Disusun Oleh :
Sri Ning Brahmana Sudarmi
2208018
a. Pengertian
Dispnea atau sering disebut sebagai sesak napas adalah sensasi subjektif
dari pernapasan yang tidak normal seperti sensasi bernapas dengan intensitas yang
semuanya. Dispnea dapat berupa akut atau kronis, akut terjadi selama berjam-jam
sampai berhari-hari sedangkan kronis terjadi selama lebih dari 4 sampai 8 minggu.
Kondisi dispnea juga sering dialami oleh pasien yang membutuhkan perawatan
paliatif antara lain pada kanker stadium lanjut, gagal jantung dan penyakit paru-
paru kronis Lebih dari 50% kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh ketiga
Dyspnea atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernapas yang terjadi
ketika melakukan aktivitas fisik. Sesak napas merupakan gejala dari beberapa
penyakit dan dapat bersifat akut atau kronis. Sesak napas dikenal juga dengan
trauma dada.
disebabkan oleh:
1) Pilek
2) Alergi
4) Asma
5) Anemia
6) Sinosis
7) Hipertensi
8) Hipotensi
12) PPOK
Beberapa penyakit medis yang telah dipaparkan penyebab paling sering kesulitan
bernafas ialah Asma, PPOK, atau kasus yang memiliki hubungan pada 6 paru-
paru serta jantung, kesulitan bernafas disebabkan karena hal demikian umumnya
Gejala yang paling sering muncul dari sesak nafas (dispnea) yakni kesulitan
1) Nafas pendek
2) Nafas cepat
5) Merasa ketidaknyamanan
6) Gejala itu dapat terjadi sebentar ataupun bisa berpotensi menjadikan gejala
d. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai
darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal
pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar
sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan
digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak
nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya
bilirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal,
tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka
terjadi kesukaran pengangkutan bilirubin tersebut di dalam hati. Selain itu juga
dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat
3) EKG
Oksigenasi
a) Memposisikan pasien pada posisi setengah duduk atau berbaring dengan bantal
yang tinggi
b) Diberikan oksigen sebanyak 2-4 liter per menit tergantung derajat sesaknya
Terapi Farmako
a) Olahraga teratur
b) Menghindari alergen
c) Terapi Emosi
Farmako
Bronkodilator
a). Look (lihat) apakah penderita mengalami agitasi atau kesadarannya menurun.
a). Look (lihat) naik turunnya dada yang simetris dan pergerakan dinding dada
dan pergerakan dada, palpasi terhadap kelainan dinding dada yang mungkin
dalam paru.
b). Listen (dengar) adanya pergerakan udara pada kedua sisi dada. Penurunan atau
tidak terdengarnya suara nafas pada satu atau hemitoraks merupakan tanda
c). Gunakan pulse oximeter. Alat ini mampu memberikan informasi tentang
saturasi oksigen dan perfusi perifer penderita, tetapi tidak memastikan adanya
tekanan diastolik)
c) Jika aliran darah ke organ vital sudah dapat dipertahankan lagi, maka
timbullah hipotensi
d) Perdarahan yang tampak dari luar harus segera dihentikan dengan balut
e) Ingat, khusus untuk otorrhagia yang tidak membeku, jangan sumpal MAE
(Meatus Akustikus Eksternus) dengan kapas atau kain kasa, biarkan cairan
atau darah mengalir keluar, karena hal ini membantu mengurangi TTIK
4. Disability
c). Nilai kuat motorik kiri dan kanan apakah ada parese atau tidak
Semua pakaian yang menutupi tubuh penderita harus dilepas agar tidak ada cedera
1. Identitas
2. Riwayat kesehatan
dengan oksigen.
➢ Pola metabolik-nutrisi
➢ Pola eliminasi
Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi),
➢ Aktivitas-latihan
➢ Pola istirahat-tidur
➢ Pola persepsi-kognitif
Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien terganggu
(gemuk/ kurus).
➢ Pola reproduksi-seksual
4. Pemeriksaan fisik
➢ Kesadaran: kesadaran menurun
➢ TTV: peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi
➢ Head to toe
a) Mata: Konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis (karena
endokarditis)
mengerutkan mulut
d) Dada: Retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris antara dada
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan D.0001
Terapeutik
a. Posisikan
semi fowler
atau fowler
b. Berikan
minum
hangat
c. Berikan
oksigen, jika
perlu
Edukasi
a. Anjurkan
Teknik
batuk
efektif
Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
bronkodilat
or,
ekspektora
n,
mukolitik
jika perlu
2 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Pemantauan
efektif b.d asuhan keperawatan Respirasi
sekresi yang selama 1 x 7 jam (1.01014)
tertahan D.0005 diharapkan pola napas
membaik (L.01004) Observasi
dengan kriteria hasil: a. Monitor
1. Dispnea menurun (5) frekuensi,
2. Penggunaan otot irama,
bantu napas kedalaman,
menurun (5) upaya napas
3. Frekuensi nafas b. Monitor pola
membaik (5) napas
c. Monitor
adanya
sumbatan
jalan napas
d. Monitor
saturasi
oksigen
Terapeutik
a. Atur
interval
pemantauan
respirasi
sesuai
kondisi
pasien
b. Dokument
asikan
hasil
pemantau
an
Edukasi
. a.Jelaskan
tujuan dan
prosedur
pemantauan
. b. Informasikan
hasil
pemantauan
jika perlu
3 Gangguan Setelah dilakukan asuhan Dukungan
pertukaran gas keperawatan selama 1x7 ventilasi
b.d jam diharapkan pertukaran (1.01002)
ketidakseimbang
gas meningkat (L.01003)
an ventilasi Observasi
dengan kriteria hasil : a. monitor
1. Dispnea menurun (5) status respirasi dan
2. Bunyi napas oksigenasi (misal
tambahan menurun frekuensi, dan
(5) kedalaman nafas,
3. Polanapas membaik penggunaan otot
bantu napas, bunyi
(5)
napas tambahan,
4. Warna kulit saturasi oksigen
membaik (5)
Terapeautik
a. Pertahankan
kepatenan
jalan nafas
b. Berikan posisi
semi fowler
dan fowler
c. Berikan
oksigenasi
sesuai
kebutuhan
Edukasi
a. Ajarkan
melakukan
teknik
relaksasi
napas dalam
b. Ajarkan
teknik batuk
efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA
fitria rica, maria riri. (2021). terapi kipas untuk meredakan sesak napas. Pesquisa
Veterinaria Brasileira, 26(2), 173–180. http://www.ufrgs.br/actavet/31-1/artigo552.pdf
Machfiroh, F. L. (2021). Kriteria Penurunan Sesak Nafas dengan Posisi Semi Flower
pada Pasien Gangguan Pola Nafas. 1–57.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia