Anda di halaman 1dari 20

INTERPRETASI PH PCO2 HCO3 KETERANGAN

Asidosis Metabolik ↓ N ↓ NILAI NORMAL :


PH = 7,35 – 7,45
Asidosis Metabolik Terkompensasi Sebagian ↓ ↓ ↓ PCO 2 = 38 – 42 mmHg
HCO 3 = 22 -28
Asidosis Metabolik Tekompensasi Penuh N ↓ ↓

Asidosis Respiratorik ↓ ↑ N

Asidosis Respiratorik Terkompensasi Sebagian ↓ ↑ ↑

Asidosis Respiratorik Terkompensasi Penuh N ↑ ↑

Alkalosis Metabolik ↑ N ↑

Alkalosis Metabolik Terkompensasi Sebagian ↑ ↑ ↑

Alkalosis Metabolik Terkompensasi Penuh N ↑ ↑

Alkalosis Respiratorik ↑ ↓ N

Alkalosis Respiratorik Terkompensasi Sabagian ↑ ↓ ↓

Alkalosis Respiratorik Terkompensasi Penuh N ↓ ↓

PERHITUNGAN HPHT HARI BULAN TAHUN

JANUARI - MARET +7 +9 +0

APRIL - DESEMBER +7 -3 +1
Menghitung Usia Kehamilan
TFU (cm) x 2/7 (0,28 atau 0,3) = Usia kehamilan (bulan)
TFU (cm) x 8/7 (1,14 atau 1) = Usia kehamilan (minggu)

Palpasi Leopold
Leopold I : Menentukan TFU dan bagian janin di fundus
Leopold II : Menentukan letak punggung
Leopold III : Menentukan presentasi janin,apakah sudah masuk PAP
Leopold IV : Sejauh mana presentasi masuk PAP

Metode pemantauan persalinan setelah memasuki kala I fase aktif ( pembukaan 4 cm) dipantau menggunakan
patograf setiap 30 mnit, dan pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam sekali

CARA MENGHITUNG USIA ANAK = Tanggal Periksa – Tangga Lahir


Note :
Apabila tanggal tidak bisa dikurangi maka meminjam di bulan jadi (+30)
Apabila bulan tidak bisa dikurangi maka meminjam di tahun jadi (+12)
Tahun di kurang 1 (-1)
DEWASA ANAK - ANAK
PENILAIAN LUKA BAKAR KEPALA 4,5 % 18 %
DADA 9% 18 %
TANGAN KANAN 9% 9%
TANGAN KIRI 9% 9%
PAHA KANAN 9 % (Jika seluruh kaki 18 %) 9 % (Jika seluruh kaki 13,5
%)
PAHA KIRI 9 % (Jika seluruh kaki 18 %) 9 % (Jika seluruh kaki 13,5
%)
PERUT 9%
KELAMIN 1%
JARI – JARI 1%

Keterangan :
Apabila kepala seluruh nilainya 9% dan apabila wajah berarti hanya separuh yaitu 4,5%. Dan untuk bagian
dada apabila seluruhnya 18% apabila terbagi yaitu dada 9% dan perut 9%
Perhitungan Luas luka bakar :
4 x LLB x BB x cc
(Pemberian cairan dalam 8 jam pertama hanya 50% atau setengahnya saja) 16 jam berikutnya biasanya
sudah dipindahkan ke unit ruangan dan pemberian nya dibagi jadi per 8 jam hanya 25 % (rumus baxter)
Perhitungan kebutuhan cairan selama 24 jam hanya 50 % atau setengahnya diberikan dalam 8 jam pertama,
sisanya 16 jam berikutnya hanya 25 % per 8 jam kedua 25% per 8 jam ketiga (rumus parkland)
Dehisens adalah komplikasi dari proses penyembuhan luka dimana terbukanya kembali sebagian atau
seluruhnya luka operasi akibat kegagalan proses penyembuhan luka operasi.
RUMUS TETESAN CAIRAN INFUS
Jumlah cairan yang diberikan x faktor tetes/24 jam x 60 menit
Note :
Tentukan faktor tetesan makro atau mikro,

RUMUS OUTPUT URINE = 0,5 – 1 cc/kg BB/jam (0,5 x BB) dan (1 x BB)
Kebutuhan cairan pada anak :
BB ≤10 Kg : 100 cc/kg/BB/Hari
BB 10-20 : 1000 cc + 50 cc (BB-10)/kg/BB/hari
BB >20 : 1500 cc + 20 cc (BB-20)/kg/BB/hari
Pemberian Imunisasi

Umur Vaksin
0-7 Hari HB 0
1 Bulan BCG, Polio 1*
2 Bulan DPT – HB – Hib 1, Polio 2
Imunisasi 3 Bulan DPT – HB – Hib 2, Polio 3
Jadwal Dasar**
Imunisasi 4 Bulan DPT – HB – Hib 3, Polio 4
IPV
9 Bulan Campak
REEDA sebaiknya diidentifikasi pada pasien post partum pada jahitan perineum
R = Redness (kemerahan)
E = Edema (bengkak)
E = Echimosis (bercak merah/purpura)
D = Discharge (cairan yang keluar dari luka)
A = Approximate (penutupankembali jaringan luka)

Kontrasepsi hormonal (pil,suntik,susuk,patch) tidak diperbolehkan pada ibu dengan riwayat HT, DM, obesitas,
varises
Kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD) diperbolehkan pada ibu yang tidak memiliki ruwayat PID , HT, DM,
obesitas
Kontrasepsi mantap direkomendasikan pada perempuan yang sudah memiliki cukup anak dan tidak menginginkan
mempunyai anak lagi.
KEPERAWATAN JIWA

Ansietas : perasaan was – was,takut


Ketidakberdayaan : suatu kondisi dimana individu mempresepsikan bahwa tindakan yang dilakukan tidak berhasil
LOSS (KEHILANGAN) : Suatu situasi aktual maupu risiko yang dapat dialami individu ketika berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi
perasaan kehilangan
GRIEVING (Berduka) : Merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan
- Anger : Mengingkari peristiwa yang terjadi, tidak percaya itu terjadi,letih,lesu, nual, gelisah, tidak tahu apa yang
akan dilakukan
- Denial : Melampiaskan kekesalan, nada suara tinggi, berteriak, bicara kasar, menyalahkan orang lain, menolak
pengobatan, agresif, nadi cepat, gelisah, tangan mengepal, susah tidur
- Depresi : Menolak makan dan bicara, menyatakan putus asa dan tidak berharga,susah tidur tidur
- Bargaining : Berusaha kembali ke masa lalu, sering mengatakan “andai saja”
- Acceptance : Menerima kenyataan kehilangan
Gangguan citra tubuh : perasaan tidak puas terhadap tubuhnya
Keputusasaan : keyakinan seseorang yang tidak dapat mengatasi sendiri
Harga diri rendah situasional: penilaian diri yang negatif didapat dari penilaian lingkungan sekitar
Harga diri rendah kronik : menilai diri negatif
Perilaku kekerasan : marah yang ekstrim atau ketakutan sebagai respon terhadap perasaan yang terancam
Halusinasi : gangguan jiwa berupa panca indra seperti pengindraan, pendengara, pengecapan, penciuman, perabaan
Isolasi sosial : kondisi seseorang dimana mengalami gangguan interpersonal dalam meningkatkan hubungan
sosialdengan orang lain.
Defisit perawatan diri : kondisi dimana individu tidak mampu melakukan perawatan diri atau tidak mau
Bunuh diri : suatu upaya yang disadari diri sendiri untuk mengakhiri hidupnya
Waham : keyakinan peibadi(kebesaran, curiga, agama,nihilistic dll)
PRINSIP ETIK :
1. Justice : Keadilan
2. Fidelity : Menepati Janji
3. Beneficence : Berbuat Baik/Manfaat
4. Non – Maleficience : Pencegahan / Tidak Merugikan
5. Confidentiality : Menjaga Kerahasiaan
6. Autonomy : Keputusan sendiri
7. Accountability : Akuntabilitas, tindakan profesional perawat
8. Veracity : Kejujuran
DIAGNOSA KEPERAWATAN TB PARU/ KOMUNITAS

DIAGNOSA KEPERAWATAN TANDA DAN GEJALA

Bersihan jalan napas tidak efektif Batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, Wheezing
dan/Ronkhi

Pola napas tidak efektif Despnea, penggunaan otot bantu pernapasan , fase ekspirasi memanjang,
pola napas abnormal (takipnea, bradipnea,hiperventilasi)

Defisit Nutrisi Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

Ketidakmampuan koping individu Merasa diabaikan, tidak memenuhi kebutuhan anggota keluarga, tidak toleran,
mengabaikan anggota keluarga

Pemeliharaan kesehatan tidak Kurang menunjukan perilaku adaptif terhadap lingkungan, kurang
efekti menunjukkan pemahaman tentang perilaku sehat , tidak mampu menjalankan
perilaku sehat

Manajemen kesehatan keluarga Mengungkapkan tidak memahami masalah kesehatan yang diderita,
tidak efektif mengungkapakan kesulitan menjalanjakan perawatan yang ditetapkan,gejala
penyakit TB semakin memberat , aktivitas keluarga untuk mengatasi masalah
tidak tapat

Manajemen kesehatan tidak Mengungkapkan kesulitan dalam menjalani program perawatan/pengobatan


efektif TB paru gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko, gagal
menerapkan program perawatan/pengobatan TB paru dalam kehidupan sehari
– hari, aktivitas hidup sehari – hari tidak efektif untuk memenuhi tujuan
kesehatan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN HT/ KARDIOVASKULER

DIAGNOSA TANDA DAN GEJALA


KEPERAWATAN
Nyeri akut Mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah,frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat lebih dari 140/100mmHg
Penurunan curah jantung Perubahan irama jantung, palpitasi, objektif : bradikardia/takikardia, gambaran
EKG aritmia, perubahan preload (lelah), objektif : edema distensi vena jugularis,
CVP meningkat/menurun, perubahan afterload (dyspnea), objektif : tekanan
darah meningkat/menurun, nadi perifer teraba lemah, capillary refill time >3
detik. Perubahan kontraktilotas (ortopne, batuk) : objektif ; terdengar suara
jantung S3 dan atau S4
Perilaku kesehatan cenderung Menunjukkan penolakan terhadap perubahan status kesehatan, gagal melakukan
berisiko tindakan pencegahan masalah kesehatan, menunjukan upaya peningkatan status
kesehatan yang minimal.
Ketidakmampuan koping Merasa diabaikan, tidak memenuhi kebutuhan anggota keluarga, tidak toleran,
keluarga mengabaikan anggota keluarga
Pemeliharaan kesehatan tidak Kurang menunjukkan perilaku adaptif terhadap lingkungan, kurang
efektif menunjukkan pemahaman tentang perilaku sehat, tidak mampu menjalankan
perilaku sehat.
Menejemen kesehatan keluarga Mengungkapkan tidak memahami masalah kesehatan yang diderita,
tidak efektif mengungkapkan kesulitan menjalankan perawatan yang ditetapkan, gejala
penyakit TB semakin memberat, aktivitas keluarga untuk mengatasi masalah
tidak tepat
Menejemen kesehatan tidak Mengungkapkan kesulitan dalam menjalani program perawatan/pengobatan TB,
efektif gagalmelakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko, gagal menerapkan
program perawatan/pebgobatan TB dalam kehidupan sehari – hari, aktivitas
hidup sehari – hari tidak efektif untuk memenuhi tujuan kesehatan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN DIARE
DIAGNOSA KEPERAWATAN TANDA DAN GEJALA

Diare Nyeri/kram abdomen, defekasi lebih dari 3x per 24 jam, feses lembek/cair,
frekuensi peristaltik meningkat, bising usus hiperaktif
Hipovolemik Frekuensi nadi meningkat. Nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mkosa kering,
volume urin menurun, hematokrit meningkat, pengisisan vena menurun,
suhu tubuh meningkat, berat badan menurun tiba – tiba, merasa lemas,
mengeluh haus.
Perilaku jesehatan cenderung Menunjukan penolakan terhadap status kesehatan, gagal melakukan
berisiko tindakan pencegahan masalah kesehatan, menunjukan upaya peningkatan
status kesehatan yang minimal.
Ketidakmampuan koping Merasa diabaikan, tidal memenuhia kebutuhan anggota keluarga, tidak
keluarga toleran, mengabaikan anggota keluarga.
Pemeliharaan kesehatan tidak Kurang menunjukkan perilaku adaptif terhadap lingkungan, kurang
efektif menunjukkan pemahaman tentang perilaku sehat, tidak mampumenjalankan
perilaku sehat.
Menejemen kesehatan keluarga Mengungkapkan tidak memahami perilaku masalah kesehatan yang diderita,
tidak efektif mengungkapkan kesulitan menjalankan perawatan yang ditetapkan, gejala
penyakit diare semakin memberat,aktivitas keluarga untuk mengatasi
masalah tidak tepat.
Menejemen kesehatan tidak Mengungkapkan kesulitan dalam menjalani program perawatan /pengobatan
efektif diare,gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko, gagal
menerapkan program perawatan/pengobatan diare dalam kehidupan sehari –
hari, aktivitas hidup sehari – hari tidak efektif untuk memenuhi tujuan
kesehatan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN GERONTIK

PERSISTEM PROSES KEPERAWATAN


Sistem Perubahan fisiologis : Menyebabkan frekuensi pernapasanya meningkat.
Pernapasan Proses keperawatan
Pengkajian : Pada lansia penggunaan otot bantu napas (klavikula, cuping hidung, retraksi dinding dada) dan
frekuensi napas
Dx. Keperawatan : Gangguan pola napas
Intervensi/Implementasi : Batuk efektif, suction, fisioterapi dada, manajemen jlan napas dan pemberian oksigen
Evaluasi : Frekuensi napas dalam batas normal

Sistem Perubahan fisiologis : Retensi pada aliran darah meningkat, mengakibatkan tekanan darah pada lansia cenderung
Kardiovaskuler meningkat. Perubahan normal yang terjadi pada otot dan katub jantung juga menyebabkan pompa darah keseluruh
tubuh tidak optimal,hal ini membuat lansia beresiko mengalami gagal jantung.
Pengkajian : Di rumah sakit CTR perlu diketahui untuk mengetahui adanya pembesaran otot jantung. Hasil EKG juga
diperlukan untuk mengtahui adanya gangguan pada konduksi listrik otot jantung
Dx. Kep. : Ketidakstabilan tekanan darah, sindrom lansia lemah, dan intoleransi aktivitas. Diagnosis diatas ditandai
dengan adanya ketidakstabilan hemodinamik, mengalami lebih dari satu gangguan tubuh dan adanya ketidakcukupan
energi yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas yang ditandai dengan kelelahan
Intervensi dan Evaluasi : Monitor TTV, manajemen energi dan aktivitas, bantuan perawatan diri,relaksasi maupun
edukasi.

Sistem Perubahan fisiologis : Kemampuan mengingat dan belajar lansia akan mengalami penurunan, juga respon lansia
Persyarafan terhadap sesuatu juga akan cenderung melambat, akan tetapi demensia atau kepikunan bukan lah bagian normal dari
dan Perilaku penuaan. Kasus yang biasa ditemukan akibat adanya gangguan fungsi persyarafan pada lansia adalah terjadinya
demensia, yang mempengaruhi memori, proses berpikir, perilaku, dan emosi. Lansia dapat mengalami depresi yang
merupakan respon umum dari adanya penyakit serius yang ia alami, terjadi delirium (dengan pemeriksaan darah)
Pengkajian : Tingkat kesadaran, pengkajian status mental menggunakan (MMSE: Mini Cog, pengkajian pupil,
pengkajian perilaku) , (pengkajian diagnostik : CT Scan, MRI, dan EEG,), pengkajian laboratorium: CSF, pemeriksaan
darah lengkap, urinalisis, hati, ginjal, APOE.
Dx. Kep. : Konfusi, risiko jatuh, risiko cidera, gangguan pola tidur, hambatan memori, konfusi akut, dan konfusi
kronik.
Intervensi/Implementasi : Pemenuhan kebutuhan fisik dan rasa aman. Motivasi lansia tetap interaksi dengan
lingkungan.
Evaluasi : Lansia terlibat aktif dalam kegiatan harian
Sistem Ginjal dan Perubahan fisiologis : seiring dengan proses penuaan adalah penurunan kapasitas kandung kemih dan dapat
Saluran Kemih menyebabkan nocturia,peningkatan urgensi, dan frekuensi berkemih. Mukosa uretra juga semakin menipis
yang juga dapat mengakibatkan peningkatan urgensi dan frekuensi berkemih . Khususnya pada laki – laki ,
pembesaran prostat (BPH) merupakan sebuah kondisi yang sering ditemui. Kejadian inkontinensia urin
meningkat seiring dengan peningkatan usia.
Pengkajian : Identifikasi pola BAK dan BAB, kemampuan mengosongkan kandung kemih
Diagnosis : Gangguan eliminasi urin dan inkontinensia urine
Intervensi/implementasi: Melakukan edukasi perubahan gaya hidup dengan melakukan pola BAK rutin,
pengaturan minum, perubahan lingkungan dan penggunaan diapers, melakukan terapi konservatif seperti
pemasangan pempers dan latihan otot – otot dasar panggul.
Evaluasi : Peningkatan pola BAK setelah diberikan intervensi, peningkatan kemampuan mengenali keinginan
berkemih, mengosongkan kandung kemih dengan tuntas , peningkatan kekuatan otot – otot dasar panggung
dan hilangnya distensi kandung kemih.
Sistem Perubahan fisiologis : Penurunan sensori kecap (terutama asin dan manis), penurunan motilitas esofagus
Pencernaan (efek pada disfagia, heartburn, muntah makanan yang tidak tercerna efek selanjutnya pada nutrisi kurang,
dehidrasi) penurunan sekresi asam lambung, enzim dan motalitas, atropi usus halus, permukaan mukosam
penipisan villi dan penurunan sel epitel (efek pada absorbsi lemak dan B12), penurunan sekresi mukosa dan
clastisitas, penurunan tekanan spincter internal dan eksternal (efek inkontinensia) dan penurunan impulsi
syaraf (efek padapenurunan rangsang defeksi dan konstipasi). Kasus yang sering dijumpai adalah malnutrisi,
inkontinensia bowel/inkontinensia fekaldan konstripasi .
Pengkajian : Mengidentifikasi adanya gangguan menelan dan pola BAB.
Dx. Kep. : Menegakkan diagnosis gangguan menelan,risiko aspirasi,ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh,inkontinensia bowel, konstipasi dan diare.
Intervensi/Implementasi : Melakukan edukasi perubahn gaya hidup dengan melakukan pola BAB rutin,
perubahan lingkungan dan penggunaan diapers,melakukan pencegahan cidera aspirasi akibat gangguan
menelan, melakukan edukasi perubahan gaya hidup (mengajurkan pola BAB yang rutin dan manajemn diet),
perubahan lingkungan dan penggunaan diapers, melakukan edukasi perubahan gaya hidup dengan
meningkatkan asupan serat, cairan dan aktivitas fisik, menjaga kebersihan mulut , melakukan manajemen
nutrisi, yang mendukung makan, memilih makan kesukaan, menghitung jumlah kebutuhan dan melibatkan
keluarga dalam memberikan motivasi makan.
Evaluasi : Peningkatan pola BAB, tidak terjadi aspirasi,status nutrisi meningkat dan perbaikan konsistensi
feses setelah pemberian terapi diare
Sistem Pengindraan Perubahan fisioligis : Penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran. Kondisi fungsi penglihatan lansia
adalah kemampuan akomodasi melambat, produksi air mata menurun, sel retina menurun serta cairan bola
mata terganggu, pada lansia akan sering ditemukan kondisi mata kering. Hal ini merupakan akibat dari
menurunnya produksi air mata, dan perubahan pada kelopak mata lansia. Akibat sel retina yang menurun,
kemampuan lansia untukmembedakan beberapa warna seperti hijau, biru dan ungu. Selain itu lansia
mengalami kesulitan beradaptasi terhadap cahaya danbanyaklansia yang mengalami katarak. Fungsi
pendengaran lansia mengalami penurunan, membran timpani akan menebal dan serumen telinga cenderung
menumpuk dan keras. Lansia akan mengalami masalah pendengaran : tuli syaraf (presbiakusis) dan tuli
konduktif (karena penumpukan serumen). Kesulitan mendengar iniakan membuat lansia mengalami
kesulitan berkomunikasi dan akan terisolasi dengan lingkungan.
Pengkajian : Perawat perlu perhatikan adanya kehilangan funsgsi pendengaran , tinitus, nyeripada telingan.
Selain itu perhatikan adanya perubahan pada fungsi penglihatan berupa : arkus sinilis, nyeri,kemerahan, dan
kekeringan mata.
Dx.Kep. : Risiko jatuh, risiko cidera, hambatan komunikasi verbal, nyeri, isolasi sosial.
Intervensi /Implementasi : Upaya yang bisa dilakukan menggunakan komunikasi yang benar, jika tuli
disebabkan karena adanya penumpukan kotoran ditelingan maka perlu dilakukan irigasi, jika terjadi
kekeringan pada mata maka perlu kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat tetes mata , selain itu
perlu melakukan managemen lingkungan agar terhindar dari jatuh.
Evaluasi : Keberhasilan tindakan terlihat dengan tudak adanya hambatan dalam berkomunikasi serta lansia
tidak mengalami cidera
Sistem Muskuloskeletal Perubahan Fisiologis : Semakin bertambahnya usia kekuatan otot menjadi menurun karena adanya atropi
sel yang digantikan jaringan ikat. Gangguan pada sistem muskuloskeletalberupa radang sendi atau arthritis
merupakan keluhan yang sangat sering dialami lansia. Beberapa jenis diantaranya asam urat (metabolic
arthritis), Osteoarthritis (OA), Rheumatoid Arthritis (RA). Gangguan ini menyebabkan terjadi gangguan
berjalan dan berakhir dengan resiko jatuh yang berhubungan dengan gangguan penglihatan dan juga
keamanan lingkungan serta penggunaan alat bantu jalan
Pengkajian : gaya berjalan, ukur kekuatan otot dan mengkaji keseimbangan serta resiko jatuh pada lansia
pengkajian menggunakan Morse Fall Scale (MFS) dan Berg Balace Scale (BBS)
Dx. Kep : hambatan mobilitas fisik,hambatan mobilitas berkursi roda, hambatan ditempat tidur,hambatan
berdiri,hambatan berjalan dan resiko jatuh.
Intervensi /Implementasi : latihan fisik seperti latihan keseimbangan, rentang pergerakan sendi,
menggunakan alat bantu jalan, program pencegahan jatuh dan edukasi
Evaluasi : Menurunya risiko jatuh dan meningkatkan keseimbangan pada lansia
Sistem Integumen Perubahan Fisiologis : perubahan pda lansia dibagian kulit adlah berkurangnya serat kolagen sehingga
mengalami kehilangan elastisitas kulit dan kulit mudah sekali sobek. Yang menyebabkan aliran
darahmenurun sehingga lansia mudah mengalami hipertermi. Dan hipotermi juga bisa disebabkan karena
penurunan lemak pada subkutaneus lansia..perubahan pada pembuluh darah berdampakpadaperlambatan
penyembuhan luka dikulit lansia., sehingga jika mengalami tirah baring yang lama akan sangat rentan
mengalami luka tekan, kulit mudah kering karena kekurangan kelenjar minyak.
Pengkajian : observasi keutuhan lapisan kulit, perhatikan adanya eritema (kuning,putih,silver,adanya plak)
timbulnya rasa gatal
Dx. Kep. : Kerusakan integritas kulit, dan gangguan citra tubuh
Intervensi dan Implementasi : Menjaga kelebaban kulit, menjaga kebersihan kulit, dan memberikan
edukasi tentang perawatan kulit.
Evaluasi : Lansia bebas dari infeksi , menunjukkan perbaikan peradangan pada kulit, peningkatan
pengetahuan tekait penyebab masalah kulit dan perawatannya.
Istirahat dan tidur Perubahan fisiologis : Sebagian besar lansia mengalami insomnia, ditandai dengan sulit tidur, sulit
mempertahankan tidur nyenyak, sering terbangun malam atau dini hari dan mengantuk disiang hari. Faktor
eksternal biasanya kebisingan dan kenyamanan tempat tidur.
Pengkajian : Identifikasi adanya kesulitan memulaitidur, adanya kesulitan mempertahankan tidur, adanya
ketidakpuasan tidur, terjaga dari tidur tanpa sebab yang jelas, adanya kesulitan berfungsi secara optimal
sehari – hari.
Dx. Kep. : Gangguan sulit tidur
Intervensi/Implementasi : Melakukan perubahan gaya hidup seperti menurunkan konsumsi
makanan/minuman yang mengandung kafein, meningkatkan kenyamanan teempat/kamar tidur,
menghindari tidur siang dan minum air hangat sebelum tidur.
Evaluasi : Adanya perbaikan pola tidur
Pengertian GDS (Geriatrik Depression Scale)
Indeks KATZ
Keperawatan Komunitas

Proses Pengkajian
Fokus Pengkajian komunitas : Didasarkan pada Model Community as Partner dengan fokus pada roda pengkajian komunitas yaitu:
Inti Komunitas :
Demografi (angka kelahiran, kesakitan, kematian),komposisi penduduk berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin. Nilai : etnis
budaya. Kepercayaan : persepsi terhadap kesehatan. Sejarah komunitas
Sub sistem :
1. Lingkungan Fisik : Cuaca/iklim, perumahan (kepadatan, kelembaban, pencahayaan, bangunan, lingkungan, terbuka), batas wilayah dan
tempat berkumpul.
2. Pendidikan : Fasilitas pendidikan yang digunakan masyarakat (jenis kepemilikan, tingkat institusi pendidikan) karakteristik pengguna,
layanan yang disediakan, sumber – sumber yang dimiliki, dan lokasi.
3. Ekonomi : Karakteristik finansial (penghasilan keluarga berdasarkan upah minimum regional), pekerja (status, kategori, dan kelompok
khusus pekerja).
4. Keamanan dan transportasi : Pelayanan dan perlindungan terhadap komunitas dikaitkan dengan kebakaran, kepolisian, krisis senter,
dan sanitasi
5. Politik dan pemerintahan : partai politik dan partisipannya dalam pelayanan kesehatan, jenis pemerintahan, dan kebijakan kesehatan.
6. Pelayanan kesehatan sosial : ketersediaan, jenis, waktu, sumber daya, dan karakteristik pengguna serta pembiayaan kesehatan dan
sosial.
7. Komunikasi : cara komunitas (jenis, bentuk, frekuensi, lingkup dan cara komunikasi)
8. Rekreasi : Jenis, lokasi penggunaan dan biaya.
Metode Pengkajian :
a. Pengumpulan data primer : pengumpulan data yang dilakukan secara langsung oleh perawat komunitas. Beberapa jenis pengumpulan
data primer yaitu windshield survey/observasi komunitas, wawancara, diskusi kelompok terarah, penyebaran angket/kuisioner, dan
pemeriksaan kesehatan (fisik dan mental)
b. Pengumpulan data sekunder : pengumpulan data komunitas yang tidak langsung dilakukan oleh perawat, akan tetapi bersumberkan data
dokumenter seperti demografi, profil wilayah dan data epidemiologi.
Diagnosa Komunitas

Diagnosa Penjelasan

Perilaku Definisi : Hambatan kemampuan untuk mengubah gaya hidup/perilaku dalam cara memperbaiki tingkat kesejahteraan.
kesehatan Batasan Karateristik : Gagal mencapai pengendalian optimal, gagalmelakukan tindakan mencegah masalah kesehatan,
cenderung mengurangi perubahan status kesehatan , tidakmenerima perubahan status kesehatan, merokok, penyalahguanaan zat
berisiko Faktor yang berhubungan : kurang pemahaman , kurang dukungan sosial, pencapaian diri yang rendah, sikap negativ
terhadap strategi pelayanan kesehatan yang ditawarkan, ansietas sosial, stresor
Populasi berisiko: Riwayat keluarga alkoholisme, kesulitan ekonomi,
Defisiensi Definisi : Adanya atau lebih satu masalah kesehatan atau faktor yang mengganggu kesejahteraan atau meningkatkan
kesehatan resiko masalah kesehatan yang dialami suatu populasi.
komunitas Batasan karakteristik : Masalah yang dialami oleh suatu populasi, tidak tersedianya program untukmenghilangkan satu
atau lebuh masalah kesehatan bagi suatu populasi. Tidak tersedia program untuk meningkatkan kesejahteraan bagi suatu
populasi, tidak tersedia program untuk mengurangi satu atau lebih bagi masalah kesehatan bagi suatu populasi. Risiko
hospitalisasi yang dialami oleh populasi, Risiko status yang dialami oleh populasi, Risiko status psikologis yang dialami
populasi.
Faktor yang berhubungan : Ketidakpuasan konsumen terhadap program, ketidakcukupan biaya program,
ketidaktepatan rencana evaluasi program, ketidakcukupan data hasil program, kurang dukungan sosial untuk program,
ketidakcukupan akses pada pemberi pelayanan kesehatan, ketidakcukupan ahli dikomunitas, ketidakcukupan
sumberdaya (finansial, sosial,pengetahun), program tidak seluruhnya mengatasi masalah kesehatan.
Ketidakefektifan Definisi : Ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola dan atau mencari bantuan untuk mempertahankan
pemeliharaan kesejahteraan.
kesehatan Batasan karakteristik : Tidak menunjukan perilaku adaptif terhadap perubahan lingkungan, tidak menunjukan minat
pada perbaikan perilaku sehat, ketidakmampuan bertanggungjawab untuk memenuhi praktik kesehatan dasar. Kurang
pengetahuan tentang praktik kesehatan dasar, kurang dukungan sosial, pola perilaku kurang mencaribantuan kesehatan.
Faktor yang berhubungan : Berduka tidak tuntas, hambatan pengambilan keputusan, ketrampilan pengambilan
keputusan, ketrampilan komunikasi tidak efektif, strategi koping tidak efektif, sumber daya tidak cukup, distres spiritual.
Populasi berisiko : Perkembangan terlambat
Kondisi terkait : Gangguan fungsi kognitif, penurunan ketrampilan motorik halus, penurunan ketrampilan motorik kasar,
gangguan persepsi.
Ketidakefektifan Definisi : Pola pengaturan dan pengintegrasian kedalam kebiasaan hidup sehari –hari untuk tindakan terapeutik
Managemen kesehatan terhadap penyakit dan sekuelnya yang tidak memuaskan untuk memenuhi tujuan kesehatan fisik.
Batasan karakteristik : kesulitan dengan regimen pengobatan yang diprogramkan, kegagalan memasukan
regimen pengobatan dalam kehidupan sehari – hari, kegagalan melakukan tindakan untuk mengurangi faktor
risiko, pilihan yang tidak efektif dalam hidup sehari – hari untuk memenuhi tujuan kesehatan
Faktor yang berhubungan : Konflik pengambilan keputusan, kesulitan mengatasi kompleksitas, regimen
terapeutik, kesulitan memgarahkan sistem pelayanan kesehatan yang kompleks, tuntutan berlebihan, konflik
keluarga, pola pelayanan kesehatan keluarga,kurang petunjuk untuk bertindak, kurang pengetahuan tentang
program terapeutik, kurang dukungan sosial, persepsi hambatan, keuntungan, kesiriusan kondisi, kerentanan,
ketidaberdayaan.
Populasi berisiko : Kesulitan ekonomi
Kesiapan peningkatan Definisi : Pola pengaturan dan pengintegrasian ke dalam kehidupan sehari – hari suatu regimen terapeutik untuk
managemen kesehatan pengobatan penyakit dan sekuelnya yang dapat ditingkatkan
Batasan karakteristik : Mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan hidup pilihan hidup sehari – hari untuk
memenuhi kebutuhan, mengungkapkan keinginan untuk memenuhi status imunisasi/vaksin, mengungkapan
keinginan untuk menangani penyakit, mengungkapkan keinginan untuk melakukan penanganan terhadap regimen
yang diprogramkan, mengungkapkan keinginan untuk melakukan penanganan terhadap faktor risiko,
mengungkapkan keinginan untuk melakukan penanganan terhadap gejala

Intervensi Keperawatan Komunitas


Tahapan menyusun intervensi keperawatan komunitas : a) Menentukan tujuan perawatan yang diharapkan dan disertai dengan kriteria hasil
yang terukur ; b) Menentukan intervensi keperawatan komunitas .
Model Community as Partner dapat disusun dengan pendekatan :
a. Prevensi primer : ditunjukan kepada komunitas yang sehat, tindakan berupa promosi,pencegahan, dan proteksi kesehatan. Contoh :
Pendkes, imunisasi, vaksinasi, monitoring kebijakan kesehatan, perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Prevensi sekunder : ditunjukan pada kelompok yang mengalami masalah kesehatan masyarakat., tindakanyang dilakukan berupa deteksi
dini masalah kesehatan dan pemberian terapi keperawatan komunitas yang sesuai. Contoh : skrining/survelance kesehatan, konsultasi,
konseling, manajemen kasus dan lingkungan, serta kunjungan rumah.
c. Prevensi tersier : ditunjukan pada kelompok/komunitas yang berada pada masa pemulihan setelah mengalami masalah kesehatan
masyarakat. Tindakan rehabilitasi kesehatan masyarakat misalnya layanan kesehatan dan rujukan follow up, peningkatan system
dukungan dan pengembangan program kesehatan masyarakat
Upaya pelayanan kesehatan
1. Promotif : Pelayanan keperawatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan komunitas pada umumnya, seperti penyediaan
makanan dengan kandungan nutrisi seimbang, perbaikan higien dan sanitasi lingkungan, pendidikan kesehatan, olah raga, usaha
kesehatan jiwa.
2. Preventif : Tindakan keperawatan untuk mencegah kejadian penyakit pada komuntas seperti : vaksinasi, imunisasi, isolasi penderita
penyakit menular, dan pencegahan kejadian kecelakaan baik difasilitas umum maupun ditempat kerja.
3. Kuratif : Upaya mengidentifikasi dan mengetahui jenis penyakit pada fase awal serta melakukan tindakan perawatan dan atau
pengobatan yang tepat dan segera. Tujuan utama antara lain : Pengobatan sedini mungkin dan tepat untuk mencegah kecacatan/kematian,
pencegahan penularan pada individu/komunitas yang sehat
4. Rehabilitatif : Tindakan pemulihan agar fungsi kesehatan klien kembali pulih seperti sebelum sakit. Apabila terjadi kecacatan, maka
dilakukan upaya kesehatan agar tidak gejala sisa dan dapat berfungsi optimal sesuai kemampuannya. Rehabilitasi dapat dilakukan untuk
mengembalikan fungsi fisiologis, mental dan sosial klien semaksimal mungkin.
Implementasi Keperawatan Komunitas
5. Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam perawatan kesehatan masyarakat adalah :
a. Pendidikan kesehatan (Health Promotion) : penyuluhan kesehatan adalah kegiatan belajar untuk mencapaisuatu keadaan dimana
individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat.
b. Proses kelompok (Group Process) : dalam upaya untuk melakukan peningkatan kesehatan perlindungan dan pemulihan status
kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat.
c. Kerjasama atau kemitraan (Partnership) : Kerjasama antara dua belah pihak atau lebih berdasarkan kesetaraan keterbukaan dan
saling menguntungkan
d. Pemberdayaan (Empowerment) : proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi
e. Intervensi profesional : intervensi langsung perawat kepada klien di keluarga ataupun kelompok dengan menggunakan
kemampuan profesional dalam bentuk keperawatan mandiri.
6. Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas diberikan kepada klien dengan berpedoman pada kode etik keperawatan yaitu :
- Justice : keadilan
- Autonomi : Keputusan sendiri
- Beneficence : Memberikan manfaat
- Non-Maleficence : Tidak merugikan
- Veracity : Kejujuran
- Confidentiality : Kerahasiaan

Anda mungkin juga menyukai