Anda di halaman 1dari 11

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA OKSIGENASI

LAPORAN PENDAHULUAN

Disusun Oleh :

SRIYANA DEWI

421J0027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MAHARDIKA

CIREBON

2021

Laporan Pendahuluan

I. Konsep Kebutuhan Oksigenasi

I.1 Definisi / Deskripsi Kebutuhan Oksigenasi


Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam
tubuh, oksigen berperan penting bagi proses metabolisme sel secara fungsional. Tidak adanya
oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan
dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan
yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh. Oksigenasi adalah sebuah proses dalam
pemenuhan kebutuhan O2 dan pembuangan CO2. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak
terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu
organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Apabila lebih
dari 4 menit seseorang tidak mendapatkan oksigen, maka akan berakibat pada kerusakan otak
yang tidak dapat diperbaiki dan kemungkinan berujung fatal seperti meninggal (Kusnanto,
2016).

I.2 Fisiologi Sistem / Fungsi Normal Sistem pernafasan

Pernafasan merupakan proses pertukaran udara diantara individu dan


lingkungannyadimana O2 yang dihirup (inspirasi dan CO2 yang dibuang (ekspirasi).
System pernafasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa
ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan, diafragma, isi abdomen,
dinding abdomen, dan pusat pernafasan diotak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernapasan
antara 12-15 kali permenit.
1. Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal ( pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan
pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara umum,
proses ini berlangsung dalam langkah, yakni ventilasi pulmoner, pertukaran gas
alveolar, serta transpor oksigen dan karbondioksida.
a. Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses ventilasi
sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus. Proses
ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jalan napas yang bersih,
sistem saraf pusat dan sistem pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu
mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplian paru yang adekuat.
b. Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernapasan berikutnya adalah difusi
oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan
molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi
atau bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan membran kapiler
dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan tekanan gas.
c. Transport oksigen dan karbondioksida
Tahap ketiga pada proses pernafasan adalah transport gas-gas pernafasan pada
proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan karbondioksida
diangkut dari jaringan kembali menuju paru.
2. Pernapasan Sistemik
Pernapasan internal mengacu pada proses metabolisme intrasel yang berlangsung
dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan menghasilkan karbondioksida
selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini, darah yang banyak
mengandung oksigen dibawa keseluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik

I.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Sistem Oksigenasi


A. Factor Fisiologi
a. Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia
b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas
bagian atas
c. Hipovo;emia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2
terganggu
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, lika dan lain-lain.
e. Kondisi yang mempengaruhi kondisi dindinng dada seperti pada kehamilan, obesitas,
muskulus skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti tbc paru
B. Faktor Perkembangan
a. Bayi premature yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
b. Bayi dan toddler adanya resiko infeksi saluran pernafasan akut
c. Anak usia sekolah dan remaj, rsiko saluran infeksi pernapasan dan merokok
d. Dewasa muda dan pertengahan diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
e. Dewasa tua adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosclerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun
C. Faktor Perilaku
a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang
buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak
menimbulkan arterioklerosis
b. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen
c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah parifer dan coroner
d. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebakan intake nutrisi/fe menurun
mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol menyebabkan depresi pusat
pernapasan
e. Keccemasan : meningkatkan metabolism meningkat
D. Faktor Lingkungan
a. Tempat kerja
b. Sushu lingkungan
c. Ketinggian tempat dan permukaan laut
Perubahan fungsi system pernafasan merupakan hiperventilasi, hipoventilasi,
hipoksia dan kerusakan atau gangguan ventilasi
I.4 Macam-macam Gangguan yang Mungkin Terjadi pada Sistem Oksigenasi

A. Gangguan irama / frekuensi pernapasan


1. Gangguan irama pernafasan antara lain
a. Pernapasan cheyne stokes yaitu siklus pernapasan yang amplitudonya mula-
mula dangkal, makin naik kemudian makin menurun dan berhenti. Lalu
pernapasan dimulai lagi dengan siklus baru. Jenis pernapasan ini biasanya
terjadi pada klien agal jantung kongesti, peningkatan tekanan intrakranial,
overdosis obat.
b. Pernapasan biot yaitu pernapasan yang mirip dengan pernapasan cheyne
stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea, keadaan pernapasan ini
kadang ditemukan pada penyakit radang selaput otak
c. Pernafasan kusmaul yaitu pernapasan dan jumlah dan kedalaman meningkat
sering melebihi 20kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat ditemukan pada
klien dengan asidosisi metabolic dan gagal ginjal.
2. Gaangguan frekuensi pernapasan
a. Takipnea/hipernea yaitu frekuensi pernapasan yang jumlahnya meningkat
diatas frekuensi normal
b. Bradipnea yaitu kebalikan dari takipnea dimana frekunsi pernapasan yang
jumlahnya menurundibawah frekuensi pernapasan normal
B. Gangguan frekuensi pernapasan
a. Takipnea
Takipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya meningkat dan melebihi
jumlah frekuensi pernapasan normal.
b. Bradipnea
Bradipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya menurun dengan
jumlah frekuensi pernapasan dibawah frekuensi pernapasan normal. 3.
Insufisiensi pernapasan Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi
menjadi tiga kelompok utama yaitu ;
a) Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti :
1) Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomyelitis, transeksi
servikal.
2) Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma,
emfisema, TBC, dan lain-lain.
b) Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru
1) Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang
misalnya kerusakanjaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain.
2) Kondisi yang menyebabkan penebalan membrane pernapasan,
misalnya pada edema paru, pneumonia, dan lainnya. 3) Kondisi
yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak normal
dalam beberapa bagian paru, misalnya pada thrombosis paru.
c) Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari
paru-paru ke jaringan
1) Anemia merupakan keadaan berkurangnya jumla total hemoglobin
yang tersedia untuk transfor oksigen.
2) Keracunan karbon dioksida yang menyebabkan sebagian besar
hemoglobin menjadi tidak dapat mengangkut oksigen.
3) Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh curah
jantung yang rendah.
C. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi terjadinya kekurangan oksigen di dalam jaringan.
Hipoksia dapat dibagi kedalam empat kelompok yaitu hipoksemia, hipoksia
hipokinetik, overventilasi hipoksia, dan hipoksia histotoksik.
a. Hipoksemia
Hipoksemia merupakan kondisi kekurangan oksigen didalam darah
arteri. Hipoksemia terbagi menjadi dua jenis yaitu hipoksemia hipotonik
(anoksia anoksik) dan hipoksemia isotonic (anoksia anemik). Hipoksemia
hipotonik terjadi jika tekanan oksigen darah arteri rendah karena
karbondioksida dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik
terjadi jika oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat diikat
hemoglobin sedikit. Hal ini dapat terjadi pada kondisi anemia dan keracunan
karbondioksida.
b. Hipoksia hipokinetik
Hipoksia hipokinetik merupakan hipoksia yang terjadi akibat adanya
bendungan atau sumbatan. Hipoksia hipokinetik dibagi menjadi dua jenis
yaitu hipoksia hipokinetik iskemik dan hipoksia hipokinetik kongestif. C.
c. Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang
berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari
penggunaannya.
d. Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan disaat darah di kapiler jaringan
mencukupi, tetapi jaringan tidak dapt menggunakan oksigen karena
pengaruh racun sianida. Hal tersebut mengakibatkan oksigen kembali dalam
darah vena dalam jumlah yang lebih banyak daripada normal (oksigen darah
vena meningkat).
II. Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi

II.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan terhadap status oksigenasi terdiri atas pengkajian riwayat,
pemeriksaan fisik, tinjauan data diagnostik yang relevan (Kozier dan Erb).

2.1.1 Riwayat Keperawatan


1. Riwayat Kesehatan
Meliputi pengkajian tentang riwayat masalah kesehatan pada sistem
pernapasan dulu dan sekarang, gaya hidup, adanya batuk, sputum, nyeri,
dan adanya faktor resiko untuk gangguan status oksigenasi.
a. Masalah pada pernapasan (dahulu dan sekarang)
b. Riwayat penyakit
1) Nyeri
2) Paparan lingungan
3) Batuk
4) Bunyi nafas
5) Faktor resiko penyakit paru
6) Frekuensi infeksi pernapasan
7) Masalah penyakit paru masa lalu
8) Riwayat penggunaan obat
c. Kebiasaan promosi kesehatan : kebiasaan merokok, kebiasaan dalam
bekerja yang dapat memperberat masalah oksigenasi
d. Stressor yang dialami
e. Status mental dan atau kondisi kesehatana.

2.1.2 Pemeriksaan Fisik


a. Inspeksi. Pada saat melakukan inspeksi, perawat mengamati dan
menilai:
1) Tingkat kesadaran pasien
2) Keadaan umum
3) Postur tubuh
4) Turgor kulit dan membran mukosa
5) Dada (kontur rongga interkosta, diameter anteroposterior, struktur
toraks, pergerakan dinding dada)
6) Pola napas (frekuensi dan kedalaman pernapasan, durasi inspirasi
dan ekspirasi)
b. Palpasi
Dilakukan dengaan menggunakan tumit tangan pemeriksa mendatar
diatas dada pasien. Saat palpasi, perawat menilai :
1) Taktil fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan
memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara ulang. Normalnya,
fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat dan meningkat
pada kondisi konsolidasi. Getaran meningkat : pneumonia,
penumpukan sekret, atektasis yang belum totalm infark atau fibrosis
paru. Getaran menurun : efusi pleura, pneumothorak, penebalan
pleura, emfisema atau sumbatan bronkus.
2) Dinding thorak: adakah pulsasi, rasa nyeri, tumor, cekungan ? Serta
bandingkan perbedaan dinding thorak bagian kanan dan kiri. c.
Perkusi Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk
organ dalam serta mengkaji adanya abnormalitas, cairan / udara
dalam paru. Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan / gaung
perkusi. Berikut beberapa macam suara ketukan yang timbul :
a. Sonor. Suara normal terdengar di seluruh lapang paru-paru
b. Redup. Suara yang timbul akibat konsolidasi paru
(pemadatan); tumor, atalektasis, atau cairan
c. Hipersonor. Suara yang ditimbulkan lebih keras
dibandingkan dengan suara sonor; akibat adanya udara
berlebihan di paru-paru
d. Timpani. Suara yang terdengar nyaring seperti jika
memukul gendang. Normalnya terdengar di bawah
diafragma kiri, dimana terletak lambung dan usus besar.
Namun jika terdengar di dinding thorak, artinya tidak
normal; akibat adanya udara
c. Auskultasi
1) Auskultasi sistem kardiovaskuler meliputi: pengkajian dalam
mendeteksi bunyi S1dan S2 normal/tidak normal, bunyi murmur,
serta bunyi gesekan. Auskultasi juga digunakan untuk
mengidentifikasi bunyi bruit di atas arteri karotis, aorta abdomen,
dan arteri femoral.
2) Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan
udara di sepanjang lapangan paru. Suara napas tambahan
terdengar, jika suatu daerah paru mengalami kolaps, terdapat cairan
atau terjadi obstruksi.
d. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi dan
oksigenasi pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostic
antara lain :
1. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas
darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap
2. Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dada, bronkoskopi, scan
paru
3. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur
kerongkongan, sputum, uji kulit torakosintesis

2.1.3 Pemeriksaan Penunjang


1) EKG
2) Echocardiography
3) Kateterisasi jantung
4) Angiografi

2.2 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul untuk klien dengan masalah oksigenasi
adalah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) :

2.2.1 Diagnosa 1
Bersihan jalan nafas tidak efektif
1. Definisi
yaitu ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten (SDKI, 2016).

2. Batasan karakteristik
ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten. Adapun tanda dan gejala yang
ditimbulkan seperti, batuk tidak efektif, sputum berlebih, suara napas
mengi atau wheezing dan ronkhi(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

3. Factor yang berhubungan


a. Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif.
b. Obstruksi jalan napas : spasme jalan napas, retensi secret, mucus
berlebih, adanya jalan napas buatan, terdapat benda asing dijalan
napas, secret di bronki, dan eksudat di alveoli.
c. Fisiologi : disfungsi neuromuscular, hyperplasia dinding bronchial,
PPOK, infeksi, asma, trauma jalan napas

2.2.2 Diagnosa 2
Pola nafas tidak efektif

1. Definisi
Yaitu inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
(NANDA, 2011). Kejadian pola nafas tidak efektif dapat dijumpai pada
pasien dewasa maupun anak. Keefektifan jalan napas sangat dipengaruhi
oleh keadaan sistem kesehatan paru.

2. Batasan karakteristik
Yaitu adanya batuk, suara nafas tambahan, perubahan frekuensi nafas,
perubahan irama nafas, sianosisi, kesulitan berbicara/ mengeluaarkan
suara, penurunan bunyi nafas, dyspnea, sputum dalam jumlah yang
berlebihan, batuk yang tidak efektif, gelisah. (NANDA,2011).
3. Factor yang berhubungan
a. Ansietas
b. Posisi tubuh
c. Deformitas tulang
d. Deformitas dinding dada
e. Penurunan energy dan kelelahan
f. Hiperventilasi
g. Kelelahan otot-otot pernapasan
2.3 Perencanaan
2.3.1 Diagnosa 1 : bersihan jalan nafas
1. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x 24 jam Respiratory :
a. Tujuan
 airway patency
o Klien mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor
yang dapat menghambat jalan napas
o Menunjukan jalan napas yang paten: klien tidak merasa
tercekik, tidak terjadi aspirasi, frekuensi napas dalam
rentang normal
o Tidak ada suara napas abnormal
o Tidak ada bunyi napas tambahan
o Menunjukkan pembersihan jalan napas yang efektif.
o Menunjukkan status pernapasan : kepatenan jalan napas
o Mampu mengeluarkan sputum dari jalan napas
b. Kriteria hasil
 Tidak mengalami aspirasi
 Mengeluarkan secret secara efektif
 Mempunyai jalan napas yang paten
 Irama dan frekuensi pernapasan dalam batas normal
 Suara napas jernih

2. Intervensi keperawatan dan rasional


a. Kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas, kecepatan, irama dan
kedalaman serta penggunaan otot aksesori.
o Rasional
Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis.
Ronki,mengi menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan
untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan
penggunaan otot aksesori pernafasan dan peningkatan kerja
pernafasan.
b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efektif, catat
karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
o Rasional
Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal (mis. efek infeksi
dan/atau tidak adekuat hidrasi). Sputum berdarah kental atau
darah cerah diakibatkan oleh kerusakan (kavitasi) paru atau luka
bronkial dan dapat memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.
c. Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk
batuk dan latihan nafas dalam.
o Rasional
Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernafasan. Ventilasi maksimal membuka
area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan
nafas besar untuk dikeluarkan.
d. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea; penghisapan sesuai
keperluan.
o Rasional
Mencegah obstruksi/aspirasi.Penghisapan dapat diperlukan bila
pasien tak mampu mengeluarkan sekret.
e. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali
kontraindikasi.
o Rasional
Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret,
membuatnya mudah dikeluarkan.

2.3.2 Diagnosa 2 : Pola nafas tidak efektif


1. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x 24 jam
Respiratory :
a. Tujuan
 Menunjukkan pola pernapasan efektif
 Menunjukkan status pernapasan: ventilasi tidak
terganggu
 Menunjukkan tidak adanya gangguan status
pernapasan
b. Kriteria hasil
 Pernapasan optimal pada saat terpasang
ventilator mekanis
 Kecepatan dan irama pernapasan dalam batas
normal
 Fungsi paru dalam batas normal
2. Intervensi keperawatan dan rasional
a. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi
semi fowler
o Rasional
Merangsang fungsi pernapasan atau ekspansi paru.
b. Bantu klien untuk melakukan batuk efektif & napas
dalam
o Rasional
Meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas, sehingga
mudah untuk dikeluarkan
c. Berikan tambahan oksigen masker/ oksigen nasal sesuai
indikasi
o Rasional
Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk
kebutuhan sirkulasi.
d. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian
ekspektoran
o Rasional
Membantu mengencerkan secret, sehingga mudah untuk
dikeluarkan.

III. Daftar Pustaka


Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Vol:1. Jakarta: EGC NANDA. 2005-
2006.
Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku ajar
kebutuhan dasar manusia : Teori & Aplikasi dalam praktek. Jakarta: EGC. Willkinson. Judith M.
2007.
Diagnosa Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Kozier. Fundamental of Nursing
Tarwanto, Wartonah. 2006.
Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan edisi 3. Salemba:Medika.
Doenges, M. E.dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III.Alih Bahasa: I Made Kriasa.Jakarta: EGC.
Mubarak, W & Chayatin, N.2012. Buku ajar kebutuhan dasar manusia. Jakarta: EGC.
Kusnanto. (2016). Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen. Surabaya; Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga. Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia
dan Proses Keperawatan Edisi 5. Jakarta; Penerbit Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai