lama pencelupan bahan stek dalam ZPT IBA mungkin dapat mempengaruhi jumlah akar
yang tumbuh. Untuk memberikan hasil yang maksimal, dibutuhkan pemberian ZPT dengan
konsentrasi yang tepat.

Histogram 4. Panjang Tunas pada Stek Batang Citrus sp. di Setiap Perlakuan
Pada histogram di atas dapat dilihat bahwa panjang tunas stek batang Citrus sp. pada
perlakuan ZPT IBA dan air kelapa mempunyai rata-rata kepanjangan tunas yang sama, yaitu
3,2 cm. Adapun panjang tunas pada kontrol adalah 2,25 cm. Berdasarkan hasil tersebut dapat
dilihat bahwa ZPT IBA 2000 ppm dan air kelapa muda mepunyai pengaruh terhadap panjang
tunas dibandingkan dengan kontrol. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ZPT IBA dan
air kelapa muda merupakan zat pengatur tumbuh tumbuhan yang berfungsi untuk membantu
proses pertumbuhan tumbuhan baik pada batang, akar, dan tunas.

Histogram 5. Panjang Akar pada Stek Daun Sanciviera sp. di Beberapa Bagian Daun
Histrogam ini menjelaskan rata-rata panjang akar pada stek daun Sanciviera sp. yang
dilakukan pada pangkal, tengah, dan ujung daun. Stek daun pada pangkal daun mempunyai
rerata panjang akar 1,01 cm, pada tengah daun mempunyai rerata panjang akar 0,9 cm, dan
pada ujung daun adalah 0,5 cm. Wahyuni (2012) menyatakan bahwa stek yang diambil dari
tengah daun dan pangkal daun menghasilkan akar yang banyak dan panjang. Pada percobaan
stek daun yang kami lakukan menunjukkan hasil yang terbalik dimana akar terpanjang
dihasilkan dari stek daun bagian ujung. Penyimpangan ini terjadi disebabkan oleh beberapa
faktor sperti keadaan daun yang tidak bagus dan faktor lingkungan seperti ketersediaan air,
kelembapan udara, intensitas cahaya yang kurang baik dibanding dua perlakuan lainnya.

Histogram 6. Jumlah Akar pada Stek Daun Sanciviera sp. di Berbagai Bagian Daun
Berdasarkan histogram di atas dapat dilihat bahwa jumlah akar terbanyak pada stek daun
Sanciviera sp. muncul pada perlakuan stek daun yang dilakukan di tengah daun, yaitu
sebanyak 4 helai akar. Pada ujung daun mempunyai rerata 2,5 helai, dan pada pangkal daun
sebnanyak 1 herlai akar. Wahyuni (2012) menyatakan bahwa stek yang diambil dari tengah
daun dan pangkal daun menghasilkan akar yang banyak dan panjang. Akar terpanjang dan
terbanyak dihasilkan pada daun tengah dan pangkal dikarenakan kemasakan sel dan jumlah
nutrisi pada bagian tengah dan pangkal daun lebih tinggi dibandingkan dengan bagian ujung.

1.
2.

3.
4.

V.
KESIMPULAN
Prinsip perbanyakan vegetatif adalah memanfaatkan bagian tanaman selain biji
seperti daun dan batang
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan perbanyakan vegetatif,
diantaranya hormon, gen, intensitas cahaya, kelembaban udara, ketersediaan air,
dan media tanam
Penggunaan ZPT IBA dan air kelapa muda dapat merangsang pertumbuhan akar
dan pada stek batang
Stek daun lebih optimum dilakukan pada bagian tengah dan ujung daun

DAFTAR PUSTAKA
Addina, E. 2011. Kompabilitas batang bawah nangka (Artocarpus heteropyllus L) kultivar beka3 dan tulo-5 terhadap berbagai entris terpilih. Media litbang Sulteng IV (1) : 37

Adriance, G.W. and Brison, F.R.1955. Propagation of Horticultual Plants. Mc-Hill Book
Company, New York.
Fuller, J.H. and L.B., Caronthus 1964. The Plant World 4th Edition. Holt and Richard Inc,USA.
Harjadi. 1982. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia, Jakarta.
Hume, H. 1975. Citrus Fruits. The Macmillan Company , New York.
Jumin, H.S. 1994. Dasat-Dasar Agronomi. PT. Raja Grafindo, Jakarta.
Pujawati, E.D . 2009. Pertumbuhan stek jeruk lemon (citrus medica) dengan pemberian urin sapi
pada berbagai konsentrasi dan lama perendaman . Jurnal Hutan Tropis Borneo 10 : 203
Sianipar , M. dan G.A. Philippus .1981. Bercocok Tanam untuk Sekolah Pertanian
Pembangunan. C.V. Yasaguna , Jakarta.
Sumiarsi, N. and D. Priadi. 2004. Plant propagation of forest tree and ITS problem in Indonesia :
A Case Study of Industrial Forest Estate 12:10
Tambing, Y.E., Adelina, T. Budiarti, E. Muniarti. 2008. Kompatibilitas batang bawah nangka
tahan kering dengan entris nangka asal-usul Sulawesi Tengah dengan acara sambung
pucuk. J. Agroland 2:95
Wahyuni, N.L. 2012. Ketersediaan bahan baku tanaman obat hipertensi dan hiperglikemia dalam
mendukung program saintifikasi jamu. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Industri. (18) (2)
Anonim, 2010. Zat Pengatur Tumbuh. http://www.gerbangpertanian.com/2010/04/zat-pengaturtumbuh-tanaman.html. Diakses pada tanggal 18 April 2014 jam 21.00 WIB
Putri, D.M.S., dan I.N. Sudianta. 2010. Penggunaan ZPT pada perbanyakan Rhododendron javanicum
Benn secara vegetatif (stek pucuk). Jurnal Biologi XIII (1): 17-20

Anda mungkin juga menyukai