Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan


kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam
pelaksanaannya berada dalam suatu proses yang berkesinambungan, dalam setiap
jenis dan jenjang pendidikan semuanya berkaitan dalam suatu sistem pendidikan
yang integral (Djamarah, 2000). Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan
prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik,
2010). Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari komposisi, susunan,
struktur, perubahan/reaksi suatu zat/materi dan energi yang menyertainya.
Oleh sebab itu perkembangan ilmu kimia cukup berperan dalam peradaban
manusia, terutama bidang industri, kesehatan, makanan, pertanian,
pertambangan, dan lainnya. Namun demikian ilmu kimia cenderung kurang
disenangi siswa dan sulit dipahami. Sering menjadi alasan mengapa ilmu
kimia kurang disenangi siswa dan sulit dipahami adalah karena ilmu
kimiabersifat abstrak. Menurut Achmad dan Baradja (2012) ilmu kimia adalah
ilmu yang berlandaskan percobaan, oleh sebab itu pengajaran kimia di
sekolah harus disertai dengan pekerjaan laboratorium. Dengan demikian
dapat membangkitkan keingintahuan siswa terhadap ilmu kimia, mengenal
dengan baik zat-zat yang umum dan reaksinya, lebih berpartisipasi, dan
mengembangkan dari keadaan konkrit ke hal yang abstrak.

Pembelajaran kimia tidak lepas dari kegiatan praktikum. Praktikum dalam


proses pembelajaran sangat berperan dalam menunjang keberhasilan proses
belajar kimia karena mahasiswa mendapat kesempatan untuk menguji dan
melaksanakan dalam keadaan nyata apa yang diperoleh dari teori serta
dimaksudkan untuk memantapkan penguasaan materi agar lebih mudah dipelajari
(Romlah, 2009). Pelaksanaan praktikum di Laboratorium kimia sangat tergantung
pada ketersediaan alat dan bahan, personil laboran, instruktur (pengampu
praktikum) dan asisten praktikum (Aladawiyah, 2018). Kegiatan praktikum bisa
dilakukan di lapangan atau laboratorium.

Laboratorium merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki universitas


sebagai tempat mahasiswa melakukan kegiatan praktikum. Kegiatan yang banyak
dilakukan di laboratorium adalah melakukan eksperimen (Rustaman, 2006). Pada
dasarnya praktik atau praktikum merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar
mengajar yang dimaksudkan untuk memantapkan penguasaan materi yang bersifat
aplikatif. Melalui kegiatan yang mandiri, terbimbing, dan pemanfaatan sarana
praktik/praktikum yang optimal sebagai satu kesatuan yang utuh dalam sistem
penyelenggaraan praktikum, maka diharapkan dapat mencapai tujuan
pembelajarannya dengan baik (Pertiwi, 2013). Praktikum akan lebih efektif untuk
meningkatkan keahlian siswa dalam pengamatan dan meningkatkan keterampilan
serta sebagai sarana berlatih dalam menggunakan peralatan. Selain itu dengan
praktikum siswa dapat mengembangkan rasa ingin tahu, aktif, kreatif, inovatif,
serta menumbuhkan kejujuran ilmiah (Khamidah dan Aprilia, 2014). Pelaksanaan
praktikum di Laboratorium kimia sangat tergantung pada ketersediaan alat dan
bahan, apabila alat dan bahan memadai maka pelaksanaan praktikum akan
berjalan dengan baik (Anggraini, 2016). Menurut Hidayati (2012), melalui
praktikum siswa juga dapat mempelajari sains dan pengamatan langsung terhadap
gejala-gejala maupun proses-proses sains, dapat melatih keterampilan berfikir
ilmiah, dapat menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan
dan memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah dan sebagainya.
Kemampuan ini bisa dikembangkan melalui kegiatan praktikum. Pelaksanaan
kegiatan praktikum dapat dilakukan di laboratorium maupun di luar ruangan.

Menurut Wiyanto (2008), peran Laboratorium sangat penting dalam


pembelajaran. Peran tersebut diantaranya yang pertama adalah sebagai wahana
untuk mengembangkan keterampilan dasar mengamati atau mengukur
(menggunakan alat ukur yang sesuai dan keterampilan-keterampilan proses yang
sesuai) dan keterampilan-keterampilan proses lainnya, seperti mencatat data,
menarik kesimpulan, berkomunikasi, bekerjasama dalam tim. Kedua,
laboratorium juga dapat dijadikan sebagai wahana untuk membuktikan konsep
yang telah dibahas sebelumnya. Ketiga, laboratorium juga dapat dijadikan sebagai
wahana untuk mengembangkan kemampuan berfikir melalui proses pemecahan
masalah dalam rangka siswa menemukan konsep sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan beberapa mahasiswa Program


Studi Pendidikan Kimia menyatakan bahwa panduan praktikum atau modul
praktikum masih sulit untuk dipahami, kondisi alat dan bahan di laboratorium
layak digunakan namun banyak juga alat-alat praktikum yang sudah rusak
sehingga tidak mencukupi dengan jumlah praktikan. keberhasilan pelaksanaan
suatu praktikum di laboratorium kimia harus didukung oleh beberapa komponen
lain yaitu personil laboran, instruktur (pengampu praktikum) dan asisten
praktikum (Kristianingrum, 2012). Setiap komponen tersebut memiliki tugasnya
masing-masing. Menurut Rosbiono (1996), tugas-tugas laboran yaitu melayani
peminjaman alat dan bahan praktikum, menyiapkan alat dan bahan, mengatur
keluar masuknya alat dan bahan kimia yang dibutuhkan untuk praktikum. Selain
itu, penelitian yang dilakukan Maknum pada tahun 2015 menyatakan bahwa
faktor-faktor pendukung untuk mengembangkan keterampilan laboratorium
mahasiswa, antara lain keberadaan labor, alat, dan bahan praktikum, dan adanya
panduan praktikum, sedangkan faktor penghambat adalah keterbatasan waktu
praktikum, serta kerusakan dan keterbatasan alat (Maknun, 2015).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap beberapa mahasiswa


Program Studi Pendidikan Kimia mengatakan bahwa, selama kegiatan praktikum
mahasiswa hanya didampingi oleh asisten praktikum serta kurangnya minat dalam
pembuatan laporan praktikum. Tentu saja kurangnya minat tersebut dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal. Pelaksanaan praktikum di laboratorium kimia
akan berjalan dengan lebih efektif apabila dalam pelaksanaannya juga didukung
oleh adanya instruktur dan asisten yang mempunyai kompetensi dalam kegiatan
praktikum yang bersangkutan (Suyanta, 2010).
Berdasarkan hasil observasi menunjukan bahwa dalam pelaksanaan
praktikum menunjukkan bahwa satu atau dua mahasiswa dalam kelompok
terkadang mencoba untuk mendominasi, sementara mahasiswa yang lain
bertindak pasif sebagai pengamat atau hanya menyalin data. Terlihat bahwa
interaksi antar mahasiswa yang seharusnya menumbuhkan kerjasama serta
mengarah ke pembentukan konsep secara bersama menjadi hanya sekedar
pembagian tugas agar praktikum lebih cepat selesai atau menyalin data
secepatnya. Keadaan ini terjadi karena mahasiswa menganggap bahwa kegiatan
praktikum hanya sebagai pelengkap teori. tidak mengharuskan mereka untuk
memahami lebih jauh tentang apa yang mereka lakukan di dalam laboratorium.
Mereka tidak lagi memilih perolehan konsep lewat proses dalam praktikum.
Mereka lebih cenderung memilih perolehan konsep dari kelas yang disampaikan
secara langsung (ceramah). Keadaan ini berakibat praktikum sampai saat ini
belum dapat memberikan kontribusi pada pembentukan sikap dan proses ilmiah
lain serta hasil yang hendak dicapai dari suatu kegiatan praktikum (Shahra, 2016).

Pada kegiatan laboratorium selama ini mahasiswa terbiasa menjalankan


praktikum yang mana hasilnya sudah diketahui sebelum mempraktikannya.
mahasiswa cenderung menggunakan pemahaman yang telah didapatkan dari
perkuliahan (teori). Hal ini akan menjadikan mahasiswa tidak terbiasa mencapai
suatu pemahaman konsep dari suatu proses serta bagaimana mengaplikasikan teori
pada kenyataan yang dijumpai di alam. Untuk itu perlu dikembangkan suatu
pendekatan praktikum yang menarik sehingga mengajak mahasiswa untuk lebih
bersungguh-sungguh dalam melaksanakan praktikum serta menumbuhkan minat
praktikum dengan metode yang digunakan dapat menyadarkan mahasiswa tentang
perlunya pengintegrasian konsep yang telah mereka miliki untuk memecahkan
masalah yang diamati di lapangan atau di laboratorium (Shahra, 2016).
Berdasarkan uraian di atas penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian
dengan judul “PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN PRAKTIKUM MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA FKIP
UNRAM”.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan


diteliti, dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi mahasiswa Pendidikan Kimia terhadap proses


pelaksanaan praktikum kimia pada Laboratorium kimia Jurusan Pendidikan
kimia?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi mahasiswa Pendidikan


Kimia terhadap proses pelaksanaan praktikum kimia pada Laboratorium kimia
Jurusan Pendidikan Kimia?

1.3 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan


pengembangan ini yaitu:

1. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa Pendidikan Kimia terhadap proses


pelaksanaan praktikum kimia pada Laboratorium kimia Jurusan Pendidikan
kimia

2. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi


mahasiswa Pendidikan Kimia terhadap proses pelaksanaan praktikum kimia.

1.4 Manfaat penelitian

Dengan diketahui persepsi atau tanggapan mahasiswa tentang kegiatan


praktikum kimia diharapkan dapat bermanfaat:

1. Memberi masukan dan saran kepada asisten laboratorium sejauh mana


petunjuk praktikum kimia dapat dipahami mahasiswa dengan baik.

2. Penulis berharap penelitian ini bisa menjadi bahan acuan untuk meningkatkan
kualitas laboratoium Pendidikan Kimia.
3. Memberi masukan kepada pihak pengelola bahwa kelengkapan sarana dan
prasarana laboratorium yang tersedia di tempat sangat membantu keberhasilan
pembelajaran.

1.5 Definisi Operasional

1. Persepsi adalah Pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang


diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan
(Rakhmat, 1998)

2. Laboratorium adalah tempat atau kamar dan sebagainya tertentu yang


dilengkapi dengan peralatan untuk mengadakan percobaan (penyelidikan
dan sebagainya) (KBBI, 2016)

Anda mungkin juga menyukai