PROPOSAL
Oleh:
Segala puji dan syukur yang sebesar – besarnya penulis panjatkan kehadirat
Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua
bahwa dengan segala keterbatasan yang penulis miliki akhirnya penulis dapat
Anak Balita di Puskesmas Mangasa Kota Makassar Tahun 2020” dalam rangka
penyelesaian salah satu syarat meraih gelar sarjana Kedokteran Program Studi
ii
DAFTAR ISI
JUDUL .........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................vi
PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang ...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................9
C. Hipotesis......................................................................................................9
D. Definisi Operasional Dan Ruang Lingkup Penelitian ..............................12
E. Kajian Pustaka...........................................................................................16
F. Tujuan Penelitian ......................................................................................19
G. Manfaat Penelitian ....................................................................................20
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................22
A. Balita.........................................................................................................22
B. Status Gizi Balita.......................................................................................23
C. Klasifikasi Status Gizi Balita ...................................................................29
D. Malnutrisi..................................................................................................32
E. Faktor-Faktor Risiko Malnutrisi pada Balita ...........................................32
F. Kerangka Teori .........................................................................................40
G. Kerangka Konsep .....................................................................................41
METODE PENELITIAN.........................................................................................42
A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian .....................................................42
B. Populasi ....................................................................................................42
C. Sampel ......................................................................................................42
D. Cara Pengumpulan Data ...........................................................................43
E. Instrumen Penelitian..................................................................................43
iii
F. Pengolahan dan Penyajian Data ...............................................................43
G. Alur Penelitian........................................................................................ 45
H. Etika Penelitian ........................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................47
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi yang baik merupakan landasan kesehatan yang berpengaruh
dan perkembangan fisik dan mental. Gizi yang baik akan menurunkan
konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, peningkatan akses dan mutu
pelayanan gizi kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Salah
satu masalah gizi yang masih tetap terjadi hingga saat ini yaitu malnutrisi
(Depkes, 2014).
atau sering disebut undernutrition (gizi kurang) yang bisa disebabkan oleh
penyerapan yang buruk atau kehilangan nutrisi yang berlebihan. Namun istilah
1
malnutrisi. Hal tersebut bertujuan untuk mencapai SDGs tahun 2030 yang
berisikan 17 tujuan dengan 169 target. Pada poin “Tanpa Kelaparan” yang
Secara global, pada tahun 2014 terdapat 50 juta anak di bawah umur
mengalami gizi buruk. Prevalensi gizi kurang di dunia pada anak dengan umur
di bawah lima tahun dari tahun 2010-2012 masih terbilang tinggi yaitu 15%,
tetapi sudah mengalami penurunan dari 25%. Prevalensi malnutrisi tidak hanya
meningkat di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Selain gizi kurang,
diperkirakan 44 juta (6,7%) anak di bawah umur lima tahun mengalami gizi
lebih dan jumlah ini terus meningkat tiap tahunnya. Di Indonesia, kejadian
kekurangan gizi terlihat meningkat pada tahun 2013 yakni sebesar 19,6% yang
dibandingkan dengan tahun 2010 yakni sebesar (17,9%) dengan 4,9% berstatus
kejadian gizi buruk pada balita dengan prevalensi kekurangan gizi sebesar
2
dibandingkan dengan hasil PSG tahun 2015 yaitu sebesar 5,1% dan tahun 2014
Provinsi Sulawesi Selatan dari bulan Januari sampai Desember tahun 2016
dengan jumlah kumulatif 156 kasus, di 5 Kabupaten dengan kasus gizi buruk
tertinggi adalah Wajo (34 Kasus), Toraja Utara (15 Kasus), Bone (14 Kasus),
Luwu (13 Kasus), Makassar (10 Kasus). Prevalensi balita gizi buruk di Provinsi
Sulawesi Selatan pada tahun 2016, berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi
20,2%. Meskipun capaian kinerja ini belum mencapai target yang ditetapkan
(18,1%), angka ini juga meningkat dari tahun 2015 yaitu sebesar 17,1 %,
2016).
prevalensi gizi buruk jenis marasmus kwashiorkor (M+K) yang paling tinggi
dengan status gizi buruk sebesar 3,66%. Penyumbang terbesar kejadian gizi
kekurangan gizi yang cukup tinggi di tahun 2015 yakni sebesar 15,5% (Dinkes,
2016).
3
Berdasarkan data Jumlah Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Pada Balita per
urutan ke-4 yang memiliki jumlah gizi kurang dan gizi buruk terbanyak. Dari
jumlah 571 balita di Kelurahan Rappocini, penderita gizi kurang sebanyak 696
anak atau 8,40% dan gizi buruk sebanyak 175 anak atau 2,11%. Berdasarkan
Masalah gizi merupakan akibat dari berbagai faktor yang saling terkait.
Kejadian gizi kurang dan gizi buruk pada balita sangat erat hubungannya
hubungan yang bermakna dengan gizi kurang atau gizi buruk karena ASI
memberikan zat kekebalan kepada balita sehingga balita tersebut menjadi tidak
malnutrisi pada balita dengan ASI eksklusif total 77 sampel pasien dengan
dan 18 (11,7%) sampel yang diberikan ASI eksklusif yang mana didapatkan
hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian gizi kurang pada
anak balita (Sihombing, 2017). Selain itu, terdapat faktor lainnya seperti sosial
ekonomi yang dimana status sosial ekonomi keluarga bisa dilihat dari variabel
pada balita dengan tingkat sosial ekonomi didapatkan data terbanyak berstatus
4
gizi baik terbanyak berstatus sosial ekonomi tinggi sebanyak 30 balita (75%)
malnutrisi pada balita dengan pendidikan dan pengetahuan ibu yang rendah
dengan kejadian malnutrisi pada balita (Oetomo, 2018). BBLR juga dapat
mempengaruhi terjadinya gizi buruk, hal ini dikarenakan bayi yang mengalami
menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan gizi saat balita. Hasil
kurangnya asupan gizi dapat menjadi awal timbulnya penyakit infeksi, karena
penyebab mudahnya penyakit infeksi pada status gizi balita. Dari suatu hasil
5
penelitian diperoleh 38 balita (95%) mempunyai penyakit infeksi yang
merupakan proporsi terbesar dalam kelompok gizi buruk. Pada kelompok gizi
perkembangan yang lain. Selain itu, malnutrisi juga dapat memberikan dampak
perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya
Tidak heran jika malnutrisi yang tidak dikelola dengan baik, pada fase akutnya
akan mengancam jiwa dan pada jangka panjang akan menjadi ancaman
pemberian gizi dan nutrisi yang baik, pemberian gizi dan nutrisi yang baik
6
“Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan
kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan
kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barang siapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku,
maka sesungguhnya binasalah ia.”
“ (Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah kami berikan kepada
kalian) yakni nikmat yang telah dilimpahkan kepada kalian (dan janganlah
melampaui batas padanya) seumpamanya kalian mengingkari nikmat-nikmat itu
(yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpa kalian) bila dibaca Yahilla
artinya wajib kemurkaan-Ku menimpa kalian. Dan jika dibaca Yahulla artinya,
pasti kemurkaan-Ku menimpa kalian (Dan barang siapa ditimpa oleh
kemurkaan-Ku) lafal Yahlil dapat pula dibaca Yahlul (maka sungguh binasalah
ia) terjerumuslah ia ke dalam neraka.”
Oleh sebab itu, makanan yang akan dikonsumsi harus thayyib. Dalam masalah
al-thayyib hubungannya dengan makanan ada dua yang perlu dipahami setiap
orang yaitu:
a. Makanan yang diperoleh benar-benar berasal dari yang halal, baik cara
b. Makanan yang dikonsumsi itu adalah bersih, tidak mengandung kotoran dan
tidak pula kadaluarsa. Adapun makanan yang disebutkan dalam QS. Al-
Baqarah/2: 173
7
Terjemahnya:
segi bahasa, dapat berarti baik, lezat, menentramkan paling utama dan sehat.
Makna kata tersebut dalam konteks makanan adalah makanan yang tidak kotor
dari segi zatnya. Atau rusak (kadaluarsa), atau tercampur najis. Dapat juga
dikatakan yang tayyib dari makanan adalah yang mengandung selera yang
dengan ayat tersebut di atas bahwa Allah swt. memerintahkan kepada para
Rasul untuk makan dari yang baik karena Allah swt. tidak menerima kecuali
8
Dalam aspek dunia medis dan sesuai dengan apa yang Allah Swt. telah
perintahkan kepada manusia khususnya umat islam untuk makan makanan dari
cara yang halal karena kandungan zat-zat gizi seperti karbohidrat, lemak,
protein, dsb yang terdapat di dalam sebuah makanan berguna sebagai energi
yang nantinya akan dapat digunakan sebagai bahan untuk metabolisme di dalam
tubuh kita, apabila kita tidak mengikuti sesuai aturan yang Allah Swt. telah
sumber yang tidak jelas maka perbuatan kita kelak Allah Swt. akan membalas
perilaku kita di hari kemudian, dan juga apabila kita tidak memberikan asupan
nutrisi yang kuat kepada anak kita maka anak tersebut kekurangan bahan untuk
gizi.
faktor risiko terjadinya malnutrisi pada anak balita di Puskemas Mangasa Kota
Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah tersebut di atas, dapat
Makassar?
9
C. Hipotesis
Tahun 2020..
Tahun 2020.
e. Tidak ada hubungan antara riwayat berat badan lahir terhadap kejadian
Tahun 2020.
Tahun 2020.
10
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
Tahun 2020.
Tahun 2020.
Tahun 2020.
Tahun 2020.
11
D. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Definisi Operasional
Tabel. 1.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara ukur Hasil ukur Skala
operasional
Variabel independen
1. Faktor orang Jenjang Dinilai Tingkat pendidikan Ordinal
tua pendidikan berdasarkan terakhir ibu:
a.Tingkat formal yang jawaban subjek 1 : Tidak tamat SD
pendidikan ibu pernah 2 : SD
ditempuh atau 3 : SMP
dijalani oleh ibu 4 : SMA
dan berijazah. 5 : S1/S2/S3
b.Pengetahuan Sesuatu yang Menggunakan Pengetahuan ibu Ordinal
ibu tentang diketahui ibu kuisioner yang tentang gizi balita :
gizi balita yang berkenaan sebelumnya 9-10 : Subjek mampu
dengan gizi pernah diteliti menjawab dengan baik
balita. oleh Sihombing beberapa pertanyaan
Natalia pada yang kita ajukan
tahun 2017 dan 0-5 : Subjek hanya
kita menilai mampu menjawab
berdasarkan sebagian dari beberapa
jawaban subjek pertanyaan yang kita
ajukan
12
2. Faktor sosial Suatu kondisi Dinilai Status ekonomi Ordinal
ekonomi yang berkaitan berdasarkan berdasarkan Upah
dengan tingkat jawaban subjek Minimum Kota
pendapatan, dan Makassar tahun 2019 :
status sosial di 0 :< Rp. 2.941.270
dalam 1 :> Rp. 2.941.270
masyarakat.
13
6. Penyakit Riwayat Dinilai dari Riwayat penyakit Nominal
infeksi penyakit yang jawaban subjek infeksi :
pernah dialami 0 : Tidak sedang
oleh balita yang mengalami penyakit
disebabkan oleh infeksi atau tidak
mikroorganisme memiliki riwayat
. penyakit infeksi
1 : Pernah mengalami
penyakit infeksi
14
panjang badan <-3,0 SD
menurut umur 2 : Pendek :
(TB/U), dan -3,0 SD s/d <-2,0
berat badan SD
menurut tinggi 3 : Normal :
badan (BB/TB). > -2,0 SD
C. Berat badan
menurut tinggi
badan (BB/TB) :
1 : Gemuk :
> 2 SD
2 : Normal :
-2 SD s/d 2 SD
3 : Kurus :
< -3 SD s/d -2 SD
4 : Sangat Kurus :
<-3 SD
berdasarkan hasil responden, dan rekam data medis responden secara online
puskesmas setempat.
E. Kajian Pustaka
15
Raya Kabupaten Nagan Raya
Nama Peneliti (Tahun) Intan Zuhra (2016)
Tujuan Penelitian menganalisis faktor resiko yang berhubugan
dengan gizi kurang pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Kuala Tadu Kecamatan
Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya
Variabel Penelitian Variabel independen : pengetahuan, sikap,
pelayanan kesehatan, sosial budaya. Variabel
dependen : gizi kurang
Metodologi Penelitian Jenis penelitian survei yang bersifat analitik
dengan pendekatan Cross Sectional.
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui
bahwa terdapatnya hubungan yang signifikan
antara faktor pengetahuan dengan gizi
kurang di wilayah kerja Puskemas Kuala
Tadu Kecamatan Tadu Raya Kabupaten
Nagan Raya. Dari hasil uji chi square
didapat nilai Pvalue = 0,004 dan ini lebih kecil
dari α = 0,05 (Pvalue = 0,004 < α = 0,05).
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui
bahwa terdapatnya hubungan yang signifikan
antara faktor sikap dengan gizi kurang di
wilayah kerja Puskemas Kuala Tadu
Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan
Raya. Dari hasil uji chi square didapat nilai
Pvalue = 0,025 dan ini lebih kecil dari α = 0,05
(Pvalue = 0,025 < α = 0,05). Berdasarkan hasil
penelitian ini diketahui bahwa terdapatnya
hubungan yang signifikan antara faktor
pelayanan kesehatan dengan gizi kurang di
16
wilayah kerja Puskemas Kuala Tadu Kecamatan
Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya. Dari hasil uji
chi square didapat nilai Pvalue = 0,009 dan ini
lebih kecil dari α = 0,05 (P value = 0,009 < α =
0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini
diketahui bahwa terdapatnya hubungan yang
signifikan antara faktor sosial budaya dengan
gizi kurang di wilayah kerja Puskemas Kuala
Tadu Kecamatan Tadu Raya Kabupaten
Nagan Raya. Dari hasil uji chi square
didapat nilai Pvalue = 0,025 dan ini lebih kecil
dari α = 0,05 (Pvalue = 0,025 < α = 0,05)
2. Faktor-faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk Pada Balita yang
dirawatkan di RSUP Dr. Kariadi
Nama Peneliti (Tahun) Dewi Novitasari A (2013)
Tujuan Penelitian Menganalisis faktor risiko yang mempengaruhi
balita gizi buruk yang dirawat inap di RSUP Dr.
Kariadi.
Variabel Penelitian Variabel bebas dalam penelitian ini antara lain
status sosial ekonomi, pendidikan ibu, penyakit
penyerta, ASI, BBLR, kelengkapan imunisasi.
Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional dengan
pendekatan case control
Hasil Penelitian Status sosial ekonomi (OR=21,000; CI
95%=6,46-68,28), pendidikan ibu
(OR=16,333;CI95%=5,14-51,87),penyakit
penyerta (OR=35,286; CI95%= 7,39-
168,48),ASI (OR= 9,471; CI95%= 3,07-
29,24),BBLR (OR=21,000; CI95%= 4,45-
99,08), dan kelengkapan imunisasi (OR=12,000;
CI95%=4,18-34,45) merupakan faktor risiko
17
kejadian gizi buruk. Faktor risiko kejadian gizi
buruk yang paling dominan adalah penyakit
penyerta pada balita.
3. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Anak
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Bontomarannu
Nama Peneliti (Tahun) Muh Dhinul Almushawwir (2016)
Tujuan Penelitian Untuk Mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan status gizi anak balita di
wilayah kerja Puskesmas Bontomarannu
Variabel Penelitian Variabel independen : umur ibu, pekerjaan ibu,
pengetahuan gizi ibu, jumlah anak, pendapatan
keluarga, jumlah anggota keluarga, pendidikan
terakhir ibu.
Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan desain Cross Sectional Study atau
penelitian dengan pengambilan data satu waktu.
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan
umur ibu (p= 0,038), pekerjaan ibu (p=0,405),
pengetahuan gizi ibu (p=0,600), jumlah anak (p=
0,433), pendapatan keluarga (p= 0,600), jumlah
anggota keluarga (p= 0,178) dan pendidikan ibu
(p= 0,190). Sementara dari analisis multivariat
didapatkan umur ibu (p=0,51), jumlah anggota
keluarga (p=0,955) dan pendidikan ibu (p=0,
077). Analisis bivariat menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara umur
ibu dengan status gizi pada balita. Berdasarkan
hasil analisis multivariat faktor pendidikan ibu
merupakan faktor yang paling berhubungan
dengan status gizi anak balita karena didapatkan
18
nilai p adalah <0,25.
F. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2020.
2020.
2020.
19
g. Mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian
2020.
G. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
2. Bagi peneliti
Kota Makassar.
3. Bagi Institusi
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Balita
1. Definisi Balita
Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia di
bawah satu tahun juga termasuk golongan ini. Balita usia 1-5 tahun dapat
dibedakan menjadi dua yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga
tahun yang dikenal dengan balita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai
lima tahun yang dikenal dengan usia prasekolah (Proverawati dan Wati,
2011)
21
Bawah lima tahun (balita) didefinisikan sebagai anak di bawah lima
tahun dan merupakan periode usia setelah bayi dengan rentang 0-5 tahun
(Gibney, 2009). Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas
satu tahun atau lebih dikenal dengan pengertian usia anak di bawah lima
tahun (Muaris, 2006). Menurut Sutoma dan Anggraeni (2010), balita adalah
istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5
tahun).
Masa balita adalah periode perkembangan fisik dan mental yang pesat.
Kesehatan seorang balita sangat dipengaruhi oleh gizi yang terserap di dalam
juga mempengaruhi kesehatan. Apabila gizi yang diperlukan oleh otak tidak
22
antropometri (penilaian gizi secara langsung) yaitu berdasarkan BB/U (berat
badan/umur) dengan klasifikasi gizi kurang, gizi buruk, gizi baik, dan gizi
(Supariasa, Bakhri & Fajar, 2012). Gizi dibedakan antara status gizi buruk
Gizi Kurang
atau nutrisinya dibawah rata-rata (Kliegman, 2013). Gizi kurang pada anak-anak
dunia tetapi keparahannya bervariasi dari satu daerah ke daerah lain. Secara
global, ini merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas pada anak di
Gizi Buruk
Gizi buruk dapat diartikan sebagai kurangnya asupan energi dan protein
sehari-hari atau karena suatu penyakit tertentu (Supriasa, 2012). Menurut Depkes
23
RI 2012, merupakan status gizi dengan z-score <-3 menurut BB/TB atau dengan
2012). Kelompok umur balita merupakan kelompok umur yang sangat rentan
mengalami gizi buruk. Secara garis besar klasifikasinya dapat dibagi menjadi
(Kliegman, 2013) :
1. Marasmus
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering
ditemukan pada balita. Ini merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi
buruk. Gejala klinis marasmus antara lain terlihat wajah seperti orang tua,
terlihat tulang belakang menonjol dan kulit di pantat berkeriput (baggy pant),
perut umumnya cekung, iga gambang, dan sering disertai penyakit infeksi
2. Kwashiorkor
dalam jumlah yang besar (Onecia, 2019). Gejala klinis dari kwashiorkor
antara lain rambut rontok dan berwarna kemerahan, otot mengecil (hipotrofi),
kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
3. Marasmus-Kwashiorkor
24
Marasmus-kwashiorkor gejala klinisnya merupakan campuran dari
beberapa gejala klinis antara kwashiorkor dan marasmus dengan berat badan
(BB) menurut umur (U) < 60% baku median WHO-NCHS yang disertai
Berat badan anak sampai di bawah -3 SD sehingga telihat kurus, tetapi ada
gejala edema, kelainan rambut, kulit mengering dan kusam, otot menjadi
Definisi dari PSG adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan
individu yang berisiko atau dengan status gizi buruk. Metode dalam PSG
yang terdiri dari penilaian dengan melihat tanda klinis, tes laboratorium,
25
berdasarkan penilaian terhadap data kuantitatif maupun kualitatif
melalui survei yang akan menghasilkan data kuantitatif (jumlah dan jenis
Penentuan status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu secara
biokimia, dietetika, klinik, dan antropometri (cara yang paling umum dan
1. Antropometri
2. Klinis
26
mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan
3. Biokimia
urin, tinja, dan beberapa jaringan tubuh seperti otot dan hati.
4. Biofisik
Selain penilaian secara langsung, status gizi juga bisa dinilai secara
27
tidak langsung. Untuk penilaian gizi secara tidak langsung terdiri
dari:
secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi
Wati, 2010).
2. Statistika Vital
Status gizi balita adalah keadaan gizi pada balita yang dapat diketahui
dengan membandingkan antara berat badan menurut umur (BB/U) atau panjang
28
badan menurut umur (TB/U), atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
lingkar lengan atas, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak bawah kulit
menjadi :
badan yang dibandingkan dengan umur anak. Salah satu standar antopometri
Health Statistics).
2. Gizi baik
29
3. Gizi kurang : mild underweight (berat badan ringan) dan moderate
kwashiorkor).
dan zat gizi yang diperoleh dari makanan sehari-hari. Gizi makanan sangat
Health Statistics).
gizi anak yaitu status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut
panjang badan (BB/TB) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB),
30
yang merupakan padanan istilah wasted (kurus) dan severely wasted (sangat
D. Malnutrisi
1. Definisi Malnutrisi
2015). Selain itu, peningkatan kebutuhan nutrisi atas status kesehatan yang
pengetahuan orang tua mengenai cara merawat anak, faktor politik, kondisi
31
Malnutrisi pada anak dicirikan oleh 3 bentuk yaitu stunting yang berarti
tinggi badan kurang menurut umur (TB/U), wasting yang berarti berat badan
lain tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup atau salah
mendapat makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang salah. Kebutuhan
nutrisi yang dibutuhkan balita adalah air, energi, protein, lemak, karbohidrat,
kalori, dan karbohidrat 4 kalori. Distribusi kalori dalam makanan balita dalam
keseimbangan diet adalah 15% dari protein, 35% dari lemak, dan 50% dari
menyebabkan kenaikan berat badan 500 gram dalam seminggu (FK UI, 2011).
pada golongan umur 1-2 tahun masih diperlukan pemberian nasi tim walaupun
tidak perlu disaring. Hal ini dikarenakan pertumbuhan gigi susu telah lengkap
apabila sudah berumur 2-2,5 tahun. Lalu pada umur 3-5 tahun balita sudah
dapat memilih makanan sendiri sehingga asupan makanan harus diatur dengan
sebaik mungkin. Memilih makanan yang tepat untuk balita harus menentukan
jumlah kebutuhan dari setiap nutrien, menentukan jenis bahan makanan yang
32
dipilih, danmenentukan jenis makanan yang akan diolah sesuai dengan
2. Sosial Ekonomi
untuk mengukur status sosial ekonomi keluarga dilihat dari variabel tingkat
daya beli pada keluarga tersebut. Selain itu rendahnya kualitas dan kuantitas
anak balita. Keadaan sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan masalah
mengatasi berbagai masalah tersebut. Balita dengan gizi buruk pada umumnya
Ibu yang bekerja mempunyai batasan yaitu ibu yang melakukan aktivitas
ekonomi yang mencari penghasilan baik dari sektor formal atau informal yang
dilakukan secara reguler di luar rumah yang akan berpengaruh terhadap waktu
dari pagi sampai sore menyebabkan pemberian ASI tidak dilakukan dengan
33
3. Pendidikan ibu
pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia.
merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita (Depkes
RI, 2014).
hari. Pendidikan adalah usaha yang terencana dan sadar untuk mewujudkan
34
Pendidikan diperlukan untuk memperoleh informasi yang dapat meningkatkan
4. Pengetahuan ibu
makanan yang berkurang. Keluarga akan lebih banyak membeli barang karena
pengaruh kebiasaan, iklan, dan lingkungan. Selain itu, gangguan gizi juga
5. BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi sedangkan berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Penyebab
terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Bayi yang lahir pada
umur kehamilan kurang dari 37 minggu ini pada umumnya disebabkan oleh
prematur mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal
untuk bertahan hidup di luar rahim sehingga semakin muda umur kehamilan,
35
semakin kurang baik. Kelompok BBLR sering mendapatkan komplikasi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) juga dapat disebabkan oleh bayi
lahir kecil untuk masa kehamilan yaitu bayi yang mengalami hambatan
keadaan ibu atau gizi ibu yang kurang baik. Kondisi bayi lahir kecil ini sangat
yang disebabkan oleh BBLR. Pada BBLR zat anti kekebalan kurang sempurna
sehingga lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit infeksi. Penyakit ini
masuk kedalam tubuh menjadi berkurang dan dapat menyebabkan gizi buruk
(PONED, 2017).
6. ASI Eksklusif
Hanya 14% ibu di Indonesia yang memberikan air susu ibu (ASI)
hanya menerima ASI eksklusif kurang dari dua bulan. Hasil yang dikeluarkan
padat, atau campuran antara ASI dan susu formula (WHO, 2009).
36
Berdasarkan riset yang sudah dibuktikan di seluruh dunia, ASI
disempurnakan sampai umur dua tahun. Memberi ASI kepada bayi merupakan
hal yang sangat bermanfaat antara lain oleh karena praktis, mudah, murah,
psikologis yang erat antara bayi dan ibu yang penting dalam perkembangan
psikologi anak tersebut. Beberapa sifat pada ASI yaitu merupakan makanan
alam atau natural, ideal, fisiologis, nutrien yang diberikan selalu dalam
keadaan segar dengan suhu yang optimal dan mengandung nutrien yang
(Kliegman, 2013).
terhadap infeksi. Hal ini yang menyebabkan balita yang diberi ASI, tidak
rentan terhadap penyakit dan dapat berperan langsung terhadap status gizi
balita. Selain itu, ASI disesuaikan dengan sistem pencernaan bayi sehingga zat
gizi cepat terserap. Berbeda dengan susu formula atau makanan tambahan
yang diberikan secara dini pada bayi. Susu formula sangat susah diserap usus
bayi. Pada akhirnya, bayi sulit buang air besar. Apabila pembuatan susu
7. Kelengkapan Imunisasi
37
Imunisasi berasal dari kata imun yaitu resisten atau kebal. Imunisasi
tersebut sehingga bila balita kelak terpajan antigen yang sama, balita tersebut
tidak akan sakit dan untuk menghindari penyakit lain diperlukan imunisasi
yang lain. Infeksi pada balita penting untuk dicegah dengan imunisasi.
suatu antigen yang dapat dibagi menjadi imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah
bayi dan balita karena meraka yang paling peka terhadap penyakit dan sistem
kekebalan tubuh balita masih belum sebaik dengan orang dewasa (Supartini,
2012).
tubuh balita akan berkurang dan akan rentan terkena penyakit. Hal ini
38
mempunyai dampak yang tidak langsung dengan kejadian gizi. Imunisasi
tidak cukup hanya dilakukan satu kali tetapi dilakukan secara bertahap dan
dapat tetap melindungi terhadap paparan bibit penyakit (Depkes RI, 2014).
8. Pelayanan Kesehatan
kesehatan baik karena masalah jarak tempat pelayanan yang jauh, pelayanan
gizi pada balita (Lestrina, 2009). Salah satu contoh adalah pentingnya
memberikan edukasi dan informasi kepada para ibu untuk memberikan ASI
eksklusif sampai umur 2 tahun dan pemberian MP-ASI yang tepat (IDAI,
2015).
9. Penyakit Infeksi
sanitasi merupakan salah satu penyebab mudahnya penyakit infeksi itu terjadi
(Listyowati, 2010).
F. Kerangka Teori
39
Riwayat
ASI
Ekslusif
Kebutuhan Energi
Tidak Terpenuhi
G. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitan dirumuskan berdasarkan rumusan masalah yang
ada dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara jelas mengenai jalannya
penelitian dan untuk mengarahkan peneliti dalam mencari data yang dibutuhkan.
Sosial Ekonomi
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
2. Lokasi Penelitian
B. Populasi
41
Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak balita yang mengalami
C. Sampel
dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel kasus dalam penelitian
ini adalah anak balita yang mengalami malnutrisi di Puskesmas Mangasa Kota
Makassar.
a. Kriteria Inklusi
1. Balita yang bersedia ikut dalam penelitian (informed consent melalui orang
tua/wali)
b. Kriteria Eksklusi
1. Data Primer. Menggunakan data variabel independen seperti faktor orang tua,
status sosial ekonomi, riwayat berat badan lahir, riwayat konsumsi makanan,
penyakit infeksi, serta faktor higenitas dan sanitasi lingkungan yang diperoleh
42
2. Data Sekunder . Mencakup gambaran umum mengenai angka kejadian gizi
kurang dan gizi buruk pada anak balita di Puskesmas Mangasa Kota
Makassar.
E. Instrumen Penelitian
1. Data rekam medik responden secara online untuk mengetahui faktor risiko
1. Editing
jelas atau tidak lengkap akan peneliti tanyakan kembali kepada responden.
2. Coding
Memberi tanda kode pada jawaban berupa angka, hal ini dimaksudkan
agar lebih mudah dalam melakukan tabulasi dan analisa data yang diberi nilai
3. Processing
43
Peneliti mengolah data yang sudah didapatkan dengan cara memasukkan
4. Cleaning
dipastikan tidak ada kesalahan, maka dilanjutkan dengan tahap penyajian data.
5. Penyajian
G. Alur Penelitian
Secara umum prinsip etika dalam penelitian atau pengumpulan data dapat
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-
hak subjek, dan prinsip keadilan. Prinsip manfaat antara lain, bebas dari
penderitaan, bebas dari eksploitasi dan risiko (benefits ratio). Prinsip menghargai
hak asasi manusia (respect human dignity) antara lain hak untuk ikut atau tidak
dari perlakuan yang diberikan (right to full disclosure) dan informed consent.
Prinsip keadilan (right to justice) antara lain hak untuk mendapatkan pengobatan
yang adil (right in fair treatment) dan hak untuk dijaga kerahasiaannya (right
to privacy).
Beberapa hal yang berhubungan dengan etika dalam penelitian ini ialah:
ramah.
45
3. Menjamin kerahasiaan identitas pasien sehingga tidak ada pihak yang merasa
4. Diharapkan penelitian ini bisa memberikan manfaat kepada semua pihak yang
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat. Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2010.
46
Departemen Kesehatan RI. Standar antropometri berdasarkan WHO-NCHS. 2012.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Laporan kasus angka kejadian gizi
kurang dan gizi buruk pada anak balita di Kota Makassar. Makassar,
2016.
Keshavarzi, Sareh, Sayed Mehdi Ahmadi, dan Kamran B. Lankarani. The Impact of
Depression and Malnutrition on Health Related Quality of Life Among the
Elderly Iranians “Global Journal of Health ScienceVol.7 No 3”. 2015.
diunduh pada tanggal 2 Agustus 2020 dari www.ccsenet.org/gjhs
Kliegman RM, Jenson HB. In: Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi
Keenam. 2013.
Listyowati, Lida D. Determinan kejadian anak balita gizi buruk dan gizi kurang
usia 6-24 bulan pada keluarga non miskin. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember. 2010.
Proverawati,A, Wati,EK. Ilmu Gizi untuk Keperawatan & Gizi Kesehatan, Penerbit
Muha Medika, Yogyakarta. 2011
47
Saputra M. Hubungan Antara Riwayat BBLR dengan Status gizi pada Anak Balita
di Kelurahan Pringgokusuman Kecamatan Gedongtengen Kota
Yogyakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2012.
Saunders, J., Smith, T., & Stroud, M. Malnutrition and undernutrition. Medicine
(United Kingdom), 43(2), 112-118. 2015.
http://doi.org/10.1016/j.mpmed.2014.11.015
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Indonesia. Buku Kuliah Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta. Infomedika. 2011.
Susanti E. Hubungan Berat Badan Lahir dengan Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu. [karya tulis ilmiah].
Bengkulu. Universitas Bengkulu. 2011
Tim Paket Pelatihan Klinik PONED. Buku Acuan Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergensi Dasar (PONED).Jakarta.EGC. 2017.
WHO. WHO Child Growth Standards And The Identification Of Severe Acute
Malnutrition In Infants And Children A Joint Statemen. 2009. [online] Tersedia
di:
http://www.who.int/maternal_child_adolescent/document/9789241598163/en/
[Diakses 17 Agustus 2020].
48
KUESIONER PENELITIAN
KUISIONER PENELITIAN ANALISIS FAKTOR RISIKO MALNUTRISI
PADA ANAK BALITA DI PUSKESMAS MANGASA
KOTA MAKASSAR TAHUN 2020
A. Identitas Responden
1. Nama :
a. Ayah
b. Ibu
49
c. Wali
3. Umur :
4. Pekerjaan :
a. PNS
b. Buruh Harian
c. IRT
d. Lainnya
a. Tidak tamat SD
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. S1/S2/S3
B. Identitas Balita
1. Nama :
2. Tanggal Lahir :
4. Umur :
5. Jenis Kelamin :
50
a. Laki-laki
b. Perempuan
6. Tempat Bersalin :
a. Rumah Sakit
b. Puskesmas
c. Rumah
d. Lainnya
7. Penolong Persalinan :
a. Dokter
b. Bidan
c. Dukun
8. Metode persalinan :
a. Normal
b. SC
1. Apakah ibu memberikan ASI kepada bayi setelah bayi baru lahir
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
c. Lainnya
51
3. Apakah ibu memberikan MP-ASI setelah bayi berusia 6 bulan
a. Ya
b. Tidak
c. Lainnya
4. Apakah anak balita ibu diberikan ASI eksklusif (ASI saja makanan
a. Ya
b. Tidak
1. Apakah dalam satu bulan terakhir anak anda mengalami BAB encer,
dengan lebih dari 3 kali per hari/demam dalam satu bulan terakhir
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anak ibu pernah mengalami gejala seperti batuk dan pilek,
a. Ya
b. Tidak
a. Ya (0-6 bulan)
b. Ya (0-12 bulan)
52
c. Ya (0-24 bulan)
d. Tidak
e. Lainnya
a. Benar
b. Salah
3. Apakah ibu mengetahui cara menilai bayi dan balita yang cukup gizinya
balita
a. Benar
b. Salah
c. Tidak Tahu
53