Anda di halaman 1dari 100

PROPOSAL

ANALISIS HUBUNGAN POLA MAKAN DAN ASUPAN ZAT GIZI


MAKRO TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH DAN
KOLESTEROL TOTAL PADA REMAJA OVERWEIGHT DI SMA
KOTA MALANG

Siti Qodriyatus Solikhah

P17111173031

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN DAN DIETETIKA GIZI
MALANG
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Penelitian

Nama : Siti Qodriyatus Solikhah

NIM : P17111173031

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Malang,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Dr. Ir. Endang Sutjiati, M.Kes Dr. Annasari Mustafa, M.Kes


NIP. 195806201982032002 NIP.
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan proposal skripsi yang
berjudul “Analisis Hubungan Pola Makan dan Asupan Zat Gizi Makro Terhadap
Kadar Glukosa Darah dan Kolesterol Total Pada Remaja Overweight di SMA Kota
Malang” untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Skripsi. Sehubungan dengan
selesainya proposal skripsi ini, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Budi Susatia, S.Kp., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kemenkes Malang
2. Tapriadi, SKM, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang
3. Sutomo Rum Teguh K, M.Kes selaku Ketua Program Studi Sarjana
Terapan dan Dietetika Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
4. Dr. Nurahman, STP, MP selaku Ketua Penguji
5. Ir. Rr. Endang Sutjiati, M.Kes selaku Penguji I
6. Dr. Annasari Mustafa, M.Kes selaku Penguji II
7. Ibu dan Bapak saya, kakak saya Mas Afif, dan adik saya Daud yang
senantiasa memberikan kepercayaan, do’a, kasih sayang dan dukungan
8. Sahabat-sahabat saya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang
selalu memberikan motivasi dan kasih sayang
9. Tim terhebat saya Tim Hore dan Madizma yang selalu memberikan angin
sejuk di setiap langkah saya

Dengan adanya keterbatasan ilmu maupun pengalaman yang saya miliki,


saya percaya masih banyak kekurangan dalam proposal penelitian ini. Oleh karena
itu, saya mohon saran dan kritik untuk penyempurnaan proposal skripsi.

Malang, April 2020

Siti Qodriyatus Solikhah


DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL....................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 3
C. Tujuan........................................................................................... 3
D. Manfaat......................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Status Gizi Overweight
1. Definisi..................................................................................... 5
2. Penilaian Status Gizi................................................................ 6
3. Klasifikasi Status Gizi.............................................................. 8
4. Tipe Overweight....................................................................... 8
5. Faktor Risiko Overweight......................................................... 11
B. Pendampingan Deteksi Dini
1. Definisi..................................................................................... 16
2. Teknik Pendampingan............................................................. 17
3. Manfaat Deteksi Dini................................................................ 18
C. Asupan Makanan
1. Definisi..................................................................................... 19
2. Asupan Karbohidrat................................................................. 19
3. Asupan Serat........................................................................... 22
D. Gula Darah
1. Definisi..................................................................................... 24
2. Faktor-Faktor Penyebab Hiperglikemi...................................... 26
3. Pemeriksaan Gula Darah......................................................... 28
E. Aktivitas Fisik
1. Definisi..................................................................................... 31
2. Manfaat Aktivitas Fisik............................................................. 32
3. Pengukuran Aktivitas Fisik....................................................... 33
F. Kerangka Konsep
1. Kerangka Konsep.................................................................... 34
2. Penjelasan Kerangka Konsep.................................................. 35

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian............................................................................. 36
B. Tempat Dan Waktu Penelitian....................................................... 36
C. Populasi Dan Sampel Penelitian.................................................... 36
D. Variabel Penelitian......................................................................... 38
E. Definisi Operasional...................................................................... 38
F. Instrumen Penelitian...................................................................... 40
G. Jenis Data..................................................................................... 41
H. Rencana Pelaksanaan Pendampingan.......................................... 41
I. Metode Pengumpulan Data........................................................... 42
J. Metode Pengolahan Dan Analisis Data......................................... 42
K. Etika Penelitian.............................................................................. 45

BAB IV PERENCANAAN WAKTU DAN BIAYA


A. Perencanaan Waktu...................................................................... 47
B. Perencanaan Biaya....................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 49
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT)....................................... 9


Tabel 2.2 Kategori Tingkat Asupan Karbohidrat........................................ 22
Tabel 2.3 Angka Kebutuhan Serat Remaja............................................... 25
Tabel 2.4 Kategori Kadar Tes Laboratorium Darah................................... 31
Tabel 2.5 Kadar Glukosa Darah Sewaktu Dan Puasa............................... 31
Tabel 2.6 Klasifikasi Tingkat Aktivitas Fisik............................................... 35
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel.................................................... 40
Tabel 4.1 Rangkaian Perencanaan Waktu Penelitian............................... 48
Tabel 4.2 Perencanaan Biaya Penelitian................................................... 49
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 The Ominous Octet, delapan organ yang berperan dalam patogenesis
hiperglikemia pada DM tipe 2 26
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data yang didapatkan dari Riskesdas 2018 oleh Kementerian


Kesehatan Indonesia bahwa masih terdapat masalah mengenai berat badan
berlebih/overweight dan obesitas pada remaja maupun dewasa di Indonesia.
Pada rentang tahun 2007 sampai dengan 2018, berat badan berlebih memiliki
peningkatan prevalensi sebesar 5% dan obesitas meningkat sebesar 11,3%.

Di Jawa Timur, obesitas pada usia >18 tahun masih tinggi dibandingkan
dengan prevalensi obesitas secara menyeluruh di Indonesia, yaitu diatas 21,8%
(Riskesdas, 2018). Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2018
menunjukkan jumlah penderita status gizi lebih overweright dan obesitas usia >
15 tahun di Kota Malang sebesar 26,54%. Menurut penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Abdullah pada tahun 2014, obesitas terkait dengan banyak hal
kondisi medis, psikologis, dan sosial.

Dengan terus bertambahnya angka obesitas di Indonesia, maka perlu


diwaspadai terutama pada obesitas remaja karena memiliki risiko besar untuk
terkena berbagai penyakit kronik dan meningkatkan resiko obesitas pada dewasa
(ENHIS, 2009). Sebuah meta-analisis melaporkan hubungan yang signifikan
secara statistik antara obesitas pada anak-anak berusia 12-18 tahun terhadap
peningkatan insiden diabetes, penyakit jantung koroner dan beberapa kanker di
masa dewasa (Llewellyn, 2016).

Pola makan dikaitkan dengan obesitas sesuai dengan hasil analisis


komparatif menggunakan fisher exact test menunjukkan secara keseluruhan
terdapat hubungan yang sangat bermakna dengan asupan energi, karbohidrat,
protein dan lemak terhadap status obesitas. Dengan kata lain pola makan yang
dieksplorasi dalam penelitian ini dapat dikatakan sebagai salah satu faktor risiko
terjadinya obesitas. (Mokolensang, 2016)
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada murid SMA di
Yogyakarta dimana remaja dengan asupan energi berlebih berisiko 4,69 kali lebih
besar mengalami obesitas dibandingkan dengan remaja yang memiliki asupan
energi cukup. Demikian juga untuk asupan lemak dan karbohidrat yang
menunjukkan bahwa sebagian besar remaja yang obesitas memiliki rerata
asupan yang lebih tinggi. Remaja dengan asupan lemak dan karbohidrat yang
lebih, berisiko 2 kali lebih besar mengalami obesitas dibandingkan dengan remaja
yang memiliki asupan lemak dan karbohidrat cukup (Kurdanti, 2015).

Kadar low-density lipoprotein (LDL) tinggi dan kadar high-densitiy lipoprotein


(HDL) rendah ditemukan di antara kelompok remaja yang memiliki IMT lebih
tinggi, dengan peningkatan kadar kolesterol yang dicatat pada responden dengan
peningkatan berat badan. IMT tinggi dikaitkan dengan peningkatan kadar LDL
dan kolesterol serta penurunan kadar HDL. (Milyani, 2019). Terdapat hubungan
linier statistik antara indeks massa tubuh dan glukosa darah puasa, serta antara
rasio pinggang-pinggul dan glukosa darah puasa remaja sekolah menengah, hal
ini berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan pada remaja kelas 2 SMA
(Oluwayemi, 2015).

Pencegahan dan penanggulangan kegemukan dan obesitas pada anak


sekolah salah satunya dengan berfokus pada perubahan pikiran, perasaan,
perilaku guna mencapai tujuan terapi, hal penting yang dibutuhkan untuk
merubah perilaku adalah melalui peningkatan pengetahuan (Putri, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian (Nurmasyita, 2016) terdapat perubahan pendidikan
gizi pada remaja kelebihan berat badan menurunkan IMT remaja melalui
peningkatan pengetahuan tentang gizi.

Berdasarkan prevalensi kejadian gizi berlebih/overweight dan obesitas yang


masih terjadi pada remaja di Kota Malang maka perlu penelusuran faktor risiko
dan faktor penyebab terjadinya obesitas pada remaja yang dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit degeneratif dan dampak bahaya lainnya, sehingga
analisis yang dilakukan di SMA Kota Malang ini diharapkan dapat menjadi kajian
lebih dalam tentang faktor risiko dan faktor penyebab kejadian overweight pada
remaja.
B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan pola makan dan asupan zat gizi makro terhadap
kadar glukosa darah dan kolesterol total pada remaja overweight di SMA Kota
Malang?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis hubungan pola makan dan asupan zat gizi makro
terhadap kadar glukosa darah dan kolesterol total pada remaja overweight di
SMA Kota Malang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik remaja overweight dan non overweight
sebagai responden penelitian, meliputi umur, jenis kelamin, IMT, lingkar
pinggang, riwayat keluarga, tingkat pengetahuan dan asupan zat gizi
makro
b. Menganalisis pola makan remaja overweight dan non overweight di SMA
Kota Malang
c. Menganalisis asupan zat gizi makro remaja overweight dan non
overweight di SMA Kota Malang
d. Menganalisis kadar glukosa darah remaja overweight dan non
overweight di SMA Kota Malang
e. Menganalisis kolesterol total remaja overweight dan non overweight di
SMA Kota Malang
f. Menganalisis hubungan pola makan dan asupan zat gizi makro terhadap
kadar glukosa darah dan kolesterol total pada remaja overweight di SMA
Kota Malang
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teori
Sebagai kajian lebih dalam tentang faktor risiko dan faktor penyebab
kejadian overweight pada remaja overweight di SMA Kota Malang.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai acuan dalam melaksanakan intervensi lebih lanjut pada remaja
overweight
b. Sebagai acuan dalam kegiatan pencegahan kejadian obesitas pada
remaja overweight
c. Sebagai acuan dalam kegiatan penanggulangan kejadian obesitas pada
remaja overweight
E. Kerangka Konsep

Analisis Hubungan Pola Makan dan Asupan Zat Gizi Makro Terhadap Kadar
Glukosa Darah dan Kolesterol Total Pada Remaja Overweight di SMA Kota
Malang

Faktor-Faktor Risiko Remaja Overweight

Genetik Tingkat Pola Asupan Zat Aktivitas


Pengetahuan Makan Gizi Makro Fisik

= Variabel yang Diteliti

= Variabel yang Tidak Diteliti


F. Hipotesis Penelitian
1. Terdapat hubungan pola makan terhadap kadar glukosa darah dan kolesterol
total pada remaja overweight di SMA Kota Malang
2. Terdapat hubungan asupan zat gizi makro terhadap kadar glukosa darah dan
kolesterol total pada remaja overweight di SMA Kota Malang

Penyakit Metabolic Keterlambatan


Degeneratif Syndrome Respon/Berpikir

Glukosa Kolesterol
Darah Total
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja Overweight
Overweight dan obesitas di kalangan anak muda adalah masalah medis dan
sosial yang serius. Fenomena ini terjadi di negara berkembang pada kelas sosial
ekonomi karena adopsi gaya hidup yang tertutup bagi masyarakat barat. Kecuali
faktor genetik, prenatal dan sosiokultural kebiasaan, mengambil makanan
berkalori tinggi, kurangnya aktivitas fisik dan peningkatan waktu layar adalah
alasan utama (Seth & Sharma, 2012). Walaupun kebutuhan energi dan zat-zat
gizi lebih besar pada remaja daripada dewasa, akan tetapi terdapat sebagian
remaja yang asupannya terlalu banyak melebihi kebutuhannya, sehingga menjadi
gemuk. (Susilowati & Kuspriyanto, 2016).
Masalah kelebihan gizi pada remaja maupun dewasa merupakan masalah
penting, selain mempunyai risiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat
memengaruhi produktifitas kerja. Oleh sebab itu, pemantauan keadaan tersebut
perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan
mempertahankan berat badan yang ideal atau normal. Cara pemantauan berat
badan normal dapat menghitung IMT atau Indeks Massa Tubuh.
Laporan FAO/WHO/UNU menyatakan bahwa batasan berat badan normal
ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia, istilah Body
Mass Index diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). Untuk
kepentingan pemantauan dan tingkat defisiensi energi ataupun tingkat
kegemukan, batas ambang di Indonesia dibagi berdasarkan pengalaman klinis
dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang, sebagai berikut :
Tabel 1. Klasifikasi Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)
Sumber : Kemenkes RI, 2003

B. Penyebab dan Faktor Risiko Overweight dan Obesitas


Menurut Hendra (2016), obesitas memiliki faktor penyebab dan risiko,
terdapat beberapa faktor risiko dan penyebab yang menyebabkan kondisi
overweight dan obesitas, yaitu :
1. Penyebab Obesitas
Berdasarkan penyebab, obesitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Obesitas primer
Obesitas primer disebabkan terlebih karena asupan gizi yang terlalu
berlebihan. Biasanya pada orang yang sulit mengatur konsumsi
makanan.
b. Obesitas sekunder
Obesitas sekunder tidak dihubungkan dengan konsumsi makanan.
Obesiitas sekunder merupakan obesitas yang disebabkan oleh karena
suatu kelainan atau penyakit seperti hipotiroid, hipogonadisme,
hiperkortisolisme, dan lain-lain.
2. Faktor Risiko Overweight dan Obesitas
Faktor risiko yang berkontribusi menyebabkan obesitas antara lain :
a. Faktor genetik
Beberapa penyakit keturunan yang sangat jelas terkait dengan
obesitas antara lain sindrom Prader-Willi dan sindrom Bardet-Biedel.
Gemuk atau kurus badan seseorang bergantung pada faktor DNA yang
merupakan komponen molekul dasar genetika yang tersusun atas
nukleotida-nukleotida. Remaja yang memiliki orang tua dengan badan
gemuk akan mewariskan tingkat metabolisme yang rendah dan memiliki
kecenderungan kegemukan bila dibandingkan dengan remaja yang
memiliki orang tua dengan berat badan normal. Peningkatan insidensi
obesitas pada sebagian besar kasus bukan merupakan faktor genetik
melainkan faktor eksternal yang berperan lebih besar.
Hasil penelitian juga didapatkan bahwa faktor riwayat keturunan
juga mempunyai peran yang cukup besar terhadap terjadinya obesitas
pada remaja yaitu 38 orang remaja dengan presentase 76% dari hasil
penelitian pada 50 orang remaja obesitas di Kota Bitung, hal ini
menjelaskan bahwa faktor genetik juga mempunyai peran dalam
terjadinya obesitas, remaja dengan obesitas cenderung memiliki orang
tua yang obesitas.
b. Kuantitas dan kualitas makanan
Peningkatan konsumsi makanan olahan yang mudah dikonsumsi
menyebabkan pergeseran kebiasaan makan pada remaja. Makanan
tersebut, yaitu makanan cepat saji (junk food) yang mempunyai densitas
energi yang lebih tinggi daripada makanan tradisional pada umumnya,
sehingga menyebabkan energi masuk secara berlebihan.
c. Aktivitas Fisik
Faktor pola hidup, aktivitas fisik dan lingkungan juga berperan
terhadap terjadinya obesitas, dari hasil penelitian Susi (2010) terhadap
50 orang remaja obesitas didapatkan bahwa 12 orang remaja dengan
presentase 24% yang mengalami obesitas berdasarkan faktor pola
hidup, aktivitas fisik dan lingkungan. Remaja yang kurang melakukan
aktivitas fisik cenderung mengalami obesitas karena kurangnya aktivitas
menyebabkan menumpuknya lemak tubuh dengan berlebihan,
kurangnya aktivitas fisik yang tidak mengimbangi asupan makan juga
menjadi pemicu terjadinya obesitas pada remaja.
d. Status sosial ekonomi
Pendapatan dari seseorang juga berpengaruh dalam terjadinya
obesitas. Seseorang dengan pendapatan yang besar dapat membeli
makanan jenis apa pun, baik itu makanan bergizi, makanan sehat,
makanan tinggi kalori seperti junk food, fast food, softdrink dan masih
banyak lainnya. Seseorang dengan pendapatan yang rendah cenderung
mengkonsumsi makanan yang kurang bergizi ataupun makanan kurang
higienis yang dapat menyebabkan suatu kondisi tubuh yang buruk untuk
mereka.
e. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi menyebabkan orang tidak melaksanakan
kegiatan secara manual yang memerlukan banyak energi. Orang yang
menggunakan kendaraan bermotor semakin banyak daripada orang
yang berjalan kaki atau bersepeda. Komputer, internet, dan video game
juga telah menjadi gaya hidup remaja belakangan ini sehingga akan
meningkatkan sedentary time dari remaja.
Kemajuan teknologi masa kini membuat para remaja lebih sering
menghabiskan waktu dengan duduk berjam-jam memainkan
smartphone, main komputer dan juga menonton TV sehingga kurangnya
melakukan aktivitas lainnya seperti bermain sepak bola atau olahraga
lainnya.
f. Lingkungan
Perilaku hidup sehari hari dan budaya suatu masyarakat akan
mempengaruhi kebiasaan makan dan aktivitas fisik tertentu. Lingkungan
keluarga sangat berperan dalam pola makan dan kegiatan yang
dikerjakan dalam sehari-hari. Hal ini juga berkaitan dengan pendidikan di
sekitar lingkungannya.
g. Aspek psikologis
Asupan makanan pada setiap individu, dapat dipengaruhi oleh
kondisi mood, mental, kepribadian, citra diri, persepsi bentuk tubuh, dan
sikap terhadap makanan dalam konteks sosial.
Hasil dari penelitian juga menunjukan bahwa faktor psikis
mempengaruhi terjadinya obesitas pada remaja yaitu 7 orang remaja
dengan presentase 14% dari hasil penelitian pada 50 orang remaja
obesitas, stress atau kekecewaan yang biasanya dialami oleh remaja
biasanya mempengaruhi peningkatan nafsu makan, gangguan pola
makan akibat stress dapat berupa pola makan berlebihan atau nafsu
makan yang meningkat ketika menggalami stress karena masalah yang
sering terjadi pada masa remaja.
C. Patofisiologis Overweight dan Obesitas
Obesitas terjadi akibat gangguan dari mekanisme homeostasis yang
mengontrol keseimbangan energi dalam tubuh. Jaringan lemak merupakan
tempat penyimpanan energi yang paling besar menyimpan energi dalam bentuk
trigliserida melalui proses lipogenesis yang terjadi sebagai respons terhadap
kelebihan energi dan memobilisasi energi melalui proses lipolisis sebagai respon
terhadap kekurangan energi. Regulasi keseimbangan energi memerlukan sensor
dari penyimpanan energi di jaringan adiposa, mekanisme kontrol dari sistem
pusat (hipotalamus) untuk integrasi berikutnya, yang mana akan menentukan
kebutuhan asupan makanan dan pengeluaran energi.
Hipotalamus berperan penting dalam proses inisiasi makan. Adanya
gangguan pada jalur sinyal “makan” mempengaruhi nucleus hipotalamikus medial
sehingga meningkatkan rasa lapar, dengan cara :
1. Meningkatkan respon terhadap sinyal oreksigenik seperti ghrelin dan
menstimulasi Neuropeptida Y, dan
2. Menghambat respon sinyal adiposit seperti leptin dan menghambat POMC
(Proopiomelanocortin) di hipotalamus. Hal ini sering ditemukan pada pasien
dengan Craniopharyngioma dengan lesi di hipotalamus, terutama yang
berpengaruh terhadap ncl. Arcuata, ncl. Ventromedial, dan ncl dorsomedial
yang berperan penting dalam persepsi lapar-kenyang seorang individu.
Lipogenesis merupakan proses deposisi lemak dan meliputi proses sintesis
asam lemak dan kemudian sintesis trigliserida yang terjadi di hati pada daerah
sitoplasma dan mitokondria dan jaringan adiposa. Peristiwa ini terjadi akibat
rangsangan dari diet tinggi karbohidrat, namun juga dapat dihambat oleh adanya
asam lemak tak jenuh ganda dan dengan berpuasa. Efek tersebut sebagian
diperantarai oleh hormon yang dapat menghambat (contoh : Hormon
pertumbuhan, Leptin) atau merangsang (seperti insulin) lipogenesis.
Insulin menstimulasi liopogenesis dengan cara meningkatkan pengambilan
glukosa di jaringan adiposa melalui transporter glukosa menuju membran plasma,
mengaktivasi enzim lipogenik dan glikolitik, serta menyebabkan SREBP -1 (Sterol
Regulatory Element Binding Protein-1) meningkatkan ekspresi dan kerja enzim
glukokinase yang berakibat pada peningkatan konsentrasi metabolit glukosa.
Leptin dengan kerja sebaliknya, membatasi penympanan lemak dengan
mengurangi masukan makanan (meningkatkan ekspresi gen Corticotropin
-Releasing Factor di hipotalamus yang berakibat penurunan kebutuhan makanan)
dan mempengaruhi jalur metabolik spesifik di adiposa dan jaringan lainnya. Leptin
mengirimkan sinyal ke otak tentang jumlah penyimpanan lemak. Hormon ini
merangsang pengeluaran gliserol dari adiposit dengan menstimulasi oksidasi
asam lemak dan emnghambat lipogenesis.
Lipolisis merupakan proses dekomposisi kimiawi dan penglepasan lemak
dari jaringan lemak. Enzim Hormone Sensitive Lipase (HSL) menyebabkan
terjadinya hidrolisis trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Asam
lemak kemudian mengalami proses re-esterifikasi, kemudian di lepas ke dalam
sirkulasi darah, dibentuk menjadi ATP (Adenosin Trifosfat) lalu dibawa kel
sirkulasi darah yang kemudian akan menjadi sumber energi bagi jaringan yang
membutuhkan. Mobilisasi asam lemak dari jaringan lemak dihambat oleh hormon
insulin.
Asupan makanan direguasi oleh 4 proses : faktor olfaktorik dan gustatorik,
distensi gastrointestinal, penglepasan hormon gastrointestinal seperti insulin,
kolesistokinin, dan gastrin releasing petide, serta aktivasi komponen termogenik
dari sistem saraf simpatis eferen. Serum insulin menstimulasi penglepasan leptin
dari jaringan adiposit yang kemudian menurunkan kebutuhan asupan makanan
dengan mempengaruhi kolesistokinin (CCK) dan Neuropeptide Y (NPY). Namun,
insulin terutama bekerja untuk meningkatkan penyerapan makanan dengan
menurunkan kadar glukosa darah.
Pengeluaran energi ditentukan oleh aktivitas fisik, metabolic rate, dan
termogenesis. Bagian metabolik dari pengeluaran energi termasuk di dalamnya
kerja dari kardio-respiratorik individu. Aktivitas fisik meningkatkan pengluaran
energi dengan mengaktifkan kerja otot skelet. Aktivitas fisik dapat dibagi menjadi
aktivitas olahraga dan aktivitas non-olahraga (berhubungan dengan ativitas kerja
dan aktivitas sehari-hari).
D. Dampak Overweight dan Obesitas
1. Penyakit Akibat Obesitas
Kondisi obesitas akan berakibat pada peningkatan resiko hipertensi,
diabetes mellitus, penyakit kardiovaskuler, dislipidemia, gagal ginjal dan
respon inflamasi, hipertensi, stroke, dan jenis kanker tertentu. Keadaan
menjadi gemuk dapat melemahkan kesehatan fisik dan kesejahteraan yang
pada akhirnya dapat menyebabkan hidup yang lebih singkat. Ini juga dapat
mengakibatkan kondisi sosial yang tidak biasa dan perasaan kesal, yang
dapat menciptakan lebih banyak tekanan dan risiko risiko masalah mental.
Pertambahan massa lemak selalu disertai dengan perubahan
fisiologis tubuh yang biasanya dampak klinisnya bergantung pada distribusi
regional massa lemak tersebut. Penumpukkan massa lemak di thorax
menyebabkan gangguan fungsi respirasi, sedangkan obesitas intraabdomen,
akan mendorong perkembangan hipertensi, peningkatan kadar insulin
plasma, sindroma resistensi insulin, hipertrigliserid, dan hiperlipidemia.
a. Penyakit Kardiovaskular (CVD)
Obesitas merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler.
Menurut penelitian yang ada terdapat peningkatan penyakit
kardiovaskuler pada orang dengan indeks massa tubuh yang berlebih.
Resistensi insulin, dislipidemia, dan hipertensi yang muncul secara
bersama sama merupakan ciri-ciri sindrom metabolik yang dikenal juga
dengan istilah sindroma X. Beberapa mekanisme terkaitnya obesitas
dengan hipertensi meliputi bertambahnya volume darah sebagai akibat
peningkatan retensi garam.
Peningkatan asupan energi, protein, dan karbohidrat akan
meningkatkan katekolamin plasma dan aktivitas sistem saram simpatis.
Komponen dislipidemia termasuk tingginya kadar kolesterol total,
trigliserida, LDL dan rendahnya kadar HDL memiliki peran utama dalam
peningkatan aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular. Kolesterol total
termasuk salah satu indikator untuk menentukan risiko penyakit
kardiovaskular.
b. Hipertensi
Hiperkolesterolemia atau peningkatan kadar kolesterol total umumnya
tidak menimbulkan gejala, sehingga pemeriksaan untuk pencegahan dan
pemeriksaan rutin kadar kolesterol diperlukan sebagai tindakan
pencegahan bagi individu yang beresiko tinggi individu yang beresiko
tinggi.
Kondisi hiperkolesterol bisa menyebabkan permasalahan diantaranya
aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah), penyakit jantung koroner,
stroke, dan tekanan darah tinggi. Kadar kolesterol total darah sebaiknya
adalah < 200 mg/dl, bila ≥ 200 mg/dl berarti risiko untuk terjadinya
penyakit jantung meningkat. Hubungan antara obesitas dan tingginya
kadar kolesterol darah telah di laporkan baik pada anak maupun
dewasa. Gorces C dkk melaporkan bahwa obesitas berhubungan
dengan abnormalitas kolesterol dalam darah yaitu meningkatnya
kolesterol dalam darah pada usia lebih dari 30 tahun (Hastuty, 2018).
Ada beberapa mekanisme yang menjelaskan eratnya korelasi antara
obesitas dan hipertensi, yang meliputi :
1) Bertambahnya volume darah sebagai akibat peningkatan retensi
garam, dianggap bahwa hal ini disebabkan oleh efek antinatriuretik
dari kenaikan kadar insulin
2) Perubahan kadar hormon mempengaruhi regulasi tekanan darah,
misalnya, produksi kortisol oleh jaringan adipose meningkat, leptin
dan angiotensinogen yang dilepaskan dari jaringan adipose
meninmbulkan efek hipertensi langsung
3) Tingginya asupan garam dan rendahnya tingkat kebugaran fisik ikut
berperan
c. Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar
glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupung relatif
(Basuki&Fitriah, 2013). Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh
kurangnya sekresi insulin, namun karena sel sel sasaran insulin gagal
atau tidak mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim
disebut sebagai “resistensi insulin”. Resistensi insulin banyak terjadi
akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta penuaan
(Teixeria, 2011). Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan
kadar glukosa darah, pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat
menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200 mg
(Buraerah, 2010).
Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan
gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi insulin
gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan
baik, pada perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel B
pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas akan terjadi secara progresif
seringkali akan menyebabkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya
penderita memerlukan insulin eksogen. Pada penderita diabetes melitus
tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu
resistensi insulin dan defisiensi insulin.
Diagnosis diabetes mellitus tipe 2 dilihat dari keluhan dan gejala yang
khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200 mg/dl,
glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa
lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-
kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk
konfirmasi diagnosis DM pada hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO) yang abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan
khas hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik akut, seperti
ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat.
2. Dampak Patologis
Dampak patologis dari overweight dan obesitas dapat dilihat pada
tabel dibawah ini
Tabel. Dampak patologis overweight dan obesitas

Jenis Efek Contoh Penyakit/Dampak Patologis


Efek metabolik - Diabetes mellitus tipe 2 (gangguang toleransi glukosa, resistensi
insulin)
- Penyakit kardiovaskular, termasuk abnormalitas yang turut berperan :
hipertensi, dislipidemia, dan gangguan pemebukan darah
- Kanker (kolon, payudara, endometrium, ginjal, dan esophagus),
terkait dengan upregulation pada pertumbuhan sel, atau peningkatan
kadar hormone
- Disfungsi hormonal : kelainan menstrusasi, kesulitan untuk hamil,
dan perubahan anatomis
Efek mekanis - Muskuloskletal (termasuk osteoarthritis pada sendi yang menahan
berat badan serta nyeri punggung), mengakibatkan kecacatan
- Vena varikosa, edema
- Kesulitan bernapas, termasuk berhentinya napas ketika tidur (sleep
apnoea) dan sesak napas
Komplikasi bedah Risiko anestetik, buruknya penyembuhan luka, infeksi dada, risiko
thrombosis
Efek psikologis sosial - Keletihan, rendah diri, depresi
- Masalah dalam hubungan keluarga, isolasi
- Diskriminasi
Sumber : (Barasi, 2007)
Berbagai dampak di atas memiliki efek yang sangat besar pada
kualitas hidup dan pengalaman social penderitas obesitas dan dapat
berimplikasi serius terhadap tingkat morbiditas.
3. Efek Metabolik Obesitas
Resistensi insulin, dislipidemia, dan hipertensi merupakan akibat
metabolic utama dari obesitas (Barasi, 2007). Kemungkinan beberapa
penyakit ini secara bersamaan merupakan ciri-ciri metabolic syndrome (juga
dikenal dengan istirah sindrom resistensi insulin atau sindrom X). Umumnya,
sindrom ini menyebabkan terhadap diabetes mellitus tipe 2.
a. Kriteria Diagnosis Sindrom Metabolik
1. Obesitas sentral, dengan lingkar pinggang di atas nilai ambang
batas untuk pria (90 cm) dan wanita (80 cm)
2. Peningkatan trgliserida serum di atas (1,7 mmol/L)
3. Kadar HDL yang rendah
- Pria = di bawah 1,03 mmol/L
- Wanita = di bawah 1,29 mmol/L
4. Glukosa plasma puasa di atas 5,6 mmol/L atau didiagnosis
menyandang diabetes milletus tipe 2
5. Tekanan darah sistolik di atas 130 mmHg, tekanan darah diastolic di
atas 86 mmHg, atau sedang menjalani terapi hipertensi
b. Resistensi Insulin
Fungsi normal insulin secara keseluruhan ialah sebagai hormone
yang bekerja pada sejumlah jaringan, memacu penyimpanan zat gizi,
dan mencegah katabolisme. Kadar insulin normalnya meningkat setelah
makan dan menurun setelah makan, ketika metabolit yang terseimpan
digunakan untuk energi. Kondisi yang terjadi ketika respons terhadap
insulin ditekan disebut resistensi insulin. Pada orang yang mengalami
kondisi tersebut, diperlukan kadar insulin dalam plasma yang lebih tinggi
untuk menyamakan tingkat kontrol glikemik pada orang normal.
Mekanisme resistensi insulin menunjukkan kegagalan penghantaran
sinyal oleh pembawa pesan kedua (second messenger signaling),
adanya anatgonis, defek suatu enzim selular tunggal atau kejenuhan sel
karena terlalu banyak dibebani karbohidrat atau lemak.
E.Tingkat Pengetahuan
Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi remaja adalah
pengetahuan gizi. Pengetahuan tentang gizi akan berpengaruh terhadap sikap
dan perilaku dalam pemilihan makanan. Pada masa ini dalam pemilihan makanan
remaja dipengaruhi oleh selera dan keinginan yang cenderung pada pemilihan
makanan yang tinggi kalori dan lemak sehingga dapat memicu pertumbuhan
berat badan. Pada remaja yang memiliki pengetahuan yang baik maka akan lebih
memperhatikan asupan makan yang seimbang sehingga status gizinya baik
(Hidayanti dkk , 2016)
F. Asupan Zat Gizi Makro
Zat gizi makro terdiri dari asupan energi, asupan karbohidrat, asupan lemak
dan asupan protein merupakan gambaran dari konsumsi yang berlebihan yang
mempengaruhi kejadian obesitas. Berdasarkan penelitian Kurdati dkk, (2015)
dikatakan bahwa asupan energi berlebih berisiko 4,69 kali lebih besar
mengalami obesitas dibandingkan dengan remaja yang memiliki asupan energi
cukup.
Demikian juga untuk asupan lemak dan karbohidrat yang menunjukkan
bahwa sebagian besar remaja yang obesitas memiliki rerata asupan yang lebih
tinggi (lemak 106,3 g vs 88,0 g dan karbohidrat 356,2 g vs 307,1 g). Remaja
dengan asupan lemak dan karbohidrat yang lebih, berisiko 2 kali lebih besar
mengalami obesitas dibandingkan dengan remaja yang memiliki asupan lemak
dan karbohidrat cukup. Asupan zat gizi makro, antara lain, yaitu :
1. Asupan Energi
Asupan energi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan
yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absorbsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mepertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal
dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Asupan energi yang dibutuhkan
seseorang berbeda satu dengan yang lainnya. Kebutuhan energi seseorang
sebagian besar di ambil dari makronutrien seperti karbohidrat, protein, dan
lemak. Selain dari makronutrien tubuh juga membutuhkan zat gizi lainnya
untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
2. Asupan Karbohidrat
Karbohidat adalah zat gizi makanan yang salah satu fungsinya untuk
menyediakan energi yang digunakan oleh tubuh. Bahan makanan sumber
karbohidrat berasal dari makanan pokok seperti biji-bijian (beras, jagung,
sagu) dan umbi-umbian (kentang, singkong, ubi jalar dan kacang-kacangan).
Karbohidrat sebagai makanan pokok mengandung zat pati dan gula yang
mampu menghasilkan energi untuk berbagai aktivitas, setiap pembakaran 1
gram karbohidrat mampu 21 menghasilkan 4 kalori. Fungsi dari karbohidrat
adalah sumber energi, pemberi rasa manis pada makanan, penghemat
protein, pengatur metabolisme lemak,dan membantu pengeluaran feses.
3. Asupan Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian
terbesar tubuh setelah air. Otot, tulang, tulang rawan, kulit, enzim, hormon,
matriks intraselluler, dan sebagainya adalah protein. Disamping itu asam
amino yang membentuk protein bertindak sebagai prekusor sebagian besar
koenzim, hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul yang essensial.
Protein terdapat pada pangan nabati dan hewani dan salah satu fungsinya
menjaga dan memperbaiki jaringan sel. Makanan yang mengandung protein,
seperti: daging sapi, daging ayam, ikan, susu, kacang-kacangan, biji-bijian,
tahu, tempe dan oncom). Pembakaran 1 gram protein mampu menghasilkan
4 kalori. Protein diperlukan untuk pembentukan dan perbaikan semua
jaringan didalam tubuh termasuk darah, enzim, hormon, kulit, rambut, dan
kuku.
4. Asupan Lemak/Lipid
Lipid meliputi senyawa heterogen termasuk lemak dan minyak yang
dikenal dalam makanan, fosfolipid, sterol, dan ikatan lain sejenis yang
terdapat didalam makanan dan tubuh manusia. Lipid mempunyai sifat sama
yaitu larut dalam pelarut nonpolar, seperti etanol, eter, kloroform, dan
benzena. Lemak berfungsi untuk memberikan energi kepada tubuh.
Disamping sebagai sumber energi tubuh, lemak juga merupakan bahan
pelarut dari beberapa vitamin yaitu vitamin A, D, E, dan K. Beberapa jenis
bahan makanan yang mengandung lemak, yaitu: mentega, margarine,
minyak, susu, keju, daging, dan lain-lain. Satu gram lemak setara dengan 9
kalori.
G. Pola Makan atau Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan merupakan kebiasaan yang dilakukan remaja berkaitan
dengan konsumsi makanan yang mencakup jenis makanan, jumlah frekuensi
mengonsumsi makanan, distribusi makanan dalam keluarga dan cara memilih
makanan yang dapat diperoleh berdasarkan faktor-faktor sosial budaya disekitar
lingkungan tempat tinggalnya.
Menurut Soekatri (2011), pada usia remaja, kebiasaan makan dipengaruhi
oleh lingkungan, teman sebaya, kehidupan sosial, dan kegiatan yang
dilakukannya di luar rumah. Remaja mempunyai kebiasaan makan di antara
waktu makan, berupa jajanan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pilihan
jenis makanan yang dilakukan lebih penting daripada tempat atau waktu makan.
Remaja umumnya mengkonsumsi junk food sehingga asupan karbohidrat, lemak,
gula, garam (Na), dan protein lebih besar daripada yang diperlukan.
Remaja biasanya telah mempunyai pilihan sendiri terhadap makanan yang
disukainya. Pada masa ini telah terbentuk kebiasaan makan yang tidak sehat,
yaitu seringnya anak sekolah jajan di luar rumah. Kebanyakan orang membatasi
makanan yang mereka makan sesuai dengan mereka sukai atau nikmati.
Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan
pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung
berlanjut ke dewasa dan lansia (Arisman, 2010).
Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada
kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut.
Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan
pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung
berlanjut hingga ke dewasa, dan lansia. Sementara obesitas itu sendiri
merupakan salah satu faktor resiko penyakit degeneratif seperti penyakit
kardiovaskular, diabetes mellitus, penyakit kantong empedu, beberapa jenis
kanker, dan berbagai gangguan kulit (Siagian, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Hendra (2016) di Kota Bitung
pada 50 orang terdapat 49 orang remaja dengan presentase 98% yang
mengalami obesitas berdasarkan pola makan. Hal ini menjelaskan bahwa pola
makan merupakan faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap obesitas pada
remaja.
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan :
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan
Menurut Khomsan (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi
kebiasaan makan remaja adalah sebagai berikut:
1) Pengaruh teman sebaya, remaja yang beraktivitas banyak dilakukan di
luar rumah membuat individu sering dipengaruhi teman sebayanya;
2) Tingkat ekonomi, dari sudut pandang ekonomi, remaja menjadi pasar
yang potensial untuk produk makanan tertentu, umumnya remaja
mempunyai uang saku, hal ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh
pemasang iklan melalui berbagai media cetak maupun elektronik
3) Suasana dalam keluarga, suasana dalam keluarga yang menyenangkan
berpengaruh pada pola kebiasaan makan, hal ini mungkin dilandasi oleh
ada atau tidak adanya kebiasaan makan bersama, oleh karena itu
kebiasaan makan bersama akhirnya luntur karena tiadanya waktu saling
berkumpul, apalagi makan bersama;
4) Kemajuan insdustri makanan, kehadiran fast food dalam industri makanan
di Indonesia memengaruhi pola makan kaum remaja di kota, khususnya
bagi remaja tingkat menengah ke atas, restaurant fast food merupakan
tempat yang tepat untuk bersantai, makanan yang ditawarkan pun relatif
dengan harga yang terjangkau kantong mereka, servisnya cepat, dan jenis
makanannya memenuhi selera.
2. Kaitan Kebiasaan Makan dengan Status Gizi
Kebiasaan makan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Pada
masa remaja terjadi perubahan biologis, emosional, sosial dan kognitif.
Perubahan ini berpengaruh langsung terhadap status gizi. Pertumbuhan
dan perkembangan yang dialami remaja secara dramatis menaikkan
kebutuhan akan zat gizi (Brown dalam Savitri, 2015).
Kebiasaan makan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup
zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan
secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila
tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih esensial.
Remaja putri yang mengonsumsi camilan atau makanan ringan
sebanyak 43,3% dengan frekuensi 3-5 kali/minggu. Adapun persentase
tertinggi mengonsumsi camilan setiap hari adalah sebesar 20%. Adapun
sebagian besar 66,7% remaja putri menyatakan setiap hari membeli dan
mengonsumsi jajanan di sekolah. Sedangkan dalam mengonsumsi fast
food dan soft drink sebanyak 81,7% remaja putri mengonsumsi fast food 1-
2 kali/minggu.
H. Pengukuran Asupan Zat Gizi
Menurut Supariasa (2016), pengukuran konsumsi makanan individu dan
kelompok ada 2, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif, metode-metode tersebut
adalah :
A. Metode Kuantitatif
1. Metode Recall 24 Jam
Metode food recall adalah metode untuk menilai konsumsi pangan
individual dengan cara mengingat-ngingat pangan apa saja yang
dikonsumsi seseorang pada kurun waktu 24 jam yang lalu (Siagian, 2010).
Metode recall 24 jam dilakukan sebanyak dua kali, dan dipilih hari yang
mewakili hari kerja dan yang mewakili hari libur. Menurut Supariasa
(2010), apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1 x 24 Jam) maka
data yang diperoleh kurang refresentatif untuk menggambarkan kebiasaan
makan individu.
Oleh karena itu, recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang kali
dan harinya tidak berturut-turut.sampel diwawancarai tanpa diberitahu
terlebih dahulu, hal ini untuk memastikan bahwa sampel tidak membuat
perubahan apapun selama penelitian ini dilaksanakan, peneliti
menanyakan tentang semua kegiatan, makanan dan minuman yang
dimakan pada 24 jam yang lalu, termasuk metode memasak dan estimasi
ukuran porsi dengan bantuan sebuah foto ukuran rumah tangga yang
peneliti telah buat yang telah distndarisasi, kemudian hasilnya
dirataratakan menjadi rata-rata asupan perhari. Dan dimasukkan kedalam
nutrisurvey, sehingga dapat diketahui seberapa besar asupannya
(Asmawati , 2013).
 Kelebihan dan kekurangan metode recall 24 jam, yaitu :
a. Kelebihan metode recall 24 jam
1) Mudah dilaksanakan dan tidak membebani responden
2) Biaya relative murah
3) Membutuhkan waktu yang cepat
4) Lebih objektif
5) Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf
6) Dapat memberikan gambaran nyata makanan yang benar-
benar dikonsumsi individu
b. Kekurangan metode recall 24 jam
1) Ketepatan bergantung pada daya ingat responden
2) Sering terjadi kesalah dalam memperkirakan porsi makanan
3) Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dalam
menggunakan alat-alat bantu URT
4) Tidak dapat menggambarkan asupan makanan yang actual
jika hanya dilakukan recall selama satu hari
2. Metode Estimated Food Record
Metode ini dugunakan unutk mencatat jumlah atau ukuran porsi
makanan yang dikonsumsi individu frngan perkiraan menggunakan ukuran
rumah tangga (URT). Langkah-langkah pelaksanaan food record sebagai
berikut :
1) Responden mencatat makanan dan minuman yang dikonsumsi
dalam URT (ukuran rumah tangga). Deskripsi makanan harus
dijelaskan, meliputi :
a. Nama makanan
b. Cara pengolahan
c. Kondisi makanan (mentah atau dimasak)
d. Komposisi (bumbu-bumbu, bahan tambahan, dan lain-lain)
2) Memperkirakan jumlah makanan yang dikonsumsi (porsi penyajian
dikurangi berat makanan yang tidak dimakan atau sisa)
menggunakan URT.
3) Jika ada menu yang dimakan di luar rumah, responden diminta
untuk mencatat jumlah makanan yang dikonsumsi.
4) Jumlah bahan makanan dalam sehari kemudian dihitung
menggunakan nutrisurvey dan membandingkan hasilnya dengan
AKG.
Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi yang mendekati
asupan sebenarnya (true intake) tentang jumlah energi dan zat gizi yang
dikonsumsi oleh individu.
 Kelebihan dan kekurangan metode estimated food record yaitu :
a. Kelebihan metode estimated food record
1) Metode ini relative murah dan cepat
2) Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar
3) Dapat menilai pola makan dan kebiasaan makan yang
berhubungan social ekonomi dan lingkungan dari responden
4) Hasilnya relative lebih akurat
5) Dapat membantu interpretasi data laboratorium,
antropometri, dan klinis
b. Kekurangan metode estimated food record
1) Membutuhkan kerjasama yang tinggi dengan responden
2) Metode ini dapat membebani responden
3) Sangat bergantung pada kejujuran dan kemampuan
responden dalam mencatat dan memperkirakan jumlah
konsumsi
4) Analisis data harus lebih intensif
B. Metode Kualitatif
1. Metode Riwayat Makanan/Dietary History
Metode ini memberikan gambaran pola konsumsi berdasarkan
pengamatan dalam waktu yang cukup lama (bisa 1 minggu, 1 bulan atau
1 tahun). Metode ini terdiri dari 3 komponen:
1) Komponen pertama adalah wawancara (termasuk recall 24 jam),
yang mengumpulkan data tentang apa saja yang dimakan
responden selama 24 jam terakhir
2) Komponen kedua adalah tentang frekuensi penggunaan dari
sejumlah bahan makanan dengan memberikan daftar (check list)
yang sudah disiapkan untuk mengecek kebenaran dari recall 24 jam
tadi.
3) Komponen ketiga adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 hari
sebagai cek ulang
 Langkah-langkah pelaksanaan metode riwayat makan:
1) Petugas menanyakan kepada responden tentang pola kebiasaan
makanannya. Variasi makan pada hari-hari khusus seperti hari
libur, dalam keadaan sakit dan sebagainya juga dicatat. Termasuk
jenis makanan, frekuensi penggunaan, ukuran porsi dalam URT
serta cara memasaknya (direbus, digoreng, dipanggang dan
sebagainya).
2) Lakukan pengecekan terhadap data yang diperoleh dengan cara
mengajukan pertanyaan untuk kebenaran data tersebut.
Hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengumpulan data
adalah keadaan musim-musim tertentu dan hari-hari istimewa seperti
hari pasar, awal bulan,hari raya dan sebagainya. Gambaran konsumsi
pada hari-hari tersebut harus dikumpulkan. Terdapat kelebihan dan
kekurangan metode riwayat makan, yaitu :
a. Kelebihan metode riwayat makan:
1) Dapat memberikan gambaran konsumsi pada periode yang
panjang secara kualitatif dan kuantitatif.
2) Biaya relative murah
3) Dapat digunakan di klinik gizi untuk membantu mengatasi
masalah kesehatan yang berhubungan dengan diet pasien.
b. Kekurangan metode Riwayat Makan:
1) Terlalu membebani pihak pengumpul data dan responden
2) Sangat sensitive dan membutuhkan pengumpul data yang
sangat terlatih.
3) Tidak cocok dipakai untuk survei-survei besar
4) Data yang dikumpulkan hanya berupa kualitatif
5) Biasanya hanya difokuskan pada makanan khusus,
sedangkan variasi makanan sehari-hari tidak diketahui
2. Metode Frekuensi Konsumsi Pangan
Metode Frekuensi Makanan adalah untuk memperoleh data tentang
frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama
priode tertentu seperti hari, bulan atau tahun. Selain itu dengan metode
Frekuensi Makanan dapat memperoleh gambaran pola konsumsi bahan
makanan secara kualitatif, tapi karena periode pengamatannya lebih lama
dan dapat membedakan individu berdasarkan rangking tingkat konsumsi
zat gizi, maka cara ini paling sering digunakan dalam penelitian
epidemiologi gizi.
Kuesioner Frekuensi Makanan memuat tentang daftar bahan
makanan atau makana dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada
periode tertentu. Bahan makanan yanga ada dalam daftar kuesioner
tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering
responden.
 Langkah-langkah pelaksanaan Metode Frekuensi Makanan:
1) Responden diminta untuk member tanda pada daftar makanan
yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi
penggunaannya dan ukuran porsinya.
2) Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-jenis
bahan makanan terutama bahan makanan yang merupakan
sumber-sumber zat gizi tertentu Hal yang perlu mendapat
perhatian dalam pengumpulan data adalah keadaan musim-
musim tertentu dan hari-hari istimewa seperti hari pasar, awal
bulan,hari raya dan sebagainya. Gambaran konsumsi pada hari-
hari tersebut harus dikumpulkan.
 Kelebihan dan kekurangan metode frekuensi makanan :
a. Kelebihan Metode Frekuensi Makanan:
1) Relatif murah dan sederhana
2) Dapat dilakukan sendiri oleh responden
3) Tidak membutuhkan latihan khusus
4) Dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara
penyakit dan kebiasaan makan.
b. Kekurangan Metode Frekuensi Makanan:
1) Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari
2) Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data
3) Cukup menjemukan bagi pewawancara
4) Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan
jenis bahan makanan yang akan masuk dalam daftar
kuesioner
5) Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi
I. Pencegahan Overweight dan Obesitas
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan pencegahan
terhadap kejadian overweight dan obesitas, terutama di kalangan remaja. Berikut
cara pencegahan overweight dan obesitas, yaitu :
1) Atur Pola Makan
Pemberian diet seimbang sesuai requirement daily allowances (RDA)
merupakan prinsip pengaturan diet pada anak gemuk karena anak masih
bertumbuh dan berkembang dengan metode food rules, yaitu :
a. Terjadwal dengan pola makan besar 3x/hari dan camilan 2x/hari yang
terjadwal (camilan diutamakan dalam bentuk buah segar), diberikan air
putih di antara jadwal makan utama dan camilan, serta lama makan 30
menit/kali
b. Lingkungan netral dengan cara tidak memaksa anak untuk
mengonsumsi makanan tertentu dan jumlah makanan ditentukan oleh
anak
c. Prosedur dilakukan dengan pemberian makan sesuai dengan
kebutuhan kalori yang diperoleh dari hasil perkalian antara kebutuhan
kalori berdasarkan RDA menurut height age dengan berat badan ideal
menurut tinggi badan
2) Aktivitas Fisik
Olahraga menjadi bagian penting bagi tubuh, karena dengan olahraga
tubuh akan mengubah lemak menjadi karbohidrat yang dijadikan sebagai
sumber energi untuk beraktivitas. Semakin banyak beraktivitas maka
semakin banyak lemak yang akan dibakar menjadi energi. Maka dari itu
olahraga memang sangat baik untuk membakar lemak dalam tubuh
sehingga membuat tubuh menjadi lebih sehat dan bugar.
Olahraga/aktivitas fisik dimaksudkan untuk mengurangi sedentary
lifestyle dan meningkatkan penggunaan energi untuk mengeluarkan energi,
meningkatkan massa otot, dan membantu mengontrol berat badan.
Olahraga/aktovotas fisik perlu dilakukan secara teratur, selama 30-60 menit
per hari. Olahraga/aktivitas fisik saja jarang membawa keberhasilan dalam
menurunkan berat badan, tetapi harus dikombinasikan dengan diet supaya
hasil optimal (Kuspriyanto dan Susilowati, 2016).
3) Program – Program Pencegahan Obesitas
a. Penilaian status gizi anak baru masuk sekolah (PSG-ABS)
Dalam buku Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan
Kegemukan dan Obesitas pada Anak Sekolah yang diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Kementerian
Kesehatan 2012 disebutkan bahwa langkah penemuan kasus obesitas
dilakukan melalui kegiatan Penjaringan Kesehatan di Sekolah. Bila
ditemukan anak dengan status gizi gemuk atau obesitas, maka dia dirujuk
ke Puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut. Program penilaian status gizi
anak baru masuk sekolah (screening) dilaksanakan pada tataran sekolah
dasar maupun sekolah menengah pertama
Hal ini sebenarnya sebuah program yang sangat baik dilakukan untk
melakukan deteksi dini pada anak dengan gangguan status gizi (baik gizi
kurang/buruk maupun gizi lebih/obesitas). Namun sayangnya salah satu
kelemahan dari program ini adalah data hasil pengukuran
antropometri/penilaian status gizi yang dilakukan hanya tersimpan sebagai
data statis di pihak sekolah atau petugas kesehatan saja. Dalam program
screening status gizi ini pemangku kepentingan (stakeholder) dengan peran
terbesar adalah Kepala Puskesmas dan Petugas Gizi Puskesmas. Selain
itu keterlibatan kepala sekolah dan Guru UKS juga memegang peran yang
cukup penting.
b. Program Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
Salah satu kegiatan dalam program ini adalah penyuluhan gizi bagi
anak sekolah dan pembinaan kantin sekolah. Lingkungan sekolah
merupakan tempat yang baik untuk pendidikan kesehatan yang dapat
memberikan pengetahuan, keterampilan serta dukungan sosial dari warga
sekolah. Pengetahuan, keterampilan serta dukungan sosial ini memberikan
perubahan perilaku makan sehat yang dapat diterapkan dalam jangka
waktu lama. Meskipun pesan-pesan kunci untuk pencegahan obesitas telah
dituangkan dalam Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan
Kegemukan dan Obesitas pada anak sekolah, namun sayangnya belum
mengatur tentang bagaimana teknis penyampaian pesan ini.
c. Pengembangan Program Penanganan dan Pengendalian Obesitas
berbasis Kesehatan Masyarakat
Rekomendasi Global untuk pemerintah daerah dan pusat yang
digambarkan dalam Strategi Global WHO pada Diet, Aktivitas Fisik dan
Kesehatan (DPAS) dan di samping tindakan spesifik untuk mengatasi
obesitas, mereka juga memiliki peranan penting dalam memberikan
strategi dukungan untuk pencegahan obesitas yang efektif. 9 Merujuk
strategi global yang dikeluarkan oleh WHO dalam penanganan obesitas,
maka pencegahan dan pengendalian obesitas secara dini sangat penting
untuk dilakukan. Mengingat dampaknya yang besar terhadap kejadian
penyakit-penyakit tidak menular.
Memang disadari bahwa mencegah dan mengobati penyakit kronis
memang menjadi prioritas yang lebih besar daripada mempromosikan
penurunan berat badan. Hal ini tidak terlepas dari pandangan masyarakat
yang belum sepenuhnya merasakan manfaat penurunan berat badan
untuk kesehatan masyarakat. Namun kita tidak boleh lengah, kebijakan
kesehatan masyarakat untuk pencegahan dan pengendalian obesitas
harus sudah ada dan diterapkan mengingat prevalensinya semakin
meningkat.
4) Terapi Farmako
Secara umum farmakoterapi untuk obesitas dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu penekan nafsu makan (sibutramin), penghambat absorbsi zat-zat gizi
(orlistat), dan rekombinan leptin untuk obesitas karena defisiensi leptin bawaan,
serta kelompok obat untuk mengatasi komorbiditas (metformin).
Sejak tahun 2003, Orlistat 120 mg dengan ekstra suplementasi vitamin yang
larut dalam lemak disetujui oleh U.S. Food and Drug Administration untuk tata
laksana obesitas pada remaja di atas usia 12 tahun. Studi klinis menunjukkan
bahwa orlistat dapat membantu menurunkan berat badan dari 1,31 sampai 3,37
kg lebih banyak dibandingkan placebo. Sibutramin berfungsi menimbulkan rasa
kenyang dan meningkatkan pengeluaran energi dengan menghambat ambilan
ulang (reuptake) noraderenalin dan serotonin.
Penggunaan obat tersebut pernah diijinkan oleh U.S. Food and Drug
Administration pada remaja yang berusia ≥ 16 tahun. Sebagian besar studi,
review, dan penelitian yang menggunakan sibutramin pada remaja dan anak
menunjukkan manfaat jangka pendek yang terbatas. Studi SCOUT (Sibutramine
Cardiovasular Outcomes) menunjukkan peningkatan kejadian efek simpang
mayor kardiovaskular sebesar 16% pada pasien yang diterapi sibutramin
dibandingkan pasien yang mendapat plasebo.
Review sistematik mengenai penggunaan metformin untuk obesitas pada
anak dan remaja memperoleh hasil penggunaan metformin jangka pendek
memberikan efek penurunan IMT dan resistensi insulin pada anak dan remaja
obes dengan hiperinsulinemia, tetapi belum cukup bukti untuk menyatakan
bahwa obat tersebut dapat berperan dalam tata laksana overweight atau
obesitas tanpa hiperinsulinemia.
5) Terapi Bedah
Prinsip terapi bedah pada obesitas (bedah bariatrik) adalah (1) mengurangi
asupan makanan (restriksi) atau memperlambat pengosongan lambung dengan
cara gastric banding dan vertical-banded gastroplasty, dan (2) mengurangi
absorbsi makanan dengan cara membuat gastric bypass dari lambung ke bagian
akhir usus halus.
Bedah bariatrik dapat di pertimbangkan dilakukan pada:
a. Remaja yang mengalami kegagalan menurunkan berat badan setelah
menjalani program yang terencana ≥ 6 bulan serta memenuhi
persyaratan antropometri, medis, dan psikologis
b. Superobes (sesuai dengan definisi World Health Organization jika IMT
≥40)
c. Secara umum sudah mencapai maturitas tulang (umumnya perempuan
≥13 tahun dan laki-laki ≥15tahun)
d. Menderita komplikasi obesitas yang hanya dapat diatasi dengan
penurunan berat badan. Terapi bedah bariatrik tetap berpotensi
menimbulkan komplikasi yang serius walaupun menghasilkan penurunan
berat badan yang bermakna pada pasien pediatrik.
J. Kadar Glukosa Darah
1. Pengertian
Glukosa merupakan pecahan dari karbohidrat yang akan diserap tubuh
dalam aliran darah, glukosa berperan sebagai bahan bakar utama dalam
tubuh, yang fungsinya untuk menghasilkan energi (Amir, 2015). Kadar gula
darah merupakan kadar glukosa yang terdapat di dalam plasma darah
(Dorland, 2010). Kadar glukosa darah dalam keadaan normal berkisar antara
70-110mg/dl. Nilai normal kadar glukosa dalam serum dan plasma adalah
75-115 mg/dl, kadar gula 2 jam postprandial ≤140mg/dl, dan kadar gula
darah sewaktu ≤ 40 mg/dl (Widyastuti, 2011).
Glukosa darah dibagi menjadi dua, yaitu hiperglikemia dan hipoglikemia.
Hiperglikemia bisa terjadi karena asupan karbohidrat dan glukosa dalam
kadar yang berlebihan. Beberapa tanda dan gejala dari hiperglikemia yaitu
peningkatan rasa haus, sakit kepala, sulit konsentrasi, penglihatan kabur,
peningkatan frekuensi berkemih, letih, lemah, dan penurunan berat badan.
Sedangkan hipoglikemia juga bisa terjadi karena asupan karbohidrat dan
glukosa kurang. Beberapa tanda dan gejala dari hipoglikemia yaitu gangguan
kesadaran, gangguan penglihatan, gangguan daya ingat, berkeringat, tremor,
palpitasi, takikardia, gelisah, pucat, kedinginan, gugup, rasa lapar (Mufti,
2015).
2. Fungsi
Glukosa berfungsi sebagai prekursor untuk sintesis karbohidrat lain, misalnya
glikogen, galaktosa, ribosa, dan deoksiribosa.
3. Jenis-jenis Glukosa Darah
Menurut Mufti (2015), jenis-jenis glukosa darah adalah sebagai berikut:

a. Glukosa darah sewaktu


Glukosa darah sewaktu merupakan pemeriksaan kadar glukosa darah
yang dilakukan setiap hari tanpa memperhatikan makanan yang
dimakan dan kondisi tubuh seseorang.
b. Glukosa darah puasa
Glukosa darah puasa merupakan pemeriksaan kadar glukosa darah
yang dilakukan setelah pasien puasa selama 8-10 jam.
c. Glukosa 2 jam setelah makan
Glukosa 2 jam setelah makan merupakan pemeriksaan kadar glukosa
darah yang dilakukan 2 jam dihitung setelah pasien selesai makan.
4. Faktor yang mempengaruhi Glukosa Darah
Glukosa darah dipengaruhi beberapa faktor, antara lain faktor pola makan
yang salah, obat, usia, dan kurangnya aktivitas (Syauqy, 2015). Penjelasan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pola makan
Pola makan diartikan sebagai suatu bentuk kebiasaan konsumsi makanan
pada seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan makan ini
terbagi menjadi dua antara kebiasaan makan yang benar dan kebiasaan
makan yang salah, salah satunya bisa memicu timbulnya penyakit
diabetes melitus (DM) yaitu pada pola makan yang salah, sehingga
diperlukan adanya perencanaan makan dengan mengikuti prinsip 3J
(tepat jumlah, jenis, dan jadwal) agar kadar gula darah tetap terkendali
dalam kadar yang normal (Syauqy, 2015).
b. Obat antidiabetik
Obat antidiabetik merupakan salah satu terapi pada penderita DM, bila
ditemukan kadar glukosa darah masih tinggi atau belum memenuhi kadar
sasaran metabolik yang diinginkan, sehingga penderita harus minum obat
(obat hipoglikemik oral atau OHO), atau bisa dengan bantuan suntikan
insulin sesuai indikasi, untuk jenis obat antipsikotik atypical biasanya
berefek samping pada sistem metabolisme, sehingga sering dikaitkan
pada peningkatan berat badan dan untuk mengantisipasinya diperlukan
pemantauan akan asupan karbohidrat, penggunaan antipsikotik juga
dikaitkan dengan hiperglikemia walaupun mekanismenya belum jelas
diketahui (Toharin, 2015).
c. Usia
Usia berisiko terhadap penderita diabetes mellitus. Usia yang berkisar di
atas usia 45 tahun harus dilakukan pemeriksaan glukosa darah (Perkeni,
2011). Berdasarkan hasil penelitian, usia yang rentan terkena penyakit
diabetes mellitus adalah kelompok usia 45-54 tahun lebih tinggi 2,2% bila
dibanding dengan kelompok usia 35-44 tahun (Fatimah, 2015).
d. Kurangnya aktivitas
Aktivitas fisik atau latihan jasmani yang dilakukan penderita diabetes
mellitus berkisar antara 5-30 menit dapat menurunkan kadar glukosa
darah, timbunan lemak, dan tekanan darah, karna ketika aktivitas tubuh
tinggi penggunaan glukosa oleh otot ikut meningkat, sehingga sintesis
glukosa endogen akan ditingkatkan agar kadar gula dalam darah tetap
seimbang, jadi tubuh akan mentolerir kebutuhan glukosa yang tinggi
akibat aktivitas yang berlebih maka kadar glukosa tubuh menjadi rendah
(Wirawanni, 2014).
5. Intrepetasi Hasil Lab
Menurut PERKENI, 2011 kadar glukosa sewaktu dan kadar glukosa puasat
sebagai patokan penyaring dan diagnosis diabetes melitus. Kategori hasil
pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu dan kadar glukosa darah puasa
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Kadar Glukosa Darah Puasa

No. Pemeriksaan Baik Normal Buruk


1 Glukosa darah puasa (mg/dl) 80- 110-125 >125
109
2 Glukosa darah 2 jam setelah 110- 145-179 >180
makan (postprandial) 144

(Sumber: PERKENI, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes


Mellitus Tipe 2 di Indonesia, 2011).
a. Uji Toleransi Glukosa Oral
Tes toleransi glukosa oral merupakan cara mengukur kadar glukosa darah
sebelum dan sesudah 2 jam mengkonsumsi makanan atau minuman yang
mengandung glukosa sebanyak 75gram yang dilarutkan dalam 300ml air.
Klasifikasi hasil uji toleransi glukosa oral dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 4. Klasifikasi hasil uji toleransi glukosa oral
Hasil Hasil Uji Toleransi Glukosa Oral
Normal Kurang dari 140 mg/dl
Prediabetes 140-199 mg/dl
Diabetes sama atau lebih dari 300 mg/dl
(Sumber: American Diabetes Association, 2014)

b. Uji HBA1C
Uji HBA1C juga dikenal dengan Glycosylated Haemoglobin Test
digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah rata-rata dalam 2-3 bulan
terakhir, uji ini lebih sering dipakai untuk mengontrol kadar glukosa darah
penderita diabetes. Klasifikasi kadar Glukosa Darah berdasarkan HBA1C
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5. Klasifikasi kadar Glukosa Darah berdasarkan HBA1C
Hasil Kadar HBA1C
Normal kurang dari 5,7 %
Prediabetes 5,7-6,4 %
Diabetes sama atau lebih dari 6,5 %

(Sumber: American Diabetes Association, 2014)


K. Kolesterol Total
1. Pengertian
Kolesterol adalah salah satu komponen yang membentuk lemak.
Kolesterol merupakan lipid amfipatik yang penting dalam pengaturan
permeabilitas dan fluiditas membran, dan juga sebagai lapisan luar
lipoprotein plasma (Botham dan Mayes, 2012). Beberapa komponen
yang terdapat dalam lemak yaitu seperti zat trigliserida, fosfolipid, asam
lemak bebas, dan juga kolesterol. Secara umum, di dalam tubuh kita
diliputi lipid dengan protein khusus yang membuatnya dapat larut dalam
air (Rahman, 2016).
Menurut Stoppard (2010) kolesterol adalah suatu zat lemak yang
dibuat di dalam organ hati dan lemak jenuh yang terdapat dalam
makanan. Jika terlalu tinggi kadar kolesterol dalam darah maka akan
semakin meningkatkan faktor resiko terjadinya penyakit arteri koroner.
Total kolesterol menunjukan jumlah antara HDL kolesterol, LDL
kolesterol, dan trigliserida. Jika kadar total kolesterol melebihi 240 mg/dL
(6.21 mmol/L) harus diwaspadai adanya risiko terhadap penyakit
jantung. Ketika melihat hasil dari total kolesterol ini perlu juga
diperhatikan nilai dari masingmasing jenis kolesterol yaitu HDL, LDL dan
juga trigliseridanya. Dapat terjadi kadar total kolesterol yang tinggi tidak
otomatis menandakan adanya bahaya pada kolesterol tinggi karena bisa
saja yang tinggi adalah HDL yang justru bermanfaat bagi kesehatan
(Graha, 2010).
2. Jenis-jenis Kolesterol
Menurut Atuti (2015), berdasarkan kepadatan atau ultrasentrifugasi,
kolesterol terdiri dari:
a. Kilomikron
Kilomikron merupakan lipoprotein dengan berat molekul terbesar dan
mengandung Apo-B48. Sebagian besar kandungannya adalah trigliserida
80-95% untuk dibawa ke jaringan lemak dan jaringan otot
rangka.Kilomikron juga mengandung kolesterol 2-7% untuk dibawa ke
hati. Kemudian setelah 8-10 jam sejak makan terakhir, kilomikron tidak
ditemukan lagi di dalam plasma.
b. VLDL (Very Low Density Lipoprotein)
VLDL merupakan lipoprotein yang terbentuk dari asam lemak bebas di
hati dengan kandungan Apo-B100. VLDL memiliki kandungan trigliserida
sebesar 50-80% dan kolesterol sebesar 5-15%.
c. LDL (Low Density Lipoprotein)
LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbanyak 40-50%
untuk disebarkan ke seluruh endotel jaringan perifer dan pembuluh nadi.
LDL juga merupakan metabolit VLDL yang disebut kolesterol jahat karena
efeknya yang aterogenik, yaitu mudah melekat pada dinding sebelah
dalam pembuluh darah dan dapat dapat menyebabkan penumpukan
lemak yang dapat menyempitkan pembuluh darah. Proses tersebut
dikenal dengan nama aterosklerosis.
d. HDL (High Density Lipoprotein)
HDL merupakan lipoprotein yang mengandung Apo-Al dan Apo-All,
dengan kandungan trigliserida sebesar 5-10% dan kolesterol sebesar 15-
25%. HDLi mempunyai efek antiaterogenik kuat sehingga disebut juga
dengan kolesterol baik. Fungsi utama HDL adalah mengangkut kolesterol
bebas yeng terdapat dalam endotel jaringan perifer, termasuk pembuluh
darah ke reseptor HDL di hati untuk dijadikan empedu dan dikeluarkan ke
usus kecil untuk mencerna lemak dan dibuang berupa tinja. Dengan
demikian, penimbunan kolesterol di perifer menjadi berkurang.
3. Fungsi
Kolesterol merupakan lipid amfipatik yang berfungsi dalam
pengaturan permeabilitas dan fluiditas membran, dan juga sebagai lapisan
luar lipoprotein plasma (Botham dan Mayes, 2012). Kolesterol berperan
penting sebagai materi awal untuk pembentukan cairan empedu, dinding sel,
vitamin, dan hormon – hormon tertentu, seperti hormone seks dan lainnya
(Gondosari, 2010).
Kolesterol beredar di dalam darah dan sangat diperlukan oleh tubuh,
tetapi kolesterol lebih akan menimbulkan masalah terutama pada pembuluh
darah jantung dan otak (stroke).
Menurut Atuti (2015), kolesterol mempunyai peranan utama yang sangat
penting untuk mempertahankan kesehatan. Adapun fungsinya dalam tubuh
yaitu sebagai berikut:
a. Membuat asam empedu yang berfungsi untuk membantu mengurangi
makanan di usus dan untuk mencerna lemak dalam tubuh.
b. Bahan dasar pembentukan hormon-hormon steroid, seperti estrogen
pada wanita dan testosterone pada laki-laki.
c. Berperan dalam membantu perkembangan jaringan otak pada anak.
d. Penyumbang energi yang lebih tinggi dibandingkan protein.
e. Pembungkus jaringan saraf.
f. Membantu tubuh memproduksi vitamin D.
g. Sebagai pelarut vitamin A,D,E, dan K.
h. Membantu membuat lapisan luar atau dinding-dinding sel.
4. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Kolestrol
Tinggi kolesterol dalam darah adalah kondisi dimana terdapat banyak
kolesterol di dalam darah. Semakin tinggi level kolesterol dalam darah,
semakin besar risiko terjadinya PJK dan serangan jantung (National Heart
Lung and Blood Institute, 2011).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol dalam
darah yaitu sebagai berikut:

a. Makanan
Kolesterol pada umumnya berasal dari lemak hewani seperti daging
kambing, meskipun tidak sedikit pula yang berasal dari lemak nabati
seperti santan dan minyak kelapa. Telur juga termasuk makanan yang
mengandung kolesterol yang tinggi. Makanan yang banyak mengandung
lemak jenuh menyebabkan peningkatan kadar kolesterol, seperti minyak
kelapa, minyak kelapa sawit dan mentega juga juga memiliki lemak
jenuh yang dapat meningkatkan kadar kolesterol (Yovina, 2012).
Menurut Restyani (2015), dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi
lemak jenuhnya dapat meningkatkan kadar kolesterol total.
b. Kurang aktivitas fisik
Faktor risiko yang dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah
yaitu kurangnya aktivitas fisik ataupun olahraga, hal tersebut telah
dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Tunggul, Rimbawan
dan Nuri (2013) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat aktivitas fisik terhadap kadar kolesterol dalam darah dengan
nilai p<0.05.
c. Kurang pengetahuan
Tingkat pengetahuan seseorang merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kadar kolesterol, hal tersebut dibuktikan oleh penelitian
yang dilakukan oleh Winda, Rooije & Tinny (2016) bahwa pengetahuan
memiliki hubungan yang signifikan terhadap kadar kolesterol seseorang
dan mempengaruhi tindakan pencegahan yang dapat dilakukan dalam
mengendalikan kadar kolesterol.
d. Kepatuhan
Kepatuhan berpengaruh besar terhadap kadar kolesterol dalam darah,
hal tersebut telah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Din
(2015) yang didapatkan hasil bahwa faktor-faktor yang dapat
mengakibatkan terjadinya peningkatan kolesterol yaitu seperti diet kaya
lemak, kurangnya olahraga, stress serta faktor ketidakpatuhan pasien
dalam mengontrol kolesterolnya. Hal tersebut didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Putri (2016) bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara kepatuhan diet dengan kadar kolesterol dalam darah.
5. Intrepetasi Hasil Lab
Interpretasi kadar kolesterol pada dewasa adalah 240 mg/dl. Nilai
rujukan untuk bayi adalah 90-130 mg/dl, pada anak usia 2-19 tahun nilai
idealnya 130-170 mg/dl, resiko sedang 171-184 mg/dl, resiko tinggi >185
mg/dl (Leksono, 2016).
Berdasarkan sumber NCEP-ATP iii tahun 2001 disebutkan kadar
kolesterol normal adalah <200 mg/dL, kadar mengkhawatirkan 200-239
mg/dL, dan tinggi ≥240 mg/dL.
L. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Obesitas/ Overweight
Pengetahuan gizi merupakan kemampuan seseorang dalam untuk
mengingat kembali kandungan gizi pada makanan serta fungsi zat gizi
tersebut dalam tubuh. Pengetahuan gizi ini mencakup proses kognitif yang
dibutuhkan untuk menggabungkan informasi gizi dengan perilaku makan,
supaya struktur pengetahuan yang baik mengenai gizi dan kesehatan dapat
dikembangkan. Penelitian oleh Asda dan Sri (2017), menunjukkan bahwa
Terdapat hubungan Pengetahuan Remaja tentang Obesitas dengan
penerimaan Harga Diri Remaja di SMP Pangudi Luhur 1 Timoho, dengan nilai
significancy pada hasil menunjukan (p = 0,001). Dengan r senilai 0,509
sehingga masuk kategori positif.
M. Hubungan Asupan Gizi Zat Makro dengan Obesitas/ Overweight
Sesorang yang sering mengkonsumsi asupan gizi makro (karbohidrat,
protein, lemak) secara berlebihan berisiko mengalami obesitas. Hasilpenelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan Asupan energi dan Zat Gizi makro
dengan kejadian Obesitas pada remaja siswa/siswi SMA N 5 Pekanbaru. Jadi
salah satu faktor penyebab obesitas yaitu bisa dilihat dari pola makan
seseorang yang berlebihan melebihi kapasitas makan orang normal makan 2
atau 3 kali makan sehari. Dikatakan berlebih dilihat dari makan sehari-hari 3 kali
sehari ditambah dengan jajanan dan makan makanan cepat saji dengan jumlah
yang berlebihan lama (Restuastuti, dkk.2016).
N. Hubungan Obesitas/ Overweight dengan Kadar Glukosa Darah
Kelebihan berat badan memiliki peran yang kurang baik yaitu meningkatkan
resistensi insulin oleh tubuh, sehingga glukosa dalam darah tidak mampu
dimetabolisme dengan baik oleh sel dan akhirnya terjadi peningkatan glukosa.
Penelitian oleh Cida, dkk (2017), menunjukkah bahwa kadar glukosa darah pada
anak dengan Indeks Massa Tubuh normal sebagian besar (71 %) memiliki kadar
glukosa darah normal, untuk anak dengan Indeks Massa Tubuh overweight
sebagian besar (58 %) memiliki kadar glukosa darah tinggi. Hasil uji beda
didapatkan p value 0,004 (< 0,05), artinya terdapat perbedaan kadar glukosa
darah pada anak dengan Indeks Massa Tubuh normal dan overweight.
O. Hubungan Obesitas/ Overweight dengan Kolesterol Total
Profil lipid adalah keadaan lemak darah yang ditinjau dari kandungan total
kolestrol dalam darah, LDL, HDL dan Trigliserida. Sesuai kriteria International
Diabetes federation (IDF) dikategorikan obesitas jika nilai lingkar pinggang ≥90
cm untuk laki-laki dan ≥80 cm pada perempuan. siswa yang obesitas memiliki
kadar LDL di atas normal. kadar profil lipid darah pada anak obesitas menyerupai
profil lipid pada penyakit kardiovaskular dan anak yang obesitas mempunyai
risiko hipertensi lebih besar (Iksan, dkk., 2015).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional dengan desain


rancangan non randomized control group design. Kelompok kontrol merupakan
kelompok remaja dengan kategori non overweight, sedangkan kelompok kasus
merupakan kelompok remaja dengan kategori overweight. Penelitian ini dilakukan
untuk melihat pengaruh pola makan dan asupan zat gizi makro terhadap kadar
glukosa darah dan kolesterol total pada siswa overweight di SMA Kota Malang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat

Penelitian ini dilakukan secara online/dalam jaringan bertempat di


tempat tinggal responden masing-masing.

2. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2020.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Kota Malang
yang sesuai dengan kriteria sampel.
2. Sampel
Penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling yang
didasarkan pada kriteria sampel yang telah ditentukan oleh peneliti. Sampel
yang akan terlibat dalam penelitian ini sebanyak 24 siswa dari SMA di Kota
Malang (12 siswa kontrol dan 12 siswa kasus).
3. Kriteria Sampel
Adapun sampel dalam penelitian ini dibatasi dengan kriteria inklusi dan
eksklusi sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
1) Kelompok Kontrol :
- Siswa SMA berusia antara 16-18 tahun
- Siswa SMA yang berdomosili Malang
- Siswa SMA dengan IMT 18,5-25 yang termasuk kategori non-
overweight (Kemenkes, 2003)
- Siswa bersedia mengikuti penelitian yang dibuktikan dengan telah
mengisi lembar persetujuan
- Siswa dalam keadaan sadar dan dapat berbicara
2) Kelompok Kasus :
- Siswa SMA berusia antara 16-18 tahun
- Siswa SMA yang berdomosili Malang
- Siswa SMA dengan IMT 25,1-27 yang termasuk kategori overweight
(Kemenkes, 2003)
- Siswa bersedia mengikuti penelitian yang dibuktikan dengan telah
mengisi lembar persetujuan.
- Siswa dalam keadaan sadar dan dapat berbicara

b. Kriteria Eksklusi

- Selama waktu pengambilan data terdapat kendala, yaitu siswa sakit,


terdapat keperluan, atau pindah sekolah.
- Selama waktu pengambilan data terdapat pengaruh dari lingkungan,
seperti acara keluarga, hajatan, dan acara lain yang mengharuskan
siswa keluar daerah selama pengambilan data.
D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola makan dan asupan
zat gizi makro.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar glukosa darah dan
kolesterol total.
E. Definisi Operasional Variabel
Tabel 6. Definisi Operasional Variabel

Definisi Cara
Variabel Alat Ukur Hasil Pengukuran Skala
Operasional Pengukuran
Pola Makan Gambaran FFQ (Food Pengisian Hasil pengukuran Ordinal
mengenai Frequency kuisioner dibagi menjadi 3
kebiasaan makan Questionna secara mandiri kategori, berdasarkan
meliputi jenis, ires) (Kemenkes RI, 2014) :
jumlah, dan 1. Kurang, jika
frekuensi makanan konsumsi makanan
secara umum pokok <8 porsi/hari
untuk laki-laki dan
<5 porsi/hari untuk
perempuan, lauk<3
porsi/hari, pauk<3
porsi/hari, sayur <3
porsi/hari, dan
buah <5 porsi/hari.
2. Lebih, jika
konsumsi makanan
pokok >8 porsi/hari
untuk laki-laki dan
>5 porsi/hari untuk
perempuan, lauk
>3 porsi/hari, pauk
>3 porsi/hari, sayur
>3 porsi/hari, dan
buah >5 porsi/hari.
3. Cukup, jika
konsumsi makanan
pokok 8 porsi/hari
untuk laki-laki dan
5 porsi porsi/hari
untuk permepuan,
lauk 3 porsi/hari,
Definisi Cara
Variabel Alat Ukur Hasil Pengukuran Skala
Operasional Pengukuran
pauk 3 porsi/hari,
sayur 3 porsi/hari,
dan buah 5
porsi/hari.
Dinyatakan dalam
Pengisian satuan % dibagi
Jumlah asupan
secara mandiri menjadi 5 kategori,
makanan dan
dengan berdasarkan (Gibson,
minuman yang
bantuan buku 2005) :
dikonsumsi Food
kumpulan 1. Lebih :
responden dalam Record 2
contoh model ≥120% AKG
berat matang yang hari
Asupan Energi makanan 2. Normal : Ordinal
mengandung weekday
kemudian 90-119%
energi, 2 hari dan 2 hari
dihitung 3. Defisit ringan :
weekday dan 2 hari weekend
dengan 80-89%
weekend setelah itu
menggunakan 4. Defisit sedang :
dikonversikan
sistem data 70-79%
dalam gram.
nutrisurvey 5. Defisit berat :
<70%
Dinyatakan dalam
satuan % dibagi
Pengisian
Jumlah asupan menjadi 5 kategori,
secara mandiri
makanan dan berdasarkan
dengan
minuman yang (Gibson, 2005) :
bantuan buku
dikonsumsi Food 1. Lebih :
kumpulan
responden dalam Record 2 ≥120% AKG
contoh model
Asupan berat matang yang hari 2. Normal :
makanan Ordinal
Karbohidrat mengandung weekday 90-119%
kemudian
karbohidrat, 2 hari dan 2 hari 3. Defisit ringan :
dihitung
weekday dan 2 hari weekend 80-89%
dengan
weekend setelah itu 4. Defisit sedang :
menggunakan
dikonversikan 70-79%
sistem data
dalam gram. 5. Defisit berat :
nutrisurvey
<70%
Definisi Cara
Variabel Alat Ukur Hasil Pengukuran Skala
Operasional Pengukuran
Dinyatakan dalam
Pengisian satuan % dibagi
Jumlah asupan
secara mandiri menjadi 5 kategori,
makanan dan
dengan berdasarkan
minuman yang
bantuan buku (Gibson, 2005) :
dikonsumsi Food
kumpulan 1. Lebih :
responden dalam Record 2
contoh model ≥120% AKG
Asupan berat matang yang hari
makanan 2. Normal : Ordinal
Protein mengandung weekday
kemudian 90-119%
protein, 2 hari dan 2 hari
dihitung 3. Defisit ringan :
weekday dan 2 hari weekend
dengan 80-89%
weekend setelah itu
menggunakan 4. Defisit sedang :
dikonversikan
sistem data 70-79%
dalam gram.
nutrisurvey 5. Defisit berat :
<70%
Jumlah asupan
makanan dan
minuman yang Dinyatakan dalam
dikonsumsi Pengisian satuan % dibagi
responden dalam secara mandiri menjadi 5 kategori,
berat matang yang dengan berdasarkan
mengandung bantuan buku (Gibson, 2005) :
Food
lemak, 2 hari kumpulan 1. Lebih :
Record 2
weekday dan 2 hari contoh model ≥120% AKG
hari
Asupan Lemak weekend setelah itu makanan 2. Normal : Ordinal
weekday
dikonversikan kemudian 90-119%
dan 2 hari
dalam gram. dihitung 3. Defisit ringan :
weekend
dengan 80-89%
menggunakan 4. Defisit sedang :
sistem data 70-79%
nutrisurvey 5. Defisit berat :
<70%

Kadar Glukosa Kadar glukosa Glucose Pengambilan Dinyatakan dalam Ordinal


Definisi Cara
Variabel Alat Ukur Hasil Pengukuran Skala
Operasional Pengukuran
satuan mg/dl dibagi
puasa (GDP) yang sampel darah menjadi 3 kategori,
diambil setelah Cholesterol dilakukan oleh berdasarkan (Perkeni,
siswa berpuasa Uric Acid peneliti, yaitu 2011) :
Darah tanpa makan dan (GCU) mahasiswa D4 1. Baik = 80-109
minum (kecuali air Easy Gizi Tk. III mg/dl
putih) selama 8 Touch Poltekkes 2. Normal = 110-125
jam. Malang mg/dl
1. Buruk >125 mg/dl.
Dinyatakan dalam
satuan mg/dl dibagi
Kadar kolesterol Pengambilan
menjadi 3 kategori,
total, yaitu jumlah Glucose sampel darah
berdasarkan
kolesterol yang Cholesterol dilakukan oleh
Kadar (NCEP-ATP iii, 2001) :
ditemukan dalam Uric Acid peneliti, yaitu
Kolesterol A. Normal : <200 Ordinal
darah, terdiri dari (GCU) mahasiswa D4
Total mg/dl
kolesterol LDL, Easy Gizi Tk. III
B. Mengkhawatirkan :
kolesterol HDL, dan Touch Poltekkes
200-239 mg/dl
trigliserida. Malang
C. Tinggi : ≥ 240
mg/dl
F. Instrumen Penelitian
1. Lembar penjelasan sebelum penelitian (informed consent)
2. Form persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian
3. Form karakteristik data responden
4. Form data objektif pasien
5. Kuisioner tingkat pengetahuan responden
6. Kuisioner FFQ (Food Frequency Questionnaires)
7. Form food record 1 x 24 jam
8. Tabel kadar glukosa darah dan kolesterol total responden
9. Video penjelasan penelitian, cara pengukuran antropometri, dan cara
pengisian form yang ditentukan
10. Alat
a. Alat tulis : Pensil, bolpoin, kertas
b. Alat hitung : Kalkulator, sistem data nutrisurvey, dan
SPSS
c. Alat ukur antropometri : Timbangan injak (merk Taffware SC-05
berkapasitas 180 kg) dan mikrotoa merk Gea MD16120003 dengan
kapasitas 2 meter dan ketelitian 0,1 cm
d. Media berbasis internet : E-mail, Aplikasi Whatsapp, dan Google Form
G. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi :
1. Data karakteristik responden yang meliputi : nama, jenis kelamin, umur, IMT,
tingkat pengetahuan, dan riwayat penyakit.
2. Data antropometri yang dikumpulkan dengan cara pengukuran mandiri oleh
responden sambil didampingi oleh peneliti, data antropometri meliputi :
a. Berat Badan (BB) menggunakan timbangan injak (merk Taffware SC-05
berkapasitas 180 kg). Pengukuran dilakukan dengan cara :
1) Meletakkan timbangan injak di lantai yang rata
2) Posisi jarum harus berada pada angka 0 sebelum digunakan
3) Responden ditimbang tanpa menggunakan alas kaki dan benda
benda yang menambah berat badan
4) Responden dalam posisi tegak lurus, pandangan lurus kedepan,
kedua kaki diatas timbagan
5) Peneliti membaca angka pada jarum timbangan dengan posisi di
depan timbangan
6) Mencatat hasil penimbangan
b. Tinggi Badan (TB) menggunakan mikrotoa berkapasitas 2 meter dan
ketelitian 0,1 cm merk Gea MD161200003. Pengukuran dilakukan
dengan cara :
1) Responden diminta untuk berdiri menempel dinding atau kayu yang
rata.
2) Beri tanda menggunakan pensil pada ujung kepala responden
3) Peneliti mengukur dari lantai sampai batas yang sudah diberi tanda.
4) Responden berdiri tegak, kaki lurus, tumit, pantat, punggung dan
kepala harus menempel pada diding dan pandangan lurus ke depan.
5) Peneliti membaca angka pada skala meteran
6) Mencatat hasil pengukuran
c. Lingkar Pinggang menggunakan pita ukur, dilakukan dengan cara
(International Chair on Cardiometabolic Risk, 2011):
1) Lingarkan pita ukur pada pinggang, tepatnya pada perbatasan atas
tulang panggul
2) Sejajarkan tepi bawah pita ukur dengan bagian atas tulang pinggul
3) Sebelum melakukan pengukuran, ambil nafas 2-3 kali. Pada akhir
ekspirasi ) ekspirasi ke-3) kencangkan dengan lembut pita ukur
4) Pengukuran dilakukan pada akhir ekspirasi. Himpitkan pita ukur
dengan jari, sedekat mungkin saat pengukuran dan tahan agar tidak
bergeser
5) Mencatat hasil pengukuran
3. Data tingkat pengetahuan yang diketahui dengan cara :
1) Responden diminta untuk mengisi kuisioner tingkat pengetahuan yang
sudah disiapkan oleh peneliti di platform google form
2) Responden hanya diminta untuk menjawab pertanyaan dengan memilih
jawaban paling benar di pilihan jawaban yang sudah disediakan di google
form
3) Responden mengisi kuisioner yang berisi 3 materi, yang meliputi : deteksi
dini, resiko obesitas, dan cara pencegahan obesitas
4) Peneliti mengoreksi dan dan memberikan skor pada hasil pengisian
kuisioner.
5) Mengukur persentase dari jawaban yang di dapat dari kuesioner
menggunakan rumus menurut Arikunto (2013), yaitu :

Jumlah nilai yang benar


Persentase = x 100 %
jumlah soal

Kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang


didasarkan pada nilai persentase menurut Arikunto (2010), yaitu sebagai
berikut :
a. Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥ 76-100 %
b. Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 60–75 %
c. Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya ≤ 60 %
4. Data pola makan tentang frekuensi dan porsi yang biasa dikonsumsi
responden selama 6 bulan terakhir dengan cara :
1) Responden diminta untuk mengisi kuisioner Food Frequency yang telah
disiapkan oleh peneliti dan akan dikirimkan melalui email
2) Responden menuliskan berapa kali frekuensi kebiasaan pola makan dan
porsi yang biasa dikonsumsi dalam satuan Ukuran Rumah Tangga (URT)
3) Responden mengisi kolom frekuensi dengan cara memberi tanda centang
(√) memilih pada setiap jenis makanan
4) Mengestimasi ukuran porsi yang dikonsumsi responden ke dalam ukuran
berat (gram)
5) Penliti mengolah data dengan cara mengubah setiap frekuensi konsumsi
ke dalam satuan hari terlebih dahulu untuk mendapatkan data kategori
pola makan
5. Data konsumsi makanan yang diketahui dengan cara :
1) Responden mengisi kuisioner food record 1 x 24 jam dalam satu minggu,
yaitu 2 hari weekday dan 2 hari weekend dalam bentuk softfile
2) Responden mencatat porsi makanan dan minuman yang dikonsumsi
dalam URT (ukuran rumah tangga). Untuk memudahkan mengisi
kuisioner, peneliti memberikan alat bantu foto ukuran bahan makanan
atau food model.
3) Responden mencatat nama masakan, cara persiapan, dan pemasakan
bahan makanan
4) Mengestimasi ukuran porsi makanan dan minuman yang dikonsumsi
dalam URT (ukuran rumah tangga) ke dalam ukuran berat (gram).
5) Peneliti memasukkan hasil data pada aplikasi nutrisurvey dan menghitung
rata-rata konsumsi.
6) Hasil rata-rata konsumsi dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi
(AKG) sesuai kelompok umur, jenis kelain, tinggi badan, dan berat badan
standar kecukupan
6. Data biokimia responden yang meliputi :
a. Data biokimia glukosa darah puasa diperoleh dari hasil pengukuran
menggunakan alat tes kadar glukosa darah merk Glucose Cholesterol
Uric Acid (GCU) Easy Touch. Pengukuran dilakukan dengan cara :
1) Memasukkan chips sesuai jenis tes yang akan dilakukan
2) Memasukkan strip uji glukosa darah yang berwarna hijau sampai
muncul tanda tetesan darah
3) Memasukkan jarum ke dalam lancet/autopick untuk mengambil
darah
4) Menusukkan lancet/autopick pada jari tengah atau jari manis
5) Mengambil darah yang keluar dan diletakkan pada strip
6) Membaca hasil yang muncul setelah 10 detik
b. Data biokimia kolesterol total diperoleh dari hasil pengukuran
menggunakan alat tes kadar glukosa darah merk Glucose Cholesterol
Uric Acid (GCU) Easy Touch. Pengukuran dilakukan dengan cara :
1) Memasukkan chips sesuai jenis tes yang akan dilakukan
2) Memasukkan strip kolesterol yang berwarna biru sampai muncul
tanda tetesan darah
3) Memasukkan jarum ke dalam lancet/autopick untuk mengambil
darah
4) Menusukkan lancet/autopick pada jari tengah atau jari manis
5) Mengambil darah yang keluar dan diletakkan pada strip
6) Membaca hasil yang muncul setelah 150 detik.
H. Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan selama 16 hari secara online menggunakan media
internet. Rincian proses kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Tahap Persiapan
1) Pemilihan dan penjaringan responden sesuai kriteria inklusi dan
eksklusi yang telah ditetapkan dengan cara penyebaran angket melalui
media sosial
2) Persiapan penyediaan media online, meliputi : aplikasi whatsapp,
google form, dan e-mail
3) Pembuatan video penjelasan sistematis penelitian, cara pengukuran
antropometri, dan cara pengisian form-form yang ditentukan
4) Pembuatan grup di aplikasi whatsapp dengan jumlah 2 grup yang
terdiri dari Kelompok Remaja Non Overweight dan Kelompok Remaja
Overweight yang berkapasitas 12 orang untuk masing-masing grup
b. Tahap Pelaksanaan
Setelah responden sudah terpilih dan peyediaan media online sudah siap,
setelah itu mulai dilaksanakan penelitian, dengan urutan sebagai berikut :
1) Hari Pertama
a. Pemberian penjelasan kepada masing-masing grup mengenai
sistematis penelitian, pembekalan kegiatan apa saja yang akan
dilaksankan kedepan, dan penjelasan mengenai souvenir/imbalan
yang akan diberikan, seperti yang tertuang pada Formulir Penjelasan
Sebelum Persetujuan Mengikuti Penelitian (PSP)
b. Responden diminta untuk mengisi beberapa formulir yang akan
dikirimkan melalui email, formulir meliputi : Formulir Persetujuan
Responden, Formulir Perizinan Orang Tua, dan Formulir Identitas
Responden
c. Peneliti membuka sesi tanya jawab kepada responden tentang
sistematis penelitian
2) Hari kedua sampai dengan hari ke-14
a. Responden mengisi beberapa kuisioner yang dikirimkan melalui
email, kuisioner meliputi : Kuisioner tingkat pengetahuan, Kuisioner
FFQ (Food Frequency Questionnaires), dan Kuisioner Food Record 1
x 24 jam
b. Pengumpulan data dilakukan pada :
- Data tingkat pengetahuan dikumpulkan pada hari ke-2
- Data antropometri dikumpulkan pada hari ke-3 s/d ke-8
- Data kuisioner FFQ dikumpulkan pada hari ke-10
- Data food record untuk weekday dikumpulkan pada hari ke-12
- Data food record untuk weekend dikumpulkan pada hari ke-14
Setiap hari peneliti menghubungi responden via video call
whatsapp untuk melihat perkembangan pengerjaan kuisioner dan
memberikan penjelasan kepada responden jika masih ada
kesulitan yang dirasakan.
3) Hari ke-15 s/d 16
Pengambilan sampel darah untuk melihat kadar glukosa darah dan
kolesterol total tiap responden dilakukan dengan cara responden datang
ke puskesmas terdekat untuk pemeriksaan.
Gambar 1. Skema Alur Penelitian

Penjaringan dan pemilihan


responden melalui media sosial

Pembuatan video penjelasan


penelitian, cara pengukuran
antropometri, dan cara Tahap Persiapan
pengisian form

Persiapan media online :

aplikasi whatsapp, google form, dan email

Tahap Pelaksanaan

Penjelasan sistematis
penelitian

Responden mengisi formulir


Hari Ke-1
persetujuan dan identitas

Tanya jawab

Hari Ke-2 Pengisian form tingkat


pengetahuan di google form

Hari Ke-3 s/d 8 Pengumpulan data antropometri 24 responden (@1 hari/4 org)

Hari Ke-9
Pengumpulan
Pengisian kuisioner FFQ
data kuisioner
Hari Ke-10 FFQ

Hari Ke-11
Pengisian form food record Pengumpulan
2 x 24 jam weekday data food record
Hari Ke-12 weekday

Hari Ke-13
Pengisian form food record Pengumpulan
2 x 24 jam weekend data food record
Hari Ke-14 weekend

Hari Ke-15 s/d 16 Pengambilan sampel darah di puskesmas


I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2010), proses pengolahan data ini melalui tahap-
tahap sebagai berikut:
a. Editing Data (Pengeditan Data)
Langkah pertama yang dilakukan dengan cara meneliti kelengkapan
data dan dilakukan penccokan pada setiap data yang telah terkumpul
sehingga tidak ada kesalahan dalam pengumpulan data.
b. Coding data (Memberi Kode)
Kuesioner penelitian yang sudah diisi oleh responden yang di beri kode
oleh peneliti. Pemberian kode yang bertujuan untuk mempermudah
dalam pengolahan data dan proses selanjutnya melalui tindakan
mengklasifikasikan. Pada penelitian ini beberapa data yang dilakukan
pengkodean, yaitu :
- Tingkat pengetahuan (1= Baik, 2= Cukup, 3= Kurang)
- Pola makan (1 = Kurang, 2 = Cukup, 3 = Lebih)
- Asupan zat gizi makro (1= Lebih, 2= Normal, 3 = Defisit Ringan,
4= Defisit Sedang, 5= Defisit Berat)
- Kadar Glukosa Darah (1= Baik, 2= Normal, 3=Buruk)
- Kolesterol Total (1= Normal, 2= Mengkhawatirkan, 3= Tinggi)
c. Scoring
Menetapkan pemberiaan skor pada kuisioner tingkat pengetahuan yang
diukur dengan jawaban benar dengan skor 1, salah 0, sedangkan untuk
kuesoner perilaku jawaban iya dengan skor 1, tidak dengan skor 0.
d. Entry data
Memasukan data ke dalam computer dengan menggunakan aplikasi
SPSS.
e. Cleaning
Semua data yang sudah di peroleh dari responden yang sesuai
dimasukan, dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya,
kemudian dilakukanpembetulan atau koreksi.
f. Tabulasi data
Data yang telah lengkap dan memenuhi kriteria di hitung sesuai dengan
variabel yang di butuhkan lalu dimasukan kedalam tabel-tabel distribusi
frekuensi.
2. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini diawali secara deskriptif dan uji
normalitas data untuk mengetahui karakteristik data, kemudian data disajikan
dalam bentuk tabel. Uji normalitas data menggunakan Shapiro-Wilk. Untuk
melihat hubungan pola makan dan asupan zat gizi makro dengan kadar
glukosa darah, dan kolesterol total menggunakan analisis hubungan uji
statistic Spearman Correlation. Kesimpulan adanya perbedaan atau
pengaruh yang signifikan secara statistik digunakan tingkat kemaknaan (α) =
0,05 atau p<0,05. Dilanjutkan dengan analisis berikut :
a. Analisis Univariant
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap
variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel
(Notoatmodjo, 2010). Tujuannya yaitu untuk menjelaskan atau
membandingkan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti dari
angka, jumlah dan distribusi frekuensi masing-masing kelompok tanpa
ingin mengetahui pengaruh atau hubungan dari karakteristik (responden)
yang ingin diketahui (Sugiono, 2011). Karakteristik tersebut meliputi
umur, pendidikan, sumber informasi menggunakan analisis data uji
frekuensi.
b. Analisis Bivariant
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Analisis
ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen, yaitu hubungan pola makan dan asupan zat
gizi makro dengan kadar glukosa darah, dan kolesterol total dengan
menggunakan uji statistik Chi-Square dan menggunakan komputerisasi
dengan tingkat kemaknaan α = 0,005. Analisis ini di lakukan untuk
melihat hubungan atau korelasi antar variabel independen dan
dependen.
Hasil uji Chi-Square di dapatkan nilai ρ value ≤α(0,05), H 0 ditolak dan
Ha di terima yang berarti ada hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen. Sebaliknya, jika ρ value ≥α(0,05), H0 di
terima dan Ha di tolak yang berarti tidak ada hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
J. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti akan mengajukan kode etik dan setelah
mendapatkan persetujuan, peneliti akan melakukan penelitian dengan
menekankan masalah etika, meliputi :

a. Informed concent
Diberikan kepada responden yang akan ditelliti. Responden harus memenuhi
kriteria inklusi. Lembar informed concent dilengkapi dengan judul penelitin dan
manfaat penelitian, serta kesepakatan yang dibuat oleh peneliti dan
responden. Jika subyek menolak, maka peneliti tidak boleh memaksa dan
harus tetap menghargai hak-hak subyek.
b. Annonymity
Untuk menjaga keberadaan identitas responden dengan tidak mencantumkan
nama responde, tetapi cukup dengan memberikan inisial atau kode.
c. Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompom
tertentu akan dilaporkan sebagai hasil penelitian
BAB IV

ANGGARAN BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

A. Anggaran Biaya

Berikut adalah rincian anggaran biaya yang dibutuhkan pada penelitian

Tabel 7. Anggaran Biaya Penelitian

NO Keterangan Biaya Jumlah Biaya Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

1 Kuota Internet 24 org 20.000 480.000


2 Souvenir 24 bh 20.000 480.000
3 Konsumsi 24 bh 20.000 480.000
3 Timbangan berat 2 bh Timbangan BB merk 100.000
badan Taffware SC-05
180 kg
@50.000 x 2
4 Mikrotoa 2 bh Mikrotoa 2m merk 60.000
Gea MD16120003
@30.000 x 2
5 Pemeriksaan 24 org  Kolesterol total : 720.000
glukosa darah dan 30.000 x 24
kolesterol total di  Glukosa darah :
puskesmas 10.000 x 24
6 Transportasi ojek 24 org @30.000 x 24 720.000
online untuk
pengiriman alat
antropometri
7 Biaya lolos etik 250.000
Total (Rp) 3.290.000

B. Jadwal Kegiatan
Berikut adalah rincian rencana kegiatan yang dimulai dari penyusunan proposal
penelitian hingga penyusunan laporan penelitian.

Tabel 8. Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian

Bulan
No Kegiatan Januar
Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
i
1 Penyusunan
Proposal
Penelitian
2 Konsultasi
dengan Dosen
Pembimbing
3 Pengajuan
Proposal
Penelitian
4 Pengajuan
Izin Penelitian
4 Pengambilan
Data
5 Analisis Data

6 Evaluasi
Kegiatan
7 Penarikan
Kesimpulan
dan
Pembuatan
Laporan

Daftar Pustaka
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Sebagai Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta, Jakarta.

Barasi, M.E. 2007. At a Glance Ilmu Gizi. Diterjemahkan oleh : Hermin. Penerbit
Erlangga, Jakarta.

Basuki, R., dan Fitriah, A.H. 2013. Patologi dan Gangguan Metabolisme. Gena
Pratama Pustaka.

Batara D., Bodhi W., dan Kepel B.J. 2016. Hubungan Obesitas dengan Tekanan
Darah dan Aktivitas Fisik Pada Remaja di Kota Bitung. Jurnal e-Biomedik.
4(1). https://ejournal.poltekkesaceh.ac.id/, Diakses 20 November 2019.

Buraerah, Hakim. 2010. Analisis Faktor Risiko Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas
Tanrutedong, Sidenreg Rappan. Jurnal Ilmiah Nasional.
http://lib.atmajaya.ac.id/, Diakses 15 November 2019.

Cida, T., Hadi, S. dan Sutriningsih, A., 2017. Perbedaan Kadar Glukosa Darah Pada
Anak Dengan Indeks Massa Tubuh Normal dan Overweight di SDK Sang
Timur Malang. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 2(1).
https://publikasi.unitri.ac.id/, Diakses 15 November 2019.

Dewi, S.R., 2013. Hubungan antara pengetahuan gizi, sikap terhadap gizi dan pola
konsumsi Siswa kelas XII program keahlian jasa boga di SMK Negeri 6
Yogyakarta. Skripsi, Program Studi Pendidikan Teknik Boga. Fakultas
Teknik. Universitas Negeri Yogyakarta.

Direkorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan.
2012. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan dan
Obesitas Pada Anak Sekolah.

Fadila, I. and Kurniawati, H. 2018. Upaya Pencegahan Anemia pada Remaja Puteri
sebagai Pilar Menuju Peningkatan Kesehatan Ibu. Prosiding Seminar
Nasional FMIPA-UT 2018 : Peran Matematika, Sains, dan Teknologi dalam
Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) (pp. 78-89).
Universitas Terbuka. Tangerang Selatan, 12 Oktober 2018.
Gibson, R. S. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition. Oxford
University Press Inc, New York.
Hagman, E. 2016. Elevated fasting glucose levels in obese children and
adolescents: prevalence and long-term consequences. Thesis, Department of
Clinical Science, Intervention and Technology, Karolinska Institutet,
Stockholm.
Hastuty, Y.D., 2018. Perbedaan Kadar Kolesterol Orang yang Obesitas dengan
Orang yang Non Obesitas. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh,
1(2), pp : 47-55. https://ojs.unimal.ac.id/, Diakses 27 Oktober 2019.
Indriasari, R. and Najamuddin, U., 2013. Studi Validasi Semi-Quantitatif Food
Frequency Questionnaire (FFQ) dan Recall 24 Jam Terhadap Asupan Zat
Gizi Makro Ibu Hamil di Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar.
http://repository.unhas.ac.id/, Diakses 10 November 2019.

International Chair on Cardiometabolic Risk, 2011.


https://myhealthywaist.org/fileadmin/pdf/WCMG-Self-Measurement, diakses
pada 14 Juni 2020

Iqbal, M., Oktafa, H., dan Permadi, M.R. 2017. Pelatihan Pengembangan
Kemampuan Deteksi Dini Obesitas Remaja Pada Pengurus Unit Kesehatan
Sekolah (UKS) SMA Negeri 1 Jember. Prosiding Seminar Nasional Hasil
Pengabdian Masyarakat Tahun 2017. Jember, 14 September 2017.

Jafar, N., Indriasari, R., Syam, A., dan Kurniati, Y. 2018. Pengaruh Pelatihan
Edukator Sebaya terhadap Pengetahuan tentang Gizi Seimbang pada Siswa
di SMUN 16 Makassar. Media Gizi Pangan. http://journal.poltekkes-
mks.ac.id/, Diakses 25 Oktober 2019.
JAMA. 2001. Executive Summary of The Third Report of The National Cholesterol
Education Program Education Program (NCEP) Expert Panel on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Cholesterol in Adult (Adult treatment
panel III). 285(19): 2476-97. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/. Diakses 15
November 2019.
Kemenkes, RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kurdanti, W., Suryani, I., Syamsiatun, N.H., Siwi, L.P., Adityanti, M.M.,
Mustikaningsih, D. dan Sholihah, K.I. 2015. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kejadian Obesitas Pada Remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia,
11(4), pp : 179-190. https://jurnal.ugm.ac.id/, Diakses 15 November 2019.
Kuspriyanto dan Susilowati. 2016. Gizi dalam Daur Kehidupan. PT Refika Aditama :
Bandung

Llewellyn A., Simmonds M., Owen C.G., and Woolacott, N. 2016. Childhood Obesity
as a Predictor of Morbidity in Adulthood: A Systematic Review and Meta-
Analysis. Obesity Reviews (17) pp :56–67. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/,
Diakses 10 November 2019

Milyani, A. A., & Al-Agha, A. E. (2019). The Effect of Body Mass Index and Gender
on Lipid Profile in Children and Adolescents in Saudi Arabia. Annals of
African medicine, 18(1), 42–46. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/, Diakses 10
November 2019.

Mokolensang, O.G., Manampiring A.E., dan Fatimawali. 2016. Hubungan Pola


Makan dan Obesitas Pada Remaja di Kota Bitung. Jurnal e-Biomedik (eBm),
Volume 4, Nomor 1. https://ejournal.unsrat.ac.id/, Diakses 12 November
2019.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta


Nurmasyita, N., Widjanarko, B. dan Margawati, A., 2016. Pengaruh intervensi
pendidikan gizi terhadap peningkatan pengetahuan gizi, perubahan asupan
zat gizi dan indeks massa tubuh remaja kelebihan berat badan. Jurnal Gizi
Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition), 4(1), pp.38-47.
https://ejournal.undip.ac.id/index, Diakses 12 November 2019.
Oluwayemi, I.O. and Oluwayemi, M.A. 2015. Relationship between Obesity and
Fasting Blood Glucose among Secondary School Adolescents in Ado-Ekiti,
South West Nigeria. International Journal of Healthcare Sciences. Vol. 3,
Issue 1, pp: (80-86). https://www.researchgate.net/, Diakses 12 November
2019.

Onis, Mercedes & Onyango, Adelheid & Borghi, Elaine & Siyam, Amani & Nishida,
Chizuru & Siekmann, Jonathan. 2007. Development of a WHO growth
reference for school-aged children and adolescents. Bulletin of the World
Health Organization, 85:660-7.

Özdemir, A., Utkualp N., dan Palloş A. 2015. Physical and Psychosocial Effects of
the Changes in Adolescence Period. International Journal of Caring
Sciences. 9(2), p : 717. https://internationaljournalofcaringsciences.org/,
Diakses 8 November 2019.

PERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2


di Indonesia. PB Perkeni, Jakarta.
Putri, S.P. 2015. Pengaruh Pelatihan Kognitif Perilakuan Dan Pola Makan Rasulullah
Dalam Meningkatkan Pengendalian Perilaku Makan Pada Wanita Obesitas.
Thesis, Program Magister Profesi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Restuastuti, T., Jihadi, M., dan Ernalia Y. 2016. Hubungan Pola Makan dan Aktivitas
Fisik terhadap Obesitas Pada Remaja Di SMA Negeri 5 Pekanbaru.
Disertasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Riau.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI Tahun 2018.

Sartika, I., Nikmawati, E.E. dan Mahmudatusa’adah, A., 2014. Pengetahuan Dan
Keterampilan Pemilihan Makanan Sehari-Hari Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Tata Busana. Media Pendidikan, Gizi, dan Kuliner, 3(1).
https://ejournal.upi.edu/, Diakses 10 November 2019.

Seth, A. and Sharma, R. 2012. Childhood Obesity. Indian Journal of Pediatrics


https://europepmc.org/, Diakses 27 Maret 2020.

Setiawan, Kodrat. MK Putuskan Pengelolaan SMA di Bawah Pemerintah Provinsi.


Tempo.Co, Diakses tanggal 30 Maret 2020.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung, Afabeta

Suiraoka, I.P. 2015. Pencegahan Dan Pengendalian Obesitas Pada Anak Sekolah.
Jurnal Ilmu Gizi 6(1). http://www.poltekkes-denpasar.ac.id/, Diakses 28
Januari 2020.
Suryaputra, K., dan Nadhiroh S.R. 2012. Perbedaan Pola Makan dan Aktivitas Fisik
antara Remaja Obesitas dengan Non Obesitas. Makara Kesehatan. 16(1):
36-44. https://e-journal.unair.ac.id/, Diakses 26 Desember 2019.
Syauqy, A., 2015. Perbedaan Kadar Glukosa Darah Puasa Pasien Diabetes Melitus
Berdasarkan Pengetahuan Gizi, Sikap Dan Tindakan Di Poli Penyakit Dalam
Rumah Sakit Islam Jakarta. Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Semarang.

Teixeria L. 2011. Regular physical exercise training assists in preventing type 2


diabetes development: focus on its antioxidant and anti-inflammantory
properties. Biomed Central Cardiovascular Diabetology. 10(2);1-15.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/, Diakses 20 Januari 2020.

Utami, Arya. 2016. Modul Survei Konsumsi Makanan. Fakultas Kedokteran


Universitas Udayana Bali. https://simdos.unud.ac.id/, Diakses 20 Maret 2020.

WHO European. 2009. Prevelance Of Overweight And Obesity In Children And


Adolescents. European Environment and Health Information System.
Lampiran

1. Kuisioner Tingkat Pengetahuan Responden Penelitian (Deteksi Dini,


Resiko Obesitas, dan Pencegahan Obesitas)

Kuisioner Tingkat Pengetahuan Responden Penelitian


(Deteksi Dini, Resiko Obesitas, dan Pencegahan Obesitas)

Nama :
___________________________________________
Usia :
___________________________________________
Berat Badan (kg) :
___________________________________________
Tinggi Badan (cm) :
___________________________________________
Asal Sekolah :
___________________________________________

A. Deteksi Dini Obesitas


1) Overweight dan obesitas merupakan kondisi dimana terjadi
ketidakseimbangan asupan energi dan penggunaan energi, kondisi
tersebut, yaitu…
a. Penggunaan energi melebihi batas dan asupan energi melebihi
kebutuhan
b. Asupan energi lebih kecil dari penggunaan energi
c. Asupan energi lebih besar dari penggunaan energi
d. Penggunaan energi melebihi batas dan asupan energi normal
2) Terdapat beberapa metode untuk menggolongkan kondisi
overweight dan obesitas, yaitu…..
a. IMT (Indeks Massa Tubuh), lingkar lengan atas, dan lingkar
kepala
b. Rasio pinggang : pinggul, lingkar lengan atas, dan lingkar perut
c. IMT (Indeks Massa Tubuh), lingkar pinggang, dan rasio
pinggang : pinggul
d. IMT (Indeks Massa Tubuh), lingkar pinggang, dan lingkar perut
3) Masalah kelebihan gizi merupakan masalah penting karena selain
mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat
memengaruhi produktifitas kerja. Oleh sebab itu, perlu adanya
pemantauan berat badan, dengan cara menghitung (Supariasa,
2014) ……

a. Status Gizi c. Lingkar Lengan Atas


b. Indeks Massa Tubuh d. Lingkar Panggul

4) Perubahan kebiasaan makan dan pemilihan bahan makanan yang


kurang tepat merupakan salah satu penyebab pengendalian nafsu
makan menjadi kurang efektif, makanan yang dikonsumsi cenderung
mengandung…..

a. Tinggi lemak dan karbohidrat dengan indeks glikemik rendah


b. Tinggi lemak dan kabohidrat dengan indeks glikemik tinggi
c. Tinggi karbohidrat dan tinggi protein dengan jumlah yang
berlebihan
d. Tinggi karbohidrat dan tinggi vitamin mineral
5) Berat badan berlebih dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi
salah satu zat gizi secara berlebihan dan menghasilkan energi
paling tinggi, zat gizi tersebut adalah….

a. Karbohidrat c. Vitamin
b. Protein d. Lemak

6) Berdasarkan distribusi jaringan lemak tubuh, obesitas memiliki 2


jenis, obesitas yang berbentuk seperti buah apel dan memiliki resiko
tinggi terkena berbagai penyakit adalah….

a. Obesitas sentral c. Obesitas perifer


b. Trans-obesitas d. Obesitas visceral

7) Lingkar pinggang memiliki nilai ambang batas, jika melebihi nilai


ambang batas maka dapat dikategorikan obesitas. Nilai ambang
batas lingkar pinggang untuk obesitas bagi laki-laki dan wanita Asia
a. 95 cm dan 80 cm
adalah… c. 85 cm dan 90 cm
b. 90 cm dan 80 cm d. 80 cm dan 95 cm

8) Contoh kelompok makanan yang mengandung tinggi lemak jenuh


dan tinggi karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi adalah…
a. Buger, es krim, tim tahu, dan nasi goreng
b. Burger, soda, eskrim, dan permen
c. Pizza, permen, tempe, dan ayam tanpa kulit
d. Kentang goreng, telur, sayur kangkung, dan yoghurt
9) Menjaga kondisi tubuh supaya sehat dengan cara memilih bahan
makanan dengan zat gizi yang terstruktur dan mengatur pola makan
secara teratur, contoh pola makan yang teratur adalah…
a. 3x makanan utama dan 2x makanan selingan
b. 3x makanan utama dan 1x makanan selingan
c. 2x makanan utama dan 2x makanan selingan
d. 2x makanan utama dan 1x makanan selingan
10) Nilai ideal akumulasi lemak di dalam tubuh bagi laki-laki dan wanita
adalah….

a. 15%-25 dan 20%-30%


b. 18%-25% dan 26%-32%
c. 18%-24% dan 25%-31%
d. 16%-24% dan 25%-30%

B. Resiko Obesitas
1) Apa yang kamu ketahui tentang faktor resiko overweight dan
obesitas?
a. Pendorong terjadinya obesitas
b. Penyebab utama obesitas
c. Dampak obesitas
d. Faktor pencegahan obesitas
2) Aspek dengan resiko paling sedikit dalam menyebabkan overweight
dan obesitas adalah…
a. Pola makan
b. Tingkat pengetahuan
c. Genetik
d. Aktivitas fisik
3) Lingkungan mendorong perilaku hidup dan pola makan cenderung
tidak sehat, salah satu contoh perilaku hidup yang tidak sehat
adalah…
a. Mengonsumsi sayuran hijau minimal 1 kali sehari
b. Memilih camilan sehat padat gizi secara terus-terusan diselingi
mengosumsi buah
c. Melakukan aktivitas fisik seminggu 3 kali tanpa diimbangi
makanan konsumsi buah
d. Sering mengonsumsi junk food tanpa diimbangi dengan zat gizi
yang lainnya
4) Remaja yang kurang melakukan aktivitas fisik cemderung
mengalami obesitas karena….
a. Metabolisme karbohidrat tidak bekerja dengan normal karena
kurang bergerak
b. Lemak tubuh menumpuk berlebihan
c. Memicu gangguan pencernaan
d. Menurunkan imunitas tubuh
5) Kemajuan teknologi meningkatkan sedentary lifestyle remaja yang
menuntun pada kejadian overweight dan obesitas, apa yang
dimaksud dengan sedentary lifestyle?
a. Perilaku didominasi duduk dan tidur
b. Gaya hidup yang banyak mengonsumsi junk food tanpa
diimbangi dengan asupan zat gizi yang terstruktur
c. Perilaku kurangnya beraktivitas fisik sesuai anjuran
d. Perilaku didominasi dengan duduk dan bersandar
6) Kelompok makanan yang memiliki resiko tinggi dalam menimbulkan
kejadian overweight dan obesitas adalah …
a. Tinggi energi, tinggi lemak jenuh, tinggi karbohidrat sederhana,
rendah serat, dan tinggi natrium
b. Tinggi energi, tinggi lemak jenuh, tinggi karbohidrat kompleks,
rendah serat, dan tinggi natrium
c. Tinggi energi, tinggi rendah lemak jenuh, rendah karbohidrat
sederhana, rendah serat, dan dan rendah natrium
d. Tinggi energi, tinggi lemak tidak jenuh, tinggi rendah karbohidrat
sederhana, tinggi serat, dan tinggi natrium

7) Kondisi overweight dan obesitas dapat meningkatkan kadar


kolesterol yang menyebabkan berbagai permasalahan, salah satu
contohnya, yaitu….
a. Diabetes mellitus tipe 1
b. Kanker
c. Asma
d. Hipertensi
8) Efek metabolisme karbohidrat yang berlebihan akibat kondisi
overweight dan obesitas dikaitkan dengan resistensi insulin, yang
akan meningkatkan resiko penyakit…..
a. Hipertensi
b. Penyakit kardiovaskular
c. Diabetes mellitus tipe 2
d. Diabetes mellitus tipe 1
9) Kadar kolesterol sebaiknya di dalam tubuh dalam keadaan normal,
yaitu…
a. 200-239 mg/dl
b. < 200 mg/dl
c. ≤ 200 mg/dl
b. ≥ 240 mg/dl
10) Kadar glukosa darah sebaiknya di dalam tubuh dalam keadaan
normal, yaitu…
a. < 110 mg/dl
b. ≤ 110 mg/dl
c. ≥ 80-110 mg/dl
d. < 125 mg/dl
C. Pencegahan Obesitas
1) Perilaku sehat yang sebaiknya diterapkan oleh remaja supaya
terhindar dari kejadian overweight dan obesitas adalah….
a. Tidak membatasi menonton iklan promosi cemilan yang kurang
menyehatkan
b. Tidak sarapan dan hanya mengonsumsi obat-obatan untuk diet
c. Mengubah pilihan makanan menjadi lebih sehat dan
mengandung zat gizi yang seimbang
d. Menetapkan kebijakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di
lingkungan sekolah

2) 4 pilar manajemen obesitas terdiri dari diet, aktivitas fisik, farmako


terapi, dan operatif. Kegiatan melakukan banyak olahraga dan
mengurangi kegiatan bersantai termasuk manajemen (Totoprajogo,
2019) ...
a. Operatif
b. Farmako
c. Diet
d. Aktivitas fisik
3) 4 pilar manajemen obesitas terdiri dari diet, aktivitas fisik, farmako
terapi, dan operatif. Dalam pencegahan obesitas yang termasuk
manajemen diet adalah …
a. Meningkatkan asupan gula sederhana (glukosa dan sukrosa)
b. Meningkatkan asupan serat
c. Mengurangi asupan lemak tidak jenuh
d. Mengurangi asupan protein rendah lemak
4)

5) Ukuran dasar anjuran dalam pengaturan pola makan yang sehat,


contohnya adalah…
a. Penurunan asupan lemak total menjadi normal/sedang dengan
komposisi lemak tak jenuh tunggal mendominasi
b. Buah dan sayuran paling banyak 5 porsi sehari, terutama buah
yang berwarna kuning dan sayuran berwarna hijau
c. Makanan sumber pati tetap dikonsumsi, mencakup sumber
karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi
d. Memilih satu jenis makanan saja dengan sumber zat gizi
karbohidrat sederhana
e. Melaksanakan diet yang memerlukan suplemen
6) Pencegahan obesitas dapat dilakukan dengan cara memantau berat
badan, manfaat dalam memantau berat badan adalah….

a. Menambah pengetahuan dan meningkatkan resiko terkena


berbagai penyakit degenratif
b. Mempertahankan berat badan normal dan terhindar dari
berbagai resiko penyakit degeneratif, sehingga memperpanjang
harapan hidup
c. Mengevaluasi pola hidup dan pola makan sebagai motivasi
menuju kondisi berat badan normal
d. Memberikan kepuasan diri akan berat badan yang dimiliki
sekarang

7) Aktivitas fisik berkontribusi dalam pencegahan terjadinya kondisi


overweight dan obesitas, rekomendasi jumlah aktivitas fisik yang
baik dalam menjaga kesehatan adalah (Barasi, 2009) ….

a. 30 menit aktivitas sedang, minimal 5 hari seminggu


b. 60-90 menit aktivitas sedang setiap hari
c. 10 menit aktivitas berat setiap hari
d. 20-30 menit aktivitas berat, minimal 2 hari seminggu
e.

8) Manfaat dari aktivitas fisik untuk metabolisme tubuh adalah ….


a. Meningkatkan penggunaan lemak dan sensitivitas terhadap
insulin serta memperbaiki profil darah
b. Menimbulkan perasaan sehat, bugar, senang, dan dapat
mengatur pola makan menjadi baik
c. Peningkatan mobilitas dan fungsi paru-paru
d. Meningkatkan laju metabolik untuk menurunkan pengeluaran
energi
9) Untuk mengurangi rasa lapar dan menahan rasa kenyang lebih lama
dapat mengonsumsi makanan dengan sumber zat gizi….
a. Lemak tidak jenuh dan serat
b. Karbohidrat sederhana dan lemak tidak jenuh
c. Protein dan mineral
d. Karbohidrat kompleks dan serat
10) Kelompok makanan dengan sumber zat gizi karbohidrat yang
disarankan untuk dikonsumsi supaya tidak mempercepat kenaikan
kadar glukosa darah adalah….
a. Roti gandum
b. Nasi putih
c. Jagung manis
d. Kentang goreng
11) Untuk mencegah terjadinya kondisi overweight dan obesitas, salah
satu cara dapat mengikuti pelatihan pencegahan obesitas, pelatihan
tersebut berguna untuk…
a. Meningkatkan skill berbicara di depan umum
b. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran diri mengenai
pentingnya sarapan
c. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait
pencegahan obesitas
d. Meningkatkan pengetahuan pentingnya mengonsumsi bahan
makanan sumber zat besi
Kunci Jawaban Pre dan Post Test

A. Deteksi Dini B. Resiko C. Pencegahan


Obesitas Obesitas Obesitas
1) C 1) A 1) C
2) C 2) C 2) D
3) B 3) D 3) B
4) B 4) B 4) A
5) D 5) D 5) B
6) A 6) A 6) A
7) B 7) D 7) A
8) B 8) C 8) D
9) A 9) B 9) C
10) C 10) A 10) C
2. Tabel Skor Tingkat Pengetahuan Responden (Deteksi Dini, Resiko
Obesitas, dan Pencegahan Obesitas)

Tabel. Tabel Skor Tingkat Pengetahuan Responden (Deteksi Dini, Resiko


Obesitas, dan Pencegahan Obesitas)

Tabel Skor Tingkat Pengetahuan Responden


(Deteksi Dini, Resiko Obesitas, dan Pencegahan Obesitas)

Data Responden
Data Responden
Nama
Nama
: Umur
Umur
: Berat Badan (kg)
Berat Badan (kg)
: Tinggi Ba
Tinggi Badan (cm)
: (cm)
Jenis Kelamin
: Jenis Kelamin
Asal Sekolah
: Asal Sekolah

Deteksi Dini
Materi Resiko Obesitas Pencegahan Obesitas
Obesitas

Skor

Kategori
3. Form Food Record 1 x 24 Jam

Form Food Record 1 x 24 Jam


Nama : ___________________________________________
Usia : ___________________________________________
Berat Badan (kg) : ___________________________________________
Tinggi Badan (cm) : ___________________________________________
Asal Sekolah : ___________________________________________
No. Telepon : ___________________________________________
Indeks Massa Tubuh : ___________________________________________
(IMT)

Nama Produk Berat Bahan


Cara
Nama (untuk Makanan
Waktu Bahan Makanan Pengolahan
Makanan makanan
Makanan
kemasan) URT gram

Sarapan

Selingan
Pagi

Makan
Siang

Selingan
Sore
Nama Produk Berat Bahan
Cara
Nama (untuk Makanan
Waktu Bahan Makanan Pengolahan
Makanan makanan
Makanan
kemasan) URT gram

Makan
Malam
4. Tabel Kadar Glukosa Darah dan Kadar Kolesterol Total

Tabel. Tabel Kadar Glukosa Darah dan Kadar Kolesterol Total Responden

Tabel Kadar Glukosa Darah dan Kadar Kolesterol Total


Responden

Data Responden Data Responden


Nama
Nama : Umur
Umur : Berat Badan (kg)
Berat Badan (kg) : Tinggi Ba
Tinggi Badan (cm) : (cm)
Jenis Kelamin : Jenis Kelamin
Asal Sekolah : Asal Sekolah

Kadar Glukosa
Darah (mg/dl)

Kadar Kolesterol
Total (mg/dl)

Kategori
5. Kuisioner FFQ (Food Frequency Questionnaires)
KUISIONER
SQ-FFQ (Semi Quantitative-Food Frequency)

Nama Responden : Umur (tahun) :


Alamat : Jenis kelamin :
Tanggal wawancara: Jam wawancara :
Nama pewawancara: Waktu
wawancara:

Berilah tanda (v) pada kolom yang sesuai dengan pola dan kebiasaan makan
responden dalam mengonsumsi makanan (6 bulan terakhir).

POLA DAN KEBIASAAN MAKAN Keterangan


(merk/jenis makanan
Frekuensi Konsumsi yang belum tertera
Porsi
Bahan pada kolom)
makanan Hari Minggu Bulan Tahun
Berat
URT > 1x 1x 4–6x 1-3x 1x 1x
(g)
Golongan makanan pokok
Beras putih
Beras merah
Jagung
Kentang
Roti tawar
Roti manis
Bihun
Mie
Singkong
Ubi jalar

Golongan ikan dan hasil olahannya


Ikan asin
kering
Ikan segar
Bandeng
Kerang
Pindang
benggol
Sarden kaleng
Cornet
Teri segar
Teri kering
Udang segar

Golongan daging, unggas, telur, dan hasil olahannya


Daging sapi
POLA DAN KEBIASAAN MAKAN Keterangan
Frekuensi Konsumsi (merk/jenis makanan
Porsi yang belum tertera
Bahan Hari Minggu Bulan Tahun
makanan Berat
URT > 1x 1x 4–6x 1-3x 1x 1x
(g)
Daging
kambing
Daging ayam
Telur ayam
(kampung,
ras)
Telur bebek

Golongan kacang-kacangan dan hasil olahannya


Kacang hijau
Kacang
merah
Kacang tanah
Kacang
kedelai
Kacang
Panjang
Tahu
Tempe
Tauge kacang
ijo
Tauge kacang
kedelai

Golongan sayur
Bayam
Buncis
Daun kelor
Daun
singkong
Gambas/oyon
g
Kangkung
Kol kembang
Kol
merah/putih
Labu siam
Sawi
Selada
Terong
Tomat
Wortel

Golongan buah
Alpukat
Apel
Belimbing
Jambu biji
Jeruk
Mangga
Melon
Pepaya
Pisang
POLA DAN KEBIASAAN MAKAN Keterangan
Frekuensi Konsumsi (merk/jenis makanan
Porsi yang belum tertera
Bahan Hari Minggu Bulan Tahun
makanan Berat
URT > 1x 1x 4–6x 1-3x 1x 1x
(g)
Semangka
Sirsak

Golongan susu dan hasil olahannya


Susu sapi
Kental manis
Susu kedelai
Yoghurt
keju

Lain-lain
Margarin
Biskuit
Gula aren
Gula pasir
Kopi
Teh
Madu
Kecap
Saos tomat
Santan
Garam

Minuman
Kopi
Teh
Sirup
Minuman
Soda
Minuman
Berenergi
Minuman
Isotonik
6. Form Penjelasan Sebelum Penelitian

PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

(PSP)

Saya Siti Qodriyatus Solikhah Mahasiswa Jurusan Gizi Politeknik


Kesehatan Kemenkes Malang Program Studi DIV Gizi dengan ini meminta Anda
untuk ikut berpartisipasi dengan suka rela dalam penelitian yang berjudul
“Analisis Hubungan Pola Makan dan Asupan Zat Gizi Makro Terhadap Kadar
Glukosa Darah dan Kolesterol Total Pada Remaja Overweight di SMA Negeri
Kota Malang”.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana hubungan pola makan


dan asupan zat gizi makro terhadap kadar glukosa darah dan kolesterol total
pada remaja overweight di SMA Kota Malang yang akan memberikan manfaat
sebagai acuan dalam pelaksanaan intervensi lanjutan dalam penanganan dan
pencegahan kejadian obesitas dan penyakit degeneratif lain akibat obesitas pada
usia remaja. Sampel penelitian yang diambil adalah 12 orang siswa kategori
normal dan 12 orang siswa kategori overweight dengan total 24 siswa sebagai
responden.

Pengambilan data dilakukan selama 16 hari untuk total 24 responden dengan


rincian masing-masing responden akan melakukan pengukuran antropometri dan
pengisian kuisioner yang ditentukan secara mandiri sambil didampingi oleh
peneliti melalui video call whatsapp. Data yang akan diambil adalah data data
pola makan dan data asupan zat gizi makro (energi, karbohidrat, protein, dan
lemak), kadar glukosa darah dan kadar kolesterol total.

Seandainya Anda tidak menyetujui proses dalam penelitian ini, maka Anda
diperkenankan untuk mengundurkan diri dan untuk itu Anda tidak akan dikenakan
sanksi apapun. Segala informasi dan catatan akan peneliti rahasiakan. Apabila
Anda memerlukan informasi atau bantuan terkait dengan penelitian ini, maka
Anda bisa menghubungi Siti Qodriyatus Solikhah sebagai peneliti utama dengan
kontak yang dapat dihubungi 085785401891.
PENELITI
7. Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent)

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Tanggal Lahir :

Nama Sekolah :

Alamat :

Bersedia menjadi responden setelah mendapat keterangan yang


secukupnya serta mengetahui manfaat tujuan penelitian yang berjudul
“Analisis Hubungan Pola Makan dan Asupan Zat Gizi Makro Terhadap Kadar
Glukosa Darah dan Kolesterol Total Pada Remaja Overweight di SMA Kota
Malang.”

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar – benarnya


tanpa paksaan dari pihak manapun, dengan catatan apabila sewaktu – waktu
merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini.
8. Lembar Persetujuan Orang Tua
LEMBAR PERSETUJUAN ORANG TUA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, orang tua dari :

Nama :

Tanggal Lahir :

Nama Sekolah :

Alamat :

Dengan ini meyetujui putra/putri kami menjadi responden penelitian


yang berjudul “Analisis Hubungan Pola Makan dan Asupan Zat Gizi Makro
Terhadap Kadar Glukosa Darah dan Kolesterol Total Pada Remaja
Overweight di SMA Kota Malang.”
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar – benarnya
tanpa paksaan dari pihak manapun, dengan catatan apabila sewaktu – waktu
merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini.
9. Formulir Identitas Responden

FORMULIR IDENTITAS RESPONDEN PENELITIAN

No. Responden :

Tanggal :

1. Nama :
_________________________________________________
2. Tanggal Lahir :
_________________________________________________
3. Usia :
_________________________________________________
4. Jenis Kelamin : (Perempuan/Laki)*
5. Alamat :
_________________________________________________
6. Asal Sekolah :
_________________________________________________
7. No. Telepon :
_________________________________________________

*Coret yang tidak perlu

Anda mungkin juga menyukai