Anda di halaman 1dari 164

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain
(Mubarak dkk, 2011 ). BKKBN (1999) dalam Sudiharto (2012) menyatakan bahwa
keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang
sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada
tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan
masyarakat serta lingkungannya. Sedangkan menurut Wall, (1986) dalam Friedman (2010)
menyatakan bahwa keluarga adalah sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri
atas dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait dengan
hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi sebagai sedemikian
rupa sehingga mereka menganggap dirinya sebagai keluarga.
2. Ciri-Ciri Keluarga
Setiadi (2008) memaparkan ciri-ciri keluarga yaitu :
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
b. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang
senganja dibentuk atau dipelihara.
c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk perhitungan
garis keturunan.
d. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya
berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
e. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah tangga.
3. Tipe Keluarga
Mubarak (2011) membagi tipe keluarga menjadi :
a. Secara Tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu dan
anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga
lain yang masih mempunyai hubungan darah ( kakek-nenek, paman-bibi)
b. Secara Modern
Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme maka
pengelompokkan tipe keluarga selain di atas adalah :
1) Tradisional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh
sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat
bekerja di luar rumah.
2) Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri,
tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan
dari perkawinan lama maupun hasil dariperkawinan baru, satu/keduanya dapat
bekerja di luar rumah.
3) Niddle Age/Aging Couple.
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja dirumah, anak-
anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/ meniti karier.
4) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau
salah satu bekerja di luar rumah.
5) Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-
anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
6) Dual Carrier
Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
7) Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu.
Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
8) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan
untuk kawin.
9) Three Generation
Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
10) Institusional
Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.
11) Comunal Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami
12) dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
13) Group Marriage Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di
dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain
dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
14) Unmaried Parent and Child Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak
dikehendaki, anaknya diadopsi.
15) Cohibing Couple
Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
16) Gay and Lesbian Family
Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.

4. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari : pola dan proses komunikasi, strukrur peran, struktur kekuatan
dan struktur nilai dan norma (Mubarak dkk, 2011) menggambarkan sebagai berikut :
a. Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur, terbuka, melibatkan


emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan.

b. Struktur peran

Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal.

c. Struktur kekuatan

Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol atau mempengaruhi
atau merubah perilaku orang lain : legitimate power (hak), referent power (ditiru),
expert power (keahlian), reward power (hadiah), coercive power (paksa) dan affective
power.

d. Struktur nilai dan norma

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam
budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada
lingkungan sosil tertentu berarti disini adalah lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat sekitar keluarga.
5. Fungsi keluarga
Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010), yaitu :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun untuk
berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah satu
fungsi keluarga yang paling penting.Peran utama orang dewasa dalam keluarga adalah
fungsi afektif, fungsi ini berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian
terhadap kebutuhan sosioemosional semua anggota keluarganya.
b. Fungsi sosialisasi dan status sosial
Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarg
yang ditunjuk untuk mendidik anak - anak tentang cara menjalankan fungsi dan memikul
peran sosial orang dewasa seperti peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status
sosial atau pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian status
kepada anak berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga, walaupun tradisi saat ini
tidak menunjukan pola sebagian besar orang dewasa Amerika.
c. Fungsi reproduksi
Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat yaitu menyediakan
angagota baru untuk masyarakat.
d. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan, pakaian,
tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan perlindungan terhadap bahaya.
Pelayanan dan praktik kesehatan adalah fungsi keluarga yang paling relafan bagi
perawat keluarga.
e. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup
finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses pengambilan
keputusan.
6. Tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga dibagi menjadi (Friedman, 2010) :
a. Tahap I : Keluarga Pasangan Baru (beginning family)
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga barudengan pergerakan
dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim yang baru. Tahap ini juga
disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I adalah
membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara
harmonis dengan jaringan kekerabatan dan perencanaan keluarga.
b. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama (childbearing family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan.
Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam siklus kehidupan
keluarga. Tugas perkembangan keluarga disini adalah setelah hadirnya anak pertama,
keluarga memiliki beberapa tugas perkembangan penting. Suami, istri, dan anak harus
memepelajari peran barunya, sementara unit keluarga inti mengalami pengembangan
fungsi dan tanggung jawab.
c. Tahap III : Keluarga dengan Anak Prasekolah (families with preschool)
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2½ tahun
dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saatini dapat terdiri dari tiga sampai
lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan
putri-saudara perempuan. Tugas perkembangan keluarga saat ini berkembang baik
secara jumlah maupun kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan anak kecil lainnya
untuk mengekplorasi dunia di sekitar mereka, dan kebutuhan orang tua akan privasi diri,
membuat rumah dan jarak yang adekuat menjadi masalah utama. Peralatan dan fasilitas
juga harus aman untuk anak-anak.
d. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah (families with schoolchildren)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh, biasanya
pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga
biasanya mencapai jumlah anggota keluarga yang maksimal dan hubungan akhir tahap
ini juga maksimal. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga dapat
mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan prestasi sekolah dan mempertahankan
hubungan pernikahan yang memuaskan.
e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau perjalanan
kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh
tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau
lebih lama, jika anak tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan
utamapada keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatankeluarga
untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yanglebih besar dalam
mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa mudah. Tugas perkembangan keluarga
yang pertama pada tahap ini adalah menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung
jawab seiring dengan kematangan remaja dan semakin meningkatnya otonomi.
Tugas perkembangan keluarga yang kedua adalah bagi orang tua untuk memfokuskan
kembali hubungan pernikahan mereka. Sedangkan tugas perkembangan keluarga
yang ketiga adalah untuk anggota keluarga, terutama orang tua dan anak remaja,
untuk berkomunikasi secara terbuka satu sama lain.
f. f. Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching center
families)
Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya anak pertama dari
rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga
telah meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau cukup lama, bergantung
pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum menikah tetap tinggal di
rumah setelah mereka menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah keluarga membantu anak tertua untuk terjun ke dunia
luar, orang tua juga terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu mereka menjadi
mandiri.
g. Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (middle age families)
Tahap ini merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak
terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian salah satu
pasangan. Tahap ini dimulai ketika orang tua berusia sekitar 45 tahun sampai 55 tahun
dan berakhir dengan persiunannya pasangan, biasanya 16 sampai 18 tahun kemudian.
Tugas keperawatan keluarga pada tahap ini adalah wanita memprogramkan kembali
energi mereka dan bersiap-siap untuk hidup dalam kesepian dan sebagai pendorong
anak mereka yang sedangberkembang untuk lebih mandiri serta menciptakan
lingkungan yang sehat.
h. Tahap VIII : Keluarga Lansia dan Pensiunan
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat pensiunan salah
satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan, dan
berakhir dengan kematian pasangan yang lain. Tugas perkembangan keluarga
pada tahap terakhir ini adalah mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan
dan kembali kerumah setelah individu pensiun/berhenti bekerja dapat menjadi
roblematik.
7. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1998) dalam Dion
& Betan (2013) adalah sebagai berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami
anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua. Sejauh mana keluarga mengetahui
dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan
gejala, faktor penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap
masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat.
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan
yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat
menfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan
perawatannya).
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung
jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik, psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, keluarga
harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
3) Pentingnya hiegine sanitasi.
4) Upaya pencegahan penyakit.
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
6) Kekompakan antar anggota kelompok.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-
hal sebagai berikut :
1) Keberadaan fasilitas keluarga.
2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.
3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
8. Peran Perawat Keluarga
Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) adalah sebagai berikut :
a. Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga,
terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang memiliki
masalah kesehatan.
b. Sebagai koordinator pelaksan pelayanan kesehatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif.
Pelayanan keperawatan yang bersinambungan diberikan untuk menghindari
kesenjangan antara keluarga dan unit pelayanan kesehatan.
c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan
anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian,
anggota keluarga yang sakit dapat menjadi “entry point” bagi perawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan keluarga secara komprehensif.
d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan.
Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan
rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak.
Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak,
sehingga perawat mengetahui apakah keluarga menerapkan asuhan yang diberikan oleh
perawat.
e. Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-hak keluarga
klien.Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta memodifikasi system
pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak dan kebutuhan keluarga.
Pemahaman yang baik oleh keluarga terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai klien
mempermudah tugas perawat untuk memandirikan keluarga.
f. Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan masyarakat untuk
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta
dapat membantu jalan keluar dalam mengatasi masalah.
g. Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai masalah-masalah kesehatan
yang dialami oleh angota keluarga. Masalah kesehatan yang muncul didalam keluarga
biasanya terjadi menurut siklus atau budaya yang dipraktikkan keluarga.
9. Prinsip perawatan kesehatan keluarga
Setiadi (2008) mengatakan ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam
memberikan Asuhan Keperawatan keluarga yaitu :
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
b. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat sebagai tujuan
utama.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan
kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan peran aktif
seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan kebutuhan keluargadalam
mengatasi masalah kesehatannya.
e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan preventif dengan
tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
g. memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan
keluarga.
h. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan.
i. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan Keperawatan
j. kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan
proses keperawatan.
k. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan
l. keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan kesehatan dasar atau
perawatan dirumah.
m. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
Keluarga-keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan antara lain
adalah :
1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah :
a) Tingkat sosial ekonomi yang rendah.
b) Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan
sendiri.
c) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit
keturunan.
2) Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan yaitu :
a) Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 35 tahun).
b) Menderita kekurangan gizi (anemia).
c) Menderita hipertensi.
d) Primipara dan Multipara.
e) Riwayat persalinan atau komplikasi
3) Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena :
a) Lahir prematur (BBLR).
b) Berat badan sukar naik.
c) Lahir dengan cacat bawaan.
d) ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
e) bu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi dan anaknya.
4) Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota keluarga
a) Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba untuk digugurkan.
b) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbul
cek- cok dan ketegangan.
c) Ada anggota keluarga yang sering sakit
d) Salah satu anggota (suami atau istri) meninggal, cerai, lari meninggalkan
rumah.
B. Konsep Hipertensi
1. Definisi

Menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi adalah penyakit dengan
tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang naik diatas tekana
darah normal. Tekanan darah sistolik adalah tekanan puncak yang tercapai ketika jantung
berkontraksi dan memompakan darah keluar melalui arteri. Tekanan darah diastolik diambil
tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa
keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh secara terus-menerus lebih dari suatu periode
(Irianto, 2014). Hal ini terjadi bila arteriol-arteriol konstriksi. Konstriksi arterioli membuat
darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi
menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan
jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2010). Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu
keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari
80 mmHg (Muttaqin, 2009).
2. Anatomi Dan Fisiologi
a. Anatomi
Menurut Tarwoto (2009) Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung, vaskuler (arteri,
vena, kapiler) dan limfatik. Fungsi utama sisitem kardiovaskuler adalah menghantarkan
darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh dan memompakan darah dari seluruh tubuh
(jaringan) ke sirkulasi paru untuk dioksigenasi.
1) Jantung
Jantung merupakan organ utama system kardiovaskuler , berotot dan berongga,
terletak di rongga toraks bagian mediastinum, diantara dua paru-paru. Bentuk
jantung seperti kerucut tumpul, pada bagian bawah disebut apeks, letaknya lebih ke
kiri dari garis medial, bagian tepinya pada ruang interkosta V kiri atau kira-kira
9 cm dari kiri linea medioclavikularis, sedangkan bagian atasnya disebut basis
terletak agak kekanan tepat nya pada kosta ke lll,1 cm dari tepi lateral sternum.
Ukuran jantung kira-kira panjangnya 12 cm, lebar 8-9 cm tebalnya 6 cm. beratnya
sekitar 200 sampai 425 gram, pada laki-laki sekitar 310 gram, pada perempuan
sekitar 225 gram.
2) Pembuluh darah
Lubang pusat pada pembuluh darah yang disebut lumen dikelilinggi oleh dinding
yang terdiri atas tiga lapisan :
a) Tunika intima adalah lapisan dalam yang berhubungan langsung dengan darah.
Terdiri atas lapisan dalam endotelium yang dikelilingi berbagai jaringan ikat.
b) Tunika media adalah lapisan tengah yang terdiri atas otot polos dengan berbagai
serat elastik.
c) Tunika advensia adalah lapisan terluar yang terdiri atas jaringan ikat.

Sistem jantung dan pembuluh darah terdiri atas tiga macam pembuluh darah yang
membentuk sistem jalur-jalur tertutup :

a) Arteri mengangkut darah menjauhi jantung.


1) Arteri elastik adalah arteri terbesar, meliputi aorta dan cabang- cabang
merdekatnya. mengandung banyak jaringan ikat.
2) Arteri muskular bercabang dari arteri elastik dan mendistribusikan darah
ke berbagai bagian tubuh.
3) Arteriol adalah pembuluh darah yang sangat kecil. Sebagian besar arteriol
mempunyai tiga tunika pada dindingnya, dengan jumlah otot polos yang
memadai pada tunika medika.
b) Kapiler adalah pembuluh darah mikroskopik yang mempunyai dinding sangat
tipis. Hanya tunika intima yang terdapat pada dinding ini. Sebagian
dindingnya hanya mengandung satu lapisan endotelium.
c) Vena mengangkut darah kembali ke jantung.
1) Venula pascapiler adalah vena terkecil, sangat berpori-pori, tetapi
mempunyai serat otot polos yang menyebar pada tunika media.
2) Venula terbentuk ketika venula pascapiler bersatu. Dinding venula yang lebih
besar berlapis tiga.
3) Vena mempunyai dinding berlapis tiga, namun tunika intima dan tunika
medianya jauh lebih tipis daripada arteri yang berukuran serupa.
b. Fisiologi
Menurut Mutaqqin (2014) Sistim kardiovaskuler berfungsi sebagai sistim regulasi
melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespon seluruh aktivitas tubuh. Salah
satu contoh adalah mekanisme meningkatkan suplai darah agar aktivitas jaringan dapat
terpenuhi, pada keadaan tertentu darah akan lebih banyak dialirkan pada organ-organ
vital seperti jantung otak untuk memelihara sistim sirkulasi organ tersebut.
1) Darah
Komponen darah merupakan alat pembawa (carrier) pada sistim kardiovaskular,
secara normal volume darah yang berada dalam sirkulasi pada seseorang laki-laki
dengan berat badan 70 kg berkisar 8% dari berat badan atau sekitar 5600 ml. dari
jumlah tersebut sekitar 55% merupakan plasma, volume komponen darah harus
memiliki jumlah yang sesuai dengan rentang yang normal agar system
kardiovaskuler dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2) Curah jantung
Tubuh manusia memiliki berbagai mekanisme control regulasi yang digunakan untuk
menigkatkan suplai darah secara aktif ke jaringan yaitu dengan meningkatkan jumlah
cairan jantung (cardiac output) pengaturan curah jantung bergantung pada hasil
perkalian denyut jantung (heart rate) dengan volume sekuncup (stroke volume).
Curah jantung orang dewasa adalah antara 4,5-8 liter permenit, peningkatan curah
jantung terjadi karena adanya peningkatan denyut jantung atau volume sekuncup.
3) Denyut jantung
Denyut jantung normalnya berkisar 70 kali permenit, denyut jantung ini dikontrol
sendiri oleh jantung melalui mekanise regulasi nodus SA dan system purkinje.
Dalam keadaan normal, regulasi denyut jantung dipengaruhi oleh saraf simpatis,
saraf parasimpatis melalui sistim saraf otonom. Empat reflek utama yang menjadi
media system saraf otonom dalam meregulasi denyut jantung adalah refleks
baroreseptor, refleks kemoreseptor, refleks Bainbrige, refleks pernapasan.
4) Tekanan vena.
Kembalinya darah ke jantung disebabkan adanya tekanan gradient, ketika darah
dipompa oleh jantung, tekanan arteri berkisar 120 mmHg pada saat sistolik dan 70
mmHg pada saat diastolic. Tekanan ini akan menurun bersamaan dengan pergerakan
darah keluar menuju arteri, kapiler, venula. Sistem vena mempunyai daya
kapasitasnsi yang sangat besar dan berpengaruh terhadap perubahan tekanan yang
kecil. Adanya kapasitansi dan banyaknya system saraf simpatis akan mengubah
tekanan vena dalam mengatur aliran balik ke jantung, konstriksi vena yang
disebabkan oleh stimulasi saraf simpatis akan mengurangi kapasitani dan
meningkatkan tekanan vena, sehingga meningkatkan aliran balik ke jantung.
5) Ruang jantung
a) Atrium kanan memiliki lapisan dinding yang tipis berfungsi sebagaitempat
penyimpanan darah mengalirkan darah dari vena-vena sirkulasi sistemis ke
dalam ventrikel kanan dan kemudian ke paru-paru . darah yang berasal dari
pembulu vena ini masuk ke dalam atrium kanan melalui vena cava superior,
inferior dan sinus koronarius.
b) Ventrikel kanan memiliki bentuk yang unik yaitu bulan sabit yangberguna untuk
menghasilkan kontraksi bertekanan rendah, yang cukup untuk mengalirkan
darah ke dalam arteri pulmonaris. Sirkulasi pulmunar merupakan sistim
aliran darah bertekanan rendah, dengan resitensi yang jauh lebih kecil terhadap
aliran darah yang berasal dari ventrikel kanan. Oleh karena itu, beban kerja dari
ventrikel kanan jauh lebih ringan dari pada ventrikel kiri.
c) Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenisasi dari paru-paru melalui
vena pulmonaris. Tidak terdapat katup sejati antara vena pulmonalis dan atrium
kiri. Oleh karena itu, darah akan mengalir kembali ke pembuluh paru-paru bila
terdapat perubahan tekanan dalam atrium kiri (retrograde).
d) Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk mengatasi
tahanan sirkulasi sistemis dan mempertahankan aliran darah ke jaringan-jaringan
perifer.
6) Katup jantung
a) Katup atrioventrikuler terletak antara atrium dan ventrikel, mempunyai tiga
buah daun katup yang disebut katup trikuspidalis. Sedangkan katup yang terletak
antara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup yang disebut
katup mitral.
b) Katup semilunar terdiri atas dua katup yaitu semilunar pulmonary dan katup
semilunar aorta. Katup semilunar pulmonary terletak pada arteri pulmonaris,
memisahkan arteri pulmonaris dengan ventrikel kanan.katup semilunar aorta
terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
3. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik dibagi menjadi empat kalasifikasi (Smeltzer,
2012), yaitu :
Tabel 2.1 Kalsifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik

Kategori TD Sistolik (mmHg) TD diastolik (mmHg)


Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Prahipertensi 120 - 139 mmHg 80 - 89 mmHg
Stadium I 140 - 159 mmHg 90 - 99 mmHg
Stadium II ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Sumber : Smeltzer, et al, 2012

Hipertensi juga dapat diklasifikasi berdasarkan tekanan darah orang dewasa menurut
Triyanto (2014), adapun klasikasi tersebut sebagai berikut:

Tabel 2.2 Klasfikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Pada Orang Dewasa.

Kategori TD Sistolik TD diastolik (mmHg)


(mmHg)
Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
Normal Tinggi 130 - 139 mmHg 85 - 89 mmHg
Stadium 1 (ringan) 140 - 159 mmHg 90 - 99 mmHg
Stadium 2 (sedang) 160 - 179 mmHg 100 - 109 mmHg
Stadium 3 (berat) 180 - 209 mmHg 110 - 119 mmHg
Stadium 4 (maligna) ≥ 210 mmHg ≥ 120 mmHg
Sumber : Triyanto, 2014

4. Etiologi
a. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahuin penyebabnya. Hipertensi
esensial biasanya dimulai sebagai proses labil (intermiten) pada individu pada akhir 30-
an dan 50-an dan secara bertahap “ menetap “ pada suatu saat dapat juga terjadi
mendadak dan berat, perjalanannya dipercepat atau “maligna“ yang menyebabkan
kondisi pasien memburuk dengan cepat. Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah
gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, kopi, obat - obatan, faktor
keturunan (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan menurut Robbins (2007), beberapa
faktor yang berperan dalam hipertensi primer atau esensial mencakup pengaruh genetik
dan pengaruh lingkungan seperti :stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang
kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen
dalam hipertensi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu seperti
penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal, berbagai obat, disfungsi organ,
tumor dan kehamilan (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan menurut Wijaya & Putri
(2013), penyebab hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti
tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya seperti
obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obat-obatan seperti
kontasepsi oral dan kartikosteroid.

5. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi


Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat diubah oleh
penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) adalah sebagai berikut :
a. Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah
1) Riwayat keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada seseorang dengan
riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi dengan yang lainnya dan juga
lingkungan yang dapat menyebabkan tekanan darah naik dari waktu ke waktu. Klien
dengan orang tua yang memiliki hipertensi berada pada risiko hipertensi yang lebih
tinggi pada usia muda.
2) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa hipertensi
meningkat dengan usia 50-60 % klien yang berumur lebih dari 60 tahun memiliki
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Diantara orang dewasa, pembacaan tekanan
darah sistolik lebih dari pada tekanan darah diastolic karena merupakan predictor
yang lebih baik untuk kemungkinan kejadian dimasa depan seperti penyakit jantung
koroner, stroke, gagal jantung, dan penyakit ginjal.
3) Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita sampai kira-kira usia
55 tahun. Resiko pada pria dan wanita hamper sama antara usia 55 sampai 74 tahun,
wanita beresiko lebih besar.
4) Etnis
Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam tidaklah jelas,
akan tetapi penigkatannya dikaitkan dengan kadar rennin yang lebih rendah,
sensitivitas yang lebih besar terhadap vasopressin, tinginya asupan garam, dan
tinggi stress lingkungan.
b. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah
1) Diabetes mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien diabetes mellitus
karena diabetes mempercepat aterosklerosis dan menyebabkan hipertensi karena
kerusakan pada pembuluh darah besar.
2) Stress
Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta menstimulasi
aktivitas saraf simpatis. Stress adalah permasalahan persepsi, interpretasi orang
terhadap kejadian yang menciptakan banyak stressor dan respon stress.
3) Obesitas.
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya jumlah lemak
disekitar diafragma, pinggang dan perut, dihubungkan dengan pengembangan
hipertensi. Kombinasi obesitas dengan faktor-faktor lain dapat ditandai dengan
sindrom metabolis, yang juga meningkatkan resiko hipertensi.
4) Nutrisi
Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi pada individu. Diet
tinggi garam menyebabkan pelepasan hormone natriuretik yang berlebihan, yang
mungkin secara tidak langsung menigkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga
menstimulasi mekanisme vaseoresor didalam system saraf pusat. Penelitan juga
menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsim, kalium, dan magnesium dapat
berkontribusi dalam pengembangan hipertensi.
5) Penyalahgunaan obat
Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberapa penggunaan obat
terlarang merupakan faktor-faktor resiko hipertensi. pada dosis tertentu nikotin
dalam rokok sigaret serta obat seperti kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan
darah secara langsung.
6. Patofisiologi
Menurut Yusuf (2008), Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer.
Tubuh mempunyai sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut.
Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada juga yang
bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang
bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada yang bereaksi lebih lama. Sistem
yang cepat tersebut antara lain reflek kardiovaskular melalui baroreseptor, reflek
kemorereptor, respon iskemia susunan saraf pusat, dan reflek yang berasal dari atrium, arteri
pulmonalis, dan otot polos. Sistem lain yang kurang cepat merespon perubahan tekanan
darah melibatkan respon ginjal dengan perngaturan hormon angiotensin dan vasopresor.
Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya atherosklerosis yang merupakan bentuk dari
arterioklerosis (pengerasan arteri). Antherosklerosis ditandai oleh penimbunan lemak yang
progresif pada dinding arteri sehingga mengurangi volume aliran darah ke jantung, karena
sel-sel otot arteri tertimbun lemak kemudian membentuk plak, maka terjadi penyempitan
pada arteri dan penurunan elastisitas arteri sehingga tidak dapat mengatur tekanan darah
kemudian mengakibatkan hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambanan aliran darah
menyebabkan beban jantung bertambah berat yang dimanisfestasikan dalam bentuk
hipertrofo ventrikel kiri (HVK) dan gangguan fungsi diastolik karena gangguan relaksasi
ventrikel kiri sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi.
(Hull, 1996; dalam Bustan 2007).
7. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat
(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat edema pupil (edema
pada diskus optikus ) (Brunner & Suddart, 2015). Individu yang menderita hipertensi
kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun - tahun.Gejala, bila ada, biasanya
menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ
yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.Penyakit arteri koroner dengan
angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.Hipertrofi ventrikel kiri terjadi
sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan
tekana sistemik yang menigkat.Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan
beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri (Brunner & Suddart, 2015).
Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013), menyebutkan bahwa sebagian besar gejala
klinis timbul :
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang - kadang disertai mual dan muntah akibat
b. peningkatan tekana intracranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat,
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
e. Edama dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hipokoagulabilitas,
anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)dapat diakibatkan
oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteronutama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkanhipertensi.
f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus
untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiofaskuler)
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksidan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer(penyebab).
i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal danatau adanya
diabetes.
j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikanadanya
feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk pengkajian
feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resikoterjadinya
hipertensi.
l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma
atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin dapat juga meningkat.
m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakitparenkim ginjal,
batu ginjal dan ureter.
n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit pada dan/
EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau feokromositoma.
p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi.
Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi. (Anonim, 2013)
9. Komplikasi
Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan menyebabkan
kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri
tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ tubuh menurut Wijaya &
Putri (2013), sebagai berikut :
a. Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung koroner. Pada
penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor
dan berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi
mampu memompa sehingga banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun jaringan
tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal
jantung.
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak diobati
resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
c. Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat menyebabkan
kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat lambat laun ginjal tidak mampu
membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan
terjadi penumpukan di dalam tubuh.
d. Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan
kebutaan.
10. Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya morbiditas
dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah
dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi,
komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi (Brunner &
Suddart, 2015).
a. Terapi nonfamakologis
Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari
berbagai macam cara modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan
darah tinggi. Penatalaksanaan hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari berbagai
macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal
Radmarsarry, (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), mengatasi obesitas juga dapat
dilakukan dengan melakukan diet rendah kolesterol namun kaya dengan serat dan
protein, dan jika berhasil menurunkan berat badan 2,5 - 5 kg maka tekanan darah
diastolik dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg.
2) Kurangi asupan natrium
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), penguramgan konsumsi garam
menjadi ½ sendok the/hari dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg
dan tekanan diastolic sebanyak 2,5 mmHg. 3) Batasi konsumsi alkohol Radmarsarry
(2007) dalam Wijaya & Putri (2013), konsumsi alkohol harus dibatasi karena
konsumsi alcohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah.Para peminum berat
mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka
yang tidak meminum berakohol.
3) Diet yang mengandung kalium dan kalsium
Kaplan, (2006) dalam Wijaya & Putri (2013), Pertahankan asupan diet potassium
(>90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur seperti:
pisang, alpukat, papaya, jeruk, apel kacang-kangan, kentang dan diet rendah lemak
dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh dan lemat total. Sedangkan menurut
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), kalium dapat menurunkan
tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama urin.
Dengan mengonsumsi buah-buahan sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa
mencapai asupan potassium yang cukup.
4) Menghindari merokok
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), merokok memang tidak
berhubungan secara langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat
menimbulkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan
stroke, maka perlu dihindari rokok karena dapat memperberat hipertensi.
5) Penurunan Stress.
Sheps (2005) dalam Wijaya & Putri ( 2013), stress memang tidak menyebabkan
hipertensi yang menetap namun jika episode stress sering terjadi dapat menyebabkan
kenaikan sementara yang sangat tinggi.
6) Terapi pijat.
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), pada prinsipnya pijat yang dikukan
pada penderita hipertensi adalah untuk memperlancar aliran energy dalam tubuh
sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat diminalisir, ketika semua
jalur energi tidak terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka risiko
hipertensi dapat ditekan.
b. Terapi farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan
penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
1) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara megeluarkan cairan berlebih dalam tubuh sehingga
daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat aktifitas
saraf simpatis.
3) Betabloker (Metoprolol, propanolol dan atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa jantung,
dengan kontraindikasi pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan
seperti asma bronkhial.
4) Vasodilator (Prasosin, Hidralisin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos pembuluh darah.
5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril)
Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin II dengan
efek samping penderita hipertensi akan mengalami batuk kering, pusing, sakit
kepala dan lemas.
6) Penghambat angiotensin II (Valsartan).
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika jenis obat-obat penghambat
reseptor angiotensin II diberikan karena akan menghalangi penempelan zat
angiotensin II pada resptor.
7) Angiotensin kalsium (Diltiasem dan Verapamil). Kontraksi jantung (kontraktilitas)
akan terhambat.
11. Pathway

12. Fokus Pengkajian

Format pengkajian keluarga model Friedman (2010) yang diaplikasikan ke kasus dengan masalah utama hipertensi meliputi :

a. Data umum

Menurut Friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah :

1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis

kelamin,umur, pekerjaan dan pendidikan.

2) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga

3) Status sosial ekonomi Keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari

kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial

ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang

dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh


keluarga.

b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini.

2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi

Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluaruarga yang belum terpenuhi
oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian
keluarga terhadap pencegaha penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga dan pengalaman
terhadapa pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami

dan istri.

c. Pengkajian lingkungan

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah,jumlah ruangan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tankdengan sumber air,
sumber air minum yang digunakan, tanda catyang sudah mengelupas, serta dilengkapi dengan denah rumah (Friedman, 2010).

d. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif

Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling

mendukung, hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa

empati, perhatian terhadap perasaan (Friedman, 2010).

2) Fungsi sosialisasi

Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, penghargaan, hukuman, serta memberi dan
menerima cinta (Friedman, 2010).

3) Fungsi keperawatan
a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan : menjelaskan nilai yang

dianut keluarga, pencegahan, promosi kesehatan yang dilakukan

dan tujuan kesehatan keluarga (Friedman, 2010).

b) Status kesehatan keluarga dan keretanan terhadap sakit yangdirasa

: keluarga mengkaji status kesehatan, masalah kesehatan yang

membuat kelurga rentan terkena sakit dan jumlah kontrol kesehatan

(Friedman, 2010).

c) Praktik diet keluarga : keluarga mengetahui sumber makanan yang

dikonsumsi, cara menyiapkan makanan, banyak makanan yang

dikonsumsi perhari dan kebiasaan mengkonsumsi makanan

kudapan (Friedman, 2010).

d) Peran keluarga dalam praktik keperawatan diri : tindakan yang

dilakukan dalam memperbaiki status kesehatan, pencegahan


penyakit, perawatan keluarga dirumah dan keyakinan keluarga dalam perawatan dirumah (Friedman, 2010).

e) Tindakan pencegahan secara medis : status imunisasi anak,

kebersihan gigi setelah makan, dan pola keluarga dalam mengkonsumsi makanan (Friedman, 2010).

4) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah :

berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah

anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga dalam upaya

mengendalikan jumlah anggota keluarga (Padila, 2012).

5) Fungsi ekonomi

Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga dalam memenuhi

sandang, pangan, papan, menabung, kemampuan peningkatan status

kesehatan.

e. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe.
13. Fokus Diagnosa keperawatan Keluarga

a. Diagnosa keperawatan keluarga

Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke

system keluarga dan subsitemnya serta merupakan hasil pengkajian

keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah

kesehatan aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki

kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan

pendidikan dan pengalaman ( Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa

keperawatan adalah:

1) Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan

kesehatan).

2) Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila

sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.


3) Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu

kedaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan

keluarga dapat ditingkatkan.

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga dengan masalah hipertensi adalah (NANDA NIC-NOC 2013) :

1) Penurunan curah jantung

2) Intoleransi aktivitas

3) Nyeri (sakit kepala)

4) Kelebihan volume cairan

5) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

6) Ketidakefektifan koping

7) Defisiensi pengetahuan

8) Ansietas

9) Resiko cidera

b. Skala Prioritas Masalah


Table 2.3 Skala Prioritas Masalah Keluarga

Kriteria Skor Bobot

1) Sifat masalah :

a) Aktual (tidak/kurang sehat)

b) Ancaman kesehatan

c) Keadaan sejahtera 3

1 1

2) Kemungkinan masalah dapat diubah

a) Mudah

b) Sebagian

c) Tidak dapat

0
2

3) Potensi masalah untuk dicegah :

a) Tinggi

b) Cukup

c) Rendah

4) Menonjolnya masalah:

a. Masalah dirasakan dan perlu

segera ditangani

b. Masalah dirasakan tapi tidak perlu

segera ditangani

c. Masalah tidak dirasakan

2
1

Total Skore

Sumber : Baylon & Maglaya (1978) dalam Padila (2012)

Keterangan :

Total Skor didapatkan dengan: Skor (total nilai kriteria) x Bobot =Nilai

Angka tertinggi dalam skor


Cara melakukan Skoring adalah :

1) Tentukan skor untuk setiap criteria

2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

3) Jumlah skor untuk semua criteria

4) Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa

keperawatan keluarga.

14. Fokus Intervensi Keperawatan Keluarga

Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan
merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak,
atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010).
Rencana asuhan keperawatan keluarga (NANDA NIC-NOC 2013) dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.4 Rencana Asuhan Keperawatan
Keluarga Berdasarkan NANDA NIC-NOC 2013

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Penurunan curah jantung

Definisi : ketidakadekuatan

darah yang dipompa oleh

jantung untuk memenuhi

kebutuhan metabolik tubuh NOC

 Cardiac Pump effectiveness

 Circulation Status

 Vital Sign Status

Kriteria Hasil :

 Tanda vital dalam rentang

normal (Tekanan darah, Nadi,

Respirasi).
 Dapat mentoleransi aktivitas,

tidak ada kelelahan

 Tidak ada edema paru, perifer

dan tidak ada asites

 Tidak ada penurunan kesadaran NIC

Cardiac Care

- Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi)

- Catat adanya disritmia jantung

- Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput

- Monitor status kardiovaskuler

- Monitor status pernafasan yang menandakan gagal

jantung

- Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi

- Monitor balance cairan

- Monitor adanya perubahan tekanan darah

- Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan


antiaritmia

- Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari

kelelahan

- Monitor toleransi aktivitas pasien

- Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu

- Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring

- Monitor TD, nadi, suhu dan RR

- Catat adanya fluktuasi tekanan darah

- Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri

- Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

- Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah

aktivitas

- Monitor kualitas dari nadi


- Monitor adanya pulsus paradoksus

- Monitor adanya pulsus alterans

- Monitor jumlah dan irama jantung

- Monitor bunyi jantung

2 Intoleransi aktivitas

Definisi : Ketidakcukupan
energi psikologis atau

fisiologis untuk melanjutkan

atau menyelesaikan aktivitas

kehidupan sehari-hari yang

harus atau yang ingin

dilakukan NOC

 Energy conservation

 Activity tolerance

 Self Care : ADLs

Kriteria Hasil :

 Berpartisipasi dalam aktivitas

fisik tanpa disertai peningkatan

tekanan darah, nadi, dan RR

 Mampu melakukan aktivitas

sehari-hari (ADLs) secara

mandiri
 Tanda tanda vital normal

 Energy psikomotor

 Level kelemahan

 Mampu berpindah : dengan atau

tanpa bantuan alat

 Status kardio pulmunari adekuat

 Sirkulasi status baik

 Status respirasi : pertukaran gas

dan ventilasi adekuat NIC

Activity Therapy

- Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi Medik dalam

merencanakan program terapi yang tepat

- Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu

dilakukan

- Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai

dengan kemampuan fisik, psikologi dan social


- Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber

yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

- Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti

kursi roda,krek

- Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai

- Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang

- Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi

kekurangan dalam beraktivitas

- Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

- Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan

penguatan

- Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual.

3 Nyeri Akut

Definisi : Pengalaman sensori

dan emosional yang tidak

menyenangkan yang muncul


akibat kerusakan jaringan NOC

 Pain Level

 Pain Control

 Comfort level

Kriteria Hasil : NIC

Pain Management

- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk

lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor

presipitasi
yang aktual atau potensial

atau digambarka dalam hal

kerusakan sedemikian rupa

(internatioal association for

the study of pain) : awitan

yang tiba-tiba atau lambat

dari intensitas ringan hingga

berat dengan akhir yang dapat

diantisipasi atau diprediksi

dan berlangsung <6 bulan.  Mampu mengontrol nyeri (tahu

penyebab nyeri, mampu


menggunakan tehnik

nonfarmakologi untuk

mengurangi nyeri, mnecari

bantuan)

 Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri

 Mampu mengenali nyeri (skala

intensitas, frekuensi dan tanda

nyeri)

 Menyatakan rasa nyaman setelah

nyeri berkurang - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

- Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien

- Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau


- Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang

ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau

- Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan

menemukan dukungan

- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

- Kurangi faktor presipitasi nyeri

- Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non

farmakologi dan inter personal)

- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

- Ajarkan tentang teknik non farmakologi

- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

- Tingkatkan istirahat

- Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan

tindakan nyeri tidak berhasil


- Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

4 Kelebihan volume cairan

Definisi : Peningkatan retensi

cairan isotonikNOC

 Electrolit and acid base balance

 Fluid balance

 Hydration

Kriteria Hasil :

 Terbebas dari edema, efusi,

anaskara NIC

Fluid management

- Timbang popok/pembalut jika diperlukan

- Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

- Pasang urin kateter jika diperlukan

- Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan

(BUN, Hmt, osmolalitas urin)


 Bunyi nafas bersih, tidak ada

dyspneu/ortopneu

 Terbebas dari distensi vena

jugularis, reflek hepatojugular


(+)

 Memelihara tekanan vena

sentral, tekanan kapiler paru,

output jantung dan vital sign

dalam batas normal

 Terbebas dari kelelahan,

kecemasan atau kebingungan

 Menjelaskan indikator kelebihan

cairan - Monitor status hemodinamik termasuk CVP,MAP,PAP,

dan PCWP

- Monitor vital sign

- Monitor indikasi retensi/kelebihan cairan (cracles, CVP,

edema, distensi vena leher, asites)

- Kaji lokasi dan luas edema

- Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake

kalori
- Monitor status nutrisi

- Kolaborasi pemberian diuretik sesuai interuksi

- Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi

dengan serum Na<130 mEq/l

- Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul

memburuk

5 Resiko ketidakefektifan

perfusi jaringan otak

Definisi : Berisiko mengalami

penurunan sirkulasi jaringan

otak yang dapat mengganggu

kesehatan NOC

 Circulation status

 Tissue Prefusion : celebral

Kriteria Hasil :

 Mendemonstrasikan status
sirkulasi yang ditandai dengan :

 Tekanan systole dandiastole

dalam rentang yang diharapkan

 Tidak ada ortostatikkhipertensi

 Tidak ada tanda-tanda

peningkatan tekanan intrakranial

(tidak lebih dari 15 mmHg)

 Mendemonstrasikan kemampuan

kognitif yang ditandai dengan: NIC

Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi

perifer)

- Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap

panas/dingin/tajam/tumpul

- Monitor adanya paretese

- Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada

isi atau laserasi


- Gunakan sarung tangan untuk proteksi

- Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung

- Monitor kemampuan BAB

- Kolaborasi pemberian analgetik

- Monitor adanya trombo plebitis

- Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi


 Berkomunikasi dengan jelas dan

sesuai dengan kemampuan

 Menunjukkan perhatian,

konsentrasi dan orientasi

 Memproses informasi

 Membuat keputusan dengan

benar

 Menunjukkan fungsi sensori

motori cranial yang utuh :

tingkat kesadaran membaik,

tidak ada gerakan gerakan

involunter

6 Ketidakefektifan koping

Definisi : Ketidak mampuan


untuk membentuk penilaian

valid tentang stressor, ketidak

adekuatan pilihan respon

yang dilakukan dan/atau

ketidak mampuan untuk

menggunakan sumber daya

yang tersedia NOC

 Decison making

 Role inhasmet

 Sosial support

Kriteria Hasil :

 Mengidentifikasi pola koping

yang efektif

 Mengungkapkan secara verbal

tentang koping yang efektif

 Mengatakan penurunan stres


 Klien mengatakan telah

menerima tentang keadaannya

 Mampu mengidentifikasi strategi

tentang kopingNIC

Decison making

- Menginformasikan pasien alternatif atau solusi lain

penanganan

- Memfasilitasi pasien untuk membuat keputusan

- Bantu pasien mengidentifikasi keuntungan, kerugian dari

keadaan

Role inhancement

- Bantu pasien untuk identifikasi bermacam-macam nilai

kehidupan

- Bantu pasien identifikasi strategi positif untuk mengatur

pola nilai yang dimiliki

Coping inhancement
- Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran

perubahan peran yang realistis

- Gunakan pendekatan tenang dan meyakinkan

- Hindari pengambilan keputusan pada saat pasien berada


dalam stress berat

- Berikan informasi actual yang terkait dengan diagnosis,

terapi dan prognosis

7 Defisiensi pengetahuan

Definisi : Ketiadaan atau

defisiensi informasi kognitif

yang berkaitan dengan topik

tertentu NOC

 Knowledge : disease process

 Knowledge : health behavior

Kriteria Hasil :

 Pasien dan keluarga menyatakan

pemahaman tentang penyakit,

kondisi, prognosis dan program

pengobatan

 Pasien dan keluarga mampu


melaksanakan prosedur yang

dijelaskan secara benar

 Pasien dan keluarga mampu

menjelaskan kembali apa yang

dijelaskan perawat/tim kesehatan

lainnyaNIC

Teaching : disease Process

- Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien

tentang proses penyakit yang spesifik

- Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal

ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan

cara yang tepat

- Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada

penyakit, dengan cara yang tepat

- Ganbarkan proses penyakit dengan cara yang tepat

- Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang


tepat

- Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan

cara yang tepat

- Hindari jaminan yang kosong

- Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang

kemajuan pasien dengan cara yang tepat

- Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin

diperluhkan untuk mencegah komplikasi dimasa yang

akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit

8 Ansietas

Definisi : Perasaan tidak

nyaman atau kekawatiran

yang samar disertai respon

autonom (sumber sering kali NOC

 Anxiety self-control

 Anxiety level
 Coping

Kriteria Hasil : NIC

Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)

- Gunakan pendekatan menenangkan

- Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien


tidak spesifik atau tidak

diketahui oleh individu);

perasaan takut yang

disebabkan oleh antisipasi

terhadap bahaya. Hal ini

merupakan isyarat

kewaspadaan yang

memperingatkan individu

akan adanya bahaya dan

kemampuan individu untuk

bertindak menghadapi

ancaman  Klien mampu mengidentifikasi

dan mengungkapkan gejala

cemas

 Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan

menunjukkan teknik untuk

mengontrol cemas

 Vital sign dalam batas normal

 Postur tubuh, ekspresi wajah,

bahasa tubuh dan tingkat

aktivitas menunjukkan

berkurangnya kecemasan - Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama

prosedur

- Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres

- Temani pasien untuk memberikan keamanan dan

mengurangi takut

- Dorong keluarga untuk menemani anak

- Lakukan back/neck rub

- Dengarkan dengan penuh perhatian

- Identifikasi tingkat kecemasan


- Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan

kecemasan

- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,

ketakutan,, persepsi

- Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

- Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

9 Risiko cidera

Definisi : Beresiko

mengalami cedera sebagai

akibat kondisi lingkungan

yang berinteraksi dengan

sumber adaptif dan sumber

defensif individu NOC

 Risk kontrol

Kriteria Hasil :

 Klien terbebas dari cedera


 Klien mampu menjelaskan

cara/metode untuk mencegah

injury/cedera

 Klien mampu menjelaskan factor

resiko dari lingkungan/perilaku

personal

 Mampu memodifikasi gaya

hidup untuk mencegah injury

 Menggunakan fasilitas kesehatan

yang ada NIC

Environment Management (Manajemen Lingkungan)

- Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien

- Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan

kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat

penyakit terdahulu pasien

- Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya


memindahkan perabotan)

- Memasang side rall tempat tidur

- Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

- Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah

dijangkau pasien

- Membatasi pengunjung

- Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien


 Mampu mengenali perubahan

status kesehatan - Mengontrol lingkungan dari kebisingan

- Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan

- Memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau

pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan

penyebab penyakit.

Sumber : NANDA NIC-NOC, 2013


BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan

1. Data Umum

a. Nama kk : Tn.M

b. Pekerjaan KK : Petani

c. Pendidikan KK : SD

d. Agama : Islam

e. Alamat: Ds.Nekudu

f. Tanggal pengkajian : 28 mei 2018

g. Komposisi Anggota Keluarga

Tabel 3.1 Komposisi Anggota Keluarga


Nama Jk Umur Pdkn Status imunisasi

BCG DPT Polio Hts Cmpk

Tn.M L 33 th SD √ √ √ √ √

Ny.U P 29 th SMP √ √ √ √ √

An.M L 12 th SD √ √ √ √ √

An.M P 10 th √ √ √ √ √

Ny.A P 54 th SD √ √ √ √ √

h. Riwayat kesehatan sekarang

1) Keluhan utama keluarga :

Ny.A diantar oleh keluarga ke Puskesmas Asinua pada tanggal 28 mei

2018 sekitar pukul 09.00 dengan keluhan utama sakit kepala.

Saat dilakukan pengkajian Ny.A mengeluh kepala terasa sakit.

Riwayat keluhan :

P: Ny.A mengatakan timbulnya keluhan karena tekanan darahnya yang

kembali naik.

Q: Ny.A mengatakan keluhan yang dirasakan seperti tertekan benda


berat

R: Ny.A mengatakan keluhan dirasakan pada daerah kepala dan leher S: Skala nyeri 6 (sedang)

T: Ny.A mengatakan keluhan timbul secara tiba-tiba, sakit kepala yang

dirasakan hilang timbul

2) Keluhan yang menyertai : Ny.A mengatakan kepala terasa sakit disertai

pusing, nyeri pada leher dan terasa berat.

Hasil pemeriksaan : Ny.A tampak meringis, Ny.A tampak gelisah.

i. Genogram

G.I
G.II K

G.III

Keterangan : : Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Garis keturunan

: Tinggal serumah

: Anggota keluarga sakit (Ny.A)

j. Tipe keluarga

Keluarga besar terdiri dari ayah, ibu, anak dan nenek

k. Suku bangsa
Semua anggota keluarga Tn.M bersuku tolaki.

l. Agama

Semua anggota keluarga beragama islam

m. Status sosial ekonomi

Tn. M bekerja sebagai petani, Ny.U sebagai ibu rumah tangga dan Ny.A

berjualan (warung sembako). Penghasilan keluarga dalam sebulan ±

2.000.000.

n. Aktivitas rekreasi keluarga

Keluarga Tn.M hanya sekali setahun untuk pergi rekreasi, dan keluarga mendapatkan sarana hiburan dari menonton TV.
2. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga

Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah anak sekolah (families with shoolchildren)

b. Tugas perkembangan keluarga

1) Tugas perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi :

Mendorong anak mereka yang sedang berkembang untuk lebih mandiri serta menciptakan lingkungan yang sehat.

2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Semua tugas

perkembangan keluarga sudah terpenuhi

c. Riwayat keluarga inti

Keluarga mengatakan tidak anggota keluarga inti yang menderita penyakit keturunan atau mengidap penyakit tertentu.

d. Riwayat keluarga sebelumya

Tn.M mengatakan hanya Ny.A yang menderita penyakit hipertensi,

keluarga sebelumnya baik dari pihak suami maupun istri belum pernah ada

yang mengalami keluhan/masalah kesehatan yang sama seperti Ny.A

3. Lingkungan
a. Karakteristik rumah

Jenis rumah yaitu semi permanen, status kepemilikin rumah adalah milik pribadi Tn.M dengan jumlah kamar 4, kamar mandi 1, dapur 1, atap seng
lantai ruang tamu dan tengah dari keramik. Rumah mempunyai ventilasi yang cukup dan sirlukasi udara yang bagus serta pencahayaan yang baik.
Sumber air keluarga yaitu sumur, dengan kondisi bersih dan tidak berbau. Jarak kamar mandi dengan sumur ± 10 meter.

b. Dena Rumah

R.TAMU K.4

DAP

K.2 UR

K.1 K.3

R.TAMU
c. Karakteristik tetangga dan komunitas RT/RW

Tidak ada karakteristik khusus tetangga atau komunitas, hubungan bertetangga dan komunitas berjalan rukun, tidak ada aturan khusus yang
mengikat individu dalam bermasyarakat selama tidak menimbulkan keresahan bagi masyarakat lainnya.

d. Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas keluarga menggunakan sepeda motor. Ny.A jika ingin ke Puskesmas di antar oleh anak yaitu Tn.M. Keluarga tidak memiliki kebiasaan
berpindah tempat tinggal

e. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Tidak ada perkumpulan yang diikuti keluarga, interaksi keluarga dengan masyarakat terjalin baik, interaksi antar warga banyak dilakukan pada saat
selesai sholat bersama di masjid dan sore hari di teras warung.

f. Sistem pendukung keluarga

Jika ada masalah maka keluarga akan menyelesaikan dengan musyawarah.


Keluarga memanfaatkan layanan kesehatan yang tersedia di Desa yaitu

Puskesmas

4. Struktur Keluarga

a. Pola komunikasi keluarga

Keluarga Tn.M selalu berkomunikasi dengan baik dan selalu berkomunikasi dengan keluarga yang lainnya, bahasa sehari-hari yang digunakan
adalah bahasa daerah tolaki dan bahasa indonesia. Komunikasi dilakukan dengan cara terbuka, jika ada masalah maka keluarga akan menyelesaikan
dengan musyawarah.

b. Struktur kekuatan keluarga

Pengambilan keputusan dalam keluarga dilakukan dengan cara musyawarah seluruh anggota keluarga. Tn.M selaku kepala keluarga memiliki
kekuatan untuk mengendalikan dan mempengaruhi anggota keluarga untuk merubah prilaku.

c. Struktur peran

Peran formal : Tn.M berperan sebagai kepala keluarga dan Ny.U sebagai wakil kepala keluarga.
Peran informal: Tn.M memiliki tanggungjawab untuk mencari nafkah, Ny.U sebagai ibu rumah tangga dan Ny.A memiliki akdil yang cukup
berpengaruh dalam keluarga, dan Anak-anak Tn.M.

d. Nilai dan norma

Di dalam keluarga Tn.M tidak ada nilai dan norma khusus yang mengikat

anggota keluarga, untuk masalah kesehatan keluarga juga tidak memiliki

praktik yang harus dilakukan. Sistem nilai yang dianut dipengaruhi oleh

adat dan agama.

5. Fungsi Keluarga

a. Fungsi afektif

Hubungan Tn.M dengan istri, ibu beserta anaknya terjalin dengan baik,

angota keluarga saling menghormati, memperhatikan, menyayangi dan

menyemangati.

b. Fungsi sosialisasi

Interaksi dalam keluarga terjalin dengan akrab dan disiplin, saling mengenal dengan masyarakat lainnya.

c. Fungsi reproduksi

Tn.M memiliki 2 anak, keluarga mengendalikan jumlah anak dengan mengikuti program keluarga berencana (KB).
d. Fungsi ekonomi

Tn. M bekerja sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan

dan papan. Ny.A juga turut serta membantuh ekonomi keluarga dengan

berjualan (warung sembako). Keluarga memanfaatkan pelayanan

kesehatan yang ada, keluarga menggunakan kartu KIS untuk berobat.

e. Fungsi perawatan kesehatan keluarga

1) Kemampuan keluarga mengenal masalah

a) Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit hipertensi

b) Ny.A mengatakan masih sering mengosumsi garam yang berlebih

c) Ny.A mengatakan masih sering mengosumsi yang bersantan, ikan

asin.

Hasil pengkajian :

a) Ny.A dan keluarga kurang dapat mengingat


b) Ny.A dan keluarga tampak bingung dan tidak mengerti ketika

ditanya mengenai penyakit hipertensi.

2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang

tepat : Keluarga sudah mampu mengambil keputusan yang tepat.

keluarga mengantarkan Ny.A ke Puskesmas.

3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit : Keluarga

mengatakan tidak tahu cara merawat anggota keluarga yang sakit

dengan hipertensi

4) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan : Keluarga tidak

mampu memodifikasi lingkungan yang baik untuk perawatan hipertensi.

5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada yaitu Puskesmas.

6. Stres Dan Koping Keluarga

a. Stresor jangka pendek dan jangka panjang


1) Jangka pendek (<6 bulan)

Keluarga mengatakan sementara tidak mempunyai masalah berat, hanya saja Ny.A mengalami keluhan sakit kepala.

2) Jangka panjang (>6 bulan)

Keluarga mengatakan stressor jangka panjang yaitu memikirkan masalah biaya untuk hidup dan tetap menyekolahkan anak-anaknya setingi
mungkin serta meningkatkan taraf hidup keluarganya.

b. Respon keluarga terhadap stresor dan mekanisme koping yang digunakan

1) Respon keluarga terhadap stresor

Keluarga menganggap masalah kesehatan yang dialami Ny.A harus

mendapatkan penanganan segera agar tidak terjadi kondisi lebih buruk

lagi.

2) Strategi koping yang digunakan

Keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada untuk mengatasi keluhan Ny.A
c. Strategi adaptasi disfungsional

Keluarga Tn.M tidak pernah melakukan perilaku kasar atau kejam terhadap anggota keluarganya dan tidak pernah melakukan ancaman dalam
menjelaskan masalah.

7. Harapan Keluarga

Keluarga berharap terhadap petugas kesehatan agar memberikan pengobatan untuk kesembuhan kepada Ny.A

8. Pemeriksaan Fisik

Tabel 3.2 Pemeriksaan Fisik Keluarga

Data Tn.M Ny.U An.M An.M Ny.A

TTV TD : 130/90

N : 76 x/m

RR : 20 x/m
S : 36,5 C TD: 110/80

N : 78x/m

RR : 20 x/m

S : 37 TD : -

N : 84x/m

RR : 22 x/m

S : 36,7 C TD : -

N : 94x/m

RR : 22 x/m

S : 36,5 C TD:180/110

N: 96x/m

RR: 18x/m

S : 37 C

Kepala Bentuk

simetris,

bersih,
rambut

warna hitam Bentuk

simetris,

bersih,

rambut

warna hitam Bentuk

simetris,

bersih,

rambut

warna hitam Bentuk

simetris,

bersih,

rambut

warna hitam Bentuk

simetris,

bersih,
rambut

warna hitam

dengan

sedikit uban

Leher Tidak ada

pembesaran

kelenjar

getah

bening Tidak ada

pembesaran

kelenjar

getah

bening Tidak ada

pembesaran

kelenjar

getah
bening Tidak ada

pembesaran

kelenjar

getah

bening Tidak ada

pembesaran

kelenjar

getah

bening

Aksila Tidak ada

lesi dan

pembengka-

kan pada

axila Tidak ada

lesi dan

pembengka-
kan pada

axila Tidak ada

lesi dan

pembengka-

kan pada

axila Tidak ada

lesi dan

pembengka-

kan pada

axila Tidak ada

lesi dan

pembengka-

kan pada

axila

Dada Dada

tampak
simetris,

tidak

terdengar

suara

nafas

tambahan,

tidak lesi

dan

pembengk

akan Dada

tampak

simetris,

tidak

terdengar

suara

nafas
tambahan,

tidak lesi

dan

pembengk

akan Dada

tampak

simetris,

tidak

terdengar

suara

nafas

tambahan,

tidak lesi

dan

pembengk

akan Dada
tampak

simetris,

tidak

terdengar

suara

nafas

tambahan,

tidak lesi

dan

pembengk

akan Dada

tampak

simetris,

tidak

terdengar

suara
nafas

tambahan,

tidak lesi

dan

pembengk

akan

berupa
benjolan,

tidak ada

retraksi

dinding

dada berupa

benjolan,

tidak ada

retraksi

dinding

dada berupa

benjolan,

tidak ada

retraksi

dinding

dada berupa

benjolan,
tidak ada

retraksi

dinding

dada berupa

benjolan,

tidak ada

retraksi

dinding

dada

Abdom-

en Tidak ada

asietes,

tidak ada

nyeri

tekan dan

nyeri lepas
disetiap

kuardran Tidak ada

asietes,

tidak ada

nyeri

tekan dan

nyeri lepas

disetiap

kuardran Tidak ada

asietes,

tidak ada

nyeri

tekan dan

nyeri lepas

disetiap

kuardran Tidak ada


asietes,

tidak ada

nyeri

tekan dan

nyeri lepas

disetiap

kuardran Tidak ada

asietes,

tidak ada

nyeri

tekan dan

nyeri lepas

disetiap

kuardran

Ekstre-

mitas
atas Tidak

oedema,

pergerakan

baik Tidak

oedema,

pergerakan

baik Tidak

oedema,

pergerakan

baik Tidak

oedema,

pergerakan

baik Tidak

oedema,

pergerakan

baik
Ekstre-

mitas

bawah Tidak

oedem,

varises tidak

ada, turgor

kulit baik. Tidak

oedem,

varises tidak

ada, turgor

kulit baik. Tidak

oedem,

varises tidak

ada, turgor

kulit baik. Tidak

oedem,
varises tidak

ada, turgor

kulit baik. Tidak

oedem,

varises tidak

ada, turgor

kulit baik.

B. Data Fokus

Kepala Keluarga : Tn.M

Anggota Keluarga Sakit : Ny.A

Table 3.3 Data Fokus Hasil Pengkajian Keperawatan Keluarga

Data Subjektif Data Objektif

1. Ny.A mengeluh kepala terasa 1. Ny.A tampak meringis

sakit. 2. Ny.A tampak gelisah

P: Ny.A mengatakan timbulnya 3. Ny.A dan keluarga kurang dapat

keluhan karena tekanan darahnya mengingat.


yang kembali naik. 4. Ny.A dan keluarga tampak

Q: Ny.A mengatakan keluhanbingung dan tidak mengerti

yang dirasakan seperti tertekan ketika ditanya mengenai

benda berat penyakit hipertensi.

R: Ny.A mengatakan keluhan 5. TTV: TD:180/110, N: 96x/m,

dirasakan pada daerah kepala dan RR: 18x/m, S : 37 C.

leher.

S: Skala nyeri 6 (sedang)

T: Ny.A mengatakan keluhan

timbul secara tiba-tiba, sakit

kepala yang dirasakan hilang

timbul
2. Ny.A mengatakan pusing, nyeri

pada leher dan terasa berat.

3. Keluarga mengatakan tidak

mengetahui tentang penyakit

hipertensi.

4. Ny.A mengatakan masih sering

mengosumsi garam yang berlebih

5. Ny.A mengatakan masih sering

mengosumsi yang bersantan, ikan

asin.

6. Keluarga mengatakan tidak tahu

cara merawat anggota keluarga


yang sakit dengan hipertensi

C. Diagnosa Keperawatan Keluarga

1. Analisa Data

Tabel 3.4 Analisa Data Diagnosa Keperawatan Keluarga

No Data Penyebab Masalah

1 DS :

1. Ny.A mengeluh kepala

terasa sakit.

P: Ny.A mengatakan

timbulnya keluhan karena

tekanan darahnya yang

kembali naik.

Q: Ny.A mengatakan

keluhan yang dirasakan

seperti tertekan benda berat


R: Ny.A mengatakan

keluhan dirasakan pada

daerah kepala dan leher

S: Skala nyeri 6 (sedang)

T: Ny.A mengatakan

keluhan timbul secara tiba-

tiba, sakit kepala yang

dirasakan hilang timbul

2. Ny.A mengatakan pusing,

nyeri pada leher dan terasa

berat.

DO:

1. Ny.A tampak meringis

2. Ny.A tampak gelisah.

3. Tanda-tanda vital.

TD:180/110
N: 96x/m

RR: 18x/m

S : 37 C Ketidakmampuan

keluarga

merawat anggota

keluarga sakit Nyeri Akut


2 DS :

1. Keluarga mengatakan tidak

mengetahui tentang

penyakit hipertensi

2. Keluarga mengatakan tidak

tahu cara merawat anggota

keluarga yang sakit dengan

hipertensi

3. Ny.A mengatakan masih

sering mengosumsi garam

yang berlebih

4. Ny.A mengatakan masih

sering mengosumsi yang

bersantan, ikan asin.

DO :

1. TD : 180/110 mmHg
2. Ny.A dan keluarga kurang

dapat mengingat

3. Ny.A dan keluarga tampak

bingung dan tidak mengerti

ketika ditanya mengenai

penyakit hipertensi. Ketidakmampuan

keluarga

mengenal

masalah Defisiensi

pengetahuan

2. Skoring Diagnosa Keperawatan Keluarga

a. Nyeri Akut b/d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit

Tabel 3.5 Skoring Diagnosa Keperawatan Keluarga Nyeri Akut

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


1 Sifat masalah :

Aktual : 3 3x1/3 1 Masalah nyeri

akut pada Ny.A

dirasakan dan

perlu tindakan

perawatan

2 Kemungkinan

masalah dapat diubah

: Sebagian : 1 1x2/2 1 Pengetahuan

sumber daya dan

fasilitas

kesehatan

tersedia dan dapat

dijangkau

/dimanfaatkan

3 Potensial masalah
untuk

dicegah

cukup : 2 2x1/3 0,6 Nyeri dapat

dicegah bila

keluarga

mengetahui cara

perawatan yang

benar
4 Menonjol masalah:

Masalah

dirasakan dan

perlu segera ditangani

:2 2x1/2 1 Masalah

dirasakan

oleh Ny.A dan

bisa menjadi

lebih serius bila

tidak segera

ditanggani

Total Skore 3,6

b. Defisiensi pengetahuan b/d ketidakmampuan keluarga dalam mengenal

masalah

Tabel 3.6 Skoring Diagnosa Keperawatan Defisiensi Pengetahuan


No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

1 Sifat masalah :

Aktual : 3 3x1/3 1 Keluarga tidak

mengetahui

tentang penyakit

hipertensi

2 Kemungkinan

masalah dapat diubah

Sebagian : 1 1x2/2 1 Dengan informasi

yang cukup, akan

menambah

wawasan dan

pengetahuan

keluarga

mengenai
hipertensi

3 Potensial untuk

Dicegah :

Mudah : 3 3x1/3 1 Hipertensi adalah

penyakit yang

dapat

dikendalikan

apabila

keluarga

mengetahui

4 Menonjol masalah

Masalah tidak

dirasakan : 0 0x1/2 0 Masalah tidak

dirasakan

oleh Ny.A dan

keluarga
Total Skore 3

3. Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga

a. Nyeri Akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat

angggota keluarga sakit yang ditansai dengan :

Data subjektif :

1) Ny.A mengeluh kepala terasa sakit.

P: Ny.A mengatakan timbulnya keluhan karena tekanan darahnya yang kembali naik.

Q: Ny.A mengatakan keluhan yang dirasakan seperti tertekan benda

berat

R: Ny.A mengatakan keluhan dirasakan pada daerah kepala dan leher S: Skala nyeri 6 (sedang)

T: Ny.A mengatakan keluhan timbul secara tiba-tiba, sakit kepala yang dirasakan hilang timbul
2) Ny.A mengatakan pusing, nyeri pada leher dan terasa berat. Data objektif :

1) Ny.A tampak meringis

2) Ny.A tampak gelisah.

3) Tanda-tanda vital.

TD:180/110

N: 96x/m

RR: 18x/m

S : 37 C

b. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah yang ditandai dengan :

Data subjektif :

1) Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit hipertensi

2) Keluarga mengatakan tidak tahu cara merawat anggota keluarga yang

sakit dengan hipertensi

3) Ny.A mengatakan masih sering mengosumsi garam yang berlebih

4) Ny.A mengatakan masih sering mengosumsi yang bersantan, ikan asin. Data objektif :
1) TD : 180/110 mmHg

2) Ny.A dan keluarga kurang dapat mengingat

3) Ny.A dan keluarga tampak bingung dan tidak mengerti ketika ditanya

mengenai penyakit hipertensi.

D. Intervensi Keperawatan Keluarga

Tabel 3.7 Intervensi Keperawatan Keluarga


No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil (NOC) Intervensi (NIC)

1 Nyeri akut berhubungan

dengan ketidakmampuan

keluarga merawat

anggota keluarga sakit. NOC :

Setelah dilakukan kunjungan rumah

sebanyak 3 kali kunjungan rumah

diharapkan nyeri teratasi.

Kriteria hasil :

1. Klien mampu mengontrol nyeri

(tahu penyebab nyeri, mampu

menggunakan teknik

nonfarmakologi untuk

mengurangi nyeri, mencari

bantuan)

2. Melaporkan bahwa nyeri


berkurang dengan manajemen

nyeri.

3. Menyatakan rasa nyaman

setelah nyeri berkurang. NIC

Manejemen nyeri

1. Kaji nyeri secara komprehensif.

2. Observasi tanda-tanda vital

3. Ajarkan/demonstrasikan teknik manajemen nyeri (teknik

relaksasi)

4. Ajarkan/demonstrasikan teknik manajemen nyeri

(distraksi)

5. Anjurkan/demonstrasikan pada klien dan keluarga

kompres hangat pada kepala bagian belakang.

6. Anjurkan klien untuk meningkatkan istrahat.

7. Beri lingkungan yang nyaman untuk mengurangi nyeri.

8. Beri informasi pada klien dan keluarga tentang nyeri dan


perawatan yang diberikan.

9. Kolabari pemberian terapi farmakologi (analgetik) untuk

megurangi nyeri (katopril 25 mg)

2 Defisiensi pengetahuan

berhubungan dengan

ketidakmampuan

keluarga mengenal

masalah. NOC :

Setelah dilakukan kunjungan rumah

sebanyak 3 kali kunjungan rumah

diharapkan keluarga mengetahui

proses penyakit.

Kriteria hasil :

1. Pasien dan keluarga menyatakan

pemahaman tentang penyakit,NIC

Teaching : disease proses


1. Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertensi

2. Diskusikan dengan keluarga tentang hipertensi dengan

menggunakan leaflet/lembar balik meliputi pengertian

hipertensi, penyebab, tanda dan gejalah, proses penyakit,

komplikasi, perawatan dan pencegahan hipertensi.

3. Diskusikan dengan keluarga tentang keputusan untuk

merawat anggota kelaurga sakit.


kondisi, dan program

pengobatan.

2. Pasien dan keluarga mampu

melaksanakan prosedur yang

dijelaskan secara benar.

3. Pasien dan keluarga mampu

menjelaskan kembali apa yang

dijelaskan perawat.

4. Klien dan keluarga mengetahui

komplikasi hipertensi 4. Diskusikan dengan keluarga cara merawat anggota

keluarga yang sakit.

5. Jelaskan makanan yang harus dikonsumsi dan dihindari

penderita hipertensi.
6. Diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan yang

menunjang kesehatan.

7. Diskusikan bersama keluarga tentang pemanfaatan fasilitas

kesehatan.

E. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Keluarga

Tabel 3.8 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Keluarga


Diagnosa

keperawatan Hari

Tanggal

Jam

Implementasi

Paraf Hari

Tanggal

Jam Evaluasi

SOAP

Paraf

Nyeri akut b.d

ketidakmampuan

keluarga merawat

anggota keluarga

sakit. Senin

28/5/18
16.00 1. Mengkaji nyeri secara

komprehensif.

Hasil :

P: Ny.A mengatakan

timbulnya keluhan karena

tekanan darahnya yang

kembali naik.

Q: Ny.A mengatakan

keluhan yang dirasakan

seperti tertekan benda berat

R: Ny.A mengatakan

keluhan dirasakan pada

daerah kepala dan leher

S: Skala nyeri 6 (sedang)

T: Ny.A mengatakan

keluhan timbul secara tiba-


tiba, sakit kepala yang

dirasakan hilang timbul

2. Mengobservasi tanda-tanda

vital.

Hasil :

TD:180/110

N: 96x/m

RR: 18x/m Selasa

29/5/18

15.55 Subjektif :

- Klien mengatakan nyeri masih

dirasakan namun sudah sedikit

berkurang (skala nyeri 4).

- Klien mengatakan mampu

mengontrol nyeri dengan teknik

relaksasi dan distraksi (klien


melakukan teknik distraksi nyeri

dengan membaca Al-Quran).

- Klien menyebutkan penyebab

terjadinya dan nyeri.

- Klien mengatakan nyeri sedikit

berkurang setelah melakukan

teknik menejeman nyeri yang

diajarkan.

- Klien mengatakan merasa lebih

nyaman dan nyeri berkurang

setelah melakukan kompres

hangat pada kepala bagian

belakang.

Objektif :

- Klien mampu

mendemonstrasikan teknik
relaksasi, distraksi dan kompres

S : 37 C

3. Mengajarkan/demonstrasika

n teknik manajemen nyeri


(teknik relaksasi).

Hasil :

DS : Klien mengatakan

bersedia diajarkan

teknik relaksasi

DO : Klien mengikuti teknik

relaksasi yang

diajarkan.

4. Mengajarkan/demonstrasika

n teknik manajemen nyeri

(distraksi).

DS : Klien mengatakan

belum tahu apa itu

teknik distraksi.

DO : Tampak klien

menyimak teknik
distraksi yang

diajarkan.

5. Menganjurkan/demonstrasik

an pada klien dan keluarga

kompres hangat pada kepala

bagian belakang.

Hasil : Klien dan keluarga

kooperatif.

6. Menganjurkan klien untuk

meningkatkan istrahat. hangat pada kepala bagian

belakang.

- Klien mampu menyebutkan

penyebab terjadinya nyeri.

- Ny.A tidak lagi terlihat gelisah

dan meringis.

- Tanda-tanda vital :
TD : 150/100.

N : 90 x/m

RR : 18 x/m

S : 36,8 C

A : Masalah teratasi sebagian

Planning :

- Kaji skala nyeri

- Observasi TTV

- Anjurkan melakukan teknik

relaksasi.

- Anjurkan melakukan teknik

distraksi.

- Anjurkan memberi kompres

hangat pada kepala bagian

belakang.

- Anjurkan klien meningkatkan


istrahat.

Hasil :

DS : Klien mengatakan

paham dengan instruksi


yang disampaikan.

DO : Klien kooperatif.

Tampak menyimak

dengan baik instruksi

yang disampaikan.

7. Menganjurkan keluarga

memberi lingkungan yang

nyaman untuk klien untuk

mengurangi nyeri.

Hasil :

DS : Keluarga mengatakan

paham dengan instruksi

yang disampaikan

DO : Keluarga kooperatif.

8. Memberikan informasi pada

klien dan keluarga tentang


nyeri dan perawatan yang

diberikan.

Hasil :

DS : Klien mengatakan

bersedia mendengarkan

informasi.

DO : Tampak klien dan

keluarga menyimak

informasi yang

disampaikan.
Defisiensi

pengetahuan b.d

ketidakmampuan

keluarga

mengenal

masalah. Senin

28/5/18

16.25 1. Mengkaji pengetahuan klien

dan keluarga tentang

hipertensi.
Hasil :

DS : Klien mengatakan

hipertensi adalah darah

tinggi.

DO : Klien dan keluarga

tampak bingung ketika

ditanya tentang

hipertensi.

2. Mendiskusikan dengan

keluarga tentang hipertensi

dengan menggunakan

leaflet/lembar balik meliputi

pengertian hipertensi,

penyebab, tanda dan gejalah,

proses penyakit, komplikasi,

perawatan dan pencegahan


hipertensi.

DS : Keluarga mengatakan

bersedia mendengarkan

informasi.

DO : Keluarga kooperatif.

3. Mendiskusikan dengan

keluarga tentang keputusan

untuk merawat anggota

kelurga sakit.

DS : Keluarga mengatakan

memanfaatkan Selasa

29/5/18

16.05 Subjektif :

- Keluarga mengatakan paham

tentang penyakit, kondisi, dan

program pengobatan yang


diberikan pada Ny.A.

- Keluarga mengatakan

melaksanakan program

pengobatan sesuai dengan yang

dijelaskan perawat.

- Keluarga menyebutkan

pengertian hipertensi,

penyebabnya, tanda dan gejalah,

komplikasi, perawatan dan

pencegahan penyakit hipertensi

dengan bahasa sendiri.

Objektif :

- Klien dan keluarga mampu

melaksanakan prosedur yang

dijelaskan secara benar.

- Klien dan keluarga mampu


menjelaskan kembali apa yang

dijelaskan namun masih sering

lupa dan tidak lancar.

- Klien dan keluarga mengetahui

komplikasi hipertensi

A : Masalah teratasi sebagian.

Planning :

- kaji pengetahuan keluarga

tentang hipertensi.
Puskesmas untuk

mengobati Ny.A

DO : Keluarga kooperatif

4. Mendiskusikan dengan

keluarga cara merawat

(program pengobatan)

anggota keluarga yang sakit.

DS : Keluarga mengatakan

bersedia diajarkan

tentang cara merawat

Ny.A.
DO : Keluarga kooperatif.

5. Menjelaskan makanan yang

harus dikonsumsi dan

dihindari penderita

hipertensi.

DS : Klien menyebutkan diet

makanan yang baik

untuk hipertensi.

DO : Klien mampu

mengulang informasi

yang disampaikan.

6. Mendiskusikan dengan

keluarga tentang lingkungan

yang menunjang kesehatan.

DS : Keluarga menyebutkan

lingkungan yang baik


untuk menunjang

kesehatan. - Diskusikan dengan keluarga

tentang hipertensi dengan

menggunakan leaflet/lembar

balik meliputi pengertian

hipertensi, penyebab, tanda dan

gejalah, proses penyakit,

komplikasi, perawatan dan

pencegahan hipertensi.

- Diskusikan dengan keluarga cara

merawat (program pengobatan)

anggota keluarga sakit.


DO : Keluarga mampu

mengulang informasi

yang disampaikan.

7. Mendiskusikan bersama

keluarga tentang

pemanfaatan fasilitas

kesehatan.

Hasil :
DS : Keluarga menyebutkan

manfaat faskes untuk

kesembuhan anggota

keluarga sakit.

DO : Keluarga mampu

mengulang informasi

yang disampaikan.

Nyeri akut b.d

ketidakmampuan

keluarga merawat

anggota keluarga

sakit. Selasa

29/5/18

16.15 1. Mengkaji skala nyeri.

Hasil : Ny.A mengatakan

skala nyeri yang dirasakan


adalah 4 (nyeri sedang).

2. Mengobservasi tanda-tanda

vital.

Hasil :

TD : 150/100.

N : 90 x/m

RR : 18 x/m

S : 36,8 C

3. Menganjurkan melakukan

teknik manajemen nyeri

(teknik relaksasi). Rabu

30/5/18

16.25 Subjektif :

- Ny.A mengatakan nyeri sudah

sedikit berkurang daripada

kemarin (skala nyeri 3).


- Klien mengatakan mampu

mengontrol nyeri dengan teknik

relaksasi dan distraksi (klien

melakukan teknik distraksi nyeri

dengan membaca Al-Quran).

- Klien menyebutkan penyebab

terjadinya dan nyeri.

- Klien mengatakan nyeri

berkurang setelah melakukan


Hasil :

Ny.A mendemonstrasikan

teknik relaksasi.

4. Menganjurkan klien

melakukan teknik

manajemen nyeri

(distraksi) sesuai kebiasaan

klien.

Hasil : klien mengatakan

melakukan teknik distraksi

dengan membaca kitab suci


Al-Quran.

5. Menganjurkan pada klien

dan keluarga kompres

hangat pada kepala bagian

belakang.

Hasil : Klien dan keluarga

kooperatif.

6. Menganjurkan klien untuk

meningkatkan istrahat.

Hasil :

DS : Klien mengatakan

paham dengan

instruksi yang

disampaikan.

DO : Klien kooperatif.

Tampak menyimak
dengan baik instruksi

yang disampaikan. teknik menejeman nyeri yang

diajarkan.

- Klien mengatakan merasa lebih

nyaman dan nyeri berkurang

setelah melakukan kompres

hangat pada kepala bagian

belakang.

Objektif :

- Ny.A mampu

mendemonstrasikan teknik

relaksasi, distraksi dan kompres

hangat pada kepala bagian

belakang.

- Ny.A tidak lagi terlihat gelisah

dan meringis.
- Tanda-tanda vital :

TD : 140/90.

N : 84 x/m

RR : 18 x/m

S : 37 C

A : Masalah teratasi sebagian

Planning :

- Kaji skala nyeri

- Observasi TTV

- Anjurkan melakukan teknik

relaksasi.

- Anjurkan melakukan teknik

distraksi.
- Anjurkan memberi kompres

hangat pada kepala bagian

belakang.

- Anjurkan klien meningkatkan

istrahat.

Defisiensi

pengetahuan b.d
ketidakmampuan

keluarga

mengenal masalah Selasa

29/5/18

16.25 1. Mengkaji pengetahuan klien

dan keluarga tentang

hipertensi.

Hasil :

DS : klien dan keluarga

menyebutkan tentang

hipertensi dengan

bahasa sendiri.

DO : Klien dan keluarga

mampu menyebutkan

tentang hipertensi

namun masih sering


lupa dan tidak lancar.

2. Mendiskusikan dengan

keluarga tentang hipertensi

dengan menggunakan

leaflet/lembar balik

meliputi pengertian

hipertensi, penyebab, tanda

dan gejalah, proses

penyakit, komplikasi,

perawatan dan pencegahan

hipertensi.

DS : Keluarga mengatakan

bersedia mendengarkan

informasi. Rabu

30/5/18

16.35 Subjektif :
- Keluarga mengatakan paham

tentang penyakit, kondisi, dan

program pengobatan yang

diberikan pada Ny.A.

- Keluarga menyebutkan

pengertian hipertensi,

penyebabnya, tanda dan gejalah,

komplikasi, perawatan dan

pencegahan penyakit hipertensi

dengan bahasa sendiri.

Objektif :

- Klien dan keluarga mampu

menjelaskan kembali apa yang

dijelaskan namun masih sering

lupa dan tidak lancar.

- Klien dan keluarga mengetahui


komplikasi hipertensi

A : Masalah teratasi sebagian.

Planning :

- kaji pengetahuan keluarga

tentang hipertensi.

- Diskusikan dengan keluarga

tentang hipertensi dengan


DO : Keluarga kooperatif.

3. Mendiskusikan dengan

keluarga cara merawat

(program pengobatan)

anggota keluarga yang sakit.

DS : Keluarga mengatakan

melaksanakan program

pengobatan sesuai

dengan yang dijelaskan

perawat.

DO : Keluarga kooperatif. menggunakan leaflet/lembar

balik meliputi pengertian

hipertensi, penyebab, tanda dan


gejalah, proses penyakit,

komplikasi, perawatan dan

pencegahan hipertensi.

- Diskusikan dengan keluarga cara

merawat (program pengobatan)

anggota keluarga sakit.

Nyeri akut b.d

ketidakmampuan

keluarga merawat

anggota keluarga

sakit. Rabu

30/5/18

16.45 1. Mengkaji skala nyeri.

Hasil : Ny.A mengatakan

skala nyeri yang dirasakan

adalah 3 (nyeri ringan).


2. Mengobservasi tanda-tanda

vital.

Hasil :

TD : 140/90.

N : 84 x/m

RR : 18 x/m

S : 37 C

3. Menganjurkan melakukan

teknik manajemen nyeri

(teknik relaksasi).

Hasil :

Ny.A mendemonstrasikan

teknik relaksasi. Kamis

31/5/18

16.10 Subjektif :

- Klien mengatakan nyeri sudah


tidak dirasakan.

- Klien mengatakan mampu

mengontrol nyeri dengan teknik

menejemen nyeri.

- Klien mengatakan nyeri

berkurang dengan manajemen

nyeri.

- Klien mengatakan sudah merasa

nyaman karena nyeri yang

dirasakan sudah hilang.

Objektif :

- Klien menyatakan rasa nyaman

setelah nyeri berkurang.

- Klien mampu

mendemonstrasikan teknik

relaksasi, distraksi dan kompres


4. Menganjurkan klien

melakukan teknik

manajemen nyeri

(distraksi) sesuai kebiasaan


klien.

Hasil : klien mengatakan

melakukan teknik distraksi

dengan membaca kitab suci

Al-Quran.

5. Menganjurkan pada klien

dan keluarga kompres

hangat pada kepala bagian

belakang.

Hasil : Klien dan keluarga

kooperatif.

6. Menganjurkan klien untuk

meningkatkan istrahat.

Hasil :

DS : Klien mengatakan

paham dengan
instruksi yang

disampaikan.

DO : Klien kooperatif.

Tampak menyimak

dengan baik instruksi

yang disampaikan. hangat pada kepala bagian

belakang.

- Klien mampu menyebutkan

penyebab terjadinya nyeri.

- Ny.A tidak terlihat gelisah dan

meringis.

- Tanda-tanda vital :

TD : 130/90.

N : 78 x/m

RR : 18 x/m

S : 36,6 C
A : Masalah teratasi

Planning :

Intervensi dipertahankan klien dan

keluarga.
Defisiensi

pengetahuan b.d

ketidakmampuan

keluarga

mengenal

masalah. Rabu

30/5/18

16.55 1. Mengkaji pengetahuan klien

dan keluarga tentang

hipertensi.

Hasil :

DS : klien dan keluarga

menyebutkan tentang

hipertensi dengan

bahasa sendiri.

DO : Klien dan keluarga


mampu menyebutkan

tentang hipertensi meski

masih sering lupa.

2. Mendiskusikan dengan

keluarga tentang hipertensi

dengan menggunakan

leaflet/lembar balik

meliputi pengertian

hipertensi, penyebab, tanda

dan gejalah, proses

penyakit, komplikasi,

perawatan dan pencegahan

hipertensi.

DS : Keluarga mengatakan

bersedia mendengarkan

informasi.
DO : Keluarga kooperatif.

3. Mendiskusikan dengan

keluarga cara merawat Kamis

31/5/18

16.20 Subjektif :

- Keluarga mengatakan paham

tentang penyakit, kondisi, dan

program pengobatan yang

diberikan pada Ny.A.

- Keluarga mengatakan

melaksanakan program

pengobatan sesuai dengan yang

dijelaskan perawat.

- Keluarga menyebutkan

pengertian hipertensi,

penyebabnya, tanda dan gejalah,


perawatan dan pencegahan

penyakit hipertensi dengan

bahasa sendiri.

- Klien dan keluarga menyebutkan

komplikasi hipertensi

Objektif :

- Klien dan keluarga mampu

melaksanakan prosedur yang

dijelaskan secara benar.

- Klien dan keluarga mampu

menjelaskan kembali apa yang

dijelaskan perawat tentang

hipertensi.

- Klien dan keluarga mengetahui

komplikasi hipertensi

A : Masalah teratasi.
(program pengobatan)

anggota keluarga yang sakit.

DS : Keluarga mengatakan

melaksanakan program
pengobatan sesuai

dengan yang dijelaskan

perawat.

DO : Keluarga kooperatif. Planning : Intervensi dipertahankan

keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Koes Irianto. 2014. Epideminologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan

Klinis. Bandung: IKAPI

Kemenkes RI. Info Data Dan Informasi Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta :
Kemenkes RI; 2014.

Riskedas. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Depkes RI

Dinkes Prov.Sultra. 2016. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Kendari:

Dinkes Sultra

Puskesmas Asinua. 2018. Profil Kesehatan Puskesmas Asinua. Konawe: Puskesmas

Asinua

Ali, Z. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi secara

Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Dion,Y & Betan,Y. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Praktik.

Yogyakarta: Nuha Medika

Nuraini, B. 2015. Risk Fators of Hypertension. Faculty of Medicine. University of

Lampung.

Yonata, A., Satria, A. 2016. Hipertensi sebagaiFaktor Pencetus Terjadinya Stroke.

Majority
Mubarrak, dkk. 2011. Ilmu Keperawatan Komunitas 2; Konsep Dan Aplikasi. Jakarta:

Salemba Medika

Sudiharto. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan

Transtruktual. Jakarta : EGC

Friedman, Marilyn M dkk. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset, Teori

&Praktik. Jakarta : EGC

Setiadi. 2008. Konsep dan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu. Masriadi . 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : TIM

Muttaqin. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika

Udjiati, W. J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif & Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &

NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction


Muttaqin A. 2014. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika

Nurarif & Kusuma. 2013. Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis &

NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction

Robbins. 2007. Buku ajar : Patologi. Jakarta : EGC

Wijaya, Andra Saferi & Yessie Mariza Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah.

Yogyakarta : Nuha Medika

Anonim. 2013. Penyakit Hipertensi Dan Cara Penanganannya. Diakses Mei 2018

Dari

https://health.detik.com/berita-detikhealth.ac/3503396/penanganahipertensi6789-

sebut-kasus-hipertensi-di-indonesia-terus-089/unfiles/sehat.html

Tarwoto et al. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Cetakan

Pertama. Trans Info Media: Jakarta


Black & Hawk. 2014. Medikal Surgical Nursing Clinical Management for Positive

outcomes (Ed. 7). St. Louis : Missouri Elsevier Saunders.

Yusuf, I. 2008. Hipertensi Sekunder. Jurnal Medicines.

Smeltzer, S. C. And Bare, B. G. 2012.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner

& Sudart Edisi 8. Jakarta: EGC

Wijaya, Andra S &Putri, Yesi M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:

Nuha Medika

Brunner & Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.

Bustan, M.N. 2007. Epidemologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta: Rineka

Cipta

Anda mungkin juga menyukai