Anda di halaman 1dari 15

PEMBIBITAN KELAPA SAWIT

PAPER

OLEH :

RIZKI MARITO HARAHAP 180301005


MUHAMMAD ARDIAN PRATAMA 180301011
FITRI SAUDA HARAHAP 180301016
AZRI RIZWAN 180301020
LEONY ALDRIANTI 180301036

AGROTEKNOLOGI 1
KELOMPOK 6

MATA KULIAH PERKEBUNAN A : KELAPA SAWIT


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada

waktunya.

Adapun judul dari paper ini adalah “Pembibitan Kelapa Sawit” yang

merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di

Mata Kuliah Perkebunan A : Kelapa Sawit Program Studi Agroteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen

yaitu DR. Ir. Charloq, MP selaku dosen penanggung jawab mata kuliah yang telah

membimbing penulis dalam menyelesaikan paper ini.

Penulis menyadari bahwa paper ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu

penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi terciptanya

paper yang lebih baik kedepannya.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga paper ini

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2019

Penulis
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman

penghasil minyak nabati yang paling efisien dan populer karena memiliki

keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai,

minyak kelapa, minyak jagung dll. Salah satu keunggulan minyak nabati kelapa

sawit yaitu tahan lebih lama, tahan terhadap tekanan, dan suhu yang relatif

tinggi. Kebutuhan minyak nabati dunia terus meningkat sebagai akibat

pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan domestik (Pahan, 2010).

Luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2015 mencapai

11.300.370 hektar dengan produksi sebesar 31.284.306 ton (Ditjenbun, 2016).

Rata-rata produktivitas kebun kelapa sawit Indonesia masih lebih rendah

dibandingkan dengan Malaysia. Produktivitas rata-rata TBS Indonesia pada tahun

2013 adalah 16 ton/ha/tahun dengan rendemen minyak 24–25%, dan

produktivitas CPO yang mampu dihasilkan sebesar 3,7 ton/ha/tahun (Andika dan

Widoro, 2013).

Rendahnya produktivitas rata-rata TBS Indonesia tersebut merupakan

salah satu masalah dalam pengusahaan komoditas kelapa sawit Indonesia akibat

dari banyaknya tanaman yang sudah tua atau tidak produktif dan maraknya

peredaran bibit palsu. Bibit palsu merupakan bibit yang bermutu rendah dan

tidak diproduksi oleh sumber benih (perusahaan) yang kredibel, berpengalaman,

memiliki integritas yang tinggi serta mendapat izin resmi dari pemerintah sebagai

produsen benih kelapa sawit unggul dan bersertifikat. Pemalsuan bibit kelapa
sawit berakibat buruk terhadap masa depan perkebunan kelapa sawit Indonesia.

Penurunan produktivitas akibat penggunaan bibit palsu baru akan terasa 4-5

tahun kemudian. Jika tanaman dari bibit palsu ini tidak diganti, produktivitas

yang rendah akan berlangsung selama umur ekonomis tanaman kelapa sawit

(sekitar 25 tahun).

Pembibitan kelapa sawit merupakan langkah awal yang sangat

menentukan keberhasilan budidayanya. Bibit unggul merupakan modal dasar

untuk mencapai produktivitas dan mutu hasil kelapa sawit yang tinggi

(Minansyah, 2015). Pengelolaan pembibitan merupakan salah satu faktor

penting yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil kebun, sehingga teknis

dan manajerial pelaksanaan pembibitan perlu mendapat perhatian khusus.

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui Sistem

Pembibitan Single dan Double Stage serta Pemeliharaannya.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk memenuhi komponen penilaian di Mata Kuliah Perkebunan A: Kelapa

Sawit Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan. Dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA

Bibit merupakan produk dari suatu proses pengadaan tanaman yang

dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi dan masa selanjutnya.

Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya

tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan ini diharapkan akan

menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik

memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan

dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan saat pelaksanaan transplanting

(Asmono et al. 2003).

Pembibitan Kelapa Sawit merupakan kegiatan awal lapangan yang

bertujuan untuk mempersiapkan bibit siap tanam. Pembibitan harus sudah

disiapkan sekitar satu tahun sebelum penanaman di lapangan, agar bibit yang

ditanam tersebut memenuhi syarat, baik umurnya maupun ukurannya. Lokasi

pembibitan harus memenuhi beberapa persyaratan agar pelaksanaan

pembibitan dapat berjalan dengan baik dan aman. Syarat lokasi pembibitan yang

perlu diperhatikan adalah lokasi datar, bila tidak datar sebaiknya teras dan dekat

dengan sumber air untuk penyiraman (Setyamidjaja , 2006).

Budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan

satu tahap dan pembibitan dua tahap. Pembibitan yang sering digunakan adalah

pembibitan dua tahap. Pembibitan dua tahap (double stage) adalah pembibitan

dilakukan pada polibag kecil. Pembibitan awal (pre nursery) dilakukan terlebih

dahulu hingga bibit berumur 3 bulan. Setelah bibit berumur 3 bulan, bibit

dipindah ke polibag besar atau tahap pembibitan utama (main nursery) hingga
bibit siap ditanam sampai bibit berumur 12 bulan. Pembibitan satu tahap (single

stage) adalah benih berupa kecambah kelapa sawit langsung ditanam pada

polibag besar dan dipelihara hingga siap tanam (Darmosarkoro et al. 2008).

Bibit yang ditanam di pre nursery maupun main nursery perlu dipelihara

dengan baik agar pertumbuhannya sehat dan subur. Kegiatan pemeliharaan

meliputi penyiraman. Penyiangan, pengawasan dan seleksi serta yang paling

penting adalah pemupukan (Setyamidjaja , 2006).

Standar untuk bibit kelapa sawit bermutu pada pembibitan pre nursery

adalah bibit berumur 3 – 4 bulan , memiliki jumlah daun 3 – 4 helai dalam

keadaan sempurna. Sedangkan untuk tinggi tanaman pada pembibitan pre

nursery yaitu 20 – 25 cm, dan tentunya bebas dari gangguan Organisme

Pengganggu Tanaman (OPT) (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009).

Gambar 1. Bibit Kelapa Sawit


A. Sistem Pembibitan

Kegiatan pembibitan memerlukan suatu persiapan atau perencanaan

agar proses pembibitan dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Menurut

Pahan (2007), persiapan pembibitan akan menentukan sistem pembibitan yang

dipakai dengan melihat keuntungan dan kerugian secara komprehensif.

Keputusan untuk menggunakan sistem pembibitan akan membawa dampak pada

vigor bibit yang akan dihasilkan dan biaya yang akan dikeluarkan.

Pembibitan awal (pre nursery) merupakan tempat kecambah kelapa sawit

ditanam dan dipelihara hingga berumur tiga bulan, setelah itu bibit dipindahkan

ke dalam polybag besar yang diatur dan ditata di areal pembibitan induk (main

nursery). Pembibitan menggunakan polybag yang melewati tahap pre nursery

dan main nursery termasuk ke dalam model pembibitan dua tahap dan yang

tidak melewati tahap pre nursery termasuk pembibitan satu tahap. Perbedaan

satu tahap dan dua tahap secara teknis di lapangan yaitu pada satu tahap

kecambah langsung ditanam di dalam polybag besar. Kecambah yang ditanam

terlebih dahulu dalam babybag saat pre nursery lalu dipindahkan ke dalam

polybag setelah umur dua sampai tiga bulan termasuk model pembibitan dua

tahap. Pembibitan kelapa sawit juga dapat menggunakan field nursery (tanpa

polybag) yaitu bibit langsung ditanam ke dalam tanah. Metode ini jarang

digunakan karena sulitnya proses pemindahan bibit ke lapangan (Sunarko, 2015).

Sistem dua tahap lebih disarankan untuk dipakai karena pada sistem satu

tahap proses seleksi akan mengakibatkan banyak ruang kosong dan kerugian

polybag yang tidak terpakai. Proses seleksi pada sistem dua tahap lebih ketat
sehingga menjamin mutu bibit yang dihasilkan (Pahan, 2007). Menurut

Minansyah (2015), seleksi yang ketat (5-10%) di pembibitan awal dapat

mengurangi keperluan tanah dan polybag besar di pembibitan utama.

1. Sistem Pembibitan Single Stage

Dalam sistem pembibitan polybag 1 tahap, kecambah langsung di tanam

di dalam polybag besra berukuran 40 x 50 cm yang dapat menampung 25 kg

tanah, pengisian tanah jangan terlalu penuh (cukup 3 cm saja dari atas polybag

yang bertujuan supaya air dan pupuk tidak melimpah keluar) yang disusun rapat

sampai umur 3-4 bulan. Sesudah itu, bibit-bibit dijarangkan dan dipelihara

sampai umur 10-12 bulan sebelum akhirnya di pindahkan keareal.

Untuk luasan areal, 1Ha pembibitan pada tahapan pembibitan 1 stage

harus di pertimbangkan proses dalam waktu pembibitan tersebut. Sebab usia

pembibitan mempengaruhi luas areal yang dibutuhkan dalam menyusun

polybag. Pada saat umur 3-4 bulan jarak antara bibit rapatkan agar memudahkan

pengawasan dam perawatan (pada saat pengamatan yang digunakan adalah 50 x

50 cm dengan sistem mata lima). Sehingga areal yang digunakan kurang dari 1

hektar, kemudian umur > 3 bulan, jarak antar polybag di jarangkan menjadi 90

x 90 cm(sistem mata lima) sehingga areal yang dibutukan makin luas. Maka itu

kita harus mempertimbangkan secara matang luas areal pembibitan yang cukup

memuat jumlah bibit yang kita tanam di areal tersebut.

2. Sistem Pembibitan Double Stage (Dua Tahap)

Sedangkan sistem pembibitan 2 tahap kecambah ditanam di polybag kecil

dahulu dan setelah ± 3 bulan baru dipindah ke polybag besar. Diperkebunan


Bahjambi menggunakan sistem pembibitan 2 tahap ( double stage pre nursery

dan main nursery).

Sistem pembibitan polybag 2 tahap menyababkan timbulnya persemaian

(pembibitan pendahuluan) dan pembibitan utama. Pada persemaian kecambah

ditanam dalam kantong plastik kecil (baby/mini polybag) selama 3 bulan.

Sesudah masa pre nursery, bibit di pindahkan ke polybag besar dan dipelihara

sampai berumur 10-12 bulan. Tahap kedua ini disebut pembibitan utama (main

nursery).
Gambar 2. Sistem Mata Lima beserta Ukurannya

Keterangan

: Titik Tanam atau Peletakan Bibit

: Jarak antar bibit

: Besar sudut

Umumnya jarak tanam bibit umur 8-10 bulan adalah 70 x 70 x 70 cm

dengan jumlah bibit/ha adalah 23.000 bibit dan umur bibit adalah >10 bulan,

dengan jarak tanam perbibit 90 x 90 x 90 cm maka jumlah bibit dalam satu

hektar adalah 14.000 bibit, namun pada pengamatan yang dilakukan, pembibitan

mengunakan jara 90 x 90 x 90 cm dengan sistem mata lima seperti pada gambar

di atas.
Pembibitan Awal (Pre Nursery)

Gambar 3. Pre Nursery (Pembibitan awal)

Ciri utama pembibitan tahap awal adalah penggunaan polibag kecil,

sehingga jumlah bibit per ha areal pembibitan menjadi banyak. Polibag yang

dipakai berukuran 15 cm (diameter), tinggi 23 cm, dan tebal 0,07 mm, berlubang

- lubang sebanyak lebih kurang 20 lubang di bagian bawah, setelah diisi tanah

bagian bawahnya rata. Tiap polibag berisi sekitar 1,5 kg tanah, disusun di

bedengan dengan lebar deretan berisikan 12 polibag, sedang panjang bedengan

sekitar 10 m. Kantong plastik disiram 2 kali selama 2 hari agar tanah dalam

kantongmenjadi agak padat dan mudah di gunakan untuk penanaman bibit

kelapa sawit yang akan di budidayakan (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008

dalam Jefry, 2016).

Dalam waktu 3 – 4 bulan pertama dari pertumbuhan bibit diperlukan

naungan. Naungan dibuat dengan memasang tiang-tiang pancang yang biasanya

terbuat dari bilah bambu setinggi 2 m, kemudian di bagian atas dibuat kerangka

atap yang lalu ditutup dengan daun kelapa atau pelepah kelapa sawit,

sedemikian sehingga intensitas cahaya yang diterima sekitar 40 % dari kondisi

normal (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008 dalam Jefry, 2016).


Pembibitan Utama (Main Nursery)

Dalam rangka pelaksanaan pembibitan utama, bibit dari pemindahan

tahap awal dipindah ke kantong plastik yang lebih besar pada umur sekitar 4

bulan. Ukuran kantong plastik besar adalah 40 cm (diameter), tingginya 50 cm,

dan tebalnya 0,12 mm, setelah diisi tanah bagian bawahnya datar (agar mudah

berdiri tegak) agar mudah di gunakan dan memiliki lubang-lubang (perforasi)

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008 dalam Jefry, 2016).

Gambar 4. Main Nursery (Pembibitan utama)

Cara pemindahan bibit dari kantong plastik kecil ke kantong plastik besar

tidak berbeda jauh dengan cara untuk pembibitan awal. Bibit dalam kantong

plastik besar diletakan berjajar di areal pembibitan utama dengan jarak 90 x 90 x

90 cm (segitiga samasisi). Setiap 5 baris, dikososngkan untuk jalan kontrol

selebar 1,5 m. Dengan cara ini dalam satu ha terdapat 17.000 bibit, yang akan

dipelihara di pembibitan utama selama 9-12 bulan sehingga umur bibit menjadi

12-16 bulan sejak dimulainya pembibitan pada pembibitan awal.


B. Pemeliharaan Bibit

1. Penyiraman Air

Penyiraman Air merupakan kebutuhan yang sangat mutlak diperlukan

bagi tanaman. Bibit disaram 2 kali dalam sehari yaitu pagi dan sore. Tetapi

apabila terjadi hujan dan curah hujan mencapai lebih dari 8 mm maka

penyiraman tidak dilakukan. Pada pembibitan awal (pre nursery) kebutuhan tiap

bibit adalah sekitar 0,11 liter, 0,2 liter, dan 0,3 liter / hari, berturut-turut untuk

bibit umur 1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan. Pada pembibitan utama (main nursery)

kebutuhan tersebut meningkat sesuai pertambahan umur bibit kelapa sawit

menjadi sekitar 1 liter, 2 liter dan 3 liter / hari untuk bibit berumur 0 – 3 bulan, 3

– 6 bulan, dan 6 – 9 bulan (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008 dalam Jefry,

2016).

Penyiraman dilakukan dengan menggunakan sistem irigasi curah. Rata-

rata kebutuhan air di pembibitan utama setara dengan curah hujan 3,4 mm per

hari atau 2,25 liter per polybag. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore

dengan lama penyiraman 1 jam (Pahan, 2007). Menurut Wijayanti (2015),

penyiraman dilakukan dengan menggunakan sumishower, tinggi tiang

sumishower yaitu 1,5 m. Jarak antar tiang sumishower yaitu 13 m dengan

jangkauan penyiraman dalam menyiram bibit kelapa sawit untuk 1 sumishower

yaitu 7,5 m ke kanan dan 7,5 m ke kiri. Mesin yang digunakan untuk penyiraman

menggunakan mesin pompa merk Southern Cross dengan mesin penggerak

Yanmar.
Kebutuhan air pada pembibitan utama sekitar 2 liter/hari/polybag.

Kebutuhan tersebut berdasarkan standar curah hujan. Bibit disiram dua kali

sehari, yakni pada pagi dan sore hari. Penyiraman mengunakan selang berkepala

gembor. Jika curah hujan lebih besar dari 9 mm/hari, penyiraman tidak perlu

dilakukan.

Kebutuhan Air Pembibitan

Umur bibit (Bulan) Jumlah air (liter/bibit/hari)

0-2 0,6

2-4 0,7

4-5 1

>6 1,5

2. Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma pada main nursery terdiri dari pengendalian gulma di

dalam polybag dan di antara polybag. Pengendalian gulma di dalam polybag

dilakukan dengan pencabutan rumput-rumput di dalam polybag dengan norma

kerja 2.000 bibit per HK dan rotasi 2-3 kali per bulan. Pemberian mulsa cangkang

kelapa sawit sekitar 0,5 kg per polybag juga dapat mencegah tumbuhnya gulma.

Pengendalian gulma di antara polybag dilakukan dengan aplikasi herbisida

berbahan aktif paraquat 0,3% atau menggunakan glyphosate 0,4-0,7%.

Penyemprotan dilakukan dengan knapsack sprayer secara vertikal ke bawah dan

harus lebih rendah dari permukaan polybag untuk menghindari percikan larutan

herbisida (Pahan, 2007).


3. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama yang terdapat di pembibitan utama yaitu kumbang malam, ulat api,

semut, ulat grayak, dan tikus. Pengendalian hama dilakukan dengan cara manual

apabila intensitas serangan masih rendah. Pengendalian hama dan penyakit

dilakukan oleh tenaga kerja harian perempuan dengan standar kerja 3.000

tanaman per HK. Pengendalian hama dilakukan 2 minggu sekali menggunakan

Sevin dengan konsentrasi 2 g l-1 air untuk 300 bibit. Penyakit yang terdapat di

pembibitan utama yaitu bercak daun yang disebabkan oleh Curvularia maculans

dan pengendaliannya menggunakan Amistar Top dengan konsentrasi 1 ml l-1 air

untuk 300 bibit dengan rotasi 2 minggu dan menggunakan Dithane M-45 dengan

konsentrasi 2 g l-1 air dan dilakukan 2 minggu sekali (Wijayanti, 2015).

4. Seleksi Bibit

Seleksi bibit di pembibitan utama dilakukan secara bertahap yaitu ketika

bibit berumur 6 bulan, 9 bulan, 12 bulan dan saat dipindah tanam ke lapangan.

Cara seleksi bibit pada dasarnya sama ketika melakukan seleksi pada pembibitan

awal, tetapi seleksi juga dilakukan pada bibit kerdil. Kegiatan seleksi merupakan

salah satu kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan agar mendapat kualitas

bibit yang baik, untuk itu kegiatan seleksi harus dengan pengawasan senior

asisten dengan didampingi tim manajemen (Wijayanti, 2015).

Anda mungkin juga menyukai