NIM : 202112074
2023
BAB I
TINJAUAN TEORI
1. Konsep Fisiologis
Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow lebih dikenal dengan istilah
Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus
terpenuhi, apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang maka akan terjadi
kerusakan pada jaringan otak dan bila hal tersebut berlangsung lama akan terjadi
kematian (Hidayat dan Uliyah, 2019). Kebutuhan dasar tersebut mencakup:
a. Kebutuhan oksigenasi dan pertukaran gas
b. Kebutuhan cairan dan elektrolit
c. Kebutuhan makanan
d. Kebutuhan eliminasi urin
e. Kebutuhan istirahat dan tidur
f. Kebutuhan aktivitas
g. Kebutuhan seksual
2. Definisi
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai
organ atau sel. Pernapasan merupakan sebuah proses pertukaran gas antara individu
dengan lingkungan(Hidayat dan Uliyah, 2019).
Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan
jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus
menerus (Tarwoto dan Wartonah, 2019).
4. Patofisiologi
Menurut Menurut Hidayat dan Uliyah (2019) :
Faktor Predisposisi
Gangguan
metobelisme jaringan
Metabolisme anaerob
Produksi ATP
Menurun
Defisit energi
Lelah, lemah
Gangguan pola
tidur
c. Transportasi
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan tubuh
dan CO² jaringan tubuh ke kaviler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1) Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2) Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.
7. Pengkajian Keperawatan
Menurut Hidayat dan Uliyah (2019) pengkajian keperawatan masalah oksigenasi
sebagai berikut:
a. Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenasi meliputi
ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan (gangguan hidung dan
tenggorokan), seperti epitaksis (kondisi akibat luka/kecelakaan, penyakit rematik
akut, hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah, dan kanker), obstruksi
nasal (kondisi akibat polip, hipertrofi tulang hidung, tumor, dan influenza), dan
keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernapasan. Pada tahap pengkajian
keluhan atau gejala, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah infeksi kronis dari
hidung, sakit pada daerah sinus, otitis media, keluhan nyeri pada tenggorokan,
kenaikan suhu tubuh hingga sekitar 38,5°C, sakit kepala, lemas, sakit perut hingga
muntah-muntah (pada anak-anak), faring berwarna merah, dan adanya edema.
b. Pengkajian Fisik
1) Inspeksi
Penentuan tipe jalan napas, seperti menilai apakah napas spontan melalui
hidung, mulut, oral, nasal, atau menggunakan selang endotrakeal atau
trakeostomy, kemudian menentukan status kondisi seperti kebersihan, ada
atau tidaknya sekret, perdarahan, bengkak, atau obstruksi mekanik.
Perhitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu menit. Umumnya wanita
bernapas sedikit lebih cepat. Apabila kurang dari 10 kali per menit pada
orang dewasa, kurang dari 20 kali per menit pada anak-anak, atau kurang dari
30 kali per menit pada bayi, maka disebut sebagai bradipnea atau pernapasan
lambat. Gejala ini juga dijumpai pada keracunan obat golongan barbiturate,
uremia, diabetes, miksedema, dan proses desak ruang intrakranium. Bila
lebih dari 20 kali per menit pada orang dewasa, kurang dari 30 kali per menit
pada anak-anak, atau kurang dari 50 kali per menit pada bayi, maka disebut
takipnea atau pernapasan cepat.
Pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu adalah torakal, abdominal, atau
kombinasi keduannya. Pernapasan torakal atau dada adalah untuk menilai
sifat pernapasan, seperti mengembang dan mengempisnya rongga toraks
sesuai dengan irama inspirasi dengan ekspirasi. Pernapasan abdominal atau
perut adalah seiramanya inspirasi dengan mengembangnya perut dan
ekspirasi dengan mengempisnya perut. Selain itu, mengembang dan
mengempisnya paru juga diatur oleh pergerakan diafragma. Sifat pernapasan
khususnya pada neonates umumnya adalah abdominal torakoabdominal,
karena otot interkostal masih lemah.
Pengkajian irama pernapasan, yaitu dengan menelaah masa inspirasi dan
ekspirasi. Pada orang dewasa sehat, irama pernapasannya teratur dan menjadi
cepat jika terjadi pengeluaran tenaga dalam keadaan terangsang atau emosi.
Kemudian yang perlu diperhatikan pada irama pernapasan adalah
perbandingan antara inspirasi dan ekspirasi. Pada keadaan normal, ekspirasi
lebih lama daripada inspirasi 2:1. Ekspirasi yang lebih pendek dari inspirasi
terjadi pada orang yang mengalami sesak napas. Dalam keadaan normal,
perbandingan antara frekuensi pernapasan dengan frekuensi nadi adalah 1:1,
sedangkan pada keracunan obat golongan berbiturat perbandingannya
menjadi 1:6. Penyimpangan irama, seperti pernapasan kussmaul, dijumpai
pada keracunan alkohol, obat bius, diabetes, uremia, dan proses desak ruang
intrakranium. Pernapasan biot ditemukan pada pasien kerusakan otak.
Pernapasan cheynestoke dapat ditemui pada pasien keracunan obat bius,
penyakit jantung, penyakit paru, penyakit ginjal kronis, dan perdarahan pada
susunan saraf pusat.
Pengkajian terhadap dalam/dangkalnya pernapasan. Pada pernapasan yang
dangkal, dinding toraks tampak hampir tidak bergerak. Gejala ini timbul jika
terhadap emfisema atau jika pergerakan dinding toraks menimbulkan rasa
sakit dan juga pada rongga toraks terjadi proses desak ruang. Seperti
penimbunan cairan dalam rongga pleura dan pericardium serta konsolidasi
yang dangkal dan lambat.
2) Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan, seperti nyeri tekan yang
dapat timbul akibat luka, peradangan setempat, metastasis tumor ganas,
pleuritis, atau pembengkakan dan benjolan pada dada. Palpasi dilakukan untuk
menentukan besar konsistensi, suhu, apakah dapat atau tidak digerakan dari
dasarnya.
3) Perkusi
Pengkajian ini bertujuan untuk menilai normal atau tidaknya suara perkusi
paru. Suara perkusi normal adalah suara perkusi sonor, yang bunyinya seperti
kata “dug dug”. Suara perkusi lainnya dianggap tidak normal yaitu redup,
pekak, hipersonor.
4) Auskultasi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai adanya suara napas, diantaranya
suara napas dasar dan tambahan.
Suara vesikuler yaitu suara inspirasi lebih keras dan lebih tinggi nadanya.
Suara vesikuler dapat didengar pada sebagian paru.
Suara bronkhial yaitu suara yang bisa kita dengar saat inspirasi dan ekspirasi.
Suara bronchial terdengar didaerah trakea dekat bronkus, dalam keadaan
tidak normal bisa terdengar seluruh daerah paru.
Suara bronkovaskular yaitu suara yang terdengar antara vesikuler dan
bronkhial, ketika ekspirasi menjadi lebih panjang, hingga hampir menyamai
inspirasi. Suara ini lebih terdengar pada manubrium sterni.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Selain pemeriksaaan laboratorium, Hb, Leukosit, dan lain-lain yang dilakukan
secara rutin, juga dilakukan pemeriksaan sputum guna melihat kuman dengan cara
mikroskopis. Uji reistansi dapat dilakukan secara kultur, untuk melihat sel tumor
dengan pemeriksaan sitologis. Bagi pasien yang menerima pengobatan dalam
waktu lama, harus dilakukan pemeriksaan sputum secara periodic.
d. Pemeriksaan Diagnostik
1) Rontgen dada
Penapisan yang dapat dilakukan, misalnya untuk melihat lesi paru pada
penyakit tuberculosis, mendeteksi adanya tumor, benda asing, paru
membengkak, penyakit jantung, dan untuk melihat struktur yang abnormal.
2) Fluroskopi
Pemeriksaan ni dilakukan untuk mengetahui kardiopulmonum misalnya
kerja jantung, diafragma, dan kontraksi paru.
3) Bronkografi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat secara visual bronkus sampai
dengan cabang bronkus pada penyakit gangguan bronkus atau kasus
diplancement dari bronkus.
4) Angiografi
Pemeriksaan ini untuk membantu menegakkan diagnosis tentang keadaan
paru, emboli atau tumor paru, aneurisma, emfiesma, kelainan kongiental, dan
lain-lain.
5) Endoskopi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melakukan diagnostik dengan cara
mengambil sekret untuk pemeriksaan, melihat lokasi kerusakan, biospi jaringan,
untuk pemeriksaan sitologi, mengetahui adanya tumor, melihat letak terjadinya
pendarahan, untuk terapeutik, misalnya mengambil benda asing dan
menghilangkan sekret yang menutupi lesi.
6) Radio Isotop
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai lobus paru, melihat adanya
emboli paru. Ventilasi scanning untuk mendeteksi ketidaknormalan ventilasi,
misalnya pada emfisema. Scanning gallium untuk mendeteksi peradangan pada
paru.
7) Mediastinoskopi
Merupakan endoskopi mediastinum untuk melihat penyebaran tumor.
Mediastinoskopi bertujuan untuk memeriksa mediastinum bagian depan dan
menilai aliran limpa pada paru, biasanya dilakukan pada penyakit saluran
pernapasan bagian atas.
NIM : 202112074
2023
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian :
a. Identitas pasien :
Nama : Ny. S
Nama : Wandi
Umur :
c. Keluhan utama
d. Riwayat Kesehatan
Sebelum sakit : pasien mengatakan sehat itu bisa istirahat dengan baik,
tidak lemah dan tidak terganggu kegiatan sehari-harinya.
2) Pola nutrisi
Sebelum sakit: Pasin mengatakan nafsu makan normal dengan
frekuensi makan 3 kali dalam satu hari. Pasien mengatakan makan
dengan porsi sedikit.
Setelah sakit pasien mengatakan, buang air kecil hanya satu kali dalam
sehari dengan jumlah sedikit
Sebelum sakit pasien mengatakan tidur normal kurang lebih 5-8 jam.
Setelah sakit pasien mengatakan tidak bisa tidur karna sesak nafas,
pasien mengatakan tidak tidur selama 2 hari
6) Pola kognitif
Keluarga pasien mengatakan masih memiliki daya ingat yang kuat dan
sering cemas karena penyakitnya, pasien dapat mendengar dan melihat
dengan baik. pasien dapat berbicara dengan jelas dan paham dengan
pesan yang disampaikan, pengambilan keputusan dipilih sesuai
pertimbangan terbaiknya.
1. Gambaran diri
Pasien mengatakan mengetahui tentang penyakit hang di
deritanya, pasien mengatakan sedikit cemas dengan penyakit
yang di deritanya.
2. Harga diri
Pasien mengatakan tidak malu dengan penyakit yang di derita
saat ini
3. Ideal diri
Pasien mengatakan semangat untuk sembuh dan yakin bisa
sembuh karna pasien termotivasi oleh keluarga terutama anak.
f. Pemeriksaan umum
2) Kesadaran : somnolen
3) TTV :
TD = 120/80mmhg
N = 112kpm
RR = 26kpm
S = 36,10C
SPO2 = 90 %
1) GCS : E= 9 M= 0 V = 5 Total = 9
2) Kulit kepala : bersih, tidak ada luka, tidak ada benjan, tidak ada nyeri
tekan.
5) Mata : simetris, gerakan bola mata normal, refleks pupil saat terkena
cahaya baik.
12) Dada
jantung :
inspeksi : Dada simetris, tidak ada lesi/ bekas luka, tidak
ada otot bantu nafas
palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
perkusi : Pekak
auskultasi : Mur-mur
Paru- Paru:
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada lesi/ bekas luka, tidak
ada otot bantu nafas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
Perkusi : Sonor
auskultasi : Terdengar suara wheezing
abdomen :
inspeksi : Datar, tidak ada lesi, tidak ada benjolan
auskultasi : Bising usung terdengar 15 kali / mnt
palpasi :Tidak ada nyeri tekan
perkusi : timpany
h. Pemeriksaan penunjang
NILAI
PEMERIKSAAN HASIL RUJUKAN SATUAN METODA
HEMATOLOGI
Hemoglobin 10,2 12.3-17,0 gr/dl Colorimetric
Hematokrit 39.5 L 42-62 % Analyzer Calculates
Lekosit 8600 5-14.5 ribu/ul Impedance
Trombosit 140 139-335 ribu/ul Impedance
Eritrosit 3,42 4,0-5.9 ribu/juta Impedance
MPV 9,0 6.5-12,00 fL
PDW 9.3 9,0-17,0 -
INDEX
MCV 91.2 82,0-92,0 Fl Analyzer Calculates
MCH 30.5 28-33 Pg Analyzer Calculates
MCHC 33.4 32,0-37,0 % Analyzer Calculates
HITUNG JENIS
Neutrofil% 81.6 H 50-70 %
Limfosit% 13.2 L 20-40 %
Monosil% 4.6 3.0 - 9.0 %
Eusinofil% 0.5 0.5-5.0 %
Basofil 0.1 0.0-1.0 %
NLR 6.18 H <3.13 %
ALC 1.04 H <1.5 %
RDW-CV 13.2 11.0 - 16.0 % Analyzer Calculates
RDW-SD 44.4 Fl Analyzer Calculates
KIMIA
GULA DARAH
Glukosa Darah Sewaktu 114 70-150 mg/100ml GOD-PAP
HATI
SGOT 79 H 0-46 U/I IFCC
SGPT 87 H 0-42 U/I IFCC
GINJAL
Kreatinin 0.87 <1.0 mg/100ml Jaffe
Ureum 42 Oct-50 mg/dl Modif Berhelot
2. Analisa Gas Darah
O2 91,0 L % 94-98
saturasi(SO2)
i. Terapi Obat
Injeksi :
Meprovent
Pycin 1500 mg
Omeprazole 40ng/10 ml
Oral:
Ramipil
Cardievol
Atorvastain
Lactulosa
j. Analisa data
pasien darah
T:
Dokumentasikan hasil
1. Agar waktu
pemantauan
istirahat pasien
tetap terjaga
E: 2. Hasil
pemeriksaan harus
Jelaskan tujuan pemantauan selalu di
dokumentasikan
E:
1. Agar pasien
mengetahui tujuan
dari tindakan yang
dilakukan
E:
1.Mencegah
kekakuan sendi
K:
Kolaborasi
pemberian terapi
obat untuk
menurunkan gejala
yg diderita pasien
4. Evaluasi
Evaluasi Formatif
1. Monitor pola
nafas
2. Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
3. Posisikan semi
fowler/fowler
4. Kolaborasi
pemberian obat
dengan dokter
pasien tampak
kesulitan tidur,
terdapat lingkaran
hitam di mata
A:
gangguan pola
tidur berhubungan
dengan kontrol
tidur belum teratasi
P : Lanjutkan
intervensi :
1. kaji kebutuhan
tidur pasien
setiap hari
2. ciptakan
lingkungan
yang nyaman
Masih terdengar
suara wheezing
A:
ketidakefektifan
pola nafas
berhubungan
dengan
hiperventilasi
belum teratasi
P : lanjutkan
intervensi :
4. Monitor pola
nafas
5. Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
6. Posisikan semi
fowler/fowler
7. Kolaborasi
pemberian obat
dengan dokter
O:
Pasien terlihat
berbaring ditempat
tidur dan terlihat
lesu
A:
gangguan pola
tidur berhubungan
dengan kurang
kontrol tidur belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervernsi :
1. kaji kebutuhan
tidur pasien
setiap hari
2. ciptakan
lingkungan
yang nyaman
evaluasi sumatif
A:
ketidakefektifan pola
nafas berhubungan
dengan hiperventilasi
teratasi
P:
Intervensi dihentikan,
pasien pulang
A: