TENTANG
KEBUTUHAN OKSIGENASI
NIM : 2130282068
CI AKADEMIK CI KLINIK
( ) ( )
T.A 2021\2022
A.Konsep dasar kebutuhan oksigen
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (o2) lebih dari 21 % pada tekanan I
atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh. Oksigenasi juga dapat
diartikan sebagai kegiatan memasukkan zat asam (O) ke dalam paru dengan alat
khusus.
2.Klasifikasi
a.Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain:
- Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat
maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya.
- Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi
atau kembang kempis
- Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas
berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom
Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat
terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan 4%
kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan
- Adanya reflek batuk dan muntah Adanya peran mukus sillialis sebagai penangkal
benda asing yang mengandunginterferon dan dapat mengikat virus. Pengaruh
proses ventilasi selanjutnya adalah complience recoil. Complience yaitu
kemampuan paru untuk mengembang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu
adanya sulfaktor pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk menurunkan tegangan
permukaan dan adanya sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan
gangguan thoraks. Sulfaktor diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli dan
disekresi saat pasien menerik napas. sedangkan arecoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan co2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila complience baik
akan tetapi recoil terganggu maka co2 tidak dapat dikelurkan secara maksimal.
Pusat pemapasan yaitu medula oblongata dan pons dapat mempengaruhi proses
ventilasi, karena e02 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan.
Peningkatan co2 dalam batas 6 mmhg dapat dengan baik merangsang pusat
pernapasan dan bila PaCO, kurang dari sama dengan 80 mmhg maka dapat
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
b.Difusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler paru dan co2,di
kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor:
- Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya 5
L/menit. Dalam kondisi patologi yang dapat menurunkan kardiak output (misal
pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah) akan mengurangi jumlah oksigen
yang dikirim ke jaringan umumnya jantung menkompensasi dengan menambah
rata-rata pemompaannya untuk mening kan transport oksigen
- Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain secara langsung berpengaruh
terhadap transpor oksigen bertambahnya latihan menyebabkan peningkatkan
transport 02 (20 x kondisi normal). Meningkatkan kardiak output dan penggunaan
02 oleh sel.
3.Manfaat
Oksigen sangat diperlukan oleh mahkluk hidup untuk bernapas. Oksigen dan
makanan yang ada di dalam tubuh kita bergabung untuk menghasilkan energi, uap air
(H2O), dan karbon dioksida (CO2). Energi yang dihasilkan tadi berguna sekali untuk
menggerakkan kerja organ tubuh.
- Tahap perkembangan
- Lingkungan
- Gaya hidup
- Status kesehatan
- Narkotika
- Perubahan pola nafas
- Obstruksi jalan nafas
1. Hypoxia
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke
jaringan Penyebab terjadinya hipoksia :
a. gangguan pernafasan
b. gangguan peredaran darah
c. gangguan sistem metabolism
d. gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen (nekrose).
2. Hyperventilasi
Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi elveoli. sebab
jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti bahwa CO yang
dieliminasi lebih dari yang diproduksi menyebabkan peningkatan rata-rata dan
kedalaman pernafasan.
a. pusing
b. nyeri kepala
c. henti jantung
d. koma
e. Ketidakseimbangan elektrolit
3. Hypoventilasi
b. nyeri dada
4. Cheyne Stokes
Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang sangat dalam
lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, gagal jantung kongestif. dan overdosis
obat. Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis maupunpathologis
Fisiologis :
b. pada anak-anak yang sedang tidur c. pada orang yang secara sadar melakukan
hyperventilasi
Pathologis:
a. gagal jantung
b. pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam darah lebih dari 40mg%)
5. Kussmaul's (hyperventilasi)
Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit.
Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
6. Apneu
7. Biot's
Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan gangguan sistem
saraf pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha. Kesulitan
bernafas disebut dyspnea.
1.Pengkajian
a) Riwayat keperawatan
a. Riwayat keperwatan
o Masalah pernafasan yang pernah dialami
o Pernah mengalami perubahan pola pernafasan dan batuk dengan skutum
o Pernah mengalami nyeri dada
o Aktivitas pendukung masalah
b. Riwayat penyakit pernafasan
o Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma ,TBC
o Frekuensi setiap kejadian
c.Gaya hidup
2.Diagnosis keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
dibuktikan dengan sputum berlebih
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas dibuktikan
dengan penggunaan otot bantu pernafasasan
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventelasi dibuktikan dengan pola nafas abnormal
3.Intervensi
4.Implementasi
5.Evaluasi
Evaluasi adalah mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai kriteria hasil yang
telah ditetapkan. Format evaluasi :
S : subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diperbaiki
2.Tujuan
1. Membantu klien lansia dalam penurunan nadi, tekanan darah, dan pernafasan.
Mengurangi konsumsi oksigen.
2. Menurunkan ketegangan otot pada klien lansia.
3. Menurunkan kecepatan metabolisme.
4. Meningkatkan kesadaran.
5. Meningkatkan perasaan damai dan sejahtera.
2. Indikasi / Kontraindikasi
1. Klien lansia dengan tingkat kecemasan atau nervous yang tinggi maupun stres
sehingga relaksasi napas dalam sebagai managemen stres untuk lansia.
2. Klien lansia dengan hipertensi.
3. Klien lansia dengan peningkatan frekuensi pernapasan akibat stres.
3. Alat dan Bahan
Lingkungan yang nyaman
4. Prosedur
1. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman dengan pencahayaan ruangan
rendah.
2. Instruksikan klien untuk mengukur dan mencatat denyut dan frekuensi nadinya
pada skala dari 1 sampai 10 (dengan nilai 10 adalah tingkat ansietas yang tidak
pernah dialami dan nilai 1 adalah hampir tertidur).
3. Beri dorongan pada klien untuk mengambil posisi rileks yang nyaman dengan
tungkai dan kaki tidak menyilang dan lengan rileks dan mata terpejam.
4. Ajarkan klien untuk menarik napas dalam selama 4 hitungan, bernapas dengan
lambat melalui hidung, mengisi abdomen dengan udara sebelum mengisi paru-
paru.
5. Ajarkan klien untuk menahan napas selama 3 hitungan.
6. Ajarkan klien untuk mengeluarkan napas selama 4 hitungan.
7. Jelaskan klien tentang pentingnya menghembuskan napas perlahan melalui mulut
sampai abdomen terasa datar dan merasakan ekstrimitas dan bawah rileks.
8. Lanjutkan dengan bernapas lambat dan dalam.
9. Katakan pada klien untuk memfokuskan pikiran pada irama yang lambat ini
selama beberapa menit.
10. Minta klien merilekskan kepala, leher, dan bahu rileks selama setiap ekshalasi.
B. Proses Batuk Efektif
1. Pengertian
Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat
menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak secara
maksimal.Gerakan ini pula yang kemudian dimanfaatkan kalangan medis sebagai
terapi untuk menghilangkan lendir yang menyumbat saluran pernapasan akibat
sejumlah penyakit.Batuk efektif dilakukan melalui gerakan yang terencana atau
dilatihkan terlebih dahulu.Batuk memungkinkan klien mengeluarkan sekresi dari jalan
napas bagian atas dan jalan napas bagian bawah.
2. Tujuan
1. Membebaskan jalan nafas dari hambatan sekret.
2. Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik laboratorium.
3. Mengurangi sesak nafas akibat penumpukkan sekret.
4. Meningkatkan distribusi udara saat bernafas.
5. Meningkatkan volume paru.
6. Memfasilitasi pembersihan saluran napas.
3. Alat dan Bahan
1. Bengkok.
2. Sputum pot berisi desinfektan.
3. Pengalas.
4. Tisu.
4. Prosedur
2.Tujuan
3.Indikasi / Kontrainndikasi
5.Prosedur
Wilkinson, Judith. M. 2006. Diagnosa Keperawatan NIC dan NOC, Edisi 7 Jakarta: EGC
Mubarak. Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah. Edisi 8. Vol. 3. jakarta.
EGC.