DI SUSUN OLEH :
NIM : 19CP1011
CI LAHAN CI INSTITUSI
A. Defenisi
Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika ruang
fisiologi meningkat maka akan dapat menyebab kan gangguan pada pertukaran gas
antara O2 dan (O2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi makin meningkat
sehingga terjadi sesak napas. Pada orang normal ruang mati ini hanya berjumlah
sedikit dan tidak terlalu penting namun pada orang dalam keadaan patologis pada
saluran pernapasn maka ruang mati akan meningkat.Begitu juga jika terjadi
peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran gas juga akan terganggu dan juga
dapat menebab kan dispnea.
Dyspnea atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernapas yang terjadiketika
melakukan aktivitas fisik. Sesak napas merupakan gejala dari beberapa penyakit dan
dapat bersifat akut atau kronis. Sesak napas dikenal juga dengan istilah “Shortness Of
Breath”.
Dyspnea adalah perasaan sulit bernapas yang terjadi ketika melakukan aktivitas
fisik. Sesak napas menrupakan gejala dari beberapa penyakit dan dapat bersifat akut
atau kronis.
B. Etiologi
Penyebab dyspnea menurut Djojodibrolo ( 2019) yaitu :
1. Sistem kardiovaskuler : gagal jantung
2. Sistem pernafasan : PPOK, penyakit parenkim paru, hipertensi pulnomal, faktor
mekanik diluar paru ( asites, efusi pleura )
3. Psikologis ( kecemasan )
4. Hematologi ( anemia kronik )
5. Otot pernafasan yang abnormal ( penyakit otot, kelumpuhan otot )
C. Manifestasi Klinik
Menifestasi klinis pada dyspepsia adalah :
a. Menifestasi pulmoner
Berupa keluhan atau tanda penyakit, baik akibat lansung maupun akibat tidak
langsung dari proses yang ada di paru. Menifestasi ini dapat berupa : a. menifestasi
fulmoner primer, merupakan tanda yang ditimbulkan langsung oleh proses
setempat.
b. Menifestasi ekstrapulmoner
Berupa perubahan-perubahan atau kelinan yang terjadi diluar paru akibat penyakit
yang ada di paru : a. metastasis, merupakan penyebaran penyakit paru keluar paru
seperti kanker paru menyabar ke tulang, hati, otok dan organg tubuh lainnya.
D. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar ( hepatitis ) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat"obatan dan bahan"bahan kimia.unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai
darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar pola normal pada
hepar terganggu.gangguan terhadap suplai darah normal pada sel"sel hepar. ini
menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel"sel hepar. Setelah lewat masanya sel"sel
hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan
oleh sel"sel hepar baru yang sehat.Oleh karenanya , sebagian besar klien yang
mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman
pada perut kuadran kanan atas. hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan
nyeri di ulu hati.
E. Pemeriksaan diagnostic
1. Riwayat penyakit atau pemeriksaan fisik
2. Foto rontgen dada
3. Pemeriksaan fungsi paru : menurutnya tidak volume , kapasitas vital, eosinophil
biasanya meningkatkan dalam darah sputum
4. Pemeriksaan alergi ( radioallergosorbent test : RAST )
5. Analisa gas darah – pada awalanya Ph meningkat , paCO2 turun ( alkalosis
respiratori ringan akibat hiperventilasi ) kemudian penurunan pH, penurunan pao2
dan peningkatan paCO2 ( asidosis respiratorik ).
6. Epinefrin
7. Metaprotenol
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas darah arteri
pemeriksaan diagnostic foto thorak , EKG
G. Komplikasi
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identifikai
Mendapatkan data identifikasi pasien meliputi nama, umur , jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor, registrasi, dandiagnosa medis.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : klien mengeluh sesak nafas, nyeri dada saat batuk
b. Riwayat penyakit sekarang : asma, CHF, AMI, ISPA
c. Riwayat penyakit dahulu : pernah menderita asma, CHF, AMI, ISPA, batuk
d. Riwayat penyakit keluarga : mendapatkan data riwayat kesehatan keluarga
pasien
4. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran : kesadaran
b. TTV : peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi
c. Head to toe
1. Mata : konjungtiva pucat ( karena anemi ), kongjungtiva sianosis ( karena
hipoksemia ), konjungtiva terdapat petechic ( karena emboli atau
endocarditis)
2. Mulut dan bibir : membrane mukosa sianosis, bernafas dengan
mengerutkan mulut
3. Hidung : pernafasan dengan cuping hidung
4. Dada : retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simestrik antara dada
kanan dan kira, suara nafas tidak normal.
5. Pola pernafasan : pernafasan normal, pernafasan cepat, pernafasan lambat
5. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan oksigenasi adalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi mukus
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak napas
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
6. Intervensi keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi mukus
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak sesak serta
mampu mengeluarkan secret.
Kriteria hasil :
1. Frekuensi irama dan kedalaman pernafasan normal
2. Adanya penurunan dyspepsia
3. Gas- gas darah dalam batas normal
Intervensi :
Intervensi :
1. Monitor pola nafas
Rasional : untuk mengetahui frekuensi nafas
2. Monitor bunyi nafas
Rasional : untuk mengetahui adanya bunyi wheezing
3. Identifikasi TTV
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum
4. Berikan posisi semifowler
Rasional : membantu pengembangan paru dengan mengurangi tekanan dan
abdomen diafragma
5. Kolabirasi pemberian O2
Rasional ; agar kebutuhan oksigen dalam tubuh terpenuhi
Kriteria Hasil:
1. Pola tidur kembali normal
2. Pola tidur tidak terngganggu
3. Tidak mengalami kesulitan tidur
Intervensi :
Intervensi :