PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kakao merupakan salah komoditas perkebunan yang sesuai untuk
perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang
tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi
pekebun. Sentra penanaman budidaya kakao di Indonesia diusahakan oleh
Perusahaan Perkebunan Negara dan Swasta serta Perkebunan Rakyat. Lokasi
Perusahaan Perkebunan skala besar yang diusahakan negara terletak di
Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan Perkebunan rakyat
terdapat terutama di Maluku, Irian Jaya, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Timur (Catherine Juliani T, Sp,MMA, 2013).
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara
mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan
bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi
dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga
bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman
lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman
dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan
yang dilakukan di tempat steril.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kultur jaringan ini, yaitu:
Mahasiswa mengetahui dan memahami teknik aseptik di laboratorium
kultur jaringan.
Mahasiswa mengetahui dan memahami teknik pelaksanaan kultur jaringan
tanaman kakao.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan di laboratorium kultur jaringan Fakultas Pertanian
Jurusan Agroteknologi pada tanggal 4 Januari 2014.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Malvales
Familia
: Sterculiaceae
Genus
: Theobroma
Spesies
: Theobroma cacao L.
simplex) yaitu pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja
Bentuk tangkai daunnya (petiolus) adalah bulat telur Bangun daunnya adalah
memanjang(oblongus). Pada ujung ( apex folii) dan pangkal daunnya ( basis folii)
berbentuk runcing ( acutus) yaitu kedua tepi daunnya di kanan dan kiri ibu
tulang sedikit demi sedikit menuju keatas dan pertemuaannya pada puncak
daun membentuk suatu sudut lancip. Tepi daunnya ( margo folii) berbentuk rata
(integer). Panjang daunnya adalah sekitar 10-48 cm dan lebarnya adalah 4-20
cm. Susunan tulang daunnya ( nervatio) adalah bertulang menyirip (penninervis)
yaitu hanya mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan
merupakan terusan tangkai daun. Warna daunnya adalah hijau (Anonimous,
2010).
d. Bunga
Tanaman coklat merupakan tanaman berbunga tunggal (planta uniflora),
yaitu tanaman yang hanya menghasilkan satu bunga saja. Letak bunganya
adalah pada ujung batang (flos terminalis). Bunga pada tanaman coklat memiliki
kelamin dua (hermaproditus), yaitu bunga yang padanya terdapat benang sari
maupun putik. Bunga ini seringkali dinamakan bunga lengkap, karena
mempunyai hiasan bunga yang terdiri atas kelopak (calyx) dan mahkota
(corolla). Kelopaknya (calyx) berwarna putih dengan panjang 6-8 mm. kelopak ini
berguna sebagai pelindung bunga. Mahkota bunganya (corolla) mempunyai
panjang 8-9 mm. Benang sarinya (stamen) berbentuk periuk. Stamodia berwarna
ungu tua. Bakal buahnya (ovarium) beruang banyak (multilocularis) yaitu bakal
buah yang tersusun atas banyak daun buah yang berlekatan dan membentuk
banyak sekat-sekat sehingga terjadi banyak ruang-ruang. Warna bunganya
adalah merah (Anonimous, 2010).
e. Buah
Buah pada tanaman coklat merupakan buah sungguh atau buah sejati,
yaitu buah yang terjadi dari bakal buah. Tanaman coklat merupakan buah sejati
tunggal, yaitu buah sejati yang terdiri dari satu bunga dengan satu bakal buah
saja. Tanaman coklat merupakan buah sejati tunggal yang berdaging, yaitu
dinding buahnya menjadi tebal berdaging dan kulit buahnya tebal. Buah pada
tanaman coklat termasuk dalam buah buni (bacca), yaitu buah yang dindingnya
mempunyai dua lapisan, yang terdiri dari lapisan luar yang tipis agak menjangat
atau kaku seperti kulit dan lapisan dalam yang tebal, lunak,, dan berair. Buah
buni dapat terjadi dari satu atau beberapa daun buah dengan satu atau
beberapa ruang. Panjang buahnya adalah sekitar 12-22 cm dengan warna merah
(Anonimous, 2010).
f. Biji
Bijinya berdaging dan berair. Bentuknya adalah bulat telur. Biji pada
tanaman coklat dibalut selaput putih yang tebal. Bijinya berwarna coklat.
Tumbuhan bijinya mempunyai lembaga dengan dua daun lembaga. Biji ini
kelihatan jelas terdiri atas dua belahan atau dua keeping sehingga dinamakan
tumbuhan biji belah. Biji Theobroma cacao berkhasiat sebagai obat pusing, obat
wasir, obat tekanan darah rendah, obat cacing dan perangsang saraf. Untuk obat
pusing dipakai 15 gram serbuk biji kering Theobroma cacao, diseduh dengan
1/2 gelas air panas, diaduk sampai rata, dirninum sekaligus. Biji Theobroma
cacao mengandung alkaloida, saponin, tlavonoida dan tanin. Selain mempunyai
akar, batang dan daun tanaman coklat juga mempunyai kuncup liar yaitu
kuncup-kuncup yang tidak terdapat pada ujung atau ketiak daun. Letak kuncup
liar ini adalah disembarang tempat pada batang dan jika tumbuh biasanya akan
menghasilkan wiwilan atau tunas air (Anonimous, 2010).
2.2 Kultur Jaringan Tanaman Kakao
Kultur jaringan atau biakan jaringan merupakan teknik pemeliharaan
jaringan atau bagian dari individu secara buatan (artifisial). Yang dimaksud
secara buatan adalah dilakukan di luar individu yang bersangkutan. Karena itu
teknik ini sering kali disebut kultur in vitro, sebagai lawan dari in vivo. Metode
kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman,
khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit
yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara
lain mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam
jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas,
mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat,
kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat
dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.
Untuk tanaman kakao, teknologi yang digunakan biasanya disebut Embrio
Somatik (Somatic Embryogenesis). Somatic Embryogenesis adalah proses
dimana sel somatic yang ditumbuhkan dalam kondisi yang terkontrol
berkembang menjadi sel embriogenetik yang selanjutnya setelah melewati
serangkaian perubahan morfologi dan biokimia dapat menyebabkan
pembentukan embrio somatik. Perkembangan embrio somatik sangat mudah
diamati, kondisi kultur sangat terkontrol dan dapat diperoleh embrio somatik
dalam jumlah besar. Dengan demikian, Somatic Embryogenesis akan memainkan
peranan penting pada perbanyakan klonal kakao, karena secara genetik bersifat
klonal dan secara morfologi bersifat normal.
Keunggulan dari Somatic Embryogenesis kakao ini yaitu cepat berbuah,
tidak terbentuk kotiledon, produksi tinggi, tahan terhadap kekeringan, serta
pertumbuhan vigor.
adalah hama penggerek buah kakao, layu pentil, kualitas biji yang rendah dan
regenerasi embrio melalui kultur jaringan. Usaha perbanyakan kakao melalui
kultur jaringan untuk memperoleh tanaman klonal telah dilakukan namun masih
menemui banyak kendala. Berbagai macam eksplan seperti kelopak bunga,
staminode dan daun telah diuji namun belum berhasil dengan baik. Kendala
yang sering dijumpai antara lain inisiasi kalus dan embryogenesis. Terbentuknya
senyawa fenolik teroksidasi dan lendir yang sangat cepat, menghambat proses
diferensiasi. Demikian juga reprodusibilitas prosedur dan kondisi regenerasi
tergolong sangat rendah.
2.4 Prospek Usaha Bibit Tanaman Kakao
Pada masa yang akan datang komoditas kakao diharapkan menduduki
tempat yang sejajar dengan komoditi perkebunan lainnya, seperti kelapa sawit
dan karet. Setidaknya dari segi luas areal pertanaman maupun sumbangannya
kepada negara sebagai komoditi ekspor. Pengembangan budidaya kakao tentu
dengan tujuan untuk mamanfaatkan lahan yang tersedia, memenuhi konsumsi
dan memperoleh devisa melalaui ekspor serta meningkatkan pendapatan
produsen biji kakao.
Kakao merupakan salah komoditas perkebunan yang sesuai untuk
perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang
tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi
pekebun. Sentra penanaman budidaya kakao di Indonesia diusahakan oleh
Perusahaan Perkebunan Negara dan Swasta serta Perkebunan Rakyat. Lokasi
Perusahaan Perkebunan skala besar yang diusahakan negara terletak di
Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan Perkebunan rakyat
terdapat terutama di Maluku, Irian Jaya, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Timur.
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Alat:
Laminar
Scapel
Pinset
Cawan petri
Botol kultur
Autoclave
Spatula
Bunsen
Alumunium foil
Timer
Kompor
3.3 Metode
3.3.1 Pembuatan Media MS (Murashige dan Skoog)
Langkah-langkah pembuatan media MS (Murashige dan Skoog):
1. Ambil aquades sebanyak 700 ml, masukkan ke dalam beaker glass 1000
2.
3.
4.
5.
ml.
Timbang media MS sebanyak 4,43 gr.
Timbang agar-agar sebanyak 8 gr.
Timbang gula pasir sebanyak 30 gr.
Campurkan media MS, gula dan agar-agar, kemudian dipanaskan hingga
6.
7.
8.
9.
homogen.
Masukkan aquades hingga volume akhir 1000 ml.
Media dituang ke dalam botol kultur 30 ml.
Botol kultur ditutup dengan alumunium foil.
Sterilisasi di Autoclaf dengan tekanan 1,5 psi, suhu 121 C selama 15
menit.
yaitu:
1. Sterilisasi lingkungan kerja/laboratorium dengan menggunakan formalin.
2. Sterilisasi bahan tanam, peralatan dan media tanam.
3. Persiapan eksplan sebelum dikultur:
Pencucian bahan tanaman dengan menggunakan larutan detergen dan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Jenis
Jenis
ekspl
Medi
an
Daun
MS
Pengamatan
Senin
--
Minggu 1
Rabu
Jumat
--
--
Senin
Minggu 2
Rabu
Jumat
--
--
--
kakao
Keterangan:
++
+-
= Hidup terkontaminasi
--
= Tidak tumbuh/mati
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan kultur jaringan yang saya lakukan menunjukkan
bahwa tidak ada pertumbuhan kalus pada eksplan daun kakao. Dikarenakan
sudah terkontaminasi oleh lingkungan laboratorium yang kurang steril, alat dan
bahan yang kurang steril pula. Pada media MS tersebut tampak adanya lendir-
lendir serta ada sedikit jamur yang menandakan bahwa dari medianya tersebut
sudah terkontaminasi.
Meskipun usaha sterilisasi untuk menciptakan lingkungan yang aseptic
sudah sering dilakukan, namun kontaminasi masih sering terjadi. Praktikan yang
tidak memperhatikan persiapan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan,
misalnya tidak menggunakan jas lab dan tidak menyemprot kedua tangan
dengan alkohol 70%, dapat memicu adanya kontaminasi sehingga menyebabkan
eksplan tidak tumbuh.
Eksplan dapat terkontaminasi oleh berbagai mikrooganisme seperti jamur,
bakteri, serangga atau virus. Organismeorganisme tersebut secara universal
terdapat pada jaringan tanaman. Banyak yang bersifat non-patogenik, artinya
mereka tidak menyebabkan bahaya bagi tanaman inang pada kondisi normal.
Kondisi kering dan adanya organisme competitor menyebabkan mereka dalam
kondisi terkontrol. Tapi, kondisi in vitro yang disukai eksplan, yaitu mengandung
sukrosa dan hara dalam konsentrasi tinggi, kelembaban tinggi dan suhu yang
hangat, juga disukai mikroorganisme yang seringkali tumbuh dan berkembang
sangat cepat, mengalahkan eksplan (Anonimous, 2010).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
eksplan kakao.
Pada kultur jaringan ini, hal yang perlu diperhatikan yaitu kesterilan dari
alat, bahan, serta kondisi dari praktikan yang harus bisa menjaga
kesterilan.
Pada kultur jaringan tanaman kakao, kendala yang sering dijumpai antara
lain inisiasi kalus dan embryogenesis.
5.2 Saran
kegagalannya rendah.
Gunakan media agar-agar yang tidak berwarna, sehingga dapat
10