Oleh
Try Intan Kartini
131620210004
USULAN RISET
PROGRAM MAGISTER
ANTI-AGING AND AESTHETIC MEDICINE
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2022
EFEK PEMBERIAN PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN
EKSPRESI mRNA PRDM16, PGC 1 ALPHA DAN UCP1 PADA
JARINGAN LEMAK PUTIH TIKUS JANTAN WISTAR YANG
DIINDUKSI DENGAN DIET TINGGI LEMAK
Oleh
Try Intan Kartini
131620210004
USULAN RISET
PROGRAM MAGISTER
ANTI-AGING AND AESTHETIC MEDICINE
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2022
EFEK PEMBERIAN PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN
EKSPRESI mRNA PRDM16, PGC 1 ALPHA DAN UCP1 PADA
JARINGAN LEMAK PUTIH TIKUS JANTAN WISTAR YANG
DIINDUKSI DENGAN DIET TINGGI LEMAK
Oleh
Try Intan Kartini
131620210004
USULAN RISET
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing pada tangga seperti tertera di bawah ini
Hanna Goenawan, dr., M.Kes., AIFO., Ph.D Dr. Yuni Susanti Pratiwi, dr., M.Kes., AIFO
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat serta karunia-Nya, usulan riset yang berjudul “efek pemberian
propolis terhadap peningkatan ekspresi mRNA PRDM16, PGC 1 alpha dan UCP1
pada jaringan lemak putih tikus jantan wistar yang diinduksi dengan diet tinggi
lemak” dapat diselesaikan dengan baik.
Usulan riset dapat tersusun dengan baik atas arahan, bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan Terima Kasih kepada:
1. Prof. Dr. Rina Indiastuti, S.E., M.SIE. selaku Rektor Universitas Padjadjaran
atas kesempatan dalam menimba ilmu di program magister Universitas
Padjadjaran.
2. Dr. Yudi Mulyana Hidayat, dr., Sp.OG(K). selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran atas kesempatan dan arahan dalam menimba ilmu di
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
3. Astrid Feinisa Khairani, dr., M.Kes., Ph.D. sebagai Ketua Program Studi
Magister Anti-aging and Aesthetic Medicine, Fakultas Kedokteran, Universitas
Padjadjaran yang senantiasa memberikan arahan kepada anak didiknya.
4. Hanna Goenawan, dr., M.Kes., AIFO., Ph.D. sebagai Ketua Tim Pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan usulan
riset ini.
5. Dr. Yuni Susanti Pratiwi, dr., M.Kes., AIFO sebagai Anggota Pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan usulan
riset ini.
6. Kepada keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan doa dalam
penyelesaian usulan tesis ini.
Akhir kata, penulis berharap usulan riset ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu kedokteran di kemudian hari.
Pekanbaru,
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB II ..................................................................................................................... 8
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS ......................... 8
2.1. Kajian Pustaka .......................................................................................... 8
2.1.1. Obesitas ............................................................................................. 8
2.1.2. Browning dari WAT........................................................................ 10
2.1.3. Propolis ........................................................................................... 16
2.1.4. Penggunakan Model Hewan Tikus untuk Penelitian Browning ....... 20
2.2. Kerangka Pemikiran dan premis ............................................................ 21
2.3. Diagram Konsep Riset ............................................................................ 22
2.4. Hipotesis………………………………………………………………..24
BAB III ................................................................................................................. 25
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 25
3.1. Desain Riset ............................................................................................ 25
3.2. Populasi, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ................... 25
3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ..................................... 29
3.4. Instrumen Riset....................................................................................... 30
iii
3.5. Lokasi dan Waktu Riset ......................................................................... 31
3.6. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 31
3.7. Alur Penelitian ........................................................................................ 34
3.8. Analisis Data .......................................................................................... 34
3.9. Etik Riset ................................................................................................ 35
3.10. Dummy Table ......................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 38
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perkiraan usia relatif tikus dikonversikan dengan usia manusia
berdasarkan fase kedewasaan secara sosial ........................................................... 20
Tabel 3.1 Komposisi asam lemak dalam pelet tikus HFD .................................... 27
Tabel 3.2 Variabel Penelitian ................................................................................ 29
Tabel 3.3 Asumsi Alokasi Waktu Penelitian ........................................................ 31
Tabel 3.4 Primer yang digunakan untuk RT-PCR ................................................ 33
Tabel 3.5 Rencana Penyajian Hasil Riset ............................................................. 36
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lokasi WAT dan BAT pada manusia dan hewan pengerat .............. 12
Gambar 2.2 Peran PRDM16 dalam induksi browning WAT. .............................. 14
Gambar 2.3 Klasifikasi jenis propolis ................................................................... 18
Gambar 2.4 Diagram konsep riset ......................................................................... 22
Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian ............................................................ 25
Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian ....................................................................... 34
Gambar 3.3 Contoh Penyajian Grafik Hasil Penelitian mRNA PRDM16, PGC1-α
dan UCP1 jaringan lemak putih ............................................................................ 37
vi
DAFTAR SINGKATAN
vii
PGC Peroxisome Proliferator-Activated Receptor-Gamma Coactivator
PPAR Peroxisome Proliferator-Activated Receptor
PRDM16 PR Domain Containing 16
RT-PCR Real-Time Polymerase Chain Reaction
TAG Triasilgliserol
TNF-α tumor necrosis factor alpha
UCP Uncoupling Protein
WAT White Adipose Tissue
WHO World Health Organization
YBX1 Y-box complex binding protein
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup ....................................................................... 40
ix
BAB I
PENDAHULUAN
satu dari kematian didunia. Di Amerika Serikat, di antara individu berusia >20
tahun, sekitar 37,4% pria dan 35,9% wanita didiagnosis penyakit kardiovaskuler
dan secara global >75% kematian akibat penyakit kardiovaskuler terjadi di negara
disadari oleh pasien dan juga lebih sering terjadi pada individu usia lanjut.3
Hiperlipidemia dapat dipicu oleh pola hidup tidak sehat, salah satu contohnya
Pada penuaan terjadi proses pemutihan pada jaringan lemak coklat (brown
dengan massa WAT yang lebih tinggi serta massa BAT yang lebih rendah.5-7 WAT
metabolik dan sistem kekebalan. Berbeda dengan BAT yang memiliki mitokondria
1
yang lebih banyak dengan tetesan lipid yang banyak, WAT mengandung sedikit
mitokondria dan satu tetes lipid besar.2 Depot subkutan dari WAT merupakan
lokasi yang paling umum untuk pencoklatan dan memiliki potensi yang lebih besar
bahwa BAT mampu menurunkan asam lemak bebas, gliserol bebas, trigliserida dan
glukosa darah kemungkinan akibat aktivasi protein UCP1 yang sangat berkurang
adrenergik dan mengarah pada aktivasi uncoupling protein (UCP1) yang terletak di
menstimulasi konversi jaringan lemak putih menjadi jaringan lemak beige dan
gaya hidup yang efektif untuk menghilangkan peradangan pada jaringan lemak.
Disisi lain, penggunaan agen farmakologis telah menunjukkan efek samping yang
2
caffeic acid phenethyl ester (CAPE). CAPE merupakan senyawa polifenol
hidrofobik yang memiliki struktur mirip flavonoid dan banyak terdapat pada
tanaman.9,10 CAPE memiliki gugus hidroksil dalam cincin katekol yang berperan
adipokin serta faktor transkripsi yang terkait dengan adipogenesis di sel 3T3-L1
preadiposit seperti leptin, tumor necrosis factor alpha (TNF-α), amino pektin,
cyclin D dalam sel 3T3-L1 sebagai respons terhadap stimulus diferensiasi.9 Studi
yang dilakukan oleh Kim SH dkk pada tikus C57BL/6 yang diberi makan diet tinggi
Propolis merupakan produk sarang lebah memiliki kadar CAPE yang tinggi,
berasal dari campuran air liur lebah madu, ekstrak dari biji, daun, dan eksudat flora
tumbuhan. Karena bahan utama propolis berasal dari tumbuhan, komposisi kimia
dikumpulkan oleh lebah dari resin tanaman dan eksudat tanaman. Seperti propolis
3
diri dengan cara merekatkan resin langsung ke tubuh penjajah untuk melumpuhkan
mereka. Propolis dari jenis lebah ini telah diidentifikasi memiliki kandungan
flavonoid yang tinggi, memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker payudara
kuat.15
mengurangi akumulasi lemak tubuh pada tikus dan secara signifikan penanda
adiposit coklat yang diinduksi, termasuk uncoupling protein 1 (UCP1), cell death
(Cox8b), dan elongation of very long chain fatty acids-like 3 protein (Elovl3) dalam
sel C3H10T1/2 mirip adiposit dan adiposit turunan WAT pada inguinal tikus dan
melalui saraf simpatis.16 Meskipun pada penelitian tersebut tidak ada induksi high
fat diet (HFD), terkait hasil browning dari jaringan lemak pada penelitian ini
menjanjikan untuk mencegah dan mengatasi obesitas. Hingga saat ini penelitian
tentang efek propolis terhadap ekspresi kadar PRDM16, PGC1-α dan UCP1 dari
masih terbatas.
Hiperlipidemia dapat dipicu oleh pola hidup tidak sehat, salah satu contohnya
seperti mengkonsumsi makanan tinggi lemak. Ketika asupan energi secara
4
kronis melebihi pengeluaran energi dapat mengakibatkan akumulasi jaringan
lemak putih (WAT) yang berlebihan. Aktivasi reseptor β-adregenergik
menstimulasi konversi WAT menjadi adiposit beige dan proses pencoklatan
melibatkan banyak ekspresi faktor transkripsi, seperti PR domain containing 16
(PRDM16) dan peroksisom proliferator-activated receptor (PPAR)-γ,
Proliferator-Activated Receptor-Gamma Coactivator (PGC-1α) dan
Uncoupling Protein 1 (UCP-1) yang merupakan ciri dari thermogenesis dan
dimediasi oleh aktivasi protein kinase A dan PPARα/γ. Propolis merupakan
produk sarang lebah memiliki kadar CAPE yang tinggi dimana CAPE dapat
menginduksi aktivitas PPARγ, remodeling jaringan lemak, mengurangi
produksi dan sekresi adipokin serta faktor transkripsi. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pengaruh pemberian propolis terhadap peningkatan
ekspresi mRNA PRDM16, PGC1-α dan UCP1 pada jaringan lemak putih tikus
wistar jantan yang yang mendapatkan diet tinggi lemak.
mRNA PRDM16 pada jaringan lemak putih kelompok tikus jantan wistar yang
mRNA PGC 1 alpha pada jaringan lemak putih kelompok tikus jantan wistar
5
3) Apakah terdapat pengaruh pemberian propolis terhadap peningkatan ekspresi
mRNA UCP1 pada jaringan lemak putih kelompok tikus jantan wistar yang
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan dari penelitian ini
adalah untuk:
mRNA PRDM16 pada jaringan lemak putih kelompok tikus jantan wistar yang
mRNA PGC-1 alpha pada jaringan lemak putih kelompok tikus jantan wistar
mRNA UCP1 pada jaringan lemak putih kelompok tikus jantan wistar yang
6
mRNA PRDM16, PGC1-α dan UCP1 pada jaringan lemak putih kelompok
pengeluaran energi.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan TKT -3, yaitu konsep fungsi
dan/atau karakteristik penting dari suatu teknologi yang telah dibuktikan secara
analitis dan eksperimental. Studi laboratorium pada penelitian ini dilakukan untuk
7
BAB II
2.1.1. Obesitas
(energy expenditure) dalam waktu lama. Hal itu bisa dapat disebabkan peningkatan
asupan makanan padat energi yang tinggi lemak dan aktivitas yang menetap.15
Berdasarkan pengukuran indeks massa tubuh (IMT) [berat badan (kg)/tinggi badan
(m2)], yang, seseorang dikatakan memiliki kelebihan berat badan dengan hasil IMT
25 dan bila hasil IMT 30 atau lebih sebagai obesitas. Namun, IMT tidak menghitung
persentase lemak atau rasio lemak terhadap otot sehingga hanya dapat digunakan
untuk skrining obesitas.16-18 Lemak yang berada di sekitar perut memberikan risiko
kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan lemak di daerah bagian tubuh lain. Suatu
metode yang sederhana namun cukup akurat untuk mengetahui hal tersebut adalah
dengan pengukuran lingkar pinggang. Indikator ini baik untuk menentukan lemak
pada hasil pengukuran lingkar pinggang 90 cm pada pria dan 80 cm pada wanita
Sejak tahun 1975, prevalensi obesitas meningkat tiga kali lipat di seluruh
menyatakan pada tahun 2016 sebanyak 39% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas
8
mengalami kelebihan berat badan dan 13% diantaranya mengalami obesitas yang
faktor risiko utama untuk penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular
berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, prevalensi
obesitas meningkat 10,5% pada tahun 2007 menjadi 21,8% tahun 2018.20
Organ adiposa adalah sekitar 20% dari total berat badan pada manusia
yang sehat.18 Tergantung pada derajat, durasi dan distribusi jaringan adiposa
berlebih, risiko kesehatan yang dapat terjadi yaitu dislipidemia, diabetes tipe 2,
kronis, obstructive sleep apne dan sindrom hipoventilasi, gangguan mood, dan
gangguan fisik disabilitas. Salah satu penyebabnya yaitu resistensi insulin yang
dipicu oleh obesitas di WAT, hati, dan otot rangka, dikombinasikan dengan
gangguan sekresi insulin oleh sel pankreas untuk mengatasi resistensi ini.21
9
dengan perluasan WAT yang tidak sehat, termasuk peradangan, fibrosis, hipoksia,
Sel-sel ini pasti mencapai batas di mana tekanan anabolik tambahan tidak dapat
batas ini menyebabkan stres pada adiposit dan memulai proses inflamasi sebagai
Organ adiposa memiliki dua jenis jaringan yaitu, jaringan adiposa putih
(WAT) dan jaringan adiposa coklat (BAT) melakukan fungsi tubuh yang berbeda.
Fungsi WAT adalah untuk bertindak sebagai reservoir molekul energi tinggi (asam
lemak) dan memasoknya sebagai bahan bakar saat dibutuhkan. Sementara BAT
menggunakan molekul energi tinggi yang sama untuk menghasilkan panas dalam
termogenesis untuk menjaga suhu tubuh. Oleh karena itu harus ada keseimbangan
antara akumulasi asam lemak dalam WAT dan penggunaannya dalam berbagai
terganggu. WAT selain sebagai sumber energi juga berperan penting dalam regulasi
metabolisme lipid dan glukosa. Energi diperoleh dari makanan disimpan oleh WAT
10
diatur oleh WAT dan berbagai hormone lainnya. Jaringan ini juga memproduksi
hormon leptin yang sangat penting, yang mengontrol perilaku asupan makanan.19,27
menjadi sel adiposa coklat, sel adiposa putih atau myosit. Sel adiposa coklat dan
myosit berasal dari sel myogenic factor 5 positif (Myof5+) sedangkan sel adiposa
putih dan krem berkembang dari sel myogenic factor 5 negatif (Myof5-). Jaringan
adiposa terutama terdiri dari adiposit, yang didominasi adiposit putih di WAT, dan
adiposit coklat di BAT sehingga WAT dan BAT memiliki struktur dan peran
biologis yang berbeda. Adiposit putih memiliki satu tetes lipid besar yang
depot visceral (di sekitar organ – mesenterika, perigonadal, omental) dan subkutan
(di bawah kulit – inguinal). Sementara BAT adalah sel polygonal yang
mengandung beberapa tetesan lipid kecil (oleh karena itu, disebut jaringan adiposa
multilokular), dengan inti pusat dikelilingi oleh sitoplasma yang jelas dan sejumlah
menurut usia, jenis kelamin, dan strain dengan depot terbesar di daerah
interskapular dan depot yang lebih kecil di daerah serviks, supraklavikula, dan peri-
aorta. Adiposit beige termogenik dapat terbentuk di depot WAT tertentu seperti
11
Gambar 2.1 lokasi WAT dan BAT pada manusia dan hewan pengerat.4
proses browning dan mempunyai marker jaringan lemak yang mirip dengan WAT
seperti adiponektin, adipsin, dan PPAR-γ, serta memiliki ekspresi gen UCP1 yang
rendah pada kondisi basal.27 Ciri khas pencoklatan jaringan adiposa adalah induksi
adiposit yang aktif secara termogenik dalam depot lemak putih, mengekspresikan
membran mitokondria bagian dalam dan melepaskan gaya penggerak proton dari
peningkatan ekspresi gen yang spesifik pada BAT seperti PRDM16, dan ADRB3
12
Suhu hangat memberikan program lemak putih pada adiposit krem dan
coklat, sebuah proses yang disebut pemutihan (whitening). Namun, hanya adiposit
beige yang menjalani pemrograman ulang kromatin yang bergantung pada suhu
paparan dingin sebelumnya. Dengan kata lain, sel-sel beige mengingat ketika
mereka sebelumnya terkena dingin dan karena itu dapat dengan cepat menyalakan
ulang termogenik ketika dipapar kembali. Temuan ini juga menekankan plastisitas
molekuler dan metabolik yang hebat dari adiposit beige dan menggambarkan
metabolisme energi.27,30,31
memiliki peran penting dalam mempertahankan struktur dan fungsi jaringan dan
myeloid akut pada manusia. PRDM16 bertindak sebagai sakelar molekuler untuk
menginduksi pengembangan lemak coklat dari Myf5-, sel prekursor mirip myoblast
13
binding proteins. PRDM16 memainkan peran penting dalam pengembangan sel
menginduksi gen BAT, mekanisme dari PRDM16 adalah dengan merepresi gen
transkripsi. ZFP516 merangsang ekspresi gen termogenik seperti UCP1, DIO2 dan
14
tidak hanya dengan PRDM16, tetapi juga dengan LSD1 dalam mengaktifkan
differential 36 (CD36) dan lipoprotein lipase (LPL). Selain itu, EBF2 dan PPARγ
lemak, mediator penting untuk metabolisme lipid jaringan adiposa dan beberapa
konstituen yang berasal dari tumbuhan seperti isoflavon, genistein, dan naringenin
konstituen yang berasal dari tumbuhan ini menurunkan akumulasi lipid dengan
represi PPARγ di adiposit. PPARγ coactivator alpha (PGC1 alpha) adalah co-
regulator transkripsi lain yang berinteraksi dengan banyak protein termasuk PPARγ
aktivasi transkripsi gen pada oksidasi lipid dan metabolisme oksidatif mitokondria
diferensiasi adiposit coklat, tetapi ditekan pada adiposit coklat matang yang
15
oksidasi dan memungkinkan adiposit unilocular berubah menjadi adiposit
dan ekspresi gen PRDM16 yang berperan dalam perkembangan jaringan lemak
coklat.30-34
proton membran dalam yang signifikan, melepaskan oksidasi sebagai bahan bakar
dibandingkan digunakan untuk fosforilasi ADP. Oleh karena itu, ketika UCP1
diinternalisasi yang dapat membantu menjaga suhu inti endotermik, sehingga UCP1
2.1.3. Propolis
Propolis merupakan produk sarang lebah, campuran air liur lebah madu,
ekstrak dari biji dan daun, dan eksudat flora tumbuhan. Sejauh ini, lebih dari 500
senyawa kimia telah diisolasi dari propolis. Karena bahan utama propolis berasal
dari tumbuhan, komposisi kimia propolis sangat bergantung pada asal geografisnya.
Secara umum propolis dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu jenis poplar
16
yang kaya akan flavonoid dan jenis Baccharis yang banyak mengandung turunan
asam sinamat. Propolis jenis poplar terutama diproduksi di Eropa, Amerika Utara,
Brasil.14
dunia sesuai dengan komposisi kimia dan asal bunga. Poplar, Birch, Tropis,
Mediterania dan Pasifik adalah kelas propolis yang diakui. Didaerah tropis,
beberapa jenis propolis berasal dari banyak sumber yang berbeda telah
diidentifikasi. Sebagai contoh, di Brazil, ada 13 jenis propolis termasuk yang hijau,
Dalbergia ecastaphyllum, dan Hyptis divaricata. Yang paling populer adalah warna
hijau yang warnanya pada klorofil terjadi pada jaringan muda dan daun
B.dracunculifolia dan dikumpulkan oleh lebah. Jenis ini propolis kaya akan turunan
dari permukaan D. ecastaphyllum dimana jenis propolis ini juga khas Kuba dan
divaricata. Contoh lain dari propolis tropis termasuk yang berasal dari getah yang
dikeluarkan oleh bunga Clusia sp. ditemukan di Kuba dan Venezuela dengan
turunan benzofenon dan propolis “Pasifik” yang berasal dari pohon tropis
17
Taiwan, Okinawa, dan Indonesia yang pembuat kimianya adalah C-
komposisi kimia dari zona geografis yang berbeda terdapat pada gambar 2.3.
Propolis terdiri dari resin (50%), lilin (30%), minyak esensial (10%), serbuk
sari (5%), dan senyawa organik lainnya (5%). Dua belas jenis flavonoid yaitu,
catechin, naringenin, galangin, dan quercetin; dua asam fenolik, asam caffeic dan
asam sinamat, dan satu turunan stilben yang disebut resveratrol telah terdeteksi
mengandung vitamin penting, seperti vitamin B1, B2, B6, C, dan E serta mineral
bermanfaat seperti magnesium (Mg), kalsium (Ca), kalium (K), natrium (Na),
tembaga (Cu), seng. (Zn), mangan (Mn), dan besi (Fe). Beberapa enzim, seperti
18
suksinat dehidrogenase, glukosa-6- fosfatase, adenosin trifosfatase, dan asam
disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan dan genetik. Salah satu faktor
lingkungan utama yang menyebabkan obesitas adalah asupan diet tinggi lemak.
Model hewan obesitas yang diinduksi diet telah dikembangkan untuk menyelidiki
obesitas manusia, mereplikasi efek obesitas manusia lebih akurat daripada obesitas
genetic. Tikus yang diberi diet tinggi lemak, mengalami obesitas, hiperglikemia,
dan hiperlipidemia, dan berbeda dari yang diberi makan diet normal di tingkat
ekspresi transkripsi gen tertentu.40 Penelitian yang dilakukan oleh Zheng Y et all
pada tikus betina dan jantan tipe C57BL/6 usia 6-8 minggu yang diberikan diet
tinggi lemak (60% kkal lemak, D12492) menunjukkan bahwa propolis dapat
membantu untuk mengontrol berat badan, sensitivitas insulin yang lebih baik, dan
tingkat metabolisme yang lebih rendah dan memodulasi mikrobiota usus dengan
bakteri ini berperan penting dalam efek pencegahan dari obesitas dan diabetes tipe
2, sehingga propolis dapat menjadi metode alternatif untuk mengontrol berat badan,
mencegah obesitas, sindrom metabolik dan propolis juga memiliki potensial untuk
19
PRDM16 intraseluler sehingga secara signifikan dapat meningkatkan jumlah sel
Di antara berbagai model hewan, hewan pengerat seperti tikus paling sering
dengan cepat mencapai kematangan seksual (kurang dari 8 minggu setelah lahir)
dan memiliki siklus reproduksi dan periode kehamilan yang relatif singkat (3
minggu). Rentang hidup yang pendek pada tikus sekitar 2-3 tahun adalah manfaat
lain untuk menggunakan model hewan pengerat ini untuk menyelidiki gangguan
gangguan metabolisme dapat diperoleh dalam jangka waktu yang relatif singkat
(beberapa bulan hingga satu tahun).14,42 Pada tabel 2.1 memperkirakan usia relatif
Tabel 2.1 Perkiraan usia relatif tikus dikonversikan dengan usia manusia
berdasarkan fase kedewasaan secara sosial.42
Usia tikus (bulan) Usia manusia (tahun)
6 18
12 30
18 45
24 60
30 75
36 90
42 105
45 113
48 120
20
Tikus sebagai model hewan penelitian tidak bisa dimaknai sebagai manusia
Ukuran tubuh yang kecil merupakan kelebihan penggunaan model tikus berkaitan
kalori, perawatan bedah dan kimia, dan manipulasi gen juga telah dikembangkan.
Oleh karena itu, percobaan menggunakan hewan pengerat adalah standar global
tingkat individu.14,42
peningkatan ekspresi gen yang spesifik pada BAT seperti PRDM16 dan UCP1
proses ini melalui interaksi dengan beberapa faktor transkripsi seperti PGC1 alpha
21
yang merupakan co-regulator transkripsi yang berinteraksi dengan banyak
transkripsi gen pada oksidasi lipid dan metabolisme oksidatif mitokondria serta
rate dalam proses termogenesis dapat mencegah obesitas, resistensi insulin dan
22
Berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang telah diuraikan, maka secara
dislipidemia.21
putih berlebihan.22
Premis 4 : Ciri khas pencoklatan jaringan adiposa adalah induksi adiposit yang
saraf simpatis 40
browning.30-35
WAT ke beige.30-31
dalam thermogenesis.30-35
23
Premis 9 : Peningkatan energy expendicture dan metabolic rate dalam proses
2.3 Hipotesis
mRNA PRDM16 pada jaringan lemak putih kelompok tikus jantan wistar yang
mRNA PGC 1 alpha pada jaringan lemak putih kelompok tikus jantan wistar
mRNA UCP1 pada jaringan lemak putih kelompok tikus jantan wistar yang
24
BAB III
METODE PENELITIAN
BBT WAT
Outcome
NCD
BBT WAT
Outcome
Rancangan HFD
Sampel
Acak BBT WAT
Outcome
NCD + Propolis
BBT WAT
Outcome
HFD + Propolis
Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian
NCD: kelompok tikus wistar jantan diberi diet kontrol normal; HFD: kelompok
tikus wistar jantan diberi diet tinggi lemak; NCD+Propolis: kelompok tikus wistar
jantan diberi diet kontrol normal dan perlakuan propolis; HFD+Propolis: kelompok
tikus wistar jantan diberi diet tinggi lemak dan perlakuan propolis; O: outcome
(hasil perlakuan).
1) BBT jaringan lemak putih berasal dari tikus jantan galur wistar berusia
25
2) BBT jaringan lemak putih tersimpan dengan baik pada freezer suhu
-80oC
Sampel penelitian dibagi menjadi empat kelompok perlakuan secara acak, yaitu:
1) BBT jaringan lemak putih kelompok NCD (tikus wistar jantan yang
2) BBT jaringan lemak putih kelompok HFD (tikus wistar jantan yang
3) BBT jaringan lemak putih kelompok NCD + Propolis (tikus wistar jantan yang
4) BBT jaringan lemak putih kelompok HFD + Propolis (tikus wistar jantan yang
ditempatkan di kamar di bawah siklus terang-gelap 12 jam dengan suhu sekitar 22-
24°C, dan memungkinkan akses ke air secara ad libitum. Kelompok NCD diberi
normal chow diet yang mengandung 65,5% karbohidrat, 25% protein, 7% lemak,
standar diet tinggi lemak dengan pelet tikus diet tinggi lemak dengan pellet HFD
26
(lemak 34,9gm%, protein 26,2 gm%, karbohidrat 26,3 gm%).38,42-45 Rincian
lipid pada minggu 0. Selanjutnya pemberian propolis diberikan secara oral sekali
setiap hari menggunakan timbangan elektronik dan asupan harian makanan masing-
masing kelompok tikus juga diukur dengan mengurangkan berat sisa diet dari diet
awal. Selanjutnya pemeriksaan profil lipid juga dilakukan pada minggu ke 4 dan 8
sesuai protokol etik hewan coba dan sampel utama jaringan lemak putih akan
27
3.2.5 Besar Sampel
sebagai berikut.
(t-1)(n-1) ≥15
Keterangan :
t : Jumlah kelompok
Perhitungan untuk jumlah minimal sampel yang digunakan pada tiap kelompok
sebagai berikut.
(t-1)(n-1) ≥15
(4-1)(n-1) ≥15
3n-3 ≥15
3n ≥15 + 3
n≥6
sampel untuk tiap kelompok. Jumlah sampel ditambah 10% dari jumlah sampel
sehingga menjadi 7 BBT tikus tiap kelompok. Dengan demikian, jumlah BBT
28
3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
BBT jaringan lemak putih berasal dari tikus dengan jenis diet, yaitu diet
kontrol normal, diet kontrol normal dan pemberian propolis, diet tinggi
Ekspresi PRDM16, PGC1-α dan UCP1 dari jaringan lemak putih pada BBT
29
3.4. Instrumen Riset
1) TRIzol™ Reagen
3) Isopropanol
4) Etanol 75%
7) Kloroform
9) Homogenizer
11) Inkubator
12) Pipet
13) Vorteks
2) PCR kit
3) GAPDH primer
4) PRDM16 primer
5) PGC1-α primer
6) UCP1 primer
30
3.5. Lokasi dan Waktu Riset
Padjadjaran, Jatinangor. Waktu penelitian dilakukan selama enam bulan yaitu bulan
September−Februari 2023.
Tahap ke-
No Kegiatan
Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb
1 Pembuatan
Proposal
2 Sidang Proposal
3 Revisi Proposal
4 Persiapan
Penelitian
5 Penelitian
• Pemberian
perlakuan
• Terminasi
• Ekstraksi
mRNA
• Pemeriksaan
PCR
6 Analisis Data
7 Interpretasi Hasil
8 Persiapan Sidang
9 Sidang dan lulus
GENEzol™:
31
1) Homogenisasi sampel
homogenizer Polytron.
ruang.
2) Pemisahan Fase
3) Presipitasi RNA
32
4) RNA Wash
putar perlahan.
b. Sentrifugasi sampel pada rpm 12000-16000 selama 5 menit pada suhu 4 oC.
dengan pipet.
d. Keringkan RNA pellet di udara selama 5-10 menit pada suhu ruang.
5) Resuspensi RNA
b. Inkubasi pada suhu 55-60 oC selama 10-15 menit untuk melarutkan pellet
RNA.
Pengukuran ekspresi mRNA dilakukan dengan teknik real time PCR satu Langkah
menggunakan mesin AriaMX Real Time PCR. Pada Tabel 3.4 menunjukkan daftar
33
3.7 Alur Penelitian
Persetujuan Etik
Package for Social (SPSS) 26.0. dengan signifikansi statistik didesain pada
(SEM).
34
3.8.1 Menentukan Distribusi Data
ANOVA dilanjutkan dengan uji post hoc Bon Feronni. Bila distribusi data
dilanjutkan dengan uji post hoc Dunn test.51,52 Data dinyatakan signifikan
bila p<0,05.
penelitian hewan coba atau subjek penelitian yang digunakan adalah yang
paling rendah dalam skala filogenetik. Pada penelitian ini, hewan coba yang
dipilih adalah tikus jantan galur wistar yang memiliki kemiripan struktur
35
dengan manusia. Reduction artinya penggunaan jumlah hewan coba
total sampel 28 ekor tikus jantan galur wistar. Refinement artinya dilakukan
penderitaan pada hewan coba dengan prinsip dasar bahwa hewan coba harus
terbebas dari lapar dan haus, rasa nyeri dan penyakit, rasa tidak nyaman,
dan stress. Pada penelitian ini suhu lingkungan, jauh dari kebisingan dan
36
PRDM16
5
Kadar mRNA 4
0
NCD HFD NCD+Pr HFD+Pr
PGC-1 α
5
4
Kadar mRNA
0
NCD HFD NCD+Pr HFD+Pr
UCP 1
4
Kadar mRNA
0
NCD HFD NCD+Pr HFD+Pr
Gambar 3.3 Contoh Penyajian Grafik Hasil Penelitian mRNA PRDM16, PGC1-α
dan UCP1 jaringan lemak putih tikus wistar jantan
37
DAFTAR PUSTAKA
38
11. Murtaza G, Karim S, Akram MR, Khan SA, Azhar S, Mumtaz A, et al.
Caffeic acid phenethyl ester and therapeutic potentials. Biomed Res Int.
2014;2014.
12. Kim SH, Park HS, Hong MJ, Hur HJ, Kwon DY, Kim MS. Caffeic Acid
Phenethyl Ester Improves Metabolic Syndrome by Activating PPAR-γ and
Inducing Adipose Tissue Remodeling in Diet-Induced Obese Mice. Mol Nutr
Food Res. 2018;62(10):1–31.
13. Hallajzadeh J, Milajerdi A, Amirani E, Attari VE, Maghsoudi H, Mirhashemi
SM. Effects of propolis supplementation on glycemic status, lipid profiles,
inflammation and oxidative stress, liver enzymes, and body weight: a
systematic review and meta-analysis of randomized controlled clinical trials.
J Diabetes Metab Disord. 2021;20(1):831–43.
14. Models A. Effects of Propolis Extract and Propolis-Derived Compounds on
Obesity and Diabetes : Knowledge. 2019;(Il):1–53.
15. Zulhendri F, Perera CO, Chandrasekaran K, Ghosh A, Tandean S, Abdulah
R, et al. Propolis of stingless bees for the development of novel functional
food and nutraceutical ingredients: A systematic scoping review of the
experimental evidence. J Funct Foods [Internet]. 2022;88(December
2021):104902. Available from: https://doi.org/10.1016/j.jff.2021.104902.
16. Nishikawa S, Aoyama H, Kamiya M, Higuchi J, Kato A, Soga M, et al.
Artepillin C, a typical brazilian propolis-derived component, induces brown-
like adipocyte formation in C3H10T1/2 cells, primary inguinal white adipose
tissue-derived adipocytes, and mice. PLoS One. 2016;11(9):1–12.
17. World Health Organization (WHO). Obesity and overweight [Internet]. 2021
[cited 2022 Agt 8]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/obesity-and-overweight.
18. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Overweight & obesity
[Internet]. 2021 [cited 2022 Agt 8]. Available from:
https://www.cdc.gov/obesity/adult/defining.html.
19. Dhawan D, Sharma S. Abdominal Obesity, Adipokines and Non-
communicable Diseases. J. Steroid Biochem. Mol. Biol. 2022; 105737.
39
20. Ministry of Health. Laporan nasional Riskesdas 2018 [Internet]. 2018 [cited
2022 Agt 8]. Available from: https://dinkes.kalbarprov.go.id/wp-
content/uploads/2019/03/Laporan-Riskesdas-2018-Nasional.pdf.
21. Schetz M, De Jong A, Deane AM, Druml W, Hemelaar P, Pelosi P, et al.
Obesity in the critically ill: a narrative review. Intensive Care Med [Internet].
2019;45(6):757–69. Available from: https://doi.org/10.1007/s00134-019-
05594-1.
22. Reyes-Farias M, Fos-Domenech J, Serra D, Herrero L, Sánchez-Infantes D.
White adipose tissue dysfunction in obesity and aging. Biochem Pharmacol.
2021;192(August).
23. Blüher M. Metabolically healthy obesity. Endocr Rev. 2020;41(3):405–20.
24. Longo M, Zatterale F, Naderi J, Parrillo L, Formisano P, Raciti GA, et al.
Adipose tissue dysfunction as determinant of obesity-associated metabolic
complications. Int J Mol Sci. 2019;20(9).
25. Heymsfield SB, Wadden TA. Mechanisms, pathophysiology, and
management of obesity. N Engl J Med. 2017;376(3):254–66.
26. Montanari T, Pošćić N, Colitti M. Factors involved in white-to-brown
adipose tissue conversion and in thermogenesis: a review. Obes Rev.
2017;18(5):495–513.
27. Herz CT, Kiefer FW. Adipose tissue browning in mice and humans. J
Endocrinol. 2019;241(3):R97–109.
28. Verduci E, Calcaterra V, Di Profio E, Fiore G, Rey F, Magenes VC, et al.
Brown adipose tissue: New challenges for prevention of childhood obesity.
A narrative review. Nutrients. 2021;13(5).
29. Bargut TCL, Souza-Mello V, Aguila MB, Mandarim-De-Lacerda CA.
Browning of white adipose tissue: Lessons from experimental models. Horm
Mol Biol Clin Investig. 2017;31(1):1–13.
30. Tabuchi C, Sul HS. Signaling Pathways Regulating Thermogenesis. Front
Endocrinol (Lausanne). 2021;12(March):1–8.
31. Frontini A, Vitali A, Perugini J, Murano I, Romiti C, Ricquier D, et al. White-
to-brown transdifferentiation of omental adipocytes in patients affected by
40
pheochromocytoma. BBA-MOL CELL BIOL L. 2013;1831(5):950–9.
32. Marlatt KL, Ravussin E, Biomedical P, Rouge B. Brown Adipose Tissue: An
Update on Recent Findings. HHS Public Access. 2018;6(4):389–96.
33. Montanari T, Pošćić N, Colitti M. Factors involved in white-to-brown
adipose tissue conversion and in thermogenesis: a review. Obes Rev.
2017;18(5):495–513.
34. Ohno H, Shinoda K, Spiegelman BM, Kajimura S. PPARγ agonists induce a
white-to-brown fat conversion through stabilization of PRDM16 protein.
Cell Metab [Internet]. 2012;15(3):395–404. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.cmet.2012.01.019.
35. Porter C. Quantification of UCP1 function in human brown adipose tissue.
Adipocyte [Internet]. 2017;6(2):167–74. Available from:
https://doi.org/10.1080/21623945.2017.1319535.
36. Bartesaghi S, Hallen S, Huang L, Svensson PA, Momo RA, Wallin S, et al.
Thermogenic activity of UCP1 in human white fat-derived beige adipocytes.
J Mol Endocrinol. 2015;29(1):130–9.
37. Kocot J, Kiełczykowska M, Luchowska-Kocot D, Kurzepa J, Musik I.
Antioxidant potential of propolis, bee pollen, and royal jelly: Possible
medical application. Oxid Med Cell Longev. 2018;2018.
38. Kasote D, Bankova V, Viljoen AM. Propolis: chemical diversity and
challenges in quality control. Phytochem Rev [Internet]. 2022;1. Available
from: https://doi.org/10.1007/s11101-022-09816-1
39. Pasupuleti VR, Sammugam L, Ramesh N, Gan SH. Honey, Propolis, and
Royal Jelly: A Comprehensive Review of Their Biological Actions and
Health Benefits. Oxid Med Cell Longev. 2017;2017.
40. Koya-Miyata S, Arai N, Mizote A, Taniguchi Y, Ushio S, Iwaki K, et al.
Propolis prevents diet-induced hyperlipidemia and mitigates weight gain in
diet-induced obesity in mice. Biol Pharm Bull. 2009;32(12):2022–8.
41. Zheng Y, Wu Y, Tao L, Chen X, Jones TJ, Wang K, et al. Chinese propolis
prevents obesity and metabolism syndromes induced by a high fat diet and
accompanied by an altered gut microbiota structure in mice. Nutrients.
41
2020;12(4).
42. Andreollo NA, Santos EF dos, Araújo MR, Lopes LR. Rat’s age versus
human’s age: what is the relationship? Arq Bras Cir Dig. 2012;25(1):49–51.
43. Zakerkish M, Jenabi M, Zaeemzadeh N, Hemmati AA, Neisi N. The Effect
of Iranian Propolis on Glucose Metabolism, Lipid Profile, Insulin Resistance,
Renal Function and Inflammatory Biomarkers in Patients with Type 2
Diabetes Mellitus: A Randomized Double-Blind Clinical Trial. Sci Rep.
2019;9(1):1–11.
44. Oršolić N, Jurčević IL, Đikić D, Rogić D, Odeh D, Balta V, et al. Effect of
propolis on diet-induced hyperlipidemia and atherogenic indices in mice.
Antioxidants. 2019;8(6).
45. Ray HRD, Patriasih R, Sulastri A, Lesmana R. The potential of moringa
oleifera on mitochondrial biogenesis through increases total oxphos units
expression. J Eng Sci Technol. 2020;15(6):4214–22.
46. Malafaia AB, Nassif PAN, Ribas CAPM, Ariede BL, Sue KN, Cruz MA.
Obesity induction with high fat sucrose in rats. Arq Bras Cir Dig.
2013;26(Suplemento 1):17–21.
47. Becerril S, Rodríguez A, Catalán V, Sáinz N, Ramírez B, et al. Deletion of
Inducible Nitric-Oxide Synthase in Leptin-Deficient Mice Improves Brown
Adipose Tissue Function. 2010. PLOS ONE 5(6): e10962.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0010962
48. Sutherland, L. N., Bomhof, M. R., Capozzi, L. C., Basaraba, S. A. U. &
Wright, D. C. Exercise and adrenaline increase PGC-1α mRNA expression
in rat adipose tissue. J. Physiol. 587, (2009).
49. Wang, L. et al. Ellagic acid promotes browning of white adipose tissues in
high-fat diet-induced obesity in rats through suppressing white adipocyte
maintaining genes. Endocr. J. 66, (2019).
50. Kwak SG, Park S-H. Normality Test in Clinical Research. J Rheum Dis.
2019;26(1):5.
51. Gosselin RD. Guidelines on statistics for researchers using laboratory
animals: the essentials. Lab Anim. 2019;53(1):28–42.
42
52. Lee S, Lee DK. What is the proper way to apply the multiple comparison
test? Korean J Anesth. 2018;71(5):353–60.
53. Hubrecht RC, Carter E. The 3Rs and humane experimental technique:
Implementing change. Animals. 2019;9(10):1–10.
43
Lampiran 1. DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Try Intan Kartini
4. Agama : Islam
7. Email : try21001@mail.unpad.ac.id
Tahun Tahun
Jenjang Institusi Bidang Ilmu / Jurusan
Masuk Keluar
SD Negeri 038 2001 2006
SD -
Pekanbaru
SMP SMP Negeri 8 Pekanbaru - 2006 2009
SMA Negeri 8 2009 2012
SMA IPA
Pekanbaru
S1 Universitas Riau Pendidikan Dokter 2012 2016
Profesi Universitas Padjadjaran Dokter Umum 2016 2018
Anti-aging and
S2 Universitas Padjadjaran 2021
Aesthetic Medicine
9. Riwayat Pekerjaan :
Pekerjaan Tahun
Internship Dokter RS Indrasari Rengat-Riau 2019
Internship Dokter Puskesmas Air Molek-Riau 2019
44
45