Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN CHF


DI BANGSAL DAUN SIRIH RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

NAMA :RIDWAN FAJAR PRASETYO

NIM : 202112074

TEMPAT PRAKTIK : BANGSAL AKAR WANGI RSUD PANDAN ARANG

PROGAM STUDI DIPLOMA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA

2023
BAB I
TINJAUAN TEORI

1. Konsep Fisiologis
Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow lebih dikenal dengan istilah
Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus
terpenuhi, apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang maka akan terjadi
kerusakan pada jaringan otak dan bila hal tersebut berlangsung lama akan terjadi
kematian (Hidayat dan Uliyah, 2019). Kebutuhan dasar tersebut mencakup:
a. Kebutuhan oksigenasi dan pertukaran gas
b. Kebutuhan cairan dan elektrolit
c. Kebutuhan makanan
d. Kebutuhan eliminasi urin
e. Kebutuhan istirahat dan tidur
f. Kebutuhan aktivitas
g. Kebutuhan seksual

2. Definisi
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai
organ atau sel. Pernapasan merupakan sebuah proses pertukaran gas antara individu
dengan lingkungan(Hidayat dan Uliyah, 2019).
Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan
jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus
menerus (Tarwoto dan Wartonah, 2019).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi


Menurut Hidayat dan Uliyah (2019) faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi
adalah:
a. Saraf Otonomik
Ketika terjadi rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmitter untuk
simpatis dapat mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi
dan untuk parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada
bronkokontriksi karena pada saluran pernapasan terdapat reseptor adrenergic dan
reseptor kolinergik.
b. Hormone dan Obat
Obat yang tergolong parasimpatis seperti sulfas atropine dan ekstrak balladona
dapat melebarkan saluran napas, sedangkan obat yang menghambat adrenergic tipe
beta (khususnya beta-2) seperti obat yang tergolong penyekat beta nonselektif
dapat mempersempit saluran napas (bronkokonstriksi).
c. Alergi pada Saluran Napas
Banyak faktor yang menimbulkan alergi, antara lain debu yang terdapat dalam
hawa pernapasan, bulu binatang, serbuk seri bunga, makanan dan lain lain.
d. Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi,
karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring usia perkembangan.
e. Lingkungan
Dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor alergi, ketinggian tanah,
suhu.
f. Perilaku
Sebagai contoh, obesitas dapat mempengaruhi proses perkembangan paru, aktivitas
dapat mempengaruhi proses peningkatan kebutuhan oksigenasi, merokok dapat
menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah dan lain lain.

4. Patofisiologi
Menurut Menurut Hidayat dan Uliyah (2019) :

Faktor Predisposisi

Edema, spasme bronkus, peningkatan secret bronkiolus

Obstruksi bronkiolus awal fase ekspirasi

Bersihan jalan Udara terperangkap Sesak nafas


nafas tidak efektif dalam alveolus pendek

PaO2 rendah Pola nafas


PaCO2 rendah tidak efektif

Gangguan
metobelisme jaringan

Metabolisme anaerob

Produksi ATP
Menurun

Defisit energi

Lelah, lemah

Gangguan pola
tidur

5. Tahapan – Tahapan Oksigenasi


Menurut Tarwoto dan Wartonah (2019) Peristiwa bernapas terdiri dari :
a. Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran
pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada naik/lebih
besar tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
b. Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif
yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga dada
turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu ventilasi,
difusi dan transportasi.
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau
dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor:
1) Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat, maka
tekanan udaranya semakin rendah.
2) Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang di
sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru dan
CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
1) Luasnya permukaan paru-paru.
2) Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan.
3) Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O²
dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam
rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena vulmonalis.
4) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus  dan mengikat HB.

c. Transportasi
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan tubuh
dan CO² jaringan tubuh ke kaviler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1) Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2) Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.

6. Masalah Kebutuhan Oksigen


Menurut Hidayat dan Uliyah (2019) masalah kebutuhan oksigenasi yaitu:
a. Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam
tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan oksigen dalam tingkat sel.
Ditandai dengan adanya warna kebiruan pada kulit (sianosis).
b. Takipnea
Merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi lebih dari 24 kali per menit.
Proses ini terjadi karena paru dalam keadaan atelektasis atau terjadinya emboli.
c. Bradipnea
Merupakan pola pernapasan yang lambat dan kurang dari 10 kali per menit.
Proses ini terjadi dalam keadaan peningkatan tekanan intrakranial yang disertai
narkotik atau sedatif.
d. Hiperventilasi
Merupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah oksigen
dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Proses ini ditandai dengan
adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek, nyeri dada, menurunnya
konsentrasi CO2.
e. Hipoventilasi
Merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbon dioksida dengan cukup
yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar serta tidak cukupnya penggunaan
oksigen yang ditandai dengan adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran,
disorientasi, atau ketidakseimbangan elektrolit.
f. Kussmaul
Merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada
orang dalam keadaan asidosis metabolik.
g. Dispnea
Merupakan perasaan sesak dan berat saat bernapas. Hal ini disebabkan oleh
perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebihan dan pengaruh
psikis.
h. Ortopnea
Merupakan kesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri. Pola
ini banyak ditemukan pada seseorang yang mengalami kongesti paru.
i. Cheynestoke
Merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mula mula naik, turun,
berhenti, kemudian mulai dari siklus baru.
j. Pernapasan paradoksial
Merupakan pernapasan yang ditandai dengan pergerakan dinding paru yang
berlawanan arah dari keadaan normal, sering ditemukan pada keadaan atelektasis.
k. Pernapasan biot
Merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheynestoke, tetapi
amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering dijumpai pada rangsangan selaput otak,
tekanan intracranial yang meningkat, trauma kepala.
l. Stridor
Merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran
pernapasan. Ditemukan pada kasus spasme trakea atau obstruksi laring.
m. Obstruksi jalan napas
Merupakan kondisi pernapasan yang tidak normal akibat ketidakmampuan
batuk secara efektif dapat disebabkan oleh adanya secret.

7. Pengkajian Keperawatan
Menurut Hidayat dan Uliyah (2019) pengkajian keperawatan masalah oksigenasi
sebagai berikut:
a. Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenasi meliputi
ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan (gangguan hidung dan
tenggorokan), seperti epitaksis (kondisi akibat luka/kecelakaan, penyakit rematik
akut, hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah, dan kanker), obstruksi
nasal (kondisi akibat polip, hipertrofi tulang hidung, tumor, dan influenza), dan
keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernapasan. Pada tahap pengkajian
keluhan atau gejala, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah infeksi kronis dari
hidung, sakit pada daerah sinus, otitis media, keluhan nyeri pada tenggorokan,
kenaikan suhu tubuh hingga sekitar 38,5°C, sakit kepala, lemas, sakit perut hingga
muntah-muntah (pada anak-anak), faring berwarna merah, dan adanya edema.
b. Pengkajian Fisik
1) Inspeksi
 Penentuan tipe jalan napas, seperti menilai apakah napas spontan melalui
hidung, mulut, oral, nasal, atau menggunakan selang endotrakeal atau
trakeostomy, kemudian menentukan status kondisi seperti kebersihan, ada
atau tidaknya sekret, perdarahan, bengkak, atau obstruksi mekanik.
 Perhitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu menit. Umumnya wanita
bernapas sedikit lebih cepat. Apabila kurang dari 10 kali per menit pada
orang dewasa, kurang dari 20 kali per menit pada anak-anak, atau kurang dari
30 kali per menit pada bayi, maka disebut sebagai bradipnea atau pernapasan
lambat. Gejala ini juga dijumpai pada keracunan obat golongan barbiturate,
uremia, diabetes, miksedema, dan proses desak ruang intrakranium. Bila
lebih dari 20 kali per menit pada orang dewasa, kurang dari 30 kali per menit
pada anak-anak, atau kurang dari 50 kali per menit pada bayi, maka disebut
takipnea atau pernapasan cepat.
 Pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu adalah torakal, abdominal, atau
kombinasi keduannya. Pernapasan torakal atau dada adalah untuk menilai
sifat pernapasan, seperti mengembang dan mengempisnya rongga toraks
sesuai dengan irama inspirasi dengan ekspirasi. Pernapasan abdominal atau
perut adalah seiramanya inspirasi dengan mengembangnya perut dan
ekspirasi dengan mengempisnya perut. Selain itu, mengembang dan
mengempisnya paru juga diatur oleh pergerakan diafragma. Sifat pernapasan
khususnya pada neonates umumnya adalah abdominal torakoabdominal,
karena otot interkostal masih lemah.
 Pengkajian irama pernapasan, yaitu dengan menelaah masa inspirasi dan
ekspirasi. Pada orang dewasa sehat, irama pernapasannya teratur dan menjadi
cepat jika terjadi pengeluaran tenaga dalam keadaan terangsang atau emosi.
Kemudian yang perlu diperhatikan pada irama pernapasan adalah
perbandingan antara inspirasi dan ekspirasi. Pada keadaan normal, ekspirasi
lebih lama daripada inspirasi 2:1. Ekspirasi yang lebih pendek dari inspirasi
terjadi pada orang yang mengalami sesak napas. Dalam keadaan normal,
perbandingan antara frekuensi pernapasan dengan frekuensi nadi adalah 1:1,
sedangkan pada keracunan obat golongan berbiturat perbandingannya
menjadi 1:6. Penyimpangan irama, seperti pernapasan kussmaul, dijumpai
pada keracunan alkohol, obat bius, diabetes, uremia, dan proses desak ruang
intrakranium. Pernapasan biot ditemukan pada pasien kerusakan otak.
Pernapasan cheynestoke dapat ditemui pada pasien keracunan obat bius,
penyakit jantung, penyakit paru, penyakit ginjal kronis, dan perdarahan pada
susunan saraf pusat.
 Pengkajian terhadap dalam/dangkalnya pernapasan. Pada pernapasan yang
dangkal, dinding toraks tampak hampir tidak bergerak. Gejala ini timbul jika
terhadap emfisema atau jika pergerakan dinding toraks menimbulkan rasa
sakit dan juga pada rongga toraks terjadi proses desak ruang. Seperti
penimbunan cairan dalam rongga pleura dan pericardium serta konsolidasi
yang dangkal dan lambat.
2) Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan, seperti nyeri tekan yang
dapat timbul akibat luka, peradangan setempat, metastasis tumor ganas,
pleuritis, atau pembengkakan dan benjolan pada dada. Palpasi dilakukan untuk
menentukan besar konsistensi, suhu, apakah dapat atau tidak digerakan dari
dasarnya.
3) Perkusi
Pengkajian ini bertujuan untuk menilai normal atau tidaknya suara perkusi
paru. Suara perkusi normal adalah suara perkusi sonor, yang bunyinya seperti
kata “dug dug”. Suara perkusi lainnya dianggap tidak normal yaitu redup,
pekak, hipersonor.
4) Auskultasi
 Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai adanya suara napas, diantaranya
suara napas dasar dan tambahan.
 Suara vesikuler yaitu suara inspirasi lebih keras dan lebih tinggi nadanya.
Suara vesikuler dapat didengar pada sebagian paru.
 Suara bronkhial yaitu suara yang bisa kita dengar saat inspirasi dan ekspirasi.
Suara bronchial terdengar didaerah trakea dekat bronkus, dalam keadaan
tidak normal bisa terdengar seluruh daerah paru.
 Suara bronkovaskular yaitu suara yang terdengar antara vesikuler dan
bronkhial, ketika ekspirasi menjadi lebih panjang, hingga hampir menyamai
inspirasi. Suara ini lebih terdengar pada manubrium sterni.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Selain pemeriksaaan laboratorium, Hb, Leukosit, dan lain-lain yang dilakukan
secara rutin, juga dilakukan pemeriksaan sputum guna melihat kuman dengan cara
mikroskopis. Uji reistansi dapat dilakukan secara kultur, untuk melihat sel tumor
dengan pemeriksaan sitologis. Bagi pasien yang menerima pengobatan dalam
waktu lama, harus dilakukan pemeriksaan sputum secara periodic.
d. Pemeriksaan Diagnostik
1) Rontgen dada
Penapisan yang dapat dilakukan, misalnya untuk melihat lesi paru pada
penyakit tuberculosis, mendeteksi adanya tumor, benda asing, paru
membengkak, penyakit jantung, dan untuk melihat struktur yang abnormal.
2) Fluroskopi
Pemeriksaan ni dilakukan untuk mengetahui kardiopulmonum misalnya
kerja jantung, diafragma, dan kontraksi paru.
3) Bronkografi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat secara visual bronkus sampai
dengan cabang bronkus pada penyakit gangguan bronkus atau kasus
diplancement dari bronkus.
4) Angiografi
Pemeriksaan ini untuk membantu menegakkan diagnosis tentang keadaan
paru, emboli atau tumor paru, aneurisma, emfiesma, kelainan kongiental, dan
lain-lain.
5) Endoskopi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melakukan diagnostik dengan cara
mengambil sekret untuk pemeriksaan, melihat lokasi kerusakan, biospi jaringan,
untuk pemeriksaan sitologi, mengetahui adanya tumor, melihat letak terjadinya
pendarahan, untuk terapeutik, misalnya mengambil benda asing dan
menghilangkan sekret yang menutupi lesi.
6) Radio Isotop
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai lobus paru, melihat adanya
emboli paru. Ventilasi scanning untuk mendeteksi ketidaknormalan ventilasi,
misalnya pada emfisema. Scanning gallium untuk mendeteksi peradangan pada
paru.
7) Mediastinoskopi
Merupakan endoskopi mediastinum untuk melihat penyebaran tumor.
Mediastinoskopi bertujuan untuk memeriksa mediastinum bagian depan dan
menilai aliran limpa pada paru, biasanya dilakukan pada penyakit saluran
pernapasan bagian atas.

8. Masalah Keperawatan Terkait


Menurut Hidayat dan Uliyah (2019) Diagnosa Keperawatan yang dapat ditegakkan
yaitu :
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
b. Ketidakefektifan Pola Napas
c. Gangguan Pertukaran Gas
Menurut NANDA 2017-2019 Diagnosa Keperawatan Oksigenasi yang dapat
ditegakkan yaitu :
a. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi : Inspirasi dan ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat.
1) Faktor yang Berhubungan :
 Ansietas
 Cedera medulla spinalis
 Deformitas dinding dada
 Deformitas tulang
 Disfungsi neuromuskular
 Gangguan muskuloskeletal
 Gangguan neurologis
 Hiperventilasi
 Imaturitas neurologis
 Keletihan
 Keletihan otot pernapasan
 Nyeri
 Obesitas
 Sindrom hipoventilasi
 Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
2) Batasan Karakteristik :
 Bradipnea
 Dispnea
 Fase ekspirasi memanjang
 Orthopnea
 Penggunaan otot bantu pernapasan
 Penggunaan posisi tiga-titik
 Peningkatan diameter anterior-posterior
 Penurunan kapasitas vital
 Penurunan tekanan ekspirasi
 Penurunan tekanan inspirasi
 Penurunan ventilasi semerut
 Pernapasan bibir
 Pernapasan cuping hidung
 Perubahan ekskursi dada
 Pola napas abnormal
 Takipnea
b. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi : Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran
napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
1) Faktor yang Berhubungan :
 Lingkungan ( perokok, perokok pasif, terpajan asap)
 Obstruksi jalan napas ( adanya jalan napas buatan, benda asing dalam
jalan napas, eksudat dalam alveoli, hyperplasia pada dinding bronkus,
sputum berlebihan, penyakit paru obstruksi kronis, sekresi yang tertahan,
spasme jalan napas)
 Fisiologis ( asma, disfungsi neuromuscular, infeksi, jalan napas alergik)
2) Batasan karakteristik
 Batuk yang tidak efektif
 Dispnea
 Gelisah
 Kesulitan verbalisasi
 Mata terbuka lebar
 Orthopnea
 Penurunan bunyi napas
 Perubahan frekuensi napas
 Perubahan pola napas
 Sianosis
 Suara napas tambahan
 Tidak ada batuk

9. Tujuan Kriteria (Noc) & Rencana Tindakan (Nic)


a. Ketidakefektifan Pola Napas
Menurut Moorhead, et al 2019 NOC(Nursing Outcomes Classification) yang
dapat ditegakkan yaitu:
1) Status Pernafasan
Definisi : Proses keluar masuknya udara ke paru-paru serta pertukaran
karbondioksida dan oksigen di alveoli.
Tujuan : Pasien mampu mencapai status pernafasan yang efektif.
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Frekuensi pernafasan
2 Irama pernapasan
3 Kedalaman inspirasi
4 Suara auskultasi nafas
5 Volume tidal
Skala:
1 : Deviasi berat dari kisaran normal
2 : Deviasi cukup berat dari kisaran normal
3 : Deviasi sedang dari kisaran normal
4 : Deviasi ringan dari kisaran normal
5 : Tidak ada deviasi dari kisaran normal
Menurut Bulechek, et al 2019 NIC(Nursing Interventions Classification) yang
dapat ditegakkan yaitu :
a. Managemen Jalan Napas
Aktivitas :
1) Monitor kebutuhan aktual pasien
2) Monitor status pernapasan dan oksigenasi pasien
3) Buka jalan napas dengan tehnik chin lift
4) Posisikan klien untuk memaksimalkan pernapasan
5) Auskultasi suara napas
6) Lakukan fisioterapi dada
7) Ajari bagaimana agar pasien dapat batuk efektif
8) Ajari pasien untuk latihan napas
9) Kelola nebulizer ultrasonic
10) Kelola pengobatan aerosol
b. Monitor Pernapasan
Aktivitas :
1) Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernafas
2) Monitor suara nafas tambahan
3) Monitor pola nafas pasien
4) Monitor keluhan sesak pasien
5) Auskultasi suara nafas
6) Posisikan pasien miring kesamping sesuai dengan indikasi untuk mencegah
aspirasi, lakukan teknik log roll, jika pasien diduga mengalami cedera leher
7) Buka jalan nafas dengan menggunakan maneuver chin lift atau jaw thrust
dengan tepat
8) Berikan bantuan resusitasi jika diperlukan
9) Berikan bantuan terapi nafas jika diperlukan
10) Buka jalan nafas dengan menggunakan maneuver chin lift atau jaw thrust
dengan tepat
11) Pasang sensor pemantau oksigen non-invasif, pasang alat pada jari, dengan
mengatur alarm pada pasien berisiko tinggi sesuai dengan prosedur tetap
yang ada
b. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Menurut Moorhead, et al 2019 NOC (Nursing Outcomes Classification) yang
dapat ditegakkan yaitu:
1) Status Pernafasan : Kepatenan Jalan Nafas
Definisi: Saluran trakeobronkial yang terbuka dan lancar untuk pertukaran
udara.
Tujuan : Pasien mampu mencapai status pernafasan: kepatenan jalan nafas yang
efektif.
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Tersedak
2 Batuk
3 Kemampuan untuk
mengeluarkan sekret
4 Suara nafas tambahan
5 Dispnea saat istirahat
Skala:
1 : Deviasi berat dari kisaran normal
2 : Deviasi cukup berat dari kisaran normal
3 : Deviasi sedang dari kisaran normal
4 : Deviasi ringan dari kisaran normal
5 : Tidak ada deviasi dari kisaran normal
Menurut Bulechek, et al 2019 NIC(Nursing Interventions Classification) yang
dapat ditegakkan yaitu:
1) Fisioterapi Dada
Aktivitas :
 Monitor status respirasi pasien
 Memposisikan segmen paru yang akan dilakukan fisioterapi dada
 Lakukan fisioterapi dada minimal dua jam setelah makan
 Gunakan bantal untuk menopang posisi pasien
 Lakukan getaran setelah fisioterapi dada
 Anjurkan untuk batuk setelah tindakan
 Kenali ada tidaknya kontra indikasi dilakukannya fisioterapi dada
 Instruksikan pasien agar mengeluarkan nafas dengan teknik nafas dalam
 Jelaskan tujuan dan prosedur fisioterapi dada
 Kolaborasikan dengan dokter tindakan suction jika diperlukan
2) Pemberian obat : Inhalasi
 Monitor tanda-tanda vital pasien
 Monitor pasien saat diberikan obat inhalasi
 Gunakan prinsip 6 benar
 Pertahankan aturan dan prosedur yang sesuai
 Catat tanggal kadaluwarsa obat
 Catat alergi yang dialami pasien
 Siapkan obat-obatan dan alat-alat pada pasien
 Hindari pemberian obat yang tidak diberi label
 Beritahukan pasien mengenai obat yang akan diberikan
 Verifikasi dengan dokter resep obat sebelum pemberian obat
Sumber Pustaka

Bulechek, M Gloria Et Al. 2019 . Nursing Interventions Classifikation (NIC) Edisi


Keenam. Elsevier, Global Rights
Herdman, T Heather dan Higemi Kamitusu. 2019. Nanda internasional Inc Diagnosis
Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2017-2019. EGC, Jakarta
Hidayat, Aziz Alimun dan Musrifatul Uliyah. 2019. Pengantar kebutuhan Manusia.
Salemba Medika, Jakarta
Moorhead, Ue, Et Al. 2019. Nursing Outcome Classification (NOC) Edisi Kelima.
Elsevier, Global Rights
Potter, Patricia dan Anne G, Perry. 2019. Fundamental Keperawatan. Salemba Medika,
Jakarta
Tarwoto dan Wartonah. 2019. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Salemba Medika, Jakarta

LAPORAN KASUS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR


ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN GANGGUAN SISTEM
KARDIOVASKULER (CHF) DI BANGSAL AKAR WANGI RSUD PANDAN
ARANG BOYOLALI
NAMA :RIDWAN FAJAR PRASETYO

NIM : 202112074

TEMPAT PRAKTIK : BANGSAL AKAR WANGI RSUD PANDAN ARANG

PROGAM STUDI DIPLOMA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA

2023

TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian :

a. Identitas pasien :

Nama : Ny. S

TTL : 08 April 1954


Umur : 69 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Sidomulyo , Boyoali

Dagnosa medis : CHF, DM, Suspect TB

b. Identitas penanggung jawab

Nama : Wandi

Umur :

Jenis kelamin : Laki-Laki

Alamat : Sidomulyo, Boyolali

Hubungan klien : Anak

c. Keluhan utama

Pasien mengatakan sesak nafas

d. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat penyakit sekarang :

Pasien rujukan dari RS Hidayah datang dengan CHF, syok kardiogenik


dan DM Tipe II pro Sp. JP, pasien datang ke RSPA dengan sadar
penuh dengan keluhan sesak sejak hari sabtu, pasien merasakan
keluhan sesak terus menerus. Keluhan lain perut terasa nyeri dibagian
ulu hati. Kepala juga terasa pusing, seperti tertekan. pasien dirawat di
RS Hidayah sejak sabtu kemarin karena sesak nafas, muntah, nyeri
perut dan nyeri boyok. pasien dirawat di ruang HCU karena tensi drop.

2) Riwayat penyakit dahulu :

Keluarga pasien mengatakan bahwa Ny. S emiliki riwayat penyakit


gula dan CHF
3) Riwayat penyakit keluarga :

Keluarga pasien mengatakan tidak ada Riwayat penyakit keluarga

e. Pola kebiasaan sehari hari

1) Pola persepsi kegiatan dan menejemen Kesehatan

Sebelum sakit : pasien mengatakan sehat itu bisa istirahat dengan baik,
tidak lemah dan tidak terganggu kegiatan sehari-harinya.

Setelah sakit: Pasien mengatakan selama sakit tidak bisa beristirahat


dengan nyaman. Pasien mengatakan memeriksakan diri ke rumah sakit
merupakan salah satu upaya untuk mencapai kesehatan.

2) Pola nutrisi
Sebelum sakit: Pasin mengatakan nafsu makan normal dengan
frekuensi makan 3 kali dalam satu hari. Pasien mengatakan makan
dengan porsi sedikit.

Setelah sakit: Pasien mengatakan nafsu makan berkurang dengan


frekuensi makan 3 kali dalam satu hari dengan porsi yang sedikit.
Pasien mengatakan lebih suka memakan buah buahan
3) Pola eliminasi
BAB
Sebelum sakit: pasien mengatakan jika bab lancar dengan frekuensi 1
kali dalam sehari, warna kuning kecoklatan, konsistensi lembek, tidak
ada konstipasi.

Setelah sakit:pasien mengatakan BAB sekali sehari setiap pagi,


dengan warnah hitam, tekstur keras, pasien mengatakan agak sakit
ketika BAB
BAK
Sebelum sakit : pasien mengatakan BAK 2-3 kali dalam satu hari
dengan warna kekuningan dan bau khas

Setelah sakit pasien mengatakan, buang air kecil hanya satu kali dalam
sehari dengan jumlah sedikit

4) Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit pasien mengatakan tidur normal kurang lebih 5-8 jam.
Setelah sakit pasien mengatakan tidak bisa tidur karna sesak nafas,
pasien mengatakan tidak tidur selama 2 hari

5) Pola aktifitas dan Latihan

Sebelum sakit keluarga pasien mengatakan pasien biasanya ke sawah


jam 07.00 sampai jam 12.00 dan berangkat lagi lalu pulang jam16.30,
pasien juga mengatakan sering berjualan di pasar.

Setelah sakit pasien menghabiskan waktunya dengan berada di atas


tempat tidur karena lemas dan sesak nafas

6) Pola kognitif

Keluarga pasien mengatakan masih memiliki daya ingat yang kuat dan
sering cemas karena penyakitnya, pasien dapat mendengar dan melihat
dengan baik. pasien dapat berbicara dengan jelas dan paham dengan
pesan yang disampaikan, pengambilan keputusan dipilih sesuai
pertimbangan terbaiknya.

7) Pola hubungan pasien

Keluarga pasien mengatakan hubungan dengan keluarga dan


masyarakat baik. paasien mampu berkomunikasi dengan baik dengan
orang lain, dan mampu menangkap pembicaraan dengan lawan
bicaranya.

8) Pola seksual dan reproduksi

Pasien mengatakan memiliki 4 orang anak (2 putra dan 2 putri)

9) Pola konsep diri

1. Gambaran diri
Pasien mengatakan mengetahui tentang penyakit hang di
deritanya, pasien mengatakan sedikit cemas dengan penyakit
yang di deritanya.
2. Harga diri
Pasien mengatakan tidak malu dengan penyakit yang di derita
saat ini
3. Ideal diri
Pasien mengatakan semangat untuk sembuh dan yakin bisa
sembuh karna pasien termotivasi oleh keluarga terutama anak.

f. Pemeriksaan umum

1) Keadaan umum : sedang

2) Kesadaran : somnolen

3) TTV :

TD = 120/80mmhg

N = 112kpm

RR = 26kpm

S = 36,10C

SPO2 = 90 %

g. Pemeriksaan sistematis: Pemeriksaan Fisik Head To Toe

1) GCS : E= 9 M= 0 V = 5 Total = 9

2) Kulit kepala : bersih, tidak ada luka, tidak ada benjan, tidak ada nyeri
tekan.

3) Rambut : rontok , sebagian sudah berwarna putih.

4) Wajah : simetris , tidak ada luka

5) Mata : simetris, gerakan bola mata normal, refleks pupil saat terkena
cahaya baik.

6) Telinga : simetris, tidak da penumpukan serumen, tidak ada benjolan

7) Hidung : bersih, bentuk simetris, tidak ada luka


8) Mulut : bersih, tidak ada stomatitis

9) Bibir : mukosa bibir lembab

10) Gigi : lengkap

11) Leher : simetris

12) Dada

jantung :
inspeksi : Dada simetris, tidak ada lesi/ bekas luka, tidak
ada otot bantu nafas
palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
perkusi : Pekak
auskultasi : Mur-mur
Paru- Paru:
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada lesi/ bekas luka, tidak
ada otot bantu nafas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
Perkusi : Sonor
auskultasi : Terdengar suara wheezing
abdomen :
inspeksi : Datar, tidak ada lesi, tidak ada benjolan
auskultasi : Bising usung terdengar 15 kali / mnt
palpasi :Tidak ada nyeri tekan
perkusi : timpany

13) Genetila : Terpasang Dc kateter

14) Ekstermitas : Edema

h. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan darah lengkap

NILAI
PEMERIKSAAN HASIL RUJUKAN SATUAN METODA
HEMATOLOGI
Hemoglobin 10,2 12.3-17,0 gr/dl Colorimetric
Hematokrit 39.5 L 42-62 % Analyzer Calculates
Lekosit 8600 5-14.5 ribu/ul Impedance
Trombosit 140 139-335 ribu/ul Impedance
Eritrosit 3,42 4,0-5.9 ribu/juta Impedance
MPV 9,0 6.5-12,00 fL
PDW 9.3 9,0-17,0 -
INDEX
MCV 91.2 82,0-92,0 Fl Analyzer Calculates
MCH 30.5 28-33 Pg Analyzer Calculates
MCHC 33.4 32,0-37,0 % Analyzer Calculates
HITUNG JENIS
Neutrofil% 81.6 H 50-70 %
Limfosit% 13.2 L 20-40 %
Monosil% 4.6 3.0 - 9.0 %
Eusinofil% 0.5 0.5-5.0 %
Basofil 0.1 0.0-1.0 %
NLR 6.18 H <3.13 %
ALC 1.04 H <1.5 %
RDW-CV 13.2 11.0 - 16.0 % Analyzer Calculates
RDW-SD 44.4 Fl Analyzer Calculates
KIMIA
GULA DARAH
Glukosa Darah Sewaktu 114 70-150 mg/100ml GOD-PAP
HATI
SGOT 79 H 0-46 U/I IFCC
SGPT 87 H 0-42 U/I IFCC
GINJAL
Kreatinin 0.87 <1.0 mg/100ml Jaffe
Ureum 42 Oct-50 mg/dl Modif Berhelot
2. Analisa Gas Darah

Analisa Gas Hasil Satuan Nilai Rujukan Metode


Darah

PCO2 53,0 H mmhg 35,0-45,0


PO2 56,0 L mmhg 80-100

HCO3 35,7 H mmool/L 22,0-26,0

TCO2 37,4 H mmool/L 24,0-31,0

Base Excess 9,3 H mmool/L (-2)-2


(Beb)

O2 91,0 L % 94-98
saturasi(SO2)

Gula Darah 240 H mg/dl 70-125 Hexokinase


Sewaktu

i. Terapi Obat

Injeksi :

Meprovent

Pycin 1500 mg

Omeprazole 40ng/10 ml

Oral:

Ramipil

Cardievol

Atorvastain

Lactulosa
j. Analisa data

NO Tanggal/ Data focus etiologi Problem


jam

1. 13 jun 2023 Ds : Gangguan


10.00 pasien mengatakan Ketidakseimbangan pertukaran gas
sesak nafas ventilasi-perfusi
Pasien mengatakan
sedikit pusing tapi
sudah mereda
Penglihatan pasien
kadang sedikit
kabur
Kadar pco2 = 53,0
Do : :
TD=
N=
RR=
S=
SPO2 :
Terpasang nassal
kanul 3 lpm
Terdengar suara
wheezing

2. 13 Juni Ds: Perubahan Penurunam


2023 Pasien mengatakan afterload curah jantung
10.00 sesak nafas
Do :
Crt : Crt >3 dtk
Nadi teraba lemah
Pasien tampak pucat
k. Diagnose keperawatan dan Prioritas Diagnosa

1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan


Ventilasi Perfusi

2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload

1. Perencanaan tindakan keperawatan

NOPROBLEM ETIOLOGI KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


HASIL

1. Gangguan Ketidaksei Setelah Pemantauan Respirasi O:


pertukaran mbangan dilakukan O:
1. Untuk
gas Ventilasi- Tindakan Monitor pola nafas
mengetahui
pervusi selama 3x8 jam
Monitor apakah adanya
diharapkan :
frekuensi,irama,kedalaman gangguan pada
1. Pasien
dan upaya nafas pola nafas
tidak
2. Mengetahui
merasakan
Monitor saturasi 02 apakah ada
sesak nafas
hambatan
2. Saturasi T:
upaya nafas
O2 : 95% <
Atur interval pemantauan 3. Mengetahui

respirasi sesuai kondisi kadar o2 dlm

pasien darah

T:
Dokumentasikan hasil
1. Agar waktu
pemantauan
istirahat pasien
tetap terjaga

E: 2. Hasil
pemeriksaan harus
Jelaskan tujuan pemantauan selalu di
dokumentasikan

E:
1. Agar pasien
mengetahui tujuan
dari tindakan yang
dilakukan

3. Penurunan Perubahan Setelah O: O:


Curah Afterload dilakukan
1. Monitor tanda/gejala 1. Mengrtahui
Jantung Tindakan
primer penurunan curah fungsi jantung
selama 3x8jam
jantung( meliputi dispnea, 2. Mengetahui
diharapkan
kelelahan, edema, kadar O2
durasi tidur
ortopnea, peningkatan cvp) dalam darah
pasien dapat
2. Monitor spo 2 3.
meningkat
3. Monitor tekanan darah
dengan kriteria T:
hasil : 1.posisi semi
T: fowler/ fowler
1. CRT kurang
1.Posisikan pasien fowler atau dapat
dari 3 detik
semi fowler mempengaruhi
2. Pasien
curah jantung dan
tampak 2. Fasilitasi pasien dan
dapat meringankan
lebih segar keluarha untuk memodifikasi
gejala sesak nafas
3. Nadi teraba gaya hidup sehat
kuat 2. Gaya hidup
3.Beri dukungan emosional
4. Pasien sehat dapat
dan spiritual
mengatakan mempengaruhi
keluhan E: kesehatan jantun
sesak nafas Anjurkan melakukan aktifitas
3. faktor spiritual
fisik sesuai toleransi
dan emosional
hilang K: berpengaruh
Kolaborasi dengan dokter terhadap
pemberian obat kesembuhan
pasien

E:
1.Mencegah
kekakuan sendi

K:
Kolaborasi
pemberian terapi
obat untuk
menurunkan gejala
yg diderita pasien

3. Pelaksanaan tindakan keperawatan / Implementasi

NO TGL/ DX IMPLEMENTASI EVALUASI TTD


JAM RESPON

1 13, Juni Gangguan Memonitor pola nafas S: Fajar


2023 pertukaran gas pasien mengatakan
berhubungan sesak nafas
dengan ventilasi O:
perfusi TD : 90/70 mmhg
N : 72kpm
RR : 24kpm
S : 36,30C
SPO2 : 87%
Terpasang nassal
kanul 3 lpm
Terdengar suara
wheezing

10.00 Gangguan Memonitor SPO2 S: Fajar


pertukaran gas Pasien mengatakan
berhubungan bersedia untuk
dengan ventilasi O
perfusi : Pasien terlihat
berbaring di tempat
tidur dan terpasang
nassal kanul 3 lpm

11.00 ketidakefektifan Mengkolaborasikan S: pasien mengatakan Fajar


pola nafas pemberian obat bersedia untuk di
berhubungan dengan dokter berikan obat
dengan O:
hiperventilasi Injeksi omz (10ml)
Injeksi claneksi
(10ml)

12.30 gangguan pola Mengkaji kebutuhan S: pasien mengatakan Fajar


tidur berhubungan tidur pasien setiap hari tidak bisa tidur karna
dengan kontrol sesak nafas
tidur O: pasien tampak
kesulitan tidur,
terdapat lingkaran
hitam di mata

13.00 gangguan pola Menciptakan S: pasien mengatakan Fajar


tidur berhubungan lingkungan yang bisa tidur ketika
dengan kontrol nyaman tirainya ditutup dan
tidur lingkungan tidak
ramai
O : Pasien tampak
tiduran diatas tempat
tidur

13.30 gangguan pola Memfasilitasi untuk S: Fajar


tidur berhubungan mempertahankan Pasien mengatakan
dengan kontrol aktivitas sebelum tidur tidak banyak
tidur beraktivitas selama
dirumah sakit
O:
Pasien tampak hanya
berbaring

13.45 gangguan pola Menganjurkan pasien S : Pasien mengatakan Fajar


tidur berhubungan untuk beristirahat sudah beristirahat
dengan kontrol tetapi tidur tidak bisa
tidur nyenyak
O : Pasien tampak
lesu

2 31, Mei ketidakefektifan Memonitor pola nafas S : Pasien mengatakan Fajar


2023 pola nafas sesak nafas berkurang
09.00 berhubungan O:
dengan TD : 140 mmHg
hiperventilasi S : 36,60C
N : 87 x/mnt
SPO2 : 97%
RR : 25 x/mnt
Pasien terpasang
oksigen nasal kanul 3
lpm
Masih terdengar suara
wheezing

10.00 ketidakefektifan Memposisikan semi S: Fajar


pola nafas fowler/fowler Pasien mengatakan
berhubungan posisi setengah duduk
dengan membuat nafas lebih
hiperventilasi lega
O:
Pasien terlihat lebih
rileks

11.00 ketidakefektifan Mengkolaborasikan S: Fajar


pola nafas pemberian obat Pasien mengatakan
berhubungan dengan dokter bersedia untuk
dengan diberikan obat
hiperventilasi O:
Injeksi omz (10ml)
Injeksi claneksi
(10ml)

12.30 gangguan pola Mengkaji kebutuhan S: Fajar


tidur berhubungan tidur pasien setiap hari Pasien mengatakan
dengan kontrol sudah bisa tidur
tidur namun belum terlalu
nyenyak
O:
Pasien terlihat
berbaring ditempat
tidur dan terlihat lesu

13.00 gangguan pola Menciptakan S: Fajar


tidur berhubungan lingkungan yang Pasien mengatakan
dengan kontrol nyaman badan sudah sedikit
tidur terasa nyaman dan
sesak nafas berkurang
O:
Pasien terlihat lebih
rilexs
13.30 gangguan pola Memfasilitasi untuk S: Fajar
tidur berhubungan mempertahankan Pasien mengatakan
dengan kontrol aktivitas sebelum tidur tidur lebih nyaman
tidur jika lampu dimatikan
O:
Pasien terlihat sedang
berbaring di tempat
tidur

13.45 gangguan pola Menganjurkan pasien S: Fajar


tidur berhubungan untuk beristirahat Pasien mengatakan
dengan kontrol sudah beristirahat
tidur lama selama dirumah
sakit
O:
pasien terpasang
oksigen nassal kanul 3
lpm

3 1 Juni ketidakefektifan Memonitor pola nafas S : Pasien mengatakan Fajar


2023 pola nafas sudah tidak sesak
09.00 berhubungan nafas
dengan O:
hiperventilasi TD : 130/90 mmHg
S : 36,30C
N : 80 x/mnt
SPO2 : 98%
RR : 20 x/mnt
Tidak terdengar suara
wheezing

10.00 ketidakefektifan Memposisikan semi S: Fajar


pola nafas fowler/fowler Pasien mengatakan
berhubungan nyaman dengan posisi
dengan
hiperventilasi setengah duduk
O:
Pasien terlihat rileks

11.00 ketidakefektifan Mengkolaborasikan S: Fajar


pola nafas pemberian obat Pasien mengatakan
berhubungan dengan dokter bersedia untuk
dengan diberikan obat
hiperventilasi O:
Injeksi omz (10ml)
Injeksi claneksi
(10ml)

12.30 gangguan pola Mengkaji kebutuhan S: Fajar


tidur berhubungan tidur pasien setiap hari Pasien mengatakan
dengan kontrol sudah bisa tidur
tidur dengan nyenyak
O:
Pasien terlihat
berbaring ditempat
tidur

13.00 gangguan pola Menciptakan S: Fajar


tidur berhubungan lingkungan yang Pasien mengatakan
dengan kontrol nyaman badan sudah terasa
tidur nyaman
O:
Pasien terlihat lebih
rilexs

13.30 gangguan pola Memfasilitasi untuk S: Fajar


tidur berhubungan mempertahankan Pasien mengatakan
dengan kontrol aktivitas sebelum tidur tidur lebih nyaman
tidur jika lampu dimatikan
O:
Pasien terlihat sedang
berbaring di tempat
tidur

13.45 gangguan pola Menganjurkan pasien S: Fajar


tidur berhubungan untuk beristirahat Pasien mengatakan
dengan kontrol sudah beristirahat
tidur lama selama dirumah
sakit dan badan sudah
terasa lebih baik
O:
pasien terlihat nyaman

4. Evaluasi

 Evaluasi Formatif

NO TGL/JAM DX EVALUAS TTD


I

1. 30 mei ketidakefektifan S: Fajar


2023 pola nafas pasien mengatakan
09.00 berhubungan sesak nafas
dengan O:
hiperventilasi TD : 153/94 mmhg
N : 90kpm
RR : 29kpm
S : 36,30C
SPO2 : 95 %
Terpasang nassal
kanul 3 lpm
Terdengar suara
wheezing
A:
ketidakefektifan
pola nafas
berhubungan
dengan
hiperventilasi
belum teratasi
P:
Lanjutkan
intervensi

1. Monitor pola
nafas
2. Pertahankan
kepatenan jalan
nafas

3. Posisikan semi
fowler/fowler

4. Kolaborasi
pemberian obat
dengan dokter

30 mei gangguan pola S: Fajar


2023 tidur pasien mengatakan
13.00 berhubungan tidak bisa tidur
dengan kurang karna sesak nafas
kontrol tidur
O:

pasien tampak
kesulitan tidur,
terdapat lingkaran
hitam di mata
A:

gangguan pola
tidur berhubungan
dengan kontrol
tidur belum teratasi
P : Lanjutkan
intervensi :

1. kaji kebutuhan
tidur pasien
setiap hari
2. ciptakan
lingkungan
yang nyaman

3. 31 mei ketidakefektifan S : Pasien Fajar


2023 pola nafas mengatakan sesak
15.30 berhubungan nafas berkurang
dengan O:
hiperventilasi TD : 140 mmHg
S : 36,60C
N : 87 x/mnt
SPO2 : 97%
RR : 25 x/mnt
Pasien terpasang
oksigen nasal kanul
3 lpm

Masih terdengar
suara wheezing

A:

ketidakefektifan
pola nafas
berhubungan
dengan
hiperventilasi
belum teratasi

P : lanjutkan
intervensi :

4. Monitor pola
nafas
5. Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
6. Posisikan semi
fowler/fowler
7. Kolaborasi
pemberian obat
dengan dokter

31 mei 2023 gangguan pola S: Fajar


16.40 tidur Pasien mengatakan
berhubungan sudah bisa tidur
dengan kurang namun belum
kontrol tidur terlalu nyenyak

O:
Pasien terlihat
berbaring ditempat
tidur dan terlihat
lesu

A:

gangguan pola
tidur berhubungan
dengan kurang
kontrol tidur belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervernsi :

1. kaji kebutuhan
tidur pasien
setiap hari
2. ciptakan
lingkungan
yang nyaman

 evaluasi sumatif

NO TGL/JAM DX EVALUASI TTD

1. 1 Juni ketidakefektifan S : Pasien mengatakan fajar


2023 pola nafas sudah tidak sesak nafas
21.00 berhubungan O:
dengan TD : 130/90 mmHg
hiperventilasi S : 36,30C
N : 80 x/mnt
SPO2 : 98%
RR : 20 x/mnt

Tidak terdengar suara


wheezing

A:

ketidakefektifan pola
nafas berhubungan
dengan hiperventilasi
teratasi

P:

Intervensi dihentikan,
pasien pulang

2. 1 Juni 2023 gangguan pola S: Fajar


21.30 tidur Pasien mengatakan sudah
berhubungan bisa tidur dengan
dengan kurang nyenyak
kontrol tidur
O:
Pasien terlihat berbaring
ditempat tidur

A:

gangguan pola tidur


berhubungan dengan
kurang kontrol tidur
teratasi
P:
Intervensi dihentikan,
pasien pulang

Anda mungkin juga menyukai