Anda di halaman 1dari 24

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan adalah serangkaikan tindakan keperawatan yang dilakukan


oleh perawat untuk mengukur keadaan klien (keluarga) yang memenuhi norma kesehatan
pribadi maupun sosial serta integritas dan kesanggupan untuk mengatasi masalah (Muhlisin,
2012). Asuhan keperawatan terdiri dari 5 tahap, yaitu:
2.1.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah Langkah atau tahapan penting dalam proses perawatan,
mengingat pengkajian sebagai awal interaksi dengan keluarga untuk mengidentifikasi data
Kesehatan seluruh anggota keluarga (Depkes RI, 2010 dalam Kholifa, 2016).
Adapun komponen pengkajian keperawatan keluarga menurut Frieda,
2010) adalah sebagai berikut:
2.1.1.1 Data umum
Data umum terdiri dari identitas klien, identitas kepala keluarga,
komposisi keluarga, genogram, tipe keluarga, agama, status sosial, status ekonomi, dan
aktivitas keluarga.
2.1.1.2 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh
anak tertua dari keluarga.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum pernah terpenuhi oleh
keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai Riwayat keluarga inti meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga. Perhatian
keluarga pencegahan penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan
yang biasanya digunakan keluarga dan pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat kesehatan sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga
dari pihak suami dan istri untuk mengetahui kemungkinan jika diabetes melitus yang terjadi
pada pasien merupakan faktor keturunan.

2.1.1.3 Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah
ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan peletakan perabotan rumah tangga, jenis
septik tank, jarak septik tank dengan sumber air minum yang digunakan serta denah rumah
(Friedman, 2010).
2) Karakteristik tetangga dan komunitas
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan
komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan
penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi penderita diabetes melitus.
2.1.1.4 Struktur keluarga
Struktur keluarga terdiri dari pola komunikasi, struktur
kekuasaan, struktur peran, nilai dan norma keluarga.
2.1.1.5 Data Fungsi Keluarga
2.1.1.5.1 Fungsi Afektif
Pada fungsi ini dilakukan pengkajian pada pola kebutuhan
keluarga dan responsnya. Apakah anggota keluarga merasakan kebutuhan individu lain
dalam keluarga.

2.1.1.5.2 Fungsi Sosialisasi


Data yang dikumpulkan adalah bagaimana keluarga
menanamkan disiplin, penghargaan dan hukuman bagi anggota keluarga, bagaiaman
keluarga melatih otonomi dan ketergantungan, memberi dan menerima cinta serta latihan
Perilaku yang sesuai usia.
2.1.1.5.3 Fungsi Perawatan Kesehatan
Data yang dikaji terdiri atas keyakinan dan nilai perilaku
keluarga untuk kesehatan, bagaimana keluarga menanamkan nilai kesehatan terhadap
anggota keluarga di bidang kesehatan dan keluarga juga harus mampu mengenal masalah
kesehatan setiap anggota keluarga dan keluarga juga harus mampu mengambil keputusan
dalam setiap yang tepat yang akan diberikan bagi keluarga, keluarga memberikan
keperawatan anggota keluarga yang sakit atau tidak dapat membantu dirinya sendiri,
keluarga juga dapat memodifikasi lingkungan keluarga yang baik untuk upaya pencegahan
penyakit yang dilakukan keluarga, keluarga juga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan
terdekat untuk berobat.

2.1.1.6 Fungsi reprodruksi


Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reprodruksi keluarga
adalah berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota
keluarga, metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota
keluarga.
2.1.1.7 Stres dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek
Stressor yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
kurang dari 6 bulan.
2) Stressor jangka panjang
Stressor yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6
bulan.
2.1.1.8 Pemeriksaan fisik (Head to toe) (Khalifah dan Wahyo, 2016).
Pemeriksaan fisik dan observasi dapat dilakukan Bersama-sama atau
bergantian. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi (melihat), palpasi (meraba),
perkusi (mengetup), auskultasi (mendengar) dan observasi sebagai berikut:
1) Pemeriksaan status mental
Status mental dapat diperiksa dengan cara observasi dan komunikasi dengan pasien.
2) Sistem Integumen
Cara pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, dan perkusi
3) Sistem Pernapasan
Cara pemeriksaaan fisik dengan inspeksi, palpasi, dan perkusi.
4) Sistem Perkemihan
Cara pemeriksaan fisik pada sistem perkemihan dengan cara wawancara dan inspeksi.
5) Sistem Muskuluskeletal
Cara pemeriksan fisik dengan wawancara dan observasi.
6) Sistem Pernapasan
Pemeriksaan fisik pernapasan dilakukan dengan wawancara dan inspeksi, dan observasi.
2.1.1.9 Harapan Keluarga
Harapan yang dimiliki keluarga sehubungan dengan kondisi kesehatan yang dialami
keluarga
2.1.1.10 Analisa Data
2.1.1.10.1 Data terdiri dari data subjektif dan objektif dengan
mengacu pada tanda dan gejala yang dialami oleh masing-masing anggota keluarga

2.1.1.10.3 Masalah keperawatan


Masalah keperawatan dapatkan berdasarkan kesimpulan pada pengelompokan data. Sifat
masalah sesuai kategori dari keluhan penyakit atau masalah yang dialami oleh masing-
masing anggota keluarga. Sifat masalah keperawatan keluarga terdiri dari masalah actual,
risiko tinggi, dan potensial atau keadaan sejahtera (Setiadi, 2010).
2.1.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga yang dikembangkan adalah
diagnosis tunggal yang hampir serupa dengan diagnosis keperawatan klinik. (Sudiharto,
2012). Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan
pada pengkajian, yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan
etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosa keperawatan
yang mengacu pada rumusan PES (problem, etiologi dan simptom) dimana untuk problem
menggunakan rumusan masalah dari NANDA, 2015
sedangkan untuk etiologi dapat menggunakan pendekatan lima tugas keluarga atau dengan
menggambarkan pohon masalah (Padila, 2012).
Dalam Menyusun diagnosa keperawatan keluarga,
perawat keluarga harus pada tipologi diagnosa keperawatan keluarga (Sudiharto, 2012)
yaitu :
a. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan).
b. Diagnosa keperawatan keluarga risiko (ancaman) dirumuskan apabila sudah ada
data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
c. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu keadaan
Dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
Kemungkinan diagnosa keperawatan keluarga yang dapat muncul pada keluarga dengan
diabetes melitus yaitu (PPNI, 2017).
Manajemen Hiperglikemia ( 1. 03115)

Sebelum dilakukan penelitian skala prioritas, maka didapatkan diagnosa keperawatan


keluarga berdasarkan (PPNI, 2017) dengan etiologi menurut (Friedman, 2010) sebagai
berikut :
2.1.2.1 Manajemen hiperglikemia berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit.

Tabel 2.1 skor Masalah Keperawatan

Kriteria Skor Bobot Pemenaran


Sifat masalah Keluarga
: memerlukan
1. 3 tindakan
Tidak/kurang segera untuk
sehat memperoleh
1
2. Ancaman 2 perawatan,
3. Sejahtera 1 pengobatan
penyakit
diabetes
melitus
Kemungkinan 2 Sumber-
masalah sumber dan
dapat tindakan untuk
diubah : memecahkan
1. Mudah 2 masalah
2. Sebagian 1 diabetes
3. Tidak 0 melitus dapat di
dapat jangkau oleh
keluarga.
Potensi Keluarga masih
masalah mempunyai
untuk kemauan
dicegah : dalam
1. Tinggi 3 melakukan
2. Cukup 2 tindakan
3. Rendah 1 2 perawatan
(mengantar
subjek untuk
berobat dan
mendapatkan
obat di
puskesmas/RS)
Menonjolnya Keluarga
masalah : menyadari
1. Masalah adanya
berat harus 2 masalah
ditangani diabetes
2. Ada melitus untuk
masalah 1 1 segera
tetapi tidak ditangani
perlu segera
ditangani
3. Masalah
tidak 0
dirasakan
5
Sumber : Widyanto, (2014).
Skoring :
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot.
Skor
i. ---------------------------------- x Bobot
Angka Tertinggi
c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria
d. Jumlahkan skor untuk semua kriteria
Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa keperawatan keluarga.
2.1.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan
pengkajian, diagnosa keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga,
dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternatif dan sumber, serta
menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang
(Frieda, 2010).
Tabel 2.2 Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Evaluasi Evaluasi Intervensi
Kriteria Standar
1 Manajemen TUM : - Hiperglikemia 1. Kaji
hiperglikemia Setelah adalah kondisi gula pengetahuan
berhubungan dilakukan darah tinggi yang keluarga
dengan kunjungan umumnya terjadi tentang
ketidakmampua rumah pada pasien dengan pengertian
n keluarga sebanyak 2x60 diabetes melitus. diabetes
dalam merawat menit keluarga - Hipoglikemia melitus. Kaji
anggota mampu adalah kondisi Ketika pengetahuan
keluarga yang mengenal risiko kadar gula di dalam keluarga
sakit tidak terjadi darah berada di tentang
hiperglikemia bawah normal. hiperglikemia
atau dan
hipoglikemia hipoglikemia.
2. Diskusikan
TUK 1: dengan
1. Setelah keluarga
dilakukan tentang
kunjungan pengertian,
Respons
rumah hiperglikemia
verbal
sebanyak 2x60 dan
menit keluarga hipoglikemia
mampu dengan
mengenal menggunakan
masalah ketidak lembar balik
stabilkan kadar dan leaflet.
gulah darah : 3. Beri
a. kesempatan
Menjelaskan keluarga
pengertian untuk
hiperglikemia bertanya.
b. 4. Beri
Menjelaskan reinforcement
pengertian pada pasien
hipoglikemia. atau keluarga
terhadap
jawaban yang
diberikan.
TUK 2: Verbal dan - Komplikasi adalah - Kaji keputusan yang
2.Setelah psikomoto timbulnya penyakit diambil keluarga
dilakukan r lain yang disebabkan - Diskusikan dengan
kunjungan oleh penyakit lain keluarga tentang
rumah - Akibat bila tidak komplikasi dari
sebanyak 2x60 diatasi adalah diabetes melitus.
menit keluarga a. Penyakit jantung - Bimbing dan
mampu b. Penyakit stroke berikan motivasi bagi
memutuskan c. Serangan keluarga untuk
untuk merawat jantung mengambil
anggota d. Penyempitan keputusan dalam
keluarga pembuluh darah menangani masalah
dengan diabetes melitus.
masalah - Evaluasi Kembali
diabetes melitus tentang keputusan
dengan cara: keluarga yang telah
a. dibuat.
Menjelaskan - Berikan pujian atas
tentang keputusan yang
komplikasi pada diambil keluarga
pasien diabetes untuk mengatasi
melitus. masalah diabetes
b. Akibat bila melitus pada
tidak diatasi keluarga.

TUK 3: - Kaji pengetahuan


3.Setelah - Keluarga keluarga tentang cara
dilakukan memberi keputusan merawat anggota
kunjungan untuk merawat keluarga dengan
rumah anggota keluarga diabetes melitus.
sebanyak 2x60 dengan diabetes - Diskusikan dengan
menit keluarga melitus dengan cara: keluarga tentang
mampu a. Menjelaskan merawat anggota
merawat tentang cara merawat keluarga dengan
anggota pasien dengan diabetes melitus.
keluarga diabetes melitus - Berikan apresiasi
dengan b. atas jawaban yang di
masalah Mendemonstrasi berikan
diabetes melitus sekan cara - Evaluasi Kembali
dengan cara: merawat pasien tentang cara merawat
a. Menjelaskan diabetes melitus dan mengatasi
tentang cara c. Keluarga diabetes melitus.
merawat pasien Verbal dan mampu
diabetes melitus psikomoto menyebutkan
b. r 3 dari 5 cara
Mendemonstras mengatasi
i DM yaitu
kan cara manajemen
merawat pasien diet, olahraga,
diabetes melitus manajemen
c. Menyebutkan stres dan
3 dari 5 cara pemeriksaan
mengatasi DM berkala kadar
yaitu gula darah.
manajemen
diet, olahraga,
manajemen
stres dan
pemeriksaan
berkala kadar
gula darah.

TUK 4: - Kaji keluarga


4. Setelah - Keluarga mampu tentang lingkungan
dilakukan memodifikasi yang nyaman untuk
kunjungan lingkungan untuk anggota keluarga
rumah merawat anggota dengan diabetes
sebanyak 2x60 keluarga dengan melitus.
menit keluarga memelihara - Diskusikan dengan
mampu kebersihan rumah, keluarga bagaimana
memodifikasi jangan meletakan lingkungan nyaman
dan barang dan sehat untuk
menciptakan sembarangan, anggota keluarga
lingkungan yang menggunakan alas dengan diabetes
sehat untuk kaki saat berjalan. melitus.
menunjang - Beri kesempatan
Kesehatan untuk keluarga
keluarga bertanya.
dengan cara: - Berikan pujian pada
a. Keluarga keluarga.
mampu
menjelaskan
lingkungan yang
baik bagi pasien
diabetes melitus
b. Memodifikasi
lingkungan yang
nyaman bagi
pasien diabetes
melitus
TUK 5: - Keluarga mampu - Kaji pengetahuan
5.Setelah memanfaatkan keluarga tentang apa
dilakukan fasilitas kesehatan saja fasilitas
kunjungan yang ada dalam Kesehatan yang ada
rumah melakukan dan apa manfaat
sebanyak 2x60 perawatan pada fasilitas kesehatan
menit keluarga keluarga dengan tersebut.
mampu masalah diabetes - Diskusikan bersama
menggunakan melitus yaitu dengan keluarga apa saja
dan membawa anggota fasilitas kesehatan
memanfaatkan keluarga untuk yang ada dan
fasilitas kontrol dan berobat bagaimana
Kesehatan yang ke puskesmas, memanfaatkan
ada dengan rumah bidan, dan RS fasilitas pelayanan
cara: Verbal serta keluarga Kesehatan tersebut.
a. memahami apa - Evaluasi Kembali
Menganjurkan keuntungannya. apa saja fasilitas
pasien dan Kesehatan yang bisa
keluarga digunakan dan
menggunakan bagaimana
fasilitas memanfaatkan
pelayanan fasilitas Kesehatan
terdekat untuk pada semua anggota
berobat seperti keluarga.
puskesmas dan - Berikan
juga rumah kesempatan keluarga
sakit. untuk bertanya.
- Berikan pujian pada
keluarga.
2.1.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses
aktualisasi rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber didalam keluarga dan
memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga didik untuk dapat menilai potensi
yang dimiliki keluarga dan mengembangkannya melalui implementasi yang bersifat
memampukan keluarga untuk mengenal masalah kesehatannya. (Sudiharto, 2012).
Menurut padila (2012), Tindakan perawatan terhadap keluarga mencakup dapat berupa:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah dan
kebutuhan kesehatan, dengan cara:
1) Memberikan informasi : penyuluhan atau konseling
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara:
1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan Tindakan
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki oleh keluarga
3) Mendiskusikan setiap konsekuensi setiap tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit, dengan
cara:
1) Mendemonstrasikan cara perawat
2) Menggunakan alat dan fasilitas kesehatan yang ada dirumah
2.1.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai
keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan sehingga memiliki
produktivitas yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota keluarga. Sebagai
komponen kelima dalam proses keperawatan. (Sudiharto, 2012).
2.2 Konsep Keluarga
2.2.1 Pengertian
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
hidup Bersama dengan keterikatan aturan dan emosional, serta individu mempunyai peran
masing-masing yang
Merupakan bagian dari keluarga (Friedman dalam Achjar, 2010).
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang
terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anak-anaknya, ayah dan anaknya, ibu dan
anaknya (UU No. 10 dalam Salvari, 2013).
2.1.2 Karakteristik Keluarga
Menurut Salvari (2013), karakteristik keluarga sebagai
berikut:
1.1.2.1 Terdiri dari dua orang atau lebih yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau
adopsi.
1.1.2.2 Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama yang lain.
1.1.2.3 Anggota keluarga berinteraksi atau sama lain dan masing-masing mempunyai peran
sosial : suami, istri, anak, kakak, dan adek.
1.1.2.4 Mempunyai tujuan yaitu: menciptakan dan mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial.
2.2.3 Bentuk atau tipe keluarga
Bentuk keluarga menurut Friedman, Marilyn M (2010)
Keluarga inti (nuclear family)
2.2.3.1 Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari
keturunannya, adopsi atau keduanya.
2.2.3.2 Keluarga besar (extended family)
Keluarga ini ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah
(kakek, nenek, paman, bibi).
2.2.3.3 Keluarga bentukan Kembali (dyadic family)
Keluarga baru yang dibentuk dari pasangan yang bercerai atau kehilangan pasangannya.
2.2.3.4 Orang tua tunggal (single parent family)
Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anaknya akibat perceraian atau
ditinggal pasangannya.
2.2.3.5 Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
2.2.3.6 Orang dewasa (laki-laki dan perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah
(the single adult living alone).
2.2.3.7 Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital
heterosexsual cobabiting family).
2.2.3.8 Keluaraga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and
lesbian family).
2.2.3.9Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia
lanjut.
2.2.3.10Keluarga Indonesia menganut keluarga besar (extended family), karena masyarakat
Indonesia terdiri dari berbagai suku hidup dalam satu komuniti dengan adat istiadat yang
sangat kuat (Depkes RI 2018 dalam Achjar, 2010).
2.2.4 Struktur Keluarga
Menurut Salvari (2013), struktur keluarga sebagai
berikut.
2.2.4.1 Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2.2.4.2 Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
2.2.4.3 Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
2.2.4.4 Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarahSuami.
2.2.5 Fungsi Keluarga
Menurut Achjar (2010), fungsi keluarga adalah sebagai
berikut.
2.2.5.1 Fungsi Akfektif
Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga yang sakit
akan mempercepat proses penyembuhan karena adanya partisipasi dan dukungan dari
anggota keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
2.2.5.2 Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi
Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain. Tidak ada batasan dalam
bersosialisasi bagi penderita dengan lingkungan akan mempengaruhi kondisinya. Sosialisasi
sangat diperlukan karena dapat mengurangi stress bagi penderita.
2.2.5.3 Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga dan juga tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal, diantaranya:
seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks pada anak sangat penting.
2.2.5.4 Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti kebutuhan makan,
pakaian dan tempat untuk berlindung (rumah) dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
2.2.5.5 Fungsi Perawatan atau Pemeliharaan Kesehatan
Berfungsi untuk mempertahankan keadaan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
2.2.6 Ciri-Ciri Keluarga
Ciri-ciri keluarga menurut Salvari, (2013) adalah :
2.2.6.1 Terorganisir adalah saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
2.2.6.2Ada keterbatasan adalah setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
2.2.6.3 Ada perbedaan dan kekhususan adalah setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsi masing-masing.
2.2.7 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan,
keluaraga mempunyai tugas di dalam bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan.
Ada 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang
harus dilakukan (Friedman, dalam Achjar, 2010).
1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarganya perubahan sekecil
apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan
tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera
dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa perubahannya.
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siap diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka
Segerah melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi
atau bahkan bisa teratasi.
3) Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu mudah. Perawat ini dapat
dilakukan di rumah apabila keluarga mempunyai kemampuan melakukan tindakan
untuk pertolongan pertama atau ke pelayanan kesehatan untuk memperoleh
tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi (Suparyanto, 2012).
4) Memodifikasi lingkungan keluarga seperti pentingnya personal hygiene sanitasi bagi
keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan
lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata
lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak pada kesehatan keluarga.
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan keluarga
terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan,
adakah pengalaman yang kurang baik dipersepsikan keluarga.
2.2.8 Pemegang kekuasaan dalam keluarga
Pemegang kekuasaan dalam keluarga menurut Salvari
(2013) adalah :
2.2.8.1 Patrikal
Yaitu yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ayah.
2.2.8.2 Matrikal
Yaitu dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ibu.
2.2.8.2 Elqualtarial
Yaitu yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan ibu.
2.2.9 Dimensi dasar struktur keluarga
Menurut Salvari (2013), dimensi dasra struktur
keluarga sebagai berikut :
2.2.9.1 Pola dan proses komunikasi
a) Bersifat terbuka dan jujur
b) Selalu menyelesaikan konflik keluarga
c) Berpikiran positif
d) Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri
2.2.9.2 peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan dapat bersifat format dan informat. Peranan dalam keluarga terdiri dari ayah,ibu,
dan anak.
2.2.9.2 Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan dari individu untuk mengendalikan atau
mempengaruhi untuk mengubah perilaku orang lain kearah positif.
Nilai-nilai keluarga
a) Nilai, merupakan suatu system, sikap dan kepercayan yang secara sadar atau tidak
mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga
merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan
peraturan.
b) Norma, adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem
nilai dalam keluarga.
c) Budaya, adalah kumpulan dari perilaku yang baik yang dapat dipelajari, dan
ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masala
2.3 Konsep Teori Diabetes Melitus
2.3.1 Pengertian
Diabetes melitus merupakan sekumpulan
gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya
(Smeltzer dan Bare, 2015).
Diabetes melitus nerupakan sekelompok
kelainan heterogeny yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau
hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam
darah, glukosa dibentuk di Hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin yaitu suatu
hormone yang diproduksi pancreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah
dengan mengatur produksi dan penyimpanannya (Brunner dan Suddarth, 2017).
2.3.2 Tipe Diabetes Melitus
Ada beberapa tipe diabetes melitus
yang berbeda, penyakit ini dibedakan berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan
terapinya. Klasifikasi diabetes melitus yaitu utama adalah (Friedman, 2012).
2.3.2.1 Tipe 1 Diabetes melitus tergantung insulin (insulin dependent diabetic melitus atau
(IDDM), dapat terjadi disebabkan karena adanya kerusakan sel-B, biasanya menyebabkan
kekurangan insulin absolut yang disebabkan oleh proses automu atau idiopatik. Umumnya
penyakit ini berkembang kea rah ketoasidosis diabetes yang menyebabkan kematian.
Diabetes melitus tipe 1 terjadi sebanyak 5-10% dari semua DM. Diabetes melitus tipe 1
dicirikan dengan omset yang akut dan biasanya terjadi pada usia 30 tahun (Smeltzer dan
Bare, 2015).
2.3.2.2 Tipe 2 Diabetes melitus tidak tergantung insulin (non insulin dependen diabetes
mellitus atau NIDDM), dapat terjadi karena kerusakan progresif Seretorik insulin akibat
resistensi insulin. DM tipe 2 juga merupakan salah satu gangguan metabolic dengan kondisi
yang diproduksi insulin yang diproduksi oleh tubuh tidak cukup jumlahnya akan tetapi
reseptor insulin di jaringan tidak berespon terhadap insulin tersebut.
Diabetes melitus yang berhubungan dengan keadaan sindrom lainnya.
Diabetes melitus gestasional (gestasional diabetes melitus atau GDM).
2.3.3 Etiologi
Etiologi Diabetes Melitus menurut Hasdianah, H.R
(2012).
2.3.3.1 Diabetes Melitus tipe 1
a) Diabetes ini ditandai dengan penghancuran sel-sel beta pancreas. Kombinasi faktor
genetik, imunologi dan mungkin pula lingkungan (misalnya infeksi virus) diperkirakan
turut menimbulkan destruksi sel beta.
b) Faktor genetik. Penderita diabetes tifdak mewarisi diabetes melitus tipe 1 itu sendiri
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya
diabetes melitus tipe 1.
c) Faktor imunologi. Pada diabetes melitus tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggap seolah-olah jaringan asing.
d) Faktor lingkungan. Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan
faktor-faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh hasil
penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
2.3.3.2 Diabetes Melitus tipe 2
2.3.3.3.1Mekanisme yang tepat menyebabkan resistendi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes melitus tipe 2 masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan
memegang peranan dalam prose terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-
faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes melitus tipe 2,
antara lain :
a) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun.
b) Obesitas
c) Riwayat keluarga
d) Kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk asli Amerika
Serikat tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes
melitus tipe 2dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika) Friedman, 2012.
2.3.4 Manifestasi klinis
Adanya penyakit diabetes melitus ini pada awalnya seringkli tidak dirasakan
dan tidak disadari oleh penderita. Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan
konsekuensi metabolic defisiensi insulin. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi
ambang ginjal untuk zat ini, maka timbul glikosuria. (Price dan Wilson, 2012).
Gejala dan tanda-tanda diabetes melitus digolongkan menjadi 2 yaitu gejala akut
dan gejala kronik (PERKENI, 2015).olic Gejala dan tanda-tanda diabetes
melitus digolongkan menjadi 2 yaitu gejala akut dan gejala kronik (PERKENI, 2015).
a) Gejala akut penyakit Diabetes Melitus
Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap penderita, bahkan mungkin tidak
menunjukan gejala apa pun sampai saat tertentu. Permulaan gejala yang ditunjukan
meliputi serba banyak yaitu banyak makan (polifagia), banyak minum (polidipsia),
dan banyak kencing (poliuria).
b) Gejala kronik penyakit Diabetes melitus
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM adalah kesemutan, kulit terasa
panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, mudah mengantuk,
mata kabur, biasanya sering ganti kacamata, gatal di sekitar kemaluan terutama
pada wanita, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun,
dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg (PERKENI, 2015).
2.3.5 Komplikasi
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada
pasien Diabetes melitus tipe 2 akan menyebakan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe 2
terbagi menjadi dua berdasarkan lama terjadinya yaitu : komplikasi akut dan komplikasi
kronik (Smeltzer dan Bare, 2015 : PERKENI, 2015).
2.3.5.1Komplikasi akut
1) keteasidosi diabetik (KAD)
KAD merupakan komplikasi akut DM yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa
darah yang tinggi (300-600 mg/dL), disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis
dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/Ml) dan terjadi
penomgkatan anion gap (PERKENI, 2015).
2) hiperosmolar non ketotik (HNK)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/Dl),
tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380
mOs/ML), plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat (PERKENI,
2015).
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar
glukosa darah. Pasien DM yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami keadaan
hipoglikemia. Gejala hipoglikemia terdiri dari banyak keringat, gementar, rasa lapar, pusing,
gelisah, dan kesadaran menurun sampai koma (PERKENI, 2015).
2.3.6.2 Komplikasi kronik
Komplikasi jangka panjang menjadi lebih umum terjadi pada pasien diabetes
melitus saat ini sejalan dengan penderita Diabetes melitus yang bertahan hidup lebih lama.
Penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol dalam waktu yang lama akan menyebabkan
terjadinya komplikasi kronik.
Kategori umum komplikasi jangka panjang terdiri dari:
1) Komplikasi makrovaskuler
Komplikasi makrovaskuler pada pasien diabetes melitus terjadi akibat aterosklerosis dari
pembuluh-pembuluh darah besar, khususnya arteri akibat timbunan plak atheroma.
2) Komplikasi mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskuler terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh darah kecil
khususnya kapiler yang terdiri dari retinopati diabetik dan nefropati diabetik.

2.3.6 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah
meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes melitus meliputi :
a) Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas hidup, dan
mengurangi risiko komplikasi akut.
b) Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikriangiopati dan makroangiopati.
c) Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM. Untuk
mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan
darah, berat badan, dan profil lipid (mengukur kadar lemak dalam darah), melalui
pengelolaan pasien secara komprehensif.
Tatalaksana diabetes melitus terangkum dalam 4 pilar pengendalian diabetes.
Empat pilar pengendalian diabetes, yaitu :
a) Edukasi
Penderita diabetes perlu mengetahui seluk beluk penyakit diabetes. Dengan mengetahui
faktor risiko diabetes melitus, proses terjadinya diabetes melitus, gejala diabetes melitus,
komplikasi diabetes melitus, serta pengobatan diabetes melitus, penderita diharapkan
dapat lebih menyadari pentingnya pengendalian diabetes melitus, meningkatkan
kepatuhan gaya hidup sehat dan pengobatan diabetes melitus.
b) Pengaturan makan (Diet)
Pengaturan makan pada penderita diabetes melitus bertujuan untuk mengedalikan gula
darah, tekanan darah, kadar lemak darah, serta berat badan ideal. Dengan demikian,
komplikasi diabetes melitus dapat dihindari.
c) Olahraga
Pengendalian kadar gula darah, lemak darah, serta berat badan ideal juga membutuhkan
aktivitas fisik teratur. Selain itu, aktivitas fisik juga memiliki efek sangat baik meningkatkan
sensivitas insulin pada tubuh penderita sehingga pengendalian diabetes melitus lebih
mudah dicapai.
d) Obat atau Terapi Farmakologi
Obat oral atau obat suntikan diresepkan pada dokter apabila gula darah pasien tetap tidak
terkendali setelah 3 bulan. Penderita mencoba menerapkan gaya hidup sehat. Obat juga
digunakan atas pertimbangan dokter pada keadaan-keadaan tertentu.

2.4 Konsep teori diet pada pasien Diabetes Melitus

Diet diabetes melitus adalah diet yang diberikan kepada penderita Penyakit diabetes Melitus dengan
tujuan berapa sering seseorang makan dan Ditambah dengan program memperbaiki kebiasaan
makan untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik dengan cara menyeimbangkan asupan
makanan dengan obat penurun glukosa oral maupun insulin dan aktivitas fisik untuk mencapai kadar
gula darah normal, mencapai dan mempertahankan fisik untuk mencapai kadar gula darah normal
(Hartono,2016).

8. Tujuan Diet Diabete Melitus

Menurut (Almatsier,2007) menyebutkan beberapa tujuan diet Diabetes melitus antara lain yaitu :

a. Mempertahankan kadar glukosa darah normal dengan menyeimbangkan asupan makanan


b. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.
c. Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat Badan normal.
d. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien (komplikasi jangka Pendek dan jangka
panjang) serta masalah yang berhubungan dengan Latihan jasmani.
e. Meningkatkan derajat kesehatan serta keseluruhan melalui gizi yang Optimal, serta
meningkatkan kualitas hidup.

9. Syarat-syarat Diet Diabetes Melitus

Syarat-syarat yang diperlukan untuk penderita diet diabetes Melitus (DM) Menurut
(Almatsier,2010):

a. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal. Kebutuhan energi
ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk Metabolisme sel sebesar 25-30
kkal/kg BB normal
b. Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15%dari kebutuhan energi Total Rencana makan dapat
mencakup penggunaan beberapa makanan Sumber protein nabati misalnya kacang-
kacangan dan biji-bijian yang utuh Untuk membantu asupan kolesterol dan lemak jenuh.
c. Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, Dalam lemak tidak
jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak Jenuh tunggal. Asupan kolesteral makanan
dibatasi, yaitu <300 mg/hari.
d. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60-70%.Tujuannya
adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat komplek Seperti roti, gandum utuh, nasi beras
tumbuk, sereal dan pasta/mi yang Berasal dari gandum
e. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak Diperbolehkan kecuali
jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar Glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan
mengonsumi gula murni Sampai 5% dari kebutuhan energi total.
f. Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah Bahan pemanis,
Gula alternatif bergizi adalah fruktosa, gula alkohol berupa Sorbitol, manitol, dan silitol,
Fruktosa dalam jumlah 20% dari kebutuhan Energi total dapat meningkatkan kolesterol
g. Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air Yang terdapat
didalam sayur dan buah.
h. Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi Natrium dalam
bentuk garam dapur seperti orang sehat, yaitu 3000 Mg/hari. Apabila mengalami hipertensi,
asupan garam harus dikurangi, dianjurkan 2400 mg natrium perhari.
i. Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan cukup, Penambahan vitamin dan
mineral dalam bentuk suplemen tidak Diperlukan.
j. Pasien DM dianjurkan untuk menghindari alkohol. Anjuran bagi orang Diabetes yang tidak
dapat menghindari alkohol. tidak boleh Dikonsumsi apabila kadar glukosa darah belum
terkendali. Alkohol Mengandung kalori tinggi sehingga tidak baik bagi obesitas.

10. Penatalaksanaan Diet Diabetes Melitus


Menurut Sustrani,(2005). Untuk mempertahankan kadar gula darah salah Satunya dengan mengatur
pola makan. Pengaturan makanan bagi pasien DM Bertujuan menjaga dan memelihara tingkat
kesehatan yang optimal sehingga Dapat melakukan aktivitas seperti biasanya dan diet merupakan
awal untuk Mengendalikan DM . Menurut Waspaji (2007) mengutip pendapat Joslin dari Medikal
centre Institute, dalam penatalaksanaan diet DM ada 3 ( tiga) J yang

Harus diketahui dan dilaksanakan oleh pasien DM, yaitu jenis, jadwal Makanan, dapat diuraikan
sebagai berikut :

a. = Tepat Jadwal ( J1 ).

Pasien DM harus membiasakan diri untuk makan tepat pada waktu Dan menghabiskan makanan
sesuai dengan jumlah yang telah Ditentukan. Pasien DM makan sesuai jadwal yaitu 3 kali makan
Utama, 3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam, hal ini Dimaksudkan agar terjadi
perubahan pada kandungan glukosa Darah pasien DM, sehingga diharapkan dengan perbandingan
Jumlah makanan dan jadwal yang tepatmaka kadar glukosa darah Akan tetap stabil dan pasien DM
tidak merasa lemas akibat Kekurangan zat gizi.Tindakan pengendalian DM untuk mencegah
Terjadinya komplikasi sangat diperlukan, khususnya dengan Menjaga kadar gula darah sedekat
mungkin dengan nilai normal (Sustrani,2005).

b. = Tepat Jenis (J2).

Pasien DM harus mengetahui dan memahami jenis makanan yang Boleh dimakan secara bebas,
makanan yang dibatasi secara ketat Dan makanan yang hanya dibatasi.Makanan yang mengandung
Karbohidrat mudah diserap seperti sirup, gula, sari buah harus Dihindari. Sayuran dengan kandungan
karbohidrat tinggi seperti Buncis, kacang panjang, wortel, kacang kapri, daun singkong, bit Dan
bayam harus dibatasi. Buah-buahan berkalori tinggi seperti Pisang, pepaya, mangga, sawo,
rambutan, apel,duku, durian, jeruk Dan nanas juga dibatasi. Sayuran yang boleh dikonsumsi adalah
Sayuran dengan kandungan kalori rendah seperti oyong, ketimun, Kol, labu air, labu siam, lobak,
sawi, rebung, selada, toge, terong Dan tomat (Waspadji, 2007).

c. = Tepat Jumlah( 3J ).

Menurut Moehyi (1996) ketentuan mengenai pengaturan jumlah zat Makanan yang harus
dikonsumsi oleh pasien DM sebagai berikut:

 Karbohidrat

Sampai saat ini sebagian orang berpendapat bahwa pasien DM Harus menonsumsi makanan rendah
karbohidrat. Banyak Penelitian menemukan bahwa dengan diet tinggi karbohidrat dan Rendah
lemak lebih unggul dari pada diet rendah karbohidrat. Didapatkan pula bahwa diet tinggi karbohidrat
menimbulkan Perbaikan glukosa terutama pada pasien DM yang tidak terlalu Berat, apalagi pada
pasien yang gemuk, tetapi walaupun pasien dianjurkan diet tinggi karbohidrat, pasien tersebut harus
Menghindari karbohidrat yang mudah diserap tubuh seperti sirup, Gula, sari buah dan makanan lain
yang manis atau mangandung Gula. Selain itu pasien DM harus mengetahui bahwa jumlah
Karbohidrat dalam makanan untuk setiap kali makan harus diatur Sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi kebutuhan tubuh akan Hidrat arang sepanjang hari.

 Protein

Protein merupakan bahan dasar untuk zat pembangun, Pertumbuhan, hormon dan antibodi. Pada
pasien DM, kebutuhan Protein akan meningkat akibat digunakannya protein sebagai Energi,
sedangkan karbohidrat sendiri tidak dapat diserap oleh Tubuh sehingga pasien merasa lemas.
Berdasarkan hal tersebut, Maka pasien DM memerlukan protein untuk memenuhi kebutuhan
Tubuhnya sebanyak 10 –15 %.

 Lemak

Pada pasien DM penggunaan lemak dibatasi, terutama lemak jenuh Yang secara tidak langsung
dengan mekanisme tertentu dapat Mempengaruhi kenaikan kadar gula darah. Makanan yang
Mengandung lemak jenuh antara lain minyak kelapa, margarin, Santan keju dan lemak hewan,
sedangkan lemak tidak jenuh Mempunyai efek jauh lebih kecil terhadap kadar gula darah dari Pada
lemak jenuh.

 Kolesterol

Kadar kolesterol yang tinggi dalam tubuh dapat menimbulkan Hiperkolesterol Kemia yang berkaitan
dengan terjadinya Aterosklerosis. Pada pasien DM, kadar kolesterol yang tinggi dapat Memperberat
penyakitnya, oleh karena itu konsumsi makanan yang Berkolesterol harus dibatasi dengan perkiraan
jumlah yang Dibutuhkan kurang dari 300 mg per hari.

C. Konsep Kadar Gula Darah

1. Definisi

Menurut Baron,(2017). Glukosa darah merupakan karbohidrat dalam Bentuk monosakarida yang
terdapat dalam darah, Glukosa adalah bahan Bakar utama dalam jaringan tubuh serta berfungsi
untuk menghasilkan energi.

Menurut Maulana,( 2015). Gula darah meningkat setelah makan atau Minum minuman yang
mengandung kadar glukosa di dalamnya. Umumnya Tingkat gula darah bertahan pada batas-batas
yang sempit sepanjang hari: 4-8 Mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan
biasanya Berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan.

Hiperglikemia terjadi akibat jumlah hormon insulin yang kurang ataupun Mencukupi namun tidak
efektif (resistensi insulin). Kadar gula darah yang Tinggi tidak mampu diserap dan tidak dapat
digunakan sebagai sumber tenaga Di dalam sel tubuh terutama sel otot. Kondisi tersebut membuat
seseorang Akan kekurangan energi sehingga mudah lelah, banyak makan tetapi berat Badan
mengalami penurunan, banyak kencing, dan banyak minum.

Sedangkan Hipoglikemia terjadi pada saat keadaan lapar ataupun Gangguan fisiologis. hipoglikemia
pada penderita adalah obat Hipoglikemia, makan yang berkurang, berat badan menurun, setelah
Melakukan olahraga, setelah melahirkan, dan pemberian insulin yang kurang Tepat (Intisari, 2013).

Kenaikan kadar gula darah menyebabkan penyempitan seluruh pembuluh Darah. Akibatnya organ-
organ tubuh menjadi lemas dan fungsinya mengalami Kemunduran. Pada akhirnya, organ-organ
tubuh akan mengalami kerusakan Total (Noviyanti, 2015).

2. Mekanisme Terbentuknya Gula Dalam Darah

Mekanisme awal terbentuknya gula dalam darah yaitu saat semua Karbohidrat dalam makanan
dihidrolisis menjadi monosakarida, yaitu glukosa, Galaktosa dan fruktosa di saluran pencernaan.
Kemudian monosakarida ini Diserap di usus dan kemudian dibagi menjadi dua tahap, yaitu glukosa
Memasuki sistem peredaran darah dan kemudian ditransfer ke sel tubuh yang Membutuhkannya.
Kedua, glukosa akan diubah menjadi molekul lain. Glukosa Akan disimpan dalam bentuk glikogen
dan akan disimpan di dalam otot hati, Sedangkan glukosa disimpan dalam bentuk gula darah di
dalam plasma. Peran glukosa dalam tubuh manusia tidak hanya sebagai bahan bakar untuk Proses
metabolisme dan sumber energi untuk bekerja otak juga dapat menjadi Generator energi saat
berolahraga (Irawan, 2007).

3. Pengaruh Diet Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah

Diabetes Melitus merupakan kelainan pengelolaan karbohidrat dalam Tubuh yang disebabkan oleh
kurangnya hormone insulin, sehingga Karbohidrat tidak dapat digunakan oleh sel untuk diubah
menjadi tenaga Akibatnya karbohidrat yang ada didalam tubuh dalam bentuk glukosa dalam Darah.
Peningkatan prevalensi diabetes Melitus selain dari faktor keturunan Juga berkaitan dengan
kepatuhan diet, Kepatuhan pasien diabetes Melitus Dalam melaksanakan diet merupakan salah satu
hal terpenting dalam Pengendalian kadar gula darah. Kepatuhan diet DM dapat dilihat dari jenis
Makanan yang dikonsumsi, jumlah porsi makanan, frekuensi makan serta Makanan yang dibatasi,
kepatuhan dalam menjalankan diet merupakan Harapan dari setiap penderita diabetes Melitus
harus mampu menjalankan Anjuran dokter atau para medis, agar kadar glukosa dalam darah dapat
Terkontrol (Tjokroprawiro, Dkk 2010).

4. Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Ada berbagai cara yang biasa dilakukan untuk memeriksa kadar glukosa Darah (Rudi,2013).

a. Tes Glukosa Darah Puasa

Tes glukosa darah puasa mengukur Kadar Glukosa Darah setelah Tidak mengonsumsi apapun kecuali
air selama 8 jam. Tes Ini biasanya dilakukan hari sebelum sarapan. Hasil pemeriksaan Kadar gula
darah puasa dikategorikan Hiperglikemi apabila Hasilnya 101-125mg/dL , Normal apabila
menunjukkan 71-100mg/dL, dan Hipoglikemia apabila hasilnya 0-70mg/dL.

b. Tes Glukosa Darah Sewaktu

Kadar Glukosa Darah sewaktu disebut juga kadar glukosa darah Acak atau kasual. Tes glukosa darah
sewaktu dapat dilakukan Kapan saja, kadar glukosa darah dikatakan normal jika tidak lebih Dari
200mg/Dl

c. Uji Toleransi Glukosa Oral

Tes toleransi glukosa oral adalah tes yang mengukur kadar Glukosa darah sebelum dan dua jam
sesudah mengonsumsi glukosa sebanyak 75 gram yang dilarutkan dalam 300 mL air, Hasil uji
toleransi glukosa oral dikatakan normal jika kurang dari 140mg/dL, hiperglikemia apabila 140-
199mg/dL, dan Hiploglikemia Jika sama atau lebih dari 200mg/dL.

d. Uji HBA1C

Uji HBA1C mengukur kadar glukosa darah rata-rata dalam 2 –3 Bulan terakhir. Uji ini lebih sering
digunakan untuk mengontrol Kadar glukosa darah pada penderita diabetes. Klarifikasi kadar HBA1C.
Dikatakan normal jika kurang dari 5,7%, hiperglikemia 5,7-6,4%, dan dikatakan hipoglikemia sama
atau lebih dari 6,5%

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula

Darah faktor yang mempengaruhi kadar gula darah Diabetes melitus (Menurut Fox & Kilvert 2010).

a. Olahraga
Dengan berolah raga dapat menurunkan resintensi insulin sehingga insulin Dapat berfungsi secara
normal untuk sel di dalam tubuh serta membakar Lemak untuk mencegah terjadinya obesitas.

b. Pola makan

Makanan yang mengandung tinggi karbohidrat dan tinggi serat dapat Mempengaruhi sel beta
pankreas dalam menghasilkan insulin.

c. Cemas

Kecemasan merupakan respon terhadap penyakit yang dirasakan Penderita sebagai suatu tekanan,
rasa tidak nyaman, gelisah, dan kecewa. Gangguan psikologis tersebut membuat penderita menjadi
acuh terhadap Peraturan pengobatan yang harus dijalankan seperti diit, terapi medis, dan Olah raga
sehingga mengakibatkan kadar gula darah tidak dapat terkontrol (Taluta, & Dkk, 2014).

d. Usia

Pertambahan usia menyebabkan terjadinya perubahan fisik dan penurunan Fungsi tubuh yang
berpengaruh terhadap asupan serta penyerapan zat gizi Sehingga dapat memicu terjadinya obesitas
yang berkaitan erat dengan Penyakit degeneratif khususnya diabetes melitus (Maryam, dkk, 2008).

e. Alkohol

Mengonsumsi alkohol dapat meningkat kadar glukosa karena Mengandung kalori yang tinggi
(Tandra, 2007).

D. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep berjudul Hubungan Kepatuhan Diet Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien
Diabetes Melitus adalah sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

1. Variabel Independen

Variabel independen dari penelitian ini adalah kepatuhan diet yaitu Pola Makan dengan
memperhatikan 3J: Jadwal, Jenis, dan Jumlah.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat Karena adanya variabel bebas.
Variabel dependen dari penelitian ini adalah Kadar gula darah (Diabetes Melitus).

2.6.3 Prinsip Edukasi Kesehatan

2.6.3.1 Kontinuitas yaitu penekanan berulang pada materi yang penting

2.6.3.2 Sequence : Memperhatikan urutan materi sesuai dengan kemampuan peserta

2.6.3.3 Interpretation : perpaduan berbagai aspek dalam mendemonstrasikan materi secara


menyeluruh.

2.6.4 Prinsip penyuluhan yang efektif

2.6.4.1 Memilih starategi belajar yang tepat

Penyusunan program pengajarn (SAP dan materi penyuluhan ) secara tertulis untuk
diimplementasikan
2.6.4.2 Penempatan lingkungan belajar yang tepat

Persiapan kondisi fisik

Posisi presenter

Penerangan dan suhu ruangan

Alat pengeras suara (microphone TOA)

Persiapan kondisi interpersonal

Kondisi organisasi : aspek Diabetes Melitusinistrasi (panitia,

Penyusunan, jadwal, membuat pengumuman, poster, media penyuluhan, dan lain-lain

b. Perorganisasian pengalaman belajar

1. Pengoranisaian materi : inti proses pembelajaran dan konsep sederhana ke ide/uraian yang
lebih kompleks
2. Rancangan penyajian sesuai kemampuan peserta dan interval waktu yang cukup untuk
meberikan kesempatan kepada peserta dalam menyerap materi

c. Motivasi partisipasi peserta akan pembelajaran

1. Memberi kesempatan bertanya


2. Meminta pendapat tentang materi
3. Melakukan evaluasi dan feedback
4. Memberikan kuis, test, tugas kelompok dan check list

2.7 Media Edukasi Kesehatan (Leaflet)

2.7.1 Pengertian Leaflet

Leaflet adalah suatu alat promosi atau pemasaran yang dicetak pada selembar kertas, yang
umumnya mengunakan art paper atau art carton dan memiliki dua atau lebih lipatan. Didalam
leaflet sendiri biasanya berisikan informasi singkat mengenai suatu program, usaha, atau kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang pemilik atau badan usaha, terkait dengan produk, jasa, atau, acara
yang mereka tawarkan.

2.7.2 Ukuran Kertas Pada Leaflet

Ukuran Leaflet sebelmnya dilipat biasanya mengunakan A4 standar, yaitu 21 x 29,7 cm,
namun

Apabila kita menginginkan Leaflet dengan teknik lipatan empat maka disarankan untuk
menggunakan ukuran kertas yang lebih panjang dari A4, namun lebarnya sama.

2.7.3 Fungsi dan Kegunaan Leaflet

Fungsi Leaflet tidak hanya sebagai alat promosi melainkan memiliki beberapa manfaat lainya
yang tidak kala penting sebaagi berikut:

1) Sebagai alat promosi

Fungsi utama Leaflet adalah sebagai alat untuk mempromosikan suatu bisnis, produk, jasa, dan
juga suatu kegiatan atau acara yang akan diselengarakan, kepada target konsumen.
2) Sebagai Penyebaran informasi

Selain berguna untuk kegiatan promosi, fungsi lain dari Leaflet adalah sebagai alat untuk
menyebarkan informasi akan suatu gerakan, bisnis, atau usaha, acara, dan lain sebagainya,
ssehingga informasi dapat diketahui oleh banyak orang.

3) Sebagai alat promosi yang minim anggaran

Leaflet adalah salah satu alat pemasaran yang bisa di bilang paling minim anggarannya, sama
seperti brosur dan flyer, terutama apabila di bandingkan dengan memasang iklan dimedia massa
atau di media digital.

2.7.4 Kelebihan dan kelemahan Leaflet

A. Kelebihan Leaflet

Ada beberapa kelebihan Leaflet dibandingkan alat pemasaran lain adalah sebagai berikut :

a. dan ukuran Leaflet sangatlah ringkas sehingga mudah dibandingkan dan mudah pula
dibawah.
b. Leaflet juga terkenal awet dan tahan lama, serta cukup tebal sehingga meningkatkan
peluang untuk terus disimpan oleh konsumen.
c. Informasi lebih jelas dan rinci
d. Apabila desainya unik dan menarik juga akan meningkatkan peluang untuk disimpan oleh
orang yang membacanya.
e. Biayanya produksi Leaflet lebih murah dibandingkan alat promosi lainya seperti pemasangan
iklan atau cetak company profile.
f. Dapat memfokuskan penyebaran pada satu area tertentu guna mengoptimalkan penargetan
calon konsumen.
g. Mudah dibawah dan juga mudah untuk dibaca oleh target.

B. Kelemahan Leaflet

a. Selain kelebihan yang ada pada Leaflet tersebut, beberapa kelemahan yang ada pada Leaflet
adalah sebagai berikut :
b. Sangat tergantung pada desain, terutama dalam hal pemilihan warna dan ukuran tulisan,
layout, dan juga tingkat kepadatan informasi yang ada di dalamnya, dimana hal-hal tersebut
akan menentukan dibaca atau tidaknya Leaflet tersebut.
c. Tidak terlalu efektif dan efisien apabila menargetkan calon konsumen pada area yang terlalu
luas.
d. Berkontribusi meningkatkan limbah kertas terutama apabila desainnya kurang menarik dan
disebar ke area yang terlalu luas, karena banyak yang akan di buang begitu saja.
e. Meskipun biaya produksi lebih murah dibandingkan beberapa alat promosi, tetapi akan lebih
mahal dibandingkan promosi yang dilakukan via media sosial seperti facebook dan
Instagram.

Satuan acara penyuluhan ( SAP )

1. Pokok bahasan : Diet Diabetes Melitus

a. Pengertian Diabetes Melitus


b. Patogenesis Diabetes Melitus
c. Faktor risiko Diabetes Melitus
d. Gejala Diabetes Melitus
e. Komplikasi Diabetes Melitus
f. Diet Diabetes Melitus
2. Sasaran : peserta
3. Hari/tanggal :
Waktu
Tempat

Anda mungkin juga menyukai