Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK VI

NAMA:

1. ASLAMIA OHOIRAT

2. FILIA N K SINGERUBUN

3. MARJI Y RAHANTOKNAM

4. ELSA MATLY

5. NURMALA RAHAKBAUW

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TUAL

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini

masih memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga kami dapat

menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA ISOLASI

SOSIAL ” tepat pada waktunya

Terimakasih pula kepada semua pihak yang telah ikut membantu

hingga dapat disusunnya makalah ini. Makalah sederhana ini dibuat untuk

memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan jiwa

Akhirnya, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan

kekurangan. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang

sifatnya membangun sangat kami harapkan dari para pembaca guna

peningkatan kualitas makalah ini dan makalah-makalah lainnya pada waktu

mendatang.

Langgur, 4 september 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR.................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................

1.1. Latar belakang...................................................................................

1.2. Rumusan masalah.............................................................................

1.3. Tujuan................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................

2.1. Konsep teori isolasi sosial.................................................................

2.2.Asuhan keperawatan pada Tn. H dengan isolasi sosial....................

BAB II PENUTUP....................................................................................

3.1. Kesimpulan.........................................................................................

3.2. saran...................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh

seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan

mengancam ( Twondsend, 1998 ). Atau suatu keadaan dimana seseorang

individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi

dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak

diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan

tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Anna

Kelliat, 2006 ). Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari

interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain

( Pawlin, 1993 dikutip Budi Kelliat, 2001). Faktor perkembangan dan sosial

budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku isolasi sosial. (Budi

Anna Kelliat, 2006).

Menurut Townsend, M.C (1998:152) isolasi sosial merupakan keadaan

kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap

menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya. Sedangkan menurut

DEPKES RI (1989: 117) penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu

tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap


lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau

menetap. (Townsend, 1998)

Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok

mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan

keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak

(Carpenito ,L.J, 1998: 381). Menurut Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988 :

423) isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi

dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan

akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan,

berprestasi, atau selalu dalam kegagalan. (Carpenito, L J, 1998).

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa itu isolasi sosial?

2. Bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada pasien isolasi sosial?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui isolasi sosial

2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan jiwa pada pasien isolasi

sosial
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. KONSEP TEORI ISOLASI SOSIAL

A.PENGERTIAN

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh

seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan

mengancam (Twondsend, 1998 dikutip Nita Fitria, 2009).

Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi

dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin, 1993

dikutip Budi Keliat, 2011).

Menurut Depkes RI tahun 2000 kerusakan interaksi sosial merupakan

suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya

kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptive dan

mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Nita Fitria, 2009).

Isolasi sosial keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang untuk

menghindari interaksi dengan orang lain karena orang lain menyatakn sikap

negatif dan terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel.

Tanda dan gejala:


1. Menghindari interaksi dengan orang lain

2. Perilaku maladaptif

3. Menarik diri

4. Gangguan hubungan interpersonal

B. PENYEBAB

a. Faktor Predisposisi

a. Faktor Perkembangan

Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial

berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari usia

bayi sampai dewasa lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan

social yang positif, diharapkan setiap tahap perkembangan dilalui

dengan sukses. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang

perkembangan respon sosial maladaptif.

b. Faktor Biologis

Faktor genetic dapat berperan dalam respon social maladaptif.

c. Faktor Sosiokultural

Isolasi sosial merupakan factor utama dalam gangguan berhubungan.

Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan

terhadap orang lain, tidak mempunyai anggota masyarakat yang


kurang produktif seperti lanjut usia, orang cacat dan penderita penyakit

kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan

system nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas.

d. Faktor dalam Keluarga

Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang dalam

gangguan berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-

hal yang negative dan mendorong anak mengembangkan harga diri

rendah. Adanya dua pesan yang bertentangan disampaikan pada saat

yang bersamaan, mengakibatkan anak menjadi enggan berkomunikasi

dengan orang lain.

b. Faktor Presipitasi

1. Stress sosiokultural

Stres dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit

keluarga dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena

dirawat di rumah sakit.

2. Stress psikologi

Ansietas berat yang berekepanjangan terjadi bersamaan dengan

keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk

berpisah dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk

memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas

tingkat tinggi. (Ernawati, dkk, 2009)


Tanda dan Gejala

a. Ansietas tingkat tinggi

b. Enggan berkomunikasi dengan orang lain

c. Harga diri rendah

d. Sedih, efek datar

e. Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan

perkembangan usianya

penyebab isolasi sosial

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan

terhadap penyakit

2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri

3. Gangguan hubungan sosial

4. Percaya diri kurang

5. Mencederai diri

C. Tanda dan Gejala

1. Rambut botak karena terapi

2. Mengkritik/menyalahkan diri sendiri

3. Menarik diri

4. Sukar mengambil keputusan


5. Akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,

mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

1. Masalah Keperawatan

a. Gangguan konsep diri (Harga Diri rendah)

b. Gangguan Isolasi Sosial (Menarik Diri)

c. Gangguan perubahan sensori (Halusinasi)

2.. data yang perlu dikaji

a. Identitas Sering ditemukan pada usia dini atau muncul pertama kali

pada masa pubertas.

b. Keluhan Utama Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke

rumah sakit biasanya akibat adanya kumunduran kemauan dan

kedangkalan emosi.

c. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi sangat erat terkait dengan

faktor etiologi yakni keturunan, endokrin, metabolisme, susunan syaraf

pusat, kelemahan ego.

d. Psikososial

 Genogram Orang tua penderita skizofrenia, salah satu

kemungkinan anaknya 7-16 % skizofrenia, bila keduanya


menderita 40-68 %, saudara tiri kemungkinan 0,9-1,8 %,

saudara kembar 2-15 %, saudara kandung 7-15 %.

 Konsep Diri

Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai

pasien akan mempengaruhi konsep diri pasien.

 Hubungan Sosial Klien cenderung menarik diri dari lingkungan

pergaulan, suka melamun, berdiam diri.

 Spiritual Aktifitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran

kemauan.

e. Status Mental

 Penampilan Diri Pasien tampak lesu, tak bergairah, rambut

acak-acakan, kancing baju tidak tepat, resliting tak terkunci,

baju tak diganti, baju terbalik sebagai manifestasi kemunduran

kemauan pasien.

 Pembicaraan Nada suara rendah, lambat, kurang bicara, apatis.

 Aktifitas Motorik Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif,

kecenderungan mempertahankan pada satu posisi yang

dibuatnya sendiri (katalepsia).

 Emosi Emosi dangkal

 Afek Dangkal, tak ada ekspresi roman muka.


 Interaksi Selama Wawancara Cenderung tidak kooperatif,

kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan bicara, diam.

 Proses Berfikir Gangguan proses berfikir jarang ditemukan.

 Kesadaran Kesadaran berubah, kemampuan mengadakan

hubungan dengan dan pembatasan dengan dunia luar dan

dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf tidak sesuai dengan

kenyataan (secara kualitatif).

 Memori Tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat,

waktu, orang baik.

 Kemampuan penilaian Tidak dapat mengambil keputusan, tidak

dapat bertindak dalam suatu keadaan, selalu memberikan

alasan meskipun alasan tidak jelas atau tidak tepat.

f. Kebutuhan Sehari-hari Pada permulaan penderita kurang

memperhatikan diri dan keluarganya, makin mundur dalam pekerjaan

akibat kemunduran kemauan. Minat untuk memenuhi kebutuhannya

sendiri sangat menurun dalam hal makan, BAB/BAK, mandi,

berpakaian, intirahat tidur.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan konsep diri (Harga Diri rendah)


Do: Kurangnya rasa percaya kepada orang lain, Panik, Regresi ke tahap

perkembangan sebelumnya, Sukar berinteraksi dengan orang lain pada

masa lampau, Perkembangan ego yang lemah, Represi rasa takut.

Ds: Menyendiri dalam ruangan, Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak

melakukan kontak mata, Sedih, afek datar, Perhatian dan tindakan yang

tidak sesuai dengan perkembangan usianya, Berfikir menurut pikirannya

sendiri, tindakan berulang dan tidak bermakna, Mengekspresikan

penolakan atau kesepian pada orang lain

2. Gangguan Isolasi Sosial (Menarik Diri)

Do: Ketidakmampuan untuk percaya kepada orang lain, Panik, Regresi ke

tahap perkembangan sebelumnya, Menarik diri

Ds: Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan lainnya, Menggunakan kata-

kata simbolik (neologisme), Menggunakan kata yang tak berarti, Kontak

mata kurang / tidak mau menatap lawan bicara.

3. Gangguan perubahan sensori (Halusinasi)

Do: pasien mengatakan sering mendengar suara-suara, sering melihat

bayangan-bayangan yang mengajaknya untuk mengikutinya

Ds: pasien terlihat selalu menyendiri, selalu menghindar jika didekati, sering

terlihat ketakutan.
F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Diagnosa 1

Tujuan Umum: Pasien siap masuk dalam terapi aktifitas ditemani oleh

seorang perawat yang dipercayainya dalam 1 minggu.

Tujuan Khusus: Pasien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama

pasien lain dan perawat dalam aktifitas kelompok di unit rawat

inap.

Kriteria hasil yang diharapkan :

a. Pasien dapat mendemontrasikan keinginan dan hasrat untuk

bersosialisasi dengan orang lain.

b. Pasien dapat mengikuti aktifitas kelompok tanpa disuruh.

c. Pasien melakukan pendekatan interaksi satu-satu dengan orang lain

dengan cara yang sesuai / dapat diterima.

Intervensi Keperawatan :

a. Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak yang

sering tapi singkat.

Rasional : Sikap menerima dari orang lain akan meningkatkan harga

diri pasien dan memfasilitasi rasa percaya kepada orang lain.


b. Perlihatkan penguatan positif pada pasien. Rasional : Pasien merasa

menjadi orang yang berguna.

c. Temani pasien untuk memperlihatkan dukungan selama aktifitas

kelompok yang mungkin merupakan hal yang menakutkan atau sukar

bagi pasien.

Rasional : Kehadiran seseorang yang dipercaya akan memberikan

rasa aman bagi pasien.

d. Jujur dan menepati semua janji.

Rasional : Kejujuran dan rasa saling membutuhkan menimbulkan

suatu hubungan saling percaya.

e. Diskusikan dengan pasien tanda-tanda peningkatan anxietas dan

teknik untuk memutus respon (latihan relaksasi, berhenti berfikir).

Rasional : Perilaku menarik diri dan curiga dimanifestasikan selama

terjadi peningkatan anxietas.

f. Berikan pengakuan dan penghargaan tanpa disuruh pasien dapat

berinteraksi dengan orang lain. Rasional : Penguatan akan

meningkatkan harga diri pasien dan mendorong pengulangan perilaku

tersebut.

2. Diagnosa 2
Tujuan Umum: Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk bertahan pada

1 topik, menggunakan ketepatan kata, melakukan kontak mata

intermiten selama 5 menit dengan perawat selama 1 minggu.

Tujuan Khusus: Pasien dapat menunjukkan kemampuan dalam melakukan

komunikasi verbal dengan perawat dan sesama pasien dalam

suatu lingkungan sosial dengan cara yang sesuai / dapat

diterima.

Kriteria hasil yang diharapkan :

a. Pasien dapat berkomunikasi dengan cara yang dapat dimengerti dan

diterima orang lain.

b. Pesan non verbal pasien sesuai dengan verbalnya.

c. Pasien dapat mengakui bahwa disorganisasi pikiran dan kelainan

komunikasi verbal terjadi pada saat adanya peningkatan anxietas.

Intervensi Keperawatan :

a. Gunakan teknik validasi dan klarifikasi untuk mengerti pola komunikasi

pasien.

Rasional : Teknik ini menyatakan kepada pasien bagaimana ia

dimengerti oleh orang lain, sedangkan tanggung jawab untuk mengerti

ada pada perawat.

b. Pertahankan konsistensi perawat yang bertugas


Rasional : Memudahkan rasa percaya dan kemampuan untuk

mengerti tindakan dan komunikasi pasien.

c. Jelaskan kepada pasien dengan cara yang tidak mengancam

bagamana perilaku dan pembicaraannya diterima dan mungkin juga

dihindari oleh orang lain. Jika pasien tidak mampu atau tidak ingin

bicara (autisme), gunakan teknik mengatakan secara tidak langsung.

Rasional : Hal ini menyampaikan rasa empati, mengembangkan rasa

percaya dan mendorong pasien mendiskusikan hal-hal yang

menyakitkan dirinya.

d. Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien sampai pola komunikasi yang

memuaskan kembali.

Rasional : Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan prioritas

keperawatan.

3. Diagnosa 3

Tujuan Umum: Klien dapat mengenal halusinasi

Tujuan Khusus: Klien dapat menyebutkan waktu, isi dan frequensi timbulnya

halusinasi, Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap

halusinasinya.

Kriteria Hasil: Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Intervensi Keperawatan: Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap


1. Observasi tingkah laku klien terkait halusinasinya, berbicara dan tertawa

tanpa stimulus memandang ke kiri dan ke kanan seolah ada teman bicara

2. Bantu klien mengenal halusinasi dengan cara :

a. Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan apakah ada

suara yang di dengar

b. Jika klien menjawab “ada“ lanjutkan apa yang dikatakan halusinasinya

c. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu. Namun

perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada sahabat tanpa

menuduh)

d. Katakan pada klien bahwa ada klien yang seperti dia Katakan bahwa

perawat akan membantu klien.

2.2. ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.H DENGAN ISOLASI SOSIAL

I. TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas

a. Identitas pasien

Nama : Tn.H Usia : 35 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : Desa Rancabango blok D.13

Pendidikan : SMU

b. Identitas Penanggung jawab

Nama : Ny.S

Usia : 30 tahun

Hubungan : Istri

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

c. Identitas Rumah Sakit:

Tanggal masuk: 07-09-2014

Ruang : Bukit barisan

Dx Medis : Skizoid

No. RM : 00.01.80

2. Alasan masuk

Klien sering bingung, suka melamun, suka menyendiri, tidak mau mandi,

ketawa sendiri, mondar-mandir di tempat dan klien pernah melakukan

pemukulan terhadap diri sendiri.

3. Faktor predisposisi

a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? ( √ ) Ya ( ) Tidak

b. Pengobatan sebelumnya. ( ) Berhasil ( √ ) Kurang berhasil ( ) Tidak

berhasil
c. Perilaku Pelaku/usia Korban/usia Saksi/usia

1. Aniaya fisik ( √ ) Ya ( ) Tidak

2. Aniaya seksual ( ) Ya (√ ) Tidak

3. Penolakan ( √ ) Ya ( ) Tidak

4. Kekerasan dalam keluarga ( ) Ya (√ ) Tidak

5. Tindakan Kriminal ( √ ) Ya ( ) Tidak

a. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? ( ) Ya ( √ )

Tidak

b. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan:

Klien menyatakan kecewa terhadap keluarganya, karena tidak peduli

dengannya.

Masalah Keperawatan: Harga diri rendah

4. pemeriksaan fisik

a. Tanda Vital : TD:120/80 mmhg N80x/i S 36oC P 20x/ menit

b. Ukur: TB195 cm BB 55 kg

c. Keluhan Fisik: ( ) Ya ( √ ) Tidak

Masalah Keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan

5. psikososial
a. Konsep diri

1. Gambaran Diri: Klien merasa senang dengan tubuhnya,

terutama bagian wajahnya dan badannya,

2. Identitas Diri: Klien merasa tidak puas dengan dirinya

3. Peran Diri: Klien menyatakan kecewa dengan dirinya karena

tidak dapat melaksanakan peran sebagai anak.

4. Ideal Diri: Klien menyatakan ingin menjadi orang yang sukses

dan ingin cepat sembuh.

5. Harga diri: Klien jarang bersosialisasi dengan tetangganya

karena klien merasa terasing karena mengalami gangguan jiwa.

Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri, harga diri

rendah.

b. Hubungan sosial

1. Orang yang berarti: Orang tuanya atau ibunya

2. Peran serta dalam kegiatan kelompok/sosial: peran serta dalam

kegiatan pokok/sosial: klien jarang ikut dalam kegiatan

kelompok/ masyarakat.

3. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain: Kurang percaya

diri terhadap diri sendiri, karena klien lebih suka diam.dan

mengatakan malu bergaul dengan orang lain Masalah

Keperawatan : Isolasi sosial menarik diri.

c. Spritual
1. Nilai dan Keyakinan: pasien beragama islam dan selalu

berusaha mengerjakan sholat

2. Kegiatan ibadah: pasien sering kali menyempakan untuk sholat

berjamaah di masjid dekat rumahnya.

5. Status mental

a. Penampilan

( √ ) Tidak rapi ( ) Penggunaan pakaian tidak sesuai ( ) Berpakaian

tidak seperti biasanya Jelaskan : Klien tidak rapi, baju klien terlihat

terbalik, kusam, kotor, rambut kusut dan kuku terlihat kotor Masalah

Keperawatan : Defisit perawatan diri.

b. Pembicaraan

( ) Cepat keras ( ) Gugup ( ) Inkoheren ( ) Apatis ( √ ) Lambat

( ( Membisu ( ) Tidak mampu mulai pembicaraan Jelaskan : Klien

selama berkomunikasi secara kontak mata, klien menjawab dengan

lambat. Masalah keperawatan : Gangguan Komunikasi Verbal.

c. Aktivitas Motorik

( ) Lesu ( ) Tegang ( ) Inkoheren ( ) Agitasi ( ) Tik ( ) Grimasem ( √ )

Tremor ( ) Kompulsip Jelaskan : Tangan Klien gemetar saat diajak

bersalaman, dan pada saat beraktifisa klien tampak tremor. Masalah

Keperawatan : Gangguan aktivitas motorik/intoleransi aktivitas.

d. Alam perasaan :
( √ ) sedih ( ) ketakutan ( ) putus asa ( ) gembira Jelaskan : Klien

merasa keluarga tidak peduli dengannya dan klien terlihat sedih

karena berada di RSJ medan. Masalah Keperawatan : Harga diri

rendah.

e. Afek

( √ ) datar ( ) tumpul ( ) labil ( ) tidak sesuai Jelaskan : ekspresi wajah

klien datar, klien kadang-kadang termenung. Masalah Keperawatan :

Isolasi sosial menarik diri.

f. Interaksi selama wawancara

( ) bermusuhan ( √ ) tidak kooperatif ( ) mudah tersinggung ( ) curiga`

( ) defenitif ( ) kontak mata kurang Jelaskan : Klien tampak tidak

kooperatif saat di ajak berbicara kontak mata (-) suka menunduk

Masalah Keperawatan : Isolasi sosial menarik diri.

g. Persepsi halusinasi

(√ ) pendengaran (√ ) penglihatan ( ) perabaan ( ) pengecapan ( )

penciuman Jelaskan : Klien mengalami halusinasi terbukti dengan

klien melihat/mendengar suara-suara yang aneh. Masalah

keperawatan : Gangguan perubahan sensori (Halusinasi).

h. Proses pikir

( ) sirkumtansia ( ) tangensial ( ) kehilangan asosiasi ( ) flig if ideas ( )

bloking ( ) pengulangan pembicaraan Jelaskan : Selama wawan cara


klien dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan topik pembicaraan.

Masalah keperawatan: Tidak terdapat masalah keperawatan.

i. Isi piker

( ) obsesi ( ) fobia ( ) hipokondria ( ) derpersonalisasi ( ) ide yang

terkait pikiran magis Waham : ( ) agama ( ) somatik ( ) kebesaran ( )

curiga ( ) nihilistik ( ) sisip pikir ( ) siar pikir ( ) kontrol pikir Jelaskan :

klien tidak ada masalah dalam dalam gangguan waham Masalah

keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan.

j. Tingkat kesadaran

( ) bingung ( ) sedasi ( ) stupor disorientasi ( ) waktu ( √ ) tempat ( )

orang Jelaskan Klien tau bahwa ia berada di RSJ Medan Masalah

keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan.

k. Memori

( ) gangguan daya ingat jangka panjang ( ) gangguan daya ingat saat

ini konfabulasi Jelaskan : Klien masih ingat kejadian yang ia alami

masa lalu dan sekarang. Masalah keperawatan : Tidak terdapat

masalah keperawatan.

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung

( ) mudah beralih ( ) tidak mampu berkonsentrasi ( ) tidak mampu

berhitung sederhan Jelaskan: Klien mampu berhitung 20-100 Masalah

keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang ditemukan.

m. Kemampuan penilaian
( ) gangguan ringan ( ) gangguan bermakna Jelaskan : Klien dapata

membedakan antara kotor dan bersih.. Masalah keperawatan: Tidak

terdapat masalah keperawatan.

n. Daya tilik diri

( ) mengingkari penyakit yang diderita ( ) menylahkan hal diluardirinya

Jelaskan : Klien tidak menunjukkan adanya gangguan daya tilik diri.

Masalah keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan.

6. kebutuhan persiapan pulang

a. Makan

( √ ) bantuan minimal

( ) bantuan total

b. Bak / Bab

( √ ) bantuan minimal

( ) bantuan total

c. Mandi

( √ ) bantuan minimal

( ) bantuan total

d. Berpakaian / berhias

( √ ) bantuan minima

l ( ) bantuan total

e. Intirahat tidur
(√ ) tidur siang lama : 14-00 s/d 15-00 WIB

(√ ) tidur malam : 20-00 s/d 05-00 WIB

f. Penggunaan obat

( √ ) bantuan minimal

( ) bantuan total

g. Pemeliharaan Kesehatan

Keperawatan lanjutan Ya (√) Tidak ( )

Sistem pendukung Ya (√) Tidak ( )

h. Kegitan didalam rumah

Mempersiapkan makanan Ya ( ) Tidak ( √ )

Menjaga kerapian rumah Ya ( ) Tidak ( √ ) Mencuci pakaian Ya ( )

Tidak ( √ )

Pengaturan uang Ya ( ) Tidak ( √ )

i. Kegiatan diluar rumah

Belanja Ya ( ) Tidak ( √ )

Trnfortasi Ya ( ) Tidak ( √ )

Lain-lain Ya ( ) Tidak ( √ )

Jelaskan : Klien malas keluar rumah dan bergaul dengan orang lain.

Masalah keperawatan : Isolasi sosial menarik diri

7. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif:
( √ ) berbicara dengan orang lain ( √ ) minum alcohol

( ) mampu menyelesaikan masalah ( √ ) reasksi lambat ( )

tehnik relaksasi ( ) berkerja berlebihan ( )

aktivitas konstruktif ( ) menghindar ( √ )

olah raga ( ) menciderai diri ( )

lainnya Masalah keperawatan : Koping Individu inefektik

8. Masalah Psikososial

a. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik

Klien merasa teman nya menghindar/menjauhi dirinya setelah sakit.

b. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik:

Klien tidak terima berada di RSJ Medan

c. Masalah dengan pendidikan, spesifik Klien tamatan SMU

d. Masalah dengan pekerjaan, spesifik

Klien pernah bekerja di suatu pabrik dan sekarang sudah berhenti

e. Masalah dengan perumahan, spesifik

Klien tinggal bersama orang tua, rumah milik peribadi

f. Masalah dengan ekonomi, spesifik

Klien memiliki masalah ekonomi yang cukup dan biaya pengobatan di

tanggung oleh orang tua


g. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik

Klien tidak mempunyai masalah dengan pelayanan kesehatan.

h. Masalah lainnya, spesifik

Masalah keperawatan : Gangguan hubungan sosial menarik diri.

9. Pengetahuan Tentang Koping ( √ ) penyakit jiwa ( √ ) sistem pendukung

( ) faktor presipitasi ( ) penyakit fisik

( √ ) Koping ( √ ) obat-obatan

( ) Lainnya

Masalah keperawatan: Koping individu inefektif .

B. ANALISA DATA

Hari/tgl No Data Masalah Paraf

/jm .dx keperawatan


Kamis, 1. Ds: Klien mengatakan tidak suka Gangguan Isolasi

9/9/14 berada di rumah sakit jiwa, Klien sosial: menarik diri

10.00 mengatakan takut dengan teman-

temannya.

Do: Klien suka melamun, Klien

tampak sedih, Klien suka

menyendiri.
Kamis, 2 Ds: Klien mengatakan malu saat Gangguan konsep
9/9/14 wawancara dengan perawat Klien diri: Harga diri

10.00 mengatakan malu untuk rendah

bergabung dengan teman-

temannya

Do: Klien menunduk saat

menjawab pertanyaan perawat

Kontak mata kurang menjawab

pertanyaan perawat
Kamis, 3 Ds: pasien mengatakan sering Gangguan

9/9/14 mendengar suara-suara, sering perubahan sensori

10.00 melihat bayanganbayangan yang (Halusinasi)

mengajaknya untuk mengikutinya

Do: pasien terlihat selalu

menyendiri, selalu menghindar jika

didekati, sering terlihat ketakutan

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Isolasi sosia: menarik diri

2. Gangguan Konsep diri: Harga diri rendah

3. Gangguan perubahan sensori (Halusinasi)

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx. Tujuan Kriteria Tindakan Rasional

Kep Hasil keperawatan


Isos: TUM: Setelah 2x  Diskusikan  Dengan

mena  Klien pertemuan kemampu di

rik diri dapat Pasien an dan ketahuin

mengid dapat aspek ya

entifika menyebutka yang kemamp

si n minimal dimilki uan dan

kemam satu  Setiap aspek

puan penyebab bertemu yang

dan menarik diri dengan dimiliki

aspke dari yang klien klien

negatif berasal dari hindarkan akan

yang : penilaian lebih

dimiliki  diri  Utamakan percaya

TUK: sendi pujian/pe diri

 Klien ri mberian  Dengan

dapat  oran pujian menghin

mengid g lain yang darkan

entifikas ralistis penilaia

i  Rencanak n negatif

penyeb an diharapk
ab bersama an klien

isolasi klien merasa

sosial aktifitas punya

 Klien yang kemamp

mampu dapat uan

berinter dilakukann yang

aksi ya setiap lebih

dengan hari sesuai  Dengan

orang dengan memberi

lain. kemampu kan

 klien annya pujian

mampu  Tingkatka klien

mengid n kegiatan merasa

entifika sesuai benar-

si dengan benar

kemam kondisi dihargai

puan klien dan

yang  Beri klien

dapat contoh akan

dilakuka cara merasa

nnya pelaksana diperhati


 klien an kan

dapat kegiatan  Dengan

mengisi yang menyus

jadwal boleh un

yang dilakukan rencana

diberika aktifitas

n suster sehariha

ri

dihapak

an klien

dapat

mengatu

r waktu

dengan

baik

 Dengan

meningk

atkan

kegiatan

sesuai

dengan
kondisi

klien

diharapk

an klien

tidak

merasa

jenuh

 Dengan

memberi

kan

contoh

klien

tidak

bingung

lagi

untuk

beraktifit

as
Gang TUM: Dalam 2x Membina Dengan

guan Klien mampu pertemuan hubungan saling terbinanya

konse membina pasien mau percaya hubungan

p diri: hubungan meneirma  Salam saling percaya


HDR dengan orang kehadiran terapeutik merupakan

lain TUK: perawat  Perkenalk langkah utama

Klien dapat berjabat an diri untuk

membina tangan/bers dengan melakukan

hubungan alaman, sopan c. terapeutik

saling percaya, Klien mau Tanyakan

Klien dapat menyebut nama

mengidentifika kan nama, lengkap

si kemampuan mau  Tanyakan

dan aspek menjawab nama

positif salam, Klien panggilan

mau yang

mengutarak disukainya

an  Jelaskan

perasaanny tujuan

a walaupun pertemuan

sedikit  Buat

kontrak

 Dengarka

ungkapan
Gang TUM: setelah 2x  Adakan  Kontak
guan Klien dapat pertemuan kontak dan

perub mengenal Klien tidak sering dan singkat

ahan halusinasi mencederai singkat selain

senso TUK: diri sendiri, secara upaya

r i Klien dapat orang lain bertahap membin

(Halu menyebutkan dan  Observasi a

sinasi waktu, isi dan lingkungan tingkah hubunga

) frequensi laku klien n saling

timbulnya terkait percaya

halusinasi, halusinasi juga

Klien dapat nya, dapat

mengungkapk berbicara memutu

a n perasaan dan skan

terhadap tertawa halusina

halusinasinya. tanpa sinya.

stimulus  Mengen

memanda al

ng ke kiri perilaku

dan ke pada

kanan saat

seolah halusina
ada teman si timbul

bicara memuda

 Bantu hkan

klien perawat

mengenal dalam

halusinasi melakuk

dengan an

cara interven

- Jika si

menemuk  Dengan

an klien mengeta

yang hui

sedang waktu,

halusinasi isi, dan

tanyakan frekuens

apakah i

ada suara munculn

yang di ya

dengar halusina

- Jika klien sinya

menjawab memper
“ada“ mudah

lanjutkan tindakan

apa yang keperaw

dikatakan atan

halusinasi yang

nya akan

- Katakan dilakuka

bahwa n oleh

perawat perawat

percaya

klien

mendenga

r suara itu.

Namun

perawat

sendiri

tidak

mendenga

rnya

(dengan

nada
sahabat

tanpa

menuduh)

 Katakan

pada klien

bahwa

ada klien

yang

seperti dia

 Katakan

bahwa

perawat

akan

membantu

klien

E. IMPLEMENTASI

Nama : Tn.H

No.RM : 00.01.80

Ruang : Bukit barisan


Dx.Medis : Skizoid

1. Diagnosa keperawatan

- Gangguan konsep diri (Harga Diri rendah)

- Gangguan Isolasi Sosial (Menarik Diri)

- Gangguan perubahan sensori (Halusinasi)

IMPLEMENTASI TINDAKAN
Data: Tindakan:

1. Ds: keluarga pasien mengatakan 1. Membina hubungan saling

pasien selalu murung, enggan percaya

bersosialisasi dengan orang lain,  Memberi Salam terapeutik

pasien selalu merasa tidak  Memperkenalkan diri

percaya diri karena kaka-kakanya dengan sopan

juga berada di RSJ Do: paien  Menanyakan nama

tampak menutup diri, setiap lengkap


berbicara tidak fokus dan tatapan  Menanyakan nama
mata menghindari lawan bicara, panggilan yang disukainya
pasien selalu menunjukan sikap  Menjelaskan tujuan
tidak percaya diri. pertemuan
2. Ds : Klien menyatakan tidak mau
 Membuat kontrak
bergaul dengan teman-teman
2. Mendengarkan ungkapan klien
sekamarnya karena ia merasa
Diskusikan kemampuan dan
dirinya sudah sembuh Do : Klien aspek yang dimilki

tampak tampak lebih sering 3. Setiap bertemu dengan klien

menyendiri ditempat tidurnya, hindarkan penilaian

Klien lebih banyak tidur siang 4. Utamakan pujian/pemberian

3. Ds: pasien mengatakan sering pujian yang ralistis

mendengar suara-suara, sering 5. Tingkatkan kegiatan sesuai

melihat bayanganbayangan yang dengan kondisi klien

mengajaknya untuk mengikutinya 6. Bantu klien mengenal halusinasi

Do: pasien terlihat selalu dengan cara :

menyendiri, selalu menghindar  Jika menemukan klien

jika didekati, sering terlihat yang sedang halusinasi

ketakutan. tanyakan apakah ada

suara yang di dengar

 Jika klien menjawab “ada“

lanjutkan apa yang

dikatakan halusinasinya

 Katakan bahwa perawat

percaya klien mendengar

suara itu. Namun perawat

sendiri tidak

mendengarnya (dengan
nada sahabat tanpa

menuduh)

 Katakan pada klien bahwa

ada klien yang seperti dia

e. Katakan bahwa perawat

akan membantu klien

RTL:

 Adakan kontak sering dan

singkat secara bertahap

 Observasi tingkah laku klien

terkait halusinasinya,

berbicara dan tertawa tanpa

stimulus memandang ke kiri

dan ke kanan seolah ada

teman bicara

F. EVALUASI

Nama : Tn.H

No.RM : 00.01.80

Ruang : Bukit barisan


Dx.Medis : Skizoid

2. Diagnosa keperawatan

- Gangguan konsep diri (Harga Diri rendah)

- Gangguan Isolasi Sosial (Menarik Diri)

- Gangguan perubahan sensori (Halusinasi)

EVALUASI
S: pasien mengatakan mendengar suarasuara dan melihat bayangan-

bayangan saat sendirian

O: pasien masih terlihat menutup diri, pasien, pasien masih belum fokus

jika berbicara, masih sering merasa ketakutan, pasien masih sering

Berhalusinasi, merasa dirinya tidak berharga, tidak mudah percaya

dengan orang yang baru dikenalnya

A: Masalah-masalah yg masih ada

 Gangguan konsep diri (+) Diagnosa:

 Gangguan Isolasi Sosial (+)

 Gangguan konsep diri (Harga Diri rendah)

 Gangguan Isolasi Sosial (Menarik Diri)

 Gangguan perubahan sensori (Halusinasi)

 Gangguan perubahan sensori (+)

P: Lanjutkan intervensi dengan:

 Melatih pasien untuk melawan halusinasinya


 Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukannya

setiap hari sesuai dengan kemampuannya

 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Menarik diri adalah usaha menghindari interaksi dengan orang lain,

individu tersebut merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tindakan

mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan pikiran, prestasi atau

kegagalan: Klien dengan menarik diri mempunayai tingkah laku: tidak nafsu

makan kurang bergairah aktifitas menurun, ekspresi wajah kurang berseri.

Mekanisme koping yang sering digunakan pada menarik diri adalah koping

yang berkaitan dengan kepribadian anti sosial dan koping berhubungan


dengan gangguan keperibadian. Setelah diberikan pengobatan klien sudah

mampu mengontrol emosi dan rasa menarik dirinya dengan perlahan-lahan

3.2. SARAN

Kepada tim kesehatan yang ada di rumah sakit jiwa supaya dapat

meningkat kan kerjasama. Agar prosses keperawatan dapat tercapai

seoptimal mungkin dan memberikan keterampilan kepada kllien untuk

mengisi hari2 yang telah di lewati klien di ruangan agar tidak sering melamun.

Diharapkan kepada keluarga dan perawat yang menerapkan pendekatan diri

dalam mengarahkan klien menujukesembuhan pada klien yang sudah di

rehabilitasi untuk selalu memriksakan secara teratur dan tidak menghentikan

keperawatan, nasehat dari dokter. Bagi keluarga dan perawat diharapkan

dapat menghindar klien dari berbagai stiuasi yang dapat menimbulkan

kembali gangguan/gejala dari penyakit.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. Buku Ajar Keperawatan Jiwa II. (Aplikasi Mental Psikiatri).

Hawari, D. 2000. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.

Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas indonesia.

Keliat, B. A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : ECG.

Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terinegrasi dengan

Keluarga. Fajar Intrapratama. Jakarta.

Stuart, GW. Dan Laraia, MT. 2001. Principles and Practice of psychiatric

Nersing. (7th ad) st. Louis, mosby. Stuart, GW. 2007. Buku Saku

Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC.


Supratiknya, Dr. A. 2002. Mengenal Prilaku Abnormal. Penerbit Kanisius

Yogyakarta.

Sukawati, M. 2009. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Persepsi

Sensori Halusinasi. Surakarta. Townsen, C, Marry. 1998. Diagnosa

Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Jakarta : EGC.

Widodo, A. 2003. Buku Ajar Keperawatan Jiwa 1. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai