Anda di halaman 1dari 276

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS PERBEDAAN PENYEBAB STRES KERJA


PERAWAT RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT
DENGAN RUANG INTENSIVE CARE UNIT

Disusun oleh:

RESSY HERLIA
NIM. 1611110934

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2020
HALAMAN PENGESAHAN
(Skripsi)

Proposal Skripsi ini telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan tim penguji
Program Studi Keperawatan
Fakultas Keperawatan
Universitas Riau

Pekanbaru, November 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Ririn Muthia Zukhra, M.Kep Dr. Reni Zulfitri, M.Kep, Sp.Kom
NIP. 19871216 201903 2 006 NIP. 19760309 200212 2 002

Koordinator Skripsi

Dr. Widia Lestari, S.Kp., M.Kep


NIP. 19721221 200212 2 001

ii
HALAMAN BEBAS PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ressy Herlia

NIM : 1611110934

Fakultas : Keperawatan Universitas Riau

Menyatakan bahwa, dalam dokumen ilmiah tugas akhir skripsi ini tidak
terdapat bagian karya tulis lain yang telah diajukan untuk memperoleh gelar
akademik disuatu lembaga pendidikan tinggi, dan juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang/lembaga lain, kecuali
yang secara tertulis disitasi dokumen ini dan disebutkan sumbernya secara
lengkap dalam daftar pustaka.

Dengan demikian, saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas dari unsur-
unsur plagiasi. Jika dikemudian hari dokumen ilmiah ini terbukti merupakan
plagiasi dari hasil karya penulis lain dan atau dengan sengaja mengajukan karya
atau pendapar yang merupakan hasil karya penulislain, maka penulis bersedia
menerima sanksi akademik dan atau sanksi hokum berlaku.

Pekanbaru, November 2020

Yang menyatakan,

(Ressy Herlia)

iii
IDENTITAS PENELITI

Nama : Ressy Herlia

NIM : 1611110934

Tempat/Tgl Lahir : Perawang, 02 November 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Tentram No 9 Tangkerang Utara, Bukit Raya,


Pekanbaru

Riwayat pendidikan:

1. SMA Negeri 1 Sentajo Raya : Lulus tahun 2016


2. SMP Negeri 3 Teluk Kuantan : Lulus tahun 2013
3. SD Negeri 023 Muaro Sentajo : Lulus tahun 2010

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrohim

Dengan Rahmad Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang….


Skripsi ini ku persembahkan untuk Ayah dan Ibu ku tersayang, yang selalu
mendoakan anaknya, yang selalu memberi kasih dan sayang yang mengiri
perjalanan hidupku, semua yang ku lakukan demi Ayah dan Ibu, semua nya ku
persembahkan untuk Ayah dan Ibu… Terimakasih untuk doa dan kasih sayang
nya Ayah dan Ibu…

“Setiap Kesulitan Pasti Ada Kemudahan”

“Allah tidak akan membebani umat nya diluar batas kemampuan umatnya”

“Usaha tidak akan pernah menghiyanati Hasil”

“Percayalah Allah selalu bersama hambanya”

v
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul “Analisis
Perbedaan Penyebab Stres Kerja Perawat Ruang Instalasi Gawat Darurat dengan
Ruang Intensive Care Unit”. Proposal ini merupakan salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas
Riau.
Peneliti banyak mendapat bantuan dan bimbingan dalam penyusunan
proposal ini dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat :
1. Prof. Dr. Ir. Usman M. Tang., MS selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Riau.
2. Ns. Ririn Muthia Zukhra, M. Kep selaku pembimbing I dan Dr. Reni
Zulfitri, M. Kep, Sp. Kom selaku pembimbing II yang telah bersedia
memberikan masukan, bimbingan serta dukungan bagi peneliti.
3. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Musriadi dan Ibunda tercinta
Herwilis, adik Raizha Vastuwidya, serta keluarga besar yang setia
memberikan dukungan, semangat, kasih sayang dan doa yang tulus bagi
peneliti sehingga dapat menyelesaikan proposal ini tepat pada waktunya.
Peneliti ini sadar bahwa proposal ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran pembaca sangat diharapkan demi kebaikan proposal ini.
Akhirnya peneliti berharap semoga peneliti ini bermanfaat bagi semua bidang
ilmu pengetahuan khususnya dalam dunia keperawatan.

Pekanbaru, Agustus 2020

Peneliti

vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
HALAMAN BEBAS PLAGIASI................................................................... iii
IDENTITAS PENULIS.................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................... viii
DAFTAR SKEMA.......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teori...................................................................................... 8
B. Kerangka Konsep Penelitian................................................................. 32
C. Hipotesis............................................................................................... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Desain dan Metode Penelitian.............................................................. 33
B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ 33
C. Populasi dan Sampel............................................................................. 34
D. Etika Penelitian..................................................................................... 36
E. Definisi Operasional............................................................................. 38
F. Alat Pengumpul Data............................................................................ 41
G. Prosedur Pengumpulan Data................................................................. 42
H. Pengolahan Data dan Analisa Data....................................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Analisa Univariat.................................................................................. 47

BAB V PEMBAHASAN
A. Pembahasan Penelitian......................................................................... 50

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 61
B. Saran..................................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 63
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Kegiatan dan Waktu Penelitian........................................................... 34
Tabel 2 Definisi Operasional............................................................................ 38
Tabel 3 Kisi-Kisi Kuesioner Penyebab Stres Kerja.......................................... 42
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik.............. 47
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penyebab Stres.......... 48

viii
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 1 Kerangka Konsep Penelitian.............................................................. 32

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 3 Lembar Kuesioner Penyebab Stres Kerja
Lampiran 4 OutPut SPSS

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang bekerja di
rumah sakit dan memiliki peran penting dalam pelayanan kesehatan. Peran
perawat yaitu sebagai care provider, educator, advocate, researcher, dan
manager and community (Kemenkes RI, 2017).
Menurut Mallya (2016) perawat dalam melakukan pekerjaan
mengalami banyak tuntutan, apalagi masyarakat menginginkan perawat
yang caring, dapat memberi pelayanan yang baik sehingga pasien dan
masyarakat menjadi puas. Perawat dituntut untuk dapat berpikir kritis
dalam mengambil keputusan, memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang tinggi dalam menangani pasien baik dalam kondisi apapun, sehingga
dengan tuntutan perawat yang tinggi dapat memicu terjadinya stres kerja
pada perawat.
Stres kerja merupakan suatu ketidakmampuan seseorang dalam
melakukan pekerjaan yang dihadapkan pada tuntutan pekerjaan yang
melampaui batas sehingga ia tidak merasa nyaman dan dapat
menyebabkan masalah kesehatan seperti gangguan fisiologis dan
psikologis (Herquantoet al, 2017). Mahastuti (2017) mengatakan stres
kerja memiliki arti sebagai tuntutan dalam pekerjaan yang dapat
menimbulkan suatu keluhan atau stres.
Hasil survey nasional yang dilakukan oleh Health and Safety
Excecutive ditemukan bahwa 1.800 dari 100.000 orang pekerja di Inggris
mengalami stres, depresi dan ansietas terkait dengan pekerjaan pada tahun
2015-2019 (HSE, 2019). Di Australia ditemukan sebanyak 24,51%
perawat pengalami stres ringan, 10,8% perawat mengalami stres sedang

1
2

dan 5,88% mengalami stres berat (Maharaj, Lees, & Lal, 2018). Studi
yang dilakukan pada tiga rumah sakit di wilayah Yangon, Myanmar
menunjukkan bahwa 50,2% perawat memiliki tingkat stres kerja yang
tinggi (Lwin, 2015).
Menurut data Kementerian Kesehatan RI (2014) jumlah perawat di
Indonesia mencapai 237.181 orang, dengan demikian angka kejadian stres
kerja perawat cukup besar. Lasima (2014) menyatakan sebanyak 75%
perawat di Rumah Sakit Gorontalo mengalami stres kerja berat. Stres yang
dialami oleh perawat tersebut dapat menimbulkan beberapa dampak
negatif terhadap kesehatan mereka.
Dampak stres yang berlebihan pada perawat dapat menyebabkan
kelelahan fisik dan emosional. Stres akan mempengaruhi produktivitas
kerja perawat yang mengakibatkan penurunan kepuasan dalam bekerja,
penurunan kinerja perawat, peningkatan turnover, pelayanan kesehatan
menurun sehingga mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada pasien dan dapat mengakibatkan kepuasan pasien
menjadi rendah. Selain itu, dampak stres yang berkelanjutan pada perawat
dapat mengakibatkan kelelahan kerja atau burnout (Zukhra, 2013).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Woo (2020), dari 113
penelitian yang diterbitkan, menghasilkan total 45.539 perawat di berbagai
negara menyatakan sepersepuluh (11,23%) dari perawat di seluruh dunia
mengalami gejala kelelahan yang tinggi. Di Amerika Latin dan Karibia
memiliki tingkat burnout sebanyak 10,51%, kemudian diikuti oleh Asia
Tenggara dan Pasifik yang memilki tingkat burnout tertinggi sebanyak
13,68%. Penemuan ini tidak mengejutkan mengingat sifat pekerjaan
perawat secara fisik, kognitif, dan emosional banyak tuntutan pekerjaan
(Woo, Ho, Tang, & Tam, 2020).
Tuntutan pekerjaan yang banyak dapat menjadi faktor penyebab
stres pada perawat. Beberapa hal yang dapat menjadi faktor penyebab stres
3

pada perawat, yaitu tingginya beban kerja, resiko terinfeksi, terdapat


permasalahan dalam keluarga, jauhnya tempat tinggal dari tempat kerja,
3

kemacetan lalu lintas, serta fasilitas yang kurang memadai di tempat kerja
(Mahastuti, 2017).
Faktor penyebab stres perawat di ruang Instalasi Gawat Darurat
(IGD) berbeda dengan perawat di ruang Intensive Care Unit (ICU). Stres
pada perawat yang bekerja di ruang IGD merupakan akibat dari banyaknya
tuntutan pekerjaan untuk menangani pasien dalam kondisi gawat maupun
tidak mengalami kondisi gawat, selain itu perawat dapat berpikir kritis
dalam pengambilan keputusan klinis, serta perawat di ruang IGD harus
mampu memprioritaskan perawatan pasien dan kunjungan pasien yang
meningkat pada siang hingga malam hari juga berkontribusi terhadap stres
kerja perawat (Rembang, 2014).
Sedangkan pada perawat di ruang ICU memiliki tanggung jawab
dalam menangani pasien dalam kondisi kritis sehingga perawat dapat
memberikan pelayanan dan pengawasan terhadap kondisi pasien sepanjang
hari. Selain itu perawat di ruang ICU juga dituntut untuk mahir dalam
penggunaan peralatan dan teknologi yang canggihsebagai alat penunjang
hidup pasien, hal ini dapat mengakibatkan kelelahan dan berujung
terjadinya stres kerja (Mallyya, 2016).
Ruang IGD dan ICU merupakan dua bagian terpisah yang terdapat
di rumah sakit. Fasilitas yang ada di IGD harus menjamin efektivitas dan
efisiensi pelayanan gawat darurat dalam waktu 24 jam dalam sehari dan
tujuh hari dalam seminggu secara terus menerus. Perawat harus menangani
pasien yang datang di IGD, dalam kondisi yang terancam nyawanya atau
dalam keadaan darurat sehingga memerlukan pertolongan yang cepat dan
tepat paling lama 5 menit setelah sampai di IGD. Pelayanan yang
dilakukan oleh perawat minimal di IGD meliputi diagnosis, penanganan
permasalahan pada ABC (Airway, Breathing, Circulation) dan bisa
melakukan stabilisasi serta evaluasi (Permenkes RI, 2018).
Sedangkan ICU merupakan tempat yang memiliki kekhususan
sendiri dalam rumah sakit yang menangani pasien gawat karena penyakit,
4

trauma atau komplikasi penyakit lain. Selain itu, ICU menyediakan sarana
dan prasarana dan peralatan khusus untuk menunjang vital pasien seperti
monitor jantung, fibrilator, respirator, yang harus dikuasai oleh perawat,
serta penanganan di ICU berfokus pada bidang life support atau organ
support pada pasien kritis yang membutuhkan monitoring intensif
(Suprihatin, 2015).
Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa persamaan antara IGD
dan ICU diantaranya adalah keduanya memakai pendekatan multidisiplin
dari berbagai profesi yang bekerja sama untuk melakukan intervensi ke
pasien. Petugas medis yang bertugas di IGD dan ICU harus memiliki
keterampilan yang professional, sehingga keterampilan tersebut harus
selalu ditingkatkan, dikembangkan dan dipelihara sehingga menjamin
perawat dapat melaksanakan peran dan fungsinya secara profesional,
seperti kemampuan ACLS (Advance Cardiac Life Support) karena pasien
yang ditangani di IGD dan ICU merupakan pasien yang kritis, baik
disebabkan oleh penyakit maupun kecelakaan (Sesrianty, 2018).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gholamzadeh, Sharfif,
& Rad (2011) menyebutkan penyebab stres kerja pada perawat IGD di
Shiraz yaitu beban kerja yang tinggi, lingkungan fisik pekerjaan, masalah
dengan pasien dan keluarga, terpapar bahaya risiko kesehatan dan
keselamatan, kurangnya dukungan dari atasan, ketidakhadiran dokter di
ruang IGD, dan minimnya peralatan di IGD. Penelitian lainnya dilakukan
oleh Mustafidz (2013) di RSUD Cibinong didapatkan penyebab stres yang
memengaruhi stres kerja pada perawat IGD, yaitu kematian pasien,
kurangnya persiapan untuk perawatan pasien, masalah dengan sesama
profesi, masalah dengan keluarga pasien dan keluarga, serta kondisi ruang
IGD yang tidak layak.
Berbeda dengan penyebab stres kerja di ruang ICU, berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Muthmainah (2012) pada perawat ICU RS
Dr. Cipto Mangunkusumo didapatkan faktor penyebab stres kerja meliputi
5

beban kerja yang berat, rutinitas kerja yang monoton dan membosankan,
serta suasana lingkungan kerja yang tidak menunjang.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Rumah
Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru pada berupa wawancara
kepada 8 orang perawat yang ada di ruang IGD dan ruang ICU, terdapat
sebanyak 5 dari 8 orang perawat yang mengalami stres saat bekerja,
sehingga mengalami masalah dengan pekerjaan. Pembagian jadwal dinas
di ruang IGD dan ruang ICU dibagi dalam 3 shift diatur oleh kepala
ruangan,dimana pada shift pagi perawat yang berdinas terdiri dari 6-8
orang, pada shift siang 4-5 orang dan shift malam selalu 4-5 orang. Shift
dinas tidak selalu tetap karena terkadang ada perawat yang libur dinas atau
cuti melahirkan sehingga jumlahnya bisa saja berkurang. Tidak
seimbangnya antara perawat tiap shift nya dengan jumlah pasien setiap
harinya membuat tuntutan kerja perawat semakin meningkat. Apalagi
dalam merawat pasien dengan kondisi yang gawat darurat maupun tidak
gawat darurat.
Selain itu ruang IGD dan ICU dihadapkan dengan pasien-pasien
yang membutuhkan penanganan segera dan intensif, seperti pasien yang
membutuhkan penanganan resusitasi, pasien yang meninggal maupun
pasien yang akan pindah ke ruang rawat inap biasa merupakan beban kerja
yang tidak sedikit sehingga dengan keterbatasan waktu perawat merasa
stres yang menimbulkan gejala seperti lemas, mudah capek, sensitif, sakit
kepala, sakit pinggang, kurang konsentrasi, kaku otot, sulit untuk
beristirahat, mudah merasa gelisah dan gangguan tidur. Dari hal tersebut
maka perlu dilakukan pengkajian yang mendalam untuk mengetahui
penyebab stres kerja pada perawat di ruang IGD dan ruang ICU.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terkait analisis perbedaan penyebab stres kerja perawat ruang
instalasi gawat darurat dengan ruang intensive care unit.
6

B. Rumusan Masalah
Ruang IGD dan ICU merupakan dua bagian yang terpisah di rumah
sakit. Fasilitas yang ada di IGD harus menjamin efektivitas dan efisiensi
pelayanan gawat darurat dalam waktu 24 jam secara terus menerus.
Perawat yang bekerja di ruang IGD harus memiliki kemampuan cepat
tanggap dalam memberikan pertolongan pertama paling lama 5 menit
setelah sampai di IGD, baik dalam kondisi terancam nyawa nya maupun
keadaan darurat. Sedangkan perawat di ruang ICU menangani pasien
gawat karena penyakit, trauma atau komplikasi penyakit lain. Serta
menyediakan peralatan khusus untuk menunjang vital pasien.
Perawat di ruang IGD dan ICU memiliki kecenderungan stres kerja
karena perawat diruangan tersebut dihadapkan pada beban kerja yang
menuntut pengetahuan, perhatian dan keterampilan khusus untuk dapat
memberikan tindakan dengan cepat dan tepat. Stres kerja perawat dapat
terjadi karena jumlah tindakan yang harus dilakukan tidak sebanding
dengan jumlah tenaga perawat yang ada. Apabila stres tidak dikelola
dengan baik, maka stres pada perawat dapat menyebabkan terjadinya
kesalahan dalam melakukan perawatan pada pasien dan dapat
membahayakan keselamatan pasien. Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai “Apakah Terdapat Perbedaan
Penyebab Stres Kerja Perawat Ruang Instalasi Gawat Darurat dengan
Ruang Intensive Care Unit?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi perbedaan penyebab stres kerja perawat
instalasi gawat darurat dengan ruang intensive care unit.
2. Tujuan Khusus
7

a. Untuk mendeskripsikan karakteristik responden berdasarkan: usia,


jenis kelamin, masa kerja, jenjang pendidikan, dan status
perkawinan
b. Untuk mengidentifikasi penyebab stres kerja perawat instalasi
gawat darurat
c. Untuk mengidentifikasi penyebab stres kerja perawat intensive
care unit
d. Untuk menganalis perbedaan penyebab stres kerja perawat instalasi
gawat darurat dan intensive care unit
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi Institusi Pendidikan sebagai
bahan bacaan perpustakaan Fakultas Keperawatan Universitas Riau,
mengenai tambahan informasi tentang perbedaan penyebab stres kerja
perawat ruang instalasi gawat darurat dengan ruang intensive care unit.
2. Bagi Rumah Sakit
Untuk memberikan masukan dan gambaran tentang penyebab stres
kerja perawat, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
pihak manajemen rumah sakit untuk menyesuaikan beban kerja dengan
kemampuan dan keahlian perawat, sehingga tidak terjadi stres pada
perawat.
3. Bagi Perawat
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi kepada perawat
untuk mengetahui perbedaan penyebab stres kerja perawat ruang
instalasi gawat darurat dengan ruang intensive care unit.
4. Bagi Peneliti Berikutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar dan sebagai
evidence-based untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan
perbedaan penyebab stres kerja perawat ruang instalasi gawat darurat
dengan ruang intensive care unit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
1. Konsep Stres Kerja
a. Stres Kerja
Stres merupakan suatu keadaan yang terjadi pada individu
yang dapat mengakibatkan individu tersebut mengalami gangguan
perasaan dalam dirinya dan berpengaruh dalam kehidupan sehari-
hari. Perasaan yang terganggu itu karena adanya tuntutan atau
stimuli yang tidak biasa menimbulkan jawaban respon dari tubuh
secara khusus, tuntutan terhadap tubuh itu membuat tubuh
mengadakan penyesuaian secara kontan untuk memelihara
physiological dan psychososial serta homeostasis. Stres juga dapat
diartikan sebagai respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap
kebutuhan yang terganggu (Suprihatin, 2015).
Stres kerja adalah suatu keadaan emosional yang muncul
akibat ketidakseimbangan antara beban kerja dengan kemampuan
individu untuk mengatasi stres kerja yang dihadapinya (Vanchapo,
2020). Tuntutan kerja yang tinggi membuat para pekerja dituntut
untuk bekerja secara cepat (Karima, 2014).
b. Stres Kerja Perawat
Stres kerja perawat merupakan suatu keadaan di mana
perawat dihadapkan pada tuntutan pekerjaan yang melampaui batas
kemampuan individu perawat yang dapat menyebabkan masalah
kesehatan yang serius seperti gangguan fisiologis dan psikologis
perawat sehingga terganggunya asuhan keperawatan yang
diberikan (Herquanto et al, 2017).
Stres kerja pada perawat berhubungan erat dengan
kekerasan di tempat kerja, kecelakaan, ketegangan organisasi
seperti bentuk absensi, penurunan performa kerja, peningkatan

8
9

cedera dan komitmen organisasi yang rendah yang dapat


mengakibatkan turnover pada perawat (Herquanto et al, 2017).
c. Gejala Stres Kerja
Seseorang dalam bekerja terkadang merasa tidak mampu,
tidak nyaman, merasa bosan dan tertekan. Orang tersebut
sebenarnya sedang mengalami stres kerja. Kemunculan stres kerja
bersifat kumulatif, artinya sebenarnya gejala sudah timbul dalam
waktu yang cukup lama tetapi tidak terdeteksi jika tidak tampak
perilaku tertentu (Vanchapo, 2020). Menurut Vanchapo (2020)
mengelompokkan gejala-gejala stres kerja dalam tiga bagian, yaitu
gejala fisik, gejala psikis, dan gejala perilaku.
1) Gejala fisik, yang termasuk dalam gejala fisik di antara nya
adalah: detak jantung dan tekanan darah meningkat, munculnya
gangguan perut, timbul kelelahan fisik, sekresi adrenalin dan
noradrenalin yang meningkat, muncul masalah respirasi,
keringat berlebihan, sakit kepala serta gangguan tidur.
2) Gejala psikis, yang termasuk dalam gejala psikis adalah:
muncul kecemasan yang berlebihan, ketegangan dan
kebingungan, mudah marah dan kesal, merasa bosan dan sering
mengalami ketidakpuasan dalam bekerja, munculnya kelelahan
mental dan menurunnya fungsi intelektual, sulit berkonsentrasi,
dan mudah tersinggung.
3) Gejala sosial atau perilaku, yang termasuk ke dalam gejala
perilaku adalah: sering bermalas-malasan dalam bekerja,
kinerja dan produktivitas menurun, sering menghindari
pekerjaan, makan berlebihan sebagai upaya pelarian diri dari
masalah, mengurangi makan sebagai bentuk perilaku penarikan
diri dan menurunnya berat badan, dan hubungan dengan rekan
kerja tidak harmonis.
10

d. Sumber Stres Kerja Perawat


Sumber stres yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi
optimal maupun jatuh sakit, tidak hanya datang dari satu macam
pemicu saja tetapi juga beberapa pemicu stres. Sebagian dari waktu
adalah untuk bekerja, karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai
pengaruh besar terhadap kesehatan seorang pekerja. Sumber stres
kerja perawat menurut Happel (2013) adalah:
1) Beban kerja tinggi
Perawat mengalami stres kerja karena beban kerja yang tinggi
yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan staf perawat dengan
keterampilan perawat dalam satu shift serta pengalaman yang
rendah, jumlah pasien yang meningkat, kekurangan staf,
menggunakan peralatan khusus dan harus melakukan kegiatan
selain perawatan langsung ke pasien (misalnya mengatur
formulir pasien). Beban kerja yang tinggi juga dapat
mengakibatkan perawat tidak memiliki jadwal istirahat yang
cukup.
2) Masalah interpersonal
Masalah interpersonal yang sering muncul pada perawat seperti
bullying, masalah komunikasi dan konflik antar perawat.
Bahkan intimidasi masih sering terjadi di tempat kerja.
Berkenaan dengan komunikasi, perawat merasa bahwa tidak
semua informasi mengenai perawatan didokumentasikan
dengan baik. Dalam proses keperawatan, komunikasi sangat
mempengaruhi perawatan pasien sehingga sangat berkontribusi
terhadap stres perawat.
3) Shift kerja
Shift kerja merupakan tekanan dalam kehidupan kerja beberapa
perawat. Pekerjaan shift adalah stres fisik bagi perawat yang
membuat mereka merasa lelah, apalagi saat menjalankan shift
malam sehingga tidak mendapatkan tidur yang cukup.
11

4) Manajemen tidak mendukung


Sejumlah perawat mengalami stres diperburuk oleh dukungan
terbatas dari mereka yang berada di posisi manajemen senior.
5) Dokter tidak di tempat
Perawat merasa stres ketika mereka tidak bisa mendapatkan
dokter untuk menangani pasien yang darurat. Apalagi di saat
perawat harus menyelesaikan tugas-tugas lainnya. Hal ini dapat
mengakibatkan stres tinggi bagi perawat.
6) Tuntutan keluarga pasien
Perawat merasa tertekan karena tuntutan yang diberikan oleh
keluarga pasien. Tuntutan-tuntutan ini dapat diperburuk jika
keluarga pasien melampiaskan kekhawatiran mereka kepada
perawat dengan memarahi atau membentak perawat.
e. Penyebab Stres Kerja Perawat
Hal penting yang menyebabkan perawat menjadi stres tidak
hanya karena waktu yang dihabiskan di tempat kerja atau
disekitarnya, penyebab lainnya menurut Greenberg dalam
Muthmainah (2012) dapat dikelompokkan ke dalam 3 kategori,
yaitu faktor intrinsik pekerjaan, faktor ekstrinsik pekerjaan,serta
faktor invdividu.
1) Faktor intrinsik pada pekerjaan
a) Beban kerja
Beban kerja merupakan suatu kegiatan atau tugas
yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi yang
harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Jika
seorang pekerja dapat menyelesaikan jumlah tugas yang
diberikan, maka tidak menjadi suatu beban kerja
(Vanchapo, 2020).
Faktor stres kerja perawat yang disebabkan oleh
beban kerja yang berat antara lain tugas perawat dengan
jumlah rata-rata pasien tidak seimbang, jenis pekerjaan
12

yang banyak harus dilakukan demi keselamatan pasien,


kurangnya perawat yang memiliki kompetensi khususnya
perawat ruang ICU sehingga mereka merasa tidak mampu
menangani pasien-pasien kritis yang ada di ruang ICU. Jika
hal ini tidak diatasi dengan baik, maka akan menyebabkan
terjadinya stres kerja yang meningkat (Maryastuti, 2019).
Hal ini dirasakan oleh perawat IGD yang belum
memiliki banyak pengalaman, sehingga pada saat
menerima pasien di IGD dalam kondisi kritis dan gawat
darurat terkadang merasa kebingungan dan merasa tidak
mampu dalam pelimpahan tugas yang dibebankan pada
perawat. Maka dari itu diperlukan manajemen sumber daya
manusia di rumah sakit untuk mengantisipasi munculnya
stres bagi perawat (Yanto & Rejeki, 2017).
b) Rutinitas kerja
Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap sumber
intrinsik pekerjaan adalah rutinitas kerja. Kejenuhan yang
disebabkan karena pekerjaan rutin yang diulang-ulang
secara terus menerus, setiap langkah harus ditulis yang
dianggap sebagai pekerjaan yang membosankan
(Muthmainah, 2012). Kejenuhan terhadap pekerjaan yang
dirasakan oleh perawat yang bekerja di ruang IGD dan
ruang ICU karena sering melakukan pekerjaan yang
monoton seperti mengontrol TTV pasien dengan jarak
waktu yang singkat (Badri, 2020).
c) Suasana lingkungan kerja
Suasana lingkungan kerja akan mempengaruhi
munculnya stres akibat perubahan lingkungan yang akan
merangsang sikap perawat untuk dapat menyesuaikan
dengan lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang tidak
kondusif, terlalu ramai/berisik membuat perawat sulit untuk
13

berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaannya, penerangan


di ruangan tempat bekerja yang kurang terang menjadi sulit
bagi perawat untuk melakukan tindakan, serta perawat juga
merasakan bahwa ruang tempat bekerja yang kurang bersih
dan fasilitas kurang memadai mengakibatkan penurunan
semangat dalam bekerja dan berujung pada stres yang
dialami oleh perawat (Badri, 2020).
2) Faktor ekstrinsik dalam pekerjaan
a) Hubungan interpersonal
Menurut Putra (2013) menyatakan persepsi perawat
dengan hubungan interpersonal yang buruk dengan rekan
kerjanya memiliki risiko 4,5 kali untuk terkena stres sedang
saat bekerja. Hubungan interpersonal meliputi kurang
harmonisnya hubungan dengan pemimpin, tim kerja
(seperti dokter, rekan kerja, atasan, ataupun pasien dan
keluarga) atau dengan bawahan serta kesulitan dalam
mendelegasikan tanggung jawab. Buruknya hubungan
interpersonal merupakan salah satu penyebab terjadinya
stres kerja pada perawat (Muthmainah, 2012).
b) Pengembangan karir
Pengembangan karir merupakan persepsi perawat
terhadap peningkatan-peningkatan status atau karir perawat
dalam suatu unit tempat perawat bekerja (Pitri, Suparman
& Nurmayati, 2017). Pengembangan karir dapat dilakukan
dengan cara mengadakan pelatihan bagi perawat di ruangan
seperti pelatihan BTCLS dan pelatihan lainnya yang
berhubungan dengan penanganan pasien, penentuan kriteria
promosi dan penghasilan (Putra, 2013). Semakin baik
pengembangan karir seorang perawat, maka dapat
menurunkan tingkat stres kerja yang terjadi pada perawat
tersebut. Sedangkan tidak jelasnya pengembangan karir
14

seorang perawat, maka dapat meningkatkan tingkat stres


kerja pada perawat (Muthmainah, 2012).
c) Peran dalam organisasi
Setiap tenaga kerja memiliki kelompok tugasnya
yang harus dikerjakan sesuai dengan aturan-aturan yang
ada dan sesuai dengan harapan atasannya. Konflik peran
berhubungan dengan pertentangan antara tugas yang
dilakukan dengan keterampilan yang dimiliki. Tidak
berfungsinya peran dalam pekerjaan merupakan faktor
pembangkit stres, meliputi peran yang ambigu, tanggung
jawab kepada orang lain, konflik batasan-batasan
reorganisasi baik secara internal maupun eksternal
(Muthmainah, 2012).
d) Pengawasan atasan
Hal ini sangat penting dalam pelaksanaan tugas
sesuai dengan tujuan organisasi. Kurangnya kontrol dalam
tugas (supervisi) dari atasan (khususnya pengawasan
supervisor, kepala ruangan atau pengawasan dari
manajemen keperawatan yang lebih tinggi) dapat menjadi
penyebab stres kerja bagi perawat.
3) Faktor individu
a) Masalah keluarga
Setiap individu selalu mengharapkan kejadian
dalam tiap kehidupan yang dialaminya sesuai dengan
keinginan. Secara psikologis, peristiwa dalam kehidupan
dapat mengganggu perawat yaitu karena peristiwa tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan rumah tangga
(keluarga) (Siringoringo, Nontji, & Hadju, 2010). Selain
itu, kurangnya waktu luang yang dimiliki untuk berkumpul
dengan keluarga juga dapat menyebabkan stres kerja pada
perawat (Muthmainah, 2012).
15

b) Masalah ekonomi
Berdasarkan penelitian (Siringoringo, Nontji &
Hadju, 2010) menyebutkan masalah ekonomi yang
dihadapi oleh perawat cenderung akan mengalami stres
kerja berat sebesar 88,25. Perawat yang tidak dapat
mengelola sumber daya keuangan mereka merupakan
kesulitan pribadi yang menciptakan stres bagi perawat dan
dapat mengalihkan perhatian perawat dalam melakukan
pekerjaan.
c) Tipe kepribadian
Tipe kepribadian sangat berpengaruh terhadap
terjadinya stres pada perawat. Tipe kepribadian seseorang
menunjukkan bagaimana cara seseorang beradaptasi
terhadap tekanan-tekanan yang ada dilingkungan kerja
(Ismail, 2013). Tipe kepribadian tipe A bekerja selalu
bergelut dengan batas waktu, memiliki paksaan untuk
bekerja berlebih, dan sering menelantarkan aspek-aspek
lain dari kehidupan seperti keluarga, kegiatan waktu luang
dan rekreasi. Sebaliknya perilaku tipe B digambarkan
sebagai tipe yang easy-going dan santai. Secara relatif
bebas dari rasa mendesak dan saat bekerja mereka tidak
selalu harus berkejar dengan waktu (Muthmainah, 2012).
f. Klasifikasi Stres Kerja
1) Stress Akut (Acute Stress)
Stres Akut (acute stress) merupakan suatu reaksi yang terjadi
terhadap ancaman yang segera, umumnya dikenal dengan
respon atas pertengkaran atau bertingkah laku yang tak karuan.
Penyebab-penyebab dari stres akut antara lain:
a) Kebisingan
b) Keramaian
c) Pengasingan
16

d) Bahaya
e) Lapar
f) Infeksi
g) Bayangan suatu ancaman atau ingatan atas suatu peristiwa
berbahaya (mengerikan)
2) Stres Kronis (Chronic Stress)
Kehidupan yang modern menciptakan situasi stres
berkesinambungan yang tidak berumur pendek. Penyebab-
penyebab umum stres kronis antara lain:
a) Kerja dengan tekanan tinggi yang terus menerus
b) Kesepian
c) Problem-problem hubungan jangka panjang
d) Kekhawatiran financial terus-menerus
g. Tingkatan Stres Kerja
Gangguan yang terjadi pada saat stres biasanya muncul
secara lamban, tidak jelas kapan mulainya dan sering kali kita tidak
menyadarinya. Situasi stres ringan biasanya tidak akan berdampak
pada kerusakan fisiologis kronis, sedangkan stres sedang dan berat
biasanya akan dapat menimbulkan risiko penyakit medis dan
memburuknya penyakit kronis (Potter & Perry, 2010).
1) Stres ringan
Stres ringan merupakan stresor yang dihadapi oleh setiap
individu secara teratur seperti terlalu banyak tidur, kemacetan
lalu lintas, dan kritikan dari atasan.
2) Stres sedang
Stres sedang merupakan stresor yang berlangsung lebih lama,
dari beberapa jam hingga beberapa hari. Misalnya terjadi
perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan kerja, anak
sakit, atau permasalahan dengan keluarga.
17

3) Stres berat
Stres berat merupakan suatu kondisi kronis yang dapat
berlangsung dari beberapa minggu hingga beberapa tahun
seperti terjadinya pertengkaran dalam rumah tangga yang terus
menerus, kesulitan finansial yang berkepanjangan dan penyakit
fisik jangka panjang. Semakin lama situasi stres, maka semakin
tinggi resiko kesehatan yang ditimbulkan.
h. Faktor Risiko Stres Kerja Perawat
Menurut Khusnah (2017) kelompok stresor yang potensial
dapat menyebabkan stres pada perawat yang bekerja di rumah
sakit, yakni:
1) Kurangnya pengalaman menghadapi peristiwa kematian dan
sekarat
Semua perawat yang terpapar pengalaman bertemu dengan
peristiwa kematian, meninggal ataupun proses menuju
kematian berpotensi menimbulkan stres pada perawat. Hal
tersebut berdampak secara psikologis, fisik, sosial dan spiritual
bagi perawat. Kecemasan yang berkaitan dengan peristiwa
kematian ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengalaman dan
edukasi dalam menghadapi kematian.
2) Konflik dengan profesi kesehatan lain
Kekerasan verbal yang berada di lingkungan rumah sakit
berkaitan dengan situasi kerja yang penuh dengan ketegangan
dan hubungan kerja yang tidak harmonis. Seperti pelecehan
seksual, ancaman fisik, dan kekerasan verbal sering kali
dilakukan oleh dokter terhadap perawat, yang mengakibatkan
munculnya rasa kurang aman, frustasi, permasalah sikap, stres
dan kesulitan situasional.
3) Kurangsiapnya perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien dan
keluarga
18

Tugas perawat sangat berhubungan erat dengan pasien dan


keluarga yang menuntut stamina emosional yang cukup. Beban
kerja yang berat sementara jumlah perawat yang sangat terbatas
menyisakan waktu yang terbatas untuk pemenuhan aspek
keperawatan mental dan emosional pasien (Barello et al, 2014).
4) Permasalahan dalam tim kerja
Kekurangan tenaga perawat, pembagian tugas yang tidak
merata, jadwal kerja yang dapat berubah sewaktu-waktu, kerja
sama yang dirasakan kurang dengan beberapa teman kerja serta
kesulitan berkomunikasi dengan rekan kerja tertentu (Yana,
2015).
5) Permasalahan dengan atasan dan kurangnya dukungan
Kurangnya dukungan dari atasan memiliki konsekuensi
adanya peran ganda yang tidak teratasi. Terdapat hubungan erat
antara konflik peran ganda dan dukungan sosial dengan stres
kerja perawat. Semakin tinggi konflik ganda dan semakin
rendah dukungan sosial maka semakin tinggi stress kerja yang
akan dialami perawat. Sebaliknya apabila peran ganda dan
semakin tinggi dukungan sosial maka semakin rendah stress
yang dialami perawat (Almasitoh, 2011).
6) Beban kerja
Jadwal kerja yang seringkali berubah-ubah dikarenakan
system bergantian (shiftwork) merupakan salah satu faktor
pencetus stres kerja pada perawat (Putri, 2010). Selain itu,
perawat tidak memiliki jam istirahat yang cukup karena beban
kerja yang berat dan bekerja pada shift malam berturut-turut
merupakan salah satu faktor pencetus stres kerja pada perawat
dikarenakan jadwal kerja yang seringkali berubah-ubah karena
sistem shiftwork (Labrague & McEnroe-Petitte, 2017).
7) Ketidakjelasan pengobatan pasien
19

Perawat menjadi pihak yang selalu disalahkan ketika terjadi


kekeliruan dikarenakan perawat berhubungan langsung dengan
pasien maupun keluarga. Kejadian tersebut membuat perawat
mengalami ketegangan dan kecemasan ketika sebuah rencana
tata laksana pasien tidak selesai. Konflik peran salah satunya
berupa ketidakjelasan tata laksana pasien yang dirasakan oleh
perawat sebagai faktor yang mendatangkan stres (Yana, 2015).
8) Permasalahan kekerasan dari pasien dan keluarga
Karakteristik individu yang bermacam-macam dan potensi
terjadinya kekerasan baik secara verbal maupun fisik
merupakan salah satu risiko yang dihadapi oleh perawat dalam
tugasnya (Gates, 2011).
9) Diskriminasi
Perlakuan diskriminatif terhadap perawat dapat terjadi di
tempat kerja. Diskriminatif terhadap perawat merupakan salah
satu sumber stres, perlakuan berbeda disebabkan perbedaan
jenis kelamin, ras, dan kepercayaan yang dianut (Baptise,
2015).
i. Pengukuran Penyebab Stres Kerja Perawat
Penyebab stres yang dimiliki seseorang berbeda-beda
tergantung dari stresor yang mereka hadapi. Pengukuran penyebab
stres kerja sangat diperlukan untuk mengetahui apa saja faktor
pemicu stres yang dihadapi oleh perawat. Dalam penelitian ini
menggunakan alat ukur kuesioner yang di adobsi dari Muthmainah
(2012) yang dikelompokkan menjadi tiga jenis faktor penyebab
stres kerja, yaitu faktor intrinsik dalam pekerjaan (beban kerja,
rutinitas kerja dan suasana lingkungan kerja), faktor ekstrinsik
pekerjaan (hubungan interpersonal dengan dokter, rekan kerja,
atasan, pasien dan keluarga, pengembangan karir, peran dalam
organisasi dan pengawasan atasan), dan faktor individu di luar
20

organisasi (masalah keluarga, masalah ekonomi dan tipe


kepribadian).
Kuesioner penyebab stres kerja ini terdiri dari 35
pertanyaan yang mana setiap pertanyaan terdapat pilihan jawaban
menggunakan skala likert dengan skala nilai 1-4. Pernyataan
positif, nilai 1 untuk jawaban “sangat tidak setuju” nilai 2 untuk
jawaban “tidak setuju”, nilai 3 untuk jawaban “setuju” dan nilai 4
untuk jawaban “sangat setuju”. Sedangkan untuk pernyataan
negatif, nilai 4 untuk jawaban “sangat tidak setuju”, nilai 3 untuk
jawaban “tidak setuju”, nilai 2 untuk jawaban “setuju” dan nilai 1
untuk jawaban “sangat setuju”.
2. Perawat
a. Definisi Perawat
Perawat merupakan seseorang yang telah menyelesaikan
pendidikan tinggi keperawatan, baik didalam ataupun di luar negeri
dan telah diakui oleh pemerintah sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan (Kemenkes RI, 2017).
b. Peran Perawat
Menurut Kemenkes RI (2017) peran perawat secara umum
diantaranya:
1) Pemberi asuhan keperawatan (care provider)
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dituntut untuk
menerapkan keterampilan berpikir kritis dan pendekatan sistem
untuk penyelesaian masalah serta pembuatan keputusan
keperawatan dalam konteks pemberian asuhan keperawatan
yang komprehensif dan holistik berlandaskan aspek etik dan
legal.
2) Pemimpin komunitas (manager and community)
Perawat dalam menjalankan tugasnya disuatu
komunitas/kelompok masyarakat, perawat terkadang dapat
menjalankan peran kepemimpinan, baik komunitas profesi
21

maupun komunitas sosial dan juga dapat menerapkan dan


manajemen keperawatan dalam asuhan klien.
3) Pendidik (educator)
Perawat dalam menjalankan perannya sebagai perawat klinis,
perawat komunitas, maupun individu, perawat harus mampu
berperan sebagai pendidik klien dan sebagai pemberi informasi
kepada klien dan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya.
4) Pembela (advocate)
Perawat dalam menjalankan perannya diharapkan dapat
mengadvokasi atau memberikan pembelaan dan perlindungan
kepada pasien atau komunitas sesuai dengan pengetahuan dan
kewenangannya.
5) Peneliti (Researcher)
Perawat dalam menjalankan tugasnya diharapkan mampu
melakukan penelitian sederhana di bidang keperawatan dengan
cara menumbuhkan ide dan rasa ingin tahu serta mencari
jawaban terhadap fenomena yang terjadi pada klien di
komunitas maupun klinis. Harapannya dapat menerapkan hasil
kajian dalam rangka membantu mewujudkan Evidance Based
Nursing Practice (EBNP).
c. Jenis Perawat
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014
tentang Keperawatan, jenis perawat terdiri dari:
1) Perawat Vokasi; Lulusan minimal D3 Keperawatan
2) Perawat Profesi; Lulusan S1 Keperawatan
Perawat profesi terdiri dari Ners dan Ners Spesialis
3. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
a. Definisi Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan tempat
pelayanan kegawatdaruratan yang berperan sebagai gerbang utama
jalan masuknya pasien kondisi gawat darurat maupun tidak kondisi
22

gawat darurat, dan atau bagi pasien yang datang langsung ke


rumah sakit/lanjutan bagi pasien rujukan dari fasilitas pelayanan
kesehatan lain. IGD berfungsi menerima, menstabilkan dan
mengatur pasien yang membutuhkan penanganan
kegawatdaruratan segera baik dalam kondisi sehari-hari maupun
bencana (Permenkes RI, 2018).
Perawat yang bekerja di unit pelayanan kegawatdaruratan
adalah perawat yang memiliki kompetensi kegawatdaruratan yang
diperoleh melalui pelatihan kegawatdaruratan terstandar sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Permenkes RI,
2018).
Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai
tugas menyelenggarakan asuhan medis dan asuhan keperawatan
sementara serta pelayanan pembedahan darurat, bagi pasien yang
datang dengan kondisi gawat darurat medis. Pelayanan pasien
gawat darurat adalah suatu pelayanan yang memerlukan pelayanan
segera, yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan
kecacatan. Salah satu indicator mutu pelayanan adalah waktu
tanggap (respons time) (Depkes RI, 2011).
Secara umum kegiatan di IGD rumah sakit dan tanggung
jawab IGD terdiri dari:
1) Menyelenggarakan Pelayanan Kegawatdaruratan yang
bertujuan untuk menangani kondisi akut atau menyelamatkan
nyawa dan/atau kecacatan yang terjadi pada pasien
2) Menerima pasien rujukan yang memerlukan penanganan
lanjut/definitive dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya
3) Merujuk kasus-kasus Gawat Darurat apabila Rumah Sakit
tersebut tidak mampu melakukan layanan lanjut/definitif
23

b. Kriteria Instalasi Gawat Darurat (IGD)


IGD rumah sakit harus dikelola dan diintegrasikan dengan
instalasi/unit lainnya didalam rumah sakit. Kriteria umum IGD
rumah sakit terdiri dari:
1) Dokter/dokter Gigi sebagai Kepala IGD rumah sakit
disesuaikan dengan kategori penanganan
2) Dokter/dokter Gigi penanggung jawab Pelayanan
Kegawatdaruratan ditetapkan oleh kepala/direktur rumah sakit
3) Perawat sebagai penanggungjawab pelayanan keperawatan
kegawatdaruratan
4) Semua Dokter, Dokter Gigi, tenaga kesehatan lain, dan tenaga
nonkesehatan harus dapat melakukan teknik pertolongan hidup
dasar (Basic Life Support)
5) Memiliki program penanggulangan Pasien massal, bencana
(Disaster Plan) terhadap kejadian-kejadian baik di dalam
maupun diluar rumah sakit
6) Jumlah dan jenis serta kualifikasi tenaga di IGD rumah sakit
harus sesuai dengan kebutuhan pelayanan
c. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Menurut Permenkes RI (2018) tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan menyebutkan terdapat jenis pelayanan gawat
darurat berdasarkan level I sampai dengan level IV, sebagai
berikut:
1) Level I
Pelayanan yang diberikan pada level I adalah:
a) Memberikan diagnosis dan penanganan masalah pada jalan
napas (airway problem), ventilasi pernapasan (breathing
problem) dan sirkulasi pembuluh darah (sirculation
problem)
b) Melakukan resusitasi dasar, stabilisasi dan evakuasi
2) Level II
24

Pelayanan yang diberikan pada level II adalah:


a) Memberikan diagnosis dan penanganan masalah pada jalan
napas (airway problem), ventilasi pernapasan (breathing
problem) dan sirkulasi pembuluh darah (sirculation
problem)
b) Melakukan resusitasi dasar, penilaian disability,
penggunaan obat, EKG dan defibrilasi
c) Evakuasi dan rujukan antar fasilitas layanan kesehatan
d) Bedah emergensi
3) Level III
Pelayanan yang diberikan pada level III berupa:
a) Memberikan diagnosis dan penanganan masalah pada
A, B, C, dengan alat yang lebih lengkap termasuk
ventilator
b) Melakukan resusitasi dasar, penilaian disability,
penggunaan obat, EKG dan defibrilasi
c) Evakuasi dan rujukan antar fasilitas layanan kesehatan
d) ROE (Ruang Observasi Emergensi)
e) Bedah emergensi
4) Level IV
Pelayanan yang diberikan pada level IV berupa:
a) Memberikan diagnosis dan penanganan masalah pada
A, B, C, dengan alat yang lebih lengkap termasuk
ventilator
b) Melakukan resusitasi dasar, penilaian disability,
penggunaan obat, EKG dan defibrilasi
c) Observasi ROE (Ruang Observasi Emergensi)
d) Bedah emergensi
e) Anestesi emergensi
25

d. Kompetensi Perawat IGD


Perawat yang bekerja di rumah sakit harus memiliki
kompetensi khusus, yang diperoleh melalui basic life support atau
advance life support. Kompetensi tersebut meliputi pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang harus ditingkatkan dan dikembangkan
sehingga menjamin perawat dalam melakukan tugasnya secara
profesional.
Kompetensi tersebut diuraikan berdasarkan pendekatan
system dan fungsi tubuh sebagai berikut:
1) Sistem pernapasan (manajemen airway dan breathing)
a) Mengetahui adanya sumbatan jalan napas
b) Membebaskan jalan napas
c) Memberikan napas bantuan
d) Melakukan resusitasi kardio pulmoner
e) Mengetahui tanda-tanda trauma torak
f) Memberikan pertolongan pertama pada trauma torak
2) Sistem sirkulasi (jantung)
a) Mengetahui tanda-tanda aritmia jantung, syok
b) Memberikan pertolongan pertama pada aritmia jantung
c) Mengetahui adanya henti jantung
d) Mengatur posisi baring
e) Meberi pertolongan pertama pada henti jantung
3) Sistem Vaskular
a) Menghentikan perdarahan dengan menekankan atau
memasang tourniquet
b) Melakukan kolaborasi untuk pemasangan
infus/transfuse
c) PERL-A (Pupil size, Equality, Reaction to light and
Accommodation)
4) Sistem saraf
26

a) Mengetahui pemeriksaan neurologis umum APVU


(Alert, Pain, Verbal, Unrespone)
b) Pemeriksaan PERL-A (Pupil size, Equality, Reacrion to
light and Accommodation)
c) Mengetahui tanda-tanda koma dan memberi
pertolongan pertama
d) Memberikan pertolongan pertama pada trauma kepala
e) Mengetahui tanda-tanda kelainan neurologis
f) Mengetahui tanda-tanda stroke dan memberi
pertolongan pertama
g) Memberikan pertolongan pada keadaan kelainan
neurologis
5) Sistem immunologis
a) Mengetahui tanda-tanda syok anafilaksis
b) Memberikan pertolongan pertama pada syok anafilaksis
6) Sistem gastrointestinal
a) Mengetahui tanda-tanda akut abdomen
7) Sistem skeletal
a) Mengetahui tanda-tanda patah tulang
b) Mampu memasang bidai
c) Mampu mentranformasi penderita dengan patah tulang
8) Sistem integument
a) Memberikan pertolongan pertama pada luka
b) Memberikan pertolongan pertama pada luka bakar
9) Sistem farmakologis-toksikologis
a) Memberikan pertolongan pertama pada keracunan
b) Memberikan pertolongan pertama pada
penyalahgunaan obat
c) Melakukan pertolongan pertama pada gigitan binatang
10) Sistem reproduksi
a) Mengenai kelainan darurat obstetric atau ginekologi
27

b) Melakukan pertolongan pertama gawat darurat


kebidanan
11) Aspek psikologis
a) Mampu mengidentifikasi gangguan psikososial
b) Mampu memberikan pertolongan pertama
4. Intensive Care Unit (ICU)
a. Definisi Intensive Care Unit (ICU)
Intensive Care Unit (ICU) merupakan suatu unit atau
tempat perawatan klien kritis/gawat atau klien yang mempunyai
resiko tinggi terjadinya kegawatan yang disebabkan oleh penyakit
atau trauma, dengan cara perawatan intensif, serta pengobatan yang
tepat dan cepat yang dilengkapi peralatan khusus dan canggih serta
dokter dan staf perawat yang sudah terlatih (Suprihatin, 2015).
b. Standar Pelayanan ICU
Menurut Departemen Kesehatan RI (2011) menyebutkan
bahwa ICU harus memiliki kekhususan seperti:
1) Memiliki ruang khusus tersendiri didalam rumah sakit.
2) Memiliki kriteria penderita masuk, keluar dan rujukan.
3) Memiliki dokter spesialis yang dibutuhkan dan dapat
dihubungi, datang setiap saat diperlukan.
4) Dikelola oleh seorang ahli anestesiologi konsultan intensive
care atau dokter ahli konsultan intensive care yang lain yang
dapat bertanggung jawab secara keseluruhan dan dokter jaga
yang minimal mampu resusitasi jantung paru.
5) Mampu menyediakan tenaga perawat dengan perbandingan
klien : perawat sama dengan 1:1 untuk klien dengan ventilator,
renal replacement terapy, dan 2:1 untuk kasus-kasus lainnya.
6) Memiliki perawat yang sudah bersertifikat terlatih
perawatan/terapi intensif atau minimal berpengalaman kerja
tiga tahun di ICU.
28

7) Mampu melakukan semua bentuk pemantauan dan


perawatan/terapi intensif baik non invasive maupun invasive.
8) Mampu melayani pemeriksaan laboratorium, rontgen,
kemudahan diagnostik dan fisioterapi selama 24 jam.
9) Memiliki seorang yang mampu dalam mendidik tenaga medik
dan para medik agar dapat memberikan pelayanan yang
optimal pada klien
10) Memiliki prosedur untuk pelaporan dan pengkajian
11) Memiliki staf tambahan yang lain, seperti tenaga administrasi,
tenaga rekam medik, tenaga untuk kepentingan ilmiah dan
penelitian.
c. Tugas Perawat ICU
Tugas perawat ICU menurut Suprihatin (2015) adalah:
1) Memberikan asuhan keperawatan secara holistic meliputi Bio,
Psiko Sosial, dan Spiritual.
2) Melaksanakan semua tindakan keperawatan dan pemantauan
klien.
3) Melaksanakan tugas limpahan tindakan medis sesuai dengan
rencana pengelolaan klien.
4) Dalam keadaan darurat dapat memberikan pertolongan pertama
sesuai dengan kaidah Resusitasi Kardiopulmoner Penunjang
Hidup Dasar dan Lanjut (Basic and Advanced Life Support).
5) Melaporkan kepada dokter ICU atau dokter jaga ICU tentang
perubahan keadaan klien yang dirawat.
6) Mendokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan pada
status klien.
7) Melakukan timbang terima secara menyeluruh pada setiap
pergantian tugas.
8) Membuat laporan inventaris klien dan tindakan keperawatan
setiap hari.
29

9) Ikut menjaga dan bertanggung jawab agar semua peralatan


medik maupun non medik di ICU berada dalam kondisi prima
dan siap pakai
10) Sebagai anggota tim medik wajib menjaga agar policy,
prosedur perawatan dan pengendalian infeksi tetap ditegakan
dan dilaksanakan dengan baik.
11) Pengaturan jaga di ICU dilakukan oleh penanggung jawab
urusan SDM ICU
d. Karakterisktik Perawat ICU
Karakteristik perawat yang bekerja dilingkungan
keperawatan intensif menurut Depkes RI (2006) meliputi:
1) Mengelola pasien mengacu pada standar keperawatan intensif
dengan konsisten
2) Menghormati sesama sejawat dan tim lainnya
3) Mengintegrasikan kemampuan ilmiah dan keterampilan serta
diikuti oleh nilai etik dan legal dalam memberikan asuhan
keperawatan
4) Berespon secara terus menerus dengan perubahan lingkungan
5) Menerapkan keterampilan komunikasi secara efektif
6) Mendemonstrasikan kemampuan keterampilan klinis yang
tinggi
7) Menginterpretasikan analisa situasi yang kompleks
8) Mengembangkan pendidikan kesehatan untuk pasien dan
keluarga
9) Berpikir kritis
10) Mampu menghadapi tantangan (challenging)
11) Mengembangkan pengetahuan dan penelitian
12) Berfikir ke depan (visionary)
13) Inovatif
e. Kompetensi Perawat ICU
30

Untuk dapat memberikan pelayanan sesuai dengan


kompleksitas pasien di ICU maka dibutuhkan perawat yang
memiliki kompetensi klinis ICU. Adapun kompetensi
minimal/dasar dan khusus/lanjut menurut Departemen Kesehatan
RI (2006) sebagai berikut:
1) Kompetensi dasar/minimal
a) Memahami konsep keperawatan intensif
b) Memahami issue etik dan hukum pada perawatan
intensif
c) Menggunakan keterampilan komunikasi yang efektif
untuk mencapai asuhan yang optimal
d) Melakukan pengkajian dan menganalisa data yang
didapat khususnya mengenai; henti nafas dan jantung,
status pernafasan, gangguan irama jantung, status
hemodinamik pasien dan status kesadaran pasien
e) Mempertahankan kebersihan jalan nafas pada pasien
yang terpasang endo tracheal tube (ETT)
f) Mempertahankan potensi jalan nafas dengan
menggunakan ETT
g) Melakukan fisioterapi dada
h) Memberikan terapi inhalasi
i) Mengukur saturasi oksigen dengan menggunakan pulse
oximetri
j) Memberikan terapi oksigen dengan menggunakan
berbagai metode
k) Melakukan monitoring hemodinamik non invasif
l) Memberikan BLS (basic life support) dan ALS
(advance life support)
m) Melakukan perekaman serta interpretasi hasi rekaman
EKG; gangguan system konduksi, gangguan irama, dan
31

pasien dengan gangguan miocard (iskemik, injury dan


infark)
n) Melakukan pengambilan contoh darah untuk
pemeriksaan AGD serta melakukan interpretasi hasil
pemeriksaan
o) Melakukan interpretasi hasil foto thorax
p) Melakukan persiapan pemasangan Water Seal
Drainage (WSD)
q) Mempersiapkan pemberian terapi melalui syringe pump
dan infus pump
r) Melakukan pengelolaan pasien dengan nutrisi
parenteral, terapi cairan intra vena
s) Melakukan pengelolaan pasien dengan sindroma
coroner akut
t) Melakukan penanggulangan infeksi nosocomial di ICU
2) Kompetensi khusus/lanjut
a) Seluruh kompetensi dasar dari a-r
b) Mengelola pasien yang menggunakan ventilasi
mekanik
c) Mempersiapkan pemasangan kateter arteri
d) Mempersiapkan pemasangan kateter vena sentral
e) Mempersiapkan pemasangan kateter arteri pulmonal
f) Melakukan pengukuran curah jantung
g) Melakukan pengukuran tekanan vena sentral
h) Melakukan persiapan pemasangan Intra Aortic Baloon
Pump (LABP)
i) Melakukan persiapan pemasangan alat hemodialysis,
hemofiltrasi (Continous Arterial Venous Hemofiltration
[CAVH]/Continous Venous Venous Hemofiltration
[CVVH])
j) Melakukan pengukuran tekanan intra kranial
32

k) Melakukan pengelolaan pasien yang terpasang kateter


invasif (arteri line, cup line, kateter Swan Ganz)
l) Melakukan pengelolaan pasien yang menggunakan
terapi trombolitik
m) Melakukan pengukuran PETCO2 (Konsentrasi CO2
pada akhir ekspirasi).
B. Kerangka Konsep

Skema 1
Kerangka Konsep Penelitian

Ruang Kerja Penyebab Stres Kerja Stres

Ruang IGD Faktor Intrinsik Ringan


Pekerjaan Sedang
Ruang ICU a. Beban kerja Berat
b. Rutinitas kerja
c. Suasana lingkungan
kerja
Faktor Ekstrinsik
Pekerjaan
a. Hubungan
interpersonal
b. Pengembangan karir
c. Peran dalam
organisasi
d. Pengawasan atasan
Faktor Individu
a. Masalah keluarga
b. Masalah ekonomi
c. Tipe kepribadian
C. Hipotesa
Ha: Terdapat perbedaan penyebab stres kerja antara perawat ruang
instalasi gawat darurat dengan ruang intensive care unit
Ho: Tidak terdapat perbedaan penyebab stres kerja antara perawat ruang
instalasi gawat darurat dengan ruang intensive care unit
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain dan Metode Penelitian


Desain penelitian adalah rancangan yang akan digunakan dalam
melakukan proses sebuah penelitian (Notoatmodjo, 2018). Penelitian ini
menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross
sectional. Desain penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
dilakukan untuk melihat gambaran suatu fenomena yang terjadi didalam
populasi (Masturoh & Anggita, 2018).
Pendekatan cross sectional merupakan penelitian yang dilakukan
dengan pengumpulan data dengan sekaligus dalam waktu yang sama.
Artinya, setiap subjek penelitian hanya diamati satu kali dan pengukuran
dilakukan secara bersamaan. Desain ini digunakan untuk mengidentifikasi
perbedaan penyebab stres kerja perawat ruang instalasi gawat darurat
dengan ruang intensive care unit.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang IGD dan ICU RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru. Pemilihan RSUD Arifin Achmad sebagai tempat
penelitian karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit rujukan
dan rumah sakit pendidikan. Selain itu karena memiliki tenaga
keperawatan lulusan institusi pendidikan dalam negeri maupun luar
negeri dengan kualifikasi pendidikan keperawatan DIII, S1, dan S2
Keperawatan.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan mulai dari pengajuan judul proposal
sampai dengan seminar hasil penelitian, yaitu dari bulan Februari
sampai dengan bulan Juli 2020. Jadwal penelitian dapat dilihat dari
tabel di bawah ini:

33
34

Tabel 1
Jadwal Penelitian
Waktu pelaksanaan
Kegiatan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Perumusan
masalah
Penyusunan
proposal
Seminar
proposal
Revisi
proposal
Pengumpulan
data
Pengolahan
data
Seminar hasil
Perbaikan
seminar hasil

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi Penelitian
Populasi adalah suatu objek atau subjek yang menjadi sasaran
penelitian tersebut yang mempunyai kuantitas dan karakteristik yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya
(Rosady, 2013). Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh perawat
yang bekerja di ruang IGD dan ruang ICU RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah perawat yang
berada di ruang IGD sebanyak 29 orang dan di ruang ICU sebanyak 22
orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan sebagian dari jumlah karakteristik yang
dimiliki oleh populasi (Notoadmojo, 2018). Sampel penelitian ini
menggunakan teknik Stratified Random Sampling merupakan teknik
pengambilan sampel melalui proses pembagian populasi kedalam
strata, kemudian mengambil sampel dari setiap kelompok atau strata,
35

dan menggabungkannya ke dalam sebuah sampel. Populasi tersebut


kemudian dibagi kedalam strata yang karakteristiknya sama (Masturoh
& Anggita, 2018). Pada penelitian ini peneliti akan memisahkan antara
populasi perawat yang bertugas di IGD dengan perawat yang bertugas
di ICU, yang bertujuan untuk menentukan masing-masing sampel yang
dibutuhkan.
Populasi perawat yang bertugas di ICU sebanyak 22 orang,
sedangkan populasi perawat di IGD sebanyak 29 orang, maka dari itu
perlu menyamakan jumlah sampel dari setiap populasi dengan
menggunakan rumus baku dari Taro Yamane (Imron, 2014):

N
Rumusn=
N d2 +1
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d2 = presisi yang ditetapkan (5%)
22
n= 2
22( 0,05 )+1
22
n=
1.005
n=20.85
n = dibulatkan menjadi 21 orang
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, jumlah sampel penelitian
untuk perawat yang bertugas di ICU adalah 21 orang. Dalam penelitian
ini jumlah sampel yang digunakan harus memiliki perbandingan yang
sama, sehingga jumlah sampel yang akan diambil untuk perawat di
IGD adalah sebanyak 21 orang juga (Arikunto, 2010).
Pemilihan sampel dilakukan dengan menetapkan kriteria
inklusi dan eksklusi, kriteria tersebut yang dapat menentukan bisa atau
tidaknya sampel tersebut digunakan. Kriteria inklusi adalah kriteria
yang menyaring anggota populasi menjadi sampel yang memenuhi
36

kriteria yang sesuai dengan topik penelitian (Masturoh & Anggita,


2018). Kriteria eksklusi adalah kriteria yang digunakan untuk
mengeluarkan anggota sampel dari kriteria inklusi atau anggota
populasi tidak sesuai sehingga tidak dapat diambil sebagai sampel
(Masturoh & Anggita, 2018).
Proses pengambilan sampel pada penelitian ini berdasarkan
kriterianya sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
1) Perawat pelaksana yang bertugas di ruang IGD dan di
ruang ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
2) Perawat dengan masa kerja lebih dari 6 bulan
3) Bersedia menjadi responden dengan menandatangani
informed consent
4) Pendidikan minimal D3 Keperawatan
5) Tidak sedang dalam masa cuti dan sakit
b. Kriteria eksklusi
1) Perawat pelaksana yang sedang cuti kerja/libur dinas
2) Perawat pelaksana dengan masa kerja kurang dari 6 bulan
3) Perawat pelaksana yang izin belajar
4) Perawat pelaksana pindahan
D. Etika Penelitian
Menurut Sumantri (2011) menyebutkan etika penelitian memiliki
empat prinsip utama, yaitu:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek untuk
mendapatkan informasi yang terbuka berhubungan dengan jalannya
penelitian serta memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan dan
bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian
(autonomy). Tindakan yang terkait dengan prinsip menghormati harkat
dan martabat manusia adalah: peneliti mempersiapkan formulir
persetujuan subjek (informed consent) yang terdiri dari:
37

a. Penjelasan manfaat penelitian


b. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang dapat
ditimbulkan
c. Penjelasan manfaat yang akan didapatkan
d. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang akan
diajukan subjek berkaitan dengan prosedur penelitian
e. Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri kapan saja
f. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy and confidentiality)
Setiap individu memiliki hak-hak dasar termasuk privasi dan
kebebasan individu tersebut. Peneliti tidak boleh menampilkan
informasi mengenai identitas subjek baik nama maupun alamat asal
dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas dan
kerahasiaan identitas subjek. Peneliti dapat menggunakan koding
(inisial atau identification number) sebagai pengganti identitas
responden.
3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)
Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil untuk
memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-
hati, professional, berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-
faktor ketepatan, keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta
perasaan religius subjek penelitian. Lingkungan penelitian
dikondisikan agar memenuhi prinsip keterbukaan, yaitu kejelasan
prosedur penelitian. Keadilan memiliki bermacam-macam teori,
namun yang terpenting adalah bagaimanakah keuntungan dan beban
harus di distribusikan di antara anggota kelompok masyarakat. Prinsip
keadilan mengharuskan sejauh mana kebijakan penelitian membagikan
keuntungan dan beban secara merata atau menurut kebutuhan,
kemampuan, kontribusi, dan pilihan bebas masyarakat.
38

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing


harms and benefits)
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian
yang telah ditentukan guna mendapatkan hasil yang bermanfaat bagi
subjek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi
(beneficene). Peneliti meminimalkan dampak yang merugikan bagi
subjek (nonmaleficence). Apabila intervensi penelitian berpotensi
mengakibatkan cedera atau stres tambahan, maka subjek dikeluarkan
dari kegiatan penelitian untuk mencegah terjadinya cedera, kesakitan,
stres, maupun kematian subjek penelitian.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan uraian tentang batasan
variabel yang diteliti, atau tentang apa yang diukur oleh variabel tersebut
sehingga pengamatan yang dilakukan akan lebih terarah (Notoatmodjo,
2018). Definisi operasional pada penelitian ini dilihat pada tabel berikut
ini:

Tabel 2
Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur

Penyebab stres
kerja

1. Faktor
intrinsik
pekerjaan
Kapasitas pekerjaan Kuesioner Ordinal IGD
a. Beban yang diberikan oleh Berat jika nilai
kerja ruangan median >19
Ringan jika nilai
median <19

ICU
Berat jika nilai
mean >22
Ringan jika nilai
39

mean <22

Variabel Definisi Alat Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur

b. Lingkung Persepsi responden Kuesioner Ordinal IGD


an kerja terhadap Menunjang jika
kenyamanan saat nilai median
berada di ruangan >17
IGD atau ICU, Tidak
keramaian ruangan Menunjang jika
dan fasilitas di nilai median
ruangan secara <17
kuantitas dan
kualitas ICU
Menunjang jika
nilai median
>16
Tidak
Menunjang jika
nilai median
<16

2. Faktor
ekstrinsik
pekerjaan

a. Hubunga Kualitas hubungan Kuesioner Ordinal IGD


n antara responden Baik jika nilai
interperso dengan dokter, median > 16
nal rekan kerja, atasan, Buruk jika nilai
pasien dan median <16
keluarganya
ICU
Baik jika nilai
median > 17
Buruk jika nilai
median <17

b. Pengemb Persepsi responden Kuesioner Ordinal IGD


angan terhadap pengaruh Baik jika nilai
karir penilaian kinerja median >19
dengan Buruk jika nilai
40

pengembangan median <19


karir, kepuasan
kegiatan promosi, ICU
dan peluang untuk Baik jika nilai
keterampilan baru mean >21,62
yang dimiliki Buruk jika nilai
mean <21,62

Variabel Definisi Alat Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur

c. Pengawasan Pemenuhan Kuesioner Ordinal IGD


atasan arahan atau Baik jika nilai
bimbingan, median >16
pengawasan Buruk jika nilai
yang diberikan median <16
oleh atasan
kepada ICU
responden Baik jika nilai
selama bekerja median > 17
di ruang IGD Buruk jika nilai
atau ICU median <17

3. Faktor individu
a. Masalah Persepsi Kuesioner Ordinal IGD
Keluarga individu Memiliki
terhadap masalah jika
masalah yang nilai median >17
tidak Tidak Memiliki
menyenangkan masalah jika
di dalam rumah nilai median <17
tangga
ICU
Memiliki
Masalah jika
nilai mean
>15,57
Tidak Memiliki
masalah jika
nilai mean
<15,57

b. Masalah Persepsi Kuesioner Ordinal IGD


ekonomi individu Tinggi jika nilai
terhadap median >17
kebutuhan Rendah jika nilai
41

sehari-hari median <17

ICU
Tinggi jika nilai
median >16
Rendah jika nilai
median <16

c. Tipe Persepsi Kuesioner Ordinal IGD


kepribadian individu dalam Baik jika nilai
beradaptasi median >16
terhadap Buruk jika nilai
tekanan di median <16
lingkungan
kerja ICU
Baik jika nilai
median >17
Buruk jika nilai
median <17

F. Alat Pengumpulan Data


1. Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
lembar kuesioner. Kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan atau
pernyataan yang tertulis kepada responden untuk mendapatkan suatu
informasi yang akurat (Masturoh & Anggita, 2018).
a. Bagian A, merupakan data demografi dari responden penelitian.
Data tersebut berupa data nomor responden, tanggal pengisian
kuesioner, usia responden, jenis kelamin, pendidikan terakhir,
status pernikahan, lama bekerja dan status kepegawaian.
b. Bagian B, merupakan kuesioner yang mengukur penyebab stres
kerja perawat yang diadopsi dari Muthmainah (2012) yang sudah
dilakukan uji validitas/reliabilitas (r=0,86). Kuesioner ini terdiri
dari 65 pertanyaan yang dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu
42

faktor intrinsik pekerjaan (beban kerja, rutinitas kerja dan suasana


lingkungan kerja), faktor ekstrinsik pekerjaan (hubungan
interpersonal dengan dokter, rekan kerja, atasan, pasien dan
keluarga, pengembangan karir, peran dalam organisasi dan
pengawasan atasan), dan faktor individu di luar organisasi
(masalah keluarga, masalah ekonomi dan tipe kepribadian).
Penilaian ditentukan dengan skala likert dengan skala nilai 1-4.
Pernyataan positif, nilai 1 untuk jawaban “sangat tidak setuju” nilai
2 untuk jawaban “tidak setuju”, nilai 3 untuk jawaban “setuju” dan
nilai 4 untuk jawaban “sangat setuju”. Sedangkan untuk pernyataan
negatif, nilai 4 untuk jawaban “sangat tidak setuju”, nilai 3 untuk
jawaban “tidak setuju”, nilai 2 untuk jawaban “setuju” dan nilai 1
untuk jawaban “sangat setuju”. Setelah kuesioner diisi oleh
responden, selanjutnya peneliti melakukan penilaian dengan cara
menjumlahkan skor dari pertanyaan-pertanyaan untuk masing-
masing faktor penyebab stres kerja tersebut sesuai jumlah
pertanyaan. Berikut kisi-kisi kuesioner penyebab stres kerja.
Tabel 3
Kisi-Kisi Kuesioner Penyebab Stres Kerja

Variabel Indikator Jumlah pertanyaan Nomor pada


instrument

positif Negatif

Penyebab Faktor intrinsik pekerjaan 4


stres kerja a. Beban kerja 3 4
b. Rutinitas kerja 3 3 1-20
c. Suasana lingkungan kerja 3

Faktor ekstrinsik pekerjaan 2


a. Hubungan interpersonal 2 4
b. Pengembangan karir 2 6
c. Peran dalam organisasi 2 5 21-47
d. Pengawasan atasan 4

Faktor individu 3
a. Masalah keluarga
43

b. Masalah ekonomi 2 3
c. Tipe kepribadian 2 4 48-65
4

Total
24 41 65

G. Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data dalam penelitian harus disusun secara
sistematis agar penelitian dapat berjalan dengan lancar sehingga tujuan
yang diinginkan tercapai. Prosedur penelitian yang dijalani oleh peneliti
dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Setelah proposal penelitian mendapatkan persetujuan dari
pembimbing, peneliti selanjutnya mengurus surat permohonan izin
pengambilan data dan surat izin penelitian dari Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Riau.
2. Peneliti kemudian menyerahkan surat rekomendasi dari pihak kampus
Fakultas Ilmu Keperawatan kepada pihak direktur Rumah Sakit Arifin
Achmad Pekanbaru melalui instansi diklit untuk mendapatkan izin
pengambilan data.
3. Setelah peneliti mendapatkan izin pengambilan data, peneliti meminta
jumlah perawat yang berada di ruang IGD dan ruang ICU kepada
kepala ruangan di masing-masing ruang.
4. Sebelum kuesioner disebarkan untuk penelitian, peneliti terlebih
dahulu melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner di rumah
sakit yang setipe dengan lokasi penelitian.
5. Setelah proposal penelitian disahkan, peneliti mengikuti uji kode etik
peneliti mengurus surat permohonan izin penelitian kepada direktur
Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru melalui instansi diklit untuk
mendapatkan izin penelitian.
6. Setelah dinyatakan lulus dalam kode etik, peneliti mengurus surat
permohonan izin penelitian kepada direktur Rumah Sakit Arifin
44

Achmad Pekanbaru melalui instansi diklit untuk mendapatkan izin


penelitian.
7. Setelah mendapatkan izin, peneliti meminta izin penelitian dan segera
melakukan penelitian di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan
ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Arifin Achmad
Pekanbaru.
8. Setelah bertemu dengan responden, peneliti menjelaskan secara
singkat, padat, dan jelas tentang tujuan penelitian, prosedur penelitian,
dan memberi informed consent kepada calon responden yang bersedia
untuk terlibat menjadi sampel dalam penelitian.
9. Apabila responden setuju, kemudian responden menandatangani
informed consent tersebut.
10. Responden mengisi kuesioner yang telah diberikan oleh peneliti.
Apabila ada yang tidak dipahami, responden dapat menanyakan ke
peneliti.
11. Setelah kuesioner terisi, peneliti melakukan pemeriksaan kembali
terkait jawaban kuesioner. Jika ada jawaban yang belum lengkap maka
peneliti menanyakan kembali kepada responden untuk dapat
melengkapi jawaban pertanyaan di kuesioner.
12. Setelah tahap pengumpulan data selesai, maka peneliti melakukan
analisis data dengan menggunakan uji statistik yang sesuai dengan
jenis data. Kemudian diakhiri dengan penyusunan laporan hasil
penelitian dan penyajian hasil penelitian.
H. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data adalah bagian dari penelitian setelah
pengumpulan data. Pada tahap ini data mentah yang telah dikumpulkan
akan diolah dan dianalisis sehingga menjadi sebuah informasi
(Masturoh & Anggita, 2018).
Dalam pengolahan data ada beberapa prosedur yang dilakukan
peneliti dalam pengolahan data, yaitu:
45

a. Editing (pemeriksaan)
Proses editing merupakan prosedur yang pertama dilakukan
oleh peneliti dalam melakukan pengolahan data. Editing adalah
suatu kegiatan untuk memeriksa daftar pertanyaan dan pernyataan
kuesioner yang telah diisi oleh responden (Notoatmodjo, 2012).
Pemeriksaan pada lembar kuesioner berupa kejelasan jawaban
pertanyaan yang diisi oleh responden, kelengkapan jawaban dari
responden, relevansi jawaban dengan pertanyaan, konsistensi
jawaban pada pertanyaan yang satu dengan pertanyaan yang
lainnya serta kebenaran perhitungan skor lembar kuesioner
masing-masing responden dan jumlah keseluruhan kuesioner yang
sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan.
b. Coding
Coding merupakan proses dalam pemberian kode pada data
penelitian yang bertujuan untuk mempermudah proses pengolahan
data. Coding dapat diartikan sebagai penambahan huruf menjadi
kode angka (Notoatmodjo, 2012).
c. Entry
Entry merupakan proses memasukkan data hasil
pengkodean ke dalam program pengolahan data di komputer yang
digunakan untuk memudahkan pada saat penyusunan
(Notoatmodjo, 2012).
d. Processing
Processing merupakan proses yang dilakukan setelah
semua kuesioner telah terisi penuh dan benar, serta telah selesai
proses pengkodean jawaban responden pada kuesioner ke dalam
aplikasi pengolahan data di komputer (Masturoh & Anggita, 2018).
e. Cleaning
Cleaning adalah pengecekan ulang data yang sudah di
entry, apakah data sudah betul atau ada kesalahan pada saat
memasukan data (Masturoh & Anggita, 2018).
46

2. Analisa Data
Setelah semua proses pengolahan data selesai dilakukan,
langkah yang harus dilakukan peneliti selanjutnya adalah menganalisis
data. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
analisa data univariat dan analisa data bivariat.
a. Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian
(Notoatnodjo, 2018). Analisa univariat dalam penelitian ini
berbentuk data kategorik seperti jenis kelamin, pendidikan terakhir,
status pernikahan, dan status kepegawaian disajikan dalam bentuk
persentase. Data penelitian yang berupa data numerik seperti usia
dan masa kerja perawat disajikan dalam bentuk median dan min-
maks karena data tidak terdistribusi normal, sedangkan untuk data
penyebab stres kerja perawat disajikan dalam bentuk mean dan
standar deviasi karena data terdistribusi normal. Semua data
tersebut disusun ke dalam bentuk distribusi melalui program
komputerisasi.
47
BAB IV
H ASIL PENELITIAN

Pada bab ini membahas hasil penelitian Analisis Perbedaan Penyebab Stress
Kerja Perawat di Ruang Instalasi Gawat Darurat dengan Ruang Intensive Care
Unit. Penelitian ini dilakukan di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru pada tanggal
15 sampai 22 September 2020 yang dilakukan pada 42 orang perawat di ruang
Instalasi Gawat Darurat dan ruang Intensive Care Unit RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru sebagai sampel penelitian.
A. Analisis Univariat
1. Data Umum
Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden di Ruang Instalasi
Gawat Darurat dengan Ruang Intensive Care Unit
No Karakteristik Kategori IGD ICU
Responden N % n %
1 Usia Dewasa awal 7 33,3 14 66,7
(26-35 tahun)
Dewasa akhir 14 66,7 7 33,3
(36-45 tahun)
2 Jenis Kelamin Laki-laki 9 42,9 4 19,0
Perempuan 12 57,1 17 81,0
3 Pendidikan D3 6 28,6 16 76,2
S1 Ners 15 71,4 5 28,3
4 Status Menikah 15 71,4 20 95,2
Pernikahan Tidak Menikah 6 28,6 1 4,8
5 Lama Kerja <5 tahun 6 28,6 0 0
>5 tahun 5 23 0 0
<10 tahun 0 0 7 33,3
>10 tahun 10 47,6 14 66,7
6 Status PNS 7 33,3 8 38,1
Kepegawaian Pegawai honor 14 66,7 13 61,9
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa dari 42 responden,
mayoritas usia responden diruang IGD berusia pada rentang dewasa akhir
36-45 tahun yaitu sebanyak 14 responden (66,7%) dan mayoritas usia
responden diruang ICU berusia dewasa awal 26-35 tahun yaitu sebanyak
14 responden (66,7%), mayoritas jenis kelamin responden diruang IGD
berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 12 responden (57,1%) dan

48
49

mayoritas jenis kelamin responden diruang ICU berjenis kelamin


perempuan yaitu sebanyak 17 responden (81,0%), mayoritas pendidikan
responden diruang IGD berpendidikan S1 Ners yaitu sebanyak 15
responden (71,4%) dan mayoritas pendidikan responden diruang ICU
berpendidikan D3 yaitu sebanyak 16 responden (76,2%), mayoritas status
pernikahan responden diruang IGD berstatus menikah yaitu sebanyak 15
responden (71,4%) dan mayoritas status pernikahan responden diruang
ICU berstatus menikah yaitu sebanyak 20 responden (95,2%), mayoritas
lama kerja responden diruang IGD >10 tahun yaitu sebanyak 10 responden
(47,6%) dan mayoritas lama kerja responden diruang ICU >10 tahun yaitu
sebanyak 14 responden (66,7%), mayoritas status kepegawaian responden
diruang IGD berstatus pegawai honor yaitu sebanyak 14 reponden (66,7%)
dan mayoritas status kepegawaian responden diruang ICU berstatus
pegawai honor yaitu sebanyak 13 reponden (61,9%).
2. Data Khusus
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penyebab Stres Responden di Ruang Instalasi
Gawat Darurat dengan Ruang Intensive Care Unit
No Penyebab Stres Kategori IGD ICU
n % n %
1 Beban Kerja Beban kerja berat 14 66,7 13 61,9
Beban kerja ringan 7 33,3 8 38,1
2 Rutinitas Kerja Monoton 12 57,1 10 47,6
Tidak monoton 9 42,9 11 52,4
3 Suasana Menunjang 12 57,1 11 52,4
Lingkungan Kerja Tidak menunjang 9 42,9 10 47,6
4 Hubungan Baik 12 57,1 13 61,9
Interpersonal Buruk 9 42,9 8 38,1
5 Pengembangan Baik 13 61,9 13 61,9
Karir Buruk 8 38,1 8 38,1
6 Peran Dalam Baik 10 47,6 13 61,9
Organisasi Buruk 11 52,4 8 38,1
7 Pengawasan Atasan Baik 12 57,1 13 61,9
Buruk 9 42,9 8 38,1
8 Masalah Keluarga Baik 15 71,4 11 52,4
Buruk 6 28,6 10 47,6
9 Masalah Ekonomi Baik 12 57,1 11 52,4
Buruk 9 42,9 10 47,6
10 Tipe Kepribadian Baik 12 57,1 13 61,9
Buruk 9 42,9 8 38,1
50

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa beban kerja responden


diruang IGD mayoritas berat yaitu sebanyak 14 responden (66,7%) dan
beban kerja responden diruang ICU mayoritas berat yaitu sebanyak 13
responden (61,9%), rutinitas kerja responden diruang IGD mayoritas
menoton yaitu sebanyak 12 responden (57,1%) dan rutinitas kerja
responden diruang ICU mayoritas monoton yaitu sebanyak 10 responden
(47,6%), suasana lingkungan kerja responden diruang IGD mayoritas
menunjang yaitu sebanyak 12 responden (57,1%) dan suasana lingkungan
kerja responden diruang ICU mayoritas menunjang yaitu sebanyak 11
responden (52,4%), interpersonal responden diruang IGD mayoritas baik
yaitu sebanyak 12 responden (57,1%) dan interpersonal responden diruang
ICU mayoritas baik yaitu sebanyak 13 responden (61,9%), pengembangan
karir responden diruang IGD mayoritas baik yaitu sebanyak 13 responden
(61,9%) dan pengembangan karir responden diruang ICU mayoritas baik
yaitu sebanyak 13 responden (61,9%), peran dalam organisasi responden
diruang IGD mayoritas baik yaitu sebanyak 11 responden (52,4%) dan
peran dalam organisasi responden diruang ICU mayoritas baik yaitu
sebanyak 13 responden (61,9%), pengawasan atasan responden diruang
IGD mayoritas baik yaitu sebanyak 12 responden (57,1%) dan
pengawasan atasan responden diruang ICU mayoritas baik yaitu sebanyak
13 responden (61,9%), masalah keluarga responden diruang IGD
mayoritas baik yaitu sebanyak 15 responden (71,4%) dan masalah
keluarga responden diruang ICU mayoritas baik yaitu sebanyak 11
responden (52,4%), masalah ekonomi responden diruang IGD mayoritas
baik yaitu sebanyak 12 responden (57,1%) dan masalah ekonomi
responden diruang ICU mayoritas baik yaitu sebanyak 11 responden
(52,4%), tipe kepribadian responden diruang IGD mayoritas baik yaitu
sebanyak 12 (57,1%) dan tipe kepribadian responden diruang ICU
mayoritas baik yaitu sebanyak 13 (61,9%).
51

BAB V
PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian ini diperoleh data yang merupakan langkah awal untuk
melakukan Analisis Perbedaan Penyebab Stres Kerja Perawat Ruang Instalasi
Gawat Darurat Dengan Ruang Intensive Care Unit. Data tersebut dapat dijadikan
acuan dan tolak ukur dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir, dapat
dilihat sebagai berikut :
A. Analisis Univariat
1. Data Umum

a. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan uji statistik didapatkan hasil bahwa dari 42
responden diantaranya 21 responden perawat ruang IGD dan 21
responden perawat ruang ICU, didapatkan di ruangan IGD mayoritas
berpendidikan S1 Ners sebanyak 15 responden (71,4%) dan di
ruangan ICU mayoritas berpendidikan D3 sebanyak 16 responden
(76,2%). Tingkat pendidikan tinggi juga menentukan kemampuan
seseorang untuk memahami pengetahuan yang diperoleh, yaitu
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah
seseorang tersebut menerima informasi.
Tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kejadian stres.
Orang yang tingkat pendidikannya tinggi biasanya akan memiliki
banyak pengetahuan tentang kesehatan dan lebih banyak
menghabiskan waktu sebagai karyawan di kantoran dengan aktivitas
fisik sedikit sedangkan orang yang pendidikan rendah lebih banyak
menjadi buruh maupun petani dengan aktivitas fisik yang cukup
(Notoatmodjo, 2012). Munculnya stres dapat mengakibatkan
52

kejenuhan dan keinginan untuk keluar dari pekerjaan. Jika stres tidak
di kelola dengan baik, angka trun over terus meningkat (Jennings,
2013).
Rocha et al,(2013), mengungkapkan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan maka akan semakin luas wawasan dan
pengetahuan seseorang terutama dalam memberikan asuhan
keperawatan terbaik untuk pasien. Tingkat pendidikan seseorang
juga mempengaruhi tingkat motivasi seseorang dalam bekerja dan
dengan motivasi kerja yang baik dan kuat maka akan menghasilkan
kinerja yang baik.
Hal ini sejalan dengan teori dari Anoraga dan Suyati dalam
Rochaet al (2013), mengungkapkan bahwa tingkat pengetahuan yang
baik pada seseorang akan mempengaruhi motivasi seseorang dan
kesempatan seseorang dalam meraih prestasi kerja. Sedangkan
menurut Ling et al dalam Rochaet al (2013), rendahnya motivasi
pada seseorang akan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
seseorang menjadi stres dalam bekerja.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Niosh (2014) yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang
signifikan antara pendidikan dengan stres kerja. Hasil penelitan
menunjukkan distribusi pendidikan D3 sebanyak 9 responden (45%)
dan 2 responden (50%) dengan pendidikan S1 memiliki tingkat stres
kerja yang tinggi. Adapun sebanyak 11 (55%) responden
berpendidikan D3 dan 2 (50%) responden berpendidikan S1
mengalami stres kerja yang rendah.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Golubic dalam
Indiyani (2014) dalam penelitiannya yaitu sebanyak 52 orang
(49,5%) yang berpendidikan D3 lebih cendrung terpapar stres
dibandingkan perawat yang pendidikannya lebih tinggi.
Secara konsep pendidikan merupakan segala sesuatu untuk
membina kepribadian dan mengembangkan ilmu serta kemampuan
53

manusia baik yang bersifat formal maupun informal karena setiap


penggunaan teknologi hanya akan dapat kita kuasai dengan
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang handal tapi masih
banyak diantara manusia yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang baik tidak memanfatkan dengan baik sehinga
pengetahuan dan keterampilanya tidak berguna baik dirinya maupun
orang lain.
Peneliti berasumsi bahwa tingkat pendidikan akan
mempengaruhi tingkat stres kerja pada seseorang, semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin rendah tingkat
stres kerja yang dialami seseorang karena semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin luas pengetahuan dan
pengalaman seseorang.
b. Usia
Berdasarkan uji statistik didapatkan hasil bahwa dari 42
responden di ruangan IGD dan ICU mayoritas berusia pada rentang
usia dewasa akhir 36-45 tahun sebanyak 14 responden (66,7%).
Berdasarkan Indriyani (2014), mengungkapkan bahwa kelompok
usia muda memiliki psikologis yang masih labil dan sukar
beradaptasi dengan lingkungan kerja, hal ini akan menjadi pemicu
stres kerja pada pekerja dengan usia muda. Sedangkan untuk rentang
usia dewasa tengah, semakin bertambah usia semakin rendah kondisi
stres yang dialami. Hal tersebut dikarenakan kelompok umur ini
merupakan kelompok umur produktif yang sangat stabil dan mantap
dalam mengambil keputusan serta memiliki tanggungjawab sehingga
bekerja secara sungguh-sungguh karena secara psikologis usia
dewasa tengah seseorang akan semakin matang secara psikologis.
Sugeng (2015), berpendapat bahwa maturitas atau tingkat
kedewasaan seseorang berhubungan dengan tingkat stres yang
dialami oleh seseorang. Semakin tua dan bertambah umur seseorang,
maka akan semakin meningkat kedewasaannya, kematangan jiwanya
54

dan lebih mampu dalam melaksanakan tugas dan tanggung


jawabnya. Jadi seiring bertambahnya umur seseorang maka akan
semakin meningkat pula kemapuan seseorang dalam hal membuat
keputusan, berpikir rasional, semakin bijaksana, mampu
mengendalikan emosi, lebih toleran dan terbuka dengan pandangan
atau pendapat orang lain sehingga ketahanan dirinya terhadap stres
akan meningkat pada seseorang.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Vanagas (2010) dalam
Indriyani (2014), seseorang yang berusia 30–40 tahun lebih rentan
terkena stres karena beban kerja yang berlebihan seperti sift kerja
yang tidak teratur dan mas kerja yang terlalu lama juga
mempengaruhi stres karena semakin lama seseorang bekerja akan
semakin rentan terkena stres dikarenakan merasa bosan melakukan
sesuatu yang hal sama selama bertahun-tahun. Penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian Sugeng (2015) yang menunjukkan bahwa
faktor usia berhubungan dengan stress kerja.
Peneliti berasumsi bahwa usia yang rentan menderita stres
adalah pada rentan usia 20-29 tahun, dimana pada masa ini adalah
masa produktivitas yang tinggi, banyaknya target yang harus dicapai,
hingga urusan keluarga dimasa awal pernikahan karna hal-hal
tersebut bukanlah perkara yang mudah untuk dicapai sehingga
menimbulkan sensasi tersendiri yang akan menimbulkan terjadinya
stres.
c. Jenis kelamin
Berdasarkan uji statistik didapatkan hasil bahwa dari 42
responden di ruangan IGDmayoritas responden berjenis kelamin
perempuan sebanyak 12 responden (57,1%) dan di raungan ICU
mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 17
responden (81%).Munandar dalam Indriyani (2014), bahwa stres
ditentukan oleh individunya sendiri. Reaksi-reaksi psikologis,
fisiologis dan atau dalam bentuk perilaku terhadap stres adalah hasil
55

interaksi situasi dengan individunya. Umumnya seseorang yang


memiliki peran ganda yang umumnya dialami oleh perempuan dan
melibatkan diri dalam lingkungan organisasi, yaitu sebagai wanita
karir dan ibu rumah tangga sehingga lebih rentan mengalami stres
karena seseorang yang memiliki peran ganda akan memiliki tekanan
yang akan memicu stres, seperti tuntutan pekerjaan, rumah tangga
dan ekonomi (Jennings, 2013).
Jenis kelamin memiliki peran terhadap resiko terjadinya stres,
dalam mengahadapi konflik perempuan dan laki-laki memiliki cara
yang berbeda. Otak perempuan memiliki kewaspadaan yang negatif
terhadap adanya konflik dan stres, pada perempuan konflik akan
memicu hormon negatif mengakibatkan stres, gelisah dan rasa takut.
Sedangkan laki-laki umumnya menikmati akan adanya konflik dan
persaingan dan laki-laki lebih mempunyai pandangan bahwa konflik
dapat memberikan dorongan yang positif. Jadi ketika seorang
perempuan mendapat tekanan, maka akan lebih mudah mengalami
stres (Deekshitulu, 2012).
Berdasarkan penelitian Indiyani(2010), juga mengungkapkan
bahwa pada perempuan dijumpai tingkat stres yang lebih tinggi.
Perempuan juga lebih mudah merasa cemas, perasaan bersalah,
gangguan tidur, serta gangguan makan. Peneltian dari Gyllensten
(2010), juga menyatakan bahwa jenis kelamin merupakan
karakteristik demografi yang berperan pada stres. Ada perbedaan
pada tingkat keparahan stres terkait dengan jenis kelamin. Walaupun
laki-laki dan perempuan terpapar oleh stresor yang sama, tapi
perempuan dapat memiliki respon yang berbeda dengan laki-laki.
Beberapa perempuan khususnya istri yang bekerja mendapat
tekanan yang berlebihan dan kekurangan waktu luang sehingga
dapat menyebabkan stres. Hal ini terlihat dari mental dan fisik yang
mengalami depresi, kegelisahan, tekanan darah tinggi dan sakit
kepala Gyllensten (2010).
56

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Corwin dalam


Indriyani (2014), penelitian menjelaskan bahwa mayorita perawat
yang bekerja dalam sebuah Rumah Sakit yaitu Perempuan sebanyak
56 orang (61,9%) dari total 105 responden dimana perawat wanita
lebih cendrung berkerja lebih baik tetapi lebih cepat untuk menderita
stres dibandingkan dengan laki-laki.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitin Hudak (2010)
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin
dengan stress kerja. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
Gyllesten (2010) bahwa perbedaan jenis kelamin tidak memberikan
kontribusi yang besar bagi stress kerja apabila dibandingkan dengan
perbedaan gender. Perbedan gender yang dimaksud disini adalah
perbedaan kondisi psikologis individual yang dibedakan menjadi
maskulin dan feminim.
Peneliti berasumsi gender sangat mempengaruhi tingkat stres
seseorang karena berdasarkan beberapa literatur yang sudah
dirangkum wanita lebih mudah stres karena menganggap negatif
konflik atau suatu masalah, berbeda dengan laki-laki menganggap
masalah atau konflik menjadi sebuah tantangan, sehingga laki-laki
sulit untuk mengalami stres.
d. Lama kerja
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa dari 42
responden di ruangan IGD mayoritas lama kerja > 5 tahun sebanyak
6 responden (28,6%) dan di ruangan ICU mayoritas lama kerja > 10
tahun sebanyak 14 responden (66,7%). Penelitian ini sejalan dengan
penlitian Peterson (2009) dalam Indriyani (2010), diketahui
mayoritas pada penelitiannya beberapa responden yang bekerja
dalam jangka waktu 6-10 tahun yaitu sebesar 57 responden (54,3%).
Perawat dengan masa bekerja yang kebih sedih maka lebih
berpotensi untuk menderita stres dari pada yang sudah bekerja
dengan jangka waktu lebih lama yang sudah bisa beradaptasi.
57

Lama kerja adalah lama waktu untuk melakukan sesuatu


kegiatan atau lama waktu seseorang sudah bekerja. Lama kerja
dapat menggambarkan pengalaman seseorang dalam menguasai
bidang tugasnya. Pada umunya karyawan dengan pengalaman kerja
yang banyak tidak memerlukan bimbingan dibandingkan dengan
karyawan yang pengalaman kerjanya sedikit (Indiyani, 2010).
Siboro dalam Indriyani (2010), menyatakan bahwa semakin
lama masa kerja seseorang maka seseorang akan semakin stres
didalam pekerjaannya. Ini terjadi karena pegawai yang sudah
bekerja terlalu lama dapat menimbulkan kebosanan dalam bekerja
atau merasakan kerja monoton dalam waktu lama, hal ini menjadi
stressor atau pemicu seseorang menjadi stres.
e. Status perkawinan
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa dari 42
responden di ruangan IGD mayoritas berstatus menikah sebanyak
15 responden (71,4%) dan di ruangan ICU mayoritas berstatus
menikah sebanyak 20 responden (95,2%). Menurut Indriyani
(2010), menyatakan bahwa seseorang yang sudah menikah memilki
lebih banyak masalah di rumah tangga dibandingkan dengan status
seseornag yang belum menikah sehingga karena adanya konflik
peran ganda ini akan menyebabkan seseorang menjadi stres kerja.
Perry & Potter (2010), juga mengungkapkan bahwa tanda
emosional yang sehat pada seseorang di umur dewasa awal adalah
merasakan kepuasan terhadap interaksi sosial. Jadi tingkat stres
yang lebih tinggi akan dirasakan oleh seseorang belum menikah,
karena disebabkan oleh kurang sehatnya kondisi emosional dewasa
awal yang belum menikah yang ditandai dengan kepuasan interaksi
sosial dan hubungan interpersonal yang kurang baik dalam bekerja.
Selain itu, menurut pendapat penulis kondisi menikah dapat
berpengaruh pada emosi seseorang, dimana terjadi perubahan
hubungan yang bergeser ke arah kematangan hubungan yang
58

memberikan kenyamanan dan saling ketergantungan. Sehingga


individu yang sudah menikah memiliki teman untuk berbagi dalam
menyelesaikan suatu masalah.Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Dwijayanti (2010), bahwa responden yang sudah
menikah sebanyak 99 orang (94,3%) lebih cenderung untuk
mengalami stres dalam bekerja di bandingkan dengan yang belum
menikah.
Peneliti berasumsi bahwa jika seseorang sudah menikah
maka akan memiliki peran ganda yaitu peran terhadap keluarga dan
peran terhadap pekerjaan, sehingga seseorang yang memiliki peran
ganda akan lebih mudah tertekan dan akan menjadi stressor yang
potensial untuk memicu terjadinya stres kerja.
2. Data Khusus

1. Beban Kerja
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hasil bahwa beban kerja
di ruangan IGD mayoritas berat yaitu sebanyak 14 responden (66,7%)
dan beban kerja di ruangan ICU mayoritas berat yaitu sebanyak 13
responden (61,9%).
Beban kerja merupakan suatu kegiatan atau tugas yang harus
diselesaikan oleh suatu unit organisasi yang harus diselesaikan dalam
jangka waktu tertentu. Jika seorang pekerja dapat menyelesaikan
jumlah tugas yang diberikan, maka tidak menjadi suatu beban kerja
(Haryuni at el 2014). Faktor stres kerja perawat yang disebabkan oleh
beban kerja yang berat antara lain tugas perawat dengan jumlah rata-
rata pasien tidak seimbang, jenis pekerjaan yang banyak harus
dilakukan demi keselamatan pasien, kurangnya perawat yang memiliki
kompetensi khususnya perawat ruang ICU sehingga mereka merasa
tidak mampu menangani pasien-pasien kritis yang ada di ruang ICU.
Jika hal ini tidak diatasi dengan baik, maka akan menyebabkan
terjadinya stres kerja yang meningkat (Haryuni at el 2014). Hal ini
59

dirasakan oleh perawat IGD yang belum memiliki banyak pengalaman,


sehingga pada saat menerima pasien di IGD dalam kondisi kritis dan
gawat darurat terkadang merasa kebingungan dan merasa tidak mampu
dalam pelimpahan tugas yang dibebankan pada perawat.
2. Rutinitas Kerja
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hasil bahwa rutinitas
kerja di ruangan IGD mayoritas menoton yaitu sebanyak 13 responden
(61,9%) dan di ruangan ICU mayoritas tidak menoton sebanyak 11
responden (52,4%).
Rutinitas pekerjaan yang monoton tanpa diimbangi dengan waktu
libur yang panjang, jumlah kompensasi yang tidak mencukupi
kebutuhan, ketidakpahaman dalam pengoperasian alat, dan tidak
adanya hubungan timbal balik antara perawat dengan pasien membuat
para perawat merasakan kelelahan dan mengalami penurunan motivasi
(Prestiana dan Purbandini 2012).
Kejenuhan yang disebabkan karena pekerjaan rutin yang diulang-
ulang secara terus menerus, setiap langkah harus ditulis yang dianggap
sebagai pekerjaan yang membosankan (Rocha, at el, 2012). Kejenuhan
terhadap pekerjaan yang dirasakan oleh perawat yang bekerja di ruang
IGD dan ruang ICU karena sering melakukan pekerjaan yang monoton
seperti mengontrol TTV pasien dengan jarak waktu yang singkat
(Fajrillah at el, 2016).
Perawat merupakan salah satu profesi yang memiliki tingkat stres
kerja tinggi, ditambah dengan kelelahan emosional akibat dari
kompleksnya pekerjaan yang harus dilakukan sebagai sebuah tuntutan
dan rutinitas, sehingga menyebabkan perawat lebih rentan terhadap
stres kerja. Hal ini diperkuat oleh penelitian Ammouri dan Hamaideh
(2011) di Yordania, bahwa perawat menghadapi berbagai jenis sumber
stres seperti beban kerja, lingkungan yang tidak memadai dan mereka
juga harus berhadapan dengan masalah kematian dan keadaan sekarat.
perawat mengalami tingkat stres yang berbeda, beberapa penelitian
60

telah menunjukkan salah satunya adalah perawat bekerja di kamar


operasi, unit perawatan intensif, ruang gawat darurat dan unit psikiatri,
dimana perawat yang bekerja di rumah sakit pemerintah mengalami
tingkat stres yang lebih tinggi.
Perawat juga selalu dihadapkan dengan hal-hal yang monoton dan
rutin, ruangan kerja yang sesak dan sumpek, dalam menangani
peralatan di ruang IGD, operasi dan lain sebagainya. Perawat di tuntut
untuk selalu berhati-hati, waspada dan harus bertindak cepat dalam
melayani keluhan pasien. Selain itu, dalam hubungannya dengan
pekerjaan seseorang perawat, semakin banyak jumlah pasien yang
dirawat dan semakin beragamnya penyakit serta tingkat kebutuhan
yang tinggi dari pasien akan membuat perawat menjadi rentan terkena
stres. Jika perawat tidak mampu memanajemen pekerjaannya, hal ini
dapat memicu terjadinya stres kerja. (Puri, 2018)
3. Suasana Kerja
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hasil bahwa suasana
lingkungan kerja di ruangan IGD mayoritas menunjang yaitu sebanyak
12 responden (57,1) dan di ruangan ICU mayoritas menunjang
sebanyak 11 responden (52,4%).
Perawat merupakan salah satu profesi yang memiliki tingkat stres
kerja tinggi, ditambah dengan kelelahan emosional akibat dari
kompleksnya pekerjaan yang harus dilakukan sebagai sebuah tuntutan
dan rutinitas, sehingga menyebabkan perawat lebih rentan terhadap
stres kerja. Sejalan dengan penelitian Ammouri dan Hamaideh (2011)
di Yordania, bahwa perawat menghadapi berbagai jenis sumber stres
seperti beban kerja, lingkungan yang tidak memadai dan mereka juga
harus berhadapan dengan masalah kematian dan keadaan sekarat.
perawat mengalami tingkat stres yang berbeda, beberapa penelitian
telah menunjukkan salah satunya adalah perawat bekerja di kamar
operasi, unit perawatan intensif, ruang gawat darurat dan unit psikiatri,
61

dimana perawat yang bekerja di rumah sakit pemerintah mengalami


tingkat stres yang lebih tinggi.
Suasana lingkungan kerja akan mempengaruhi munculnya stres
akibat perubahan lingkungan yang akan merangsang sikap perawat
untuk dapat menyesuaikan dengan lingkungan kerja. Lingkungan kerja
yang tidak kondusif, terlalu ramai/berisik membuat perawat sulit untuk
berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaannya, penerangan di ruangan
tempat bekerja yang kurang terang menjadi sulit bagi perawat untuk
melakukan tindakan, serta perawat juga merasakan bahwa ruang
tempat bekerja yang kurang bersih dan fasilitas kurang memadai
mengakibatkan penurunan semangat dalam bekerja dan berujung pada
stres yang dialami oleh perawat (Fajrillah at el, 2016).
Sumber Stres Kerja Rice dalam Healy, S., Tyrrell, M. (2011),
mengemukakan beberapa sumber yang dapat mengakibatkan stres
kerja, antara lain pada ruang UGD didapatkan tingkat stres tertinggi
hal ini dikarenakan pada departemen kegawatdaruratan merupakan
suatu lingkungan yang penuh dengan tekanan. Karena pada tempat ini
terjadi interaksi dengan anggota tim interdisipliner lainnya serta situasi
yang terkait dengan lingkungan gawat darurat seperti trauma,
kematian, kesedihan, kegembiraan dan ketidakpastian umum setiap
saat. Tekanan atau stresor yang paling sering diidentifikasi yaitu dari
aspek lingkungan kerja, termasuk bagaimana beban kerja, terlalu
ramai, kejadian traumatis, shift kerja, konflik antar staf, serta
kurangnya kerja timpada ruang UGD didapatkan tingkat stres tertinggi
hal ini dikarenakan pada departemen kegawatdaruratan merupakan
suatu lingkungan yang penuh dengan tekanan. Karena pada tempat ini
terjadi interaksi dengan anggota tim interdisipliner lainnya serta situasi
yang terkait dengan lingkungan gawat darurat seperti trauma,
kematian, kesedihan, kegembiraan dan ketidakpastian umum setiap
saat. Tekanan atau stresor yang paling sering diidentifikasi yaitu dari
aspek lingkungan kerja, termasuk bagaimana beban kerja, terlalu
62

ramai, kejadian traumatis, shift kerja, konflik antar staf, serta


kurangnya kerja tim (Healy, S., Tyrrell, M, 2011).
4. Hubungan Interpersonal
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hasil bahwa interpersonal
di ruangan IGD mayoritas baik yaitu sebanyak 12 responden (57,1%)
dan di ruangan ICU dan IGD mayoritas baik sebanyak 13 responden
(61,9%).
Menyatakan persepsi perawat dengan hubungan interpersonal yang
buruk dengan rekan kerjanya memiliki risiko 4,5 kali untuk terkena
stres sedang saat bekerja. Hubungan interpersonal meliputi kurang
harmonisnya hubungan dengan pemimpin, tim kerja (seperti dokter,
rekan kerja, atasan, ataupun pasien dan keluarga) atau dengan bawahan
serta kesulitan dalam mendelegasikan tanggung jawab. Buruknya
hubungan interpersonal merupakan salah satu penyebab terjadinya
stres kerja pada perawat (Rocha, at el, 2012).
Rendahnya hubungan interpersonal individu dapat mengakibatkan
stres kerja. Hubungan interpersonal dibutuhkan oleh pekerja. Jaringan
sosial meliputi dukungan dari pekerja lain, manajemen, keluarga dan
teman dapat menurunkan ketegangan (Fissher dalam Rice, dalam
Putra, 2017)
5. Pengembangan karir Perawat
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hasil bahwa
pengembangan karir di ruangan IGD mayoritas baik yaitu sebanyak 13
responden (61,9%), peran dalam organisasi di ruangan IGD mayoritas
buruk yaitu sebanyak 11 responden (52,4%) dan di ruangan ICU
mayoritas bauk sebanyak 13 responden (61,9%).
Pengembangan karir merupakan persepsi perawat terhadap
peningkatan-peningkatan status atau karir perawat dalam suatu unit
tempat perawat bekerja. Pengembangan karir dapat dilakukan dengan
cara mengadakan pelatihan bagi perawat di ruangan seperti pelatihan
BTCLS dan pelatihan lainnya yang berhubungan dengan penanganan
63

pasien, penentuan kriteria promosi dan penghasilan (Putra, 2017).


Semakin baik pengembangan karir seorang perawat, maka dapat
menurunkan tingkat stres kerja yang terjadi pada perawat tersebut.
Sedangkan tidak jelasnya pengembangan karir seorang perawat, maka
dapat meningkatkan tingkat stres kerja pada perawat (Rocha, at el,
2012).
Perkembangan karir. Stres kerja dapat diakibatkan oleh
ketidaktersediaannya kebutuhan karir oleh pekerja, dimana penelitian
mengenai stres kerja mengatakan bahwa seseorang membawa harapan
spesifik terhadap pekerjaannya, harapan mengenai hal-hal yang berlalu
begitu cepat, atau terus menerus dan berharap akan adanya kemajuan.
Empat fakor yang sangat dekat dengan stres kerja dalam
pengembangan karir adalah tidak adanya kesempatan mendapat
promosi, promosi yang berlebihan (over promotion), pengamanan
terhadap pekerjaan, dan ambisi yang bersifat frustrasi ( Munandar,
Siringoringo, Nontji dan Hadju, 2012).
Pengembangan karir merupakan pembangkit stres yang potensial
yang mencakup ketidakpastian pekerjaan, tidak adanya pengahargaan,
promosi yang berlebih atau promosi yang kurang Semakin buruk
perkembangan karir, dapat meningkatkan tingkat stress kerja perawat
tersebut. Sebaliknya semakin baik perkembangan karir perawat
semakin menurunkan tingkat stress perawat. Pengembangan karir
(promosi) sendiri dapat merupakan sumber stress, jika peristiwa
tersebut dirasakan sebagai perubahan drastis yang mendadak, misalnya
jika pekerja kurang dipersiapkan untuk promosi, ketidak pastian
pekerjaan, promosi yang berlebihdan promosi yang kurang
( Munandar, Siringoringo, Nontji dan Hadju, 2012).
6. Konflik peran
Setiap tenaga kerja memiliki kelompok tugasnya yang harus
dikerjakan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai dengan
harapan atasannya. Konflik peran berhubungan dengan pertentangan
64

antara tugas yang dilakukan dengan keterampilan yang dimiliki. Tidak


berfungsinya peran dalam pekerjaan merupakan faktor pembangkit
stres, meliputi peran yang ambigu, tanggung jawab kepada orang lain,
konflik batasan-batasan reorganisasi baik secara internal maupun
eksternal (Rocha,at el, 2012).
Tekanan atau stresor yang paling sering diidentifikasi yaitu dari
aspek lingkungan kerja, termasuk bagaimana beban kerja, terlalu
ramai, kejadian traumatis, shift kerja, konflik antar staf, serta
kurangnya kerja timpada ruang UGD didapatkan tingkat stres tertinggi
hal ini dikarenakan pada departemen kegawatdaruratan merupakan
suatu lingkungan yang penuh dengan tekanan. Karena pada tempat ini
terjadi interaksi dengan anggota tim interdisipliner lainnya serta situasi
yang terkait dengan lingkungan gawat darurat seperti trauma,
kematian, kesedihan, kegembiraan dan ketidakpastian umum setiap
saat. Tekanan atau stresor yang paling sering diidentifikasi yaitu dari
aspek lingkungan kerja, termasuk bagaimana beban kerja, terlalu
ramai, kejadian traumatis, shift kerja, konflik antar staf, serta
kurangnya kerja tim ( Munandar, Siringoringo, Nontji dan Hadju,
2012).
7. Organisasi
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hasil bahwa peran dalam
organisasi di ruangan IGD mayoritas buruk yaitu sebanyak 11
responden (52,4%) dan di ruangan ICU mayoritas bauk sebanyak 13
responden (61,9%).
Hal ini sangat penting dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan
tujuan organisasi. Kurangnya kontrol dalam tugas (supervisi) dari
atasan (khususnya pengawasan supervisor, kepala ruangan atau
pengawasan dari manajemen keperawatan yang lebih tinggi) dapat
menjadi penyebab stres kerja bagi perawat.
Ambiguitas peran (role ambiguity). Ambiguitas peran adalah
sumber dari stres kerja yang banyak terjadi terutama dalam struktur
65

organisasi yang besar. Ini terjadi karena peran menunjukkan ekspektasi


sosial yang akan ditunjukkan individu pada perilakunya saat individu
tersebut menduduki posisi yang jelas. Ambiguitas peran terjadi saat
seseorang tidak tahu apa yang diharapkan manajemen untuk dilakukan.
Efek dari ambiguitas peran ini meliputi rendahnya performansi kerja,
tingginya kecemasan, dan adanya motivasi untuk meninggalkan
perusahaan (Moch et al dalam Rice, 1999).
Struktur organisasi. Struktur organisasi dapat mengakibatkan stres
kerja, pekerja biasanya mengalami permasalahan dengan stuktur yang
tidak jelas, ketidakstabilan politik dalam organisasi dan
ketidakmampuan supervisi dalam manajemen ( Munandar,
Siringoringo, Nontji dan Hadju, 2012).
8. Masalah Keluarga
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hasil bahwa masalah
keluarga di ruangan IGD mayoritas baik yaitu sebanyak 15 responden
(71,4%) dan di ruangan ICU mayoritas baik sebanyak 11 responden
(52,4%).
Setiap individu selalu mengharapkan kejadian dalam tiap
kehidupan yang dialaminya sesuai dengan keinginan. Secara
psikologis, peristiwa dalam kehidupan dapat mengganggu perawat
yaitu karena peristiwa tidak menyenangkan yang berhubungan dengan
rumah tangga (keluarga) (Siringoringo, Nontji, & Hadju, 2010). Selain
itu, kurangnya waktu luang yang dimiliki untuk berkumpul dengan
keluarga juga dapat menyebabkan stres kerja pada perawat (Rocha,at
el, 2012).
Konflik pekerjaan-keluarga merupakan fenomena umum dari gaya
hidup modern saat ini di berbagai negara dan lingkungan budaya
(Aycan, dalam Husniah 2015). Laki-laki dan perempuan dewasa yang
telah menikah sering menghadapi kondisi dimana tuntutan keluarga
dan pekerjaan yang tidak seimbang. Sebuah bentuk dari konflik
antarperan di dalam pekerjaan maupun keluarga dengan konflik
66

pekerjaan-keluarga (Husniah, 2015)). Konflik pekerjaan didefinisikan


sebagai bentuk konflik yang memiliki tekanan peran yang
berhubungan dengan anggota organisasi dalam konflik tersebut dengan
anggota di kelompok lainnya (Kahn dalam Husniah 2015). Dalam hal
ini seseorang yang sudah menikah dan memiliki anak akan
menghadapi kondisi tuntutan peran yang saling berhadapan antara
pekerjaan dan keluarga. Tuntutan peran dalam konflik pekerjaan-
keluarga mengacu pada tanggungjawab, kewajiban, harapan atau
target, tugas, dan komitmen yang berhubungan dengan peran yang
diberikan.Waktu yang terjadi dalam konflik pekerjaan-keluarga
berlangsung saat alokasi waktu yang ada untuk pekerjaan (keluarga)
mengganggu kinerja atau pelaksanaan peran dalam keluarga
(pekerjaan) yang berhubungan dengan tanggung jawab. Waktu yang
berlebihan dalam menjalankan pekerjaan akan menyulitkan seseorang
untuk memenuhi tanggung jawab keluarga. Sebaliknya, waktu yang
berlebihan dalam menjalankan peran dalam keluarga akan menyulitkan
seseorang untuk memenuhi tanggung jawab dalam pekerjaan. Tekanan
yang terjadi dalam konflik pekerjaan-keluarga berlangsung saat
tekanan terbentuk karena peran dalam pekerjaan (keluarga)
menyebabkan pelaksaan tanggung jawab dalam keluarga (pekerjaan)
terganggu (Husniah, 2015).
Perawat yang memiliki masalah keluarga cenderung mengalami
stress kerja yang berat yaitu sebesar 70,6%. Setiap individu selalu
mengharapkan peristiwa-peristiwa kehidupan yang dialaminya sesuai
dengan keinginannya. Penilaian kognitif dalam menghadapi stress
melibatkan pengalaman individu di masa lalu menggunakan
pengalaman-pengalaman yang memiliki makna mendalam bagi
individu tersebut. Secara psikologis, peristiwa kehidupan dapat
mengganggu perawat ICU yaitu antara lain karena peristiwa tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan rumah tangga (keluarga)
(Sarafino, E. P. 2010).
67

9. Masalah Ekonomi
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hasil bahwa masalah
ekonomi di ruangan IGD mayoritas baik yaitu sebanyak 12 responden
(57,1%) dan di ruangan ICU mayoritas baik sebanyak 11 responden
(52,4%).
Perawat yang memiliki masalah ekonomi cenderung mengalami
stress kerja yang berat yaitu sebesar 88,2%. Masalah ekonomi perawat
diciptakan oleh perawat yang tidak dapat mengelola sumber daya
keuangan mereka merupakan satu contoh kesulitan pribadi yang dapat
menciptakan stres bagi perawat dan mengalihkan perhatian mereka
dalam bekerja. memperlihatkan distribusi beban kerja berat dengan 16
orang (53,3%). rutinitas kerja monoton dan membosankan 19 orang
(63,3%). suasana lingkungan kerja menunjang dan tidak menunjang
dengan 15 orang (50%). hubungan interpersonal perawat dengan
dokter, 16 orang (53,3%). Pengembangan karir buruk 19 orang
(63,3%). peran dalam organisasi yang baik 20 orang (66,7%).
pengawasan atasan yang buruk 20 orang (66,7%). tidak ada masalah
keluarga anyak 16 orang (53,3%). Memiliki masalah ekonomi 20
orang (66,7%). Tipe kepribadian B dengan 20 orang (66,7%).
Diperlihatkan ada hubungan antara faktor intrinsik pekerjaan faktor
ekstrinsik pekerjaan, faktor individu dengan stres kerja perawat
(P<0.05) (Siringoringo, Nontji dan Hadju, 2012).
10. Tipe Kepribadian
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hasil bahwa tipe
kepribadian di ruangan IGD mayoritas baik yaitu sebanyak 12
responden (57,1%) dan di ruangan ICU mayoritas baik sebanyak 13
responden (61,9%).
Tipe kepribadian sangat berpengaruh terhadap terjadinya stres pada
perawat. Tipe kepribadian seseorang menunjukkan bagaimana cara
seseorang beradaptasi terhadap tekanan-tekanan yang ada
dilingkungan kerja (Almasitoh, 2011). Tipe kepribadian tipe A bekerja
68

selalu bergelut dengan batas waktu, memiliki paksaan untuk bekerja


berlebih, dan sering menelantarkan aspek-aspek lain dari kehidupan
seperti keluarga, kegiatan waktu luang dan rekreasi. Sebaliknya
perilaku tipe B digambarkan sebagai tipe yang easy-going dan santai.
Secara relatif bebas dari rasa mendesak dan saat bekerja mereka tidak
selalu harus berkejar dengan waktu (Rocha, at el, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian dari faktor tipe kepribadian
menunjukkan yang memiliki tipe kepribadian A yakni karakter
perawat yang memiliki paksaan untuk bekerja berlebih, selalu bergelut
dengan batas waktu, dan sering menelantarkan aspek asuhan
keperawatan cenderung mengalami stress kerja yang ringan yaitu
sebesar 46,2%. Sebaliknya perawat yang memiliki tipe kepribadian B
cenderung mengalami stress kerja yang berat yaitu sebesar 76,5%.
Hubungan tipe kepribadian dengan stres kerja menggambarkan bahwa
10,6% dari tipe kepribadian memberikan pengaruh terhadap terjadinya
stress kerja terutama pada tipe kepribadian A, karena tipe ini memiliki
perilaku dan sikap mental dengan cirri-ciri yang rentan terhadap stress
(Danang, dalam Siringoringo, Nontji dan Hadju, 2012).
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang “Analisis
Perbedaan Penyebab Stres Kerja Perwawat Ruang Instalasi Gawat Darurat
Dengan Ruangan Intensive Care Unit. Dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa dari 42 responden, mayoritas
usia responden d iruang IGD berusia pada rentang dewasa akhir 36-45
tahun yaitu sebanyak 14 responden (66,7%) dan mayoritas usia responden
di ruang ICU berusia dewasa awal 26-35 tahun yaitu sebanyak 14
responden (66,7%), mayoritas jenis kelamin responden di ruang IGD
berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 12 responden (57,1%) dan
mayoritas jenis kelamin responden di ruang ICU berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 17 responden (81,0%), mayoritas pendidikan
responden diruang IGD berpendidikan S1 Ners yaitu sebanyak 15
responden (71,4%) dan mayoritas pendidikan responden di ruang ICU
berpendidikan D3 yaitu sebanyak 16 responden (76,2%), mayoritas status
pernikahan responden diruang IGD berstatus menikah yaitu sebanyak 15
responden (71,4%) dan mayoritas status pernikahan responden diruang
ICU berstatus menikah yaitu sebanyak 20 responden (95,2%), mayoritas
lama kerja responden diruang IGD >10 tahun yaitu sebanyak 10 responden
(47,6%) dan mayoritas lama kerja responden diruang ICU >10 tahun yaitu
sebanyak 14 responden (66,7%), mayoritas status kepegawaian responden
diruang IGD berstatus pegawai honor yaitu sebanyak 14 reponden (66,7%)
dan mayoritas status kepegawaian responden diruang ICU berstatus
pegawai honor yaitu sebanyak 13 reponden (61,9%).
2. Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai faktor penyebab stress di
ruangan IGD didapatkan mayoritas responden mengalami beban kerja
berat sebanyak 14 responden (66,7%), rutinitas kerja yang menoton
sebanyak 12 responden (57,1%), peran dalam organisasi yang buruk
sebanyak 11 responden (52,4%)

61
62

3. Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai faktor penyebab stress di


ruangan ICU didapatkan mayoritas responden mengalami beban kerja
berat sebanyak 13 responden (61,9%), suasana lingkungan kerja yang
tidak menunjang sebanyak 10 responden (47,6%), masalah kelurga yang
bersifat buruk sebanyak 10 responden (47,6%), masalah ekonomi yang
buruk sebanyak 10 responden (47,6%)

B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini disarankan kepada rumah sakit untuk
memberikan masukan dan gambaran tentang penyebab stres kerja perawat,
sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pihak manajemen
rumah sakit untuk menyesuaikan beban kerja dengan kemampuan dan
keahlian perawat sehingga tidak terjadi stres pada perawat.
2. Bagi Perawat
Hasil penelitian ini disarankan kepada perawat ruangan ICU dan
IGD agar dapat membagi waktunya sehingga stres yang dialaminya bisa
berkurang.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat
melanjutkan penelitian ini karena masih terdapat berbagai faktor yang
dapat memicu timbulnya stres pada perawat ICU dan IGD
63

DAFTAR PUSTAKA

Almasitoh, U. H. (2011). Stres Kerja ditinjau dari Konflik Peran Ganda dan
Dukungan Sosial pada Perawat. Psikoislamika, Jurnal Psikologi
Islam. (JPI) Lembaga penelitian Pengembangan dan Keislaman
(LP3K). 8(1): 63-82
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Ayupp & Nguok. (2011). Manajemen Stress Kerja Perawat Klinis. Jakarta:
ECG
Badri, I. A. (2020). Hubungan Beban Kerja dan Lingkungan Kerja dengan
Stres Kerja Perawat Ruang ICU dan IGD. Jurnal Human Care.
e-ISSN: 2528-665X; Vol 5, No 1: 380-391
Baptise, M. (2015). Workplace Discrimination: an Additional Stressor for
International Educated Nurses. The Online Journal of Issues in
Nursing. 20 (1)
Barcello, R. C. M., Silvia., Mendes., & Robazzi. (2014). Nurses Workload
and its Relation with Physiological Stress Reactions. Rev.
Latino-Am.Enfermagem. 22 (6): 959-65
Depkes RI. (2006). Standar Pelayanan Keperawatan di ICU. Jakarta:
Depkes RI
Depkes RI. (2011). Pedoman Pelayanan Gawat Darurat. Jakarta: Depkes
RI

Dwijayanti, W. (2010). Stres kerja pada perawat pelaksana di ruang rawat


inap RS Krakatau Medika tahun 2010. Skripsi. Tidak
dipublikasikan. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.

Fajrillah & Nurfitriani. (2016) Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja


Perawat Pelaksana Dalam Melaksanakan Pelayanan
Keperawatan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum
Antapura Palu. Jurnal Keperawatan Sriwijaya.Vol. 3 No. 2 Hal
22 Januari 2016.
Gates, D.M., Gillespie G. L., &Succop, P. (2011). Violence against Nurses
its Impact on Stress and Productivity. Nurse. Econ. 29(2):5 9-67
Gholmazadeh, S., Sharif, F., & Rad, F.D. (2011) Sources of Occupational
Stress and Coping Strategies Among Nurses Who Work in
Admission and Emergency Departements of Hospitals Related
to Shiraz University of Medical Sciences. IJMNR?WINTER, 16,
41-46
64

Greenberg, J. S. (2002). Comprehensive Stress Management (8th Ed.) New


York: Mc Graw Hill
Gyllesten K. (2010) The role of gender in workplace stres: A critical
literature review. Education Journal, 2005; 64 (3):271-288
Happell, B., Dwyer, T., Reid-Searl, K., Burke, K. J., Caperchione, C. M., &
Gaskin, C. J. (2013). Nurses and stress: recognizing causes and
seeking solutions. Journal of Nursing Management, 21(4), 638–
647. doi:10.1111/jonm.12037
Harsono, H. (2017). Uji Validitas dan Realibilitas Expanded Nursing Stres
Scale (ENSS) Versi Bahasa Indonesia sebagai Instrumen
Penilaian Stres Kerja pada Perawat. Tesis. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Haryuni, S, Ratnawati, R dan Kapti, R.E. (2013). Hubungan Antara Stres
Kerja dengan Kinerja Perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD
Ngedi Waluyo Kabupaten Blitar dan RSUD Mardi Waluyo Kota
Blitar. Jurnal Keperawatan, Vol. 4 No,. 1 Hal. 60. Januari 2013.
Health and Safety Excecutive. (2019). Work Related Stress Anxiety And
Depression Statistic In Great Britain 2019. Diperoleh tanggal 8
Februari 2020, dari https://www.hse.gov.uk/sta
Y7tistics/causdis/stress.pdf
Herquantoet al. (2017). StresKerja pada Perawat di Rumah Sakit dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. eJKI. 5 (1): 12-17

Hudak, C. M. & Gallo, B. M. (2010). Keperawatan kritis: pendekatan


holistikvolume 1(Ed. 6). (M. Ester, Editor) (Asih, Penerjemah).
Jakarta: EGC.
Imron. (2014). Metodologi penelitian bidang kesehatan. Jakarta: Sagung
Seto
Indriyani, A. (2010). Pengaruh konflik peran ganda & stres kerja terhadap
kinerja perawat wanita di rumah sakit. Tesis. Fakultas
Manajemen Universitas Dipenogoro. Diakses pada tanggal 26
September 2020 dari http://eprints.undip.ac.id.
Irzal. (2016). Dasar-Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta:
KENCANA
Ismail, C. S. (2013). Analisis Faktor yang Berpengaruh dengan Stres Kerja
pada Perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2013. Tesis. Universitas Hasanuddin:
Makassar
65

Jennings, M. B . 2013. Work Stres and Burnout Among Nurses: Role of the
Work Environment and Working condition. In R. G.
Hughe,Patient Safety and Quality: AnEnvidence-Based
Handbook for Nurses (p. Ch 26). Rockville: AHRQ
Karima, A. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja
pada Pekerja di PT X Tahun 2014. TAZKIYA Journal of
Psychology Vol 2, No 2
Kemenkes RI. (2011). Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan
Intensive Care Unit di Rumah Sakit.Jakarta: Kemenkes RI
Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta: Kemenkes
RI
Kemenkes RI. (2017). Situasi Tenaga Keperawatan. Info Datin, 1-12
Khusnah, Z. M. (2017). Hubungan Stres Kerja Perawat Dengan Komitmen
Organisasi Perawat di Ruang Rawat Inap RSD dr. Soebandi
Jember. Skripsi. Fakultas Keperawatan. Universitas Jember:
Jawa Timur
Kristiningsih. (2019). Hubungan Antara Beban Kerja dengan Stres Kerja
Perawat ICU, IMC dan IGD di RSU PKU Muhammadiyah
Bantul Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Keperawatan. Universitas
Aisyiyah: Yogyakarta
Labrague, L. J., & McEnroe-Petitte, D. M. (2017). Job stress in new nurses
during the transition period: an integrative review.
International Nursing Review. doi:10.1111/inr.12425
Lasima, I., Yusuf, Z.K.,& Husain, I.D. (2014). Hubungan Antara Beban
Kerja dengan Stres pada Perawat di Rumah Sakit Toto Kabila
Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. KIM Fakultas
Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan. 10;2(3)
Lestari, R., Kumboyono., &Dyta, L. (2010). Tingkat StresKerja dan
PerilakuCaring Perawat. JunalNers, Vol 5, No. 2

Lwin, P. M. (2015). Job Stress and Burnout Among Hospital Nurses in a


City of Myanmar. Proceedings of 34th The IIER International
Conference, Singapore 19th August 2015, ISBN: 978-93-
85465-79-6

Maharaj, S., Lees, T., & Lal, S. (2018). Prevalence and Risk Factors of
Depression, Anxiety, and Stress in a Cohort of Australian
Nurses. International Journal of Environmental Research and
Public Health, 16(1), 61. doi:10.3390/ijerph16010061
66

Mahastuti, PDP. (2017). Perbedaan Stres Kerja Pada Perawat di Ruang


Unit Gawat Darurat dengan Perawat di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit “S” di Kota Denpasar Tahun 2017. Intisari Sains
Medis 2019, Vol 10, No 2:284-289

Mallyya, A.(2016). Perbedaan Stres Kerja Antara Perawat Instalasi


Gawat Darurat (IGD) dan Perawat Intensive Care Unit (ICU)
RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota
Pontianak.Universitas Tanjungpura: Pontianak

Martyastuti, N. E., Isrofah., & Janah, K. (2019). Hubungan Beban Kerja


Dengan Tingkat Stres Perawat Ruang Intensive Care Unit dan
Instalasi Gawat Darurat. Jurnal Keperawatan dan Manajemen
Keperawatan, Vol 2, No 1

Masturoh, I., & Anggita, N. (2018).Metodologi Penelitian Kesehatan


Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK).
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Mustafidz & Mustikasari. (2013). Faktor-Faktor Stres Kerja PErawat di


Ruang IGD (Emergency Setting) RSUD Cibinong. FIK UI

Muthmainah, I. (2012). Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja di Ruang ICU


Pelayanan Jantung Terpadu Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta.Skripsi. Depok: FIK UI

NIOSH. (2014). Niosh Generic Job Stress Questionnaire.


http://www.cdc.gov/niosh/topics/workorg/detail088.html

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Dalam Kesehatan. Jakarta:


EGC

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika

Permenkes RI. (2018). Pelayanan Kegawatdaruratan. Jakarta: Permenkes


RI

Pitri, N., Suparman, L & Nurmayati, S. (2017). Pengaruh Stres Kerja,


Kompensasi dan Pengembangan Karir Terhadap Komitmen
Organisasional Perawat di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma
Mataram Provinsi NTB. Jurnal Magister Manajemen
Uviversitas Mataram, 1(1):1-15
67

Potter, P. A. &Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental


Keperawatan(Vol. 2). (A. Ferderika & M. Albar, Penerjemah).
Jakarta: Salemba Medika.
Putra, A. (2017). Stres Kerja Perawat di Ruangan Rawat inap RSUD RD.
Zainal Abidin Banda Aceh, 1-7
Putra, B. S & Fihir, I. M. (2013). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Stres
Kerja Pada Perawat Pelaksana Rumah Sakit Tugu Ibu
Cimanggis Tahun 2013. FKM-UI
Putri, R. K. (2010). Gambaran Stres Kerja pada Perawat Shift Malam di
Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Skripsi. FakultasKeperawatan. Universitas Sumatera Utara:
Medan

Rahmawati, I. (2015). Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara Perawat IGD


dengan Perawat Icu di RSUD Ngudi Waluyi Wlingi Blitar.
Tesis. Malang: Universitas Brawijaya

Rembang, C. (2014). Hubungan Antara Kelelahan Kerja dengan Stres


Kerja pada Perawat di Unit Gawat Darurat (UGD) dan
Intensive Care Unit (ICU) Rumah SakitUmum Daerah Datoe
Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi: Manado

Rocha, M. C. P., Martino, M. F . D., Kassisse, D. M. G.,Souza, A. L.


(2013) Stres Among Nurses: An Examination of Salivary
Cortisol Levels on Work And Day Off.

Rosady, R. (2013). Metode Penelitian: Public Relation & Komunikasi.


Jakarta: Rajawali Pers

Sesrianty, V. (2018). Hubungan Pendidikan dan Masa Kerja dengan


Keterampilan Perawat Melakukan Tindakan Bantuan Hidup
Dasar. Jurnal Kesehatan Perintis, Vol 5, No. 2

Sharma P, Davey A, Davey S, Shukla A, Shrivastava K, Bansal R. (2014).


Occupational stress among staff nurses: Controlling the risk to
health. Indian Journal of Occupational and Environmental
Medicine. 18(2):52. Doi: 10.4103/0019-5278.146890

Siringoringo, E., Nontji, W., & Hadju, V. (2010). Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Stres Kerja Perawat di Ruang ICU RS
Stella Maris Makassar. Skripsi. Makassar: Universitas
Hasanuddin
Siringoringo, E., Nontji, W., & Hadju, V., 2010. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan stress kerja perawat di ruangan ICU RS
68

Stella Maris Makassar. Skripsi. Makassar: Universitas


Hasanuddin
Sugeng, Sri Utami., Hadi, harry Tribowo., & Nataprawira, Rizki Kurnia.
(2015). Gambaran Tingkat Stres dan Daya Tahan terhadap Stres
Perawat Instalasi Perawatan Intensif di Rumah Sakit Immanuel
Bandung. Bandung : FK Universitas Maranatha.

Sumantri, A. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group
Suprihatin, T. (2015). Managemen Stres Kerja pada Perawat ICU. Jurnal
Keperawatan, Vol. 8, No. 1, ISSN 1979-8091

Swarjana, I. K. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:


ANDI

Vanchapo, A. R. (2020). Beban Kerja dan StresKerja. Jawa Timur: Qiara


Media

Woo, T., Ho, R., Tang, A., & Tam, W. (2020). Global prevalence of
burnout symptoms among nurses: A systematic review and
meta-analysis. Journal of Psychiatric Research 123, 9-20.
doi:10.1016/j.jpsychires.2019.12.015

Yana, D. (2015). Stres Kerja pada Perawat Instalasi Gawat Darurat di


RSUD Pasar Rebo Tahun 2014. Jurnal ARSI, 1 (2): 107-115

Yanto, A., & Rejeki, S. (2017). The Related Factors To Decreased The
New Graduate Nurses Work Stress In Semarang. Nurscope:
Jurnal Penelitian dan Pemikiran Ilmiah Keperawatan, 3(2), 1

Zukhra, R. M., &Muryani. (2018). Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja


Perawat Dalam Melaksanakan Pelayanan Keperawatan di
Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Syafira
Pekanbaru. Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol 7, No 2:14-21
69
Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth :
Calon Responden Penelitian
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Riau Pekanbaru:
Nama : Ressy Herlia
Nim : 1611110934
Alamat : Jl. Tentram No. 9 Pekanbaru
Dengan ini menyampaikan bahwa saya akan mengadakan
penelitian dengan judul “Analisis Perbedaan Penyebab Stres Kerja
Perawat di Ruang Instalasi Gawat Darurat dengan Ruang Intensive Care
Unit”. Penelitian ini semata-mata bertujuan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak akan menimbulkan kerugian bagi responden,
kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika responden tidak bersedia
menjadi responden, maka tidak ada paksaan atau ancaman apapun.
Apabila responden menyetujui dan bersedia menjadi responden,
maka dengan ini saya mohon kesediannya untuk menandatangani lembar
persetujuan.

Peneliti

Ressy Herlia
Lampiran 2

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Inisial nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Alamat :

Setalah membaca penjelasan yang diberikan oleh saudari Ressy


Herlia, mahasiswi Fakultas Keperawatan yang melaksanakan penelitian
“Analisis Perbedaan Penyebab Stres Kerja Perawat di Ruang Instalasi
Gawat Darurat dengan Ruang Intensive Care Unit”. Saya mengerti
penelitian ini tidak akan membawa akibat yang merugikan bagi saya dan
saya mengerti bahwa penelitian ini hanya untuk mengetahui informasi
yang diperlukan sebagaimana tujuan yang ingin dicapai dari pihak
manapun juga. Oleh sebab itu, saya akan memberi jawaban yang
sebenarnya. Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden
tanpa paksaan atau ancaman dari pihak manapun.

Pekanbaru, September 2020

Responden
Lampiran 3

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS PERBEDAAN PENYEBAB STRES KERJA


PERAWAT RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT
DENGAN RUANG INTENSIVE CARE UNIT

Nomor Responden : (diisi oleh peneliti)


Tanggal Pengisian :
A. Karakteristik Responden

Petunjuk Pengisian :
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan mengisi titik-titik dan memberikan
tanda check list ( √ ) pada kotak di samping dengan pilihan jawaban yang
dianggap benar.
1. Usia : …….....tahun

2. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

3. Pendidikan : SPK D3

S1/NERS Lainnya

4. Status pernikahan : Menikah Belum Menikah

Janda Duda

5. Lama bekerja : ……………………………… tahun

6. Status kepegawaian : PNS Pegawai Honor


B. Kuesioner Stres Kerja
Petunjuk pengisian:
a) Bacalah terlebih dahulu dengan teliti sebelum mengisi kuesioner ini
b) Diharapkan tidak mengosongkan setiap lembar jawaban, karena jawaban
Bapak/Ibu penting dan dibutuhkan pada penelitian ini.
c) Diharapkan mengisi setiap lembar jawaban yang berisikan sejumlah
situasi yang biasanya terjadi di tempat kerja. Bapak/Ibu diharapkan
mengisi dan menunjukkan seberapa membuat stres pada situasi di tempat
kerja
d) Beri tanda check list (√) pada kolom jawaban yang tersedia dari masing-
masing pertanyaan dengan ketentuan:
a. Jika anda sangat tidak setuju, berarti anda memilih STS
b. Jika anda tidak setuju, berarti anda memilih TS
c. Jika anda setuju, berarti anda memilih S
d. Jika anda sangat setuju, berarti anda memilih SS
Bila ingin mengubah jawaban, maka diperbolehkan untuk mengganti satu
kali dengan cara memberi tanda garis = pada jawaban yang salah, lalu
memberi tanda check list (√) pada jawaban yang diinginkan

A. Faktor Intrinsik Pekerjaan


a. Beban Kerja
Sangat Tidak Setuju Sangat
No Pertanyaan Tidak Setuju Setuju
Setuju
1 Saya merasa beban kerja meningkat,
jika jumlah perawat dengan pasien
tidak seimbang
2 Pekerjaan saya dalam merawat pasien
kritis tidak membuat saya kewalahan
3 Saya merasa kesulitan dalam
menyelesaikan tugas dalam jangka
waktu tertentu
4 Saya merasa kesulitan dalam merawat
2-3 pasien per hari
5 Saya mampu melakukan asuhan
keperawatan dengan baik kepada
pasien
6 Saya mampu menggunakan peralatan
khusus di unit tempat saya bekerja
7 Saya merasa kurangnya staff perawat
yang kompeten di unit tempat saya
bekerja
8 Saya memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan pekerjaan saya
b. Rutinitas kerja
9 Saya merasa jenuh dengan rutinitas
pekerjaan saya yang monoton
10 Saya selalu bekerja dengan santai
tetapi pekerjaan saya tetap selesai
dengan baik
11 Saya stres jika diharuskan berpikir
dengan cepat dalam mengambil
keputusan untuk melakukan tindakan
ke pasien
12 Saya merasa stres dalam merawat
pasien dengan kondisi terminal/gawat
darurat
13 Saya menikmati rutinitas kerja yang
saya lakukan setiap harinya
14 Waktu kerja saya saat ini cukup
fleksibel
c. Suasana lingkungan kerja
15 Secara kuantitas (jumlah) dan kualitas,
fasilitas yang ada diruangan tempat
saya bekerja sudah cukup memadai
16 Saya tidak bisa fokus bekerja karena
ruangan terlalu ramai/berisik
Sangat Tidak Setuju Sangat
No Pertanyaan Tidak Setuju Setuju
Setuju
17 Saya terlindung dengan baik dari
paparan bahan berbahaya yang ada di
lingkungan kerja
18 Saya merasa nyaman bekerja
diruangan tempat saya bekerja
19 Saya merasa stres melihat area kerja
yang berantakan
20 Sirkulasi udara di area kerja saya
cenderung buruk
B. Faktor Ekstrinsik Pekerjaan
a. Hubungan interpersonal
21 Rekan kerja kadang mengkritik kinerja
saya sebagai perawat
22 Saya tidak pernah mengalami masalah
dalam berkomunikasi dengan rekan
kerja
23 Saya merasa kesulitan dalam
mendapatkan dukungan dari rekan
kerja
24 Saya sering mendiskusikan masalah
perawatan pasien dengan rekan
sesama perawat
25 Saya tidak bisa berkonsentrasi
melakukan pekerjaan ketika ada
masalah dengan rekan kerja
26 Saya mengalami masalah dalam
berkomunikasi dengan pasien dan
keluarganya
b. Pengembangan karir
27 Saya semangat bekerja untuk karir
yang lebih cerah dimasa depan
28 Saya takut karir saya tidak meningkat
29 Saya merasa cemas jika tidak diberi
kesempatan mengikuti pelatihan/
seminar
30 Saya merasa tidak nyaman dengan
posisi/jabatan pekerjaan saya
sekarang
31 Saya merasa keterampilan kerja saya
sangat berguna bagi unit tempat saya
bekerja
32 Saya tidak suka dengan posisi karir
saya saat ini
33 Saya merasa terbebani ketika hanya
saya yang memiliki keterampilan
tertentu di tempat saya bekerja
Sangat Tidak Setuju Sangat
No Pertanyaan Tidak Setuju Setuju
Setuju
34 Saya panik jika pimpinan mengutus
saya mengikuti pelatihan
c. Peran dalam organisasi
35 Saya merasa lebih cemas mengetahui
banyaknya tugas dan tanggungjawab
pekerjaan saya
36 Saya merasa dibutuhkan dalam
pengambilan keputusan
37 Saya sering berselisih mengenai
pekerjaan dalam unit saya
38 Saya bertanggungjawab untuk
membimbing atau membantu sesama
teman perawat dalam menyelesaikan
masalah-masalah yang terjadi pada
pasien selama perawatan
39 Saya merasa tidak dapat bekerja sama
dengan tim di ruangan
40 Peran saya dalam organisasi selalu
tidak dihargai dan itu membuat saya
menjadi putus asa
41 Saya merasa pendapat saya kadang
tidak dihargai
d. Pengawasan atasan
42 Saya merasa tersinggung jika
mendapat teguran terhadap pekerjaan
yang telah saya lakukan di ruang
perawatan
43 Saya merasa atasan selalu menghargai
kinerja saya
44 Atasan selalu memberikan motivasi
kepada saya dan rekan kerja lainnya
agar selalu bekerja dengan baik
45 Saya menjadi stres ketika atasan
memberikan tugas diluar kemampuan
saya
46 Saya merasa bingung dalam
melakukan pekerjaan karena atasan
tidak memberikan bimbingan kepada
saya
47 Saya merasa stres jika atasan terlalu
banyak menuntut pekerjaan yang
harus selesai dalam waktu singkat
C. Faktor Individu
a. Masalah keluarga
48 Keluarga saya mendukung pekerjaan
saya saat ini
Sangat Tidak Setuju Sangat
No Pertanyaan Tidak Setuju Setuju
Setuju
49 Saya merasa stres karena waktu libur
yang seharusnya untuk keluarga, saya
gunakan untuk menyelesaikan
pekerjaan
50 Disela kesibukan bekerja, saya masih
menyempatkan waktu untuk refreshing
bersama keluarga
51 Saya merasa tidak fokus bekerja ketika
ada masalah keluarga
52 Saya dapat membagi waktu dengan
baik antara pekerjaan dan keluarga
53 Dikesibukkan saya bekerja membuat
saya tidak bisa melihat perkembangan
anak saya
b. Masalah ekonomi
54 Saya merasa stres gaji/upah yang saya
terima tidak sesuai dengan tanggung
jawab pekerjaan yang saya laksanakan
55 Saya tetap bersyukur dengan
penghasilan yang saya terima
56 Saya merasa stres karena pengeluaran
lebih besar dibandingkan dengan
pemasukan yang saya terima
57 Saya merasa stres ketika gaji keluar
sangat lambat
58 Saya merasa penghasilan yang
diterima saat ini sudah mencukupi
kebutuhan hidup saya dan keluarga
59 Saya merasa bingung tidak ada
pekerjaan sampingan sebagai
tambahan ekonomi bagi keluarga
c. Tipe kepribadian
60 Saya termasuk orang yang sabar ketika
menyelesaikan pekerjaan
61 Saya sering merasa diburu-buru waktu
saat menyelesaikan pekerjaan
62 Saya tidak bisa memilih prioritas jika
dihadapkan dengan beberapa tugas
63 Saya selalu berhati-hati dalam
melaksanakan pekerjaan
64 Saya suka menunda pekerjaan karena
banyaknya pekerjaan yang harus
dilakukan
65 Saya merasa acuh saat ada masalah
terkait pekerjaan
DATA RUANGAN IGD
Uji Normalitas
Warning # 849 in column 23. Text: in_ID
The LOCALE subcommand of the SET command has an invalid parameter. It could
not be mapped to a valid backend locale.
GET
FILE='E:\skripsi resyy unri\New folder\master tabel resyy IGD.sav'.
DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.
EXAMINE VARIABLES=skor.beban.kerja skor.rutinitas.kerja skor.suasana.lingkungan.kerja
skor.hubungan.interpersonal skor.pengembangan.karir skor.peran.dalam.organisasi
skor.pengawasan.atasan skor.masalah.keluarga skor.masalah.ekonomi skor.tipe.kepribadian
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT
/COMPARE GROUPS
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.

Explore
Notes
Output Created 07-OCT-2020 02:04:01
Comments
E:\skripsi resyy unri\New
Data
folder\master tabel resyy IGD.sav
Active Dataset DataSet1
Input Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 21
User-defined missing values for
Definition of Missing dependent variables are treated as
missing.
Missing Value Handling
Statistics are based on cases with no
Cases Used missing values for any dependent
variable or factor used.
EXAMINE
VARIABLES=skor.beban.kerja
skor.rutinitas.kerja
skor.suasana.lingkungan.kerja
skor.hubungan.interpersonal
skor.pengembangan.karir
skor.peran.dalam.organisasi
skor.pengawasan.atasan
skor.masalah.keluarga
Syntax
skor.masalah.ekonomi
skor.tipe.kepribadian
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF
NPPLOT
/COMPARE GROUPS
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Processor Time 00:00:18,33
Resources
Elapsed Time 00:00:16,78

[DataSet1] E:\skripsi resyy unri\New folder\master tabel resyy IGD.sav


Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
skor.beban.kerja 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%
skor.rutinitas.kerja 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%
skor.suasana.lingkungan.kerja 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%
skor.hubungan.interpersonal 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%
skor.pengembangan.karir 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%
skor.peran.dalam.organisasi 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%
skor.pengawasan.atasan 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%
skor.masalah.keluarga 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%
skor.masalah.ekonomi 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%
skor.tipe.kepribadian 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 19,05 ,320
Lower Bound 18,38
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 19,71
5% Trimmed Mean 19,05
Median 19,00
Variance 2,148
skor.beban.kerja Std. Deviation 1,465
Minimum 17
Maximum 21
Range 4
Interquartile Range 3
Skewness ,015 ,501
Kurtosis -1,308 ,972
skor.rutinitas.kerja Mean 15,57 ,335
Lower Bound 14,87
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 16,27
5% Trimmed Mean 15,47
Median 16,00
Variance 2,357
Std. Deviation 1,535
Minimum 13
Maximum 20
Range 7
Interquartile Range 2
Skewness ,905 ,501
Kurtosis 2,228 ,972
Mean 16,33 ,465
Lower Bound 15,36
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 17,30
5% Trimmed Mean 16,37
Median 17,00
Variance 4,533
skor.suasana.lingkun
gan.kerja Std. Deviation 2,129
Minimum 13
Maximum 19
Range 6
Interquartile Range 4
Skewness -,346 ,501
Kurtosis -1,402 ,972
Mean 15,57 ,335
Lower Bound 14,87
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 16,27
5% Trimmed Mean 15,47
Median 16,00
Variance 2,357
skor.hubungan.interp
ersonal Std. Deviation 1,535
Minimum 13
Maximum 20
Range 7
Interquartile Range 2
Skewness ,905 ,501
Kurtosis 2,228 ,972
skor.pengembangan.k Mean 19,05 ,320
arir Lower Bound 18,38
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 19,71
5% Trimmed Mean 19,05
Median 19,00
Variance 2,148
Std. Deviation 1,465
Minimum 17
Maximum 21
Range 4
Interquartile Range 3
Skewness ,015 ,501
Kurtosis -1,308 ,972
Mean 19,62 ,434
Lower Bound 18,71
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 20,52
5% Trimmed Mean 19,58
Median 19,00
Variance 3,948
skor.peran.dalam.org
anisasi Std. Deviation 1,987
Minimum 17
Maximum 23
Range 6
Interquartile Range 3
Skewness ,207 ,501
Kurtosis -1,127 ,972
Mean 15,57 ,335
Lower Bound 14,87
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 16,27
5% Trimmed Mean 15,47
Median 16,00
Variance 2,357
skor.pengawasan.atas
an Std. Deviation 1,535
Minimum 13
Maximum 20
Range 7
Interquartile Range 2
Skewness ,905 ,501
Kurtosis 2,228 ,972
Mean 16,86 ,421
Lower Bound 15,98
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 17,74
5% Trimmed Mean 16,95
Median 17,00
Variance 3,729
skor.masalah.keluarg
a Std. Deviation 1,931
Minimum 13
Maximum 19
Range 6
Interquartile Range 3
Skewness -,837 ,501
Kurtosis -,401 ,972
skor.masalah.ekonom Mean 16,33 ,465
i Lower Bound 15,36
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 17,30
5% Trimmed Mean 16,37
Median 17,00
Variance 4,533
Std. Deviation 2,129
Minimum 13
Maximum 19
Range 6
Interquartile Range 4
Skewness -,346 ,501
Kurtosis -1,402 ,972
Mean 15,57 ,335
Lower Bound 14,87
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 16,27
5% Trimmed Mean 15,47
Median 16,00
Variance 2,357
skor.tipe.kepribadian Std. Deviation 1,535
Minimum 13
Maximum 20
Range 7
Interquartile Range 2
Skewness ,905 ,501
Kurtosis 2,228 ,972

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
skor.beban.kerja ,147 21 ,200* ,889 21 ,022
skor.rutinitas.kerja ,200 21 ,029 ,892 21 ,025
skor.suasana.lingkungan.kerja ,212 21 ,015 ,878 21 ,013
skor.hubungan.interpersonal ,200 21 ,029 ,892 21 ,025
skor.pengembangan.karir ,147 21 ,200* ,889 21 ,022
skor.peran.dalam.organisasi ,146 21 ,200* ,925 21 ,108
skor.pengawasan.atasan ,200 21 ,029 ,892 21 ,025
skor.masalah.keluarga ,244 21 ,002 ,866 21 ,008
skor.masalah.ekonomi ,212 21 ,015 ,878 21 ,013
skor.tipe.kepribadian ,200 21 ,029 ,892 21 ,025
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

skor.beban.kerja
skor.beban.kerja Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

4,00 17 . 0000
4,00 18 . 0000
5,00 19 . 00000
3,00 20 . 000
5,00 21 . 00000

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
skor.rutinitas.kerja
skor.rutinitas.kerja Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

1,00 13 . 0
5,00 14 . 00000
3,00 15 . 000
8,00 16 . 00000000
3,00 17 . 000
1,00 Extremes (>=20,0)

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
skor.suasana.lingkungan.kerja
skor.suasana.lingkungan.kerja Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

3,00 13 . 000
2,00 14 . 00
4,00 15 . 0000
,00 16 .
3,00 17 . 000
6,00 18 . 000000
3,00 19 . 000

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
skor.hubungan.interpersonal
skor.hubungan.interpersonal Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

1,00 13 . 0
5,00 14 . 00000
3,00 15 . 000
8,00 16 . 00000000
3,00 17 . 000
1,00 Extremes (>=20,0)

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
skor.pengembangan.karir
skor.pengembangan.karir Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

4,00 17 . 0000
4,00 18 . 0000
5,00 19 . 00000
3,00 20 . 000
5,00 21 . 00000

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
skor.peran.dalam.organisasi
skor.peran.dalam.organisasi Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

4,00 17 . 0000
3,00 18 . 000
4,00 19 . 0000
2,00 20 . 00
4,00 21 . 0000
2,00 22 . 00
2,00 23 . 00

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
skor.pengawasan.atasan
skor.pengawasan.atasan Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

1,00 13 . 0
5,00 14 . 00000
3,00 15 . 000
8,00 16 . 00000000
3,00 17 . 000
1,00 Extremes (>=20,0)

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
skor.masalah.keluarga
skor.masalah.keluarga Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

2,00 13 . 00
1,00 14 . 0
3,00 15 . 000
,00 16 .
5,00 17 . 00000
6,00 18 . 000000
4,00 19 . 0000

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
skor.masalah.ekonomi
skor.masalah.ekonomi Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

3,00 13 . 000
2,00 14 . 00
4,00 15 . 0000
,00 16 .
3,00 17 . 000
6,00 18 . 000000
3,00 19 . 000

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
skor.tipe.kepribadian
skor.tipe.kepribadian Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

1,00 13 . 0
5,00 14 . 00000
3,00 15 . 000
8,00 16 . 00000000
3,00 17 . 000
1,00 Extremes (>=20,0)

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
Mean Median

FREQUENCIES VARIABLES=skor.beban.kerja skor.rutinitas.kerja


skor.suasana.lingkungan.kerja skor.hubungan.interpersonal skor.pengembangan.karir
skor.peran.dalam.organisasi skor.pengawasan.atasan skor.masalah.keluarga skor.masalah.ekonomi
skor.tipe.kepribadian
/STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN
MEDIAN
/HISTOGRAM NORMAL
/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies
Notes
Output Created 07-OCT-2020 02:08:46
Comments
E:\skripsi resyy unri\New
Data
folder\master tabel resyy IGD.sav
Active Dataset DataSet1
Input Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 21
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling
Statistics are based on all cases
Cases Used
with valid data.
FREQUENCIES
VARIABLES=skor.beban.kerja
skor.rutinitas.kerja
skor.suasana.lingkungan.kerja
skor.hubungan.interpersonal
skor.pengembangan.karir
skor.peran.dalam.organisasi
skor.pengawasan.atasan
Syntax skor.masalah.keluarga
skor.masalah.ekonomi
skor.tipe.kepribadian
/STATISTICS=STDDEV
VARIANCE RANGE MINIMUM
MAXIMUM SEMEAN MEAN
MEDIAN
/HISTOGRAM NORMAL
/ORDER=ANALYSIS.
Processor Time 00:00:04,17
Resources
Elapsed Time 00:00:04,47

[DataSet1] E:\skripsi resyy unri\New folder\master tabel resyy IGD.sav


Statistics
skor.beba skor.rutin skor.suasan skor.hubun skor.penge skor.pera skor.peng skor.masa skor.masalah.ekono skor.tipe.kepribadian
n.kerja itas.kerja a.lingkunga gan.interper mbangan.k n.dalam.o awasan.at lah.keluar mi
n.kerja sonal arir rganisasi asan ga

Valid 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21
N
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 19,05 15,57 16,33 15,57 19,05 19,62 15,57 16,86 16,33 15,57

Std. Error of
,320 ,335 ,465 ,335 ,320 ,434 ,335 ,421 ,465 ,335
Mean

Median 19,00 16,00 17,00 16,00 19,00 19,00 16,00 17,00 17,00 16,00

Std.
1,465 1,535 2,129 1,535 1,465 1,987 1,535 1,931 2,129 1,535
Deviation

Variance 2,148 2,357 4,533 2,357 2,148 3,948 2,357 3,729 4,533 2,357

Range 4 7 6 7 4 6 7 6 6 7

Minimum 17 13 13 13 17 17 13 13 13 13

Maximum 21 20 19 20 21 23 20 19 19 20
Frequency Table
skor.beban.kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
17 4 19,0 19,0 19,0
18 4 19,0 19,0 38,1
19 5 23,8 23,8 61,9
Valid 20 3 14,3 14,3 76,2
21 5 23,8 23,8 100,0
Total 21 100,0 100,0

skor.rutinitas.kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
13 1 4,8 4,8 4,8
14 5 23,8 23,8 28,6
15 3 14,3 14,3 42,9
Valid 16 8 38,1 38,1 81,0
17 3 14,3 14,3 95,2
20 1 4,8 4,8 100,0
Total 21 100,0 100,0

skor.suasana.lingkungan.kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
13 3 14,3 14,3 14,3
14 2 9,5 9,5 23,8
15 4 19,0 19,0 42,9
Valid 17 3 14,3 14,3 57,1
18 6 28,6 28,6 85,7
19 3 14,3 14,3 100,0
Total 21 100,0 100,0

skor.hubungan.interpersonal
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
13 1 4,8 4,8 4,8
14 5 23,8 23,8 28,6
15 3 14,3 14,3 42,9
Valid 16 8 38,1 38,1 81,0
17 3 14,3 14,3 95,2
20 1 4,8 4,8 100,0
Total 21 100,0 100,0

skor.pengembangan.karir
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 17 4 19,0 19,0 19,0
18 4 19,0 19,0 38,1
19 5 23,8 23,8 61,9
20 3 14,3 14,3 76,2
21 5 23,8 23,8 100,0
Total 21 100,0 100,0

skor.peran.dalam.organisasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
17 4 19,0 19,0 19,0
18 3 14,3 14,3 33,3
19 4 19,0 19,0 52,4
20 2 9,5 9,5 61,9
Valid 21 4 19,0 19,0 81,0
22 2 9,5 9,5 90,5
23 2 9,5 9,5 100,0
Total 21 100,0 100,0

skor.pengawasan.atasan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
13 1 4,8 4,8 4,8
14 5 23,8 23,8 28,6
15 3 14,3 14,3 42,9
Valid 16 8 38,1 38,1 81,0
17 3 14,3 14,3 95,2
20 1 4,8 4,8 100,0
Total 21 100,0 100,0

skor.masalah.keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
13 2 9,5 9,5 9,5
14 1 4,8 4,8 14,3
15 3 14,3 14,3 28,6
Valid 17 5 23,8 23,8 52,4
18 6 28,6 28,6 81,0
19 4 19,0 19,0 100,0
Total 21 100,0 100,0

skor.masalah.ekonomi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
13 3 14,3 14,3 14,3
14 2 9,5 9,5 23,8
15 4 19,0 19,0 42,9
Valid 17 3 14,3 14,3 57,1
18 6 28,6 28,6 85,7
19 3 14,3 14,3 100,0
Total 21 100,0 100,0
skor.tipe.kepribadian
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
13 1 4,8 4,8 4,8
14 5 23,8 23,8 28,6
15 3 14,3 14,3 42,9
Valid 16 8 38,1 38,1 81,0
17 3 14,3 14,3 95,2
20 1 4,8 4,8 100,0
Total 21 100,0 100,0

Histogram
Data Umum

FREQUENCIES VARIABLES=usia jenis.kelamin pendidkan status.pernikahan Lama.Kerja


status.kepegawaian
/STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN
/HISTOGRAM NORMAL
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Notes
Output Created 07-OCT-2020 02:30:53
Comments
E:\skripsi resyy \New
Data
folder\master tabel resyy IGD.sav
Active Dataset DataSet1
Input Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 21
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling
Statistics are based on all cases
Cases Used
with valid data.
FREQUENCIES
VARIABLES=usia jenis.kelamin
pendidkan status.pernikahan
Lama.Kerja status.kepegawaian
Syntax /STATISTICS=STDDEV
VARIANCE RANGE MINIMUM
MAXIMUM SEMEAN
/HISTOGRAM NORMAL
/ORDER=ANALYSIS.
Processor Time 00:00:02,58
Resources
Elapsed Time 00:00:02,86

[DataSet1] E:\skripsi resyy unri\New folder\master tabel resyy IGD.sav


Statistics
usia jenis.kelam pendidkan status.perni Lama.Kerja status.kepegawa
in kahan ian

Valid 21 21 21 21 21 21
N
Missing 0 0 0 0 0 0

Std. Error of Mean ,105 ,111 ,101 ,101 1,48079 ,105

Std. Deviation ,483 ,507 ,463 ,463 6,78584 ,483

Variance ,233 ,257 ,214 ,214 46,048 ,233

Range 1 1 1 1 32,00 1

Minimum 2 1 2 1 1,00 1

Maximum 3 2 3 2 33,00 2

Frequency Table
usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
dewasa awal 26-35 tahun 7 33,3 33,3 33,3
Valid dewasa akhir 36-45 tahun 14 66,7 66,7 100,0
Total 21 100,0 100,0

jenis.kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
laki-laki 9 42,9 42,9 42,9
Valid perempuan 12 57,1 57,1 100,0
Total 21 100,0 100,0

pendidkan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
D3 6 28,6 28,6 28,6
Valid S1 Ners 15 71,4 71,4 100,0
Total 21 100,0 100,0

status.pernikahan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
menikah 15 71,4 71,4 71,4
Valid belum menikah 6 28,6 28,6 100,0
Total 21 100,0 100,0
Lama.Kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
< 5 Tahun 6 28,6 28,6 28,6
> 5 Tahun 5 23,8 23,8 52,4
Valid > 10 Tahun 10 47,6 47,6 100,0
Total 21 100,0 100,0

status.kepegawaian
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
PNS 7 33,3 33,3 33,3
Valid Pegawai honor 14 66,7 66,7 100,0
Total 21 100,0 100,0

Histogram
Data Khusus
FREQUENCIES VARIABLES=ketrangan.beban.kerja keterangan.rutinitas.kerja
keterangan.suasana.lingkungan.kerja keterangan.interpersonal keterangan.pengembgan.karir
keterangan.peran.dalam.organisasi ketrangan.pengawasan.atasan keterangan.masalah.keluarga
keterangan.masalah.ekonomi keterangan.tipe.kepribadian
/STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN
/HISTOGRAM NORMAL
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Notes
Output Created 07-OCT-2020 02:32:12
Comments
E:\skripsi resyy unri\New
Data
folder\master tabel resyy IGD.sav
Active Dataset DataSet1
Input Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 21
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling
Statistics are based on all cases
Cases Used
with valid data.
FREQUENCIES
VARIABLES=ketrangan.beban.ke
rja keterangan.rutinitas.kerja
keterangan.suasana.lingkungan.ke
rja keterangan.interpersonal
keterangan.pengembgan.karir
keterangan.peran.dalam.organisasi
ketrangan.pengawasan.atasan
Syntax
keterangan.masalah.keluarga
keterangan.masalah.ekonomi
keterangan.tipe.kepribadian
/STATISTICS=STDDEV
VARIANCE RANGE MINIMUM
MAXIMUM SEMEAN
/HISTOGRAM NORMAL
/ORDER=ANALYSIS.
Processor Time 00:00:04,13
Resources
Elapsed Time 00:00:04,34

[DataSet1] E:\skripsi resyy unri\New folder\master tabel resyy IGD.sav


Statistics
ketrangan.be keterangan. keterangan.suasana.li keterangan.int keterangan.pe keterangan.pe ketrangan.p keterangan.m keteranga keterangan.tipe.
ban.kerja rutinitas.ker ngkungan.kerja erpersonal ngembgan.ka ran.dalam.org engawasan. asalah.keluar n.masalah kepribadian
ja rir anisasi atasan ga .ekonomi

Valid 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21
N
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Std. Error of
,105 ,111 ,111 ,111 ,109 ,112 ,111 ,101 ,111 ,111
Mean

Std. Deviation ,483 ,507 ,507 ,507 ,498 ,512 ,507 ,463 ,507 ,507

Variance ,233 ,257 ,257 ,257 ,248 ,262 ,257 ,214 ,257 ,257

Range 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Minimum 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Maximum 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Frequency Table
ketrangan.beban.kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Beban Kerja Berat Jika Nilai
14 66,7 66,7 66,7
Median > 19
Valid Beban Kerja Ringan Jika Nilai
7 33,3 33,3 100,0
Median < 19
Total 21 100,0 100,0

keterangan.rutinitas.kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Menoton Jika Nilai Median > 16 12 57,1 57,1 57,1

Tidak Menoton Jika Nilai


Valid 9 42,9 42,9 100,0
Median < 16

Total 21 100,0 100,0

keterangan.suasana.lingkungan.kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Menunjang Jika Nilai Median


12 57,1 57,1 57,1
> 17
Tidak Menunjang Jika Nilai
Valid 9 42,9 42,9 100,0
Median < 17

Total 21 100,0 100,0

keterangan.interpersonal
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Baik Jika Nilai Median > 16 12 57,1 57,1 57,1

Valid Buruk Jika Nilai Median < 16 9 42,9 42,9 100,0

Total 21 100,0 100,0

keterangan.pengembgan.karir
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Baik Jika Nilai Median > 19 13 61,9 61,9 61,9

Valid Buruk Jika Nilai Median < 19 8 38,1 38,1 100,0

Total 21 100,0 100,0

keterangan.peran.dalam.organisasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Baik Jika Nilai Mean > 19,62 10 47,6 47,6 47,6

Valid Buruk Jika Nilai Mean < 19,62 11 52,4 52,4 100,0

Total 21 100,0 100,0

ketrangan.pengawasan.atasan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Baik Jika Nilai Median >16 12 57,1 57,1 57,1

Valid Buruk Jika Nilai Median < 16 9 42,9 42,9 100,0

Total 21 100,0 100,0

keterangan.masalah.keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Mimiliki Masalah Jika Nilai


15 71,4 71,4 71,4
Median > 17
Tidak Memiliki Masalah Jika
Valid 6 28,6 28,6 100,0
Nilai Median < 17

Total 21 100,0 100,0

keterangan.masalah.ekonomi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Tinggi Jika Nilai Median >17 12 57,1 57,1 57,1

Valid Rendah Jika Nilai Median < 17 9 42,9 42,9 100,0

Total 21 100,0 100,0


keterangan.tipe.kepribadian
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Baik Jika Nilai Median >16 12 57,1 57,1 57,1

Valid Buruk Jika Nilai Median < 16 9 42,9 42,9 100,0

Total 21 100,0 100,0

Histogram
DATA RUANGAN ICU
Uji Normalitas
EXAMINE VARIABLES=skor.beban.kerja skor.rutinitas.kerja skor.suasana.lingkungan.kerja
skor.hubungan.interpersonal skor.pengembangan.karir skor.peran.dalam.organisasi
skor.pengawasan.atasan skor.masalah.keluarga skor.masalah.ekonomi skor.tipe.kepribadian
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT
/COMPARE GROUPS
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Explore
Notes
Output Created 07-OCT-2020 01:12:07
Comments
E:\skripsi resyy unri\New
Data
folder\master tabel resyy ICU.sav
Active Dataset DataSet1
Input Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 21
User-defined missing values for
Definition of Missing dependent variables are treated as
missing.
Missing Value Handling
Statistics are based on cases with
Cases Used no missing values for any
dependent variable or factor used.
EXAMINE
VARIABLES=skor.beban.kerja
skor.rutinitas.kerja
skor.suasana.lingkungan.kerja
skor.hubungan.interpersonal
skor.pengembangan.karir
skor.peran.dalam.organisasi
skor.pengawasan.atasan
skor.masalah.keluarga
Syntax
skor.masalah.ekonomi
skor.tipe.kepribadian
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF
NPPLOT
/COMPARE GROUPS
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Processor Time 00:00:19,59
Resources
Elapsed Time 00:00:18,39

[DataSet1] E:\skripsi resyy unri\New folder\master tabel resyy ICU.sav


Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent

skor.beban.kerja 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

skor.rutinitas.kerja 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

skor.suasana.lingkungan.kerja 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

skor.hubungan.interpersonal 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

skor.pengembangan.karir 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

skor.peran.dalam.organisasi 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

skor.pengawasan.atasan 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

skor.masalah.keluarga 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

skor.masalah.ekonomi 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

skor.tipe.kepribadian 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 21,62 ,465
Lower
20,65
Bound
95% Confidence Interval for Mean
Upper
22,59
Bound
5% Trimmed Mean 21,69
Median 22,00
Variance 4,548
skor.beban.kerja
Std. Deviation 2,133
Minimum 17
Maximum 25
Range 8
Interquartile Range 3
Skewness -,712 ,501
Kurtosis -,125 ,972
skor.rutinitas.kerja Mean 16,48 ,466
Lower
15,50
Bound
95% Confidence Interval for Mean
Upper
17,45
Bound
5% Trimmed Mean 16,53
Median 17,00
Variance 4,562
Std. Deviation 2,136
Minimum 13
Maximum 19
Range 6
Interquartile Range 4
Skewness -,525 ,501
Kurtosis -1,278 ,972
Mean 15,43 ,356
Lower
14,69
Bound
95% Confidence Interval for Mean
Upper
16,17
Bound
5% Trimmed Mean 15,32
Median 16,00
skor.suasana.lingkunga Variance 2,657
n.kerja Std. Deviation 1,630
Minimum 13
Maximum 20
Range 7
Interquartile Range 2
Skewness ,830 ,501
Kurtosis 1,717 ,972
Mean 16,48 ,466
Lower
15,50
Bound
95% Confidence Interval for Mean
Upper
17,45
Bound
5% Trimmed Mean 16,53
Median 17,00
skor.hubungan.interper Variance 4,562
sonal Std. Deviation 2,136
Minimum 13
Maximum 19
Range 6
Interquartile Range 4
Skewness -,525 ,501
Kurtosis -1,278 ,972
skor.pengembangan.kar Mean 21,62 ,465
ir Lower
20,65
Bound
95% Confidence Interval for Mean
Upper
22,59
Bound
5% Trimmed Mean 21,69
Median 22,00
Variance 4,548
Std. Deviation 2,133
Minimum 17
Maximum 25
Range 8
Interquartile Range 3
Skewness -,712 ,501
Kurtosis -,125 ,972
Mean 19,67 ,470
Lower
18,69
Bound
95% Confidence Interval for Mean
Upper
20,65
Bound
5% Trimmed Mean 19,69
Median 20,00
skor.peran.dalam.organ Variance 4,633
isasi Std. Deviation 2,153
Minimum 16
Maximum 23
Range 7
Interquartile Range 4
Skewness -,452 ,501
Kurtosis -,802 ,972
Mean 16,48 ,466
Lower
15,50
Bound
95% Confidence Interval for Mean
Upper
17,45
Bound
5% Trimmed Mean 16,53
Median 17,00
skor.pengawasan.atasa Variance 4,562
n Std. Deviation 2,136
Minimum 13
Maximum 19
Range 6
Interquartile Range 4
Skewness -,525 ,501
Kurtosis -1,278 ,972
Mean 15,57 ,362
Lower
14,82
Bound
95% Confidence Interval for Mean
Upper
16,33
Bound
5% Trimmed Mean 15,47
Median 16,00
Variance 2,757
skor.masalah.keluarga
Std. Deviation 1,660
Minimum 13
Maximum 20
Range 7
Interquartile Range 3
Skewness ,840 ,501
Kurtosis 1,047 ,972
skor.masalah.ekonomi Mean 15,43 ,356
Lower
14,69
Bound
95% Confidence Interval for Mean
Upper
16,17
Bound
5% Trimmed Mean 15,32
Median 16,00
Variance 2,657
Std. Deviation 1,630
Minimum 13
Maximum 20
Range 7
Interquartile Range 2
Skewness ,830 ,501
Kurtosis 1,717 ,972
Mean 16,48 ,466
Lower
15,50
Bound
95% Confidence Interval for Mean
Upper
17,45
Bound
5% Trimmed Mean 16,53
Median 17,00
Variance 4,562
skor.tipe.kepribadian
Std. Deviation 2,136
Minimum 13
Maximum 19
Range 6
Interquartile Range 4
Skewness -,525 ,501
Kurtosis -1,278 ,972

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

skor.beban.kerja ,190 21 ,046 ,926 21 ,115

skor.rutinitas.kerja ,238 21 ,003 ,857 21 ,006

skor.suasana.lingkungan.kerja ,172 21 ,104 ,906 21 ,046

skor.hubungan.interpersonal ,238 21 ,003 ,857 21 ,006

skor.pengembangan.karir ,190 21 ,046 ,926 21 ,115

skor.peran.dalam.organisasi ,181 21 ,072 ,924 21 ,103

skor.pengawasan.atasan ,238 21 ,003 ,857 21 ,006

skor.masalah.keluarga ,161 21 ,160 ,917 21 ,077

skor.masalah.ekonomi ,172 21 ,104 ,906 21 ,046

skor.tipe.kepribadian ,238 21 ,003 ,857 21 ,006


a. Lilliefors Significance Correction

skor.beban.kerja

skor.beban.kerja Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

3,00 1 . 788
17,00 2 . 00011222233333344
1,00 2. 5

Stem width: 10
Each leaf: 1 case(s)
skor.rutinitas.kerja
skor.rutinitas.kerja Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

3,00 13 . 000
2,00 14 . 00
3,00 15 . 000
,00 16 .
3,00 17 . 000
7,00 18 . 0000000
3,00 19 . 000

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
skor.suasana.lingkungan.kerja
skor.suasana.lingkungan.kerja Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

2,00 13 . 00
5,00 14 . 00000
3,00 15 . 000
7,00 16 . 0000000
3,00 17 . 000
1,00 Extremes (>=20,0)

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
skor.hubungan.interpersonal
skor.hubungan.interpersonal Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

3,00 13 . 000
2,00 14 . 00
3,00 15 . 000
,00 16 .
3,00 17 . 000
7,00 18 . 0000000
3,00 19 . 000

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
skor.pengembangan.karir
skor.pengembangan.karir Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

3,00 1 . 788
17,00 2 . 00011222233333344
1,00 2. 5

Stem width: 10
Each leaf: 1 case(s)
skor.peran.dalam.organisasi
skor.peran.dalam.organisasi Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

3,00 16 . 000
1,00 17 . 0
2,00 18 . 00
2,00 19 . 00
5,00 20 . 00000
3,00 21 . 000
4,00 22 . 0000
1,00 23 . 0

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
skor.pengawasan.atasan
skor.pengawasan.atasan Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

3,00 13 . 000
2,00 14 . 00
3,00 15 . 000
,00 16 .
3,00 17 . 000
7,00 18 . 0000000
3,00 19 . 000

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
skor.masalah.keluarga
skor.masalah.keluarga Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

1,00 13 . 0
6,00 14 . 000000
3,00 15 . 000
6,00 16 . 000000
3,00 17 . 000
1,00 18 . 0
1,00 Extremes (>=20,0)

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
skor.masalah.ekonomi
skor.masalah.ekonomi Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

2,00 13 . 00
5,00 14 . 00000
3,00 15 . 000
7,00 16 . 0000000
3,00 17 . 000
1,00 Extremes (>=20,0)

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
skor.tipe.kepribadian

skor.tipe.kepribadian Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

3,00 13 . 000
2,00 14 . 00
3,00 15 . 000
,00 16 .
3,00 17 . 000
7,00 18 . 0000000
3,00 19 . 000

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
EXAMINE VARIABLES=skor.beban.kerja skor.rutinitas.kerja skor.suasana.lingkungan.kerja
skor.hubungan.interpersonal skor.pengembangan.karir skor.peran.dalam.organisasi
skor.pengawasan.atasan skor.masalah.keluarga skor.masalah.ekonomi skor.tipe.kepribadian
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT
/COMPARE GROUPS
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.

Explore

Notes
Output Created 07-OCT-2020 01:12:07
Comments
Input E:\skripsi resyy unri\New
Data
folder\master tabel resyy ICU.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 21
User-defined missing values for
Definition of Missing dependent variables are treated as
missing.
Missing Value Handling
Statistics are based on cases with
Cases Used no missing values for any
dependent variable or factor used.
EXAMINE
VARIABLES=skor.beban.kerja
skor.rutinitas.kerja
skor.suasana.lingkungan.kerja
skor.hubungan.interpersonal
skor.pengembangan.karir
skor.peran.dalam.organisasi
skor.pengawasan.atasan
skor.masalah.keluarga
Syntax
skor.masalah.ekonomi
skor.tipe.kepribadian
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF
NPPLOT
/COMPARE GROUPS
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Processor Time 00:00:19,59
Resources
Elapsed Time 00:00:18,39

[DataSet1] E:\skripsi resyy unri\New folder\master tabel resyy ICU.sav

Case Processing Summary


Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

skor.beban.kerja 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

skor.rutinitas.kerja 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

skor.suasana.lingkungan.kerja 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

skor.hubungan.interpersonal 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

skor.pengembangan.karir 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

skor.peran.dalam.organisasi 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

skor.pengawasan.atasan 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%


skor.masalah.keluarga 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

skor.masalah.ekonomi 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

skor.tipe.kepribadian 21 100,0% 0 0,0% 21 100,0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 21,62 ,465
Lower Bound 20,65
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 22,59
5% Trimmed Mean 21,69
Median 22,00
Variance 4,548
skor.beban.kerja Std. Deviation 2,133
Minimum 17
Maximum 25
Range 8
Interquartile Range 3
Skewness -,712 ,501
Kurtosis -,125 ,972
Mean 16,48 ,466
Lower Bound 15,50
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 17,45
5% Trimmed Mean 16,53
Median 17,00
Variance 4,562
skor.rutinitas.kerja Std. Deviation 2,136
Minimum 13
Maximum 19
Range 6
Interquartile Range 4
Skewness -,525 ,501
Kurtosis -1,278 ,972
Mean 15,43 ,356
Lower Bound 14,69
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 16,17
5% Trimmed Mean 15,32
Median 16,00
Variance 2,657
skor.suasana.lingkunga
n.kerja Std. Deviation 1,630
Minimum 13
Maximum 20
Range 7
Interquartile Range 2
Skewness ,830 ,501
Kurtosis 1,717 ,972
Mean 16,48 ,466
Lower Bound 15,50
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 17,45
5% Trimmed Mean 16,53
Median 17,00
Variance 4,562
skor.hubungan.interper
sonal Std. Deviation 2,136
Minimum 13
Maximum 19
Range 6
Interquartile Range 4
Skewness -,525 ,501
Kurtosis -1,278 ,972
Mean 21,62 ,465
Lower Bound 20,65
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 22,59
5% Trimmed Mean 21,69
Median 22,00
Variance 4,548
skor.pengembangan.kar
ir Std. Deviation 2,133
Minimum 17
Maximum 25
Range 8
Interquartile Range 3
Skewness -,712 ,501
Kurtosis -,125 ,972
Mean 19,67 ,470
Lower Bound 18,69
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 20,65
5% Trimmed Mean 19,69
Median 20,00
Variance 4,633
skor.peran.dalam.organ
isasi Std. Deviation 2,153
Minimum 16
Maximum 23
Range 7
Interquartile Range 4
Skewness -,452 ,501
Kurtosis -,802 ,972
Mean 16,48 ,466
Lower Bound 15,50
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 17,45
5% Trimmed Mean 16,53
skor.pengawasan.atasa Median 17,00
n Variance 4,562
Std. Deviation 2,136
Minimum 13
Maximum 19
Range 6
Interquartile Range 4
Skewness -,525 ,501
Kurtosis -1,278 ,972
Mean 15,57 ,362
Lower Bound 14,82
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 16,33
5% Trimmed Mean 15,47
Median 16,00
Variance 2,757
skor.masalah.keluarga Std. Deviation 1,660
Minimum 13
Maximum 20
Range 7
Interquartile Range 3
Skewness ,840 ,501
Kurtosis 1,047 ,972
Mean 15,43 ,356
Lower Bound 14,69
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 16,17
5% Trimmed Mean 15,32
Median 16,00
Variance 2,657
skor.masalah.ekonomi Std. Deviation 1,630
Minimum 13
Maximum 20
Range 7
Interquartile Range 2
Skewness ,830 ,501
Kurtosis 1,717 ,972
Mean 16,48 ,466
Lower Bound 15,50
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 17,45
5% Trimmed Mean 16,53
Median 17,00
Variance 4,562
skor.tipe.kepribadian Std. Deviation 2,136
Minimum 13
Maximum 19
Range 6
Interquartile Range 4
Skewness -,525 ,501
Kurtosis -1,278 ,972

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.

skor.beban.kerja ,190 21 ,046 ,926 21 ,115

skor.rutinitas.kerja ,238 21 ,003 ,857 21 ,006

skor.suasana.lingkungan.kerj
,172 21 ,104 ,906 21 ,046
a

skor.hubungan.interpersonal ,238 21 ,003 ,857 21 ,006

skor.pengembangan.karir ,190 21 ,046 ,926 21 ,115

skor.peran.dalam.organisasi ,181 21 ,072 ,924 21 ,103

skor.pengawasan.atasan ,238 21 ,003 ,857 21 ,006

skor.masalah.keluarga ,161 21 ,160 ,917 21 ,077

skor.masalah.ekonomi ,172 21 ,104 ,906 21 ,046

skor.tipe.kepribadian ,238 21 ,003 ,857 21 ,006

a. Lilliefors Significance Correction

skor.beban.kerja
skor.beban.kerja Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

3,00 1 . 788
17,00 2 . 00011222233333344
1,00 2. 5

Stem width: 10
Each leaf: 1 case(s)
skor.rutinitas.kerja
skor.rutinitas.kerja Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

3,00 13 . 000
2,00 14 . 00
3,00 15 . 000
,00 16 .
3,00 17 . 000
7,00 18 . 0000000
3,00 19 . 000

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
skor.suasana.lingkungan.kerja

skor.suasana.lingkungan.kerja Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

2,00 13 . 00
5,00 14 . 00000
3,00 15 . 000
7,00 16 . 0000000
3,00 17 . 000
1,00 Extremes (>=20,0)

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
skor.hubungan.interpersonal

skor.hubungan.interpersonal Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

3,00 13 . 000
2,00 14 . 00
3,00 15 . 000
,00 16 .
3,00 17 . 000
7,00 18 . 0000000
3,00 19 . 000

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
skor.pengembangan.karir

skor.pengembangan.karir Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

3,00 1 . 788
17,00 2 . 00011222233333344
1,00 2. 5

Stem width: 10
Each leaf: 1 case(s)
skor.peran.dalam.organisasi

skor.peran.dalam.organisasi Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

3,00 16 . 000
1,00 17 . 0
2,00 18 . 00
2,00 19 . 00
5,00 20 . 00000
3,00 21 . 000
4,00 22 . 0000
1,00 23 . 0
Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
skor.pengawasan.atasan

skor.pengawasan.atasan Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

3,00 13 . 000
2,00 14 . 00
3,00 15 . 000
,00 16 .
3,00 17 . 000
7,00 18 . 0000000
3,00 19 . 000

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
skor.masalah.keluarga

skor.masalah.keluarga Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

1,00 13 . 0
6,00 14 . 000000
3,00 15 . 000
6,00 16 . 000000
3,00 17 . 000
1,00 18 . 0
1,00 Extremes (>=20,0)

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
skor.masalah.ekonomi

skor.masalah.ekonomi Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

2,00 13 . 00
5,00 14 . 00000
3,00 15 . 000
7,00 16 . 0000000
3,00 17 . 000
1,00 Extremes (>=20,0)

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
skor.tipe.kepribadian

skor.tipe.kepribadian Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

3,00 13 . 000
2,00 14 . 00
3,00 15 . 000
,00 16 .
3,00 17 . 000
7,00 18 . 0000000
3,00 19 . 000

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
Mean Median
FREQUENCIES VARIABLES=skor.beban.kerja skor.rutinitas.kerja
skor.suasana.lingkungan.kerja skor.hubungan.interpersonal skor.pengembangan.karir
skor.peran.dalam.organisasi skor.pengawasan.atasan skor.masalah.keluarga skor.masalah.ekonomi
skor.tipe.kepribadian
/STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN
MEDIAN
/HISTOGRAM NORMAL
/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes
Output Created 07-OCT-2020 01:18:26
Comments
E:\skripsi resyy unri\New
Data
folder\master tabel resyy ICU.sav
Active Dataset DataSet1
Input Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 21
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling
Statistics are based on all cases
Cases Used
with valid data.
FREQUENCIES
VARIABLES=skor.beban.kerja
skor.rutinitas.kerja
skor.suasana.lingkungan.kerja
skor.hubungan.interpersonal
skor.pengembangan.karir
skor.peran.dalam.organisasi
skor.pengawasan.atasan
Syntax skor.masalah.keluarga
skor.masalah.ekonomi
skor.tipe.kepribadian
/STATISTICS=STDDEV
VARIANCE RANGE MINIMUM
MAXIMUM SEMEAN MEAN
MEDIAN
/HISTOGRAM NORMAL
/ORDER=ANALYSIS.
Processor Time 00:00:04,00
Resources
Elapsed Time 00:00:04,44
[DataSet1] E:\skripsi resyy unri\New folder\master tabel resyy ICU.sav

Statistics
skor.beban. skor.rutinit skor.suasana.lin skor.hubungan. skor.pengem skor.peran.da skor.penga skor.masalah. skor.masala skor.tipe.kepriba
kerja as.kerja gkungan.kerja interpersonal bangan.karir lam.organisas wasan.atasa keluarga h.ekonomi dian
i n

Valid 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21
N
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 21,62 16,48 15,43 16,48 21,62 19,67 16,48 15,57 15,43 16,48

Std. Error of Mean ,465 ,466 ,356 ,466 ,465 ,470 ,466 ,362 ,356 ,466

Median 22,00 17,00 16,00 17,00 22,00 20,00 17,00 16,00 16,00 17,00

Std. Deviation 2,133 2,136 1,630 2,136 2,133 2,153 2,136 1,660 1,630 2,136

Variance 4,548 4,562 2,657 4,562 4,548 4,633 4,562 2,757 2,657 4,562

Range 8 6 7 6 8 7 6 7 7 6

Minimum 17 13 13 13 17 16 13 13 13 13

Maximum 25 19 20 19 25 23 19 20 20 19
Frequency Table

skor.beban.kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
17 1 4,8 4,8 4,8
18 2 9,5 9,5 14,3
20 3 14,3 14,3 28,6
21 2 9,5 9,5 38,1
Valid 22 4 19,0 19,0 57,1
23 6 28,6 28,6 85,7
24 2 9,5 9,5 95,2
25 1 4,8 4,8 100,0
Total 21 100,0 100,0

skor.rutinitas.kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
13 3 14,3 14,3 14,3
14 2 9,5 9,5 23,8
15 3 14,3 14,3 38,1
Valid 17 3 14,3 14,3 52,4
18 7 33,3 33,3 85,7
19 3 14,3 14,3 100,0
Total 21 100,0 100,0

skor.suasana.lingkungan.kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
13 2 9,5 9,5 9,5
14 5 23,8 23,8 33,3
15 3 14,3 14,3 47,6
Valid 16 7 33,3 33,3 81,0
17 3 14,3 14,3 95,2
20 1 4,8 4,8 100,0
Total 21 100,0 100,0

skor.hubungan.interpersonal
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
13 3 14,3 14,3 14,3
14 2 9,5 9,5 23,8
15 3 14,3 14,3 38,1
Valid 17 3 14,3 14,3 52,4
18 7 33,3 33,3 85,7
19 3 14,3 14,3 100,0
Total 21 100,0 100,0
skor.pengembangan.karir
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
17 1 4,8 4,8 4,8
18 2 9,5 9,5 14,3
20 3 14,3 14,3 28,6
21 2 9,5 9,5 38,1
Valid 22 4 19,0 19,0 57,1
23 6 28,6 28,6 85,7
24 2 9,5 9,5 95,2
25 1 4,8 4,8 100,0
Total 21 100,0 100,0

skor.peran.dalam.organisasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
16 3 14,3 14,3 14,3
17 1 4,8 4,8 19,0
18 2 9,5 9,5 28,6
19 2 9,5 9,5 38,1
Valid 20 5 23,8 23,8 61,9
21 3 14,3 14,3 76,2
22 4 19,0 19,0 95,2
23 1 4,8 4,8 100,0
Total 21 100,0 100,0

skor.pengawasan.atasan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
13 3 14,3 14,3 14,3
14 2 9,5 9,5 23,8
15 3 14,3 14,3 38,1
Valid 17 3 14,3 14,3 52,4
18 7 33,3 33,3 85,7
19 3 14,3 14,3 100,0
Total 21 100,0 100,0

skor.masalah.keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
13 1 4,8 4,8 4,8
14 6 28,6 28,6 33,3
15 3 14,3 14,3 47,6
16 6 28,6 28,6 76,2
Valid 17 3 14,3 14,3 90,5
18 1 4,8 4,8 95,2
20 1 4,8 4,8 100,0
Total 21 100,0 100,0

skor.masalah.ekonomi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
13 2 9,5 9,5 9,5
14 5 23,8 23,8 33,3
15 3 14,3 14,3 47,6
Valid 16 7 33,3 33,3 81,0
17 3 14,3 14,3 95,2
20 1 4,8 4,8 100,0
Total 21 100,0 100,0

skor.tipe.kepribadian
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
13 3 14,3 14,3 14,3
14 2 9,5 9,5 23,8
15 3 14,3 14,3 38,1
Valid 17 3 14,3 14,3 52,4
18 7 33,3 33,3 85,7
19 3 14,3 14,3 100,0
Total 21 100,0 100,0

Histogram
Data Umum
FREQUENCIES VARIABLES=usia jenis.kelamin pendidkan status.pernikahan Lama.Kerja
status.kepegawaian
/STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN
/HISTOGRAM NORMAL
/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes
Output Created 07-OCT-2020 01:41:08
Comments
E:\skripsi resyy unri\New folder\master tabel
Data
resyy ICU.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Input
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
21
File
User-defined missing values are treated as
Definition of Missing
missing.
Missing Value Handling
Statistics are based on all cases with valid
Cases Used
data.
FREQUENCIES VARIABLES=usia
jenis.kelamin pendidkan status.pernikahan
Lama.Kerja status.kepegawaian
/STATISTICS=STDDEV VARIANCE
Syntax
RANGE MINIMUM MAXIMUM
SEMEAN
/HISTOGRAM NORMAL
/ORDER=ANALYSIS.
Processor Time 00:00:02,58
Resources
Elapsed Time 00:00:02,95

[DataSet1] E:\skripsi resyy unri\New folder\master tabel resyy ICU.sav

Statistics
usia jenis.kelam pendidkan status.pernika Lama.Kerja status.kepegawai
in han an

Valid 21 21 21 21 21 21
N
Missing 0 0 0 0 0 0

Std. Error of
,105 ,088 ,095 ,048 ,10541 ,109
Mean

Std. Deviation ,483 ,402 ,436 ,218 ,48305 ,498

Variance ,233 ,162 ,190 ,048 ,233 ,248

Range 1 1 1 1 1,00 1
Minimum 2 1 2 1 1,00 1

Maximum 3 2 3 2 2,00 2

Frequency Table
usia
Frequenc Percent Valid Percent Cumulative Percent
y

dewasa awal 26-35 tahun 14 66,7 66,7 66,7

Valid dewasa akhir 36-45 tahun 7 33,3 33,3 100,0

Total 21 100,0 100,0

jenis.kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
laki-laki 4 19,0 19,0 19,0
Valid perempuan 17 81,0 81,0 100,0
Total 21 100,0 100,0

pendidkan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
D3 16 76,2 76,2 76,2
Valid S1 Ners 5 23,8 23,8 100,0
Total 21 100,0 100,0

status.pernikahan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
menikah 20 95,2 95,2 95,2
Valid belum menikah 1 4,8 4,8 100,0
Total 21 100,0 100,0

Lama.Kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
< 10 Tahun 7 33,3 33,3 33,3
Valid > 10 Tahun 14 66,7 66,7 100,0
Total 21 100,0 100,0

status.kepegawaian
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
PNS 8 38,1 38,1 38,1
Valid Pegawai honor 13 61,9 61,9 100,0
Total 21 100,0 100,0

Histogram
Data Khusus
REQUENCIES VARIABLES=ketrangan.beban.kerja keterangan.rutinitas.kerja
keterangan.suasana.lingkungan.kerja keterangan.interpersonal keterangan.pengembgan.karir
keterangan.peran.dalam.organisasi ketrangan.pengawasan.atasan keterangan.masalah.keluarga
keterangan.masalah.ekonomi keterangan.tipe.kepribadian
/STATISTICS=STDDEV VARIANCE RANGE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN
/HISTOGRAM NORMAL
/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes
Output Created 07-OCT-2020 02:52:56
Comments
E:\skripsi resyy unri\New
Data
folder\master tabel resyy ICU.sav
Active Dataset DataSet2
Input Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 21
User-defined missing values are
Definition of Missing
treated as missing.
Missing Value Handling
Statistics are based on all cases
Cases Used
with valid data.
FREQUENCIES
VARIABLES=ketrangan.beban.ke
rja keterangan.rutinitas.kerja
keterangan.suasana.lingkungan.ke
rja keterangan.interpersonal
keterangan.pengembgan.karir
keterangan.peran.dalam.organisasi
ketrangan.pengawasan.atasan
Syntax
keterangan.masalah.keluarga
keterangan.masalah.ekonomi
keterangan.tipe.kepribadian
/STATISTICS=STDDEV
VARIANCE RANGE MINIMUM
MAXIMUM SEMEAN
/HISTOGRAM NORMAL
/ORDER=ANALYSIS.
Processor Time 00:00:04,06
Resources
Elapsed Time 00:00:04,25

[DataSet2] E:\skripsi resyy unri\New folder\master tabel resyy ICU.sav


Statistics
ketrangan keterangan. keterangan. keterangan.interp keterangan.pe keterangan.pera ketrangan.pe keterangan.mas keterangan.mas keterangan.tipe.k
.beban.ke rutinitas.ker suasana.lin ersonal ngembgan.ka n.dalam.organis ngawasan.ata alah.keluarga alah.ekonomi epribadian
rja ja gkungan.ke rir asi san
rja

Valid 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21
N
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Std. Error of
,109 ,112 ,112 ,109 ,109 ,109 ,109 ,112 ,112 ,109
Mean
Std.
,498 ,512 ,512 ,498 ,498 ,498 ,498 ,512 ,512 ,498
Deviation

Variance ,248 ,262 ,262 ,248 ,248 ,248 ,248 ,262 ,262 ,248

Range 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Minimum 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Maximum 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Frequency Table

ketrangan.beban.kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Beban Kerja Berat Jika


13 61,9 61,9 61,9
Nilai Median> 22
Beban Kerja Ringan Jika
Valid 8 38,1 38,1 100,0
Nilai Median < 22

Total 21 100,0 100,0

keterangan.rutinitas.kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Menoton Jika Nilai Median>


10 47,6 47,6 47,6
17
Tidak Menoton Jika Nilai
Valid 11 52,4 52,4 100,0
Median < 17

Total 21 100,0 100,0

keterangan.suasana.lingkungan.kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Menunjang Jika Nilai Median


11 52,4 52,4 52,4
> 16
Tidak Menunjang Jika Nilai
Valid 10 47,6 47,6 100,0
Median < 16

Total 21 100,0 100,0

keterangan.interpersonal
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Baik Jika Nilai Median> 17 13 61,9 61,9 61,9

Valid Buruk Jika Nilai Median< 17 8 38,1 38,1 100,0

Total 21 100,0 100,0


keterangan.pengembgan.karir
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Baik Jika Nilai Mean > 21,62 13 61,9 61,9 61,9

Buruk Jika Nilai Mean <


Valid 8 38,1 38,1 100,0
21,62

Total 21 100,0 100,0

keterangan.peran.dalam.organisasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Baik Jika Nilai Mean> 19,67 13 61,9 61,9 61,9
Valid Buruk Jika Nilai Mean < 19,67 8 38,1 38,1 100,0
Total 21 100,0 100,0

ketrangan.pengawasan.atasan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Baik Jika Nilai Median >17 13 61,9 61,9 61,9
Valid Buruk Jika Nilai Median < 17 8 38,1 38,1 100,0
Total 21 100,0 100,0

keterangan.masalah.keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Mimiliki Masalah Jika Nilai Mean
11 52,4 52,4 52,4
> 15,57
Valid Tidak Memiliki Masalah Jika Nilai
10 47,6 47,6 100,0
Mean < 15,57
Total 21 100,0 100,0

keterangan.masalah.ekonomi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tinggi Jika Nilai Median >16 11 52,4 52,4 52,4
Valid Rendah Jika Nilai Median < 16 10 47,6 47,6 100,0
Total 21 100,0 100,0

keterangan.tipe.kepribadian
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Baik Jika Nilai Median>17 13 61,9 61,9 61,9
Valid Buruk Jika Nilai Median < 17 8 38,1 38,1 100,0
Total 21 100,0 100,0
Histogram

Anda mungkin juga menyukai