Anda di halaman 1dari 36

1

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI PT. BEHAESTEX CABANG PASURUAN

22 Juni 2015 s/d 31 Juli 2015

OLEH

NIO MAHARANI PUTRI (120332421480)

NOURA DWI SEPTIARANI (120332421440)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

NOVEMBER 2015

1
2

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


DI PT. BEHAESTEX CABANG PASURUAN
22 Juni 2015 s/d 31 Juli 2015

Oleh:
Nio Maharani Putri (120332421480)
Noura Dwi Septiarani (120332421440)

Laporan Praktek Kerja Lapangan ini merupakan salah satu syarat dalam
menempuh matakuliah Praktek Kerja Lapangan

Telah disahkan oleh:

Ketua Jurusan Kimia FMIPA Dosen Pembimbing PKL,

Universitas Negeri Malang,

Dr. Aman Santoso, M. Si Dr. Aman Santoso, M. Si

NIP 196511101992031006 NIP 196511101992031006

Mengetahui,

Dekan

Dr. Markus Diantoro, M. Si.


NIP 196612211991031001
3

LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DI PT. BEHAESTEX CABANG PASURUAN
22 Juni 2015 s/d 31 Juli 2015

Universitas Negeri Malang


Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jurusan Kimia

Menyetujui,

Asisten Manajer Yarn Dyeing, Pembimbing Lapangan,

Suharyono, S. T. Dra. Mariani

Mengetahui,

Pimpinan Perusahaan
PT. Behaestex Cabang Pasuruan

Joko Kurniawan, A.Md Gizi, S.Psi


Asisten Manajer SDM dan Umum
4

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kesehatan

dan kesejahteraan serta rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak dapat tersusun dengan baik dan

benar tanpa adanya berbagai pihak yang telah membantu kelancaran kegiatan ini,

oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada :

1. Dr. Markus Diantoro, M. Si., selaku Dekan Fakultas MIPA Universtias

Negeri Malang.

2. Dr. Aman Santoso, M. Si., selaku Ketua Jurusan Kimia dan Dosen

Pembimbing mata kuliah Praktek Kerja Lapangan Jurusan Kimia Fakultas

MIPA Universitas Negeri Malang.

3. Drs. H. Ridwan Joharmawan, M. Si., selaku Dosen koordinator mata

kuliah Praktek Kerja Lapangan Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Negeri Malang.

4. Joko Kurniawan, A.Md Gizi, S.Psi, selaku Asisten Manajer SDM dan

Umum PT. Behaestex Cabang Pasuruan.

5. Suharyono, S. T., selaku Asisten Manajer Yarn Dyeing PT. Behaestex

Cabang Pasuruan.

6. Dra. Mariani, selaku Pembimbing kegiatan Praktek Kerja Lapangan di

Laboratorium PT. Behaestex Cabang Pasuruan yang telah memberikan


5

banyak bimbingan dan pengarahan selama pelaksanaan serta member

wawasan tentang dunia kerja

7. Seluruh Karyawan dan Staff Laboratorium PT. Behaestex Pasuruan yang

telah membantu dan membimbing sehingga kegiatan Praktek Kerja

Lapangan dapat berjalan dengan baik.

8. Bapak Doni selaku HRD PT. Behaestex yang telah mengizinkan penulis

untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Laboratorium PT.

Behaestex Cabang Pasuruan.

9. Kedua Orang tua yang telah memberikan doa restu, semangat, dan

dorongan untuk demi kelancaran pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di

Laboratorium PT. Behaestex Cabang Pasuruan.

10. Teman, sahabat, kakak, adik, serta orang-orang terdekat penulis yang

senantiasa membantu dan member semangat sehingga Praktek Kerja

Lapangan serta laporan dapat diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang

ditetapkan.

Semoga Laporan Praktek Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat terutama pada

diri penulis dan penulis juga sangat mengharapkan adanya saran-saran demi

perbaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini.

Malang, 1 November 2015

Penulis
6

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan…………………………………….………………………. 2
Lembar Peresetujuan…………………………………………………………… 3
Kata Pengantar…………………………………………………………………. 4
Daftar Isi………………………………………………………………………... 6
BAB I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ………………………………………….................. 7

1.2 Dasar Penulisan …………………………………………………..... 8

1.3 Maksud dan Tujuan ……………………………………................... 9

1.4 Waktu dan Lokasi Perusahaan……………………………………... 9

BAB II. Gambaran Umum Perusahaan

2.1 Sejarah Singkat Tentang Perusahaan……………………………... 10

2.2 Gambaran Proses Produksi Sarung secara Keseluruhan…………… 11

2.3 Lokasi Perusahaan……………………………………………….... 12

2.4 Visi Misi Perusahaan.......................................................................... 12

2.5 Kebijakan Mutu, Lingkungan dan K3……………………………... 12

2.6 Tentang Laboratorium PT. Behaestex.................................................12

BAB III. Laporan Kegiatan

3.1 Pelaksanaan Kegiatan PKL………………………………………... 14

3.2 Hasil dan Pembahasan……………………………………………... 18

BAB IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan………………………………………………………… 31

4.2 Saran………………………………………………………………. 31

Daftar Pustaka………………………………………………………………… 33

Lampiran………………………………………………………………….…… 34
7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Praktek Kerja Lapangan adalah salah satu kegiatan yang dapat menambah

ilmu pengetahuan, kedisiplinan, dan menerapkan ilmu yang diperoleh di

Perkuliahan untuk persiapan saat menghadapi dunia kerja. Pada dasarnya

mahasiswa tidak hanya dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan yang luas

namun juga harus memiliki keterampilan dan kemampuan untuk menerapkan

ilmu yang dimilikinya. Sehingga ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dapat

berkembang sesuai dengan permasalahan yang akan dihadapi di lapangan

nantinya.

Tujuan Praktek Kerja Lapangan ini untuk membangun Indonesia yang

lebih maju guna terciptanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas,

terampil, mandiri, kreatif, inovatif dan berpengalaman. Selain itu, di tempat PKL

ini mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan yang dimiliki melalui proses

kimiawi yang melibatkan zat-zat kimia, instrumen yang dipergunakan, atau

pengetahuan lain yang berkaitan dengan bidang kimia dalam proses produksi.

Dengan keterlibatan mahasiswa dalam proses produksi, maka penting bagi

mahasiswa untuk melakukan praktik kerja lapangan di perusahaan atau instansi

ini. Untuk itu perlu diadakannya pendidikan dan penerapan ilmu dalam bidang

pendidikan dan industri melalui program Praktek Kerja Lapangan.


8

1.2 DASAR PENULISAN

Adanya ketentuan yang tertuang dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989

tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP No. 39 tentang peran masyarakat

dalam Pendidikan Nasional. Adapun daripada UU tersebut antara lain :

1. Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan mulai 2(dua) jalur, pendidikan

sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah (UUSPN, Bab IV, Pasal 10 Ayat

1).

2. Pengadaan dan pendayagunaan Sumber Daya Pendidikan dilakukan oleh

pemerintah masyarakat dan keluarga peserta didik (UUSPN, Bab VIII,

Pasal 33).

3. Peran serta masyarakat dapat berbentuk pemberian kesempatan untuk

magang atau latihan kerja (PP 39, Bab III, Pasal 4, Butir 8).

4. Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang seluas-luasnya

untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional

(UUSPN, Bab VI, Pasal 47, Ayat 1).

5. Pemerintah dan masyarakat menciptakan peluang yang lebih besar untuk

meningkatkan peran serta masyarakat dalam sistem pendidikan nasional

(PP 39, Bab VI, Pasal 8, Ayat 1).

6. Pelaku peran serta masyarakat dapat mengadakan forum konsultasi,

kerjasama dan koordinasi (PP 39, Bab VI, Pasal 10)


9

1.3 Maksud dan Tujuan

1. Memberikan bekal yang nyata bagi mahasiswa/i untuk lebih

mengembangkan ilmu pengetahuan.

2. Meningkatkan peran serta mahasiswa/i dalam andil meningkatkan

mutu/kualitas perusahaan di Indonesia demi mewujudkan Indonesia yang

siap bersaing dengan pasar global.

3. Menyiapkan mental dan keterampilan serta kemampuan yang dimiliki

untuk berusaha atau bekerja sehingga dapat menjadikan mahasiswa/i

menjadi calon tenaga yang handal di tengah dunia usaha.

4. Melatih disiplin dan tanggung jawab pada pekerjaan yang dilakukan.

5. Dapat menerapkan teori yang telah diberikan di perkuliahan secara

langsung dan meneliti perbedaannya.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu PKL dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan, yaitu mulai tanggal 22

Juni 2015 sampai dengan 30 Juli 2015.

Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan di PT.Behaestex Cabang Pasuruan.


10

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah singkat tentang Perusahan

Sejarah berdirinya PT. Behaestex dimulai pada tahun 1952, dimana

Bapak Abdurra’uf Bahasuan mendirikan perusahaan tekstil (Home Industry)

dengan nama “Pertenunan BHS” di Pulopacikan Gresik yang menggunakan Alat

Tenun Bukan Mesin (ATBM) sebanyak 4 unit. Lalu pada tahun 1953, terjadi

penambahan peralatan 10 – 15 unit ATBM hingga pada tahun 1966 dilakukannya

lagi penambahan ATBM menjadi sebanyak 50 unit. Pada waktu itu produksi

pertenunan BHS meliputi sarung fiber, sarung cotton mercerized, dan sutra

dengan area pemasaran seluruh Jawa dan di ekspor ke Yaman dan Arab Saudi.

Tahun 1970, pertenunan BHS melakukan perluasan di Jl. Agus Salim

(P1) dengan peralatan 100 unit ATBM. Lalu di tahun 1978, mulai dirintis untuk

dilakukan perluasan di Jl. Mayjen Sungkono 14 Gresik (P2) dan mulai beroperasi

1981 dengan menggunakan Alat Tenun Mesin (ATM) sebanyak 20 unit. Dan

“Pertenunan BHS” berganti nama menjadi “BEHAES TEXTILE INDUSTRY”.

Pengelolaan perusahaan saat ini ditangani oleh putranya, Bapak Faisol Abdurra’uf

Bahasuan, yang menjabat sebagai Presiden Direktur.

Pada tanggal 1 Agustus 1988 dengan Akte Notaris Janita Poerbo, SH.

No.09 di Gresik, secara resmi BEHAES TEXTILE INDUSTRY berubah status

menjadi perusahaan berbadan Hukum Perseroan Terbatas dengan nama “PT.

BEHAESTEX”. Disahkan Menteri Kehakiman RI nomor: C2-206.HT.01.01-TH,

tertanggal 11 Januari 1989. Tahun 1990 PT. BEHAESTEX telah mengoperasikan


11

374 unit ATM dan 150 unit ATBM dengan produksi ± 160.000 pcs/bulan. Tahun

1992 PT. BEHAESTEX memiliki peralatan sebanyak 504 unit ATM dan 150 unit

ATBM. Bahan baku diperoleh dari PT. Industri Sandang II dan Ex luar negeri

yaitu Cina.

Daerah atau wilayah pemasarannya untuk domestik (dalam negeri)

meliputi seluruh wilayah Indonesia dan untuk eksport meliputi :

1. Singapura, Malaysia

2. Negara- Negara di Afrika utara : Mesir, Sudan, Libya

3. Uni Emirat Arab, meliputi: Yaman, Kuwait, Qatar, Oman, Bahrain

2.2 Gambaran Proses Produksi Sarung secara Keseluruhan

Design Manufacturing

PPIC QA

Winding Finishing

Dyeing Preparatory Weaving


AJL
12

2.3 Lokasi Perusahaan

PT.BEHAESTEX CABANG PASURUAN

Jl.Gunung Gangsir Dsn.Wangi Desa Sumberejo Pandaan – Pasuruan

2.4 Visi dan Misi Perusahaan

Visi

Menjadi salah satu perusahaan textil yang kompetitif untuk produk yang

berkualitas

Misi

Memproduksi textil yang bermutu prima dan memiliki desain yang

inovatif dan trendy serta menggunakan bahan yang unggul sehingga memuaskan

konsumen dengan value added yang tinggi

2.5 Kebijakan Mutu dan Lingkungan PT. Behaestex

Kami segenap pimpinan beserta seluruh karyawan PT. Behaestex

mencurahkan tenaga dan pikiran secara berkesinambungan untuk menghasilkan

produk yang bermutu dan berwawasan lingkungan sesuai peraturan yang berlaku

guna memenuhi kepuasan pelanggan dan masyarakat.

2.6 Tentang Laboratorium di PT. Behaestex Cabang Pasuruan

Laboratorium PT. Behaestex merupakan bagian dari salah satu proses

produksi, yaitu pada proses dyeing. Laboratorium perusahaan ini memiliki standar

sebagaimana laboratorium kimia pada umumnya. Mulai dari peralatan

laboratorium hingga peralatan keselamatan kerja. Laboratorium ini hanya


13

digunakan pada proses dyeing. Oleh karena itu, di dalam laboratorium ini terdapat

peralatan tambahan yang khusus digunakan untuk proses dyeing. Peralatan

tambahan tersebut meliputi mesin A-mini, mesin matching (mesin HT/HP), dan

mesin relling.
14

BAB III

LAPORAN KEGIATAN

3.1 Pelaksanaan Kegiatan PKL

Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan selama 1

bulan, yaitu dari tanggal 22 Juni 2015 sampai dengan 31 Juli 2015 yang

dilaksanakan di PT. Behaestex Cabang Pasuruan. Praktek ini dimulai pukul 07.30

WIB sampai dengan 15.30 WIB di dalam Laboratorium.

Adapun perincian kegiatan yang dilaksanakan selama melakukan PKL,

yaitu sebagai berikut:

Hari/tanggal Aktivitas Hasil Keterangan

Senin-  Meeting dengan  Penempatan tugas


jumat/22-26 HRD dan perkenalan. dan kesepakatan
Juni 2015 pelaksanaan PKL.
 Belajar proses relling  Benang yang telah
dan mencoba ditimbang, diikat
menimbang benang dan siap untuk
rayon dan sutera. dicelup warna.

 Mengamati proses  Menghasilkan


dyeing. benang yang
berwarna.

 Mencoba membuat  Soda ash dan


larutan soda ash dan Sodium sulphate
sodium sulphate merupakan
dengan konsentrasi padatan putih,
masing – masing kemudian
25% dan 33,33%. dilarutkan menjadi
tidak berwarna.
 Mencoba proses Hal ini bertujuan
perendaman serat untuk
benang dengan air memudahkan
panas. serat dalam
menyerap zat
warna.
 Mengamati dan Hasil warnanya
mencoba proses tes diamati dan
kedatangan obat/ dibandingkan dengan
dyestuff baru. dyestuff jalan/lama.
 Mengamati Benang rayon, cotton,
sutera, polyester, dan
15

perbedaan jenis – T/R.


jenis benang.
 Mengamati proses Warna benang
penghilangan/ menjadi
pemudaran warna memudar/hilang.atau
benang (striping). menjadi putih.
(Terdapat pada
lampiran gambar 1)
 Mengamati dan Menghasilkan benang
mencoba proses yang berwarna.
dyeing (pewarnaan) (Terdapat pada
dengan benang rayon lampiran gambar 2)
5 gdan 10 g beserta
proses pencucian dan
pengeringan.
 Mengamati proses Menghasilkan benang
dyeing benang sutera sutera yang berwarna.
di lokasi proses
dyeing skala besar.
 Mencoba melakukan Menghasilkan benang
proses dyeing dengan yang berwarna.
konsentrasi yang (Terdapat pada
bervariasi dan jenis lampiran gambar 3)
pewarna yang
bervariasi.
Senin –  Mencoba pengefilean Benang menjadi lebih Benang – benang
Jumat/29 Juni benang yang telah rapi di dalam dirapikan dan
– 3 Juli 2015 diproses celup pengefilean data. ditempel pada
(dyeing). (Terdapat pada file/data yang
lampiran gambar 3) sudah disediakan.
 Mengamati proses Menghasilkan benang
dyeing dengan yang berwarna.
menggunakan
benang polyester
40/2.
 Mengamati proses Menghasilkan benang
tes kedatangan yang berwarna
obat/dyestuff dengan kemudian disesuaikan
benang sutera. dengan warna
obat/dyestuff
lama.(standar)
 Mencoba proses Menghasilkan benang
dyeing dengan yang berwarna.
menggunakan (Terdapat pada
benang polyester lampiran gambar 3)
40/2 dan dengan
variasi konsentrasi.
 Melakukan Benang dibentuk lebih
pengefilean benang rapi.
polyester yang telah (Terdapat pada
selesai diproses lampiran gambar 3)
dyeing.
 Mengamati proses Awalnya benang yang
mutasi warna benang telah berwarna,
cotton yang berawal kemudian dijadikan
dari hijau muda warna lain.dengan
dijadikan hijau tua. cara pencampuran
16

warna dan
menghasilkan benang
yang berwarna sesuai
dengan warna yang
dibutuhkan.
 Mengamati proses uji Tidak terdapat
kelunturan warna kelunturan warna pada
pada kain polyester. kain putih.
 Mencoba membuat Larutan tidak
larutan garam sodium berwarna.
sulphate dengan
konsentrasi 33,33%.
 Mengamati proses Menghasilkan benang
pencelupan warna sutera yang berwarna.
(dyeing) benang
sutera 2,5 gram.
 Mengamati proses Masih terdapat warna Hal ini bertujuan
gosok warna pada yang menempel pada untuk menguji
kain polyester. kain putih akibat kualitas zat
proses gosok warna. warna.
 Mencoba membuat Hasilnya ada pada Warna kuning,
resep peracikan yang lampiran gambar 4. merah, dan hitam.
digunakan untuk
proses dyeing dengan
kombinasi 3
pewarna.
 Mengamati hasil Kain warna ungu tidak
proses uji kelunturan mengalami kelunturan.
kain yang telah Sedangkan kain warna
dilakukan pada merah masih
sehari sebelumnya. mengalami sedikit
kelunturan.
 Mencoba proses Dari benang cotton
mutasi warna benang yang berwarna hijau
cotton dengan muda, menjadi benang
kombinasi 2 warna. cotton berwarna merah
tua.
 Mencoba proses Benang menjadi Zat warna:
dyeing benang rayon berwarna cokelat tua. Kuning
dengan kombinasi 3 Merah
zat warna Hitam
 Mengamati dan Dari benang berwarna Zat warna:
mencoba proses biru keabu-abuan Kuning
mutasi warna pada menjadi biru. Merah
benang cotton Dari benang berwarna Biru
(kombinasi 3 warna). cokelat muda (krem)
menjadi cokelat tua.
 Mencoba proses Dari benang katun Zat warna:
mutasi warna pada warna merah menjadi Kuning
benang cotton warna merah tua Biru
(kombinasi 2 warna). (target).
Senin –  Mencoba proses Warna awal cokelat
Jumat/6 – 10 mutasi warna pada krem menjadi hijau
Juli 2015 benang. tua. (Terdapat pada
lampiran gambar 5).
 Mencoba relling Benang yang telah
benang polyester dan ditimbang, diikat dan
17

cotton. siap untuk dicelup


warna.
 Mengamati proses uji Kain berwarna putih Dengan zat
larutan disperse menjadi kain yang pembeda yaitu
dengan cara berwarna biru. jenis larutan
menggunakan proses dispersenya.
dyeing kain
polyester.
 Mengamati uji pH Beberapa larutan
larutan disperse. dispersi yang diuji pH
nya sekitar 4-5.
 Mengamati proses
pencucian R/C
dengan kain
polyester.
 Mengamati proses Menghasilkan benang
dyeing benang T/R. yang berwarna.
 Mengamati proses Berat benang awal: Perbandingan
Burn Out pada o,27 g. benang T/R =
benang yang diduga Berat benang akhir: T : R = 65 : 35
benang T/R atau 0,20 g. T = polyester
polyester. Benang yang bereaksi: R = rayon
0,07 g.
Benang berkurang:±
25%
 Mencoba membuat Larutan tidak
larutan coustic soda berwarna.
1%.
Senin –  Mengamati proses Warna awal : cokelat Sebelumnya telah
Rabu/13 – 15 dyeing benang T/R 5 Warna akhir : cokelat dilakukan proses
Juli 2015 gram dengan cara kemerahan dyeing dengan
reaktif. cara disperse (
pada benang T).
 Mengamati proses uji Kedua warna benang
kelunturan benang sutera yang diuji tidak
sutera. mengalami kelunturan.
 Mengamati dan Beberapa benang T/R
mencoba proses uji yang diuji, hanya ada
kelunturan benang sebagian kecil saja
T/R. yang mengalami
kelunturan.
 Mengamati proses uji Beberapa benang T/R
gosok benang T/R. yang diuji, hanya ada
sebagian kecil saja
yang mengalami
kelunturan setelah
digosok dengan kain
putih.
 Mengamati proses Warna awal: putih
celup corak benang Warna akhir: hitam
sutera. belang – belng putih.
Senin –  Mengamati proses Menghasilkan benang
Jumat/27 – 31 celup benang rayon 2 yang berwarna.
Juli 2015 kg di mesin A-mini.
 Mengamati cuci Tabung menjadi lebih
tabung matching. bersih, tidak berbau,
dan tidak
18

terkontaminasi dengan
zat pewarna
sebelumnya.
 Mencoba dyeing Menghasilkan benang
benang T/R dengan yang berwarna.
disperse.
 Mengamati dan Larutan tidak H2SO4 dituang
mencoba membuat berwarna dan dengan hati – hati
larutan H2SO4 70% menghasilkan panas pada wadah yang
jika direaksikan berisi air.
dengan air.
 Mencoba pemudaran Menghasilkan benang
warna pada benang dengan warna yang
cotton (katun). memudar.

3.2 Hasil dan Pembahasan

Dari semua kegiatan yang dilakukan, penulis akhirnya dapat

menyelesaikan laporan ini. Selain itu penulis dapat memahami berbagai

macam hal baru selama melakukan Praktek ini. Adapun hasil-hasil kegiatan

tersebut antara lain :

Seperti yang telah dijelaskan pada pendahuluan, bahwa sarung merupakan

produk utama dalam keseluruhan proses produksi PT. Behaestex cabang

Pasuruan ini. Masing – masing bagian memiliki fungsi dan tugas yang berbeda

– beda. Pertama adalah proses design sarung. Dari sekian banyak design

sarung yang telah dibuat, maka dibutuhkan warna – warna benang yang sesuai

dengan design yang telah dibuat.

Proses dyeing merupakan proses pewarnaan benang. Warna – warna yang

dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan design sarung inilah tugas dari proses

dyeing. Tugasnya adalah mencari racikan resep warna – warna yang pas untuk

kebutuhan produksi sarung. Setelah proses dyeing, dilanjutkan proses

preparatory.

Proses preparatory merupakan proses persiapan bahan berupa benang yang

akan digunakan sebagai bahan pembuatan sarung. Kemudian benang diproses


19

dalam weaving AJL, yaitu proses benang yang dijadikan kain sarung tenun.

Selanjutnya, proses finishing. Setelah finishing, dilanjutkan dengan proses QA

(Quality Assurance) yaitu proses pengecekan kualitas sarung. Proses terakhir

adalah proses manufacturing yaitu proses pengepakan/pengemasan produk

yang telah lulus uji kualitasnya. Berikut adalah beberapa pembahasan

kegiatan:

a. Pembuatan Larutan

Pembuatan larutan bertujuan untuk memudahkan dalam penambahan

bahan yang memiliki komposisi yang sangat kecil yang sulit jika ditimbang

dengan neraca digital.

Contoh:

Pembuatan larutan coustic soda 1% dengan bahan baku coustic soda

padatan 99,9%. Artinya 1 gram coustic soda padatan dilarutkan dalam 100 mL

air. Begitu juga dengan pembuatan larutan – larutan lainnya, seperti soda ash

25%, sodium sulphate 33,33%, H2SO4 70%, dan Acetic acid 10%.

b. Proses Burning Out

Proses burning out merupakan proses yang bertujuan untuk membedakan

antara benang T/R dengan benang polyester. Proses ini sangat mudah.

Pertama, benang ditimbang terlebih dahulu. Setelah itu, benang dimasukkan

ke dalam gelas beaker, kemudian sedikit larutan H2SO4 70% dituangkan ke

dalam gelas beaker yang berisi benang tadi. Namun harus hati – hati, karena

bahan yang digunakan untuk membakar benangnya adalah H2SO4 70%.

Selanjutnya benang dilumatkan dengan spatula. Hati – hati dengan larutan


20

H2SO4 70%, karena jika larutan ini mengenai tangan atau kulit manusia maka

akan terasa panas pada kulit. Kemudian benang dikeringkan dan ditimbang

lagi.

Jika benang tersebut benang polyester, maka benang tersebut tidak akan

berkurang beratnya. Sebaliknya, jika benang tersebut benang T/R maka

benang akan berkurang 35 % nya. Karena komposisi benang T/R pada

umumnya adalah T : R = 65 : 35. T adalah polyester. R adalah Rayon. Jadi

dalam proses burning out ini, jika benang yang dicelupkan dalam larutan

H2SO4 70% merupakan benang T/R, maka serat benang rayonlah yang akan

terbakar/bereaksi dengan H2SO4 70%.

c. Proses Striping

Proses striping merupakan proses pemudaran warna benang yang nantinya

akan dilakukan proses dyeing lagi dengan menggunakan pewarna lain

(penggantian warna). Proses ini berfungsi untuk memudarkan warna benang

yang pada awalnya benang tersebut telah berwarna. Hal ini disebut juga

penghilangan warna. Proses ini menggunakan mesin khusus yaitu mesin A-

mini.

Prosesnya yaitu, benang 2 kg dimasukkan pada mesin A-mini. Kemudian

ditambahkan air sebanyak 16 L dan sabun daisurf. Selanjutnya ditambahkan

soda ash dan hidrosulfit. Temperatur mesin diatur 100OC dalam 60 menit.

Setelah selesai proses pemudaran warnanya, dilanjutkan proses cuci panas

yang berfungsi untuk menghilangkan partikel – partikel zat warna maupun

partikel sabun yang masih tersisa dalam sela – sela serat benang. Proses cuci
21

panas ini memerlukan suhu 80OC dalam 10 menit. Kemudian dicuci netralisir

yang berfungsi untuk menetralisir larutan yang ada di dalam mesin. Kemudian

ditambahkan anti reducer. Langkah terakhir adalah pengeringan.

d. Proses Matching Colour

Proses matching colour merupakan proses yang paling utama dalam

kegiatan di laboratorium ini. Proses ini bertujuan untuk pembuatan resep

dalam proses dyeing/celup dengan campuran warna tertentu sehingga

menghasilkan warna yang diharapkan. Proses ini membutuhkan waktu yang

lumayan lama dan menggunakan mesin matching (mesin dengan pengadukan

secara konstan disertai pemanasan). Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan.

Contoh: tabung, gelas beaker, dll. Menyiapkan bahan – bahan yang akan

dimatching. Contoh: menimbang benang atau kain, dyestuff, dll. Menyiapkan

neraca analitik, mesin relling, mesin HT/HP (mesin matching), microwave,

bahan – bahan ke dalam tabung matching. Memasukkan tabung ke dalam

mesin HT/HP dyeing. Mencuci benang atau kain dan peralatan dyeing yang

telah digunakan. Mencocokkan warna benang atau kain hasil proses matching

pada standar warna yang telah ada. Jika tidak sesuai, dilakukan proses

matching ulang. Jika sesuai, dilanjutkan tahap trial pada mesin mini. Jika

setelah proses trial warna belum sesuai standar, maka dilakukan proses trial

ulang. Jika warna hasil trial sudah sesuai, maka dilakukan tahap berikutnya

yaitu penginputan resep.

Contoh menggunakan serat benang rayon 5 gram dan zat warna kuning

1,5%. Zat warna yang dibutuhkan untuk dyeing:


22

1,5% x 5 gram = 0,075 gram

Dibuatkan larutan induk 0,5% (0,5 gram per 100 mL air)

Zat warna yang diambil dari larutan induk sebanyak:

0,075 gram x 100 mL /0,5 gram = 15 mL.

Berdasarkan jenis benang yang digunakan untuk proses dyeing dapat

dibedakan menjadi:

1. Proses pewarnaan benang cotton

Zat warna (dyestuff) yang digunakan pada benang cotton merupakan

zat warna yang membutuhkan bahan kimia tambahan yang bersifat reaktif.

Proses pewarnaannya adalah sebagai berikut:

Bahan-bahan yang disiapkan adalah zat warna (dyestuff), air hangat, garam

sodium sulphate, soda ash, dan coustic soda. Bahan-bahan ini dicampur,

dimasukkan ke dalam tabung matching, dan diaduk. Kemudian benang cotton

dimasukkan ke dalam tabung matching. Setelah itu, tabung matching

dimasukkan pada mesin matching dalam suhu 60OC dan dalam waktu 60

menit.

Contoh perhitungan resep bahan-bahan adalah sebagai berikut:

Zat warna yang digunakan adalah 2%, garam sodium sulphate 80 g/L, soda

ash 5 g/L, dan coustic soda 1 g/L.

Berat benang: 5 gram.

Kapasitas tabung: 100 mL.

Zat warna: 2% x 5 gram = 0,1 gram (disesuaikan dengan berat benang).

Garam sodium sulphate: 80 g/L = 80 g/1000 mL = 8 g/ 100 mL


23

Jika tersedia larutan garam sodium sulphate 33,33%, maka larutan yang

dibutuhkan sebesar:

8 gram x 100 mL/33,33 gram = 24 mL.

Soda ash: 5 g/L = 0,5 g/ 100 mL

Jika tersedia larutan soda ash 25%, maka larutan yang dibutuhkan sebesar:

0,5 gram x 100 mL/25 gram = 2 mL

Coustic soda: 1 g/L = 0,1 gram/100 mL.

Jika tersedia larutan coustic soda 25%, maka larutan yang dibutuhkan sebesar:

0,1 gram x 100 mL/1 gram = 10 mL

Semua bahan yang dicampurkan ke dalam tabung disesuaikan dengan

kapasitas tabung tersebut. Jika bahan-bahan yang telah dicampurkan belum

mencapai 100 mL, maka dapat ditambahkan air hangat hingga mencapai 100

mL.

Tahap terakhir adalah tahap pencucian dan pengeringan benang. Cara

pencucian benang cotton ini adalah dibilas dengan air, larutan asam asetat 1

mL/L, sabun dan air panas dengan perbandingan 1 mL sabun/1 L air panas,

dan dibilas lagi dengan air dingin. Kemudian benang dikeringkan.

2. Proses pewarnaan benang polyester

Zat warna yang digunakan untuk proses pewarnaan benang polyester

merupakan zat warna yang membutuhkan bahan kimia disperse. Bahan yang

digunakan adalah zat warna, asam asetat 10%, IKL RM 340 E (disperse

agent) 10%, dan air. Perhitungan jumlah bahan yang dibutuhkan hampir sama

dengan proses pewarnaan benang cotton. Hanya bahannya yang berbeda.


24

Semua bahan dicampur, dimasukkan ke dalam tabung matching, dan diaduk.

Kemudian benang polyester dimasukkan ke dalam tabung matching. Setelah

itu, tabung matching dimasukkan pada mesin matching dalam suhu 135OC dan

dalam waktu 60 menit.

Tahap terakhir adalah tahap pencucian dan pengeringan benang. Cara

pencucian benang polyester ini adalah dibilas dengan air. Kemudian benang

dikeringkan.

3. Proses pewarnaan benang T/R

Zat warna yang digunakan untuk proses pewarnaan benang T/R

merupakan zat warna yang membutuhkan bahan kimia yang bersifat disperse

dan reaktif. Bahan yang digunakan, cara pewarnaannya, hingga cara

pencucian dan pengeringannya sama dengan cara pewarnaan benang

polyester.

Tahap berikutnya yaitu proses pewarnaan dengan menggunakan bahan

kimia yang bersifat reaktif. Bahan yang digunakan dan cara pewarnaannya

sama dengan pewarnaan benang cotton. Tahap pencucian dan pengeringannya

juga sama. Namun benang yang digunakan adalah benang T/R yang telah

dicelup secara disperse.

4. Proses pewarnaan benang sutera

Zat warna yang digunakan untuk proses pewarnaan benang sutera yang

telah kami pelajari adalah zat warna yang bersifat direct. Bahan yang

digunakan adalah zat warna untuk benang sutera (direct) dan air. Cara
25

pewarnaannya adalah zat warna dan air dicampur ke dalam tabung matching.

Lalu tabung tersebut dimasukkan ke dalam mesin matching dengan suhu

100OC dan dalam waktu 60 menit. Setelah selesai, benang sutera dicuci

dengan air dan dikeringkan.

Untuk zat warna sutera yang menggunakan bahan kimia yang bersifat

reaktif, caranya hampir sama dengan cara pewarnaan yang bersifat direct.

Namun, proses pewarnaannya ditambah dengan garam sodium sulphate.

Selanjutnya, benang sutera dicuci dengan air dan dikeringkan.

e. Proses Uji Kedatangan Dyestuff Baru

Proses uji kedatangan dyestuff baru merupakan proses uji bahan pewarna

yang baru datang dari perusahaan lain yang menawarkan bahan pewarna

tersebut. Hal ini sangat penting karena untuk mengetes apakah pewarna

tersebut sesuai dengan pewarna yang sudah dijadikan standar di PT.

Behaestex ini. Jika bahan pewarna baru (dyestuff baru) ini sesuai dengan

standar warna yang ada, maka dyestuff baru ini dapat diterima sebagai bahan

pewarna.

Pertama, bagian penerimaan dyestuff baru menginformasikan kedatangan

dyestuff dan permintaan pemeriksaan atau pengujian ke laboratorium dyeing.

Kemudian mengambil sampel. Memeriksa dyestuff dan chemical sesuai

parameter uji. Jika ditemukan dyestuff yang tidak sesuai, dapat dilakukan

matching colour. Bila masih tidak sesuai standar, maka barang akan

dikembalikan pada supplier. Jika ditemukan chemical yang tidak sesuai

standar, dapat dilakukan percobaan penaikan atau penurunan konsentrasi


26

chemical tersebut. Apabila masih tidak sesuai standar, barang dikembalikan ke

supplier. Terakhir, membuat laporan pemeriksaan dan pengujian.

f. Pengetesan pH

Pengetesan pH ini merupakan proses penting ketika kedatangan disperse

baru atau bahan tambahan dalam matching warna yang baru datang.

Pengetesean pH ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai pH

larutan tersebut sehingga larutan disperse mana yang cocok dan aman dalam

pemakaian proses matching warna.

Prosesnya yaitu menggunakan alat pH meter dan indikator universal.

Pertama, melarutkan bahan disperse dalam air dengan perbandingan 1 : 1000.

Kedua, mencoba mengukur pH dengan indikator universal. Ketiga, mencoba

mengukur pH larutan dengan pH meter. Kemudian hasilnya dibandingkan

dengan pH yang telah biasa dipakai dalam proses matching colour (standar).

g. Pencucian Peralatan Laboratorium

Pencucian peralatan laboratorium adalah proses yang sederhana, tetapi

sangat penting sebelum dilakukan proses selanjutnya. Hal ini bertujuan untuk

meminimalisir adanya zat/kotoran yang mengkontaminasi proses matching

warna. Terutama pada tabung matching. Tabung matching harus benar – benar

bersih dari zat kontaminan. Untuk membersihkan tabung matching, diperlukan

proses khusus yaitu proses cuci tabung.

Proses cuci tabung pun ada ketentuan khusus untuk tabung matching.

Pertama, memasukkan bahan sabun daisurf, soda ash, hidrosulfit, dan air ke
27

dalam tabung matching. Kedua, memasukkan tabung matching yang telah

diisi bahan – bahan tadi ke dalam mesin matching dengan temperatur 60OC

dalam 30 menit. Ketiga, setelah selesai dari mesin matching, tabung tersebut

dicuci dengan air, sabun, dan air lagi.

h. Peralatan Keamanan Diri

Alat pengaman (masker, sarung tangan, sepatu, dan jas laboratorium)

berfungsi untuk melindungi diri laboran ketika bekerja di laboratorium.

Apabila tidak ada alat pengaman, maka resiko kecelakaan kerja akan lebih

besar. Alat pengaman ini, merupakan fasilitas perusahaan yang wajib

diberikan kepada pegawai dan dipakai pegawai untuk melakukan

pekerjaannya di laboratorium. Alat – alat pengaman ini sangat berguna untuk

meminimalisasi adanya resiko kecelakaan kerja pada para pekerja lab.

Alat – alat pengaman tersebut memiliki fungsi masing – masing. Masker

berfungsi untuk mencegah masuknya bahan kimia ke dalam system

pernapasan manusia. Terutama berkaitan dengan bahan kimia yang memiliki

bau menyengat dan mudah menguap. Selain itu dapat mencegah masuknya

serat benang yang bertebaran di ruang laboratorium. Sarung tangan berfungsi

untuk melindungi tubuh bagian telapak tangan. Sarung tangan dapat

melindungi tangan dari kontak dengan bahan kimia baik bahan kimia cair

maupun padat. Sarung tangan yang baik adalah yang menutupi sampai bawah

siku dan mempunyai kelenturan yang tinggi. Sarung tangan ada dua, yaitu

yang sekali pakai kemudian dibuang, tetapi ada juga yang dapat dipakai secara
28

berulang. Terdapat juga sarung tangan yang terbuat dari nitril, polivinil

klorida, dan butyl (Khamidinal, 2009)

Menurut Khamidinal (2009), sepatu merupakan peralatan keselamatan

kerja pada bagian kaki. Sering kali dalam bekerja menggunakan bahan kimia

cair, akan beresiko terkena tumpahan bahan kimia cair. Untuk itu dapat

menggunakan sepatu sebagai pelindung kaki. Sepatu yang baik adalah sepatu

yang dapat menutup sampai bawah lutut. Atau jika tidak memungkinkan,

maka dapat juga menggunakan sepatu yang yang sampai di atas mata kaki.

Sepatu pengaman harus tertutup pada bagian atas telapak kaki, ini untuk

melindungi kaki jika ada tumpahan bahan kimia dari atas meja. Sedangkan jas

laboratorium berfungsi untuk melindungi tubuh secara keseluruhan.

Beberapa uraian di atas merupakan hal yang sangat penting dalam

keamanan dan keselamatan diri laborat dalam melakukan pekerjaannya di

laboratorium yang sesuai standar.

i. Perawatan alat dan pengecekan kondisi mesin.

Perawatan alat dan pengecekan kondisi mesin secara rutin itu merupakan

hal sederhana tetapi sangat penting demi kelancaran suatu pekerjaan. Karena

hampir semua pekerjaan laborat di laboratorium ini mengunakan mesin

sehingga jika mesin-mesin tersebut mengalami kerusakan atau trouble maka

laborat akan kesulitan mengerjakan pekerjaan mereka.


29

j. Penempatan bahan.

Cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia didasarkan atas sifat fisik

dan sifat kimia bahan. Pengaturan tersebut harus memperhatikan kondisi

operasional bahan kimia seperti, kontrol temperatur, perbandingan dan

konsentrasi reaktan, kemurnian bahan, kecepatan dan penambahan

bahan, pengadukan, teknik reaksi atau distilasi, bahaya radiasi, bahaya

padatan yang reaktif (Lansida, 2011). Pengaturan dan penempatan bahan

kimia sebaiknya dipisahkan berdasarkan perbedaan kelas bahayanya. Sebagai

contoh perlakuan masing-masing kelas bahaya adalah sebagai berikut :

Jenis asam

 Pisahkan dari logam reaktif : sodium, potassium dan magnesium.

 Pisahkan asam pengoksidasi dengan asam organik dan bahan yang

flammable dan combustible.

 Asam asetat adalah cairan flammable.

 Asam nitrat dan HCl bisa ditaruh dalam tempat yang sama tetapi pada rak

yang berbeda. Dapat membentuk gas Cl2 dan gas nitrosyl chloride yang

toksik.

 Pisahkan asam dengan bahan yang bisa menghasilkan toksik atau gas

mudah terbakar apabila terjadi kontak dengan asam seperti : sodium sianida,

besi sulfida dan kalsium karbida.

 Larutan asam sebaiknya ditaruh di botol kaca dan dengan tutup yang rapat.

Karena larutan asam semakin lama akan dapat bereaksi dengan wadah yang

berbahan plastic. Botol yang berisi larutan asam harus tertutup rapat. Sebab
30

jika tidak tertutup rapat, larutan asam tersebut akan mudah menguap dan

menyebabkan bau menyengat.

Jenis basa (bases)

 Pisahkan dari asam, logam, bahan mudah meledak, peroksida organik.

 Jangan menyimpan larutan NaOH dan KOH dalam rak aluminium.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak semua bahan

dapat diletakkan di sembarang tempat. Misalnya larutan H2SO4 70% yang

biasa digunakan, tidak boleh ditempatkan di tempat tertutup. Namun boleh

ditempatkan di tempat terbuka, yang terdapat jendela/ventilasi udara, atau

lebih baik lagi jika ditempatkan di lemari asam.


31

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Pembelajaran praktek di dunia kerja adalah suatu strategi yang memberi

peluang peserta mengalami proses belajar melalui bekerja langsung di

lapangan. Dengan adanya Praktek Kerja Lapangan (PKL), penulis dapat

merasakan bagaimana pelaksanaan praktek langsung di lingkungan dunia

kerja yang langsung dibimbing oleh pihak industri.

2. Berdasarkan hasil PKL penulis di laboratorium PT. Behaestex Cabang

Pasuruan, penulis telah mempelajari proses pewarnaan (dyeing) beberapa jenis

benang untuk produksi sarung di PT. Behaestex.

3. Ilmu yang penulis peroleh dari kegiatan PKL ini adalah sadar akan pentingnya

kedisiplinan, keterampilan, kerja keras, dan menjalin komunikasi antar

karyawan.

4.2 Saran

Dalam pelaksanaan PKL ini penulis mengambil pengalaman hikmah dan

manfaat serta pengalaman berharga bagi diri penulis sendiri. Penulis berharap

semoga laporan ini berguna bagi pembaca semuanya. Adapun saran-saran yang

dapat penulis kemukakan diantaranya sebagai berikut:


32

1. Untuk PT Behaestex Cabang Pasuruan

Disiplin kerja, keterampilan, kejujuran, ketelitian, dan tanggung jawab

harus ditingkatkan atau diperhatikan oleh setiap karyawan PT. Behaestex

Cabang Pasuruan. Menjalin hubungan kerja sama yang baik antara atasan

dan bawahan merupakan kunci keberhasilan suatu perusahaan. Pengadaan

fasilitas demi kelancaran pekerjaan karyawan di laboratorium harus

ditingkatkan, termasuk fasilitas keselamatan kerja karyawan, penempatan

bahan-bahan di laboratorium yang belum memadai.

2. Untuk Mahasiswa PKL selanjutnya.

Kedisiplinan, keterampilan, ketelitian, dan kejujuran dalam bekerja lebih

ditingkatkan.

Demikian penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak

yang telah membantu dan membimbing dalam pelaksanaan Praktek Kerja

Lapangan ini, khususnya kepada pembimbing industri, semoga kebaikan

Bapak/Ibu mendapatkan imbalan dari Allah SWT.


33

DAFTAR PUSTAKA

Khamidinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Yokyakarta: Pustaka Pelajar.

Choudhary, M. Iqbal, Patrick J. Y. Lim, Patrick J. Y., dkk. 2010. Chemical

Laboratory Safety and Security: A Guide to Prudent Chemical

Management. Washington DC: The National Academies Press.

Lansida. 2011. Penyimpanan Bahan Kimia yang Aman, (Online),

(http://lansida.blogspot.com), diakses 30 Oktober 2015.


34

Lampiran

Lampiran Gambar 1

Gambar 1. Hasil pemudaran warna (stripping) pada benang jenis cotton

Lampiran Gambar 2

Gambar 2. Hasil matching warna benang polyester

Lampiran Gambar 3
35

Gambar 3. Hasil pewarnaan/matching warna pada benang rayon dengan

beberapa zat warna dan beberapa konsentrasi zat warna

Lampiran Gambar 4
36

Gambar 4. Hasil percobaan mutasi warna (muda-tua) benang rayon

Lampiran Gambar 5

Gambar 5. Hasil percobaan mutasi warna benang cotton

Anda mungkin juga menyukai