M DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN: GANGGUAN POLA NAPAS DENGAN DIAGNOSA
MEDIS EFUSI PLEURA DI RUANG INAYAH
Disusun Oleh:
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Dispnea atau sesak nafas merupakan keadaan yang sering ditemukan
pada penyakit paru maupun jantung. Bila nyeri dada merupakan keluhan yang
paling dominan pada penyakit paru. Akan tetapi kedua gejala ini jelas dapat
dilihat pada emboli paru, bahkan sesak napas merupakan gejala utama pada
payah jantung.
Secara umum yang dimaksud dispnea adalah kesulitan bernapas,
kesulitan bernapas ini terlihat dengan adanya kontraksi dari otot-otot
pernapasan tambahan. Perubahan ini biasanya terjadi dengan lambat, akan
tetapi dapat pula terjadi dengan cepat.
B. Etiologi
Penyebab dispnea menurut Muttaqin (2015) adalah :
1. Sistem kardiovaskuler : gagal jantung
2. Sistem pernapasan : PPOK, Penyakit parenkim paru, hipertensi pulmonal,
faktor mekanik di luar paru (asites, obesitas, efusi pleura)
3. Psikologis (kecemasan)
4. Hematologi (anemia kronik)
5. Otot pernafasan yang abnormal (penyakit otot, kelumpuhan otot)
C. Manifestasi klinis
1. Manifestasi Pulmoner
Berupa keluhan atau tanda penyakit, baik akibat langsung maupun akibat
tidak langsung dari proses yang ada di paru. Manifestasi ini dapat berupa :
(a) manifestasi pulmoner primer, merupakan tanda yang ditimbulkan
langsung oleh proses setempat. (b) manifestasi pulmoner sekunder,
merupakan perubahan akibat kelainan paru yang dapat menimbulkan
gangguan dalam pertkaran gas dan penigkatan pembuluh darah.
2. Manifestasi Ekstrapulmoner
Berupa perubahan – perubahan atau kelainan yang terjadi di luar paru
akibat dari penyakit yang ada di paru; (a) metastasis, merupakan
penyebaran penyakit paru ke luar paru seperti kanker paru menyebar ke
tulang, hati, otak, dan organ tubuh lainnya. (b) non metastasis, merupakan
gejala sistemik yang dapat berupa gejala umum (panas, anorexia, rasa
lelah) dan gejala khusus (jari tabuh, osteoartropi).
D. Patofisiologi
Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti
jika ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebab kan gangguan
pada pertukaran gas antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan
ventilasi makin meningkat sehingga terjadi sesak napas. Pada orang normal
ruang mati ini hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu penting, namun pada
orang dalam keadaan patologis pada saluran pernapasn maka ruang mati akan
meningkat.
Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran gas
juga akan terganggu dan juga dapat menebab kan dispnea.
E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas
darah arteri dan pemeriksaan diagnostik foto thorak, EKG.
G. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan masalah
yang lalu. Perawat mengkaji klien atau keluarga dan berfokus kepada
manifestasi klinik dari keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi
sekarang ini, riwayat perawatan dahulu, riwayat keluarga dan riwayat
psikososial.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasa muncul pada klien gangguan kebutuhan
oksigen dan karbondioksida antara lain : batuk, peningkatan produksi
sputum, dyspnea, hemoptysis, wheezing, Stridor dan chest pain.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernafasan klien.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru
sekurang-kurangnya ada tiga, yaitu :
a. Penyakit infeksi tertentu : khususnya tuberkulosa, ditularkan melalui
satu orang ke orang lainnya; jadi dengan menanyakan riwayat kontak
dengan orang terinfeksi dapat diketahui sumber penularannya.
b. Kelainan alergis, seperti asthma bronchial, menunjukkan suatu
predisposisi keturunan tertentu; selain itu serangan asthma mungkin
dicetuskan oleh konflik keluarga atau kenalan dekat.
c. Pasien bronchitis kronik mungkin bermukim di daerah yang polusi
udaranya tinggi. Tapi polusi udara tidak menimbulkan bronchitis
kronik, hanya memperburuk penyakit tersebut.
5. Review Sistem (Head to Toe)
a. Inspeksi
1) Pemeriksaan dada dimulai dari thorax posterior, klien pada posisi
duduk.
2) Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang
lainnya.
3) Tindakan dilakukan dari atas (apex) sampai ke bawah.
4) Inspeksi thorax poterior terhadap warna kulit dan kondisinya, skar,
lesi, massa, gangguan tulang belakang seperti : kyphosis, scoliosis
dan lordosis.
5) Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan kesimetrisan
pergerakan dada.
6) Observasi type pernafasan, seperti : pernafasan hidung atau
pernafasan diafragma, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan
fase ekspirasi (E). ratio pada fase ini normalnya 1 : 2. Fase ekspirasi
yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan nafas
dan sering ditemukan pada klien Chronic Airflow Limitation
(CAL)/COPD
8) Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior (AP)
dengan diameter lateral/tranversal (T). ratio ini normalnya berkisar 1
: 2 sampai 5 : 7, tergantung dari cairan tubuh klien.
9) Kelainan pada bentuk dada.
b. Palpasi
Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan
mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi). Palpasi thoraks untuk
mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti : massa, lesi,
bengkak. Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh
nyeri. Vocal premitus : getaran dinding dada yang dihasilkan ketika
berbicara.
c. Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ
yang ada disekitarnya dan pengembangan (ekskursi) diafragma.
d. Auskultasi
Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup
mendengarkan suara nafas normal, suara tambahan (abnormal), dan
suara.
Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui
jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih
Suara nafas normal :
Bronchial : sering juga disebut dengan “Tubular sound” karena suara
ini dihasilkan oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya
terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase
ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak ada henti
diantara kedua fase tersebut. Normal terdengar di atas trachea atau
daerah suprasternal notch.
Bronchovesikular : merupakan gabungan dari suara nafas bronchial
dan vesikular. Suaranya terdengar nyaring dan dengan intensitas yang
sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi. Suara ini terdengar
di daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh dinding dada.
Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi.
Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti
tiupan.
Suara nafas tambahan :
Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter
suara nyaring, musikal, suara terus menerus yang berhubungan dengan
aliran udara melalui jalan nafas yang menyempit.
Ronchi : terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara
terdengar perlahan, nyaring, suara mengorok terus-menerus.
Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan produksi sputum
Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter
suara : kasar, berciut, suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada
daerah pleura. Sering kali klien juga mengalami nyeri saat bernafas
dalam.
Crackles
Fine crackles : setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi.
Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah
yang lembab di alveoli atau bronchiolus. Suara seperti rambut yang
digesekkan.
Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah,
kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi
pada jalan nafas yang besar. Mungkin akan berubah ketika klien
batuk.
6. Pengkajian Psikososial
Kaji tentang aspek kebiasaan hidup klien yang secara signifikan
berpengaruh terhadap fungsi respirasi. Beberapa kondisi respiratory timbul
akibat stress.
H. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif (Kerusakan pada fisiologi Transportasi)
Suatu kondisi tidak adekuatnya ventilasi berhubungan dengan perubahan
pola nafas. Hiperpnea atau hiperventilasi akan menyebabkan penurunan
PCO2
2. Bersihan Jalan nafas tidak efektif (Kerusakan pada fisiologi Ventilasi)
Suatu kondisi dimana individu tidak mampu untuk batuk secara efektif.
3. Kerusakan pertukaran gas (Kerusakan pada fisiologi Difusi)
Kondisi dimana terjadinya penurunan intake gas antara alveoli dan sistem
vaskuler
DAFTAR PUSTAKA
9
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. M DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN: GANGGUAN POLA NAPAS DENGAN DIAGNOSA
MEDIS EFUSI PLEURA DI RUANG ANAYAH
Biodata
1. Identitas Pasien
Nama : An. M
Umur : 11 tahun
No. RM : 406629
Nama : Ny. K
Umum : 35 Tahun
2 Keluhan Utama
Sesak
10
3. Riwayat Kesehatan
a. Pola bernapas
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan bernapas dengan baik dan tidak
merasa sesak
Saat dikaji : Ibu klien mengatakan sesak napas dan memerlukan alat
bantu nafas. Terpasang nasal kanul 4 liter/menit
11
b. Pola makan dan minum
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas
Saat dikaji : Ibu klien mengatakan hanya terbaring ditempat tidur dan
semua aktifitas dibantu keluarga dan perawat karena sesak
dan nyeri post op.
e. Pola Istirahat
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan tidur 6-7 jam namun sering
terbangun karena merasa badannya tidak enak, bagian kaki
sering gatal.
Saat dikaji : Ibu klien mengatakan istirahat dan tidur cukup terganggu
karena sesak.dan nyeri
12
f. Pola Berpakaian
Saat dikaji : Klien mengatakan selama dirumah sakit hanya diseka dan
dibantu Keluarganya
j. Pola Komunikasi
13
Sebelum sakit : Ibu klien dapat berkomunikasi secara baik dan lancar
Saat dikaji : Ibu klien mampu berkomunikasi dengan baik dan lancar
meskipun dalam kondisi sesak.
k. Pola Beribadah
Sebelum sakit : Ibu klien klien mengatakan beragama islam dan dapat
melakukan ibadah sholat 5 waktu setiap harinya
Saat dikaji : Ibu klien klien mengatakan klien tidak melakukan ibadah
selama sakit
j. Pola Produktivitas
Saat dikaji : Ibu klien mengatakan harus berbaring diatas tempat tidur
rumah sakit.
k. Pola Rekreasi
Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan sudah tau akan penyakit yang
diderita
Data Objektif
14
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmetis
GCS : 15
BB : 27 kg
TB : 140 cm
S : 36,50C
RR : 24x/menit
Nadi : 84x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
b. Mata : sclera anikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, posisi pupil
ditengah-tengah, refleks langsung cahaya (+)
c. Hidung : napas cuping hidung, tidak ada pembesaran polip, bersih, tidak
ada lesi, menggunakan alat bantu pernafasan nasal kanul 4ltm
d. Mulut dan gigi : Bibir tidak pucat dan kering, tidak ada stomatitis, tdak
tonsillitis, lidah bersih
g. Ekstermitas
15
Ek. Atas : pada ekstermitas atas bagian kiri terpasang infus RL 20 tpm, tidak
ada penurunan kekuatan otot
Ek. Bawah : Tidak ada edema, tidak ada penurunan kekuatan otot
h. Dada
a. Paru
Pengkajian nyeri
S: skala nyeri 6
T: terus menerus
b. Jantung
16
Kiri Atas : SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
i. Abdomen
Palpasi : Hepar teraba tidak membesar, tepi tumpu, rata dan lien tidak
teraba membesar, tidak ada nyeri
Pemeriksaan Penunjang
17
HEMATOLOGI
Gula Darah ABO O A/B/O/AB
FAKTOR
KOAGULASI
PT 21,1 H 11-15 Detik Elektromekanik
DIABETES
Gula Darah Sewaktu 92 70-105 mg/dL Uricase/Peroxidase
18
Program Terapi
19
ANALISA DATA
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan infrksi paru (efusi pleura)
20
Intervensi Keperawatan
Pernapasan cuping 2 4
hidung
Keterangan :
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
Indikator A T
Frekuensi napas 2 4
Kedalaman napas 2 4
Ket:
1: Memburuk
2: Cukup memburuk
21
3: Sedang
4: Cukup membaik
5: Membaik
Minggu, 2 Setelah dilakukan tindakan SIKI : Manajemen nyeri
15 keperawatan selama 3x24 Jam 1. Monitor terapi komplementer
Agustus masalah keperawatan Nyeri akut yang sudah diberikan
2021 b.d tindakan pembedahan 2. Identifikasi skala nyeri,
pukul (pemasangan WSD) dapat diatasi lokasi, kulitas dan intensitas
08.00 dengan Kriteria hasil : nyeri secara berkala
WIB Tingkat Nyeri (0066) 3. Identifikasi respons non
Indikator A T verbal
Keluhan Nyeri 3 2 4. Fasilitasi istirahat dan tidur
Meringis 3 2 5. Kontrol lingkungan yang
Kesulitan Tidur 3 2 memperberat rasa nyeri
Keterangan : 6. Jelaskan penyebab, periode,
1 : Menurun dan pemicu nyeri
2 : Cukup menurun 7. Kolaborasi Pereda nyeri
3 : Sedang
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat
Indikator A T
Nafsu makan 3 4
Pola Tidur 3 4
Ket:
1: Memburuk
2: Cukup memburuk
3: Sedang
4: Cukup membaik
5: Membaik
22
Implementasi Keperawatan
S: pasien mengatakan
Memposisikan semi fowler/fowler
nyaman diposisikan fowler
S: pasien mengatakan
Memberikan oksigen
nyaman menggunakan O2
23
Mengontrol lingkungan yang lingkungan
memperberat rasa nyeri
O: tidak bising
S: -
O: kolaborasi pemberian
cetorolac 10mg
Kolaborasi pemberian Pereda nyeri
S: pasien mengatakan
Memposisikan semi fowler/fowler
nyaman diposisikan fowler
24
S: klien mengatakan nyeri
O: kolaborasi pemberian
cetorolac 10mg
S: -
Mengidentifikasi skala nyeri, lokasi,
kulitas dan intensitas nyeri secara O: skala nyeri 3, seperti
berkala ditusuk, dan terus menerus
S: -
Menjelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri O: ibu klien tampak paham
25
Evaluasi Keperawatan
SpO2: 98%
P:
Q: seperti ditusuk
26
R: kepala sebelah kanan
S: skala nyeri 6
T: 30 menit DO :
Nadi: 82x/menit
Rr : 20x/menit
S: 36,5
SpO2: 99%
P:
27
WB Rr : 22x/menit
S: 36,9
SpO2: 99%
P: lanjutkan intervensi
Q: seperti disayat
R: dadasebelah kanan
S: skala nyeri 4
T: 30 menit DO :
Nadi: 82x/menit
Rr : 20x/menit
28
S: 36,5
SpO2: 99%
P:
SpO2: 99%
Q: seperti ditusuk
29
S: skala nyeri 3
T: 30 menit
DO :
Nadi: 90x/menit
Rr : 17x/menit
S: 36,7
SpO2: 99%
P:
30