Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Asma bronkial merupakan satu hiperreaksi dari bronkus dan trakea,


sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang bersifat
reversibel.Asma adalah penyakit dengan karakteristik sesak napas dan
wheezing, dimana frekuensi dan keparahan dari tiap orang berbeda. Asma
bronkial menjadi sala satu masalah kesehatan utama baik di negara maju
maupun di negara berkembang. Menurut data dari laporan Global Initiatif
For Asthma (GINA) tahun 2017 dinyatakan bahwa angka kejadian asma
dari berbagai negara adalah 1-18% dan diperkirakan terdapat 300 juta
penduduk di dunia menderita asma. Prevelensi asma menurut Word Health
Organization (WHO) tahun 2016 memperkirakan 235 juta penduduk dunia
saat ini menderita penyakit asma dan kurang terdiagnosis dengan angka
kematian lebi dari 80% di negara berkembang.

Angka kematian asma bronkial di Indonesia berdasarkan data Riset


Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 mencapai 4,5%. Survei
Kesehatan Rumah tangga tahun 2005 mencatat 225.000 orang meninggal
karena asma, dan menurut kementerian RI tahun 2011 penyakit asma
masuk dalan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia
dengan angka kematian sebesar 20% pada 10 tahun mendatang, jika tidak
terkontrol dengan baik. Sekitar satu dari 22 orang menderita asma
(Riskesdas,2013).Namun, hanya 54% yang didiagnosis dengan hanya 30%
kasus terkontrol dengan baik asma di Indonesia tahun 2015.

Untuk mencegah penyakit asma bronkial maka perawat sangat


dibutuhkan dalam memberikan tindakan oksigennasi bagi pasien asma
bronkial oleh perawat. Tindakan ini merupakan tindakan kolaborasi dengan
dokter untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi. Sehingga perawat dituntut
lebih profesional dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan asma bronkial.Angka asma bronkial di RSUD Karel sadsuitubun
Langgur pada tahun 2016 sebanyak 86 orang, dan tahun 2017 sebanyak
66 orang, pada tahun 2018 sebanyak 44 orang.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik mengangkat judul


"Asuhan keperawatan pada pasien Asma bronkial dalam pemenuhan
kebutuhan oksigenasi di ruangan pria RSUD Karel sadsuitubun Langgur".

1.2.Rumusan masalah

Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan asma


bronkial dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi?

1.3.Tujuan studi kasus

Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien Asma bronkial dengan


pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

1.4.manfaat studi kasus

Studi kasus ini, di harapkan memberikan manfaat bagi :

1.4.1.bagi masyarakat

Meningkatkan pengelolaan pasien asma bronkial dalam pemenuhan


kebutuhan oksigenasi.

1.4.2.Bagi RSUD Karel sadsuitubun Langgur

Kiranya dapat meningkatkan pelayanan kesehatan untuk


penanganan pasien dengan penyakit Asma Bronkial
1.4.3.Bagi peneliti lanjutkan :

Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi sumber dasar dalam


melakukan penelitian lanjutan
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Konsep Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

2.1.1.Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan


suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam,2009)

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) pengkajian keperawatan pada asma


bronkial, meliputi :

2.1.1.1 Data Biologis

Biodata asma bronkial dapat menyerang segala usia tetapi lebih sering
dijumpai pada usia dini. separuh kasus timbul sebelum 10 tahun dan
sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun predisposisi laki-
laki dan perempuan di usia 1-5 tahun sebesar 2 : 1 yang kemudian
sama pada usia 30 tahun.

2.1.1.2. Riwayat Kesehatan

a.Keluhan utama

Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah dispnea
(sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan),dan mengi (pada
beberapa kasus lebih banyak paroksimal).

b. Riwayat kesehatan dahulu


Terdapat data yang menyatakan adanya faktor prediposisi timbulnya
penyakit ini diantaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit
saluran nafas bagian bawah ( rhinitis,urtikaria dan ekstrim).

C. Riwayat kesehatan keluarga

Klien dengan asma bronkial seringkali didapatkan adanya Riwayat


penyakit keturunan tetapi pada beberapa klien lainnya.

2.1.1.3. Pemeriksaan fisik

Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik melalui persistem


sebagai berikut:

a. Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita kesadaran suara bicara tinggi badan berat


badan dan tanda-tanda vital biasanya pada penderita diabetes
didapatkan berat badan yang diatas normal/obesitas.

b. Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan, rambut, apakah ada pembesaran pada


leher, kondisi mata, hidung, mulut dan apakah ada kelainan pada
pendengaran. Biasanya pada penderita asma bronkhial ditemui
penglihatan yang kabur/ganda serta diplopia dan lensa mata yang
keruh,telinga kadang-kadang berdenging, lidah sering terasa tebal,
ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah.

c.sistem integumen

Biasanya pada penderita asma bronkhial akan ditemui turgor kulit


menurun, kulit menjadi kering dan gatal. jika ada luka atau maka warna
sekitar luka akan memerah dan menjadi warna kehitaman jika sudah
kering. Pada luka yang susah kering dan biasanya akan menjadi
gangren.

d. Sistem pernafasan

1. Inspeksi

a. Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada posisi


duduk.

b. Dada di observasi dengan membandingkan satu sisi dengan


yang lainnya

c. Tindakan dilakukan dari atas (apeks)sampai ke bawah.

d. Inspeksi taurat posterior meliputi warna kulit dan kondisinya, lesi


massa, dan gangguan tulang belakang, seperti kifosis,skoliosis
dan lordosis.

e. Catat jumlah,irama, kedalaman pernapasan dan kemestrian


pergerakan dada.

f. Observasi tipe pernapasan, seperti pernapasan hidung,


pernapasan diafragma, dan gangguan otot bantu pernapasan.

g. Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi(I)


dan fase ekspirasi (E) rasio dari fase ini normalnya 1:2 pada fase
ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada
jalan napas dan sering ditemukan pada klien kronic airflow
limitation (CAL)/chornic obstruktuve pulmonary diseases (COPD).

h. Kelainan pada bentuk dada.


i. Observasi kesemetrian pergerakan dada. gangguan pergerakan
atau tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit
pada paruh atau pleura.

j. Observasi trakea abnormal ruang unterkostal selama inspirasi,


yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.

2.palpasi

a. Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan


mengobservasi abnormalitas mengidentifikasikan keadaan kulit,
dan mengetahui vokal/tactile premitus (vibrasi).

b. Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat


inspeksi seperti: mata, lesi, bengkak,

c. Vokal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan


ketika berbicara

3.perkusi

Suara perkusi normal:

a. Resonan (Donor) : bergaung nada terindah. dihasilkan pada


jaringan parunormal.

b. Dullness: bunyi yang pendek serta lemah di temukan di atas


bagian jantung, mamae, dan hati.

c. Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan di atas perut yang


berisi udara.

Suara perkusi abnormal :


a. Hiperrsonan (Hipersonor) berngaung lebih renda dibandingkan
dengan ressonan dan 23 timbul pada bagian paru yang berisi
darah.

b. Flatness sangat dullness. Oleh karena itu, adanya lebih tinggi.


Dapat didengar pada perkusi daerah hati, dimana area nya
seluruhnya berisi jaringan.

4.Auskultasi

a. bunyi nafas tambahan (abnormal), dan suara.


b. Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui
jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
c. Suara nafas normal meliputi bronkial, bronko vesikular dan
vesikular.
d. Suara nafas tambahan meliputi wheezing, pleural friction rub dan
crackles.a. Merupakan pengkajian yang sangat bermakna,
mencakup mendengarkan bunyi nafas normal.

E.Sistem kardiovaskuler

Pada penderita asma bronkhial biasanya akan ditemui pervusi jaringan


menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/brardikardi,hipertensi/hipotensi aritmia, kardiomegalis.

F.Sistem Gastrointestinal

Pada penderita asma bronkhial biasanya ditemui terjadi polifagi,


polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan berat
badan, peningkatan lingkar abdomen dan obesitas.

G.Sistem Perkemahan
Pada penderita asma bronkhial biasanya ditemui terjadinya poliuri,
retensio urine, inkontinensia urine, terasa panas atau sakit saat
berkemih.

H. Sistem Muskuluskletal

Pada penderita asma bronkhial biasanya ditemui terjadinya penyebaran


lemak, penyebaran massa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.

I.Sistem Neurologis

Pada penderita asma bronkhial biasanya ditemui terjadinya penurunan


sensoris, parastesia, anestesia,letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi dan rasa kesemutan pada tangan atau kaki.

2.1.1.4.Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Muttaqin (2008) pemeriksaan diagnostik asma bronkial adalah :

a. Pemeriksaan laboratorium

1. Pemeriksaan sputum

Pewarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut


kemudian diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik.

2. Pemeriksaan darah ( Analisa Gas Darah /AGD/astrub)

a. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau osidosis.
b. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH
c. Hipponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas
15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
3. Sel Eosinofil

Sel Eosinofil pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai


1000-1500/mm3 baik asma intrinsik ataupun ekstrinsik, sedangkan
hitung sel Eosinofil normal antara 100-200/mm3. perbaikan fungsi
paru disertai penurunan hitung jenis sel Eosinofil menunjukkan
pengobatan telah tepat.

a.Pemeriksaan Penunjang

1. 1.Pemeriksaan Radiologi

Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hyperinflasi pada


paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga
intercostalis, serta diafragma yang menurun.

2. Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen


yang menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

3. Scanning Paru

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa


redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru-paru.

4. Spirometer

Untuk menegakkan diagnosis juga untuk menilai beratnya


obstruksi dan efek pengobatan.

5. peak flow meter/PFM


Peak flow meter merupakan alat pengukur faal paru sederhana,
alat tersebut digunakan untuk mengukur jumlah udara yang
berasal dari paru.

6. X-ray Dada/Thorakx

Dilakukan untuk menyingkirkan penyakit yang tidak disebabkan


asma

7. Pemeriksaan IgE

Uji tusuk kulit (skin prick test) untuk menunjukkan adanya antibodi
IgE spesifik pada kulit. uji tersebut untuk menyokong analisis dan
mencari faktor pencetus.

8. Tanda inflamasi

Penilaian semi-kuantitatif inflamasi saluran napas dapat dilakukan


melalui biopsi paru, pemeriksaan sel Eosinofil dalam sputum, dan
kadar oksidasi nitrit udara yang dikeluarkan dengan napas.

9. web of caution (WOC) secara teorits

10. Analisa data

Merupakan proses berfikir secara ilmiah berdasarkan teori yang


dihubungkan dengan data-data yang ditemukan saat pengkajian
menginterpretasikan data atau membandingkan dengan standar
fisiologis yang telah dianalisa maka akan didapatkan penyebab
terjadinya masalah pada klien (Wong Donna L,2009)
2.1.2.DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan standar diagnosa keperawatan SDKI,DPP,PPNI (2017). Bahwa


diagnosa kperawatan pada asma bronkial adalah :

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas


d.d. Dyspnea
2. Bersihkan jalan Napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan d.d.Sputum berlebih
3. Ganguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perkusi d.d. Dyspnea
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen d.d. Dyspnea saat/beraktivitas
5. Ganguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
d.d.Mengeluh sulit tidur.

2.1.3.INTERVENSI KEPERAWATAN

Menerut (tim pokja SLKI DPP PPNI,2017) dan (tim pokja SIKI DPP PPNI,
2018).

N Diagnosa Luaran Intervensi


o

1. Pola nafas Setelah di Menajemen jalan napas


tidak efektif lakukan
berhubungan intervensi Observasi
dengan keperawatan
 monitor pola napas
hambatan selama 2x24
(frekuensi,kedalaman,usaha napas)
upaya napas jam , maka
d.d. Dyspnea pola napas  monitor bunyi napas tambahan (mis.
membaik Gurgling,mengi,wheezing,ronkhi
dengan kering)
kriteria hasil
 Monitor sputum
 Dispnea
(cukup (jumlah,warna,aroma).
menurun)
Terapeutik
 Penggunaa
n otot bantu  Posisi semi fowler atau fowler
napas
 Berikan minum hangat
(cukup
menurun)  Lakukan fisioterapi dada,jika perlu
 Frekuensi Edukasi
napas
(cukup  Ajarkan Teknik batuk efektif
membaik)
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,mukolitk,jik
a perlu.

2. Bersihkan Setelah di Latihan batuk efektif


jalan Napas lakukan
tidak efektif Tindakan Observasi
berhubungan keperawatan
 Identifikasi kemampuan batuk
dengan selama 2x24
sekresi yang jam,maka  Monitor adanya retensi sputum
tertahan Bersihan
d.d.Sputum jalan napas Terapeutik
berlebih Meningkat,de
ngan kriteria  Atur posisi semi fowler atau fowler
hasil:  Buang secret pada tempat sputum
 Produksi Edukasi
sputum
(cukup  Anjurkan Tarik napas dalam melaluli
menurun) hidung delama 4 detik,ditahan 2
detik,kemudian keluarkan dari mulut
 Wheezing dengan bibir mencucu (di bulatkan)
(cukup selama 8 detik
menurun)
 Anjurkan menggulangi Tarik napas
 Pola napas dalam 3 kali
(cukup
membaik) Kolabrasi
 Kolaborasi pemberia mukotolik atau
ekspektoran,jika perlu

3. Ganguan Setelah di Pemantauan respirasi


pertukaran lakukan
gas Tindakan Observasi
berhubungan keperawatan
 Monitor frekuensi,irama,kedalaman
dengan selama 2x24
dan upaya napas
ketidakseimba jam, maka
ngan ventilasi pertukaran  Monitor pola napas (seperti
perkusi d.d. gas bradypnea,takipnea,hiperventilasi,kuss
Dyspnea meningkat, maul,Cheyne-strokes,biot,ataksik)
dengan
kriteria hasil :  Monitor kemampuan batuk efektif

Dispnea  Auskultasi bunyi napas


(cukup
menurun) Terapeutik

Bunyi napas  Atur interval pemantauan respirasi


tambahan sesuai kondisi pasien
(cukup )  dokumentasi hasil pemantauan
Takikardi Edukasi
(cukup
membaik)  iformasikan hasil pemantauan,jika
perlu

4. Intoleransi Setelah di Manajemen enegi


aktivitas lakukan
berhubungan intervensi Observasi
dengan keperawatan
 identifikasi ganguan fungsi tubuh yang
ketidakseimba selama 2x24
mengakibatkan kelelahan
ngan antara jam, maka
suplai dan toleransi  monitor kelelahan fisik dan emosional
kebutuhan aktivitas
oksigen d.d. meningkat,de  monitor pola dan jam tidur
Dyspnea ngan kriteria
saat/beraktivit hasil: terapeutik
as  sediakan lingkungan nyaman dan
 frekuensi
nadi (cukup rendah stimulus
meningkat) (mis.cahaya,suara,kunjungan)
 frekuensi edukasi
napas
(cukup  anjurkan tirah baring
membaik)
 anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
kolaborasi
 kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan

5. Ganguan pola Setelah di Dukungan tidur


tidur lakukan
berhubungan intervensi Observasi
dengan keperawatan
 identifikasi pola aktivitas dan tidur
hambatan selama 2 x 24
lingkungan jam maka  identifikasi faktor penggangu tidur (fisik
d.d.Mengeluh pola tidur dan atau psikologi)
sulit tidur. membaik
dengan kritria  identifikasi makanan yang dan
hasil minuman yang menggangu tidur
(mis.kopi,the,alcohol,makan mendekati
 keluhan sulit tidur )
tidur (cukup
meningkat) terapeutik

 keluhan  modifikasi lingkungan (mis


sering pencahayaan,kebisingan,suhu,matras
terjaga dan tempat tidur)
(cukup
meningkat)  tetapkan jadwal tidur rutin
 lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan
Edukasi
 anjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur
 anjurkan makanan atau minuman yang
menggangu tidur
 anjutkan penggunaan obat idur yang
tidak mengandung supersor terhadap
tidur REM

2.2.KONSEP ASMA BRONKIAL

2.2.1. Pengertian asma Bronkial

Asma Bronchial adalah penyakit pernapasan konstruktif yang ditandai oleh


spasme aktu otot polos Bronkiolus. hal ini menyebabkan obstruksi aliran
udara dan penurunan ventilasi alveolus (Sari,2013). Asma merupakan bentuk
inflamasi kronis yang terjadi pada saluran jalan napas dengan
memperlihatkan berbagai inflamasi sel dengan gejala hiperaktivitas bronkus
dalam berbagai tingkatan, obstruksi jalan napas, dan gejala pernapasan yang
lain(mengi dan sesak) (Arief Manjoer,dkk.2001 dalam Riyadi 2011).

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruksi intermitten reversibel di mana


trakea dan bronchi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu.
Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas yang
mengakibatkan dispneu, batuk dan mengi (Smeltzer,2002).

2.2.2.Penyebab

Penyebab asma bronchial terdiri dari dua ( Sari,2013 ),yaitu :

1. Faktor ekstrinsik ( asma imunologik/ asma alergi)

1.reaksi antigen-antibodi

2.inhalasi alergen (debu,serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)

2.faktor intrinsik (asma non imunologi/ asma non alergi).

1. infeksi:parainflueza virus, pneumonia,mycoplasma.

2. fisik :cuaca dingin, perubahan temperature

3. iritan: kimia
4. Polusi udara:CO, asap rokok, parfum

5. Emosional :takut,cemas dan tegang

6. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus

2.2.3.Tanda dan gejala

Gambaran klinis asma klasik adalah serangan episodik batuk,mengi dan


sesak napas. pada gejala awal sering gejala tidak jelas seperti rasa berat
di dada, dan pada asma alergik mungkin disertai pilek atau bersin.
meskipun pada mulanya batuk tanpa disertai sekret, tetapi pada
perkembangan selanjutnya pasien akan mengeluarkan sekret baik yang
mukoid, putih kadang-kadang purulen. ada sebagian kecil pasien asma
yang gejalanya hanya batuk tanpa disertai mengi, dikenal dengan istilah
Cough variant asthma. bila dicurigai seperti itu maka perlu dilakukan
pemeriksaan spirometri sebelum dan sesudah bronkodilator atau uji
provokasi bronkus dengan metakolin (Sundara,2001).

Tanda dan gejala yang dialami oleh penderita asma bronchial (Corwin,
2009).Adalah:

1. Batuk, terutama di malam hari

2. pernapasan yang dangkal dan cepat.

3. Yang dapat terdengar pada auskultasi paru biasanya Mebgi terdengar


hanya saat ekspirasi,kecuali kondisi pasien parah.peningkatan usaha
bernafas, ditandai dengan retraksi dada, disertai perburukan kondisi,
napas cuping hidung.

4. Kecemasan yang berhubungan dengan ketidakmampuan mendapat


udara yang cukup.
2.2.4.Patofisiologi

Obstruksi saluran nafas pada asma merupakan kombinasi spasme otot


bronkus, sumbatan mukus, edema dan inflamasi dinding bronkus. Obstruksi
bertambah berat selama ekspirasi karena secara fisiologis saluran napas
menyempit pada fase hal ini mengakibatkan udara distal tempat terjadinya
obstruksi sebab tidak di ekspirasi.Selanjutnya terjadi peningkatan volume
residu, kapasitas residu fungsional (KRF) dan pasien akan bernapas pada
volume yang tinggi mendekati kapasitas total paru-paru (KPT). Keadaan
hiperinflasi ini bertujuan agar saluran nafas tetap terbuka dan pertukaran gas
berjalan lancar. Untuk mempertahankan hiperinflasi ini diperlukan otot bantu
nafas. Gangguan yang berupa obstruksi saluran napas dapat dinilai secara
objektif dengan VEP (volume ekspirasi paksa detik pertama) atau
penyempitan saluran napas dapat terjadi baik pada saluran nafas yang
besar, sedang, maupun kecil. Gejala ini menandakan ada penyempitan di
saluran napas besar, sedangkan pada saluran napas yang kecil, gejala batuk
dan sesak lebih dominan dibanding mengi.

2.2.5.Komplikasi

Komplikasi asma meliputi status asmatikus, hipoksemia, pneumothoraks


emfisema, deformitas toraks, gagal nafas (Lawrence,2002; sundaru, 2007).

2.2.6. pemeriksaan penunjang

Pengukuran fungsi paru (Spirometri),Uji bronkus, pemeriksaan sputum,


pemeriksaan eosinofil total,Uji kulit, pemeriksaan kadar IgE total dan IgE
spesifik dalam sputum, foto dada, analisis gas darah. Dalam kurung Nanda
niknok 2016
2.2.7.Penatalaksanaan

Penatalaksanaan asma dibedakan menjadi dua yaitu farmakologis dan non


farmakologis.

1. secara farmakologis pengobatan asma menggunakan reliever yaitu


obat yang berfungsi untuk menghilangkan obstruksi dan controller
sebagai anti inflamasi(Rengganis,2008).
2. Secara non farmakologis penatalaksanaan pada pasien asma pada
dasarnya dapat dibedakan secara fisik maupun psikologis, secara fisik
pada saat serangan dapat diberikan tindakan fisioterapi yang salah
satu unsur didalamnya terdapat massage pada area punggung,
adanya kesadaran penderita asma akan arti penting exercise (karena
dengan olahraga seperti senam asma, renang, jogging dan
peningkatan aktivitas secara bertahap dapat mengurangi gejala
asma), latihan pernafasan dengan cara menghembuskan nafas secara
tepat (hal ini akan mengurangi karbondioksida di paru-paru dan
membuat rileks saluran pernapasan), mengetahui adanya faktor
pencetus. Penanganan secara psikologis antara lain: pentingnya
edukasi pada penderita asma tentang penyakitnya dan bagaimana
menyikapinya, mengenali faktor alergi (tungau, debu rumah, alergen
pada hewan, jamur, polusi udara), pemberian support untuk
mengontrol emosi saat serangan sehingga pernapasan berangsur
teratur dan sesak nafas berkurang (Musliha,2010).

2.3.KONSEP KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA PASIEN ASMA


BRONKIAL

Oksigen adalah suatu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme. Oksigen yang memegang peranan penting dalam semua
proses tubuh secara fungsional, tidak adanya oksigen akan menyebabkan
tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat
menimbulkan kematian titik oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan
yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh (Hidayat A.A,2011). Baru

Kebutuhan oksigenasi pada pasien asma bronkial sangatlah penting


sehingga kebutuhan oksigenasi harus terpenuhi. Pada pasien asma bronkial
ditemukan gejala sesak dan nafas sendal-sendal, sehingga kebutuhan
oksigen tidak terpenuhi. Serangan asma bronkial terjadi akibat penyempitan
jalan nafas (penyempitan bronkus) sehingga pasien asma sangat merasa
sesak.

Upaya yang paling penting dalam penyembuhan dan perawatan yang tepat
memerlukan tindakan yang utama dalam menghadapi pasien dengan asma
bronkial untuk mencegah komplikasi lebih fatal diharapkan pasien dapat
sembuh kembali. Intervensi utama adalah memenuhi kebutuhan oksigen ASI
pada pasien asma bronkial, kerjasama dengan tim kesehatan dan keluarga
sangat diperlukan agar berjalan dengan lancar.

Penanganan yang tepat bagi obstruksi jalan nafas yang adalah dengan cara
pemberian oksigen dan pengobatan berulang. Oksigen diberikan minimal
94% dalam tubuh yang dianjurkan pada pasien dengan penderita asma
bronkial, pemberian oksigen dapat dilakukan melalui masker RM atau NRM
maupun kanul nasal sesuai dengan kebutuhan dari pasien itu sendiri.
Konsentrasi oksigen yang tinggi dalam pemberian terapi dapat menyebabkan
peningkatan kadar PCO2 dalam tubuh pada pasien dengan asma bronchial.
Walaupun pemberian terapi oksigen digunakan secara seri dan luas dalam
perawatan pasien asma bronkial, pemberian oksigen seringkali tidak akurat,
sehingga pemberian, monitoring, dan evaluasi terapi tidak sesuai (Perrin ET
Al,2011).
Pemberian terapi oksigen ASI dalam asuhan keperawatan memerlukan dasar
pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya oksigen
dari atmosfer sehingga sampai tingkat sel melalui alveoli paru dalam proses
respirasi. Maka perawat harus memahami indikasi pemberian oksigen, dan
metode pemberian oksigen.

2.3.1.Penanganan medis (Saputra L,2013)

1. Pemberian oksigenasi melalui nasal kanula


Pengertian :
Terapi oksigen adalah tindakan Keperawatan dengan cara
memberikan oksigen ke dalam paru melalui saluran pernafasan
dengan menggunakan alat bantu oksigen.
Tujuan :
1. Mengatasi hipoksemia/hipoksia
2. Sebagai tindakan pengobatan
3. Untuk mempertahankan metabolisme
Alat dan bahan :
1. Tabung oksigen lengkap dengan flow meter dan humidifier
2. Kanula nasal dan selang oksigen
3. Plester jika perlu
Prosedur kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur kepada pasien
3. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan
4. Atur posisi pasien pada posisi semifowler atau sesuai kondisi pasien
5. Sambungkan kanula pada set oksigen dan sesuaikan flow meter.
6. Cek apakah oksigen sudah keluar melalui kanula nasal, apakah
timbul gelembung pada humidifier, atau selang oksigen terlipat.
7. Cetakan cabang kanula pada lubang hidung. atur selang dengan
melingkarkan nya di kepala atau menyelipkannya pada telinga
8. Anjurkan pasien untuk bernapas melalui hidung dengan mulut
tertutup
9. Catat pemberian dan lakukan observasi setiap 6-8 jam
10. Cuci tangan

2. Pemberian nebulizer

Pengertian

Alat nebulizer dapat mengubah obat berbentuk larutan menjadi aerosol


secara terus-menerus, dengan tenaga yang berasal dari udara yang
didapatkan atau gelombang ultrasonik. Merupakan suspensi berbentuk
padat atau cair dalam bentuk gas dengan tujuan untuk menghantarkan
obat ke target organ dengan efek samping minimal dan dengan
keamanan dan efektivitas yang tinggi.

Tindakan ini merupakan tindakan kolaborasi antara dokter dan


perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien asma
bronkial

Tujuan

1. Mengobati peradangan saluran pernafasan bagian atas.


2. Menghilangkan sesak karena selaput lendir saluran nafas bagian atas
sehingga lendir menjadi encer dan mudah keluar.
3. Menjaga selaput lendir dalam keadaan lembab.
4. Melegakan pernafasan.
5. Mengurangi pembengkakan selaput lendir
6. Mencegah pengeringan selaput lendir.
7. Mengendurkan otot dan menyembuhkan batuk.
8. Menghilangkan gatal pada kerongkongan.

Cara kerja nebulizer

Cara kerja nebulizer adalah dengan penguapan. Jadi obat-obatnya


diracik ( berupa cairan ) dimasukkan ke tabung yang lalu dengan bantuan
listrik menghasilkan uap yang dihirup dengan masker khusus. Tidak ada
bau apa-apa, jadi rasanya seperti bernapas biasa. Terapi penguapan
sekitar 5-10 menit, 3 kali sehari ( seperti jadwal pemberian obat). Dapat
dipakai bayi 0 bulan, anak-anak hingga dewasa. Pengobatan nebulizer ini
lebih efektif dari obat orang lainnya. Karena langsung dihirup masuk ke
paru-paru, sehingga dosis yang dibutuhkan lebih kecil otomatis juga lebih
aman.

Obat untuk nebulizer

1. Pulmicort: kombinasi antiradang dengan obat yang melonggarkan


saluran nafas
2. NaCl : mengencerkan dahak
3. Bisolvon cair : mengencerkan dahak
4. Antroven : melonggarkan saluran nafas
5. Berotex : melonggarkan saluran nafas
6. Inflamed : anti radang
7. Comviven : kombinasi untuk saluran nafas
8. Meptin: melonggarkan saluran napas

2.3.2.PENANGANAN KEPERAWATAN (SAPUTRA L,2013).

1. Pemberian posisi semi Fowler

Pengertian:posisi semi Fowler adalah posisi setengah duduk yang


membentuk 30-60 °
Tujuan :memberikan kenyamanan pada pasien dan mengurangi sesak

Indikasi : pada pasien yang mengalami sesak nafas

Prosedur :

A.Tahap irainteraksi

1. Memastikan kembali identitas pasien


2. Mengkaji keluhan dan tanda sesak nafas
3. Mempersiapkan peralatan
a. Bantal 2-5 buah
b. Sandaran atau punggung (regestin)
c. Sarung tangan

4. Seluruh peralatan diletakkan Troli atau tempat yang bersih

5. Menjaga privasi pasien dan keluarga

B. Tahap orientasi

1. Memberikan salam kepada pasien


2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
4. Mengatur posisi pasien senyuman mungkin
5. Mi minta pasien untuk bekerjasama selamat tindakan dilakukan

C. Tahap kerja

1. Perawat mencuci tangan


2. Perawat memakai masker dan memakai sarung tangan
3. Mendekatkan peralatan ke pasien
4. Membantu pasien untuk duduk di tempat tidur
5. Menyusun bantal dengan sudut ketinggian 30-60°
6. Perawat berdiri di samping kanan menghadap ke pasien
7. Menganjurkan pasien untuk menekuk kedua lutut
8. Menganjurkan pasien untuk menopang badan dengan kedua lengan
9. Menganjurkan pasien untuk mendorong badannya ke belakang
10. Melepas sarung tangan dan masker
11. Merapikan kembali peralatan dan pasien
12. Perawat mencuci tangan

D. Tahap terminasi

1. Mengevaluasi respon pasien


2. Perawatmenyampaikan informasi mengenai perawatan
3. Mengakhiri kegiatan memberikan salam

E. Dokumentasi

1. Tulis tindakan yang sudah dilakukan


2. Waktu
3. Evaluasi
4. Respon
5. Paraf
6. Nama mahasiswa

2.Latihan relaksasi napas dalam

Pengertian :

Latihan nafas dalam yang bertujuan membantu pengembangan paru dan


mendistribusikan secret yang ada di paruh agar dapat dikeluarkan.

Tujuan :

1. Menjelaskan pengertian napas dalam


2. Menjelaskan teknik napas dalam yang benar

Persiapan pasien :

1. Memperkenalkan diri
2. Bina hubungan saling percaya
3. Meminta pengunjung atau keluarga meninggalkan ruangan
4. Menjelaskan tujuan
5. Menjelaskan langkah prosedur yang akan dilakukan
6. Menyepakati waktu yang akan digunakan

Persiapan alat dan bahan :

1. Pelumas ( minyak hangat/ lotion)


2. Handuk
3. Bantal
4. Perlak alas

Persiapan lingkungan:

1.sampiran

Prosedur kerja :

1. Cucin tangan
2. Jelaskan prosedur kepada pasien
3. Atur posisi pasien
4. Anjurkan pasien untuk menarik nafas dengan kekuatan penuh dari
perut dan dialirkan ke dalam paru-paru
5. Anjurkan pasien untuk menahan napas selama 1-6 detik dan
menghembuskan nafas melalui mulut.
6. Catat respon yang terjadi
7. Cuci tangan
BAB 3

METODOLOGI PENULISAN

3.1.RENCANA STUDI KASUS

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian dilakukan


untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena
(Notoatmojo,2010).Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan asuhan
keperawatan pada pasien asma bronkial dalam pemenuhan kebutuhan
oksigenasi di ruang Pria RSUD Karel Sadsuitubun Langgur.

3.2.SUBJEK STUDI KASUS

Subjek studi kasus adalah subjek yang ditujukan untuk diteliti oleh peneliti
atau subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti peneliti
(Arikunto,2009).

Subjek dalam penelitian ini sebanyak 2 orang pasien yang menderita asma
bronkial dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan kriteria sebagai
berikut :

3.2.1.kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu di penuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat di ambil sebagai sampel ( Notoatmojo,2010).
kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu :

3.3.1.1.pasien asma bronkial yang di rawat diruang pria

3.2.1.2.pasien dengan uasia antara 20-70 tahun.

3.2.1.3.pasien yang bersedia menjadi responden penelitian.


3.2.2.Kriteria Eksklusi Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang
tidak dapat di ambil sebagai sampel (Notoatmojo,2010). Kriteria ekslusi
dalam penelitian ini yaitu :

3.2.2.1.pasien yang bukan Asma Bronkial

3.2.2.2.pasien yang di bawah usia 20 dan di atas 70 tahun.

3.2.2.3.pasuen yang tidak bersedia untuk menjadi responden penelitian.

3.3.Fokus penelitian

Fokus studi dalam kasus ini adalah Asuhan Keperawatan pada pasien asma
bronkial dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi

3.4.Definisi Operasional

3.4.1.Asuhan keperawatan adalah suatu tindakan Keperawatan


Menolong pasien

3.4.2.Asma bronkial adalah penyakit yang menyerang sistem pernapasan

3.4.3.Oksigen adalah tindakan pemberian Oksigen dengan


menggunakan alat.

3.5.Tempat dan Waktu

3.5.1.Tempat :Studi kasus di lakukan di ruang Pria RSUD Karel


sadsuitubun Langgur.

3.5.2.Waktu :Studi kasus di lakukan pada tanggal 09 Mei sampai 11 Mei


2019.

3.6. Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam studi kasus ini adalah sebagai berikut dengan
menggunakan metode sebagai berikut :

3.6.1.Jenis data.

3.6.1.1.Data primer adalah data yang pertama kali di catat dan di


kumpulkan oleh peneliti dengan menggunakan Teknik :

1. wawancara yaitu proses tanya jawab antara peneliti dengan


pasien atau keluarga.
2. Observasi, proses pengamatan langsung peneliti terhadap
kondisi pasien
3. Pemeriksaan fisik, proses langsung peneliti memeriksa tubuh
pasien.

3.6.1.2.Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak


langsung melalui media perantara berupa bukti, catatan atau
laporan dalam sebuah arsip.

3.7. Analisa data dan penyajian data.

Dalam penelitian ini dapat disajikan dalam bentuk laporan asuhan


keperawatan pada pasien asma bronkial dalam pemenuhan kebutuhan
oksigenasi.

3.8. Etika studi kasus.

Menurut Notoatmojo (2010), masalah etika penelitian keperawatan sangat


penting karena penelitian ini berhubungan langsung dengan manusia,
sehingga perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
3.8.1.informed concent (lembar persetujuan)

Informed merupakan lembar persetujuan yang akan diteliti agar subjek


mengerti maksud dan tujuan penelitian. Bila responden tidak bersedia
maka peneliti harus menghormati hak-hak responden.

3.8.2.Confedenriality (Kerahasiaan).

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh


peneliti hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan kepada pihak
yang terkait dengan peneliti.

Anda mungkin juga menyukai