Di Susun Oleh
Annurul Azza
A32020014
A. PENGERTIAN
1. Ketidakefektifan pola nafas
Ketidakefektifan pola nafas adalah inspirasi dan atau ekspirasi yang
tidak memberikan ventilasi adekuat. (SDKI, 2017).
Ketidakefektifan pola nafas adalah ventilasi atau pertukaran udara
inspirasi dan atau ekspirasi tidak adekuat (Santoso, 2010).
Ketidakefektifan pola nafas adalah suatu keadaan dimana inspirasi dan
atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat. (PPNI, 2016).
Berdasarkan definisi diatas ketidakefektifan pola nafas merupakan suatu
keadaan dimana terjadi gannguan inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak
memberikan ventilasi yang adekuat.
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di rongga pleura, yaitu rongga
di antara lapisan pleura yang membungkus paru-paru dengan lapisan pleura
yang menempel pada dinding dalam rongga dada. Kondisi ini umumnya
merupakan komplikasi dari penyakit lain.
B. ETIOLOGI
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) penyebab ketidakefektifan pola nafas
antara lain :
1. Depresi pusat pernafasan
2. Hambatan upaya nafas (mis, nyeri saat bernafas, kelemahan otot pernafasan)
3. Deformitas dinding dada
4. Deformitas tulang dada
5. Gangguan neuromuscular
6. Gangguan neurologis (mis, elektroensefalogram (EEG) positif, cedera kepala,
gangguan kejang)
7. Imaturitas neurologis
8. Penurunan energy
9. Obesitas
10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11. Sindrom hipoventilasi
12. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf CS ke atas)
13. Cedera pada medulla spinalis
14. Efek agen farmakologis
15. Kecemasan
C. BATASAN KARAKTERISTIK
1. Gajala tanda mayor
a. Subjektif : Dispnea
b. Objektif : Penggunaan otot bantu pernafasan, Fase ekspirasi memanjang,
pola nafas abnormal (mis. takipnea, bradypnea, hiperventilasi, kusmaul, chyne-
stoke)
2. Gejala tanda minor
a. Subjektif : Ortopnea
b. Objektif : Pernafasan pursed-lip, pernafasan cuping hidung, diameter
thoraks anterior-posterior meningkat, ventilasi semenit menurun, kapasitas
vital menurun, tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun,
ekskursi dada berubah. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017)
D. Patofisiologi
G. Manifestasi klinik
Manifestasi kinik yang muncul (Tierney, 2002 dan Tucker, 1998) ) adalah
1. Sesak nafas
2. Nyeri dada
3. Kesulitan bernafas
5. Keletihan
6. Batuk
H. Penatalaksanaan
I. Komplikasi
1. Infeksi
2. Fibrosis paru
(Mansjoer,
2001)
J. Pengkajian fokus
1. Biodata
Umur, alamat, pekerjaan
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri dada, sesak nafas, takipneu, hipoksemia
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya
tanda-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat
pada dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga
ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang
telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-
keluhannya tersebut.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti
TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya.
Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor
predisposisia.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura
seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya
3. Pola fungsional Gordon yang terkait
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu
melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk
mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan
kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien
dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan
akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.
Peningkatan metabolisme akan
terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan
umumnya lemah nutrisi dan metabolik
b. Pola persepsi sensori dan kognitif
Akibat dari efusi pleura adalah penekanan pada paru oleh cairan
sehingga menimbulkan rasa nyeri
c. Pola aktivitas dan latihan
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi
dan akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat
adanya nyeri dada. Dan untuk memenuhi kebutuhan ADL nya
sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.
d. Istirahat dan tidur
Karena adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh
akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan
istitahatnya
4. Pemeriksaan fisik
c. TTV
RR : Takhipnea
N : Takhikardia
S : Jika ada infeksi bisa
hipertermia TD : Bisa hipotensia
d. Kepala : Mesochepal
h. Pulmo (paru-paru )
K. Intervensi keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif d.d kelemahan otot pernapasan
Tujuan : Mengidentifikasi dan mengelolah kepatenan jalan nafas
Kriteria Hasil :
Pola Nafas (L.01004)
a. Dispnea menurun
b. Penggunaan otot bantu nafas menurun
c. Pernapasan cuping hidung menurun
d. Frekuensi nafas membaik
Intervensi :
Manajemen Jalan Nafas (l.01011)
a. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
b. Monitor bunyi nafas tambahan (missal, gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
kering)
c. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
d. Posisikan semi-Fowler
e. Berikan minum hangat
f. Berikan oksigen
BAB II
TINJAUAN KASUS
Pemeriksaan penunjang
Laporan operasi :
Tindakan WSD
Dilakukan anestesi local, tempat pemasangan drain pada ICS 6 hemi thorax dextra sepanjang
0,5 cm. Dipasang certofix dan keluar 1000 cc cairan kuning kemerahan, dan diambil 10 cc
untuk citologi
A. Analisa Data
No Data Fokus Mechanisme Etiologi Problem
1 Ds : Efusi pleura Hambatan Pola nafas
- Klien mengatakan seak upaya nafas tidak
nafas penumpukan caran efektif
- Klien mengatakan dirongga plera
lemas
- Klien mengatakan ekspansi menurun
cepat Lelah saat
beraktivitas dispnea
Do :
- Klien bernafas dengan Perubahan pola
otot bantu pernafasan nafas ( Pola nafas
- O2 Nasal kanul 4lpm tidak efektif)
- RR : 25x/m
- Auskultasi suara mengi
2 DS. : efusi pleura Agen cedera Nyeri akut
- P : Pasien
fisik
mengatakan
nyeri karena post op efusi iritasi membran
pleura
mukosa saluran
- Q : nyeri yang
dirasakan pernafasan
tajam dan seperti
tertusuk-tusuk
- R : dada kanan nyeri dada
- S : skala 4.
- T : hilang timbul
G. Implementasi
Tgl/Jam No Tindakan Respon Ttd
Dx
10/05/21 1 - Memonitor pola Ds : nurul
10.00 WIB nafas (frekuensi, -Klien mengatakan sesak nafas
kedalaman, usaha -Klien mengatakan saat
nafas) beraktivitas mudah lelah
- Memberikan O2 Do :
secara adekuat - Klien kooperatif
- RR :25x/m
- O2 NK : 4lpm
- Menggunakan otot bantu nafas
10/05/21 2 - Mengkaji nyeri DS. : Nurul
- P : Pasien mengatakan
10.00 WIB
nyeri karena post op efusi pleura
- Q : nyeri yang dirasakan
tajam dan seperti tertusuk-tusuk
- R : dada kanan
- S : skala 4.
- T : hilang timbul
C. Evaluasi
Tgl/Jam No Dx Evaluasi Ttd
11/5/21 1 S: nurul
14.00 WIB - Klien mengatakan sudah berkurang sesaknya
- Klien mengatakan dapat beristirahat dengan
nyenyak
O:
- TD : 110/60 mmHg
- Nadi :91 x/menit
- RR : 24 x/menit
- Suhu : 36,9 oC
- SPO2 : 98%
- Terpasang nasal kanul 3 LPM
A : Masalah keperawatan pola nafas tidak efektif
belum teratasi
P : Pertahankan intervensi manajemen jalan nafas
11/5/21 2 S. : Nurul
- P : Pasien mengatakan
14.00 WIB
nyeri karena post op efusi pleura
- Q : nyeri yang dirasakan
tajam dan seperti tertusuk-tusuk
- R : dada kanan
- S : skala 3.
- T : hilang timbul
O. : TD : 110/70 mmhg
Rr : 24 x/mnt
S : 36.9 0C
- N : 87 x/mnt
A : masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi : manajemen nyeri
11/5/21 3 S: nurul
14.00 WIB - Klien mengatakan sudah bisa miring kiri
- O:
- Klien kooperatif
- Tampak sudah bisa miring kiri
A : Masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik
belum teratasi
P : - Lanjutkan intervensi
- dukungan dini
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2011 diketahui bahwa penyakit
saluran nafas merupakan penyakit penyebab kematian terbanyak kedua di Indonesia setelah
penyakit gangguan pembuluh darah. Sebanyak antara 1,5 juta sampai 3 juta orang di
Indonesia mengidap penyakit pernafasan dan kurang lebih sepertiga dari kasus diantaranya
adalah usia dewasa. suatu penyakit obstruksi saluran nafas yang memberikan gejala–gejala
batuk, mengi, dan sesak nafas. Masalah utama pada pasien asma yang sering dikeluhkan
adalah sesak napas. Untuk mengurangi sesak nafas yaitu antara lain dengan pengaturan posisi
saat istirahat. Posisi yang paling efektif bagi pasien dengan penyakit kardiopulmonari adalah
posisi semi fowler dengan derajat kemiringan 45°, yaitu dengan menggunakan gaya gravitasi
untuk membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari abdomen pada diafragma.
Tujuan; Mengetahui keefektifan pemberian posisi semi fowler pada pasien guna mengurangi
sesak nafas. Metode; Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Quasi
Eksperiment dengan rancangan One Group Pre test-Post tets. Hasil; Terbukti ada perbedaan
sesak nafas antara sebelum dan sesudah pemberian posisi semi fowler, dapat penelitian
diperoleh hasil T-test sebesar -15,327 dengan p = 0,006. Kesimpulan; Pemberian posisi semi
fowler dapat efektif mengurangi sesak nafas pada pasien