Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL KARYA TULISAN ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN DENGAN PENERAPAN


PROSEDUR TEPID SPONGE PADA ANAK MALARIA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAESALA KABUPATEN
SERAM BAGIAN BARAT TAHUN 2020

ANITA. F. HUTUBESSY

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PPSDM KESEHATAN

POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN MALUKU

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MASOHI

2020

i
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Anita F. Hutubessy
NIM : P07120320190206
Program studi : Keperawatan Masohi
Instutusi : Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Proposal Karya Tulis


Ilmiah yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya
sendiri dan bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang
lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan proposal ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.

Masohi, 19 Februari 2020


Pembuat Pertanyaan

ANITA F. HUTUBESSY
NIM. P07120320190206

Mengetahui,
Pembimbing

WA NULIANA, S.Kep.,Ns,.M.Kep
NIP. 198403112010122002

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal karya tulis ilmiah oleh Anita F. Hutubessy, NIM

P07120320190206 dengan judul “asuhan keperawatan asuhan

keperawatan keperawatan dengan penerapan prosedur tepid sponge

pada anak dengan malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Waesala

Kabupaten Seram Bagian Barat tahun 2020” telah diperiksa dan disetujui

untuk diujikan.

Masohi, Pebruari 2020

Pembimbing

WA NULIANA, S.Kep.,Ns,.M.Kep
NIP. 198403112010122002

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, suci dan maha

bijaksana karena berkatnya sehingga penulisan Proposal KTI ini dapat

berjalan dengan baik, sesuai dengan harapan penulis. Sehingga penulis

dapat menyelesaikan Proposal KTI yang berjudul ‟ asuhan keperawatan

asuhan keperawatan keperawatan dengan penerapan prosedur tepid

sponge pada anak dengan malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Waesala

Kabupaten Seram Bagian Barat tahun 2020” dapat terselesaikan.

Dalam pembuatan Proposal KTI ini penulis telah banyak mendapat

bantuan serta bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk

itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan penghargaan, rasa

hormat dan ucapan terima kasih.

Dalam penyusunan Proposal KTI ini penulis menyadari bahwa masih

banyak terdapat kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan

proposal KTI ini, tetapi penulis berharap usulan proposal ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Waimital,19 Februari 2020

Peneliti

iv
DAFTAR ISI

Daftar Isi Hal.


HALAMAN SAMPUL DEPAN.............................................................. i
HALAMAN SAMPUL i
DALAM ..............................................................
HALAMAN BEBAS PLAGIASI ........................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................. iii
HALAMAN KATA PENGANTAR ....................................................... iv
HALAMAN DAFTAR ISI .................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang ......................................................... 1
B Rumusan Masalah ................................................... 3
C Tujuan Penelitian ...................................................... 3
1 Tujuan Umum .............................................. 3
2 Tujuan Khusus ............................................. 3
D Manfaat Penelitian .................................................... 3
1 Bagi ibu ........................................................ 4
2 Bagi Institusi ................................................ 4
3 Bagi Peneliti ................................................. 4
4 Bagi Puskesmas .......................................... 4
5 Bagi Peneliti Lain .......................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 6
A Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan 5
Malaria .......................................................................
1 Pengkajian .................................................... 6
2 Diagnosa Keperawatan ................................ 8
3 Implementasi 10
…………………………………..
4 Evaluasi ........................................................ 10
B Konsep 11
Malaria ..........................................................
1 Definisi 11
Malaria ..............................................
2 Etiologi .......................................................... 11
3 Jenis Malaria…………………………………... 12
4 Patofisiologi .................................................. 13
.
5. Gambaran Klinis………………………………. 16
6. Pemeriksaan Penunjang…………………….. 19
7. Pengobatan …………………………………… 19
C Konsep tepid sponge …………………………… 19

v
1 Defenisi………………………………………..... 19
2 Tujuan…………………………………………… 21
3 Prosedur 23
Tindakan……………………………..
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 24
A Rancangan Studi Kasus ............................................ 24
B Subjek Studi Kasus ................................................... 24
C Fokus Studi ............................................................... 24
D Definisi Operasional .................................................. 25
E Tempat dan Waktu .................................................... 25
F Pengumpulan Data .................................................... 25
G Penyajian 25
Data…………………………………………..
H Etika Studi Kasus ..................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
LAMPIRAN .........................................................................................

vi
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR HAL.

Gambar 2.1 Nyamuk Anopheles................................................ 10


Gambar 2.2 Patofisiologi malaria…………………………………. 13

vii
DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR HAL.

Lampiran 1 Lembar assessment awal....................................... 31


Lampiran 2 Lembar Observasi / Evaluasi………………………. 32
Lampiran 3 Prosedur tindakan tepid sponge pada anak 33

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah oleh suatu

protozoa spesies plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui

air liur dengan perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk anopheles

(Corwin, 2000). Penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan

yang mengancam masyarakat di dunia (Dirjen PP & PL Kemenkes RI,

2017). WHO menyatakan bahwa bayi dan anak-anak dibawah usia <5

tahun merupakan kelompok yang berisiko tinggi menderita malaria dan

sebagai salah satu penyebab kematian anak. Menurut world malaria

report yang dikeluarkan oleh WHO bahwa pada tahun 2018 terdapat

228 juta kasus malaria dan diperkiraan jumlah kematian mencapai

405.000 diseluruh dunia dimana sekitar 67% (272.000) terjadi pada

anak (WHO, 2020).

Malaria juga berkontribusi menjadi salah satu penyebab masalah

kesehatan masyarakat dan menyebar diseluruh wilayah Indonesia.

Sebanyak 242 Kabupaten / Kota yang ada di Indonesia masih

merupakan wilayah endemis malaria (Kemenkes RI, 2018). Hasil

RIKESDAS 2018 menunjukkan bahwa terdapat 6 daerah yang masih

memiliki prevalensi tinggi malaria dibanding daerah lainnya

daintaranya; Papua, Papua Barat, Bengkulu, Maluku utara dan Maluku

1
(Badan Penelitian dan pengembangan kesehatan Kementerian

Kesehatan RI, 2018).

Maluku sendiri merupakan salah satu provinsi yang termasuk

dalam daerah endemis beresiko tinggi malaria (Dirjen PP & PL

Kemenkes RI, 2017). Kabupaten Seram Barat adalah salah satu

daerah Maluku yang menjadi daerah endemis malaria dan

dikategorikan tinggi dengan indikator API (Annual Paracite Incidence)

di atas angka nasional. Jumlah morbiditas malaria, per 1000 populasi,

telah berfluktuasi dalam tiga tahun terakhir yang ditunjukkan oleh API

pada tahun 2014 (22,8 ‰), 2015 (6,147 ‰) dan 2016 (9,03 ‰) dengan

441 kasus klinis, 248 kasus positif, 23 spesies telah ditemukan tetapi

belum dikonfirmasi sebagai vektor malaria (Watmanlusy et all, 2019).

Pemerintah memandang malaria masih sebagai ancaman

terhadap status kesehatan masyarakat terutama pada rakyat yang

hidup di daerah terpencil dan beresiko tinggi malaria. Hal ini tercermin

dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 41 tahun 2018

tentang pelaksanaan deteksi dini dan pemberian obat anti malaria oleh

kader malaria pada daerah dengan situasi khusus tercantum bahwa

selain menimbulkan kematian, malaria berpotensi menimbulkan

kejadian luar biasa atau wabah, sehingga perlu dilakukan kegiatan

penanggulangan untuk mencapai target eliminasi. Oleh karena itu,

malaria termasuk penyakit prioritas yang perlu ditanggulangi

(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

2
Pada penyakit malaria masalah yang timbul dan diperlukan

penanganan yaitu demam. Demam biasanya didahului oleh stadium

dingin (menggigil) diikuti demam tinggi kemudian berkeringat banyak.

Selain demam gejala lain yang juga ditemukan seperti nyeri kepala,

mual, muntah, diare, pegal-pegal, dan nyeri otot serta keadaan yang

parah bisa disertai gangguan kesadaran, Kondisi ini jika tidak

tertanggulangi dapat menimbulkan dampak berat yang berakibat pada

kematian. (Dirjen PP & PL Kemenkes RI, 2017).

Penanganan terhadap demam dapat dilakukan dengan tindakan

farmakologis, tindakan non farmakologis maupun kombinasi keduanya.

Kompres adalah salah satu tindakan non farmakologis dan termasuk

dalam intervensi keperawatan untuk menurunkan suhu tubuh bila anak

mengalami demam. Hasil penelitian kualitatif Lewar (2016), pada

perawat di Puskesmas Melolo Kabupaten Sumba Timur menunjukkan

bahwa salah satu intervensi keperawatan dalam menurunkan suhu

tubuh yang tinggi yaitu melalui kompres.

Terdapat beberapa tehnik kompres yakni kompres dingin, hangat

dan tepid sponge. Namun dari ketiga jenis metode kompres ini tepid

sponge lebih efektif menurunkan suhu sebesar 1 0C pada anak demam

dibanding teknik lainnya (Suntari et al, 2019). Beberapa bukti juga

telah menunjukkan bahwa selain pemberian obat antipiretik,

pemberian kompres efektif dalam menurunkan suhu anak. Hasil ini

juga didukung oleh penelitian Hamid (2011) & Arfah (2017) bahwa

3
tindakan kompres dengan metode tepid sponge merupakan tindakan

yang efektif dalam menurunkan suhu tubuh atau demam.

Hasil studi pendahuluan dan observasi peneliti di Puskesmas

Waesala diperoleh bahwa terdapat 36 kasus malaria di tahun 2018-

2019. Upaya yang dilakukan Puskesmas yaitu pengobatan, tindakan

promotif, juga tindakan mandiri perawat dalam penanganan demam

malaria pada anak seperti pemberian kompres, cairan intra vaskuler

atau pemberian cairan infus. Selain itu kebanyakan ibu melakukan

kompres mendapati keluarga dalam menangani demam pada anak

dengan malaria masih memberikan kompres dingin dan hangat, belum

menggunakan tepid sponge.

Berdasarkan berbagai data dan informasi di atas maka penulis

tertarik untuk mengaplikasikan pemberian kompres dengan metode

tepid sponge pada anak dengan malaria.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagimanakah

asuhan keperawatan dengan penerapan prosedur kompres dengan

metode tepid sponge pada anak dengan malaria Di Wilayah Kerja

Puskesmas Waesala?

4
C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan adalah untuk menggambarkan asuhan

keperawatan dengan penerapan prosedur kompres dengan metode tepid

sponge pada anak dengan malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Waesala

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi anak dan keluarga

Dapat meningkatkan pengetahuan keluarga tentang perawatan

deman perawatan demam dengan kompres hangat pada anak

yang menderita malaria.

2. Bagi Perkembangan Ilmu dan Teknologi keperawatan

Meningkatkan pengembangan keterampilan keperawatan

khususnya perawatan demam dengan cara kompres hangat pada

anak yang menderita malaria.

3. Bagi Penulis

Meningkatkan pengetahuan penulis dan mengaplikasikan intervensi

mandiri perawat yakni perawatan demam dengan cara kompres

hangat pada anak yang menderita malaria

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASUHAN KEPERAWATAN MALARIA

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,

suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah

sakit, nomor register dan diagnosa medik.

b. Keluhan utama

Keluhan utama malaria adalah demam, menggigil, berkeringat

dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri

otot atau pegal-pegal (Kemenkes, 2017).

c. Riwayat penyakit sekarang

Peningkatan suhu tubuh karena infeksi parasite dalam tubuh.

d. Riwayat penyakit dahulu

Apakah sebelumnya pernah sakit malaria dan riwayat minum

obat malaria serta penyakit lainnya.

e. Riwayat penyakit keluarga

Apakah keluarga pernah menderita malaria.

f. Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria

Apakah anak atau anggota keluarga pernah berkunjung ke

daerah endemis malaria

6
g. Aktivitas/ Istirahat

Gejala: gangguan pola tidur, misalnya insomnia dini hari,

kelemahan. Perasaan “hiper” dan/ atau ansietas

h. Sirkulasi

Gejala: TD rendah/ bradikardi

i. Integritas Ego

Gejala: ketidakberdayaan/ putus asa

Tanda: ansietas, misalnya pucat, berkeringat, perhatian

menyempit, gemetar, suara gemetar.

j. Eliminasi

Gejala: nyeri abdomen dan distress

Tanda: nyeri tekan abdomen, distensi

k. Makanan/ cairan

Gejala: anoreksia, mual, muntah nyeri ulu hati, tidak toleran

terhadap makanan contoh makanan pedas, Penurunan berat

badan

Tanda: membran msukosa kering, penurunan produksi mukosa,

berat jenis urine meningkat.

l. Neurosensori

Gejala: rasa berdenyut, pusing/sakit kepala, kelemahan, status

mental: tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak

cenderung tidur, disorientasi/ bingung, sampai pingsan dan

koma.

7
m. Nyeri/ kenyamanan

Gejala: nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa

terbakar, perih; nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi.

Nyeri epigastrium kiri sampai tengah/ menyebar ke punggung

terjadi 1-2 makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster).

Nyeri epigastrium terlokalisir di kanan terjadi kurang lebih 4 jam

setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan

makanan atau antasida (ulkus duodenal). Faktor pencetus:

makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obat tertentu

(salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.

Tanda: wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,

berkeringat, perhatian menyempit.

n. Keamanan

Gejala: alergi terhadap obat/ sensitif, mi., ASA

Tanda: peningkatan suhu

o. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada anak dengan

malaria yaitu;

1) Suhu tubuh aksiler ≥ 37,5 °C

2) Konjungtiva atau telapak tangan pucat

3) Sklera ikterik

4) Pembesaran Limpa (splenomegali)

8
5) Pembesaran hati (hepatomegali) (Dirjen PP & PL Kemenkes

RI, 2017).

2. Diagnosa keperawatan

1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi penyakit

1) Tujuan: termuregulasi

2) Intervensi: manajemen hipertermia

a) Monitori suhu tubuh

b) Lakukan penghangatan aktif eksternal (kompres hangat)

c) Lakukan penghangatan pasif (selimut)

d) Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik dan antibiotik

2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis

1) Tujuan: tingkat nyeri

2) Intervensi: manajemen nyeri

a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas,

intensitas nyeri

b) Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri ( relaksasi distraksi)

c) Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri

d) Kolaborasi pemberian obat analgetik, jika perlu.

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna

makanan

1) Tujuan: Status nutrisi

9
2) Intervensi: Manajemen nutrisi

a) Identifikasi status nutrisi

b) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

c) Ajarkan posisi duduk,jika perlu.

3. Implementasi Keperawatan

Setelah melakukan intervensi keperawatan, tahap

selanjutnya adalah mencatat intervensi yang telah dilakukan dan

evaluasi respons klien. Hal ini dilakukan karena pencatatan akan

lebih akurat bila dilakukan saat intervensi masih segar dalam

ingatan. Tulislah apa yang diobservasi dan apa yang dilakukan

(Deswani, 2009).

Implementasi yang merupakan kategori dari proses

keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana

tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang

diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan

(Potter & Perry, 2005).

4. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan.

Namun, evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap dari proses

perawatan. Evaluasi mengacu pada penilaian, tahapan dan

perbaikan. Pada tahap ini, perawat menemukan penyebab

mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal

(Alfaro-Lefevre, 1994 dalam Deswani, 2009).

10
B. KONSEP MALARIA

1. Definisi Malaria

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan plasmodium

yaitu mahluk hidup bersel satu yang masuk kedalam kelompok

protozoa. Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina

yang mengandung plasmodium di dalamnya (Pusat Data dan

Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Penyakit malaria awalnya dikenal sebagai penyakit akibat udara

buruk (mala: buruk; aria: Udara), sehingga penyakit ini sering terjadi

didaerah rawa, karena banyak penduduk daerah pantai yang

menderita gejala malaria yaitu demam tinggi, menggil dan berkeringat.

(Aris Sanjaka, 2013).

2. Etiologi

GAMBAR 2.1
NYAMUK ANOPHELES

Sumber : Diadopsi dari Google.com

11
Malaria disebabkan oleh apicomplexa dari genus plasmodium,

malaria telah diketahui sejak zaman purbakala. Hipokrates yang

belajar dimesir, menguraikan dengan jelas berbagai bentuk malaria.

Sekarang ada empat spesies plasmodium yang dikenali sebagai

agen etiologi malaria manusia yang lazim yaitu plasmodium

falciparum, plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium

ovale yang masing-masing menyebabkan malaria tertiana maligna

atau malaria falciparum, malaria tertiana benigna atau malaria vivax,

malaria quartana dan malaria ovale ; dua spesies yang terakhir paling

jarang. (Rudolph, 2006)

Seseorang dapat terinfeksi lebih dari satu jenis plasmodium,

dikenal sebagai infeksi campuran/majemuk (mixed infection). Pada

umumnya dijumpai dua jenis plasmodium yakni campuran antara

plasmodium falciparum dan plasmodium vivax atau plasmodium

malariae. Kadang-kadang di jumpai tiga jenis plasmodium sekaligus,

meskipun hal ini jarang sekali terjadi. Infeksi campuran biasanya

terdapat didaerah dengan angka penularan yang tinggi. Akhir-akhir ini

di beberapa daerah di laporkan kasus malariae yang telah resisten

terhadap klorokuin bahkan juga resisten terhadap pirimetamin-

sulfadoksin. (Soedarmo, 2002).

3. Jenis Malaria

Ada empat jenis parasit malaria, yaitu:

12
a. Plasmodium falciparum: menyebabkan malaria falciparum atau

malaria tertiana yang maligna (ganas) atau dikenal dengan nama

malaria tropika yang menyebabkan demam setiap hari.

b. Plasmodium vivax: menyebabkan malaria vivax atau disebut juga

malaria tertiana benigna (demam terjadi pada hari ke tiga).

c. Plasmodium malariae: menyebabkan malaria kuartana atau malaria

malariae (demam tiap hari ke empat).

d. Plasmodium ovale: jenis ini jarang sekali dijumpai, menyebabkan

malaria ovale, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat,

diIndonesia dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan

infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh spontan tanpa

pengobatan

Masa inkubasi malaria atau waktu antara gigitan nyamuk dan

munculnya gejala klinis sekitar 7-14 hari untuk Plasmodium falciparum,

8-14 hari untuk Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, dan 7-30

hari untuk Plasmodium malariae.

4. Patofisiologi

Manusia yang tergigit nyamuk infektif akan mengalami gejala

sesuai dengan jumlah sporozoit, kualitas plasmodium, dan daya tahan

tubuhnya. Sporozoit akan memulai stadium eksoeritrositer dengan

masuk ke sel hati. Dihati sporozoit matang menjadi skizon yang akan

pecah dan melepaskan merozoit jaringan. Merozoit akan memasuki

aliran darah dan menginfeksi eritrosit untuk memulai siklus eritrositer.

13
Merozoit dalam eritorsiter akan mengalami perubahan morfologi yaitu;

merozoit akan berubah menjadi bentuk cincin, dari bentuk cincin itu

akan berkembang menjadi trofozoit dan akhirnya menjadi merozoit.

Proses perubahan ini memerlukan waktu 2-3 hari. Diantara merozoit-

merozoit tersebut akan ada yang berkembang membentuk gametosit

untuk kembali memulai siklus seksual menjadi mikrogamet (jantan)

dan makrogamet (betina). Eritrosit yang terinfeksi biasanya pecah

yang bermanifestasi pada gejala klinis. Jika ada nyamuk yang

menggigit manusia yang terinfeksi ini, maka gametosit yang ada

pada darah manusia akan terhisap oleh nyamuk. Dengan demikian,

siklus seksual pada nyamuk dimulai, demikian seterusnya penularan

malaria. (Widyono, 2008).

GAMBAR 2.2
PATOFISIOLOGI MALARIA

Sumber : direktorat PPBB, ditjen PP & PL, kemenkes RI

Pertahanan tubuh invidiu terhadap malaria dapat berupa faktor

yang diturunkan maupun yang didapat. Pertahanan terhadap malaria

14
yang diturunkan terutama penting untuk melindungi anak kecil/bayi

disebabkan sifat khusus eritrosit yang relative resisten terhadap masuk

dan berkembangbiaknya parasit malaria. Masuknya parasit tergantung

pada interaksi antar oraganel spesifik pada merozoit dan struktur

khusus permukaan eritrosit. Sebagai contoh eritrosit yang

mengandung glikoprotein A penting untuk masuknya plasmodium

falciparum. Resistensi relative yang diturunkan pada individu dengan

Hbs terhadap malaria telah lama diketahui dan pada kenyataanya

terbatas pada daerah endemis malaria. Sama Seleksi yang sama juga

dijumpai pada hemoglobinopati tipe lain, kelainan genetic tertentu dari

eritrosit, thalasemia, defesiensi enzim G6PD dan defisiensi

pirufatkinase. Masing-masing kelainan ini menyebabkan

resistensi membrane eritrosit atau keadaan sitoplasma yang

menghambat pertumbuhan parasit. (Soedarmo, 2002)

Imunitas humoral dan selular terhadap malaria didapat sejalan

dengan infeksi ulangan. Namun imunitas ini tidak mutlak, dapat

mengurangi gambaran klinis infeksi, dapat menyebabkan asimtomatik

dalam periode panjang. Pada individu dengan malaria dapat dijumpai

hipergamaglobulinemia poliklonal, yang merupakan suatu antibody

spesifik yang dirpoduksi untuk melengkapi beberapa aktivitas opsonin

terhadap eritrosit yang terinfeksi, tetapi proteksi ini tidak lengkap dan

hanya bersifat sementara bilamana tanpa infeksi ulangan. Tendensi

malaria untuk menginduksi imunosupresi, dapat diterangkan sebagian

15
oleh tidak adekuatnya respon ini. Antigen yang heterogen terhadap

plasmodium mungkin juga merupakan salah satu factor.

Monosit/makrofag merupakan partisipan seluler yang terpenting dalam

fagositosit eritrosit yang terinfeksi. (Soedarmo, 2002).

5. Gambaran klinis

Keluhan utama yang sering kali muncul adalah demam lebih

dari dua hari, menggigil, dan berkeringat. Ketiga hal ini di sebut Trias

Malaria. (Widyono, 2008).

Secara klinis, gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa

serangan demam dengan interval tertentu yang diselingi oleh suatu

periode dimana penderita bebas dari demam. Malaria menunjukkan

gejala-gejala yang khas, yaitu:

a. Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon

matang (sporulasi) pada malaria tertiana (PlasmodiumVivax dan

Plasmodium Ovale). Pematangan skizon tiap 48 jam maka

periodisitas demamnya setiap hari ke 3, sedangkan malaria

kuartania (Plasmodium Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan

periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan ditandai dengan

beberapa serangan demam periodik. Demam khas malaria terdiri

atas 3 stadium, yaitu menggigil (15 menit – 1 jam), puncak demam

(2 – 6 jam), dan tingkat berkeringat (2 – 4 jam). Demam mereda

secara bertahan karena tubuh dapat beradaptasi terhadap parasit

dalam tubuh dan ada respon imun. Gejala umum (gejala klasik)

16
yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) berlangsung

selama 6-10 jam dan terdiri dari tiga tingkatan, yaitu:

1) Stadium dingin

Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat

dingin. gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup

tubuhnya dengan segala macam pakaian dan selimut yang

tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari jemarinya pucat

kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita mungkin muntah

dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini

berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.

2) Stadium Demam

Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa

kepanasan, muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas

seperti terbakar, sakit kepala dan muntah sering terjadi, nadi

menjadi kuat lagi. Biasanya penderita merasa sangat haus dan

suhu badan dapat meningkat sampai 41°C atau lebih. Stadium

ini berlangsung antara 2 sampai 6 jam. Demam disebabkan

oleh pecahnya skizon darah yang telah matang dan masuknya

merozoit darah ke dalam aliran darah. Pada Plasmodium vivax

dan Plasmodium ovale skizon-skizon dari setiap generasi

menjadi matang setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul

setiap tiga hari terhitung dari serangan demam sebelumnya.

Nama malaria tertiana bersumber dari fenomena ini. Pada P.

17
malaria, fenomena tersebut 72 jam sehingga disebut malaria P.

vivax/P. ovale, hanya interval demamnya tidak jelas. Serangan

demam diikuti oleh periode laten yang lamanya tergantung pada

proses pertumbuhan parasit dan tingkat kekebalan yang

kemudian timbul pada penderita.

3) Stadium Berkeringat

Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali

sampaisampai tempat tidurnya basah. Suhu badan meningkat

dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah suhu normal.

Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari

tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini

berlangsung antara 2 sampai 4 jam.

b. Splenomegali (Pembesaran limpa) merupakan gejala khas malaria

kronik. Limpa mengalami kongeori menghitam dan menjadi keras

karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat yang

bertambah.

c. Anemia yang disertai malaise. Derajat anemia tergantung pada

spesies penyebab, yang paling seing adalah anemia karena

Plasmodium Falciparum. Anemia disebabkan oleh: penghancuran

eritrosit yang berlebihan mengakibatkan gangguan pembentukan

eritrosit karena depresi eritrosit dalam sum-sum tulang belakang;

secara normal eritrosit tidak dapat hidup lama.

18
d. Ikterus. Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera

mata akibat kelebihan bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah produk

penguraian sel darah merah (Corwin, 2000 dalam Lewar, 2016).

6. Pemeriksaan Penunjang

Untuk menegakkan diagnosis malaria dapat dilakukan beberapa

pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan dengan mikroskop

Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di

Puskesmas/lapangan/ rumah sakit/laboratorium klinik untuk

menentukan:

1) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).

2) Spesies dan stadium plasmodium.

3) Kepadatan parasit.

b. Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)

Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit

malaria, dengan menggunakan metoda imunokromatografi.

Sebelum menggunakan RDT perlu dibaca petunjuk penggunaan

dan tanggal kadaluarsanya. Pemeriksaan dengan RDT tidak

digunakan untuk mengevaluasi pengobatan (Dirjen PP & PL

Kemenkes RI, 2017).

C. KONSEP KOMPRES DENGAN METODE TEPID SPONGE

1. Defenisi

19
Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan

suhu tubuh anak yang mengalami demam. Pemberian kompres

hangat pada daerah pembuluh darah besar merupakan upaya

memberikan rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar

menurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini

menuju hipotalamus akan merangsang area preoptik mengakibatkan

pengeluaran sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan menyebabkan

terjadinya pengeluaran panas tubuh yang lebih banyak melalui dua

mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat

(Potter & Perry, 2005).

Ada beberapa macam kompres yang bisa diberikan untuk

menurunkan suhu tubuh yaitu tepid sponge dan kompres air hangat

(Dewi, 2016). Tepid sponge merupakan alternatif teknik kompres

yang menggabungkan teknik blok dan seka (Efendi, 2012). Kompres

hangat merupakan tindakan menurunkan suhu tubuh dengan

menggunakan kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air

hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga

dapat memberikan rasa nyaman (Wardiyah, 2016).

Mekanisme kerja dari tepid sponge sama dengan kompres

hangat pada umumnya, namun dengan teknik yang sedikit

dimodifikasi yaitu dengan menggabungkan teknik blok dan seka

(Efendi, 2012). Teknik tepid sponge berpengaruh terhadap

penurunan suhu tubuh karena kompres blok langsung dilakukan di

20
beberapa tempat yang memiliki pembuluh darah besar, sehingga

mengakibatkan peningkatan sirkulasi serta peningkatan tekanan

kapiler. Tekanan O2 dan CO2 dalam darah akan meningkat dan pH

dalam darah turun. Tepid sponge juga dilakukan dengan cara

menyeka seluruh tubuh klien dengan air hangat (Hamid, 2011).

Teknik kompres tepid sponge dapat mempercepat

vasodilatasi pembuluh darah perifer di seluruh tubuh sehingga

pengeluaran panas dari tubuh melalui kulit lebih cepat dibandingkan

teknik kompres air hangat yang hanya pada daerah tertentu. Teknik

kompres tepid sponge lebih cepat memberikan rangsangan atau

sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika

reseptor yang peka terhadap panas di hipotalamus dirangsang,

sistem efektor mengeluarkan sinyal melalui berkeringat dan

vasodilatasi perifer. Perubahan pembuluh darah diatur oleh pusat

vasometer pada medulla oblongata dari tangkai otak di bawah

pengaruh hipotalamus bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi.

Dengan terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan atau

kehilangan energi panas melalui kulit meningkat (yang ditandai

dengan tubuh mengeluarkan keringat), kemudian suhu tubuh dapat

menurun atau normal (Potter, 2005).

2. Tujuan

21
Adapun tujuan dari pemberian kompres yaitu menurunkan suhu

tubuh, mengurangi rasa sakit atau nyeri, mengurangi perdarahan

dan membatasi peradangan.

Tujuan kompres dengan tepid sponge yaitu untuk membuat

pembuluh darah tepi mengalami vasodilatasi sehingga pori-pori

membuka dan mempermudah pengeluaran panas (Dewi, 2016).

3. Prosedur tindakan Teknik Tepid Sponge

Tahap-tahap pelaksanaan Tepid sponge

a. Tahap persiapan

1) Jelaskan prosedur dan demonstrasikan kepada keluarga cara

tepid sponge.

2) Persiapan alat meliputi ember atau baskom untuk tempat air

hangat (35⁰C), lap mandi atau washlap 6 buah, selimut mandi

1 buah, handuk mandi 1 buah, perlak besar 1 buah,

termometer, selimut hipotermi/selimut tidur 1 buah.

b. Pelaksanaan

a) Beri kesempatan klien untuk buang air sebelum dilakukan tepid

sponge.

b) Ukur nadi dan pernapasan

c) Ukur suhu tubuh klien dan catat, catat jenis dan waktu

pemberian antipiretik pada klien.

d) Buka seluruh pakaian klien dan alas klien dengan dengan

perlak.

22
e) Tutup tubuh klien dengan handuk mandi, kemudian basahkan

wash lap atau lap mandi letakkan lap mandi di dahi, aksila dan

pangkal paha. Lap ekstermitas selama 5 menit, punggung dan

bokong selama 10 – 15 menit. Lakukan melap tubuh klien

selama 20 menit.

f) Pertahankan suhu air (35⁰C).

g) Apabila wash lap mulai mengering maka rendam kembali

dengan air hangat lalu ulangi tindakan seperti diatas.

h) Hentikan prosedur jika klien kedinginan atau menggigil atau

segera setelah suhu tubuh klien mendekati normal. Selimuti

klien dengan selimut mandi dan keringkan. Pakailah klien baju

yang tipis dan mudah menyerap keringat.

i) Catat suhu tubuh klien sebelum dan sesudah tindakan

(Rosdahl, C.B & Kowalski, M.T. 2008 dalam Setiawati, 2009)

23
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus

Desain penulisan karya tulis ilmiah ini adalah deskriptif dengan

metode studi kasus yakni memberikan gambaran asuhan

keperawatan dengan penerapan prosedur kompres hangat pada anak

demam dengan malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Waesala.

B. Subjek Studi Kasus

Mengunakan 2 klien yang diamati secara mendalam dengan kriteria

inklusi dan ekslusi:

1. Kriteria Inklusi

a. pasien anak usia prasekolah dan menetap diwilayah kerja

puskesmas waesala

b. Hasil pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT) menunjukkan

positif malaria

c. Bersedia sebagai responden penelitian

2. Kriteria eksklusi

a. Pasien anak dengan komplikasi

b. Pasien anak yang tidak sadarkan diri

c. Menolak saat dilakukan tindakan

C. Fokus Studi Kasus

24
Penerapan prosedur kompres hangat pada anak demam karena

malaria

D. Defenisi Operasional

1. Asuhan keperawatan pada anak dengan malaria adalah suatu

proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang

langsung diberikan kepada anak yang menderita penyakit malaria

dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang

meliputi pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan,

perencanaan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi, yang

berpedoman pada standar keperawatan.

2. Pemberian tepid sponge adalah salah satu metode fisik untuk

menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam akibat

infeksi malaria yang dilakukan dengan mengkompres tubuh anak

menggunakan air hangat pada bagian dahi dengan menggabungkan

teknik blok dan seka, dada dan aksila.

E. Tempat dan Waktu

1. Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas

Waesala.

2. Waktu

Waktu pelaksanaan penelitian direncanakan pada bulan juni 2020

F. Pengumpulan Data

25
Prosedur pengumpulan data dan instrument pengumpulan data yang

digunakan dalam studi kasus adalah:

1. Biofisiologi

2. Observasi menggunakan model instrument antara lain;

a. Catatan observasi

b. Wawancara

G. Penyajian data

Penyajian data dengan desain studi kasus deskriptif di sajikan

secara terstruktural/narasi dan dapat di sertai dengan cuplikan

ungkapan verbal dan subjek studi kasus yang merupakan data

pendukungnya

H. Etika studi kasus

Pertimbangan etik dalam penelitian ini di laksanakan dengan

memenuhi prinsip The Five Right of Human Subject in Research

(Mocnee, 2004).

Lima hak tersebut meliputi hak untuk self-determination, hak

terhadap privacy dan dignity, hak terhadap anonimity dan

confidentiality, hak untuk mendapatkan penanganan yang adil dan

hak terhadap perlindungan dari kehendaknyamanan atau kerugian

1. Hak untuk self-determination. Dalam penelitian ini, peneliti

memberikan kebebasan kepada orang tua atau wali klien untuk

berpatisipasi atau tidak ikut dalam penelitian ini.

26
2. Hak untuk privacy dan dignity, berarti dalam penelitian ini orang

tua atau wali klien berhak untuk tidak menjawab pertanyaan

wawancara yang mungkin menimbulkan rasa malu untuk

diketahui atau tidak ingin diketahui oleh orang lain.jika orang tua

atau wali klien merasa tidak nyaman untuk berpartisipasi lebih

lanjut, maka orang tua atau wali klien diperkenankan untuk

mengundurkan diri dari proses penelitian kapanpun ia inginkan.

3. Hak anonymity dan confidentiality. Pada penelitian ini, peneliti

menjaga dengan tidak menjaga dengan tidak mencantumkan

nama responden secara lengkap, namun hanya berupa inisial.

Hasil data yang peneliti peroleh berupa lembar persetujuan

mengikuti penelitian, biodata, kaset rekaman dan transkip

wawancara dalam tempat khusus yang hanya bisa diakses oleh

peneliti.

4. Hak terhadap penangan yang adil. Pada penelitian ini orang tua

atau wali yang terlibat diperlakukan sama tanpa diskriminasi dan

menghormati seluruh persetujuan yang telah disepakati

bersama.

5. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari ketidaknyamanan

dan kerugian.Selama prosedur pelaksana tindakan terjadi rasa

ketidaknyaman pada anak, peneliti berupaya untuk

menenangkan dengan cara memberikan waktu pada anak untuk

27
istirahat sampai anak itu tenang dan melanjutkan kembali

prosedur tindakan ketika anak sudah mulai tenang.

Semua prinsip-prinsip dalam penelitian ini dipenuhi dengan

pemberian informed consent oleh peneliti, dan ditanda tangani

orang tua atau wali klien sebagai bukti bahwa orang tua atau wali

klien berpartisipasi dalam proses penelitian dan telah mendapatkan

penjelasan terkait penelitian ini.

28
DAFTAR PUSTAKA

Arafah, (2017). Pengaruh Tepid Sponge Terhadap Perubahan Suhu


Tubuh Anak Usia Pra Sekolah Dan Sekolah Yang Mengalami
Demam Di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota
Pontianak. Skripsis. Universitas Tanjungpura; Pontianak.
Aris Sanjaka, 2013. Malaria Pendekatan Model Kausalitas. Nuha Medika;
Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
RI (2018). Hasil Utama Riskesdas. Badan Penelitian dan
Pengembangan kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Jakarta
Crowin E., 2000. Buku Patofisiologi. EGC; Jakarta
Dewi, A. K. (2016). Perbedaan Penurunan Suhu Tubuh antara Pemberian
Kompres Hangat dengan Tepid Sponge Bath pada Anak Demam.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 1(1):63-71.
Dirjen PP & PL Kemenkes RI, 2017. Buku Saku Tatalaksana Kasus
Malaria. Kementerian Kesehatan RI; Jakarta
Efendi, D. (2012). Perbedaan Efektifitas Kompres Hangat Teknik Blok
Aksila Dengan Kompres Hangat Tepid Sponge Terhadap
Penurunan Suhu Pada Anak Dengan Demam Di Ruang Anak
RSUD. Dr. Soebandi Jember dan Dr. H. Koesnadi Bondowoso.
The Indonesian Journal Of Health Science, 3(1):50-59.
Hamid, M.A., (2010). Keefektifan kompres tepid sponge yang dilakukan
ibu dalam menurunkan demam pada anak di Puskesmas
Mumbulasari Kabupaten Jember; Randomized Control Trial.
Tesis. Universitas Sebelas Maret; Surakarta.
Mahdiyah, D., & RAHMAN, R. T. A. (2015). Perbedaan Efektifitas
Kompres Hangat Basah Dan Plester Kompres Terhadap
Penuruan Suhu Tubuh Anak Demam Typhoid. Dinamika
Kesehatan Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 6(1), 35-47.
Lewar, E.I., (2016). Asuhan Keperawatan Malaria dengan Pendekatan
Proses Keperawatan Di Puskesmas Melolo Kabupaten Sumba
Timur. Jurnal poltekkes Kemenkes Kupang.
Potter & Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. EGC,
jakarta Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI,
2016. Malaria. Pusdatin; Jakarta.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. DPP PPNI; Jakarta

29
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. DPP PPNI; Jakarta
Rudolph, Abraham M. 2006. Buku Ajar Pediatric RUDOLPH volume 1
Edisi 20. EGC; Jakarta
Rosdahl, C.B & Kowalski, M.T. 2008. Textbook of basic nursing.
Philadelphia: Wolters Kluwer health
Setiawati (2009). Pengaruh tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh
dan kenyamanan pada anak usia prasekolah dan sekolah yang
mengalami demam di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung. Tesis. Magister Keperawatan:
Universitas Indonesia
Soedarmo, Sumarmo S. Poorwo. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.
Balai Penerbit FKUI; Jakarta.
Suntari et al. 2019. Pengaturan Suhu Tubuh dengan Metode Tepid Water
Sponge dan Kompres Hangat pada Balita Demam. Jurnal
Kesehatan. Volume 10, Nomor 1, April 2019. ISSN 2086-7751
(Print), ISSN 2548-5695 (Online) http://ejurnal.poltekkes-
tjk.ac.id/index.php/JK
Watmanlusy E, Raharjo M., dan Nurjazuli N, (2019) "Analisis Karakteristik
Lingkungan Spasial dan Dinamika Kepadatan Anopheles sp.
Pengaruhnya terhadap Kejadian Malaria di Kecamatan Seram
Barat Kabupaten Seram Bagian Barat Maluku," Jurnal Kesehatan
Lingkungan Indonesia. Volume 18, nomor 1, hlm. 12-
18. https://doi.org/10.14710/jkli.18.1.12-18
WHO, 2020. Malaria. Diunduh pada tanggal 14 januari 2020 dari
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/malaria diakses
pada tanggal 17 juni 2020
Widoyono, 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, penularan, pencegahan,
dan pemberantasannya. EGC; Jakarta

30
LAMPIRAN 1

LEMBAR ASSESMENT AWAL

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama : ………………………………

2. Umur : ………………………………

3. Jenis Kelamin :

B. KELUHAN UTAMA : ………………………………

C. KONDISI KESEHATAN ANAK SAAT INI: ………………………………

D. RIWAYAT KESEHATAN ANAK

1. Lamanya sakit :

……………………………………………..

2. Pengobatan yang diterima :

……………………………………………

3. Waktu pemberian obat : ……………………………………………….

E. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :

1. Apakah anak pernah menderita malaria sebelumnya : YA / TIDAK

2. Apakah anak pernah mendapatkan obat malaria : YA / TIDAK

F. RIWAYAT BERPERGIAN KE DAERAH ENDEMIS: YA / TIDAK

Jika YA : sebutkan daerahnya …………………………….

31
LAMPIRAN 2

LEMBAR OBSERVASI & EVALUASI

A. KEADAAN UMUM
1. Sebelum dilakukan tindakan: …………………………
2. Setelah dilakukan tindakan: ………………………….
B. TANDA-TANDA VITAL (sebelum dan setelah tindakan)

TANDA-TANDA VITAL SEBELUM SETELAH


TINDAKAN TINDAKAN
Suhu (0C)

Nadi (x/mnt)

Respirasi (x/mnt)

Tekanan Darah (mmHg)

C. DATA FOKUS
1. Pemeriksaan Kulit
a. Inspeksi : Warna kulit wajah
1) Sebelum tindakan :……………………..
2) Setelah tindakan : ……………………..
b. Palpasi : Kulit dan Akral,
1) Sebelum tindakan :……………………..
2) Setelah tindakan : ……………………..
2. Pemeriksaan Mulut (keadaan mukosa bibir):
1) Sebelum tindakan :……………………..
2) Setelah tindakan : ……………………..

32
LAMPIRAN 3

PROSEDUR TINDAKAN TEPID SPONGE PADA ANAK


(Rosdahl, C.B & Kowalski, M.T. 2008 dalam Setiawati, 2009)

A. Tahap persiapan
1. Jelaskan prosedur dan demonstrasikan kepada keluarga cara tepid sponge
2. Persiapan alat:
a. Ember atau Waskom tempat air
b. Air hangat (30 oC – 35 oC)
c. Lap mandi atau washlap 6 buah
d. Handuk mandi 1 buah
e. Selimut mandi 1 buah
f. Perlak besar 1 buah
g. Thermometer
h. Arloji
i. Selimut tidur 1 buah
B. Tahap Pelaksanaan
1. Beri kesempatan anak untuk menggunakan urinal atau pispot sebelum tepid
sponge
2. Ukur nadi dan pernapasan
3. Ukur dan catat suhu tubuh anak sebelum dilakukan tepid sponge
4. Catat jenis dan waktu pemberian antipiretik
5. Buka seluruh pakaian pasien, alasi tubuh pasien dengan perlak
6. Tutup tubuh klien dengan handuk mandi, kemudian basahkan wash lap atau lap
mandi letakkan lap mandi di dahi, aksila dan pangkal paha. Lap ekstermitas
selama 5 menit, punggung dan bokong selama 10 – 15 menit. Lakukan melap
tubuh klien selama 20 menit.
7. Pertahankan suhu air (35⁰C).
8. Apabila wash lap mulai mengering maka rendam kembali dengan air hangat lalu
ulangi tindakan seperti diatas.
9. Hentikan prosedur tindakan jika anak kedinginan atau menggigil atau segera
setelah suhu tubuh anak mendekati normal (37,5 oC)
10. Keringkan tubuh anak dengan handuk mandi
11. Pakaikan anak, baju yang tipis dan mudah menyerap keringat
12. Selimuti anak dengan selimut tidur
13. Ukur dan catat suhu tubuh anak setelah tindakan
14. Dokumentasikan hasil pengukuran sebelum dan setelah dilakukan tindakan

33

Anda mungkin juga menyukai