Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN

“KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

1. IMAM GALIH HANAFI E1M018038


2. LENI JUNI ARDILA E1M018044
3. YUNISA RIZA E1M018086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses Penelitian merupakan proses yang panjang, berawal pada minat untuk
mengetahui fenomena atau kejadian tertentu kemudian berkembang menjadi sebuah
gagasan, teori, konseptualisasi, pemilihan metode penelitian yang sesuai, dan
seterusnya. Hal penting bagi seorang peneliti adalah adanya minat untuk mengetahui
masalah sosial atau fenomena sosial tertentu. Minat tersebut dapat timbul dan
berkembang karena rangsangan, bacaaan, diskusi, seminar, pengamatan, atau campuran
semuanya itu.
Penelitian Ilmiah secara filosofis, seperti yang dinyatakan oleh Kerlinger (1993)
adalah penelitian yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis terhadap proporsisi-
proporsisi hipotesis tentang hubungan yang diperkirakan terdapat antargejala alam.
Menurut Lincoln dan Guba (1988), asumsi filosofis penelitian pada umunya berkaitan
dengan empat keyakinan yaitu ontologi (watak dari realitas), epistemologi (apa yang
dianggap sebagai pengetahuan dan bagaimana klaim pengetahuan itu diafirmasi),
aksiologi (peran dari nilai dalam penelitian) dan metodologi (proses penelitian)
(Batubara, Juliana, 2017:99).
Pelaksanaan penelitian menurut tahapannya dapat dibagi atas tiga tahapan, yaitu
prapenelitian, pelaksanaan penelitian, dan penulisan laporan penelitian. Tahapan
prapenelitian ditujukan untuk membantu peneliti dalam merumuskan masalah yang
hendak dipecahkan melalui penelitian. Rumusan secara jelas tersebut mencakup latar
belakang munculnya masalah, rumusan masalah secara spesifik dan operasional,
hubungan masalah yang hendak diteliti dengan penelitian-penelitian terdahulu (dalam
hal ini berkaitan dengan kajian pustaka) dan teori-teori tertentu (berkaitan dengan
kerangka teori yang akan digunakan), dan metode–metode termasuk (teknik –
tekniknya) yang hendak digunakan (Mahsun, 2017:37).
Kajian tahapan prapenelitian di atas, terkhusus pada teori-teori tertentu yang
berkaitan dengan kerangka teori dapat dijelaskan apabila peneliti menemukan tinjauan
pustaka yang berhubungan dengan penelitiannya. Tinjauan pustaka pada penelitian
yang sebelumnya dapat membantu peneliti untuk menyusun kerangka acuan dalam
memecahkan masalah. Selain itu, kerangka teori mempermudah peneliti dalam
menyusun rumusan hipotesis dari masalah-masalah yang muncul dalam sebuah
penelitian.
Realitas dalam sebuah penelitian tentunya tidak dapat hadir apabila belum ada
rumusan hipotesis dari peneliti. Hipotesis yang merupakan jawaban bersifat tentatif
dapat membantu peneliti untuk fokus dalam masalah yang hendak dipecahkan melalui
penelitiannya. Hipotesis dapat dirumuskan dengan dasar pengetahuan yang bersifat ada
dan logis. Hal ini merupakan langkah lanjut dalam pengujian kebenaran melalui
penelitian yang hendak dilakukan.
Dalam penyusunan karya ilmiah diperlukan adanya sebuah proses penelitian
yang dimana mengaharuskan seorang Penulis membuat Hipotesis Penelitian yang
dimana menurut Sugiyono (2014: 99), Merupakan sebuah jawaban sementara terhadap
sebuah rumusan masalah penelitian, dimana sebuah rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk sebuah pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban
yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-
fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Sebelum menyusun sebuah hipotesis, Penulis harus mengidentifikasi sebuah
variabel yang penting dalam sebuah situasi dan menetapkan hubungan antarvariabel
melalui pemikiran logis dalam kerangka teoritis. Disini kita berada dalam posisi untuk
menguji apakah hubungan yang diteorikan benar-benar terbukti kebenarannya. Dengan
menguji hubungan tersebut secara ilmiah melalui analisis statistik secara tepat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menentukan variable dan jenis-jenisnya?
2. Bagaimana menentukan hubungan antar variable?
3. Bagaimana cara menyusun kerangka teori?
4. Bagaimana hubungan antara kerangka teori dengan hipotesis?
5. Bagaimana cara membuat hipotesis?

C. Tujuan dan Manfaat Proses Penelitian


1. Tujuan Proses Penelitian, sebagai berikut:
a. Dapat menentukan variabel dan jenis-jenisnya.
b. Dapat menentukan hubungan antar variable.
c. Dapat menyusun kerangka teoritis.
d. Dapat menentukan hubungan antara kerangka teoritis dengan hipotesis.
e. Dapat membuat hipotesis.
2. Manfaat Proses Penelitian, sebagai berikut:
a. Mengetahui cara penulisan karya ilmiah yang baik.
b. Penulis dapat menyusun kerangka teoritis yang baik.
c. Penulis dapat merumuskan suatu masalah dengan hipotesis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kerangka Teoritis
Definisi dari kerangka teoritis adalah model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seseorang menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor
yang dianggap penting untuk masalah. Secara singkat, kerangka teoritis adalah
membahas saling ketergantungan antar variabel yang dianggap perlu untuk melengkapi
situasi yang akan diteliti. Penyusunan kerangka yang berkonsep akan membantu kita
untuk menghipotesiskan dan menguji hubungan tertentu.
Kerangka teoritis akan memberikan dasar konseptual bagi penelitian, dan
kerangka teoritis adalah mengidentifikasikan jaringan hubungan antar variabel yang
dianggap penting bagi studi terhadap situasi masalah apapun. Oleh karena itu, sangat
penting untuk kita mengetahui apa arti variabel dan apa saja jenis variabel yang ada
(Sekaran, 2014).
1. Variabel
a. Pengertian Variabel
Menurut Depdiknas (2008: 1605), variabel diartikan sesuatu yang dapat
berubah; faktor atau unsur yang ikut menentukan perubahan.
Secara teoretis Hacth dan Farhady (dalam Sugiyono, 2014: 89) menyatakan
bahwa variabel dapat difenisikan sebagai atribut seseorang, atau objek yang
mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan
objek yang lain.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa variabel adalah besaran yang bisa diubah dan
selalu berubah sehingga mempengaruhi kejadian dari hasil penelitian. Dengan
menggunakan variabel ini kita bisa menghitung data apa saja yang masih
dibutuhkan.
b. Jenis Variabel
Sugiyono (2014: 91) menyebutkan hubungan antara satu variabel dengan
variabel yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan
menjadi 5 macam, yaitu sebagai berikut :
1. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat sering disebut sebagai variabel output, kriteria,
konsekuen. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variable bebas.
2. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,
antecedent. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebuah perubahannya atau timbulnya variabel terikat.

Motivasi Belajar Prestasi Belajar


(Variabel Bebas) (Variabel Terikat)

Gambar 1) Contoh hubungan variabel bebas – terikat

3. Variabel Moderator (Moderating Variable)


Variabel moderator yaitu variabel yang memperkuat atau
memperlemah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Motivasi Belajar Prestasi Belajar


(Varial Bebas) (Variabel Terikat)

Peran Orang Tua


(Variabel Moderator)

Gambar 2) Contoh hubungan variabel bebas, terikat, moderator

4. Variabel Antara (Intervening Variable)


Variabel antara adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat menjadi suatu
hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur.
Variabel ini merupakan variable penyela/antara yang terletak di antara
variabel bebas dan variabel terikat, sehingga variabel bebas tidak langsung
mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel terikat seperti contoh
berikut :
Motivasi Belajar Gaya Belajar Prestasi Belajar

(Variabel Bebas) (Variabel Intervening) (Variabel Terikat)

Peran
Gambar 3) Contoh Orang Tua
hubungan variabel bebas – moderator antara – terikat

(Variabel Moderator
5. Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat tidak
dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Contohnya : “Pengaruh
model pembelajaran discovery terhadap prestasi belajar”
 Variabel bebas : model pembelajaran (discovery)
 Variabel terikat : prestasi belajar
 Variabel kontrol yang ditetapkan sama misalnya : kemampuan
awal siswa

Model Pembelajaran
Prestasi Belajar
Discovery
(Variabel Terikat)
(Variabel Bebas)

Kemampuan Awal siswa


(Variabel Kontrol)

Gambar 4) Contoh hubungan variabel bebas-terikat-kontrol

 Dengan adanya variabel kontrol, maka besarnya pengaruh


variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diketahui lebih
pasti.
 Untuk dapat menentukan kedudukan variabel bebas, terikat
atau variabel yang lain, harus dilihat konteksnya dengan
dilandsi konsep teoritis maupun dari hasil pengamatan yang
empiris di tempat penelitian.
 Karena adanya keterbatasan berbagai hal, maka peneliti sering
hanya memfokuskan pada beberapa variabel penelitian saja
seperti variabel bebas dan variabel terikat.
2. Kerangka Teoritis dan Lima Ciri Dasarnya
Kerangka teoritis adalah dasar dari seluruh proyek penelitian didasarkan.
Kerangka teoritis adalah jaringan asosiasi yang disusun, dijelaskan, dan dielaborasi
secara logis antar variabel yang dianggap relevan dalam sebuah situasi dan
diidentifikasi melalui proses seperti wawancara, pengamatan, dan survei literatur.
Pengalaman dan intuisi juga dapat memberikan informasi dalam penyajian sebuah
kerangka teoretis.
Kerangka teoritis menjelaskan sangkut-paut hubungan antarvariabel tersebut.
Disini diuraikan tentang hubungan variabel terikat, variabel bebas, variabel moderator
serta variabel antara. Jika terdapat variabel moderator, wajib kita jelaskan bagaimana
dan hubungan spesifik yang seperti apa yang terjadi dalam sebuah penelitian.
Sebaiknya dijelaskan juga mengapa variabel tersebut berperan sebagai moderator.
Jika ada variabel antara, perlu dijelaskan bagaimana dan mengapa variabel tersebut
dibutuhkan. Serta saling ketergantungan antara variabel bebas dan terikat sebaiknya
juga diinformasikan dengan tepat dan dijelaskan secara benar.
Secara singkat, Sekaran (2014:129) menyatakan ada lima hal mendasar yang
perlu diperhatikan dalam sebuah penyajian kerangka teoritis, sebagai berikut:
a. Variabel yang dianggap pasti untuk studi kasus diidentifikasikan dan
dinamai dengan jelas dalam pembahasannya.
b. Pembahasan harus menjelaskan mengapa dua variabel atau lebih saling berkaitan
satu dengan yang lain. Hal ini dilakukan untuk hubungan penting yang diteorikan
berlaku di antara variabel.
c. Bila sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdasarkan temuan penelitian
sebelumnya, maka harus ada indikasi dalam pembahasan mengenai apakah
hubungannya akan positif atau negatif.
d. Harus ada penjelasan yang gamblang mengenai mengapa kita memperkirakan
hubungan tersebut berlaku. Pendapat atau opini dapat ditarik dari penelitian
sebelumnya.
e. Suatu diagram skematis kerangkas teoretis harus diberikan agar pembaca dapat
melihat dan dengan mudah memahami hubungan yang diteorikan.

Berdasarkan uraian di atas, maka tahapan dalam penyusunan kerangka teoritis


adalah:

1. Menetapkan variabel yang diteliti.


2. Membaca buku dan hasil penelitian.
3. Deskripsi teori dan hasil penelitian.
4. Analisis kritis terhadap teori dan hasil penelitian.
5. Analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitin.
6. Sintesa kesimpulan.
7. Kerangka berpikir.
B. Penyusunan Hipotesis
Setelah kita mengidentifikasi variabel yang penting dalam sebuah situasi dan
menetapkan hubungan antar variabel melalui pemikiran logis dalam kerangka teoritis.
Disini kita berada dalam posisi untuk menguji apakah hubungan yang diteorikan benar-
benar terbukti kebenarannya. Dengan menguji hubungan tersebut secara ilmiah melalui
analisis statistik secara tepat.
Hasil pengujian tersebut memberikan kita beberapa solusi mengenai apa yang
dapat diubah dalam situasi yang dihadapi untuk memecahkan masalah. Merumuskan
pernyataan yang dapat diuji semacam ini disebut dengan hipotesis (Sekaran, 2014:135).
1. Definisi Hipotesis
Istilah hipotesis berasal dari Bahasa Yunani yang mempunyai dua kata
yaitu “hupo” artinya sementara dan “thesis” artinya pernyataan atau teori.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang di peroleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2014: 99)
Menurut Depdiknas (2008: 525), definisi hipotesis yaitu sesuatu yang
dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori, proposisi, dan
sebagainya) meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan; anggapan dasar
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban teoritis
terhadap rumusan masalah penelitian, dan belum merupakan jawaban yang
empiris. Dengan menguji hipotesis dan menegaskan pikiran hubungan,
diharapkan bahwa solusi dapat ditemukan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi.
2. Jenis-jenis Hipotesis
Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian (Arikunt,
2010:112), yaitu :
a. Hipotesis kerja, atau disebut hipotesis alternatif (Ha), hipotesis ini
menyatakan ada hubungannya antara variabel X dan y, atau perbedaannya
antara dua kelompok.
Rumusan hipotesis kerja :
1. Jika…..maka….
2. Ada perbedaan antara…dan,,,
3. Ada pengaruh…terhadap…
3. Hipotesis nol (Ho), sering disebut juga hipotesis nihil atau hipotesis statistic
karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistic. Hipotesis nol
menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel atau tidak adanya
pengaruh variabel X terhadap Y.
Rumusan hipotesis nol :
a. Tidak ada perbedaan antara….dengan…
b. Tidak ada pengaruh…terhadap…

Menurut Jogiyanto (2008:55-56) Perbedaan hipotesis nol dan hipotesis


alternatif yaitu :

Hipotesis Nol Hipotesis Alternatif


Digunakan untuk penelitian yang Digunakan di penelitian social seperti
hakiki seperti penelitian fisika, di penelitian akuntansi, keuangan,
kimia, dan lainnya yang hasilnya system informasi dan lainnya.
sudah pasti
Hipotesis akan menjadi teori selama Hipotesis akan menjadi teori jika
hipotesis nol tidak mampu ditolak. banyak penelitian yang semacam
Sekali hipotesis nol ini ditolak, yang mendukung hipotesis
maka hipotesis tidak akan menjadi alternatifnya dibandingkan dengan
teori. Oleh sebab itu, untuk yang tidak mendukungnya.
penelitian semacam ini, hipotesis
dinyatakan dalam bentuk hipotesis
nol.
Tujuan penelitian adalah untuk Tujuan penelitian adalah untuk
menolak hipotesis nol. menerima atau mendukung hipotesis.

4. Bentuk-bentuk Hipotesis Penelitian


Berdasarkan tingkat eksplanasinya, bentuk rumusan masalah penelitian
ada tiga yaitu :
1) Hipotesis Deskriptif, yaitu jawaban sementara terhadap
masalah deskriptif, yang berkenan dengan variabel mandiri
(Sugiyono, 2012:100). Contoh : “Pengembangan model
kurikulum Pendidikan moral berdasarkan transformasi nilai-
nilai budaya di SMA Negeri 1 Sikur paling rendah 60% dari
nilai ideal”.
2) Hipotesis Asosiatif, yaitu jawaban sementara terhadap
rumusan masalah asosiatif, yang menanyakan hubungan antara
dua variabel atau lebih. Contoh :
Bentuk Hubungan : “Ada hubungan yang signifikan antara
konsepsi siswa pada pembelajaran zat aditif pada makanan
dengan metode praktikum di Mataram, NTB”.
Bentuk Pengaruh : “Ada pengaruh yang signifikan antara
pembelajaran IPA dengan pendekatan topik dan tematik
terhadap peningkatan keterampilan berpikir rasional siswa SD
kelas V di kota Mataram”.
3) Hipotesis Komparatif, yaitu jawaban sementara erhadap
rumusan masalah komparatif. Pada rumusan ini, variabelnya
sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau
keadaan terjadinya pada waktu yang berbeda. Contoh : “
Terdapat perbedaan etos kerja guru SLTP Negeri dengan SLTP
swasta di Kota Gorontalo, bahwa etos kerja guru SLTP Negeri
lebih baik dari pada etos kerja guru SLTP swasta.
5. Macam-macam Hipotesis
1. Hipotesis penelitian, yaitu hipotesis yang menyatakan hubungan antar
variabel secara operasional (jika…maka..)
2. Hipotesis statistic, hipotesis ini dibagi menjadi dua yaitu hipotesis
alternatif dan hipotesis nol.
6. Ciri Hipotesis yang baik
a. Merupakan dugan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan
keadaan variabel pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang
hubungan antara dua variabel atau lebih.
b. Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan
berbagai penafsiran.
c. Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.
7. Pengujian Hipotesis
a. Uji pihak kiri
b. Uji pihak kanan
c. Uji dua pihak (two tailed test)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
dalam membuat suatu penelitian kuantitatif, maka yang pertama dilakukan
adalah membuat kerangka teoretis kemudian menentukan variabel apa yang akan
digunakan. Kerangka terori merupakan jantung dari sebuah penelitian. Ada 5 jenis
variabel yang dapat kita pilih untuk membuat penelitian kuantitatif, Kerangka teoritis
menjelaskan sangkut-paut hubungan atau arah hubungan dan kondisi antar variabel.
menguji apakah hubungan yang diteorikan benar-benar terbukti kebenarannya,
dengan menguji hubungan tersebut secara ilmiah melalui analisis statistik secara
tepat. Merumuskan pernyataan yang dapat diuji semacam ini disebut dengan
hipotesis, hasil pengujian tersebut memberikan kita beberapa solusi mengenai apa
yang dapat diubah dalam situasi yang dihadapi untuk memecahkan masalah.
Kemudian setelah itu baru bisa kita menarik hipotesis dari hasil penelitian tersebut.
Hipotesis ini merupakan suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai
jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai suatu
jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih
variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah
diformulasikan dalam kerangka teoritis. Hipotesis ini diturunkan atau bersumber dari
teori dan ditinjau literstur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis,
merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan
yangtelah dijelaskan dalam kerangka teoriyang digunakan untuk menjelaskan masalah
penelitian. Sebab teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk
digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam
penelitian.

Merumuskan hipotesis akan sulit jika tidak memiliki kerangka teori yang
menjelaskan fenomena yang diteliti, tidak mengembangkan proposisi yang tegas
tentang masalah penelitian atau tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan teori
yang ada. Kemudian, karena dasar penyusunan hipotesis yang reliabel dan dapat diuji
adalah teori, tingkat ketepatan hipotesis dalam menduga, menjelaskan, memprediksi
suatu fenomena atau peristiwa atau hubungan antara fenomena yang ditentukan oleh
tingkatketepatan atau kebenaran teori yang digunakan dan yang disusun dalam
kerangka teoritis. Karena itu baik-buruknya suatu hipotesis bergantung pada keadaan
relatif dari teori penelitian mengenai suatu fenomena sosial disebut hipotesis
penelitian atau hipotesis kerja.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami paparkan. Semoga dapat menambah
wawasan para pembaca. Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, baik dari segi bahasa, diksi, maupun kekurangan materi. Maka
dari itu, kritik dan saran anda sangat kami butuhkan. Karena kritik dan saran tersebut
sangat berguna bagi kami untuk menjadi bahan koreksi, agar makalah kedepan yang
kami sajikan menjadi lebih baik. Karena kesalahn itu pula, kami mohon maaf.
DAFTAR PUSTAKA

Sekaran, Uma. 2014. Research Methods For Business (Edisi 4). Jakarta: Salemba Empat

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Jakarta: Alfabeta

Depdiknas. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:Pusat Bahasa

Anda mungkin juga menyukai