PROPOSAL
OLEH:
Skripsi pada ujian sidang skripsi Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Institut
Pembimbing
Oleh:
Proposal penelitian ini telah diseminarkan dan disetujui Komisi penguji proposal,
Komisi Penguji :
Disahkan oleh :
(Romauli Anna Teresia Marbun, S.Farm., M.Si., Apt) (Ahmad Syukur Hasibuan, S.Farm., M.Farm., Apt)
NIK. 06.15.12.08.1991 NIK. 06.19.18.07.1995
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
di dalam proposal ini masih banyak kekurangan. Proposal penelitian ini berjudul
Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat sebelum
mendapat bantuan dari berbagai pihak yang terkait, sehingga proposal penelitian
ini dapat diselesaikan. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada :
i
MEDISTRA Lubuk Pakam yang telah banyak meluangkan waktu untuk
6. Kepada kedua orang tua yang telah memberikan semangat dan motivasi baik
ini.
semoga proposal ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta bagi
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
JUDUL............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
2.2.2 Flavonoid............................................................................ 9
2.4.1 Simplisia.............................................................................. 11
2.6 Krim............................................................................................. 14
iii
2.6.2 Krim Tipe Minyak Dalam Air ........................................... 15
2.8 Bakteri.......................................................................................... 17
iv
3.4.3 Pereaksi Bouchardat........................................................... 32
v
3.10.2 Pemeriksaan Homogenitas Sediaan ............................... 40
DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 45
vi
BAB I
PENDAHULUAN
negara maju dan 80% penduduk negara berkembang telah menggunakan obat
herbal (Jumiarni dan Komalasari, 2017). Obat tradisional, termaksud obat herbal
telah dan terus menjadi dan menggunakan di setiap negara, obat herbal atau obat
tradisional mengandung bahan aktif tanaman, hewan, dan atau mineral (Robinson,
keanekaragaman hayati yang ada diindonesia. Salah satu penyakit yang sering
terjadi didaerah tropis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri. Karena
di negara tropis, intensitas sinar matahari lebih tinggi dan panasnya terus-terusan.
Jadi lebih mudah berkeringat, sementara kulit yang berkeringat cenderung lebih
sensitive. Penyakit infeksi ialah penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen
yang masuk ke dalam tubuh, berkembang biak dan menyebabkan penyakit. Salah
antibiotik namun beberapa jenis bakeri menjadi resistensi (Fatimah, S., dkk,
2016).
piogenik, infeksi yang disebabkan bakteri ini timbul dengan tanda-tanda khas
1
2
berbagai macam infeksi seperti pada jerawat, bisul, atau nanah. Bakteri ini
berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan tubuh serta adanaya beberapa
(Tuntun, M. 2016).
Oleh karena itu salah satu cara untuk mencegah permasalahan tersebut
obat tradisional yang berasal dari tanaman sebagai obat alternatif terhadap infeksi
dkk, 2019).
Saat ini minat masyarakat untuk memanfaatkan kembali bahan alam bagi
sereh ialah salah satu tanaman yang mudah tumbuh di daerah katulistiwa yang
dkk, 2017). Tanaman sereh dapat dijadikan bahan alternatif alam sebagai
Tanaman sereh secara farmakologi seperti anti moeba , anti bakteri, anti diare,
3
anti filarial, anti inflamasi, anti malaria, serta sebagai larvasida (Agustia, N.
2019).
Satu contoh antibakteri yang dapat diperoleh dari alam adalah tanaman
ekstrak sereh berisi beberapa nabati konstituen, ialah: minyak atsiri, saponin,
alkaloid, flavonoid, dan tanin. Dalam jurnal Adiguna , P dan Santoso, O ( 2017)
Daun sereh banyak mengandung miyak atsiri yang tersusun dari senyawa-
praktis, oleh karena itu perlu dibuat sediaan yang cocok agar mudah digunakan.
Salah satu alternatif sediaan yang dapat digunakan ialah sediaan krim, bentuk
sediaan krim lebih disukai masyarakat karena mudah dibersihkan dan mudah
penelitian yang saya beri judul formulasi sediaan krim ekstrak etanol tanaman
Staphylococcus aureus.
4
Staphylococcus aureus
aureus
tradisional.
5
melakukan penelitian.
kegunaan lebih ekstrak tanaman sereh yang dapat dikembangkan menjadi obat
Staphylococcus aureus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Cymbopogon
6
7
sereh dapur. Sereh dapur umumnya dapat tumbuh ideal didaerah dengan
ketinggian 100 – 400m. Sereh dapur memiliki jenis akar serabut yang berimpang
pendek serta batang yang bergerombol. Kulit luar berwarna putih atau keunguan
dan lapisan dalam batang berisi umbi untuk pucuk berwarna putih kekuningan.
Sereh dapur memiliki daun yang kesat, panjang dan kasar hampir menyerupai
daun lalang. Memiliki panjang sekitar 50-100 cm dengan lebar kurang lebih 2 cm
dengan daging daun tipis serta permukaan dan bagian bawah bertekstur halus
memiliki bau yang kuat seperti lemon, sering ditemukan tumbah alami di negara-
tetapi hanya beberapa jenis yang menghasilkan minyak atsiri yang mempunyai
dengan kadar sitronellal 7-15% dan geraniol 5-55% (Wijoyo, 2009 ) . Tanaman
serai memiliki habitat berupa tanaman tahunan yang hidup secara liar dan
berbatang semu yang membentuk rumpun tebal serta mempunyai aroma yang kuat
dan wangi. Morfologi akarnya berimpang pendek dan berwarna coklat muda
(Sastrapradja,1978).
8
Di Indonesia ada beberapa sebutan untuk tanaman ini antara lain: Sere
mangat bi, thereu (Aceh), Sereh, sere, sangge-sangge, (Batak), sarai, sarai arun,
sarai batawi, (Minangkabau), sorai (Lampung), sere (Jawa), sereh (Sunda), sere,
seri (Madura), See (Bali), Pataha mpori (Nusa Tenggara), kendoung witu (sumba),
Serai, sere, serai gula (Ambon), nausina (Roti), gara ma kusu (Ternate), bara ma
(Falugah F, dkk, 2019). Daun sereh berfungsi sebagai peluruh kentut, penambah
nafsu makan, obat pasca bersalin, penurun panas, dan pereda kejang. selain itu
juga akar sereh bermanfaat sebagai pengencer dahak, obat kumur, peluruh
dkk, (2012) tanaman sereh memiliki kegunaan secara empiris diantaranya adalah
bahwa sereh memiliki aktivitas anti bakteri yang cukup besar (Rita, W. S, dkk,
geraniol yang diketahui dapat bersifat antibakteri (Sikawin, B. M., dkk, 2018).
2.3.1.Minyak atsiri
Minyak atsiri adalah ekstrak dari berbagi bahan tanaman dan tidak berasal
dari bunga, tetapi dari tumbuh-tumbuhan, pohon dan berbagai bahan tanaman
lainnya (Suryawanshi, M., dkk, 2016). Minyak atsiri memiliki berbagai manfaat
digunakan obat luka eksternal dan internal dan juga sebagai bahan lotion
memberikan aroma tertentu dan khas pada tumbuhan, digunakan juga sebagai
2.2.2 Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua
inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Secara biologis
flavonoid. Flavonoid ialah senyawa bahan alam dari golongan fenolid (Sari, L.
D. 2018).
2.2.3 Saponin
Saponin berasal dari bahasa latin “sapo” yang berarti sabun, dinamakan
demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun. Saponin adalah senyawa aktif
permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air, Saponin
memiliki rasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin serta iritasi pada lendir.
Saponin merupakan racun yang dapat menghancurkan butir darah atau hemolisis
kebocoran protein dan enzim dari dalam sel karena zat aktif permukaannya mirip
2.2.5 Tanin
tumbuhan. Tanin merupakan astrigen, polifenol, berasa pahit, dapat mengikat dan
mengendapkan protein serta larut dalam air (terutama pada air panas). Tanin
digunakan untuk pengobatan penyakit kulit dan sebagai antibakteri, tetapi tanin
2.2.6.Alkaloid
pada daun, kuncup muda, akar pada getah yang diproduksi ditabung-tabung getah
dalam epidermis dan sel-sel yang lansung dibawah epidermis seperti pada korteks
sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut
(Rachmawaty, D. U. (2016).
2.4.1 Simplisia
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa
hewani, dan simplisia pelikan (mineral). Simpilsia nabati adalah simplisia berupa
obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain
2.4.2 Ekstrak
senyawa aktif dari simplisia nabati maupun hewani dengan menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa
atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian rupa sehingga memenuhi baku
2.5 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu cara menarik satu atau lebih zat dari bahan asal
simplisia yang mengandung zat-zat berkhasiat atau zat-zat lain untuk keperluan
tertentu. Tujuan utama ekstraksi dalam bidang farmasi dalah untuk mendapatkan
1.Cara Dingin
dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan
dalam sel dan di luar sel maka larutan terpekat didesak keluar.
2.Cara Panas.
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat
dan yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstrak
balik.
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.
e. Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai
2.6 Krim
Menurut Farmakope Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar
Krim dapat diformulasikan dalam dua tipe yaitu m/a emulsi miyak dalam
air dan tipe a/m atau air dalam minyak. Kedua fase yang berbeda dalam krim
a. Stabil selama masih dipakai untuk mengobati. Oleh karena itu, krim harus
bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang
b. Lunak. Semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak
serta homogen.
c. Mudah dipakai. Umumnya, krim tipe emulsi adalah yang paling mudah
Tipe dibagi menjadi dua yaitu krim tipe air dalam minyak (A/M) dan
minyak dalam air (M/A) yang pembuatannya digunakan zat pengemulsi. Krim
kationik dan non-ionik. Krim bersifat stabil apabila ditambah antioksidan dan zat
Krim tipe M/A merupakan krim dengan fase terdispersi minyak dan fase
pendispersi air. Krim tipe M/A mengandung zat -zat polar yang bersifat lemak
seperti setil alkohol dan gliseril monostearat cenderung menstabilkan emulsi M/A
dalam sediaan semipadat . Krim tipe M/A memiliki beberapa keuntungan yaitu
mudah dicuci dengan air, pelepasan obatnya baik, karena jika digunakan pada
kulit maka akan terjadi penguapan dan peningkatan konsentrasi dari obat yang
larut dalam air sehingga mendorong penyerapannya ke dalam jaringan kulit (Ujan
, Y. P. 2016).
Krim tipe A/M merupakan krim dengan fase terdispersi air dan fase
pendispersi minyak. Krim tipe A/M mempunyai tiga komponen utama yaitu
emulgator, fase air dan fase minyak. Krim tipe A/M stabil jika digunakan ion-ion
polivalen seperti magnesium, kalsium dan aluminium dengan bentuk ikatan silang
dengan gugus polar bahan-bahan lemak. Krim tipe A/M mempunyai viskositas
yang lebih besar dari pada Krim tipe M/A. Krim tipe A/M umunya stabil dan
Krim dibuat dengan memperhatikan seleksi basis yang cocok, basis harus
dapat campur secara fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya. Basis tidak
boleh merusak atau menghambat aksi terapi dari obat dan dipilih agar dapat
melepas obat pada daerah yang diobati. Basis yang digunakan harus membuat
krim menjadi stabil selama masih digunakan untuk mengobati, stabil pada suhu
Surfaktan adalah emulgator yang sering digunakan pada pembuatan sediaan krim
basis AM dan MA. Surfaktan mempunyai dua ujung yang terpisah, yaitu ujung
polar (hidrofilik) yang akan berada pada bagian air dan ujung non polar
mempertahankan kelembaban kulit serta dapat membuat kulit terasa lebih lentur
humektan, air, dan minyak ke dalam kulit sehingga diharapkan bahan aktif
maupun bahan penunjang lainnya yang ada dalam sediaan krim dapat masuk atau
berpenetrasi ke dalam kulit dengan baik. Krim memiliki fungsi lain dalam
2.8 Bakteri
Nama bakteri berasal dari kata “bakterion” (bahasa yunani) yang berarti
tongkat atau batang. Bakteri merupakan organisme yang sangat kecil (berukuran
tampak dengan mikroskop (Arif, S, 2017). Sel bakteri terdiri atas beberapa
bentuk, yaitu bentuk basil/batang, bulat, atau spiral. Dinding sel bakteri
Bakteri umunya bereproduksi dengan cara membelah diri menjadi dua sel yang
berukuran sama, Hal ini disebut dengan cara pembelahan biner. Bakteri umumnya
menggunakan bahan kimia organik yang dapat diperoleh secara alami dari
organisme hidup atau organisme yang sudah mati. Bakteri dapat membuat
makanan sendiri dengan proses biosintesis, sedangakan beberapa bakteri yang lain
1.Bulat (kokus)
bakteri itu membelah diri dan kemudian melekat satu sama lain setelah
(Sari, L. D. 2018).
18
2 Batang (basil)
Bakteri basil adalah golongan bakteri yang memiliki bentuk seperti batang
atau silinder.Bakteri ini mempunyai ukuran yang sangat beragam. Basil umumnya
3 Spiral (Lengkung)
Bakteri spiral adalah bakteri yang mempunyai bentuk yang tidak lurus
seperti basil,tetapi mempunyai satu atau beberapa lekukan. Bakteri spiral dibagi
koma), spirilum (bakteri berbentuk spiral atau pilinan dengan selnya yang kokoh)
dan spiroketa (bakteri yang berbentuk spiral dan tubuhnya sangat lentur sehingga
bakteri
bakteri adalah :
1.Suhu
kelangsungan hidup dari semua organisme hidup. Spesies mikroba yang berbeda
psikrofil tumbuh paling baik pada suhu rendah (15-20℃), bentuk mesofil tumbuh
19
terbaik pada suhu 30-37℃ dan bentuk termofil tumbuh terbaik pada suhu 50-
2.pH
(Riawenni, S. 2017).
3.Tekanan osmosis
Tekanan osmosis adalah laju air dari larutan dengan konsentrasi rendah ke
konsentrasinya lebih tinggi dari pada konsentrasi di dalam sel. Maka yang akan
terjadi keluarnya cairan dari dalam sel melalui membran sitoplasma, oleh karena
itu untuk mempertahankan kehidupan sel agar tetap hidup harus diciptakan
4.Nutrisi
(Riawenni, S. 2017).
5.Oksigen
menjadi,antara lain:
pertumbuhannya
untuk pertumbuhannya
(Riawenni, S. 2017).
6.Media kultur
dikelompokkan menjadi dua macam yaitu media cair dan media padat (Riawenni,
S. 2017).
21
U, 2016 yaitu
Sel dalam fase statis ketika dipindah ke media baru maka sel akan
melakukan proses adaptasi. Proses adaptasi meliputi sintesis enzim baru yang
sesuai dengan medianya dan pemulihan terhadap metabolit yang bersifat toksik
Pada fase ini tidak dijumpai pertambahan jumlah sel. Akan tetapi terjadi
pertambahan volume sel, karena pada fase statis biasanya sel melakukan
perbanyakan), jika sel dimedia lama dalam kondisi fase perbanyakan dan di
eksponensial,maka fase ini disebut juga fase eksponensial. Pada fase perbanykan
jumlah sel meningkat sampai batas tertentu atau sampai memasuki fase statis.
Pada fase perbanyakan sel melakukan konsumsi nutrien dan fase fisiologis
lainnya.
22
Pada fase statis bakteri tidak melakukan pembelahan sel. Alasan bakteri
tidak melakukan pembelahan sel pada fase ini bermacam-macam antara lain:
a. Nutrien habis
seluler. Beberapa bakteri hanya mampu bertahan beberapa jam selama fase statis
dan kemudian masuk ke fase kematian. Untuk bakteri yang mampu bertahan
fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak. Bakteri ini
termaksud jenis bakteri yang paling kuat daya tahannya (Lenny, A. A. 2016).
pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan seperti hidung, mulut,
tenggorokan dan dapat pula dikeluarkan pada waktu batuk dan bersin. Selain
Kingdom :Eubacteria
Domain :Bacteria
Ordo : Eubacteriales
Famili :Micrococeaceae
Genus : Staphylococcus
menurut bahasa yunani staphyle (anngur) dan coccus (bulat atau bulat ).salah satu
(emas seperti matahari), bakteri ini dapat tumbuh dengan atau tanpa bantuan
Bakteri dapat ditemukan dihidung,mulut, kulit, mata, jari, usus dan hati. Bakteri
ini dapat tinggal, sementara didaerah kulit yang basah. Infeksi Staphylococcus
lempeng agar menggunakan jarum inokulasi secara asptik lalu diinkubasi (Sari, L.
D. 2018).
media agar yang dicairkan, lalu dituaang pada cawan petril steril secara aseptik,
c.Metode perataan
lempeng agar menggunakan kapas lidi steril atau spratel drigalski. Metode ini
D, 2018).
25
d.Metode titik
agar menggunakan jarum. Cara ini digunakan untuk inokulasi kapang (Sari, L. D.
2018).
e.Metode tusukan
menggunakan jarum ent, biasanya digunakan untuk uji motilitas pada media
f.Metode pencelupan
a.Metode difusi
Disk-diffusion method atau kirby- bauer test dibagi tiga yaitu metode
sumuran. Disk diuji diletakkan pada permukaan media agar yang telah diinokulasi
hambatan. Tes ini dapat mendeterminasi sensivitas bahan uji dan estimasi
26
tidak dapat menentukan efek bakterisidal suatu bahan uji (Sari, L. D. 2018).
b.Metode dilusi
bunuh minimum. Suatu bahan uji titik inokulasi suatu seri pengenceran bahan uji
dalam tabung berisi media cair dan diinokulasi dengan bakteri uji lalu diamati
tingkat kekeruhan atau pertumbuhan pengenceran tertinggi dari media cair yang
jernih diinokulasi goresan pada media plate agar, pencairan tertinggi dari tabung
yang berbeda antara obat yang satu dengan obat lainnya. Antimikroba menggangu
bagian-bagian mikroba yang peka, yaitu dinding sel, protein, asam nukleat, dan
pembentukan dinding sel efektif pada saat bakteri sedang aktif membelah.
metabolit penting di dalam sel lolos keluar sel dengan akibat kematian sel.
dengan adanya zona hambatan atau daerah transparan disekitar sumur pada
zona hambat yang ditujukan (Sari, L. D. 2018). Suatu sediaan dikatakan memiliki
daya hambat bakteri jika memenuhi persyaratan dengan diameter daerah hambat
bakteri lebih kurang dari 11 sampai 20 mm. Diameter zona hambat diukur dengan
penggaris atau jangka sorong. Tingkat keberhasilan pengaruh krim ekstrak etanol
keberhasilannya akan dibagi menjadi empat kategori skala ordinal, yaitu sangat
kuat, kuat, berpotensi dan tidak ada potensi, dengan klasifikasi sebagai berikut:
28
Bakteri
11-20 mm Kuat
6-10 mm Berpotensi
Rachmawati, 2016).
29
karakterisasi Mikroskopik
Serbuk
Simplisia
Tanaman
1. Flavonoid
Skrining 2. Tanin
fitokimia 3. Saponin
4. Alkaloid
METODE PENELITIAN
ini meliputi tahapan penyiapan alat dan bahan penelitian, determinasi bahan
Bulan
N Uraian Jan Feb Mar April Mei Juni Juli
o Kegiatan 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan
1
Judul
Bimbingan
2
Proposal
Seminar
3
Proposal
Perbaikan
4
Proposal
Pengumpula
5
n Data
Analisi
6
Data
Sidang
7
Proposal
30
31
otoklaf, batang pengaduk, blender, beaker glass, cawan petri, cawan porselin,
deck glass, erlenmeyer, gelas ukur, inkubator, jangka sorong, jarum ose, kaca
objek, kain kasa, kapas, kertas cakram, kertas label, kertas perkamen, kulkas,
laminar air flow, lampu bunsen, lumpang dan stamper, mikroskop, neraca analiti,
oven, pinset, pipet mikro, pot, rak tabung, rotari evaporator, spatula, dan tabung
reaksi.
cair, Propilen glikol, Nipagin, Sorbitol, TEA, dan Aquadest . Sedangkan jenis
Bahan kimia yang digunakan adalah alfanaftol, asam klorida pekat, asam
asetat anhidrit, asam asetat glasial, asam nitrat pekat, asam sulfat pekat, benzen,
besi (III) klorida, bismut (III), nitrat, etanol, etil astat, n-heksan, iodium,
natrium klorida, natrium sulfat anhidrat, raksa (II) klorida, serbuk magnesium dan
ml
Pereaksi dibuat dua persediaan (1) 0,6 g bismut nitrat dalam 2 ml HCI
pekat dan 10 ml air; (2) 6 g kalium iodida dalam 10 ml air.Larutan persediaan ini
dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml,lalu disaring (Ditjen POM RI,2010).
Asam klorida pekat sebanyak 16,6 ml ditambahkan air suling sampai 100
RI,1995).
asam nitrat 0,5 N hingga diperoleh larutan 100 ml (Ditjen POM RI,1995).
membandingkan dengan tanaman yang sama dari daerah lain. Sampel yang
Sampel dibersihkan dari kotoran yang melekat dengan cara dicuci dengan
air mengalir, ditiriskan, lalu ditimbang sebagai berat basah, kemudiaan di iris
kecil dan diangin-anginkan pada suhu ruangan lebih kurang 40℃. Sampel yang
telah kering biasanya ditentukan dari kerapuhan dan mudah patahnya bahan
didapat serbuk simplisia. Serbuk simplisia dimasukkan kedalam wadah kaca yang
berwarna gelap yang tertutup rapat dan disimpan pada suhu kamar.
tanaman sereh segar. Serbuk simplisia ditaburkan sedikit di atas kaca objek yang
panaskan dan ditutup dengan kaca penutup, kemudiaan amati dibawah mikroskop.
pekat, dan 2ml amil alkohol pada masing-masing filtrat. Terbentuknya warna
merah pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid (Harbone, 1987)
kuat-kuat selama 10 detik. Terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil tidak
kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2
larutan lalu ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida, terjadi warna biru
klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanasakan diatas penangas air selama 2 menit,
Filtrat dipakai untuk tetes alkaloid, diambil 3 tabung reaksi, lalu kedalam
cukup kental dan dipekatkan diatas penangas air hingga menjadi kental
R/ Asam stearat 12 g
Sorbitol sirup 5g
Trietanolamin 1g
Propilen glikol 3g
Nipagin secukupnya
38
Aquadest ad 100 ml
R/ Asam stearat 12 g
Sorbitol sirup 5g
Trietanolamin 1g
Gliserin 5 tetes
Propilen glikol 3g
Nipagin secukupnya
Aquadest ad 100 ml
Cara pembuatan : Asam stearat dan setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan
penguap dan dilebur di atas penangas air (massa I). Nipagin dilarutkan dalam air
diaduk sampai larut (massa II). Lalu ditambahkan massa II ke dalam massa I di
dalam lumpang panas sambil digerus secara terus-menerus hingga terbentuk dasar
krim.
a.Blanko
b. Formula I
sampai homogen.
c. Formula II
sampai homogen.
d. Formula III
sampai homogen.
penetuan aktivitas bakteri sediaan krim ekstrak etanol tanaman sereh terhadap
berubah. Secara visiul selama penyimpanan dan juga secara visiul tidak ditumbuhi
Ditimbang satu gram krim pada bagian atas, tengah, dan bawah kemudian
mengamati warna sediaan dan melihat apakah terdapat bagian-bagian yang tidak
tercampur dengan baik dalam krim dilakukan sebelum dan sesudah uji stabilitas.
dimasukkan kedalam autoklaf pada suhu 121℃ dengan tekanan 1 atm selama 15
41
menit dan alat-alat gelas lainnya disterilkan di oven pada suhu 160℃-170℃
Komposisi:
e.Agar 12 gram
cara pembuatan:
suhu 121℃ selama 15 menit, kemudiaan dibiarkan pada suhu ruangan selama ±
30 menit sampai kemudian media memadat. Media agar ini dilakukan untuk
Komposisi:
b. peptone 3 gram
42
Cara pembuatan:
Sebanyak 8 gram media nutrient broth yang sudah jadi ditimbang dan
dilarutkan dengan aquadest 1000 ml,lalu dipanaskan sampai larut sempurna media
dimasukkan dalam erlenmeyer steril yang tertutup dan disterilkan dalam autoklaf
dalam tabung reaksi, kemudiaan diletakkan pada sudut kemiringan 30-40℃ dan
Satu koloni bakteri diambil menggunakan jarum ose steril koloni bakteri
tersebut ditanamkan pada media nutrient agar miring dengan cara menggores,
setelah itu diinkubasi dalam inkubator pada suhu 36 ℃ selama 18-24 jam (Ditjen
Dari stok kultur bakteri Stapyhlococcus aureus yang telah tumbuh diambil
dengan jarum ose steril lalu disuspensikan dalam tabung yang berisi 10 ml larutan
berbagai konsentrasi
sulfoksida (DMSO) hingga volume 10 ml dan diaduk hingga larut dan didapat
12,5,25,dan 50%.
Staphylococcus aureus
kedalam cawan petri steril,setelah itu dituang media nutrient agar sebanyak 20 ml
dengan suhu 45-50℃, selanjutnya cawan digoyang diatas permukaan meja agar
media dan suspensi bakteri tercampur rata. Pada media yang telah padat
diletakkan beberapa pencandang kertas, dipipet 0,1 ml larutan uji ekstrak etanol
selama 18-24 jam, lalu diukur dengan diameter daerah hambat (zona jernih)
vial dan diberi label kemudian ditambahkan akuades steril sebanyak 1 ml dan
3.19 Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Krim Ekstrak Etanol Tanaman Sereh
ekstrak etanol tanaman sereh yang dilakukan dengan metode difusi agar
bakteri staphylococcus aureus sebagai biakan uji, dipipet dari medium larutan
Nacl 0,9 % ke empat cawan petri steril masing-masing sebanyak 0,1 ml. Cawan
Kertas cakram yang telah direndam dengan krim ekstrak etanol tanaman
diinkubasi,diamati zona bening yang terdapat disekitar kertas cakram dan diukur
Adiguna , P., & Santoso, O. ( 2017). Pengaruh Ekstrak Daun Serai (Cymbopongon
citratus) Pada Berbagai Konsentrasi Terhadap Viabilitas Bakteri
Streptoccus Mutans. Jurnal Kedokteran Diponegoro Volume 6, Nomor 4,
Oktober , 1543-1550.
Ansel, HC. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta:
Universitas Indonesia. Halaman 166-167.
Arif, S. (2017). Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Kulit Buah Kakao
(Theobroma Cacao L. ) Dan Uji Aktivitas Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus Dan Pseudomonas auruginosa. Sikripsi. Program
Ekstensi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara
Clements, G., Yamlean, P. V., & Lolo, W. A. (2020). Formulasi Dan Uji Aktivitas
Antibakteri Krim Ekstrak Etanol Herba SeledriI (Apium graveolens L.)
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus. PHARMACON Jurnal Ilmiah
Farmasi – UNSRAT Vol. 9 No. 1 FEBRUARI, 229-236.
Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid Kelima. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Halaman 333-337.
Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 1,3,5,10-11.
Fatimah, S., Nadifah, F., & Burhanudin, I. (2016). Uji Daya Hambat Ekstrak
Etanol Kubis (Brassica oleracea var. capitata f. alba) Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Biologi, Vol 4, No.
2, Desember2016, hal 102-106.
Falugah , F., Posangi , J., & Yamlean, P. (2019). Uji Efek Antibakteri Jamur
Endofit Pada Tumbuhan Sereh (Cymbopogon citratus) Pada Bakteri Uji
Staphylococcus aureus Dan Escherichia coli. PHARMACON Jurnal
Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 3 AGUSTUS, 292-302.
45
Harbone, J.B. (1987). Metode Fitokimia. Edisi Pertama. Penerjemah: Kosasih
Padmawinata Dan Iwang Soedro. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 6, 48-
49, 240.
Oyen, H, P, A., dan Dung, N. X. (1999). Plant Resources of South East Asia:
Esential Oil Plants. Prosea Foundation. Backhyus Publisher, Leiden.
Pratiwi, A., & Utami , L. B. (2018). Isolasi dan Analisis Kandungan Minyak
Atsiri pada Kembang Leson . Bioeksperimen, Volume 4 No.1, Maret , 42-
47.
46
Sarlina, Razak, A. R., & Tandah, M. R. (2017). Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan
Gel Ekstrak Daun Sereh (Cymbopogon nardus L. Rendle) terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus Penyebab Jerawa. Jurnal Farmasi Galenik Vol 3,
No 2, 143 – 149 .
Sari, L. D. (2018). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sirsak Muda
Dan Tua (Annona muricata L.) Terhadap Staphylococcus aureus. Sikripsi.
Program Ekstensi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera
Utara.
Sastrapradja, S. (1978). Tanaman Industri. LIPI Jakarta.
Sikawin, B. M., Yamlean, P. V., & Sudewi, S. (2018). Formulasi Sediaan Gei
Antibakteri Ekstrak Etanol Tanaman Sereh (Cymbopogon citratus (DC.)
Stapf) Dan Uji Aktivitas Antibakteri (Staphylococcus aureus) Secara in
vitro. PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 3
Agustus , hal 302-310.
Tuntun, M. (2016). Uji Efektivitas Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli Dan Staphylococcus
aureus. Jurnal Kesehatan, Volume VII, Nomor 3, November , 497-502.
Ujan , Y. P. (2016). Uji Aktivitas Antibakteri Krim Ekstrak Etanol Kulit Batang
Kesambi (Schleichera oleosa Merr) Terhadap Staphylococcus aureus
ATCC 25923 Secara In Vivo. Sikripsi. Fakultas Farmasi, Universitas Setia
Budi. Surakarta.
Wijoyo, P. M. (2009). 15 Ramuan Penyembuh Maag. Bee Media Indonesia.
Jakarta.
47
48