Anda di halaman 1dari 19

PRENURSEY

JURNAL

OLEH :
VINENCHYA MAURA PUTERI
210308058
TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM

LABORATORIUM TANAMAN PERKEBUNAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN & BIOSISTEM
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
PRENURSERY

JURNAL

OLEH :
VINENCHYA MAURA PUTERI
210308058
TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM

Jurnal sebagai salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di
Laboratorium Tanaman Perkebunan Program Studi Teknik Pertanian &
Biosistem Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

LABORATORIUM TANAMAN PERKEBUNAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN & BIOSISTEM
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
Judul : Prenursery
Nama : Vinenchya Maura Puteri
Nim 210308058
Program Studi : Teknik Pertanian Biosistem B

Diketahui Oleh
Dosen Penanggung Jawab Laboratorium

( Dr.Ir. Charlog. M. P )
NIP :
198611091986012001

Diketahui Oleh :
Asisten Kolektor
I

( Khairunisa )
NIM :
180301062
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan jurnal ini dengan baik. Tujuan
penulisan jurnal ini untuk memperoleh dan memperdalam ilmu yang didapat pada
saat laboratorium dilaksanakan serta memperdalam pengetahuan mengenai semua
yang dipelajari ketika praktikum, baik itu yang ditujukan kepada pembaca
maupun kepada penulis sendiri .
Adapun judul dari jurnal ini adalah “ Prenursery “ yang merupakan salah
satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Prenursery
program studi Agroeteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah mendukung dalam menyelesaikan jurnal ini , terutama kepada Ibu
Dr.Ir. Charlog. M. P selaku dosen penanggung jawab laboratorium, dan kepada
kakak dan abang asisten laboratorium serta teman teman yang ikut mendukung
dalam pembuatan jurnal ini.
Saya menyadari bahwa jurnal ini masih belum sempurna , untuk itu saya
menerima kritik dan saran yang mendukung dari pembaca agar jurnal ini
bermanfaat bagi orang banyak nantinya .Demikianlah laporan ini penulis buat .
Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih

Medan , Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang.................................................................................2
Tujuan Praktikum.............................................................................3
Kegunaan Penulisan.........................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit..........................................4
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit...........................................................4
Varietas Kelapa Sawit Persilangan Dura dan Pisifera (DXP)..........5
Media Tumbuh Pembibitan..............................................................5
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Praktikum..........................................................6
Alat dan Bahan.................................................................................6
Metode Praktikum............................................................................6
PEMBAHASAN
Hasil.................................................................................................7
Pembahasan......................................................................................9
KESIMPULAN.........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................13
LAMPIRAN .............................................................................................15

ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan komoditas yang sangat penting di Indonesia dan
masih memiliki prospek pengembangan yang cerah .Komoditi kelapa sawit ,baik
berupa bahan mentah maupun hasil olahannya, menduduki peringkat ketiga
penyumbang devisa non migas terbesar bagi negara setelah karet dan kopi
(Sunarko,2017).Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat
dihandalkan , karena minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan tandan buah
segar berupa minyak mentah CPO (Crude Palm Oil ) dan IKS (Inti Kelapa Sawit)
(Sastrosayono,2013). CPO dan IKS banyak digunakan sebagai bahan industri
pangan ( minyak goreng dan margarin) , industri sabun (bahan penghasil busa),
industri baja (bahan pelumas), industri tekstil , kosmetik dan sebagai bahan bakar
alternatif atau minyal diesel (Pahan,2018).
Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit memegang
peranan yang cukup strategis karena komoditas ini mempunyai prospek yang
cerah sebagai sumber devisa. Disamping itu, minyak sawit merupakan bahan baku
minyak utama minyak goreng yang banyak di pakai di seluruh dunia, sehingga
secara terus menerus dapat menjaga stabilitas harga minyak sawit. Komoditas ini
pun mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2013).
Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami kemajuan
pesat. Luas areal dan produksi tanaman kelapa sawit yang diusahakan oleh
perkebunan diseluruh indonesia mengalami peningkatan selama lima tahun
terakhir, yaitu pada tahun 2005 luas areal sawit mencapai 5 453 817 ha dgn
produksi Crude Palm Oil (CPO) sebesar 11 861 615 ton dan mengalami
peningkatan luas areal menjadi 8 430 027 ha dengan produksi CPO 20 615 958
ton pada tahun 2010 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012).
Dalam pengembangan kelapa sawit, bibit merupakan produk dari suatu
proses pengadaan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil
produksi dan masa selanjutnya. Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh
rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Bibit kelapa sawit yang baik

2
memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan
dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan saat pelaksanaan transplanting
(Asmono et al., 2013). Untuk memperoleh bibit kelapa sawit yang baik, maka
diperlukan perlakuan khusus terhadap media tanam dan pupuk yang digunakan
selama proses pembibitan.
Salah satu cara yang harus dilakukan untuk meningkatkan produksi kelapa
sawit yaitu dengan memperbaiki teknik budidaya dan pemilihan bahan tanam
yang unggul dan bermutu, salah satu penyediaan bahan tanam yang unggul dan
bermutu dengan melalui persiapan benih dan pembibitan. Pemilihan bibit
merupakan faktor utama dalam kegiatan budidaya kelapa sawit (Sukamto
2018).Pembibitan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pembibitan diperlukan karena tanaman kelapa sawit
memerlukan perhatian yang tetap dan terus-menerus pada umur 1-1,5 tahun
pertama. Produksi awal di lapangan berkorelasi nyata dengan luas daun pada
periode TBM, suatu keadaan yang sangat ditentukan oleh keadaan pembibitan
yang baik (Pahan.I 2012).
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah meningkatkan pemahaman
tentang prenursery, keterampilan teknis pembibitan tanaman kelapa sawit, serta
mempelajari dan menganalisis kegiatan pengelolaan pembibitan tanaman kelapa
sawit di perkebunan.
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi komponen penilaian Laboratorium Prenursery program studi
Agroeteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, dan
sebagai sumber bagi para pembaca yang membutuhkannya.

3
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit
Menurut Pahan (2018), kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut, Divisi
: Embryophita Siphonagama, Kelas : Angiospermae, Bangsa : Monocotyledonae,
Suku : Arecaceae, Anak Suku : Cocoideae, Marga : Elaesis, Jenis : Elaeis
guineensis Jacq. Kelapa sawit secara morfologi terdiri atas bagian vegetatif (akar,
batang, dan daun) dan bagian generatif (bunga dan buah) (Sunarko, 2017).
Tanaman kelapa sawit termasuk kedalam tanaman berbiji satu (monokotil) yang
memiliki akar serabut.
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah sekitar
Lintang Utara – Selatan 12°. Pada ketinggian 0–500 m dpl (Lubis, 2018). Syakir
(2012) menyatakan bahwa iklim dan karakteristik lahan atau tanah adalah faktor
lingkungan penting yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi untuk
pengusahaan kelapa sawit.
Kelembapan optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit, yakni 80-90%.
Manfaatkan keadaan iklim selama pertumbuhan untuk mencapai kelembaban
optimum dengan cara menyimpan air di waktu musim hujan dan membuat sumur
resapan. Faktor lain yang mempengaruhi kelembaban di antaranya suhu, sinar
matahari, lama penyinaran, curah hujan, dan evapotranspirasi (Sunarko, 2019).
Faktor iklim yang perlu diperhatikan dalam budidaya kelapa sawit adalah
curah hujan, suhu, dan intensitas matahari. Ada dua hal yang perlu diperhatikan
yaitu jumlah curah hujan tahunan (mm) dan distribusi curah hujan bulanan. Curah
hujan yang ideal berkisar 2000–3500 mm/th yang merata sepanjang tahun dengan
minimal 100 mm/bulan. Temperatur rendah menyebabkan stomata tertutup dan
mengurangi fotosintesis. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik,
latosol, hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol, tanah gambut saprik, dataran
pantai dan muara sungai.

4
Varietas Kelapa Sawit Persilangan Dura dan Pisifera (DXP)
Setiap varietas tanaman kelapa sawit mempunyai potensi keunggulan
masing-masing, dan potensi keunggulan baru muncul apabila syarat tumbuh yang
dibutuhkan tersedia. Selain itu setiap varietas tanaman kelapa sawit juga
mempunyai kemampuan beradaptasi yang belum tentu sama terhadap kondisi
lingkungan yang berbeda. Potensi produksi kelapa sawit pada berbagai jenis tanah
akan berbeda-beda pada kandungan unsur hara, kandungan bahan organik, dan
kemampuan untuk mengikat air (Sarwandy dkk., 2017). Tanaman kelapa sawit
varietas Marihat persilangan antara Dura dengan Pesifera memiliki keunggulan
dengan pertumbuhan jagur yang baik, produksi tandan besar, rendemen minyak
sangat tinggi, dan dapat ditanam diberbagai areal. Untuk rerata jumlah tandan
varietas ini yaitu 13 tandan/pohon/tahun (Lubis, 2018).
Varietas unggul kelapa sawit dihasilkan melalui prinsip reproduksi
sebenarnya dari hibrida terbaik dengan melakukan persilangan antara jenis kelapa
sawit yang diketahui mempunyai daya gabung berdasarkan hasil pengujian
progeny dengan mengikuti prosedur seleksi Reciprocal Recurrent Selection
(RSS). Bibit kelapa sawit yang digunakan dalam proses persilangan adalah Dura
dan Pisifera. Varietas Dura sebagai induk betina dan Pisifera sebagai induk jantan.
Hasil persilangan tersebut telah terbukti memiliki kuantitas dan kualitas yang
lebih baik dibandingkan dengan varietas lain (Adi, 2014).
Media Tumbuh Pembibitan
Menurut Sulistyo dkk (2012) media tanam yang baik adalah yang mampu
menyediakan tiga (3) kebutuhan pokok bagi tanaman yaitu unsur hara, air dan
sirkulasi udara yang baik di dalam tanah yang menjamin proses respirasi akar di
dalam tanah. Media pembibitan kelapa sawit pada umumnya terdiri dari tanah
lapisan atas (top soil) yang dicampur dengan bahan organik. Bahan organik
merupakan bahan yang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah
sehingga nantinya dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.

5
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Praktikum
Adapun praktikum ini dilakukan di Jl. Bunga Wijaya Kusuma, Gg. Seroja
II No. 2D, Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan,
Sumatera Utara yang dilaksanakan secara virtual melalui Google Meet pada hari
Jumat pukul 14.00 – 15.40 WIB.
Alat dan Bahan Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Polibag ukuran 10
kg sebagai media tanam, Jangka Sorong untuk mengukur diameter batang ( mm ),
Penggaris plastic/meteran kain untuk mengukur tinggi tanaman ( cm ), Buku
untuk mencatat data, Stik ice cream sebagai penanda, Handphone untuk memfoto
tanaman, Handsprayer sebagai wadah insectisida dan fungisida.
Adapaun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Bibit Kelapa
Sawit ( Elaeis guineensis Jacq ) 6 bibit prenursery/orang sebagai bahan
pengamatan, Air untuk menyiram tanaman, Fungisida Antracol b.a ( a.i ) / Dithane
M-45 b.a ( a.i ) untuk melindungi tanaman dari penyakit jamur, Insektisida Decis
untuk melindungi tanaman dari hama, Tanah Top Soil yang sudah dibersihkan
sebagai media tanam, dan Pupuk NPKMg ( 15:15:6:4 ) sebagai penambah unsur
hara pada tanaman.
Metode Praktikum
Untuk mengukur setiap tanaman berdasarkan 5 parameter, yaitu :
1. Tinggi tanaman ( cm )

2. Diameter tanaman ( diukur dari kiri batang dan dari kanan, kemudian
dibagi dua ) mm
3. Jumalah daun ( helai )

4. Total luas daun ( cm^2 )

5. Bobot basah tana

6. man ( g ), 2 tanaman di deskruptif

6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
No Gambar Keterangan
1 Akar bibit kelapa sawit

(Sumber : Zulfiansyah, 2020)


2 Media tanam pembibitan
kelapa sawit.

(S um b e r : R i z k y , 2 0 1 9 )
3 Varietas kelapa sawit Dura,
Tenera dan Pisifera.

(Sumber : Dinas Perkebunan


Kalimantan Timur )

7
4 Teknis penanaman benih sawit
ke dalam babybag

(Sumber : Rizky, 2019)


5 Bibit kelapa sawit Pre-Nursery

(Sumber : Zulfiansyah, 2020)


6 Seleksi bibit Pre – Nursery yang
akan menuju tahapan Main-
Nursery.

( S u m b e r : Riz k y
2019)

8
Pembahasan
Saat awal perkecambahan, akar pertama muncul dari biji yang
berkecambah (radikula). Setelah itu radikula akan mati dan membentuk akar
utama atau primer. Selanjutnya akar primer akan membentuk akar skunder,
tersier, dan kuartener. Perakaran kelapa sawit yang telah membentuk sempurna
umumnya memiliki akar primer dengan diameter 5-10 mm, akar sekunder 2-4
mm, akar tersier 1-2 mm, dan akar kuartener 0,1-0,3 (Lubis dan Agus, 2012).
Media tanah yang digunakan yaitu tanah lapisan atas (top soil), gembur,
subur dan bebas dari ganoderma. Tanah bebas ganoderma dapat dilihat dari
penampakan baris pohon yang masih penuh dan rapat. Pohon sawit yang
tumbang, mengindikasikan bahwa tanah sebagai tempat tumbuh telah terserang
ganoderma sehingga tanah tersebut tidak dapat digunakan sebagai media tanah.
Menurut Sastrosayono (2018), pre nursery dapat dilakukan pada bendengan
dengan tinggi hingga 35 cm atau bibit ditanam dalam polybag dengan media
tanahyang berasal dari top soil yang sudah dibersihkan.
Tanah yang terbebas dari ganoderma diambil lalu diayak dengan
menggunakan ayakan dengan ukuran 1 cm, lebih halus dibandingkan dengan
ayakan main nursery seperti gambar 2. Selain itu, media tanam yang digunakan
adalah solid. Solid merupakan limbah dari proses olah pabrik yang berbentuk
lumpur berwarna kelabu yang biasanya berbau wangi saat belum mengalami
proses dekomposisi. Solid yang digunakan merupakan solid yang telah
mengalamidekomposisi kurang lebih selama 1 bulan dengan ciri-ciri tekstur
solid seperti tanah berwarna hitam seperti gambar 3. Menurut hasil penelitian
Panjaitan (2012) penggunaan kompos solid sebagai media tanam berpengaruh
nyata terhadap tinggibibit, diameter batang, total luas daun, jumlah daun, bobot
segar dan bobot kering kelapa sawit. Kompos solid 50% dan top soil ultisol
50% merupakan komposisi terbaik dalam media tanam. Hasil analisis
menunjukkan bahwa padatan solid mengandung bahan kering 81,56% yang
didalamnya mengandung protein kasar 12,63%, kalsium 0,03%, fosfor 0,003%,
serat kasar 9,98%, lemak kasar 7,12%dan energi 154 kal/ 100 g (Utomo dan
Widjaja,

9
2014). Selain itu dari hasil analisissolid memiliki kandungan N (3,52 %), P (1,97
%), K (0,33 %) dan Mg (0,49 %) (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2019).

Faktor utama yang mempengaruhi produktivitas tanaman di perkebunan


kelapa sawit yaitu penggunaan benih yang berkualitas, seperti yang
diungkapkan Pahan (2012) bahwa investasi yang sebenarnya bagi perkebunan
komersial berada pada bahan tanaman (benih) yang akan digunakan, karena
merupakan sumberkeuntungan pada perusahaan kelak.
Kelapa sawit memiliki tiga tipe benih berdasarkan tebal tipisnya cangkang
yaitu dura, pisifera, dan tenera (Setyamidjaja, 2016).
 Tipe Dura (D) memiliki ciri-ciri daging buah tipis, cangkang tebal (2-8
mm), inti besar dan tidak terdapat cincin serabut. Persentase daging
buah 35-60% dengan rendemen minyak 17-18%.
 Tipe Pisifera (P) memiliki ciri-ciri daging buahnya tebal, tidak
mempunyai cangkang, tetapi terdapat cincin serabut yang mengelilingi
inti. Intinya kecil sekali bila dibandingkan dengan tipe Dura ataupun
Tenera. Perbandingan daging buah terhadap buahnya tinggi dan
kandungan minyaknya tinggi.
 Tipe Tenera (T) merupakan hasil persilangan antara tipe Dura dan
Pisifera. Sifat tipe Tenera merupakan kombinasi sifat khas dari kedua
induknya. Varietas ini mempunyai tebal cangkang 0.5-4 mm,
mempunyai cincin serabut walaupun tidak sebanyak Psifera, sedangkan
intinya kecil. Persentase daging buah 60-90% dengan rendemen 22-
24%.
Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penyemaian dalam pre nursery
yaitu dekat sumber air dan jalan, areal rata dengan drainase baik, jauh dari
gangguan ternak, serta di dalam areal yang akan ditanami (Yahya, 2013).
Penyemaian dilakukan dengan menanam 1 kecambah pada setiap
babybag dengan posisi radikula kebawah dan plumula diatas seperti gambar .
Apabila kecambah ditanam terbalik akan menghasilkan bibit abnormal.
Menurut Chairani (2012), kecambah yang dipindahkan ke pembibitan awal
adalah kecambah yang normal. Ciri-ciri kecambah yang normal adalah radikula
(bakal akar) berwarna kekuning-kuningan dan plumula (bakal batang) keputih-
putihan,
10
radikula lebih tinggi dari plumula, radikula dan plumula tumbuh lurus serta
berlawanan arah, panjang maksimum radikula adalah 5 cm dan plumula 3 cm.
Kecambah ditanam dengan kedalaman 2 cm dari permukaan tanah. Kemudian
babybag disusun di bawah naungan dengan menggunakan paranet 70% yang
berfungsi sebagai pelindung bibit dari paparan sinar matahari langsung dan
percikan hujan langsung. Paranet disangga menggunakan tiang besi dengan
tinggi 2-3 meter dari permukaan tanah.
Bibit kelapa sawit berkualitas memiliki bentuk batang bawah yang gemuk
dan pendek. Saat masa pertumbuhannya, batang dengan kondisi gemuk dan
pendek akan jauh lebih kuat dibandingkan dengan bibit sawit yang
memilikibatang bawah kurus dan tinggi (Fauzi dkk, 2018). Batang pada kelapa
sawit memiliki ciri yaitu tidak memiliki cambium dan umumnya tidak bercabang.
Pada pertumbuhan awal terjadi pembentukan batang yang melebar. Batang kelapa
sawit berfungsi sebagai struktur pendukung tajuk (daun, bunga, dan buah).
Kemudian fungsi lainnya adalah sebagai sistem pembuluh yang mengangkut
unsur hara dan makanan bagi tanaman (Sunarko, 2017).
Seleksi bibit adalah suatu kegiatan memilih bibit yang baik dan membuang
bibit yang abnormal (Soebagyo, 2017). Seleksi bibit harus dilakukan dengan
cermat untuk memastikan bahwa bibit yang akan dipindahkan ke main nursery
adalah bibit yang baik, sehat dan tidak terkontaminasi dengan penyakit. Bibit yang
telah dikecambahkan pada pre nursery di seleksi sebanyak 2 kali. Seleksi pertama
dilakukan pada umur 1 bulan dan seleksi yang kedua dilakukan pada saat
kecambah berumur 3 bulan, dimana pada seleksi yang pertama kecambah yang
diseleksi sebanyak 6% dari populasi bibit dan dilanjutkan pada seleksi kedua
sebanyak 6%. Jadi pada tahapan pre nursery jumlah kecambah yang diseleksi
sebanyak 12% agar didapatkan 180 tanaman lolos seleksi untuk ditanam per
hektarnya. Seleksi dilakukan untuk memisahkan tanaman.

11
KESIMPULAN
1. Pembibitan pada pre-nursery adalah pembibitan yang dilakukan pada
polibag kecil pada saat tanaman berumur umur satu sampai tiga bulan.
2. Media tanah yang digunakan yaitu tanah lapisan atas (top soil), gembur,
subur dan bebas dari ganoderma.
3. Kelapa sawit memiliki tiga tipe benih berdasarkan tebal tipisnya cangkang
yaitu dura, pisifera, dan tenera.
4. Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penyemaian dalam pre nursery yaitu
dekat sumber air dan jalan, areal rata dengan drainase baik, jauh dari
gangguan ternak, serta di dalam areal yang akan ditanami.
5. Ciri-ciri kecambah yang normal adalah radikula (bakal akar) berwarna
kekuning-kuningan dan plumula (bakal batang) keputih-putihan, radikula
lebih tinggi dari plumula, radikula dan plumula tumbuh lurus serta
berlawanan arah, panjang maksimum radikula adalah 5 cm dan plumula 3
cm.
6. Bibit kelapa sawit berkualitas memiliki bentuk batang bawah yang gemuk
dan pendek.
7. Seleksi bibit harus dilakukan dengan cermat untuk memastikan bahwa
bibit yang akan dipindahkan ke main nursery adalah bibit yang baik, sehat
dan tidak terkontaminasi dengan penyakit.

12
DAFTAR PUSTAKA

Adi. S.,P. 2014. Kaya Dengan Bertani Kelapa Sawit. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta. 146 hal.

Chairani, M. 2012. Teknik Pengadaan Benih Kelapa Sawit Bersertifikat.


Berita. Pen. Perkebunan. (2):57-70.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2012. Luas Perkebunan dan Produksi


kelapa Sawit di Seluruh Indonesia. [Internet] [diunduh 2012 Feb
15] tersedia pada www.ditjenbun.deptan. go.id/index.php/teknik-
budidaya.html.

Fauzi. 2017. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lubis, R.E. dan Widanarko, Agus. 2012. Buku Pintar Kelapa Sawit. Agro
Media Pustaka.Jakarta. 304 hal.

Lubis A.U. 2018. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di


Indonesia.Edisi 2. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Sumatera Utara.

Mangoensoekerjo, S. Dan H. Semangun. 2013. Manajemen Agribisnis


Kelapa Sawit.Yogyakarta (ID) : Universitas Gajah Mada press.

Pahan,I.2018.Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari


Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta\

Panjaitan,Carlos.2012 Pengaruh Pemanfaatan Kompos Solid Dalam


Media Tanam dan Pemberian Pupuk NPKMg (15:15:6:4)
Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis
Jacq.) Di Pre Nursery. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara. Medan. (Tidak Dipublikasikan)

Pusat Penelitian Kelapa Sawit 2015. Budidaya Kelapa Sawit. Medan

Sunarko. 2017. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit Dengan


Sistem Kemitraan. Jakarta. Agromedia Pustaka. 70

Sarwandy, Sri Manu Rohmayati, dan Neny Andayani, 2017. Pertumbuhan


Beberapa Varietas Bibit Kelapa Sawit Di Pre Nursery pada
Beberapa Jenis Tanah.Jurnal Agromast , 2(2): 2-11

Sulistyo DH, Bambang dkk. 2012. Budidaya Kelapa Sawit. PT. Balai
Pustaka. Jakarta. 190 hal.

Sastrosayono S. 2013. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka,

13
Jakarta. Setyamidjaja D. 2006. Kelapa Sawit Teknik Budidaya,
Panen, dan Pengolahan. Kanisius, Yogyakarta.

Setyamidjaja D. 2016. Kelapa Sawit Teknik Budidaya, Panen, dan


Pengolahan. Kanisius,Yogyakarta

Utomo, B dan E. Widjaja. 2014. Limbah Padat Pengolahan Minyak Sawit


Sebagai Sumber Nutrisi Ternak Ruminansia. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah. Palangkaraya.

14
LAMPIRAN

15

Anda mungkin juga menyukai