Oleh :
FEBRIANY CARLA PRAMESWARY
NIM.1701052
i
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
FEBRIANY CARLA PRAMESWARY
NIM.1701052
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KALIAN.
vi
KATA PENGANTAR
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan
berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada :
vii
8. Untuk Para Sahabatku yang senantiasa berbaik hati memberikan bantuan
dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah dan tak lupa teman seperjuangan
selama menempuh pendidikan di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia
Sidoarjo.
9. Pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai kesempurnaan,
sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterimakasih apabila para pembaca
berkenan memberi masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi
keperawatan
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Sampul Depan
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
yang dapat menekan uretra dan menyebabkan obstruksi urin yang hebat (Robinson
dan Saputra, 2014). Masyarakat umumnya tidak mengetahui apa penyebab dari
BPH salah satunya ialah kebiasaan merokok masyarakat yang beresiko sangat besar
terkena BPH( Khamriana et al, 2015). Penyebab lain pemicu munculnya BPH ialah
alkohol berlebihan yang mana akan menghilangkan kandungan zink dan vitamin b6
termasuk 14 juta orang yang berusia 30-70 tahun yang mana banyak diderita oleh
laki-laki dari pada wanita , tiga perempat dari kematian akibat BPH 28 jutanya di
Indonesia penyakit BPH menjadi urutan kedua setelah penyakit batu saluran kemih
yakni kurang lebih 13 juta penderita dan dinyatakan kira-kira 0,8 juta pria atau 2,5%
Timur pada tahun 2019 berdasarkan survei di Rumah Sakit Provinsi Jawa Timur
didapatkan sebanyak 1.5 % juta jiwa menderita BPH dibanding dengan jumlah
1
2
Etiologi dari BPH secara pasti masih belum dipastikan namun hingga saat
ini diyakini berhubungan dengan proses penuaan dan penurunan kadar hormon
masih belum tuntas dan jelas ( Mc.Nicholas dan Kirby, 2012 ) Tanda dan gejala
sedangkan gejala obstruksi yakni aliran kemih yang buruk, hesistansi ketika ingin
berkemih, adanya sisa urin setelah berkemih , sensasi kencing belum tuntas dan
sesekali retensi urin akut yang memerlukan tindakan darurat ( Martinez dan
Satheesh, 2012). Komplikasi dari BPH adalah UTIs ( Urinary Tract Infection)
berulang, hematuria, gagal ginjal, retensi urin dan memerlukan operasi ( Barkin,
vesika , sehingga vesika sering berkontraksasi meskipun belum penuh dan disaat
vesika terjadi dekompensasi, akan terjadi retensi urin sehingga pada akhir miksi
akan ditemukan sisa urin didalam kandung kemih yang akan menyebabkan
Oleh karena itu sebagai tenaga kesehatan perawat mempunyai peran penting
dalam pencegahan dan pengobatan BPH untuk pencegahan BPH yaitu dengan
(Prabowo dan Pranata, 2016 ). Dalam upaya kuratif perawat harus memberikan obat
pemasangan kateter ( Prabowo & Pranata, 2016 ). Peran keluarga juga diperlukan
untuk merawat klien setelah Post Operasi TURP (Trans Urethral Resection
3
& Pranata, 2016 ). Sebagai perawat juga penting dalam memberikan upaya
nyeri bila timbul serta pentingnya cara berkemih yang benar setelah Post Operasi
Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis
akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan pada
Sidoarjo.
1.3.2.1 Mengkaji klien dengan Post Operasi (Trans Urethral Resection Prostat) di
RSUD Sidoarjo.
1.4 Manfaat
memberi manfaat :
1.4.1 Akademis, hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di Rumah
Sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan klien dengan Post Operasi
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
1.5.1 Metode
peristiwa atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang meliputi studi
1.5.2.1 Wawancara
1.5.2.1 Observasi
1.5.2.2 Pemeriksaan
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang
kesehatan lain.
memahami studi kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu:
Bagian inti ini terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri
1.6.2.2 Bab 2 : Tinjauan pustaka berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis
masalah.
1.6.2.3 Bab 3 : Tinjauan kasus berisi tentang diskripsi data hasil pengkajian,
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit
penyakit akan diuraikan definisi, etiologi dan cara penanganan secara medis.
2.1.1 Definisi
kelenjar prostat, bersifat jinak disebabkan oleh hyperplasia beberapa atau semua
Muttaqin, 2011) .
paling umum pada pria lansia dan penyebab kedua yang paling sering ditemukan
intervensi medis pada pria di atas usia 50 tahun ( Wijaya& Putri 2013).
gangguan eleminasi urine dimana prostat ini cenderung mengarah kearah depan
8
9
2.1.2 Etiologi
androgen .
2.1.2.3 Interaksi antara stroma dan epitel, peningkatan epidermal growth factor atau
2.1.2.5 Teori sel stem, dengan meningkatnya aktivitas sel stem maka akan terjadi
produksi yang berlebihan pada sel stroma maupun sel epitel sehingga
2.1.3.1 Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun
di luar saluran kemih, menurut Purnomo (2011) untuk tanda dan gejala dari
BPH yaitu : keluhan pada saluran kemih bagian bawah, gejala pada saluran
sehingga urin tidak bisa keluar), hesistansi urin ( sulit memulai miksi),
Keluhan akibat hyperplasia prostat pada saluran kemih bagian atas berupa
tanda lain dari BPH ialah pada pemeriksaan prostat didapati membesar,
kemerahan dan tidak nyeri tekan, terjadi keletihan, anoreksia, mual dan
muntah serta rasa tidak nyaman pada epigrastik dan gagal ginjal dapat
terjadi dengan retensi kronis juga volume residual yang besar dan juga dapat
terjadi demam dengan suhu diatas normal dimana kulit teraba panas yang
2.1.4 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain seiring semakin
beratnya derajat BPH maka dapat terjadi obsrtuksi saluran kemih karena urin tidak
11
(ISK) dan apabila tidak diobati dapat mengakibatkan gagal ginjal ( Wibowo, 2012).
stasis urin dalam vesika urinaria juga menjadi media bagi pertumbuhan
mikroorganisasi dan dapat menyebabkan sistitis serta jika ada refluks maka akan
2.1.5.1 Anamnesa
Kumpulan gejala pada BPH dikenal dengan LUTS ( Lower Urinary Tract
terminal dribbling, terasa ada sisa setelah miksi disebut gejala obstruksi dan
akut, dehidrasi sampai syok pada retensi urin serta urosepsis sampai
syok septik.
supra simfiser akan tampak adanya tonjolan jika terjadi retensi urin.
Saat palpasi terasa adanya ballotemen dan klien akan terasa ingin
12
urin.
finosis.
BPH, yaitu :
4) Pemeriksan Uroflowmetri
Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urin maka
pada tulang.
2.1.6 Penatalaksanaan
2.1.6.1 Observasi
Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6 bulan kemudian setiap
keluhan ringan, sedang dan berat tanpa disertai penyulit. Obat yang
2.1.6.2 Pembedahan
urin akut.
kemih.
15
Saputra, 2014).
Prostat):
pembekuan darah.
bius total.
16
kondisi klien.
Disebut dengan istilah bius lokal merupakan upaya untuk memblok sensasi
dan rasa sakit pada bagian tubuh tertentu. Jenis anestesi ini tidak mempengaruhi
perawatan gigi,biopsy, vasektomi, dalam proses menjahit luka kecil dan berbagai
Merupakan upaya untuk memblok sensasi sakit pada sebagian besar anggota
tubuh. Jenis anestesi ini umumnya untuk prosedur yang lebih kompleks dan rumit
misalnya operasi kaki,operasi prostat dan operasi caesar. Dalam prosedur anastesi
ini pasien akan tetap sadar namun tidak akan merasakan sebagian dari anggota
17
never blok,
melalui intravena ,inhalasi (face mask) dan intubasi yaitu pemasangan endotracheal
2.1.9 Patofisiologis
berawal dari kelenjar prostat yang akan mengalami hyperplasia seiring dengan
prostat, jika terjadi pembesaran prostat maka dapat meluas ke kandung kemih,
aliran urin.
dan kandung kemih akan bekerja lebih kuat saat memompa urine, penegangan yang
terjadi secara terus menerus akan menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli
berupa: pembesaran pada otot detrusor, trabekulasi terbentuknya selula, sekula dan
aliran balik urine dan bila terjadi terus menerus mengakibatkan hidroureter,
2010).
1) Dampak Biologis
prostatektomi.
2) Dampak Psikolgogis
keperawatan.
3) Dampak sosiologis
4) Dampak Ekonomi
19
Biaya Operasi yang tinggi untuk operasi prostat dapat membuat klien
merasa tertekan dan sangat berat dalam melunasi dana tersebut karena
di beberapa rumah sakit untuk kisaran harga biasanya dimulai dari Rp.
yang tidak terduga yaitu sekitar 20-30% dari biaya yang diperkirakan
5) Dampak Spiritual
Masalah yang timbul pada keluarga yang dimana salah satu anggota
penjelasan kepada keluarga klien tentang penyakit yang di derita salah satu anggota
keluarganya. Selain itu keluarga juga harus menanggung semua biaya perawatan
selama klien dirawat di rumah sakit dan biaya operasi. Hal ini tentunya menambah
sedangkan masalah juga bisa timbul setelah klien pulang ke rumah dan tentunya
keluarga harus bisa merawat klien. Hal ini tentunya menambah beban bagi keluarga
2.2.1 Pengkajian
1) Identitas
(secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun ) yang menyebabkan
(Muttaqin, 2012).
2) Keluhan utama
nyeri pada saat kencing atau disebut dengan disuria , hesistensi yaitu
memulai kencing dalam waktu yang lama dan seringkali disertai dengan
tekanan dalam uretra prostatika dan setelah post operasi TURP klien
(Muttaqin, 2012).
21
kemih, terdapat benjolan massa otot yang padat dibawah abdomen bawah
(Dongoes, 2012).
antibiotik, obat yang dijual bebas untuk flu/alergi serta obat yang
mengandung simpatomimetik
( Dongoes, 2012).
( Doengoes, 2012).
6) Keadaan umum
akibat nyeri yang dirasakan oleh klien , RR umumnya dalam batas normal
18-20x/ menit .
22
(1) B1 (Breathing)
Inspeksi:
Bentuk hidung simetris keadaan bersih dan tidak ada secret, pergerakan
kemungkinan dapat terjadi nafas pendek dan cepat dan tidak ada
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi:
(2) B2 (Blood)
Inspeksi :
Palpasi :
hangat,CRT < 3 detik, tidak ada vena jugularis dan tidak ada clubbing
Perkusi :
Terdengar dullness
23
Auskultasi :
(3) B3 (Brain)
Inspeksi :
isokor.
Palpasi :
(4) B4 (Bladder)
Inspeksi :
Palpasi :
(5) B5 (Bowel)
Inspeksi :
asites,terdapat luka jahit di area supra pubic (kuadran VIII), tidak mual
muntah, tonsil tidak oedem dan mukosa bibir lembab, anus tidak
terdapat hemoroid.
24
Palpasi :
Tidak terdapat massa dan benjolan, tidak ada nyeri tekan pada abdomen
Perkusi :
Auskultasi:
(6) B6 (Bone)
Inspeksi :
Terdapat luka insisi di bagian supra pubis akibat operasi prostat klien
tetap perlu dikaji kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah dengan
berdasarkan pada nilai kekuatan otot 0-5, di kaji juga adanya kekuatan
keturanan asia, kaji keadaan luka apa terdapat pus atau tidak, kaji ada
Palpasi :
(7) B7 ( Indera)
Inspeksi :
juga dalam keadaan normal dan penciuman juga dalam keadaan batas
normal.
Palpasi :
Pada telinga tidak ditemukan nyeri tekan dan tidak terdapat luka serta
(8) B8 ( Endokrin)
Inspeksi :
Terlihat dari postur tubuh klien proposional sesuai jenis kelamin dan
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan kecuali pada supra pubis akibat insisi.
darah , edema.
2.2.2.2 Nyeri akut berhubungan dengan agent injury fisik (Insisi Pembedahan).
diharapkan pola berkemih klien kembali normal dan jumlah keluaran urin
Kriteria Hasil :
konstipasi.
4) Kandung kemih kosong secara penuh ,tidak ada residu urine >100-200 cc,
intake cairan dalam rentang normal, tidak ada spasme bladder , blance cairan
Intervensi :
1) Jelaskan pada klien dan keluarga klien tentang pentingnya sediaan waktu yang
alpha agonis
2.2.3.2 Diagnosa kedua :Nyeri akut berhubungan dengan agent injury fisik ( Insisi
Pembedahan).
Kriteria Hasil :
1) Klien dan keluarga klien memahmi tentang penyebab nyeri dan cara
terkontrol
dengan benar
ringan, 4-6 = nyeri sedang, 7-9 = nyeri berat, 10 = nyeri sangat berat dan
klien tampak rileks serta nyaman, klien akan tidur / istirahat dengan tenang.
Intervensi :
1) Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang penyebab nyeri yang timbul
pada klien.
keluarga.
3) Ajarkan teknik ditraksi dan relakssi serta latihan nafas dalam bila nyeri
timbul.
nyeri, 1-3 = nyeri ringan, 4-6 = nyeri sedang, 7-9 = nyeri berat, 10 = nyeri
sangat berat
analgesik.
Kriteria Hasil :
2) Klien dan keluarga klien melaporkan bahwa klien mau menambah intake
cairan
Intervensi :
1) Jelaskan kepada klien dan keluarga klien tentang cara penularan penyakit,
terjadinya infeksi.
R/ Membantu klien agar terhindar dari infeksi baik di rumah sakit maupun di
rumah.
30
syok.
diharapkan.
samping pembedahan.
Kriteria Hasil :
2) Klien melaporkan mau melakukan diet makanan sesuai saran tenaga medis.
batas normal
Intervensi :
2) Anjurkan pada klien untuk diet makanan tinggi serat dan rutin minum obat
perdarahan.
perdarahan.
4) Pantau traksi kateter : catat waktu traksi dipasang dan kapan traksi akan
dilepas.
5) Observasi TTV tiap 4 jam, observasi masukan dan haluaran serta warna
urin.
frozen plasma).
R/Deteksi awal terhadap komplikasi dengan intervensi yang tepat dan untuk
Kriteria Hasil :
Intervensi :
penyembuhan.
mandiri.
3) Dampingi dan bantu klien dalam mobiliasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADL klien.
33
ADLs.
( Setiadi,2012).
kesehatan
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
keadaan pasien ( hasil yang diamati ) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan disajikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang
dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi pada
Sidoarjo.
3.1 Pengkajian
Klien atas nama Tn. S berusia 72 tahun, suku Jawa, agama islam,
mempunyai riwayat pendidikan SD, pekerjaan sebagai petani dan alamat tempat
Sidoarjo.
3.1.2.2 Keluhan utama : klien mengatakan nyeri pada bagian genetalia setelah
operasi prostat.
35
36
3.1.2.3 Riwayat penyakit saat ini : klien mengatakan sudah merasakan nyeri pada
bagian genetalia dan merasakan ada benjolan sejak 20 November 2019 namun
menolak anjuran dokter untuk dilakukan operasi prostat. Pada tanggal 28 Desember
2019 klien mengeluhkan nyeri yang sangat berat dan kencing terputus-putus serta
susah memulai berkemih, sehingga dokter menyarankan lagi untuk operasi prostat.
Klien setuju dan dirawat di Mawar Kuning sebelum operasi . Klien dijadwalkan
operasi pada tanggal 30 Desember 2019 dan operasi berlangsung dari jam 13.45
WIB sampai 14.00 WIB. Klien kembali ke ruang rawat inap Mawar Kuning pada
jam 16.00 WIB dan saat pengkajian pada 31 Desember 2019 klien mengeluhkan
tusuk pisau, sering timbul durasi 1- 2 menit jika beraktivitas dengan skala 4.
1) Riwayat kesehatan yang lalu : klien mengatakan tidak punya riwayat sakit
bahwa didalam keluarganya tidak pernah ada yang memiliki riwayat sakit
rumah cukup ventilasi dan cahaya matahari bisa masuk dan area rumah
37
bekerja keras, perokok aktif, sering begadang, dan suka minuman energik.
prostatnya yang membesar yang membuatnya susah dalam berkemih sehingga klien
sadar bahwa harus merubah pola hidup lebih sehat lagi jika sudah pulang ke rumah
nantinya, rutin minum obat yang diberikan dan kontrol jika ada keluhan lain.
Tabel 3.1 Status Cairan dan Nutrisi Tn. S Dengan Diagnosa Medis Post Operasi
Sidoarjo.
Berat badan 54 kg 54 kg
38
3.1.6 Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Wanita
: Meninggal
: Klien
: Tinggal serumah
3.1 Gambar genogram Tn. S dengan Diagnosa Medis Post Operasi TURP
3.1.7.2 Tanda – Tanda vital : tekanan darah 120/60 mmHg , suhu 36,0 oC (Lokasi
respirasi 20x/menit.
normal, irama nafas teratur , retraksi otot bantu nafas (-), alat bantu nafas (-
JVP (-).
Cm ).
3) Perkusi : terdengar suara redup / pekak, letak jantung dalam batas normal
sinistra.
(-), kaku kuduk (-), brudinsky (-), nyeri kepala (-),pusing (-),istirahat/tidur
kurang lebih siang selama 2 jam/hari dan malam 8 jam/hari, serta tidak ada
terkaji,kateter 3 way (+), irigasi kateter (+), jumlah urin 1000cc dengan bau
khas dan berwarna kuning jernih tampak sedikit warna merah muda di
2) Lain-lain :
Tabel 3.2 Perhitungan Balance Cairan Tn. S Dengan Diagnosa Medis Post
Input Ouput
1) Inspeksi : mulut bersih tidak ada lesi, mukosa bibir lembab, bentuk bibir
rumah sakit tidak pernah, tenggorokan tidak ada kesulitan menelan, tidak
ada kemerahan dan tidak ada pembesaran tonsil, BAB 1 kali sehari dengan
2) Palpasi : abdomen tegang (-), asites (-), kembung (-), nyeri tekan (-)
1) Inspeksi : ROM bebas,kekuatan otot 5-5-5-5 , fraktur (-). dislokasi (-), kulit
1) Inspeksi :
simetris, strabismus tidak ada , ketajaman penglihatan baik alat bantu (-).
penciuman normal.
ada.
3.1.8.2 Identitas :
3.1.8.3 Peran :
perannya.
kesehatan.
menyayanginya.
berhenti.
merawatnya .
3.1.9.1 Konsep tentang penguasa kehidupan : klien percaya bahwa dapat sembuh.
3.1.9.2 Sumber kekuatan / harapan saat sakit : klien mengatakan sholat dan berdoa.
45
3.1.9.3 Ritual agama yang bermakna / berarti / harapan saat ini : berdoa dan sholat
3.1.9.4 Sarana / peralatan /orang yang diperlukan untuk melakukan ritual : tempat
3.1.9.5 Keyakinan terhadap kesembuhan penyakit : klien yakin penyakit klien akan
sembuh.
3.1.9.6 Persepsi terhadap penyakit : klien merasa bahwa ini ujian dari sang kuasa.
3.1.10.1 Laboratorium
ada kelainan
klasifikasi
Kesimpulan : BPH (vol.2,13cc) , kedua ren & buli-buli saat ini tak tampak
kelainan.
3.1.11.1 Infus PZ/ Sodium Chloride 500cc/24 jam. Kegunaan dari infus Sodium
3.1.11.2 Injeksi Antrain 3x1 gr. Kegunaan dari antrain merupakan obat anti nyeri
3.1.11.3 Injeksi Asam Traneksamat 3x500mg. Kegunaan dari obat ini sebagai
3.1.11.4 Injeksi Anbacim 3x1gr. Kegunaan dari obat ini untuk mencegah dan
Tabel 3.4 Analisa data pada Tn. S Dengan diagnosa medis Post Operasi
(Trans Urethral Resection Prostat) di Ruang Mawar Kuning RSUD Sidoarjo pada
operasi prostat.
R : genetalia
S:4 Terputusnya
DO : pembedahan
2) Kesadaran :
composmetis
4) Wajah tampak
menyeringai
5) TTV :
TD : 120/60 mmhg
N : 80x/menit
49
S : 36 ° C
RR : 20x/menit
6) Post TURP +
3) Menggunakan kateter 3
way Resiko
Do :
menyeka, mengganti
2) Kemampuan Hambatan
dibantu keluarga.
3) Post TURP ( +)
51
PRIORITAS
Tabel 3.5 Rencana Keperawatan pada Tn. S Dengan diagnosa medis Post
100x/menit proses
°C paru-paru .
dapat menurunkan
tingkat stress
seseorang dan
teknik distraksi
membantu klien
melupakan rasa
nyerinya dengan
memperhatikan hal
54
lain.
5. Tingkat intensitas
menunjukan skala
nyeri.
6. Peningkatan tanda
vital menunjukan
pada klien.
7. Pemberian obat
analgesik
membantu dalam
meredakan nyeri
dan mencegah
terjadinya infeksi.
penyebab dari
55
7. Transfusi darah
dapat mencegah
dan mengatasi
perdarahan karena
kekurangan atau
kelainan komponen
darah misalnya
pada penderita
talasemia.
57
Tekanan darah :
58
mmhg perkembangan
100x/menit
-Suhu : 36,4-37,4
°C
-RR : 15-24x/menit
59
keluarga klien,
mulut
distraksi dengan
seperti mendengarkan
music , mengajak
hidung kemudian
dikeluarkan secara
distraksi ( mengajak
vital : TTV :
TD : 120/60 mmhg
N : 80x/menit
S : 36 ° C
RR : 20x/menit
1000cc/24jam.
aktivitas
Skala = 4
Ekspresi menyeringai
perdarahan setelah
yang menyebabkan
vitamin K untuk
mengurangi perdarahan.
2019.
hematuria dan
hematemesis untuk
ada.
antibiotik.
vital : TTV :
TD : 130/60 mmhg
N : 80x/menit
S : 36,9 ° C
RR : 18x/menit
saat aktivitas
Skala = 2
Wajah relax
meningkatkan mobilitas
penyembuhan.
mandiri.
klien.
pemberian analgesic
- Injeksi Anbacim 1 gr
vital : TTV :
TD : 120/60 mmhg
N : 85x/menit
S : 36 ° C
RR : 19x/menit
wajah relax.
65
RSUD Sidoarjo
berkurang.
2. Klien memahami
tentang teknik
manajemen nyeri :
teknik relaksasi
(napas panjang
distraksi (mengobrol
keluarga) dan
penyebab nyeri
O:
1. Klien mampu
menunjukan
ketrampilan dalam
teknik manajemen
66
nyeri : teknik
relaksasi (napas
panjang melalui
(mengobrol dengan
keluarga) dengan
benar.
kesadaran
composmetis, GCS 4-
5-6.
3. Skala 2
4. Wajah Rileks
5. TTV :
TD : 130/60 mmhg
N : 80x/menit
S : 36,9 ° C
RR : 18x/menit
P : Intervensi dilanjutkan 4-
5-6
b.d terputusnya
67
tanda perdarahan
tertahankan karena
susah BAB.
O:
1. Klien mengikuti
instruksi untuk
membatasi aktivitas
setelah pembedahan.
hematuria dan
hematemesis.
4. TTV :
TD : 130/60 mmhg
N : 80x/menit
S : 36,9 ° C
RR : 18x/menit
A : Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
68
mobilitas.
2. Klien melaporkan
mau melakukan
mobilisasi sesuai
kemampuan.
O:
1. Klien mampu
meningkatkan
aktivitas fisiknya,
mampu mengubah
posisi,memenuhi
kebutuhan ADL
sehari-hari secara
mandiri.
5. TTV :
TD : 130/60 mmhg
N : 80x/menit
S : 36,9 ° C
RR : 18x/menit
A: Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
69
Tabel 3.8 Evaluasi Keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa medis Post
Sidoarjo
nyeri
O:
distraksi (mengobrol
nyeri.
dengan benar.
kesadaran composmetis,
GCS 4-5-6
3. Skala 0
4. Wajah Rileks
5. TTV :
TD : 130/60 mmhg
N : 80x/menit
S : 36,9 ° C
RR : 18x/menit
A : Masalah teratasi
jaringan,
O:
71
setelah pembedahan.
dan hematemesis.
4. TTV :
TD : 130/60 mmhg
N : 80x/menit
S : 36,9 ° C
RR : 18x/menit
A : Masalah teratasi
melakukan mobilisasi
sesuai kemampuan.
O:
1. Klien mampu
meningkatkan aktivitas
72
fisiknya, mampu
mengubah
posisi,memenuhi
3. TTV :
TD : 130/60 mmhg
N : 80x/menit
S : 36,9 ° C
RR : 18x/menit
A: Masalah teratasi
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas proses asuhan keperawatan pada Tn.S
dengan diagnosa medis Post Operasi TURP (Trans Urethral Resection Prostat)
yang dilakukan pada tanggal 31 Januari 2019 sampai dengan tanggal 2 Januari 2020
di Ruang Mawar Kuning RSUD Sidoarjo. Melalui pendekatan studi kasus untuk
keperawatan.
4.1 Pengkajian
pada klien dan keluarga, melakukan pemeriksaan fisik dan mendapatkan data dari
4.1.1 Identitas
ditemukan adanya kesenjangan karena pada tinjauan kasus Tn. S mengatakan sudah
berumur 72 tahun dan ia seorang lelaki. Menurut Muttaqin (2012) BPH merupakan
pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 50
tahun ) yang menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran
urinarius.
73
74
Pada keluhan utama antara kasus dengan teori tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus dilapangan karena Tn. S saat itu mengeluhkan
keluhan yang paling dirasakan oleh klien pada umumnya adalah nyeri pada saat
kencing atau disebut dengan disuria , hesistensi yaitu memulai kencing dalam waktu
yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan disebabkan karena otot
intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika dan setelah
(2012) klien datang dengan keluhan adanya nyeri tekan pada kandung kemih,
terdapat benjolan massa otot yang padat dibawah abdomen bawah (distensi
kandung kemih). Sehingga antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus tidak
Pada riwayat penyakit dahulu tidak ditemukan ada kesenjangan antara teori
dengan kasus dilapangan. Pada tinjauan kasus di temukan bahwa Tn. S sebelumnya
tidak memiliki riwayat penyakit kronis, tidak pernah operasi dan tidak memiliki
alergi obat namun sering mengkonsumsi obat flu dan antibiotic yang dijual bebas.
75
Menurut teori Dongoes (2012) klien dengan BPH biasanya sering mengkonsumsi
agen antibiotik, obat yang dijual bebas untuk flu/alergi serta obat yang mengandung
simpatomimetik( Dongoes, 2012). Tidak ada perbedaan antara teori dengan kasus.
Ditemukan kesenjangan antara kasus dengan teori. Pada tinjauan kasus Tn.
S mengatakan bahwa tidak ada keluarganya yang memiliki riwayat sakit seperti
prostat yang dialaminya ataupun penyakit lainya seperti hipertensi dan penyakit
kasus ditemukan bahwa Tn. S seorang perokok aktif , suka minuman energik, dan
kurang istirahat karena sering begadang. Menurut Dongoes (2012) rata –rata
seorang laki-laki terkena penyakit tumor prostat maupun kanker prostat memiliki
keadaan bersih dan tidak ada secret, pergerakan dada simetris, irama nafas regular
tetapi ketika nyeri timbul kemungkinan dapat terjadi nafas pendek dan cepat dan
tidak ada retraksi otot bantu nafas, tidak ada nafas cuping hidung,frekuensi
pernfasan dalam batas normal 18-20x/menit,taktil fermitus antara kanan dan kiri
76
simetris, thoraks didapatkan hasil sonor, suara nafas paru vesikuler (Mustika, dkk
2012).
Pada sistem pernafasan tinjauan kasus Tn. S ditemukan bentuk dada simetris
kanan-kiri, susunan ruas tulang belakang normal, irama nafas teratur , retraksi otot
bantu nafas (-), alat bantu nafas (-),tidak ada batuk (-), sputum (-), nyeri dada (-
),vocal fremitus kanan-kiri sama, thorax terdengar sonor, dan suara paru vesikuler.
dengan tinjaun kasus yaitu Tn. S tidak mengalami nafas pendek dan cepat saat nyeri
timbul dikarenakan rentang skala nyeri pada Tn. S masih dalam batas klasifikasi
(sedang) sehingga Tn. S tidak terjadi masalah sedangkan pada tinjauan teori terjadi
masalah pada sistem pernafasan akibat dari tingginya rentang skala nyeri pada klien
dan mengakibatkan terjadinya nafas pendek dan cepat saat timbul nyeri.
tekanan darah meningkat, tidak ada varises, phelbritis maupun oedem pada
hangat,CRT < 3 detik, tidak ada vena jugularis dan tidak ada clubbing finger pada
kiri dan mid sternalis kiri , BJ 2 tunggal terdengar di ICS 5 sternalis kiri dan sternalis
nyeri dada (-),sianosis (-),clubbing finger (-), pembesaran, JVP (-), ictus cordis kuat
77
letak jantung dalam batas normal di ICS II sternalis dextra sinistra sampai dengan
ICS V mid clavicula sinistra, terdengar suara jantung: S1 , S2 tunggal dan denyut
nadi dalam batas normal 80 x/menit dengan tensi normal 120/60 mmhg.
dengan tinjauan kasus karena tinjauan pustaka didapatkan nadi dan tekanan darah
meningkat akibat dari respon klien merasakan adanya nyeri yang timbul pada saat
pengkajian pemeriksaan fisik penulis menemukan denyut nadi dan tekanan darah
pada Tn. S masih dalam batas normal yaitu untuk nadi 80x/menit, tekanan darah
composmentis, GCS 4-5-6 ,bentuk wajah simetris, pupil isokor, dan tidak ada nyeri
kepala. Pada kasus Tn. S ditemukan kesadaran composmentis GCS 4-5-6, orientasi
cukup baik, kejang (-), kaku kuduk (-), brudinsky (-), nyeri kepala (-),pusing (-
),istirahat/tidur kurang lebih siang selama 2 jam/hari dan malam 8 jam/hari, serta
tidak ada kelainan nervus kranialis, pupil isokor, reflek terhadap cahaya normal dan
terdapat bekas luka post operasi TURP di daerah genetalia, bisa terjadi retensi urin
78
karena adanya kloting (post-op), terpasang kateter DC yang terhubung urin bag,
warna urin bisa kemerahan akibat bercampur dengan darah ( hematuria), umumnya
klien juga terpasang drainase dibawah umbilicus sebelah kanan dan klien
sakit tidak terkaji,kateter 3 way (+), irigasi kateter (+), jumlah urin 1000cc dengan
bau khas dan berwarna kuning jernih tampak sedikit warna merah muda di dalam
urin bag dan balance cairan dengan jumlah 540cc cairan terexessive.
baik,bentuk abdomen simetris, tidak ada asites,terdapat luka jahit di area supra
pubic (kuadran VIII), tidak mual muntah, tonsil tidak oedem dan mukosa bibir
lembab, anus tidak terdapat hemoroid.tidak terdapat massa dan benjolan, tidak ada
nyeri tekan pada abdomen dan tidak ada pembesaran organ,terdengar suara tympani
Pada kasus Tn. S ditemukan mulut bersih tidak ada lesi, mukosa bibir
lembab, bentuk bibir normal, gigi bersih, kebiasaan gosok gigi selama di rumah 2
x sehari di rumah sakit tidak pernah, tenggorokan tidak ada kesulitan menelan, tidak
ada kemerahan dan tidak ada pembesaran tonsil, BAB 1 kali sehari dengan
konsistensi padat, warna kuning , bau khas , memakai pampers, masalah eleminasi
79
alvi (-), pemakaian obat pencahar (-), abdomen tegang (-), asites (-), kembung (-),
Pada sistem pencernaan untuk tinjauan kasus dengan tinjauan pustaka tidak
insisi di bagian supra pubis akibat operasi prostat klien umumnya tidak memiliki
gangguan pada sistem musculoskeletal tetapi tetap perlu dikaji kekuatan otot
ekstremitas atas dan bawah dengan berdasarkan pada nilai kekuatan otot 0-5, di kaji
juga adanya kekuatan otot atau keterbatasan gerak, warna kulit normal,rambut
warna hitam keturanan asia, kaji keadaan luka apa terdapat pus atau tidak, kaji ada
tidaknya infeksi, dan kaji keadaan luka bersih atau tidak, turgor kulit elastis, akral
fraktur (-). dislokasi (-), kulit sawo matang, kemampuan ADL parsial karena klien
mengeluhkan susah beraktivitas diakibatkan rasa nyeri, akral hangat, CRT ≤ 3 detik,
lembab (+), aktivitas klien yang sebagian dibantu oleh keluarga ialah menyeka ,
tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus ditemukan adanya kesenjangan karena pada
tinjauan kasus Tn. S ditemukan mengalami kesulitan dalam beraktivitas akibat luka
operasinya dan Tn.S masih terpasang irigasi kateter sehingga dianjurkan untuk
masalah klien dalam beraktivitas tetapi masih tetap perlu dikaji lebih dalam jika
hanya terjadi sedikit berkurang dalam sistem penglihatan karena faktor usia,
pendengaran juga mulai berkurang karena faktor usia, perasa dalam keadaan
normal, peraba juga dalam keadaan normal dan penciuman juga dalam keadaan
batas normal, pada telinga tidak ditemukan nyeri tekan dan tidak terdapat luka serta
pada hidung tidak ada nyeri tekan maupun luka (Mustika, dkk 2012).
Pada tinjauan kasus Tn. S ditemukan pupil isokor, reflek cahaya sensitif,
mengecil saat terkena cahaya,konjungtiva merah muda, sklera putih ,tidak ada
bantu (-), hidung : bentuk normal , mukosa hidung lembab, sekret (-),ketajaman
penciuman normal, telinga : bentuk simetris kanan dan kiri, ketajaman pendengaran
cukup baik, alat bantu (-), Tn. S mampu merasakan manis,pahit, asam, asin dengan
Pada tinjauan pustaka ditemukan postur tubuh klien proposional sesuai jenis
kelamin dan usianya, tidak terlihat hiperpigmentasi kulit, terdapat jakun pada klien,
tidak ada pembesaran payudara klien, tidak terdapat pembesaran abdomen karena
lemak, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, GDS dalam batas normal, tidak ada
nyeri tekan kecuali pada supra pubis akibat insisi (Mustika, dkk 2012).
Pada kasus Tn. S ditemukan tidak ada luka ganggren, pembesaran kelenjar
Pada sistem endokrin tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan
tinjaun kasus.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh (Nurarif & Kusuma 2015) beberapa
diantaranya ialah :
darah, edema.
4.2.2 Nyeri akut berhubungan dengan agent injury fisik (Insisi Pembedahan).
4.2.3 Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan sebagai efek sekunder
kasus dengan tinjauan pustaka. Pada tinjauan kasus Tn. S diperoleh tiga diagnosa
yaitu nyeri akut berhubungan dengan agent injury fisik (Insisi Pembedahan). resiko
mobilitas fisik b.d nyeri akut. Sedangkan pada tinjaun pustaka ada beberapa
diagnosa yang tidak muncul yaitu gangguan eleminasi urin berhubungan dengan
tinjauan pustaka tidak ditemukan adanya kesenjangan karena sudah seuai dengan
kebutuhan pasien dan pustaka yang ditemukan dalam buku NANDA NICNOC jilid
3 tahun 2015.
dengan agent injury fisik (Insisi Pembedahan) untuk tinjaun pustaka menurut ( Nur
panjang) dan relaksasi ( mengajak ngobrol klien lain), dan tindakan dalam
keluarga tentang penyebab nyeri , membantu memberikan posisi semi fowler serta
klien lain atau keluarga) serta berkolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian
kesenjangan antara tinjaun pustaka dengan tinjaun kasus karena pada tinjauan
pustaka menurut ( Nurarif & Kusuma, 2015) klien akan mendapat edukasi tentang
penyebab perdarahan ,dianjurkan untuk diet makan tinggi serat dan sementara
waktu membatasi aktivitasnya serta perawat harus mencatat waktu traksi kateter
baik pemasangan dan pelepasanya. Pada tinjauan kasus penulis membuat rencana
83
sama halnya seperti yang dijabarkan oleh tinjauan pustaka dengan memberikan
edukasi kepada Tn. S tentang penyebab perdarahan, memberikan anjuran pada klien
untuk makan makanan yang memiliki serat cukup baik untuk memudahkan dalam
Pada diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu hambatan mobilitas fisik b.d
nyeri akut antara tinjaun pustaka dengan tinjauan kasus tidak ditemukan
kesenjangan karena pada tinjauan pustaka menurut ( Nurarif & Kusuma, 2015)
setelah masa operasi dan memotivasi klien untuk segera mobilisasi agar tidak
terjadi hal yang tidak diinginkan. Pada tinjauan kasus penulis membuat rencana
untuk memberikan edukasi pada Tn.S dan memotivasi agar segera mungkin
Implementasi yang dilakukan oleh penulis sama seperti rumusan rencana tindakan
klien berdasarkan pada data yang diperoleh dari pengkajian dan perumusan
diagnosa keperawatan.
Pada diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agent injury fisik (Insisi Pembedahan), pertama penulis melakukan bina hubungan
penyebab nyeri dan teknik dalam mengontrol nyeri yang timbul yaitu distaraksi (
84
menarik nafas panjang ) dan relaksasi ( ngobrol dengan klien lain atau keluarga),
memberikan posisi semi fowler agar merasa nyaman, mengobservasi selalu tanda-
tanda vital serta intensitas dan rentang skala nyeri juga berkolaborasi dengan dokter
untuk pemberian obat analgesik (antrain 1gr) dan antibiotik (anbacim 1gr).
perdarahan ialah nyeri, feses berwarna hitam karena susah dalam defekasi,
menganjurkan pada klien untuk diet makanan tinggi serat dan rutin minum obat
waktu traksi dipasang dan kapan traksi akan dilepas, mengobservasi adanya
dan haluaran urin juga tidak lupa untuk berkolaborasi dengan dokter dalam
Pada diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu hambatan mobilitas fisik b.d nyeri
akut perencanaan tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis seperti
secara mandiri, mendampingi dan bantu klien dalam mobiliasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADL klien dan mengkaji tanda vital klien setelah melakukan latihan
tersebut.
85
pasien ( hasil yang diamati ) dengan tujuan dan kriteria hasil yang di buat (Rohmah,
N. 2014). Evaluasi dilakukan selama 1x24 jam dengan harapan klien mampu
mengontrol nyeri, skala nyeri berkurang atau dalam rentang 0-3, memahami
penyebab nyeri dan memiliki keterampilan dalam teknik manajemen nyeri distraksi
( nafas panjang) dan relaksasi (ngobrol dengan klien lain atau keluarga) secara
mandiri serta tanda vital dalam batas normal: tekanan darah : sistole : 100-120
15-24x/menit
Evaluasi pada tinjauan kasus yang dilakukan oleh penulis didapatkan data
subyektif dan obyektif , pada data subyektif untuk diagnosa nyeri akut berhubungan
dengan agent injury fisik (insisi pembedahan) Tn.S mengatakan nyeri sudah
berkurang, Tn. S memahami tentang teknik manajemen nyeri nyeri distraksi ( nafas
panjang) dan relaksasi (ngobrol dengan klien lain atau keluarga) secara mandiri dan
penyebab nyeri , pada data obyektif didapatkan keadaan umum cukup baik
,kesadaran composmetis, GCS 4-5-6 , skala 0, wajah rileks, tanda vital : tekanan
18x/menit. Masalah nyeri akut sudah teratasi untuk planning intervensi dihentikan
karena klien direncanakan pulang pada jam 08.00 dapat terjadi kesenjangan antara
tinjauan kasus dengan teori karena pada kasus penulis menyelesaikan kasus tersebut
selama 2x24 jam sedangkan pada teori menyatakan evaluasi dapat dilakukan selama
1x24jam.
86
trauma bekas insisi dilakukan selama 1x24 jam diharapkan klien memahami
penyebab perdarahannya, mengikuti anjuran untuk diet tinggi serat dan membatasi
aktivitas klien agar tidak terjadi hematuria serta tanda vital dalam batas normal:
didapatkan data subyektif yaitu Tn.S mengatakan paham penyebab dari perdarahan,
Tn. S melaporkan mau melakukan diet makanan sesuai saran tenaga medis. Untuk
pembedahan, tidak ada tanda hematuria dan hematemesis, tanda vital: tekanan
karena klien dijadwalkan pulang pukul 08.00 dini hari serta pada tanggal 1 Januari
2020 irigasi dan traksi kateter Tn. S telah dilepas sehingga dapat disimpulkan bahwa
Diagnosa ketiga yaitu hambatan mobilitas fisik b.d nyeri akut evaluasi
dilakukan selama 1x24 jam diharapkan klien dapat beraktivitas secara mandiri dan
ADL sehari-hari secara mandiri, tanda vital tekanan darah 130/60 mmhg, nadi
mobilitas fisik sudah teratasi planning dihentikan karena Tn. S dijadwalkan pulang
pukul 08.00 dini hari. Dengan demikian tidak ada kesenjangan antara tinjaun kasus
PENUTUP
secara langsung pada Tn.S dengan diagnosa medis Post Operasi (Trans Urethral
Resection Prostat) di ruang mawar kuning RSUD Sidoarjo, maka penulis dapat
mutu asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Post Operasi (Trans
5.1 Simpulan
Dari hasil uraian yang telah diuraikan dalam bab 4 tentang asuhan
5.1.1 Penulis mendapatkan data fokus pengkajian pada klien yaitu keluhan utama
dengan nyeri akut dan sistem perkemihan (B4) dengan data sebagai berikut bentuk
berkemih selama di rumah sakit tidak terkaji,kateter 3 way (+), irigasi kateter (+),
jumlah urin 1000cc dengan bau khas dan berwarna kuning jernih tampak sedikit
warna merah muda di dalam urin bag dan perhitungan balance cairan didapatkan
540 cc (excessive).
5.1.3 Untuk diagnosa keperawatan meliputi nyeri akut berhubungan dengan agent
efek samping pembedahan dan hambatan mobilitas fisik b.d nyeri akut dan penulis
88
89
5.1.4 Pada ketiga diagnosa keperawatan prioritas yang muncul pada klien dilakukan
dengan dua tahap yaitu tindakan secara mandiri oleh perawat dan tindakan
5.1.5 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapakan klien
mampu mengontrol nyeri / nyeri berkurang dengan kriteria hasil :klien memahami
distraksi (nafas panjang) dan relaksasi ( ngobrol dengan klien lain atau
keluarga),wajah rileks , tanda vital dalam batas normal: tekanan darah : sistole :
°C, RR : 15-24x/menit.
kepada Tn. S dan keluarganya tentang penyebab nyeri serta mengajarkan teknik
manajemen nyeri seperti distraksi (nafas panjang) dan relaksasi ( ngobrol dengan
klien lain atau keluarga), mengobservasi tingkat skala nyeri dan tanda-tanda vital.
5.1.5 Pada akhir evaluasi, semua tujuan yang telah direncanakan oleh penulis dapat
tercapai dikarenakan adanya kerjasama yang baik antara klien, keluarga klien dan
perawat. Hasil evaluasi akhir pada Tn. S yaitu nyeri yang dialami sudah berkurang
ditandai dengan wajah Tn. S tampak rilex , hasil observasi rentang skala 0 serta
Tn.S mengatakan bahwa nyeri dibagian genetalia sudah tidak timbul baik saat mau
5.2 Saran
sebagai berikut :
hubungan yang baik dan kerja sama antara klien, keluarga klien dan perawat.
5.2.2 Peneliti
lebih berkualitas.
yang baik antara tim kesehatan dan klien serta keluarga yang ditujukan untuk
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada klien baik
klien.
DAFTAR PUSTAKA
SURAKARTA.Https://id.scribd.com/doc/98489855/Askep-Bph-fix-Bngett2
: Salemba Medika
Jogja.
Nuha Medika
92
World Health Organization. 2015. Diakses pada tanggal 9 Juli 2019 pukul 15.00
WIB.Https://www.who.int/ncds/governance/policies/Bhutan-NCD-
MAP2015-2020.pdf
Lampiran 2
Dosen Pembimbing
Ns. Faida Annisa ,S.Kep, MNS
Disusun Oleh :
Febriany Carla Prameswary (1701052)
(SAP)
I. LATAR BELAKANG
jinak yang dapat menekan uretra dan menyebabkan obstruksi urin yang
kandungan zink dan vitamin b6 yang penting untuk prostat yang sehat (
Agung, 2017).
meninggal termasuk 14 juta orang yang berusia 30-70 tahun yang mana
banyak diderita oleh laki-laki dari pada wanita , tiga perempat dari
kematian akibat BPH 28 jutanya di negara-negara yang berpenghasilan
menjadi urutan kedua setelah penyakit batu saluran kemih yakni kurang
lebih 13 juta penderita dan dinyatakan kira-kira 0,8 juta pria atau 2,5%
menderita BPH dibanding dengan jumlah penduduk saat ini yaitu 267
juta jiwa.
gejala dan komplikasi dari BPH masih belum tuntas dan jelas (
gejala obstruksi yakni aliran kemih yang buruk, hesistansi ketika ingin
tuntas dan sesekali retensi urin akut yang memerlukan tindakan darurat
nyeri bila timbul serta pentingnya cara berkemih yang benar setelah
II. TUJUAN
a) UMUM
b) KHUSUS
Hiperplasia).
Hiperplasia.
III. PENGORGANISASIAN
Penyaji : Febriany Carla Prameswary
IV. MATERI
` Terlampir
V. MEDIA
Leaflet
VI. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Waktu Kegiatan
1. 5 menit Pembukaan:
1. Memberi salam pembukaan
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan
4. Membagikan leaflet
2. 10 menit Pelaksanaan:
Hiperplasia).
operasi.
3. 3 menit Evaluasi:
1. Memberi waktu untuk peserta
bertanya
4. 2 menit Penutup:
1. Memberikan ucapan terimakasih
dan salam
Keterangan :
= Sasaran
= Mahasiswa/I perawat
VIII. EVALUASI KEGIATAN
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan Media
Media yang akan digunakan dalam penyuluhan semuanya lengkap dan
siap digunakan. Media yang digunakan adalah leaflet
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan penyuluhan yang akan diberikan diharapkan berjalan lancar
dan sasaran memahami tentang penyuluhan yang diberikan
b. Peserta diharapkan memperhatikan materi yang diberikan
3. Evaluasi Hasil
a. Jangka Pendek
- Sasaran mengerti sekitar 80% dari materi yang diberikan
- Sasaran memahami tentang perawatan di rumah post operasi TURP
BPH.
- Meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai pentingnya perawatan
di rumah post operasi TURP BPH.
- Dapat menjadi agen perubahan dengan cara membagikan pesan
tentang pentingnya perawatan di rumah post operasi TURP BPH.
X. LAMPIRAN MATERI
prostat secara patologis yang paling umum pada pria lansia dan penyebab kedua
yang paling sering ditemukan intervensi medis pada pria di atas usia 50 tahun .
Kesulitan dalam berkemih, nyeri saat berkemih, rasa tidak puas saat
berkemih atau menetesnya pada akhir berkemih, pancaran uri meleha dan
HIPERPLASIA )
3) Tidak merokok
10) Segera rujuk ke klinik terdekat/ rumah sakit jika menemukan tanda
– tanda urin berwarna keruh, berbau busuk dan nyeri saat berkemih,
Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta. Mediaction Jogja
Purwanto, Hadi.2016.Keperawatan Medikal Bedah II.Jakarta:Kemenkes RI
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2013.
Edukasi sehingga mengakibatkan prostat
Perawatan saat di rumah
pada Pasien post operasi TURP Tahukah Anda Apakah membesar.
BPH
itu BPH???? Tanda dan gejala
seseorang menderita
Benigna Prostat Hiperplasia
BPH !!!
(BPH) adalah keadaan kondisi
1. Kesulitan dalam berkemih
pembesaran prostat secara patologis
2. Nyeri saat berkemih,
yang paling umum pada pria lansia dan
3. Rasa tidak puas saat berkemih
penyebab kedua yang paling sering
atau menetesnya pada akhir
ditemukan intervensi medis pada pria
Disusun oleh :
Febriany Carla Prameswary berkemih, pancaran uri melemah
di atas usia 50 tahun .
Nim: 1710152
dan terputus-putus
2. Hemoroid atau wasir, 5) Makan makanan yang rumah sakit jika menemukan
3. Hematuria atau kencing berdarah,
mengandung banyak vitamin tanda – tanda urin berwarna
4. Batu kandung kemih dan gagal
dan berserat serta hindari keruh, berbau busuk dan nyeri
ginjal.
minuman yang beralkoh saat berkemih, demam dan
sakit.