Puji syukur kehadirat Allah SWT atas perkenaan-Nya sehingga penyusunan dan
penulisan laporan ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Salam dan doa tak lupa
pula penulis haturkan kepada suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW.
Selama melakukan penyusunan dan penulisan laporan ini penulis banyak menghadapi
tantangan dan hambatan. Semuanya itu dapat diatasi berkat bantuan dan dukungan bapak/ibu
pembimbing di laboratorium farmasi, orang tua, teman-teman dan terutama adalah ridho Allah
SWT. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus
kepada semua pihak yang telah turut memberikan andil dan membantu penulis hingga selesainya
penyusunan dan penulisan karya tulis ini. Pihak-pihak yang terlibat adalah sebagai berikut :
1. Bapak Nanang Yunanto, S.Farm, Apt
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih banyak menampilkan
kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk
perbaikan laporan ini dan menjadi masukan yang sangat berguna dalam penyusunan laporan
berikutnya. Dan akhirnya, semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat memberi
sumbangsi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kemaslahatan umat dan
alam.
Penulis
i
LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN
DI LABORATORIUM KIMIA FARMASI
NIM : 17036127
TM : 2017
Jurusan : KIMIA
NIP.198009092009121001 NIP.197009021998011002
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB IV ....................................................................................................................................................... 28
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................................... 28
4.1 Air ..................................................................................................................................................... 28
4.2 Katekin .............................................................................................................................................. 28
4.3Uji Stabilitas Tablet ........................................................................................................................... 29
BAB V ........................................................................................................................................................ 32
KESIMPULAN ........................................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 33
LAMPIRAN................................................................................................................................................ 36
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Praktek kerja lapangan sangat dibutuhkan sekali di kalangan mahasiswa. Praktek kerja
lapangan ini mahasiswa dapat menyeimbang antara teori dan praktek yang diterima dan
dilakukan. Dengan praktek kerja lapangan inilah mahasiswa dapat meningkatkan kualitas
managerial mahasiswa baik dalam bentuk teori maupun dalam dunia kerja nantinya.
1
adalah Laboratorium Kimia Farmasi. Laboratorium Farmasi ini merupakan laboratorium
pengujian dan penelitian uji-uji analis dan pengembangan. Selain itu, laboratorium farmasi ini
juga memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk pemeriksaan air secara kimiawi.
Laboratorium Farmasi imi sudah memiliki status yang terakreditasi dan memiliki tugas pokok
dan fungsi sebagai berikut :
1.3 Tujuan
1. Mampu menerapkan teori-teori yang telah diperoleh di bangku perkuliahan dalam dunia kerja.
2. Meningkatkan pengalaman kerja bagi mahasiswa di lapangan kerja sesuai dengan kurikulum
yang ada di jurusan kimia FMIPA UNP.
3. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam menerapkan IPTEK serta penggunaan sumber
daya alam dalam sistem industri.
4. Mengetahui, memahami dan mempelajari proses dan operasional dalam dunia kerja.
2
5. Mengetahui dampak positif dan negatif dari dunia kerja terhadap lingkungan.
7. Mengetahui proses pengujian kadar katekin terhadap tablet dan fraksi gambir.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambir
Gambir merupakan tanaman yang berasal dari genus Uncaria dalam familia
Rubiaceae (Tjitrosoepomo, 2005). Gambir di Indonesia banyak ditemui di Sumatera dan
Kalimantan. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan perdu dengan batang keras yang membelit.
Daunnya bertangkai pendek dan berwarna hijau muda (Gambar 1) sedangkan bunganya
berwarna putih, berbentuk kecil-kecil dan bulat. Gambir dapat tumbuh dengan baik di ketinggian
antara 200-900 m di atas permukaan laut. Gambir dapat ditemukan tumbuh liar di hutan dan
tempat-tempat lainnya yang bertanah agak miring dan cukup mendapatkan sinar matahari serta
curah hujan merata setiap tahun. Bagian gambir yang dipanen adalah daun dan sebagian kecil
ranting yang selanjutnya diolah untuk menghasilkan ekstrak gambir yang bernilai ekonomis.
Daun dan ranting yang telah dipanen harus segera diolah karena getah yang mengandung katekin
akan berkurang jika pengolahan ditunda lebih dari 24 jam. Panen dapat dilakukan dengan
4
memangkas daun 2-3 kali setahun dengan selang waktu 4-6 bulan pada tanaman yang telah
berumur 1,5 tahun (Haddad et al. 2001).
Taksonomi Gambir
Taksonomi dari tumbuhan gambir yaitu 15 :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Rubiaceae
Genus : Uncaria
Spesies : Uncaria gambir
Morfologi
1. Batang Gambir
Tanaman gambir adalah tanaman perdu yang memanjat. Tanaman gambir
mempunyai batang yang merupakan padatan berbentuk kubus atau silinder tak
beraturan dan tidak berambut. Percabangan tanaman gambir adalah simpodial.
Warna permukaan luar batang gambir berwarna cokelat muda hingga cokelat tua
kemerahan. Baunya khas dan rasanya sedikit pahit kemanisan.
2. Daun Gambir
Daun gambir adalah daun tunggal yang tumbuh di tangkai batang. Daun gambir
berbentuk oval memanjang dengan bagian ujung daun meruncing dan bagian tepi
daun bergerigi. Permukaan daun tidak berbulu atau licin, dengan tangkai daunnya
berukuran pendek. Panjang daun gambir sekitar 8-13 cm dengan lebar 4-7 cm. Daun
gambir memiliki kait di antara dua tangkai 9 daunnya. Daun gambir letaknya
berhadapan, dan pertulangan daun bagian bawah menonjol.
3. Bunga Gambir
Bunga tanaman gambir adalah bunga majemuk yang bentuknya seperti lonceng dan
tumbuh di ketiak daun. Ukuran bunga gambir sekitar 5 cm. mahkotanya berjumlah 5
5
helai yang berbentuk lonjong dan berwarna ungu. Kelopak bunga gambir pendek dan
benang dari berjumlah lima.
4. Buah Gambir
Buah tanaman gambir berbentuk polong semu yang berpenampang sampai 2 cm.
buah gambir ini penuh dengan biji-biji yang halus dan berukuran kurang lebih 1-2
mm. Bagian luar buah terdapat sayap yang memungkinkan biji gambir tersebar
karena angin. Biji gambir berjumlah banyak, berbentuk seperti jarum dan berukuran
kecil serta berwarna kuning.
Penelitian terhadap beberapa produk gambir yang diolah masyarakat dari berbagai daerah
sentra produksi gambir di Indonesia, diperoleh kandungan katekin bervariasi dari 35% sampai
dengan 95%. Pengukuran kadar katekin dalam fraksi etanol, kloroform, etil asetat dan asetonitril
menunjukkan bahwa kandungan katekin paling tinggi ada pada fraksi etil asetat(Kassimet al.
2011 dan Damanik et al. 2014).Ekstrak gambir lebih mudah larut dalam etil asetat dibandingkan
dalam air. Fraksi etil asetat memiliki kadar air 4,91% , susut pengeringan sebesar 6,69%, dan
kadar abu total 0,41% (Yunarto et al. 2015).
Khasiat Gambir
Masyarakat memanfaatkan gambir sebagai pelengkap makan sirih, penyamak kulit,
pewarna, sebagian kecil untuk kosmetik dan anti diare. Beberapa uji pre klinik dan in vivo
menunjukkan bahwa ekstrak daun gambir terbukti berkhasiat sebagai astringen, antidiare, obat
sariawan. Penelitian yang berkaitan dengan aktivitas ekstrak gambir telah dilakukan diantaranya
aktivitas anti bakteri dari ekstrak daun gambir (Kresnawaty dan Zainudin, 2009), ekstrak daun
6
gambir sebagai antiseptik mulut (Lucida et al.2007), dan sebagai penghambat sintesa asam
lemak (Shu-Yan et al. 2008).
Keamanan
Sulistyaningrumet al. (2013) melakukan penelitian uji mutagenesitas ekstrak gambir
dengan metode Ames serta analisis statistik fold increase dan t-test. Hasil penelitian
menunjukkan tidak ada potensi mutagenik terhadap bakteri Salmonella typhimurium strain TA
98, TA 100, Escherichia coli WP2 uvrA, dengan atau tanpa penambahan S-9.
2.2 Katekin
Uncaria gambir Roxb. merupakan komoditas tanaman industri yang memiliki nilai
ekonomi tinggi serta prospek yang baik bagi petani dan pemasok negaranegara asing. Seiring
dengan perkembangan penelitian, gambir dapat dimanfaatkan secara luas dalam industri farmasi,
kosmetik, pangan tekstil dan tinta (Muchtar et al., 2008)
Katekin adalah segolongan metabolit sekunder yang secara alami dihasilkan oleh
tumbuhan dan termasuk dalam golongan flavonoid. Flavonoid biasanya banyak ditemukan pada
buah-buahan, daun teh, sayuran dan juga pada Uncaria gambir Roxb. Katekin biasanya disebut
asam catechoat dengan rumus kimia C15H14O6, tidak berwarna. Katekin juga memiliki aktivitas
biologis yang penting, seperti aktivitas anti tumor dan antioksidan.
7
memberikan rasa manis, berbentuk kristal, berwarna putih sampai kekuningan, sedangkan tanin
berasa sepat, berwarna coklat kemerahan sampai kehitaman (Muchtar et al., 2008)
Untuk menghasilkan katekin dengan kandungan yang tinggi (katekin terstandar) dapat
dilakukan ekstraksi lanjut hasil pencucian ulang dengan air (gambir murni). Penelitian
peningkatan kemurnian katekin dari gambir murni sudah dilakukan, yaitu menggunakan kolom
amberlit (Muchtar et al., 2008) dan ekstraksi dengan campuran pelarut etanol dan etil asetat,
tetapi produk menghasilkan warna yang cendrung gelap (Yeni et al., 2014a).
Katekin merupakan senyawa yang tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan (suhu,
oksidasi) (Yeni et al., 2014b). Stabilitas katekin juga dipengaruhi oleh adanya logam yang
terdapat dalam ekstrak seperti Fe (Cherrak et al., 2016). Logam dapat berasal dari peralatan dan
cara proses yang kurang bersih.
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dan bagian
tumbuhan obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif tersebut terdapat
di dalam sel, namun sel tumbuhan dan hewan memiliki perbedaan begitu pula ketebalannya
sehingga diperlukan metode ekstraksi dan pelarut tertentu untuk mengekstraksinya ( Tobo F,
2001).
Ada beberapa metode sederhana yang dapat dilakukan untuk mengambil komponen
berkhasiat ini; diantaranya dengan melakukan perendaman, mengaliri simplisia dengan pelarut
tertentu ataupun yang lebih umum dengan melakukan perebusan dengan tidak melakukan proses
pendidihan (Makhmud, 2001).
Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tumbuhan maupun hewan lebih mudah tarut
dalam petarut organik. Proses terekstraksinya zat aktif dimulai ketika pelarut organik menembus
dinding sel dan masuk ke dalam rongga set yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut
sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik di
luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi ke luar sel, dan proses ini akan berulang terus
sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel (Tobo F, 2001).
8
2.4 Fraksinasi
Fraksinasi adalah proses pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak berdasarkan
tingkat kepolarannya. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah Vacuum Liquid
Chromatography (VLC). VLC merupakan kromatografi kolom yang dipercepat dan bekerja pada
kondisi vakum, fase gerak digerakkan dengan kondisi vakum sehingga prosesnya berlangsung
cepat. Kolom kromatografi dikemas kering dalam keadaan vakum agar diperoleh kerapatan
maksimum. Pemisahan komponen secara kromatografi kolom dilakukan dalam suatu kolom
yang diisi dengan fase diam dan fase gerak untuk mengetahui banyaknya komponen yang keluar
melalui kolom. Alat yang digunakan terdiri dari scintered glass, sumbat karet, pengisap yang
dihubungkan dengan pompa vakum serta wadah penampung fraksi.
2.5 Tablet
Ansel (2005) juga mengungkapkan: “Tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk,
kekerasan, ketebalan, daya hancurnya, dan daya melarutnya tergantung pada cara pemakaian
tablet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obatan
secara oral”.
Pembagian Tablet
Menurut Badan POM (2014), Sinko (2006), dan Ansel (2005), berdasarkan metode
pembuatannya, tablet dibagi menjadi:
1. Tablet cetak
Tablet ini dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah
ke dalam lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan kristal yang
terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung pada kekuatan
tekanan yang diberikan
2. Tablet kempa
Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk, dan
penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan.
9
Menurut Badan POM (2014), Sinko (2006), dan Ansel (2005), berdasarkan jenis dan
cara penggunaanya, tablet terbagi menjadi beberapa jenis:
1. Tablet triturat
Tablet triturat merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya
silindris, digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan
obat.
2. Tablet hipodermik
Tablet hipodermik merupakan tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah
melarut atau melarut sempurna dalam air. Umumnya, digunakan untuk membuat
sediaan injeksi hipodermik.
3. Tablet bukal
Tablet bukal digunakan dengan cara meletakkan tablet di antara pipi dan gusi dengan
maksud untuk mempercepat penyerapan zat aktif.
4. Tablet sublingual
Tablet sublingual diletakkan di bawah lidah sehingga zat aktif cepat terserap melalui
mukosa mulut.
5. Tablet efervesen
Tablet efervesen dibuat dengan cara dikempa. Tablet ini, selain mengandung zat aktif
juga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan natrium bikarbonat
yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbondioksida
6. Tablet kunyah
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan residu dengan rasa enak
dalam rongga mulut, mudah ditelan, dan tidak meninggalkan rasa tidak enak di
mulut. Tablet kunyah dibuat dengan cara dikempa dan digunakan dalam formulasi
untuk anak terutama formulasi multivitamin dan antasida.
7. Tablet lepas lambat
Tablet lepas lambat merupakan tablet yang diformulasikan untuk menghasilkan obat
yang tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan. Sediaan tablet ini
memungkinkan pengurangan frekuensi dosis dibandingkan tablet pelepasan segera.
10
8. Tablet hisap (Lozenges)
Tablet hisap adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat,
umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet
melarut atau hancur perlahan dalam mulut. Tablet hisap dibuat dengan cara tuang
dan kempa. Tablet hisap dengan cara tuang disebut pastiles dan dengan cara kempa
disebut troches.
9. Tablet salut biasa
Pada umumnya tablet disalut dengan gula dari suspensi dalam air mengandung
serbuk yang tidak larut seperti pati, kalsium karbonat, talk, atau titanium oksida yang
disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin. Untuk tujuan identifikasi dan estetika,
zat penyalut dapat diwarnai.
10. Tablet salut selaput
Tablet salut selaput merupakan tablet yang disalut dengan zat peyalut selaput berisi
zat yang larut atau terdispersi dalam air. Penguapan pelarut akan meninggalkan
lapisan tipis yang langsung melekat pada tablet sehingga bentuk aslinya dapat
dipertahankan.
11. Tablet salut enterik
Pembuatan tablet salut enterik dimaksudkan untuk melindungi bahan obat yang dapat
rusak atau inaktif karena cairan lambung. Penyalutan enterik juga bertujuan untuk
menunda pelepasan obat sampai tablet telah melewati lambung. Tablet ini tidak dapat
hancur oleh asam lambung tetapi dapat hancur oleh cairan usus.
Formulasi Tablet
Pada pembuatan tablet, eksipien utama yang dibutuhkan adalah bahan pengisi, pengikat,
penghancur, dan zat penyalut pada tablet salut. Sedangkan eksipien pendukung seperti zat warna,
flavor, dan pengawet (Patel et al. 2011).
Bahan penghancur yang sering digunakan adalah mikro kristalin selulosa sejumlah 5-
20% yang berfungsi untuk memecah tablet menjadi partikel zat aktif dan eksipien. Bahan pelicin
ditambahkan dengan maksud mengurangi gesekan antar partikel untuk menjamin pengisian sama
dari lubang ruang cetak sehingga keseragaman bobot dapat memenuhi persyaratan. Bahan pelicin
yang biasa digunakan adalah talk sejumlah 2% sedangkan bahan pelincir yang biasa digunakan
11
adalah magnesium stearat sejumlah 0,2-2% dengan maksud mengurangi gesekan antara dinding
tablet dengan dinding ruang cetak pada saat tablet ditekan keluar (Ansel, 2005). Menurut
kurniatri et al.(2015), bahan penyalut opadry AMB white ditambahkan dengan maksud mencegah
difusi air maupun uap air dari lingkungan sekitar ke dalam tablet.
Stabilitas Tablet
Stabilitas dapat didefinisikan sebagai tolak ukur dimana suatu produk untuk bertahan
dalam batas yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan serta saat penggunaan, sifat,
dan karakteristiknya sama dengan saat suatu sediaan dibuat (Depkes RI, 1995).
Uji stabilitas ada dua macam yaitu : 1.Uji stabilitas selama penyimpanan Penyimpanan
sediaan suatu bahan obat selama jangka waktu tertentu dengan kondisi penyimpanan meliputi
suhu, cahaya, udara, dan kelembaban sediaan bahan obat yang tersimpan dalam ruangan maupun
lemari es dapat dilakukan kontrol terhadap kandungan bahan obat ataupun keefektifannya, sifat
mikrobiologisnya serta sensoriknya dan kondisi galenik suatu sediaan yang dideteksi (Voigh,
1994).2.Uji stabilitas dipercepat Reaksi yang digunakan dalam penguraian pada suhu tinggi akan
diekstrapolasikan pada suhu penyimpanan yang ditentukan terhadap kecepatan penguraian yang
dikonsentrasikan, dan kecepatan reaksi terhadap suhu (Voigh, 1994). Sifat temperatur dapat
mempengaruhi gerak molekul, dapat diketahui dimana seluruh molekul zat bergerak dengan arah
dan laju yang sama. Jika satu molekul menyimpang dari jalan semula, lalu menabrak molekul
lain maka akan menyebabkan kedua molekul bergerak dengan arah dan kecepatan yang berbeda.
Jika terjadi tabrakan antar molekul akan berakibat seluruh molekul mengalami gerak acak. Suatu
energi tertentu dapat menyebabkan tabrakan antar molekul sehingga akan terjadi reaksi antar
molekul (Ansel, 1989).
12
SISTEM PERALATAN HPLC
Instrumentasi HPLC pada dasarnya terdiri atas: wadah fase gerak, pompa, alat untuk
memasukkan sampel (tempat injeksi), kolom, detektor, wadah penampung buangan fase gerak,
dan suatu komputer atau integrator atau perekam.
2.8 Air
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di
muka bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan
air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk
mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri. Di dalam tubuh manusia, air
diperlukan untuk melarutkan berbagai zat yang diperlukan oleh tubuh. Air juga ikut
mempertahankan suhu tubuh dengan cara penguapan keringat pada tubuh manusia.
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hidup orang banyak, bahkan
oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu harus diperhatikan kualitas dan kuantitasnya. Air
bersih yang memenuhi syarat kesehatan harus bebas dari pencemaran, sedangkan air minum
harus memenuhi standar yaitu persyaratan fisik, kimia dan biologis, karena air minum yang tidak
memenuhi standar kualitas dapat menimbulkan gangguan kesehatan (Morintoh, 2015). Air juga
merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air
merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit (Kusnaedi, 2004).
13
Salah satu syarat air yaitu tidak mengandung mikroba Coliform (Fekal/Escherichia
coli dan non-fecal). Coliform merupakan bakteri yang lazim digunakan sebagai indikator adanya
polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal
untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak, karena
densitasnya berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air, artinya makin sedikit
kandungan Coliform, artinya kualitas air semakin baik. Hasil penelitian menemukan bahwa
bakteri coliform ini menghasilkan zat etionin yang dapat menyebabkan kanker (Alang, 2015).
Karakteristik fisik utama air adalah kandungan bahan padat, warna, kekeruhan, warna,
bau dan suhunya.
Bahan padat
Air yang terpolusi selalu mengandung padatan yang dapat dibedakan atas empat kelompok
berdasarkan besar partikelnya dan sifat-sifat lainnya . Empat kelompok tersebut yaitu:
a) Padatan terendap (sedimen)
b) Padatan tersuspensi dan koloid
c) Padatan terlarut
d) Minyak dan Lemak
Warna
Warna adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji kondisi umum air .
Air buangan industri serta bangkai benda organis yang menentukan warna air itu
sendiri.
Bau
Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berbau, karena bau ini dapat ditimbulkan
oleh pembusukan zat organik seperti bakteri serta kemungkinan akibat tidak
langsung dari pencemaran lingkungan, terutama sistem sanitasi.
Suhu
Secara umum, kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan kenaikan aktifitas biologi
sehingga akan membentuk O2 lebih banyak lagi. Kenaikan suhu perairan secara
14
alamiah biasanya disebabkan oleh aktifitas penebangan vegetasi di sekitar sumber air
tersebut, sehingga menyebabkan banyaknya cahaya matahari yang masuk tersebut
mempengaruhi akuifer yang ada secara langsung atau tidak langsung.
Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik,
kekeruhan juga dapat mewakili warna. Sedang dari segi estetika kekeruhan air
dihubungkan dengan kemungkinan hadirnya pencemaran melalui buangan sedang
warna air tergantung pada warna buangan yang memasuki badan air.
2.9 Spektrofotometer
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan
cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa
yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan.
Nilai absorbansi dari cahaya yang dilserap sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet
(Caprette, 2005 )
15
Metode Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan
untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan
pada interaksi antara materi dengan cahaya. Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya visibel,
UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih
berperan adalah elektron valensi.
1. Sumber Cahaya
2. Pengatur Intensitas
3. Monokromator
4. Kuvet
5. Detektor
6. Penguat (amplifier)
16
spektrofotometer
17
BAB III
METODE PEMERIKSAAN
Proses fraksinasi dan isolasi katekin dari ekstrak gambir dilakukan pada tanggal 16 - 24
Januari 2020 di Laboratorium Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta
Pusat.
Uji warna pada sampel Air Minum dilakukan pada tanggal 27 Januari – 5 Februari 2020
di Laboratorium Farmasi Bagian Air, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta
Pusat.
3.2.1 Alat
a. Kolom kromatografi
b. Erlenmeyer
c. Cawan petri
d. Rotary evaporator
e. Oven
f. Loyang SS
h. Spektrofotometer
18
i. Moisture balance
3.2.2 Bahan
a. Tablet gambicol
b. Ekstrak gambir
c. Etil asetat
d. Air
d. Methanol 70%
e. n-heksana
f. Asetonitril 5%
g. Asetonitril 100%
Simplisia gambir yang telah dihaluskan dan diukur kadar airnya dengan moisture balance,
ditimbang masing-masing 300 gr dimasukkan kedalam kolom 1 dan kolom 2,
ditambahkan masing-masing 600 ml etil asetat. Maserasi selama semalam ( ±12 jam ).
Selanjutnya pengambilan ekstrak ketekin dengan cara penetesan dari kolom yang
ditampung kedalam erlenmeyer dengan penetesan sedikit demi sedikit agar hasil yang
ekstrak yang didapat tidak terlalu banyak tercampur dengan etil asetat.
19
Proses Maserasi
Hasil yang telah didapatkan kemudian dikentalkan dengan rotary evaporator yang
bertujuan untuk pemisahan senyawa katekin dengan etil asetat, dengan menerapkan
prinsip penguapan. Rotary evaporator diatur sesuai titik didih etil asetat yaitu 40°C
,pompa vakum 134 agar etil asetat dapat terpisah dengan sempurna. Katekin yang telah
terpisah dari etil asetat kemudian dimasukkan kedalam cawan porselen dan biarkan
sampai mengering. Setelah itu dioven sampai mencapai bobot tetap kemudian digerus.
Uji kestabilan tablet yaitu dengan menyimpan sediaan dalam tiga kondisi suhu
yaitu suhu 25ᵒC (suhu ruang), 4ᵒC, dan 40ᵒC disimpan selama 6 bulan. Tablet disimpan dalam
20
botol kaca berwarna coklat dan ditutup rapat. Pada bulan ke-1, 2, 3, 4, 5 dan 6 dilakukan
penetapan kadar senyawa aktif dengan menggunakan HPLC.
Preparasi sampel dilakukan dengan cara menggerus 6 tablet yang diambil secara acak.
Sampel sebanyak 17,5 mg diambil dari tablet yang telah digerus. Katekin dalam tablet difraksi ke
dalam pelarut metanol 70% dengan 0,05% asam format. ekstraksi ini dilakukan dengan
menambahkan 7 ml pelarut ke dalam 60 mg sampel dan sonikasi selama 60 menit. Kemudian
larutan disentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 10 menit. Larutan akan terpisah dari
endapan, larutan dipisahkan dan dipindahkan ke labu takar. Endapan yang terbentuk dilarutkan
kembali dengan pelarut yang sama sebanyak 7 ml, disonikasi, dan disentrifugasi lagi dengan cara
yang sama. Larutan yang terpisah dari endapan dipindahkan ke labu takar yang telah disebutkan
tadi kemudian ditambahkan pelarut sampai volume mencapai 50 ml. Larutan sampel ini
kemudian disaring dengan syringe filter dan dimasukkan ke dalam vial HPLC.25 Data yang
diperoleh dianalisis secara deskriptif dan menentukan penurunan kadar selama penyimpanan
tidak lebih dari 5%.
Penetapan kadar katekin dalam fraksi etil asetat ekstrak daun gambir menggunakan metode
yang dikembangkan Yunarto dkk. Sebanyak 50 mg standar katekin dilarutkan dalam labu ukur 50
mL dengan pelarut asam format 0.1% dalam methanol 70% menggunakan ultrasonik pada suhu
30°C selama 10 menit. Larutan induk standar katekin diperoleh 1000 ppm. Selanjutnya dibuat seri
standar katekin sebesar 100, 200, 400, 600, 800, dan 1000 ppm. Sebanyak 14 mg tablet dilarutkan
dalam labu ukur 50 mL dengan pelarut asam format 0.1% dalam methanol 70% menggunakan
ultrasonik pada suhu 30°C selama 10 menit Standar katekin dan tablet dianalisis menggunakan
KCKT Waters, kolom X Bridge C18 4.6 × 150 mm, dengan laju alir 0,45 mL/menit, volume
injfraksii 1,0 µL dan detfraksii menggunakan UV pada panjang gelombang 280 nm. Fase gerak
yang digunakan secara gradien dengan fase gerak A: 0,1% asam trifluoroasetat dalam campuran
asetonitril:air (5:95) dan fase gerak B 0,1% asam triflouroasetat dalam asetonitril. Kondisi gradien
fase gerak adalah 0-4 menit (100% A) 4-20 menit (71,5 A; 28,5 B) dan 20-30 menit (100% B).
21
3.3.2 Pengujian warna pada sampel air ( Spektofotometer )
Parameter yang digunakan kali ini untuk pengujian sampel air minum adalah warna.
Larutan standar HAZEN 500ppm, diencerkan menjadi 100ppm dalam labu 50ml dengan
memipet 10ml larutan standar. Larutan 100ppm diencerkan kembali menjadi 0.1ppm ( labu
50ml ), 0.2ppm, 0.4ppm, 0.6ppm, 1.0ppm dalam labu 25ml. Pipet 0.05ml untuk 0.1 ppm, 0.05ml
untuk 0.2ppm, 0.1ml untuk 0.4ppm, 0.15ml untuk 0.6ppm dan 0.25ml untuk 1.0ppm. Bilas kuvet
dengan aquades lalu masukkan larutan standar. Uji menggunakan spektofotometer. ( lakukan
validasi metode: linearitas, presisi, akurasi, dan LoD LoQ)
Tablet 1 = 702.3 mg
Tablet 2 = 692.7 mg
Tablet 3 = 706.7 mg
702.3 𝑚𝑔
Tablet 1 = x 10 mg = 14.1 mg (14.2 mg )
500 𝑚𝑔
692.7 𝑚𝑔
Tablet 2 = x 10 mg = 13.8 mg ( 14.3 mg )
500 𝑚𝑔
706.7 𝑚𝑔
Tablet 3 = x 10 mg = 14.2 mg ( 14.2 mg )
500 𝑚𝑔
22
3.4.2 Kadar Katekin dalam Tablet Gambicol
Konsentrasi ( Luas
8000000
ppm) Area y = 7497.5x - 179168
6000000 R² = 0.9997
4000000
100 582693
2000000
200 1298372
0
400 2825001
0 500 1000 1500
600 4289511
800 5896338
1000 7275347
Tablet Gambicol 1302324
1
Tablet Gambicol 1308929
2
Tablet Gambicol 1307248
3
Y = 7497.5x – 179168
1302324+179168
= 7497.5
= 197.5981
23
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑐𝑜𝑙 2+179168
Tablet 2 = 7497.5
1308929+179168
= 7497.5
= 198.4791
1307248+179168
= 7497.5
= 198.2549
197.5981 14.1 𝑚𝑔
= x 14.2 𝑚𝑔 x 0.98 x 100%
200
= 96.14123 %
198.4791 13.8 𝑚𝑔
= x 14.3 𝑚𝑔 x 0.98 x 100%
200
= 93.85424 %
198.2549 14.2 𝑚𝑔
= x 14.2 𝑚𝑔 x 0.98 x 100%
200
= 97.14489 %
24
3.4.3 Validasi Pengujian Warna Pada Sampel Air
3.4.3.1 Linearitas
C
Standar Absorbansi
0.1 0.007
0.2 0.01
0.4 0.013
0.6 0.018
1 0.027
Linearitas
y = 0.0219x + 0.0049
0.03 R² = 0.9959
Absorbansi
0.02 Series1
0.01
0
Linear
0 0.5 1 1.5
(Series1)
Konsentrasi
3.4.3.2 Presisi
Vol. Spl
Ulangan No. Contoh (ml) Warna
1 1.2
2 1.1
3 LAB/252/06/2016 5 1.1
4 1
5 1.1
rata-rata 1.1
25
Sd 0.070710678
%rsd 6.428243465
CVHorwitz 15.77210874
2/3
CVHorwitz 10.51473916
%RSD ≤ 2/3
Persyaratan CVHorwitz
3.4.3.3 Akurasi
26
3.4.3.5 Ruggedness
Analis 1 Analis 2
1.20 1.30
1.10 1.30
LAB/05/01/2020
1.10 1.20
1.00 1.00
1.10 1.00
Rerata 1.10 1.16
Sd 0.070710678 0.151657509
Fhitung 4.6
Ftabel
Sd gabungan 0.007
Thitung 13.55261854
Ttabel
Syarat t hitung < t tabel ; Tidak Beda Nyata
Kesimpulan intra reproduksibilitas memenuhi/tidak
Kesimpulan Tidak Beda Nyata
27
BAB IV
4.1 Air
Air memiliki karakteristik tertentu untuk dapat layak dikonsumsi, salah satunya yaitu
parameter warna. Warna merupaka salah satu karakterisktik / parameter utama pada air. Warna
pada air disebabkan oleh adanya bahan kimia atau mikroorganik (plankton) yang terlarut di
dalam air. Warna yang disebabkan bahan-bahan kimia disebut apparent color yang berbahaya
bagi tubuh manusia. Warna yang disebabkan oleh mikroorganisme disebut true color yang tidak
berbahaya bagi kesehatan. Air yang layak dikonsumsi harus jernih dan tidak berwarna.
PERMENKES RI Nomor 416 Tahun 1990 menyatakan bahwa batas maksimal warna air yang
layak minum adalah 15 skala TCU.
Berdasarkan parameter validasi yang diujikan yaitu linearitas, presisi, akurasi, LoD dan
LoQ serta Ruggedness air minum tersebut layak untuk dikonsumsi.
4.2 Katekin
Data-data yang diperoleh di atas merupakan hasil uji ekstrak katekin daun gambir yang
berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota yang diujikan di Laboratorium Farmasi, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta Pusat pada 08 Januari 2020. Adapun
parameter yang diuji yaitu nilai dan persentase katekin dari tablet gambicol.
Berdasarkan hasil karakterisasi yang telah dilakukan sebelumnya, ekstrak gambir ini
mengandung kadar air sebesar 15%, yang mana batas maksimum kadar air ekstrak gambir adalah
14%. Kelebihan kandungan air ini disebabkan karena ekstrak gambir telah teoksidasi dan sudah
terpapar lam. Kadar air dari ekstrak gambir ini perlu diperhatikan, karena banyaknya kadar air
yang dikandung ekstrak gambir akan menyebabkan mikroorganisme lain (seperti jamur )
tumbuh, untuk itu penyimpanannya pun harus dalam desikator dikarenakan ekstrak gambir ini
bersifat higroskopis.
28
Ekstrak gambir yang digunakan ini selanjutnya dimasukkan ke dalam kolom fraksinasi
dan ditambhakan pelarut etil asetat. Berdasarkan literature yang dipahami Etil Asetat merupakan
pelarut yang cocok digunakan dalam proses ini karena memiliki tingkat kepolaran yang sama .
Proses selanjutnya yaitu maserasi, ekstrak ini di maserasi selam 12 jam yang tujuannya untuk
mengambil ekstrak (zat aktif) dari sampel gambir. Simplisia dari daun Gambir ini berupa
senyawa katekin. Dalam proses maserasi ini,semakin lama waktu yang diguankan untuk
maserasi maka semakin bagus dan baik ekstrak yang dihasilkan.
Selanjutnya yaitu proses filtrasi, dilakukan sampai filtrate yang digunakan berubah
warna menjadi bening. Setelah itu diproses dalam rotary evaporator dengan suhu 40 0C, dan
vakum pada tingkat 134 serta dilakukan pengeringan ekstrak pada oven dengan suhu 40 0C
hingga berat yang didapatkan konstan.
Ekstrak yang dihasilkan ini diuji meggunakan HPLC. Pengujian ini menghasilkan ekstrak
berwarna coklat dan memiliki bau yang khas. Berdasrakan hasil kromatogram HPLC kadar
katekin dari ekstrak diperoleh sebesar 93% - 97%. Ini menunjukkan bahwa sampel ekstrak
gambir yang digunakan memiliki kualitas yang baik. Karena kadar ekstrak gamir yang baik itu
tidak boleh kurang dari 90% serta ini juga menunjukkan bahwa stabilitas obat yang dibuat (tablet
gambicol) tersebut juga baik, dimana tingkat stabilitas obat itu tidak boleh turun lebih dari 5%.
Selain pada ekstrak gambir yang dihasilkan, pada fraksinya juga dilakukan pemeriksaan
kandungan katekin. Berbeda dengan ekstrak tersebut, hasil pada fraksi menunjukkan hasil yamg
tidak bagus ditunjukkan dengan kandungannya sebesar 65.25487%.
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan kadar katekin yang terdapat pada tablet
gambicol, yang mana tablet gambicol ini berfungsi dapat menurunkan kadar kolesterol dalam
tubuh dan sebagai antioksidan.
Untuk dapat digunakan oleh masyarakat luas, diperlukan sediaan obat yang aman dan
berkualitas. Dengan memperlajari sifat fisik-kimia fraksi etil asetat ekstrak daun gambir maka
sediaan yang paling baik dalam bentuk tablet salut selaput. Formulasi tablet fraksi etil asetat
29
ekstrak daun gambir menggunakan metode granulasi basah, diperoleh tablet dengan kualitas fisik
yang baik dan kadar katekin yang memenuhi syarat. Pengujian stabilitas kandungan zat aktif
dilakukan untuk membuktikan kemampuan tablet inti dan salut dalam mempertahankan
kandungan katekin dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan
penggunaan. Uji stabilitas yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan uji stabilitas
dipercepat (accelerated stability test) dengan tujuan menghemat waktu dan biaya. Uji stabilitas
dipercepat dilakukan selama enam bulan pada kondisi penyimpanan suhu 40°C dengan
kelembaban 75%±5%, karena Indonesia masuk dalam zona iklim IV. Hasil analisis kandungan
katekin menunjukkan bahwa semua formula baik tablet inti maupun salut selaput masih
memenuhi persyaratan kandungan zat aktif yang dipersyaratkan sampai bulan ke-6 setelah uji
stabilitas dipercepat. Hasil analisis kandungan katekin dalam tablet tidak menunjukkan adanya
loss in potency yang lebih dari 5%. Berdasarkan ICH guidelines, perubahan kestabilan tablet
secara signifikan dapat dilihat dari adanya penurunan kadar (loss in potency) obat sebesar 5%.1,2
Data Uji Stabilitas Dipercepat Tablet fraksi etil asetat ekstrak daun gambir
Dari hasil uji stabilitas baik tablet inti maupun tablet salut semuanya memenuhi syarat
(Tabel 10). Namun penggunaan bahan penyalut sedikit berpengaruh pada loss in potency
kandungan zat aktif. Tablet salut memiliki loss in potency lebih kecil daripada tablet inti.
Penggunaan bahan penyalut yang dipakai dalam penelitian ini menunjukkan semakin besar
30
komposisi bahan penyalut yang digunakan semakin kecil loss in potency kandungan katekin
dalam tablet. Bahan penyalut yang digunakan adalah penyalut berbahan polimer polivinil
alkohol. Fungsi dari zat penyalut ini adalah sebagai moisture barrier yang dapat mencegah difusi
air ataupun uap air ke dalam tablet. Mekanisme penyalut sebagai moisture barrier yaitu senyawa
polimer polivinil alkohol mengabsorpsi air kemudian air tersebut diikat dengan ikatan hidrogen.
31
BAB V
KESIMPULAN
1. Sampel air minum ini layak untuk dikonsumsi berdasarkan hasil dari linearitas, presisi,
akurasi, LOD dan LOQ, dan ruggedness.
3. Persentase kadar katekin pada tablet gambicol sesuai dengan baku mutu yang ditentukan.
4. Pengujian stabilitas tablet selaput fraksi bioaktif daun gambir menggunakan metode fraksinasi,
maserasi, filtrasi dan evaporasi
32
DAFTAR PUSTAKA
Alang, H. 2015. Deteksi Coliform Air Pdam di Beberapa Kecamatan Kota Makassar.Prosiding
Seminar Nasional Mikrobiologi Kesehatan dan Lingkungan 2 (6) : 16-20.
Cherrak, S.A., Mokhtari-soulimane, N., Berroukeche, F., Merzouk, H., Elhabiri, M., Bensenane,
B., 2016. In vitro antioxidant versus metal ion chelating properties of flavonoids : A
structureactivity investigation. PLoS One 1–21. doi:10.1371/journal.pone.0165575.
Haddad EA, Ahmadi NR, Herman, Supriadi, Hasibuan A. 2001. Teknologi Budidaya dan
Pengolahan Gambir. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka TanamanIndustri
ICH Harmonised Tripartite Guideline: Stability Testing of New Drug and Substances and
Products Q1A (R2). 2003.
Kusnaedi. 2004. Mengolah Air Gambut dan Air Kotor Untuk Air Minum. Jakarta : Puspa Swara.
Makhmud, AI. 2001. Metode Pemisahan. Departemen Farmasi Fakultas Sains Dan tekhnologi,
Universitas Hasanuddin : Makassar.
Morintoh, P., Jimmy F.R., dan Fransiska L. 2015. Analisis Perbedaan Uji Kualitas Air Sumur di
Daerah Dataran Tinggi Kota Tomohon dan Dataran Rendah Kota Manado Berdasarkan
Parameter Fisika. Jurnal e-Biomedik (eBm). 3 (1) : 424-429.
Muchtar, H., Yusmeiarti, Yeni, G., 2008. Pengaruh jenis absorban dalam proses isolasi katechin
gambir. J. Ris. Ind. 2, 14–23.
Pradana R, Chaidir, Anwar E. Formulasi tablet salut teofilin menggunakan eksipien proses
pregelatinisasi pati singkong-metil selulosa sebagai bahan penyalut. Majalah Ilmu Kefarmasian.
2010;7(1):49-62.
33
Shu-Yan, Z., Chao-Gu Z., Xi-Yun, Y., Wei-Xi, T. (2008).Low Concentration Of Condensed
Tannins From Catechu Significantly Inhibits Fatty Acid Synthase And Growth Of MCF-7
Cells.Biochemical and Biophysical Research Communications, 371.
Tewari D, Harcum WW, Durig T, Kinsey B. 2011. Functional Evaluation of Moisture Barrier
Systems. Annual meeting of the American association of pharmaceutical scientists [Internet]. [
2009 November 8-12 di Los Angeles-California]. [Diunduh pada 2015 Agustus 08]
Vallvey LFC, Fernandez MD, de Orbe I, Vilchez JL, Avidad R. 1997. Simultaneous
determination of the colorants sunset yellow FCF and quinoline yellow by solid-phase
spectrophotometry using partial least squares multivariate calibration. Analyst 122:351-354.
Yeni, G., Gumbira-Sa’id, E., Syamsu, K., Mardliyati, E., 2014a. Penentuan kondisi terbaik
ekstraksi antioksidan dari gambir menggunakan metode respon permukaan. J. Litbang Ind. 4,
39–48.
Yeni, G., Syamsu, K., Suparno, O., Mardliyati, E., Muchtar, H., 2014b. Repeated extraction
process of raw gambiers (Uncaria gambier Robx.) for the catechin production as an antioxidant.
Int. J. Appl. Eng. Res. 9, 24565–24578.
34
Yunarto N, Elya B, Konadi L. 2015. Potensi fraksi etil asetat ekstrak daun gambir (Uncaria
Gambir Roxb) sebagai antihiperlipidemia. Jurnal Kefarmasian Indonesia. 5(1):1-10
35
LAMPIRAN
36
B. Proses Filtrasi
37
D. Persiapan Sampel HPLC
38
E. Hasil Fraksi
39
F. Air
40