Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Keperawatan Keluarga


Keperawatan keluarga menurut Effendy (1998) adalah metode ilmiah yang
digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi
keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan
mengevaluasi mutu hasil asuhan keperawatan yang dilakukan terhadap keluarga.

B. Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga


Supratjitno,(2004) mengatakan tujuan keperawatan keluarga terdiri dari :
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya secara
mandiri.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah meningkatkan kemampuan keluarga :
a) Mengenal masalah kesehatan keluarga
b) Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga.
c) Melakukan tindakan keperawatan kesehatan yang tepat kepada anggota keluarga
yang sakit, mempunyai gangguan tubuh atau keluarga yang membutuhkan
kemampuan keluarga.
d) Memelihara lingkungan keluarga (fisik, psikis, dan sosial).
e) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (misalnya, puskesmas,
posyandu, atau sarana kesehatan lain untuk memperoleh pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan keluarga)

C. Proses Keperawatan Keluarga


Proses keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis
untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga,
merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap
keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil
keperawatan yang dilaksanakan terhadap keluarga (Nasrul, 1998).
Asuhan keperawatan keluarga melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga.
Tahapan dari proses keperawatan keluarga adalah sebagai berikut ; 1). Pengkajian
keluarga dan individu dari dalam keluarga. Pengkajian keluarga meliputi cara
mengidentifikasi data demografi dan sosial kultural, data lingkungan dan struktur dan
fungsi keluarga, stress dan koping keluarga yang digunakan keluarga dan perkembangan
keluarga, sedangkan pengkajian terhadap individu sebagai anggota keluarga meliputi :
fisik, mental, emosi, sosial dan spritual. 2). perumusan diagnosa keperawatan keluarga.
3). Penyusunan perencanaan. 4). Pelaksanaan asuhan keperawatan. 5). evaluasi
Langkah-langkah proses keperawatan adalah pendekatan ilmiah atau metode pemecahan
masalah. Langkah-langkah proses keperawatan keluarga sendiri dari ; pengkajian,
analisa data, rumusan masalah, mendiagnosa masalah, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
a. Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi
secara terus-menerus tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan
langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Dalam menentukan masalah
pasien dalam tahap ini mengharuskan perawat menentukan secepat mungkin
pengalaman lalu pasien, pengetahuan yang dimiliki, perasaan dan harapan kesehatan
dimasa yag akan datang. Dalam tahap pengkajian terdiri dari beberapa tahap
meliputi:
1) Pengumpulan data : Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun
informasi atau data dari berbagai pihak keluarga, petugas kesehatan dan hasil
rekawan medis. Data yang dikumpulkan adalah data yang bersifat objektif dan
subjektif,  data demografi, riwayat tumbuh kembang, riwayat penyakit keluarga,
aktifitas sehari-hari, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium. Sumber data
yang didapatkan melalui anamnessa, observasi dengan pemeriksaan fisik. Riwayat
penyakit sekarang, biasanya penderita malaria mengeluh demam, kurang nafsu
makan, banyak berkeringat, merasa pusing, mual, lemas, dan kelihatan pucat.
Keadaan ini harus segera mendapat pengobatan. Dalam hal ini keluarga
mempunyai keterlibatan dalam fungsi perawatan kesehatan keluarga seperti
kesanggupan keluarga dalam melakukan tugas perawatan dengan memeriksakan
anggota keluarga ke tempat pelayanan kesehatan misalnya puskesmas. Riwayat
penyakit keluarga, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, adakah
anggota keluarga yang mengalami penyakit turunan atau penyakit yang sama.
Riwayat psikososial, Identifikasi hubungan sosial keluarga dalam masyarakat,
hubungan interaksi anggota keluarga, tanggapan pasien tentang penyakitnya,
fasilitas atau pelayanan kesehatan yang digunakkan keluarga. Riwayat spritual,
kaji ketaatan beribadah pasien dan menjalankan kepercayaanya serta support
sistem dalam keluarga.
2) Analisa Data : Pada analisa data, kegiatan yang dilakukan yaitu menetapkan
masalah kesehatan keluarga. Ada 5 kelompok masalah keperawatan keluarga
yaitu;
a. ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga,
b. ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalan melakukan tindakan
yang tepat,
c. ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit,
d. ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi
kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga,
e. ketidakmampuan menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara
kesehatan.

3. Perumusan Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu, keluarga atau
komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial
(Allen, 1998). Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian, komponen diagnosa keperawatan meliputi: a) problem atau
masalah, b) etiologi atau penyebab, c) symptom atau tanda, yang dikenal dengan PES.
Tipologi diagnosa keperawatan meliputi :
a) Diagnosa aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan
memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat
b) Diagnosa resiko/resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi
tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi cepat apabila tidak
segera mendapat bantuan perawat.
c) Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah
mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang
kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
Diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan NANDA, 1995, yang berkaitan dengan
masalah fungsi perawatan kesehatan adalah sebagai berikut :
a) Perubahan pemeliharaan kesehatan
b) Potensial peningkata pemeliharan kesehatan
c) Perilaku mencari pertolongan kesehatan
d) Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan teraupetik keluarga
e) Resiko terhadap penyebaran penyakit

Tabel 2
Skala Untuk Menyusun Masalah Kesehatan Keluarga
Sesuai Dengan Prioritas
No Kritera Skor Bobot
1 Sifat masalah 1
      Tidak/kurang sehat 3
      Ancaman kesehatan 2
      Krisis atau keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
      Dengan mudah 2
      Hanya sebagaian 1
      Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah 1
      Tinggi 3
      Cukup 2
      Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
      Masalah berat harus segera ditangani 2
      Ada masalah, tetapi tidak perlu harus
segera ditangani 1
      Masalah tidak dirasakan 0
Sumber : Suprajitno, 2004
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan :
a.       Tentukan skor untuk setia kriteria yang dibuat
b.      Selanjutnya dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan dengan bobot.

4. Perencanaan keperawatan keluarga


Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk
dilaksanakan dalam memcahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasi dari masalah keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan malaria
disusun asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan prioritas masalah keperawatan yaitu,
resiko terhadap penyebaran penyakit berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga
mengenai malaria antara lain :
a) Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang penyakit malaria
b) Dorong periode istirahat dan aktivitas yang terjadwal
c) Tinjau perlu kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan
d) Tekankan pentingnya terapi antibiotic sesuai kebutuhan
e) Identivikasi tanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi medis
f) Beritahu kepada pasien untuk mengawasi penderita saat meminum obat malaria.
5. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana perawat
mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga  untuk mendapatkan
perbaikan kearah perilaku hidup sehat. Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga
didasarkan kepada asuhan keperawatan yang telah didusun
6. Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil, implementasi dengan
kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi
tidak berhasil sebagian perlu disusun rencana keperawatan yang baru.

KONSEP PENYAKIT

A. PENGERTIAN
Gastritis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat akut,
dengan kerusakan “Erosive” karena permukaan hanya pada bagian mukosa (Iin Inaya,
2004).
Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung (Medicastore,2003). Gastritis
adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung (Suyono,2001).
David Ovedorf(2002) mendefinisikan gastritis sebagai inflamasi mukosa gaster
akut atau kronik.
Pengertian yang lebih lengkap dari gastritis yaitu peradangan lokal atau menyebar
pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi
dengan bakteri atau bahan iritan lain (Reeves, 2002).
Jadi gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut
atau kronik, diffus atau lokal. Menurut penelitian, sebagaian besar gastritis disebabkan
oleh infeksi bacterial mukosa lambung yang kronis. Selain itu beberapa bahan yang
sering dimakan dapat mennyebabkan rusaknya sawar mukosa pelindung lambung.
Lapisan lambung menahan iritasi dan biasanya tahan terhadap asam yang kuat.
Tetapi lapisan lambung dapat mengalami iritasi dan peradangan karena beberapa
penyebab:
a. Gastritis bakterialis biasanya merupakan akibat dari infeksi oleh Helicobacter pylori
( bakteri yang tumbuh yang tumbuh di dalam sel penghasil lendir di lapisan
lambung). Tidak ada bakteri lainnya yang ada dalam keadaan normal tumbuh di
dalam lambung yang bersifat asam, tetapi jika lambung tidak menghasilkan asam,
berbagai bakteri bisa tumbuh di lambung. Bakteri ini bisa menyebabkan gastritis
menetep atau gastritis sementara.
b. Gastritis karena steress akut, merupaka n jenis gastritis yang paling berat, yang
disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cedera) yang terjadi secara tiba-tiba.
Cederanya sendiri mungkin tidak mengenai lambung seperti yang terjadi pada luka
bakar yang luas atau cedera yang menyebabkan perdarahan hebat.
c. Gastritis erosif kronis bisa merupakan akibat dari : bahan-bahan seperti obat-obatan ,
terutama aspirin dan obat anti peradangan non steroid lainya, penyakit Crohn,
infeksi virus dan bakteri. Gastritis ini terjadi secara perlahan pada orang-orang yang
sehat, bisa disertai dengan perdarahan atau pembentukan ulkus (borok, luka
terbuka), paling sering terjadi pada alkoholik.
d. Gastritis karena virus atau jamur bisa terjai pada penderita penyakit menahun atau
penderita yang mengalamu gangguan sistem kekebalan.
e. Gastritis eosinofilik bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infeksi
cacing gelang . eosinofil (sel darah putih) terkumpul di dinding lambung.
f. Gastritis atrofik terjadi jika antibodi menyerang lapisan lambung, sehingga lapisan
lambung menjadi sangat tipis dan kehilangan sebagian atau seluruh selnya yang
menghasilkan asam dan enzim. Keadaan ini biasanya terjadi pada usia lanjut gastritis
ini juga cenderung terjadi pada orang-orang yang sebagian lambungnya telah
diangkat (mengalami pembedahan gastrektomi parsial). Gastritis atrofik bisa
menyebabkan anemia pernisiosa karena mempengaruhi penyerapan vittamin B12
dari makanan.
g. Penyakit Meniere merupakan jenis gastritis yang penyebabnya tidak diketahui.
Dinding lambung menjadi tebal, lipatanya melebar, kelenjarnya membesar dan
memiliki kista yang terisi cairan. Sekitar 10% penderita penyakit ini menderita
kanker lambung.
h. Gastritis sel plasma merupakan gastritis yang penyebabnya tidak diketahui. Sel
plasma (salah satu jenis sel darah putih) terkumpul di dalam dinding lambung dan
organ lainnya. Gastritis juga bisa terjadi jika seseorang menelan bahan korosif atau
menerima terapi penyinaran dengan dosis yang berlebihan.
Klasifikasi :
a. Gastritis Superfisialis Akut
1) Definisi
Adalah suatu peradangan permukaan lambung yang akut dengan kerusakan-
kerusakan erosi.
2) Etiologi
a) Obat analgetik-anti inflamasi terutama aspirin
b) Bahan kimia, misalnya lisol
c) Merokok
d) Alkohol
e) Stress fisis ( combustio, sepsis, trauma, gagal ginjal)
f) Refluks usus halus
g) Endotoksin bakteri
h) Makanan berbumbu (lada, cuka)
3) Pemeriksaan Diagnostik
a) Hispatologi biopsy
b) Analisis cairan lambung
c) Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya
antibodi H.Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan
bahwa pasien pernnah kontak dengan bakteri pasa suatu waktu dalam
hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang
terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
d)  Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam
feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya
infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam
feces. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.
e) Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat
adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin
tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan
sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan
masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil.
Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman
menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat
mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari
jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium
untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30
menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini
selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang,
kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini.
Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada
tenggorokan akibat menelan endoskop.
f) Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-
tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan
diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan
ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih
jelas ketika di ronsen.
4) Komplikasi
a) Perdarahan saluran cerna
b) Ulkus
c) Perforasi (jarang terjadi)
5) Penatalaksanaan
a) Gastritis superfisial akut biasanya mereda bila agen-agen penyebab
dapat dihilangkan
b) Penatalaksanaan medik yang diberikan:
(1) Obat anti mual/ muntah
(2) Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit IV jika masih muntah
(3) Penghambat H2 (ranitidine)
(4) Antacid
b. Gastritis Atropik Kronik
1) Definisi
Suatu peradangan bagian permukaan lambung yang menahun. Gastritis ini
ditandai oleh artrofi progesif epitely
2) Etiologi
Belum diketahui
a) Namun penyakit ini sering terdapat pada orang tua, peminum alkohol
berlebih, merokok ( merupakan predisposisi gastritis atrofik)
b) Pada klien dengan anemia pernisiosa , patogenesis berkaitan dengan
mekanisme imunologik
c) Gastritis kronik merupakan predisposisi timbulnya tukak lambung dan
Ca
B. TANDA DAN GEJALA

1. Manifestasi Klinis Gastritis Akut


a. Keluhan dapat bervariasi, kadang tidak ada keluhan tertentu sebelumnya dan
sebagian besar hanya mengeluh nyeri epigastrium yang tidak hebat
b. Kadang disertai dengan nausea dan vomitus
c. Anorexia
d. Gejala yang berat:
1) Nyeri epigastrium hebat
2) Perdarahan
3) Vomitus
4) Hematemesis
2. Manifestasi Klinis Gastritis Kronik
a. Perasaan penuh pada abdomen
b. Anorexia, nausea
c. Distres epigastrik yang tidak nyata
d. Nyeri ulu hati, nyeri ulkus peptik
e. Keluhan-keluhan anemia
C. POHON MASALAH
Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun zat kimia yang masuk kedalam
lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga lambung kehilangan
barrier (pelindung). Selanjutnya terjadi peningkatan difusi balik ion hidrogen. Gangguan
difusi pada mukosa dan penngkatan sekresi asam lambung yang meningkat / banyak.
Asam lambung dan enzim-enzim pencernaan. Kemudian menginvasi mukosa lambung
dan terjadilah reaksi peradangan.

Demikian juga terjadi peradangan dilambung karena invasi langsung pada sel-sel
dinding lambung oleh bakteri dan terinfeksi. Peradangan ini termanifestasi seperti
perasaan perih di epigastrium, rasa panas / terbakar dan nyeri tekan.

Spasme lambung juga mengalami peningkatan diiringi gangguan pada spinkter


esophagus sehingga terjadi mual-mual sampai muntah. Bila iritasi / erosi pada mukosa
lambung sampai pada jaringan lambung dan mengenai pembuluh darah. Sehingga
kontinuitasnya terputus dapat mennimbulkan hematemesis maupun melena.
Gambar 1 : Pohon masalah untuk penyakit gastritis
Sumber pohon masalah : Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan diagnose Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : Mediaction

Obat-obatan (NISAD, H.Phylori Kafein


aspirin, sulfanomida
steroid, digitalis)
Melekat pada epitel Menurun produksi
lambung bikarbonat (HCO3-)
Membantu pembentukan
sawat mukosa lambung
Menghancurkan lapisan Menurunnya kemampuan
mukosa lambung protektif terhadap asam

Menurunnya barrier Menyebabkan difusi


lambung terhadap asam kembali asam lambung dan
dan pepsin pepsin
Kekurangan Volume cairan

Perdarahan
Inflamasi Erosi mukosa lambung

Mukosa lambung
Nyeri epigastrum kehilangan integritas
Menurunnya tonus dan jaringan
peristaltic lambung

Menurunnya sensori untuk


Refluk isi duodenum ke
makan
lambung

Anoreksia

Mual Dorongan ekspulsi isi


lambung ke mulut

Nyeri Akut Muntah


Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Kekurangan volume cairan
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Hispatologi biopsy
2. Analisis cairan lambung
3. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H.Pylori
dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernnah kontak
dengan bakteri pasa suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa
pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa
anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
4.  Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau
tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga
dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya
pendarahan pada lambung.
5. Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari
sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang
fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan
bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi)
sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani
tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter
akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian
akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih
20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini
selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih
satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering
terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
6. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-
tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan
cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi
saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen.

E. PENATALAKSANAAN MEDIS

Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung, dengan


porsi kecil dan sering obat – obatan di tunjukan untuk mengatur sekresi asam lambung
berupa anragonis reseplar H, inhibitor pompa proton, antikelinergerik dan antosid juga
ditunjukan sebagai sitoprotektor, berupa sukrafat dan prostaglandin.

1. Untuk menetralisasi asam digunakan antasida ( mis. Alumunium hidroksida ) untuk


menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka encer.
2. Bila korosi luas, ernetik, lavase lebih dari karena bahaya perforasi tapi pendukung
mencakup inlubasi analgesic sedative, anasida serta inlravana endoskapi eptik
mungkin diperlukan, pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat
gangren atau jaringan forasi, gastrojejunastam atau reaksi lambung diperlukan untuk
abstruksipilorus.

F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Riwayat kesehatan

a. Gejala nyeri ulu hati


b. Tidak dapat makan
c. Mual/muntah
d. Kapan gejala dirasakan : sebelum/sedudah makan, setelah mencerna makanan
pedas atau mengiritasi lambung, atau setelah mencerna obat tertentu atau
alkohol?
e. Apakah gejala b.d ansietas, stress, alergi, makan atau minum terlalu banyak,
atau makan terlalu cepat?
f. Bagaimana gejala hilang?
g. Apakah ada riwayat penyakit lambung sebelumnya atau menjalani pembedahan
lambung?
h. Pola makan dan riwayat diet
i. Identifikasi lamanya gejala, kapan hilang atau berkurang, dengan metode apa
pasien mengatasi keluhan, efek gejala terhadap pasien

2. Pemeriksaan fisik

a. Nyeri tekan abdomen


b. Dehidrasi ( perubahan turgor kulit, membran mukosa kering).
c. Gangguan sistemik yang dapat diketahui menjadi penyebab gastritis.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup
dan kehilangan cairan berlebih karena muntah.
2. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.

3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan


nutrient yang tidak akurat.

4. Cemas berhubungan dengan stress

5. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit.

H. RENCANA KEPERAWATAN

No DX NOC NIC

1 Fluid balance (0601) Fluid managemen ( 4120 )

Setelah dilakukan tindakan Asuhan 1. Monitor berat badan /


keperawatan selama 3 x 24 jam di hari
harapkan cairan tubuh terpenuhi
dengan kriteria hasil : 2. Pertahankan intake dan
output yang akurat
- (060101) tekanan darah dalam
waktu yang diharapkan 3. Monitor status hidroksi
( membrane mukosa )
- (060107) keseimbangan intake dan yang akurat.
output dalam 24 jam
4. Monitor hasil
- (060110) tidak ada acites laboratorium
berhubungan dengan
- (060115) tidak ada kehausan retensi cairan
- (060116) hidrosil kulit (peningkatan BUN,
penurunan hematokrit,
- (060120) pengeluaran urine dalam dan peningkatan tingkat
batas normal asmalatitas urin.

Keterangan penilaian NOC 5. Monitor status


hemodinamik termasuk
1 = Sangat bermasalah
CUP, MAP, PAP
2 = Cukup bermasalah
6. Monitor vital sign
3 = Bermasalah sedang
7. Monitor indikasi
4 = Sedikit bermasalah kelebihan cairan (endema
peningkatan JUP dan
5 = Tidak bermasalah ansietas)

2 Pain control ( 1605 ) Pain managemen (1400)

Setelah dilakukan tindakan Asuhan 1. Kaji secara komperhensif


keperawatan selama 3 x 24 jam tentang nyeri
diharapkan nyeri pasien berkurang 2. Observasi isyarat – isyarat
dengan kriteria hasil : non verbal dari
ketidaknyamanan
- (160501) mengenali faktor
penyebab 3. Gunakan komunikasi
terapeutik agar pasien
- (160502) mengenali lamanya dapat mengespresikan
obat nyeri
- (160503) menggunakan metode 4. Kaji latar belakang budaya
pencegahan pasien
- (160504) menggunakan 5. Kaji pengalaman klien
pencegahaan nonanalgetik tentang nyeri
- (160506) mencari bantuan tenaga 6. Berikan informasi tentang
medis / kesehatan nyeri
- (160511) melaporkan nyeri yang 7. Anjurkan pasien untuk
sudah terkontrol memonitor nyeri sendiri
Kriteria penilaian NOC

1 = Tidak dilakuakan sama sekali

2 = Jarang dilakukan

3 = Kadang dilakukan

4 = Sering dilakukan

5 = Selalu dilakukan

3 Nutritional status : Nutrien intake Nutrition managemen (1100)


(1009)
1. Kaji adanya alergi
Setelah dilakukan tindakan Asuhan makanan
keperawatan selama 3 x 24 jam di
harapkan kebutuhan nutrien tercukupi 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
dengan kriteria hasil : untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
- (100901) cairan intake dibutuhkan pasien

- (100902) protein intake 3. Anjurkan pasien untuk


meningkatkan intake Fe
- (100903) fat intake
4. Anjurkan pasien untuk
- (100904) carbohiydrat intake meningkatkan protein dan
- (100905) vitamin intake vitamin C
- (100906) mineral intake 5. Berikan Substansi gula

- (100907) iron intake 6. Berikan makanan yang


terpilih (sudah
- (100908) calcium intake dikonsultasikan dengan
Keterangan penilaian NOC ahli gizi)

1 = Tidak pernah menunjukan 7. Ajarkan pasien bagaimana


menbuat catatan makanan
2 = Jarang menunjukan harian

3 = Kadang menunjukan

4 = Sering menunjukan

5 = Selalu menunjukan

4 ANXIETY Control (1402) ANXIETY Reduktion (5820)

Setelah dilakukan tindakan Asuhan 1. Tenangkan klien


keperawatan selama 3 x 24 jam di
harapkan cemas dapat teratasi 2. Berusaha memahami klien

Dengan kriteria hasil 3. Berikan informasi tentang


diagnosa prognasli dan
- (140201) monitor intensitas tindakan
cemas
4. Kaji tingkat kecemasan dan
- (140202) tanda berakhirnya reaksi fisik pada tingkat
cemas kecemasan

- (140204) informasi untuk 5. Sediakan aktifitas untuk


mengurangi kecemasan menurunkan ketegangan

- (140205) rencana koping untuk 6. Bantu klien untuk


mengurangi stress mengidentifikasi situasi
yang menciptakan cemas
- (140206)gunakan strategi koping
7. Tentukan klien untuk
keterangan penilaian NOC mengambil keputusan
1 = Tidak pernah memperlihatkan

2 = Jarang memperlihatkan

3 = Kadang memperlihatkan

4 = Memperlihatkan

5 = Selalu memperlihatkan
5 Knowladge : Disease Proses (1803) Pain managemen ( 1400)

Setelah dilakukan tindakan Asuhan 1. Mengobservasi kesiapan


keperawatan selama 3 x 24 jam di klien
harapkan pasien dapat mengetahui
penatalaksanaan dan proses penyakit 2. Menentukan tingkat
pengetahuan klien
Dengan kriteria hasil : sebelumnya

- (180301) family anty with 3. Menjelaskan proses


disease name penyakit

- (180302) description of disease 4. Jelaskan secara rasional


proses tentang pengelolaan terapi

- (180303) description of cause or 5. Anjurkan pesien untuk


contribusing factors mencegah atau
meminimalkan efek
- (180305) description of effects of samping dari penyakitnya
disease
6. Kaji pengetahuan klien
- (180308) descriptioin of tentang diet yang di
minimese disease progression anjurkan
Keterangan penilain 7. Jelaskan tujuan diet
1 = Tidak pernah dilakukan

2 = Jarang dilakukan

3 = Kadang dilakukan

4 = Sering dilakukan

5 = Selalu dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Hadi, Sujono. (1999). Gastroentrologi. Jakarta : Penerbit Alumni.
Inayah. Lin. (2004). Asuhan Keperawatan Pada Klien denagn gangguan sistem
Masjoer, Arif dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnose Medis
dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : Mediaction
Price, Sylvia A. Wilson, L. M. (1994). Patofisiologi Konsep Proses Penyakit, edisi 4,
Alih Bahasa Peter Anugrah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran  EGC.
Saferi, Wijaya. 2013.KMB 1. Yogyakarta : Nuha Medika
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta : EGC.
Underwood, J. C. E. (1996). Patologi Umum dan Sitemik, edisi 2. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M.  (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai