A
DENGAN BRONKOPNEUMONIA
UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPERAWATAN ANAK
DIRUANG KENANGA 1 RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan “Asuhan Keperawatan
Pada An. A Dengan Bronkopneumonia” Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Anak Di
Ruang Kenanga I RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG.
Tugas ini banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat selesai
tepat pada waktunya. Untuk itu, penyusun pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing Akademik Universitas
Muhammadiyah Kudus dan Pembimbing Klinik di Ruang Kenanga I RSUP Dr. HASAN SADIKIN
BANDUNG. Penyusun menyadari bahwa Tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penyusun menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
penyusunan berikutnya.
Penyusun berharap semoga tugas ini dapat menambah wawasan serta dapat
memberikan manfaat bagi pembaca. Kritik dan saran selalu penyusun harapkan.
Terimakasih
Penyusun
2
DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang………………………………………………………………………………………………………………………. 1
B. Tujuan ........................................................................................................................................ 1
1. Tujuan Umum................................................................................................................ 1
2. Tujuan Khusus............................................................................................................... 1
BAB II ISI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian..................................................................................................................... 1
2. Etiologi........................................................................................................................... 1
3. Manifestasi
Klinis.............................................................................................................................. 2
4. Pathofisiologi................................................................................................................. 3
5. Pathoflow...................................................................................................................... 4
6. Pemeriksaan Penunjang................................................................................................ 5
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis.................................................................................... 5
b. Penatalaksanaan Keperawatan......................................................................... 7
1. Pengkajian............................................................................................... 7
2. Diagnosa Keperawatan…........................................................................ 10
3. Intervensi Keperawatan.......................................................................... 10
B. ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................................................................... 12
1. Pengkajian...................................................................................................................... 12
a. Identitas.................................................................................................................... 12
b. Keluhan Utama ......................................................................................................... 12
c. Riwayat Penyakit Sekarang ...................................................................................... 12
d. Riwayat Penyakit Dahulu ......................................................................................... 13
e. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan.............................................................. 14
f. Riwayat Kesehatan Keluarga..................................................................................... 14
g. Pola Kesehatan Fungsional Menurut Gordon........................................................... 15
h. Keadaan Kesehatan Saat Ini ..................................................................................... 16
i. Pemeriksaan Fisik ..................................................................................................... 18
2. Analisa Data .................................................................................................................. 19
3. Diagnosa Keperawatan.................................................................................................. 20
4. Intervensi Keperawatan................................................................................................. 20
5. Implementasi Keperawatan........................................................................................... 22
3
6. Evaluasi Keperawatan ................................................................................................... 25
A. Kesimpulan............................................................................................................................. 28
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkopneumonia merupakan salah satu penyakit pernapasan pada balita,
bronkopneumonia merupakan penyakit terbesar penyebab kematian tertinggi dikalangan
anak-anak (Fajri & Purnamawati, 2020). Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis
yaitu suatu peradangan akut yang disebabkan oleh mikroorganisme pada parenkim paru yang
terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus di sekitarnya,
yang sering menimpa balita dan anak-anak.
Menurut World Health Organization (WHO), sekitar 800.000 hingga 2 juta anak
meninggal
dunia tiap tahun akibat bronkopneumonia. Bahkan United Nations Children’s Fund
(UNICEF) dan WHO menyebutkan bronkopneumonia sebagai kematian tertinggi anak balita,
melebihi penyakitpenyakit lain seperti campak, malaria serta Acquired Immunodeficiency 3
Syndrome (AIDS). Pada tahun 2017 bronkopneumonia setidaknya membunuh 808.694 anak
di bawah usia 5 tahun (WHO, 2019). Menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018, lima
provinsi yang mempunyai insiden bronkopneumonia balita tertinggi adalah DKI Jakarta
(95,53%), Sulawesi Tengah (71,82%), Kalimantan Utara (70,91%), Banten (67,60%) dan
Nusa Tenggara Barat (63,64%). (Kemenkes RI, 2018)
Menurut penelitian Johnson et al., 2008, di Nigeria dari 419 anak, 234 (72.4%) mengalami
Bronkopneumonia. Menurut WHO (World Health Organization), kasus pneumonia
merupakan penyebab kematian terbesar pada anak-anak di seluruh dunia. Pneumonia
membunuh 920.136 anak-anak di bawah usia 5 tahun pada tahun 2015, menyumbang 16%
dari semua kematian anak balita (WHO, 2015). Angka prevalensi Pneumonia di Indonesia,
pada balita adalah 18,5 per mil. Insidens tertinggi pneumonia balita terdapat pada kelompok
umur 12-23 bulan (21,7%‰%) (Depkes RI, 2013). Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Bali,
2013. Cakupan penemuan kasus pneumonia pada balita tahun 2013 sebesar 22,5 masih diatas
tahun 2012 namun masih dibawah angka tahun 2010 sebesar 74,46%. Pada tingkat
Kabupaten/Kota dapat diketahui cakupan penemuannya 15%, yaitu Denpasar, Buleleng,
Badung dan Kabupaten Jembrana. Jumlah kasus pneumonia di Kabupaten Badung pada tahun
4
2015 sebanyak 120 kasus dan tahun 2016 sebanyak 190 kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten
Badung, 2016)
Masalah keperawatan yang lazim muncul pada anak yang mengalami Bronkopneumonia
yaitu gangguan pertukaran gas, ketidakefektifan bersihan jalan napas, ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, intoleransi aktivitas, dan resiko ketidakseimbangan
elektrolit (Nurarif & Kusuma, 2015). Proses peradangan dari proses penyakit
bronchopneumonia menimbulkan manifestasi klinis yang ada sehingga muncul beberapa
masalah dan salah satunya adalah gangguan pertukaran gas. Gangguan pertukaran gas adalah
kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida pada membran
alveolus-kapiler (PPNI, 2017).
Studi Pendahuluan yang dilakukan di RSUD Mangusada Badung tahun 2018 ditemukan 2
penderita Bronkopneumonia yang mengalami gangguan pertukaran gas dengan sesak nafas
dan saturasi oksigen yang menurun. Tingginya kasus anak yang mengalami
Bronkopneumonia, menunjukkan pentingnya pemberian intervensi yang tepat untuk
menangani permasalahan yang ditimbulkan oleh Bronkopneumonia. Adapun rencana
keperawatan yang peneliti lakukan untuk menangani masalah gangguan pertukaran gas pada
anak yaitu meliputi pengkajian yang berfokus pada pemeriksaan fisik untuk melihat tanda-
tanda gangguan pertukaran gas yang berupa sianosis, gelisah, pernapasan cuping hidung dan
pola napas abnormal (PPNI, 2017), kemudian intervensi keperawatan yang dapat dilakukan
yaitu monitor tanda-tanda vital, memberikan posisi, monitor respirasi dan O2. Monitor pola
napas, mencatat pergerakan dada, kolaborasi pemberian oksigen bila perlu dan auskultasi
suara napas tambahan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan Judul "Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Anak
Bronchopneumonia dengan Gangguan Pertukaran Gas".
5
d. Mengobservasi tindakan keperawatan pada anak Bronkopneumonia dengan masalah
keperawatan gangguan pertukaran gas
e. Mengobservasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan pada anak
Bronkopneumonia dengan masalah keperawatan gangguan pertukaran gas.
BAB II
ISI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Bronkopneumonia adalah istilah medis yang digunakan untuk menyatakan
peradangan yang terjadi pada dinding bronkiolus dan jaringan paru di sekitarnya.
Bronkopeumonia dapat disebut sebagai pneumonia lobularis karena peradangan yang
terjadi pada parenkim paru bersifat terlokalisir pada bronkiolus berserta alveolus di
sekitarnya (Muhlisin, 2017).
Bronkopneumonia adalah peradangan umum dari paru-paru, juga disebut sebagai
pneumonia bronkial, atau pneumonia lobular. Peradangan dimulai dalam tabung
bronkial kecil bronkiolus, dan tidak teratur menyebar ke alveoli peribronchiolar dan
saluran alveolar (PDPI Lampung & Bengkulu, 2017).
2. Etiologi
Pada umumnya tubuh terserang Bronchopneumonia karena disebabkan oleh
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.
Penyebab Bronchopneumonia yang biasa di temukan adalah :
a. Bakteri : Diplococus pneumonia, Pneumococus, Stretococus, hemoliticus Aureus,
Haemophilus influenza, Basilus Frienlander ( klebsial Pneumonia), Mycobakterium
Tuberculosis.
b. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
c. Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococus Nepromas, blastomices Dermatides,
Aspergillus Sp, Candida Albicans, Mycoplasma pneumonia, Aspirasi benda asing.
Dalam keadan normal, paru-paru dilindungi terhadap infeksi oleh berbagai
6
mekanisme. Infeksi paru-paru bisa terjadi bila satu atau lebih dari mekanisme
pertahanan terganggu oleh organisme secara aspirasi atau melalui penyebaran
hematogen. Aspirasi adalah cara yang lebih sering terjadi. Virus bisa meyebabkan
infeksi primer atau komplikasi dari suatu penyakit, seperti mobili atau vericella.
Virus tidak hanya merusak sel epitel bersilia tetapi merusak sel goblet dan kelenjar
mukus pada bronkus sehingga merusak clearance mukosilia. Apabila kuman patogen
mencapai bronkoli terminalis, cairan edema masuk ke dalam alveoli, diikuti oleh
leukosit dalam jumlah banyak, kemudian makrofag akan membersihkan debris sel
dan bakteri. Proses ini bisa meluas lebih jauh lagi ke segala atau lobus yang sama,
atau mungkin ke bagian lain dari paru-paru melalu cairan bronkial yang terinfeksi.
Malalui saluran limfe paru, bakteri dapat mencapai aliran darah atau pluro viscelaris.
Karena jaringan paru mengalami konsilidasi, maka kapasitas vital dan comlience
paru menurun, serta aliran darah yang mengalami konsilidasi menimbulkan pirau /
shunt kanan ke kiri dengan ventilasi perfusi yang mismacth, sehingga berakibat pada
hipoksia. Kerja jantung mungkin meningkat oleh karena saturasi oksigen yang
menurun dan hiperkapnu. Pada keadaan yang berat, bisa terjadi gagal napas
(Wijayaningsih, 2013).
a. Faktor predisposisi
1) Usia/umur
- Genetic.
2) Faktor pencetus
- Gizi buruk/kurang
- Berat badan lahir rendah (BBLR) .
- Tidak mendapatkan ASI yang memadai.
- Imunisasi yang tiak lengkap
- Polusi udara
- Kepadatan tempat tinggal
3. Manifestasi klinis
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran napas bagian atas selama
7
beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 37,6-40°C dan kadang
disertai kejang karena demam yang tinggi. Selain itu, anak bisa menjadi sangat gelisah,
pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis di sekitar
hidung dan mulut. Sedangkan, batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,
seorang anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa
batuk kering kemudian menjadi produktif. Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
a. Inspeksi : Pernafasan cuping hidung (+), sianosis sekitar hidung dan mulut,
retraksi sela iga.
b. Palpasi : Stem fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit.
c. Perkusi : Sonor memendek sampai beda.
d. Auskultasi : Suara pernapasan mengeras (vesikuler mengeras) disertai ronki basah
gelembung halus sampai sedang.
Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya daerah yang
terkena. Pada perkusi thoraks sering tidak dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi
mungkin hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang. Bila sarang
bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar suara yang
meredup dan suara pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium
resolusi ronki dapat terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya proses penyembuhan
dapat terjadi antara 2-3 minggu (PDPI Lampung & Bengkulu, 2017).
4. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur,
bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet) invasi
ini dapat masuk kesaluran pernafasan atas dan menimbulkan reaksi imonologis dari
tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh
menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama sekret semakin
menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit dan pasien dapat
merasa sesak. Tidak hanya terkumpul dibronkus lama-kelamaan sekret dapat sampai ke
alveolus paru dan mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran
cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus
menjadi agen patogen sehingga timbul masalah pencernaan.
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,
8
keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri
didalam paru menunjukkan adanya gangguan daya tahan tubuh, sehingga
mikroorganisme dapat berkembang biak dan mengakibatkan timbulnya infeksi
penyakit. Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui
berbagai cara, antara lain :
a. Inhalasi langsung dari udara.
b. Spirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring serta perluasan
langsung dari tempat-tempat lain.
c. Penyebaran secara hematogen (Nurarif & Kusuma, 2015).
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas
sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan
sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses
peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :
a. Stadium I/ Hiperemia (4-12 jam pertama atau stadium kongesti).
Pada stadium I, disebut hiperemia karena mengacu pada respon peradangan
permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai
dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel
mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut
mencakup histamin dan prostaglandin.
b. Stadium II/ Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya)
Pada stadium II, disebut hepatitis merah karena terjadi sewaktu alveolus terisi oleh
sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena
adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan sehingga warna paru.
c. Stadium III/ Hepatisasi Kelabu (3-8 hari berikutnya)
Pada stadium III/hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel- sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada
stadium ini eritrosit di alveoli
mulai di reabsorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna
merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV/Resolusi (7-11 hari berikutnya)
Pada stadium IV/resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda,
9
sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali ke strukturnya semula
10
11
5. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan
dapat digunakan cara :
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil).
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam
digunakan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa.
4) Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia.
5) Sampel darah, sputum dan urine untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen
mikroba.
b. Pemeriksaan radiologi
1) Ronthenogram thoraks
Menunujukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi
stafilokokus dan haemofilus.
2) Laringoskopi/ bronskopi
Untuk menentukan apakah jalan nafas tesumbat oleh benda padat
6. Penatalaksanaan
a. Farmakologis
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan bronkopneumonia yaitu:
a. Pemberian obat antibiotik penisilin ditambah dengan kloramfenikol 50- 70
mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotic yang memiliki spectrum luas seperti
ampisilin, pengobatan ini diberikan sampai bebas demam 4-5 hari. Antibiotik
yang direkomendasikan adalah antibiotik spectrum luas seperti kombinasi beta
laktam/klavulanat dengan aminoglikosid atau sefalosporin generasi ketiga
b. Pemberian terapi yang diberikan pada pasien adalah terapi O2, terapi cairan
dan, antipiretik. Agen antipiretik yang diberikan kepada pasien adalah
paracetamol. Paracetamol dapat diberikan dengan cara di tetesi (3x0,5 cc
sehari) atau dengan peroral/ sirup. Indikasi pemberian paracetamol adalah
adanya peningkatan suhu mencapai 38ºC serta untuk menjaga kenyamanan
12
pasien dan mengontrol batuk.
c. Terapi nebulisasi menggunakan salbutamol diberikan pada pasien ini dengan
dosis 1 respul/8 jam. Hal ini sudah sesuai dosis yang dianjurkan yaitu 0,5
mg/kgBB. Terapi nebulisasi bertujuan untuk mengurangi sesak akibat
penyempitan jalan nafas atau bronkospasme akibat hipersekresi mukus.
Salbutamol merupakan suatu obat agonis beta- 2 adrenegik yang selektif
terutama pada otot bronkus. Salbutamol menghambat pelepas mediator dari
pulmonary mast cell 9,11 Namun terapi nebulisasi bukan menjadi gold standar
pengobatan dari bronkopneumonia. Gold standar pengobatan bronkopneumonia
adalah penggunaan 2 antibiotik (Alexander & Anggraeni, 2017)
b. Non farmakologis
1. Pasien Istirahat total
2. Posisi pasien semifowler / ekstensikan kepala
3. Bila terdapat obstruksi jalan nafas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator
4. Terapi modalitas pernafasan (vibrasi, claping, nafas dalam dan batuk efektif ).
5. Banyak minum air putih hangat
6. Suction bila ada sumbatan jalan nafas
7. Kompres hangat jika demam 8) Diit pasien jenis ML ( makan lunak )
13
B. Asuhan keperawatan
A. PENGKAJIAN
Pengkajian di lakukan pada
Hari / tanggal : Selasa/13 Desember 2022
Jam : 10.00 WIB
Ruangan : Kenanga 1
1. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama : An. A
Tempat/tgl.Lahir : Bandung, 17-04-2022
Umur : 8 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : Belum sekolah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Status Perkawinan : Belum menikah
Alamat : CIKIWARI RT 01 RW
01,MEKARMANIK,CIMENYAN.BANDUNG.
Tanggal masuk RS : 28 -11- 22 jam 20:17
No. RM : 0002051XXX
Diagnose Medis : Bronkopneumonia
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. H
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : CIKIWARI RT 01 RW
01,MEKARMANIK,CIMENYAN.BANDUNG.
Hubungan dengan pasien : Ayah pasien
14
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama
Klien tampak batuk berdahak tidak produktif
b. Riwayat penyakit sekarang
Ibu pasien mengatakan An.A batuk berdahak sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit batuk
semakin bertambah di sertai sesak nafas, saat dikaji di dapatkan RR : 38x/menit spo2 : 96%,
pasien mendapatkan terapi O2 menggunakan nasal kanul 1 lpm.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pranatal : Ibu pasien mengatakan saat hamil sering memeriksa ke bidan terdekat , saat
kehamilannya ibu pasien sering mual muntah dan pernah mengalami herpes di sekitar
wajah
Natal : ibu pasien mengatakan anak lahir pada tanggal 17 april 2022 di bidan eis pasar
lamun, cukup bulan dengan BBL 3,1kg PB 49 cm dang ABGAR SCORE tidak terkaji
Post natal : saat anak A usia 1 minggu setiap di coba minum ASI anak A sering muntah dan
di sertai cairan kuning
c. Riwayat penyakit keluarga
Ibu pasien mengatakan keluarga tidak memiiliki riwayat penyakit degenerati seperti
( Diabete, hipertensi ,asma ,jantung ) dan penyakit menular
d. Riwayat alergi
Ibu pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi baik dari alergi obat, makanan, udara
dll
e. Genogram
Keterangan :
: Laki- Laki
: Perempuan
15
: Pasien
16
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kesadaran umum : Composmentis, GCS : 15 ( E:4 M:5 V:6 )
b. Tanda tanda vital : BB: 5,8 kg, TB: 63 cm, S: 37 c, LK : 40 cm
c. Kepala : ubun-ubun datar, lembut, wajah dismorfik
d. Leher : tidak ada pembesaran tiroid
e. Mata : bentuk mata simetris, pergerakan mata iterik
f. Hidung : kebersihan cukup, terpasang O2 nasal kanul 1 lpm
g. Mulut : Kebersihan mulut cukup, tidak ada lesi
h. Telinga : simetris, tidak ada serumen
i. Thorax
- Paru-paru : terlihat simetris, tidak ada benjolan, bunyi terdengar redup
- Jantung : S1 S2 reguler, terdapat murmur di penjuralik
- Abdomen : abdomen terlihat cembung dan lebar
j. Genetalia : ODS (osmotic deelimination syndrome) sirium, tidak terpasang
kateter dibagian genetalia
k. Estermitas :
- Estermitas atas kanan terpasang infus di bagaian tangan kanan,
ekstermitas atas kiri tidak ada lesi.
- Estermitas bawah tidak terdapat lesi ataupun luka.
17
4. Tindakan Keperawatan
6. Data Penunjang
1 Rontgen Thorax (Tanggal : 10 Desember 2022)
Kesan :
- Bronkopneoumonia bilateral
- Tidak terlihat kardiomegali
18
A. Analisa data
19
16
(risiko jatuh tinggi)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan (D.0001)
2. Risiko defisit nutrisi dibuktikan dengan faktor risiko ketidakmampuan menelan makanan
(D.0032)
3. Risiko jatuh dibuktikan dengan faktor risiko usia ≤ 2 tahun (pada anak) (D.0143)
C. Intervensi keperawatan
membaik Kolaborasi
membaik bronkodilator
20
2. Selasa, 2 Setelah diberikan asuhan Manajemen nutrisi (I.03119)
13/12/2022 keperawatan selama 3x24 Observasi
(08.40) jam diharapkan status - Identifikasi status nutrisi
nutrisi bayi membaik - Identifikasi alergi dan
dengan kriteria hasil : intoleransi makanan
(l.03031) - Identifikasi perlunya
- Berat badan penggunaan selang NGT
meningkat - Monitor asupan makan dan
- Panjang badan Berat Badan
meningkat Terapeutik
- Kesulitan makan - Berikan makanan tinggi
menurun serat untuk mencegah
- Pucat menurun konstipasi
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Edukasi
- Ajarkan diet yang di
programkan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
3. Selasa, 13-12- 3 Setelah diberikan asuhan Pencegahan jatuh (I. 14540)
2022 (08.50) keperawatan selama 3x24 Observasi
jam diharapkan tingkat - Identifikasi faktor
jatuh menurun dengan lingkungan yang
kriteria hasil : meningkatkan resiko jatuh
- Jatuh dari tempat Terapeutik
tidur menurun - Pasang hendrall tempat
tidur.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
DS : -
b. Memonitor berat DO : Berat badan pasien
badan turun 5 gram. BB awal 5,8
kg, BB saat implementasi
4.3kg
d. Kolaborasikan DS : -
dengan pemasangan DO : pasien terpasang NGT
NGT ukuran 20
22
3. Rabu, 14-12- 3 a. Mengidentifikasi DS : Ibu pasien mengatakan
2020 (09.10) faktor resiko jatuh An.A rewel
DO : Handrall tampak tidak
terpasang
23
2. kamis, 15-12- 2 a. Mengidentifikasi DS : Ibu pasien mengatakan
2022 (15.21) status Nutrisi An.A makan melalui selang
NGT
DO : Pasien tampak napsu
makan
d. kolaborasikan dengan DS : -
tim gizi untuk DO : -
menentukan jumplah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan
24
napas tambahan DS : Ibu pasien mengatakan
An.A batuk berdahak
DO : An. A tampak ronkhi
c. Memonitor kering
sputum
DS : Ibu pasien mengatakan
An. A mengeluarkan sputm
DO : An.A tampak
d. Memberikan mengeluarkan sputum
Oksigenasi
DS : Ibu pasien mengatakan
An. A sudah tidak sesak napas
DO : An.A tampak tidak sesak
napas
d. kolaborasikan dengan DS : -
tim gizi untuk DO : susu formula bubuk
menentukan jumplah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan
25
tempat tidur ibu memasangan handrall
DO : handrall tampak
terpasang
E. EVALUASI
26
No. Hari/Tnggal/Jam Dx. Evaluasi
kep
1. Minggu, 18-12- 1 S : Ibu pasien mengatakan bahwa An.A masih sedikit
2022 (09.00) sesak napas
O : Pasien tampak kelihatan sedikit masih sesak napas
dan terpasang Oksigen
A : Masalah belum teratasi bersihan jalan nafas tidak
efektif
P : lanjutkan Intervensi
1. Memberikan oksigenasi
2. Memberikan Nebulizer
27
BAB III
PENUTUP
Maka berdasarkan uraian di atas penulis dapat menarik kesimpulan serta memberikan saran
sebagai berikut :
KESIMPULAN
Bronchopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-
kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga
kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh
tidak bisa bekerja. Gara- gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita
bronchopneumonia bisa meninggal. Sebenarnya bronchopneumonia bukanlah penyakit
tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan
sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.
SARAN
Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan pengobatannya pada
penderita Bronchopneumonia. Menginformasikan tentang pencegahan- pencegahan
terjadinya Bronchopneumonia dengan cara :
1. Berikan Terapi Nebulizer secara rutin
2. Konsumsi obat secara teratur
3. Perhatikan berat badan
4. Hindari zat polusi
5. Jaga stamina tubuh
6. Istirahat cukup/Rutin mengikuti rehabilitasi paru-paru
28
7. Lakukan latihan bernapas
8. Tetap beraktivitas
9. Lakukan terapi oksigen jika keadaan parah
10. Konsumsi makanan sehat
DAFTAR PUSTAKA
29