Anda di halaman 1dari 16

PERTUMBUHAN DAN PEMELIHARAAN BIBIT KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN-NURSERY

JURNAL

OLEH :
AMIN HARIS SIHOMBING
210301031
AGROTEKNOLOGI 1

LABORATORIUM TANAMAN PERKEBUNAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022

1
PERTUMBUHAN DAN PEMELIHARAAN BIBIT KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN-NURSERY

JURNAL

OLEH :
AMIN HARIS SIHOMBING
210301031
AGROTEKNOLOGI 1

Laporan sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum di


Laboratorium Tanaman Perkebunan Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Diperiksa Oleh
Asisten korektor

(Aulia Istiqomah)
NIM : 180301063

LABORATORIUM TANAMAN PERKEBUNAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya berupa kesehatan, kesempatan, dan
kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan jurnal ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari laporan ini adalah “Pertumbuhan Dan Pemeliharaan
Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) di Main-Nursery” yang merupakan
salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Tanaman
Perkebunan Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu
Dr.Ir.Charloq M.P. selaku dosen mata kuliah Tanaman Perkebunan serta kepada
abang dan kakak asisten Laboratorium Tanaman Perkebunan yang telah membantu
dalam penyelesaian jurnal ini.
Penulis menyadari bahwa jurnal ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu
kritik dan saran yang bersifat akan sangat diharapkan demi perbaikan penulisan
mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan Praktikum ................................................................................................ 2
Kegunaan Penulisan ............................................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3
BAHAN DAN METODE ...................................................................................... 5
Tempat dan Waktu .............................................................................................. 5
Alat dan Bahan .................................................................................................... 5
Metode Praktikum ............................................................................................... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 6
Hasil..................................................................................................................... 6
Pembahasan ......................................................................................................... 8
KESIMPULAN.................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi
karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Bagi Indonesia,
kelapa sawit memiliki arti penting karena mampu menciptakan kesempatan kerja
bagi masyarakat dan sebagai sumber perolehan devisa negara. Sampai saat ini
indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit dunia selain
Malaysia dan Nigeria (Fauzi et al., 2012).
Tanaman perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan
komoditas unggulan yang menjadi penyumbang devisa negara terbesar melalui
hasil minyak sawit (CPO) dan minyak inti sawit (KPO) jika dibandingkan dengan
tanaman perkebunan lainnya seperti kopi, kakao dan karet. Peningkatan luas areal
tanam kelapa sawit dari tahun 2017 – 2019 rata – rata sebesar 300.000 ha per
tahunnya. Perkembangan luas areal tersebut akan diikuti dengan
bertambahnyapermintaan bibit yang bermutu atau berkualitas setiap tahunnya.
Karena bibit berkualitas akan menentukan produktivitas dan umur produksi
tanaman serta keberhasilan di kemudian hari (Jannah et al., 2012)
Pentingnya pemeliharaan kelapa sawit untuk menghasilkan produksi yang
bagus dan pertama kali yang perlu diperhatikan adalah kualitas bibit kelapa sawit
yang digunakan. Keberhasilan pembibitan tidak ditentukan oleh banyaknya jumlah
bibit yang dapat ditanam di lapangan, tetapi dari kualitas yang dihasilkan.
Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun
sebelum penanaman di lapangan dan merupakan faktor utama yang paling
menentukan produksi per hektar tanaman. Pengelolaan bibit yang dapat
menciptakan kualitas bibit yang baik menghasilkan pertumbuhan tanaman dan buah
yang baik pula (Pamungkas, 2019).
Bibit kelapa sawit yang berkualitas dapat dihasilkan melalui sistem
pembibitan doble stage (pembibitan dua tahap) karena memiliki kelibihan dalam
seleksi bibit yang ketat dan pemeliharan di pre-nursery yang cukup mudah. Akan
tetapi, pada tahap main-nursery perlu pengelolaan yang baik dalam hal pemenuhan
unsur hara yang cukup dan berimbang untuk mengoptimalkan pertumbuhannya
(Fauzi et al., 2012).

1
Kelapa sawit merupakan sumber devisa negara karena komoditas kelapa
sawit memegang peranan sangat penting. Selain itu, minyak sawit merupakan
bahan baku yang digunakan sebagai minyak goreng dan produk turunan lainnya di
seluruh dunia. Salah satu pembangunan pertanian di Indonesia adalah dengan
meningkatkan produktivitas perusahaan dan nilai tambah produktivitasnya. Luas
perkebunan kelapa sawit di Indonesia hingga tahun 2019 diperkirakan mencapai
14,6 juta ha dan jumlah produksi dalam bentuk CPO berkisar 42,8 juta ton
(Ditjenbun, 2020).
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemeliharaan terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)
pada tahap main nursery.
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan jurnal ini adalah sebagai salah satu syarat
masuk untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Tanaman
Perkebunan Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

2
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem pembibitan main nursery dilakukan pada media polybag. Polybag
yang berisi media tanam harus tetap terjaga kelembabannya agar perkecambahan
bibit sawit yang diperoleh berhasil dengan baik. Secara normal, biji kelapa sawit
tidak dapat berkecambah dengan cepat, karena adanya sifat dormansi. Jika benih
langsung ditanam pada tanah atau pasir maka presentase daya kecambahnya setelah
3-6 bulan hanya 80% (Sianturi, 2014).
Serangan penyakit yang umum ditemukan pada saat proses pembibitan di
mainnursery adalah bercak daun yang disebabkan oleh patogen Curvularia sp. Pada
pembibitan kelapa sawit, serangan bercak daun yang disebabkan oleh patogen
Curvularia sp. mencapai 38% dari total bibit kelapa sawit . Salah satu faktor utama
yang menyebabkan tingginya serangan tersebut adalah keterlambatan proses pindah
tanam dari pembibitan awal ke pembibitan utama. Hal tersebut menyebabkan
tanaman yang semakin rapat dan mengakibatkan saling tumpang tindih antara tajuk
bibit yang satu dengan lainnya serta pada akhirnya mempengaruhi suhu dan
kelembapan pada pembibitan pre-nursery Oleh sebab itu, perlu beberapa upaya
dalam pengendalian penyakit dan pemulihan pertumbuhan pasca serangan penyakit
bercak daun (Solehuddin et al.,2012).
Salah satu faktor penentu dalam menjaga kestabilan produktivitas tanaman
kelapa sawit adalah penggunaan bibit unggul dan bermutu. Pemenuhan
ketersediaan bibit tersebut dapat tercukupi apabila selama proses pembibitan
dilakukan dengan sistem yang baik dan benar. Hidayat et al. (2017) menyatakan
bahwa sistem pembibitan yang menjadi rekomendasi dan umum digunakan dalam
menunjang terciptanya bibit yang berkualitas adalah pembibitan dengan doble-
stage. Akan tetapi, terdapat salah satu faktor yang selalu menjadi sumber dalam
kegagalan proses pembibitan yaitu adanya serangan penyakit pada saat main-
nursery (Usodri et al., 2022).
Penyakit sering menimbulkan kerugian yang cukup berarti pada tanaman
kelapa sawit. Setiap tahun kerugian yang ditimbulkan oleh serangan penyakit bisa
mencapai jutaan rupiah setiap hektar tanaman kelapa sawit. Penyakit yang sering
dijumpai pada tanaman sawit adalah serangan jamur, sedangkan bakteri atau virus
jarang dijumpai dan tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Terdapat beberapa

3
jenis penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit di perkebunan yaitu, penyakit
busuk pangkal batang, Penyakit busuk pucuk kelapa sawit, penyakit layu Fusarium
(Marchitez disease), penyakit bercak daun, penyakit daun menggulung, penyakit
daun berkerut, dan penyakit daun berputar (Defitri, 2015).
Pengukuran diameter batang dilakukan untuk menggambarkan jumlah hara
yang diserap oleh tanaman sehingga dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan
batang. Pada umumnya semakin besar perkembangan diameter batang tanaman,
maka organ-organ pada bagian atasnya seperti tinggi batang dan jumlah daun juga
akan semakin baik. Diameter batang diukur menggunakan jangka sorong dengan
satuan milimeter (mm), dengan cara mengukur diameter batang 1 cm dari atas
permukaan tanah. Pengukuran diameter batang dilakukan pada saat bibit berumur
30, 60 dan 90 HSS. (Suryati et al., 2014).
Tinggi tanaman merupakan salah satu variabel pengamatan yang
menggambarkan penambahan selsel pada tanaman dari permukaan tanah ke atas.
Tinggi bibit kelapa sawit diukur dari permukaan tanah hingga pucuk daun
terpanjang. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran yaitu pada saat
tanaman berumur 12 MST (Hanapi, 2014).

4
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Jalan Dr. Mansyur Baru II No. 2a Tanjung
Rejo Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara yang
dilaksanakan secara virtual menggunakan media Google Meet pada hari Selasa, 04
Oktober 2022 pada pukul 09.50 WIB sampai dengan selesai dengan ketinggian 27
M (dpl).
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah polibag ukuran 10
kg untuk media tanamnya, jangka sorong untuk mengukur diameter batang,
penggaris plastik atau meteran kain untuk mengukur tinggi tanaman, buku untuk
mencatat data, stik es krim, HP untuk memfoto tanaman dan handsprayer untuk
penyemprotan insectisida & fungisida.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah bibit kelapa
sawit sebagai bahan utama praktikum, air untuk menyiram tanaman, fungisida
antracol b.a. (a.i) atau dithane M-45 b.a. (a.i) untuk membunuh atau menghambat
cendawan penyebab penyakit tanaman, tanah topsoil yang sudah dibersihkan
sebagai media tanam dan pupuk NPKMg untuk membantu pertumbuhan tanaman.
Metode Praktikum
Adapun metode pada praktikum ini adalah dilakukan metode penelitian
secara virtual yaitu dengan mengumpulkan data dan gambar dari internet dan
kemudian dibuat penjelasan dalam bentuk jurnal.

5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil Keterangan Gambar
Bibit Main Bibit ditanam dari mulai
Nursery Pre Nursery (3 bulan)
sampai 8-9 bulan di
polybag besar

Pindah Pemindahan bibit


Tanam Main dilakukan pada saat
nursery memiliki daun 3-4 helai
dan berumur 3 bulan

Kerdil Pertumbuhan vegetatifnya


(runt/stunted) jauh lebih kecil
dibandingkan dengan bibit
sehat umumnya

Bibit Juvenile Bibit Juvenile, helai anak


daun tetap bersatu
seluruhnya atau tidak
pecah.

6
Bercak Daun Penyakit ini menyerang
daun pupus yang belum
membuka atau daun
duamuda yang sudah
membuka

Wide Jarak antara anak daun


Internode pada rakhis terlihat sangat
lebar, bibit terlihat sangat
terbuka.

Pengukuran Pengukuran tinggi kelapa


tinggi kelapa sawit dilakukan pada tahap
sawit pembibitan dan tingginya
diukur dari permukaan
tanah sampai ke ujung
daun tertinggi

Pengukuran Diameter batang diukur


diameter menggunakan jangka
batang kelapa sorong dengan satuan
sawit milimeter (mm) dengan
cara mengukur 1 cm dari
atas permukaan tanah.

7
Pembahasan
Sistem pembibitan main nursery dilakukan pada media polybag. Hal ini
sesuai dengan literatur Sianturi (2014) yang menyatakan bahwa polybag yang berisi
media tanam harus tetap terjaga kelembabannya agar perkecambahan bibit sawit
yang diperoleh berhasil dengan baik. Secara normal, biji kelapa sawit tidak dapat
berkecambah dengan cepat, karena adanya sifat dormansi. Jika benih langsung
ditanam pada tanah atau pasir maka presentase daya kecambahnya setelah 3-6 bulan
hanya 80%.
Umumnya setiap tanaman lumrah apabila terserang penyakit, begitu juga
pada tanaman kelapa sawit. Pada fase main nursery biasa nya kelapa sawit terserang
penyakit bercak daun yang disebabkan oleh patogen Curvularia sp. Hal ini sesuai
dengan pernyataan dari Solehuddin et al. ,(2012) dia berpendapat bahwa pada
pembibitan kelapa sawit, serangan bercak daun yang disebabkan oleh patogen
Curvularia sp. mencapai 38% dari total bibit kelapa sawit. Oleh sebab itu, perlu
beberapa upaya dalam pengendalian penyakit dan pemulihan pertumbuhan
pascaserangan penyakit bercak daun.
Sebuah perkebunan kelapa sawit yang berhasil adalah yang mampu
menghasilkan buah panen dengan kuantitas tepat dan kualitas yang terjamin secara
mutu. Hal ini hanya bisa diraih dengan berbagai faktor penting. Salah satu faktor
penting itu adalah pemilihan bibit-bibit terbaik yang kelak menjadi pohonpohon
subur yang mampu menghasilkan buah-buah sehat dan berkualitas pula. Hal ini
sesuai dengan literatur Usodri et al, (2022) yang menyatakan bahwa faktor penentu
dalam menjaga kestabilan produktivitas tanaman kelapa sawit adalah penggunaan
bibit unggul dan bermutu. Pemenuhan ketersediaan bibit tersebut dapat tercukupi
apabila selama proses pembibitan dilakukan dengan sistem yang baik dan benar.
Penyakit sering menimbulkan kerugian yang cukup berarti pada tanaman
kelapa sawit. Setiap tahun kerugian yang ditimbulkan oleh serangan penyakit bisa
mencapai jutaan rupiah setiap hektar tanaman kelapa sawit. Hal ini sesuai dengan
literatur Defitri (2015) yang menyatakan bahwa penyakit yang sering dijumpai
pada tanaman sawit adalah serangan jamur, sedangkan bakteri atau virus jarang
dijumpai dan tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Terdapat beberapa jenis
penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit di perkebunan yaitu, penyakit

8
busuk pangkal batang, Penyakit busuk pucuk kelapa sawit, penyakit layu Fusarium
(Marchitez disease), penyakit bercak daun, penyakit daun menggulung, penyakit
daun berkerut, dan penyakit daun berputar.
Pengukuran diameter batang tanaman masih dilakukan dengan cara manual
hingga saat ini. Yakni dengan menggunakan jangka sorong. Hal ini sesuai dengan
literatur Suryati et al (2014) yang menyatakan bahwa Pengukuran diameter batang
dilakukan untuk menggambarkan jumlah hara yang diserap tanaman yang
dimanfaatkan untuk pertumbuhan batang. Pada umumnya semakin besar
perkembangan diameter batang, maka organ-organ pada bagian atasnya seperti
tinggi batang dan jumlah daun juga akan semakin baik. Diameter batang diukur
menggunakan jangka sorong dengan satuan milimeter (mm), dengan cara
mengukur diameter batang 1 cm dari atas permukaan tanah. Pengukuran diameter
batang dilakukan pada saat bibit berumur 30, 60 dan 90 HSS.
Tinggi bibit kelapa sawit diukur dari permukaan tanah hingga pucuk daun
terpanjang. Hal ini sesuai dengan literatur Hanapi (2014) yang menyatakan bahwa
Tinggi tanaman merupakan salah satu variabel pengamatan yang menggambarkan
penambahan sel-sel pada tanaman dari permukaan tanah ke atas. Tinggi bibit kelapa
sawit diukur dari permukaan tanah hingga pucuk daun terpanjang. Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan meteran yaitu pada saat tanaman berumur 12 MST.

9
KESIMPULAN
1. Polybag yang berisi media tanam harus tetap terjaga kelembabannya agar
perkecambahan bibit sawit yang diperoleh berhasil dengan baik.
2. Pada fase main nursery biasa nya kelapa sawit terserang penyakit bercak daun
yang disebabkan oleh patogen Curvularia sp.
3. Sebuah perkebunan kelapa sawit yang berhasil adalah yang mampu
menghasilkan buah panen dengan kuantitas tepat dan kualitas yang terjamin
secara mutu.
4. Penyakit sering menimbulkan kerugian yang cukup berarti pada tanaman kelapa
sawit. Setiap tahun kerugian yang ditimbulkan oleh serangan penyakit bisa
mencapai jutaan rupiah setiap hektar tanaman kelapa sawit.
5. bahwa Pengukuran diameter batang dilakukan untuk menggambarkan jumlah
hara yang diserap tanaman yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan batang.
6. Tinggi tanaman merupakan salah satu variabel pengamatan yang
menggambarkan penambahan sel-sel pada tanaman dari permukaan tanah ke
atas. Tinggi bibit kelapa sawit diukur dari permukaan tanah hingga pucuk daun
terpanjang.

10
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, S., & Wibowo, H. 2012. Perbandingan Metode Moving Average untuk
Prediksi Hasil Produksi Kelapa Sawit. In Seminar Nasional Teknologi
Informasi Komunikasi dan Industri (pp. 156-162).
Ditjenbun. 2020. Identifikasi Patogen Penyebab Penyakit Tanaman Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) Di Desa Bertam Kecamatan Jambi Luar Kota. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol 15 (4).
Fauzi, E. B., Gunawan, H., Sirait, N. V. 2019. Evaluasi Karakter Agronomi Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Varietas DXP Avros Pada Kondisi
Cekaman Kekeringan Di Main Nursery. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Agrobisnis Perkebunan.
Hanapi. 2014. Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guinensiss Jacq.)
pada Tanaman Pre Nursery dan Main Nursery di PT. Socfindo Kebun Mata
Pao. Universitas Andalas.
Jannah, E. Syahfari, H. Dan Lalang, N. 2012. Inventarisasi Penyakit Bercak Daun
(Curvularia sp.)Di Pembibitan Kelapa Sawit PT Ketapang Hijau Lestari–2
Kampung Abit Kecamatan Mook Manaar Bulati Kabupaten Kutai Barat.
Jurnal Agrifor Vol XV (1).
Pamungkas. 2019. Respons Pertumbuhan Vegetatif Tiga Varietas Kelapa Sawit di
Main Nursery Pada Beberapa Media Tanam Limbah. Jurnal Online
Agroekoteknologi. 3(4): 1289 – 1295.
Sianturi. 2014. Penentuan Waktu Pemisahan Bibit Kembar Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) Asal Benih Multi Embrio di Pembibitan. Jurnal Penelitian
Pertanian Terapan, 17(2). Swadaya. 236 hlm.
Solehuddin, V., Santoso, M., & Aini, N. (2017). Hubungan antara Diameter Batang
dengan Umur Tanaman terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kelapa
Sawi. Buana Sains, 43-48.
Suryati, I. B., Jana, M. 2014. TA: Seleksi Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis
Jacq.) Pada Varietas Dami Mas Dan Dami Mas Itg Di Pembibitan Main
Nursery (Doctoral dissertation, Politeknik Negeri Lampung).

11
Usodri, F., Fitriani, Ridwan. 2022. Jenis Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit
(Elaeis guinensis Jacq.) dan Teknik Pengendaliannya di PT Perkebunan
Nusantara I Kebun Baru Afdeling Vi Kota Langsa. Universitas Samudra.

12

Anda mungkin juga menyukai