Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN OKSIGEN DAN

KARBONDIOKSIDA DI RUANG FLAMBOYAN


RSUD KOTA TANJUNGPINANG

Disusun oleh:
Syafhira Mustika Anandia
222213043

Pembimbing akademik : Liza Wati,S.Kep,Ns,M.Kep


Pembimbing klinik : Ilis Sunarya, S.Kep,Ns

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH
TANJUNGPINANG
TA.2023/2024
KEBUTUHAN OKSIGENISASI

A. KONSEP KEBUTUHAN OKSIGENASI


1. DEFINISI
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia.
Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel. Kekurangan oksigen
akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian.
Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini
terpenuhi dengan baik.
Oksigenasi adalah proses penambahan O ke dalam sistem (kimia/fisika).
Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan
dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbondioksida,
energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO yang melebihi batas normal pada
tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan
lingkungan yang berfungsi untuk memperoleh O agar dapat digunakan oleh sel-sel
tubuh dan mengeluarkan CO yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh mengambil
O2 dari lingkungan untuk kemudian diangkut ke seluruh tubuh (sel-selnya) melalui
darah guna dilakukan pembakaran.
Selanjutnya, sisa pembakaran berupa CO akan kembali diangkut oleh darah ke paru-
paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak berguna lagi oleh tubuh
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. Sistem pernapasan Atas
 Hidung
Pada hidung, udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan,
humidifikasi dan penghangatan.
 Faring
Faring merupakan saluran yang terbagi dua, untuk udara dan makanan.
Faring terdiri atas nasoraing dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid
yang berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman patogenyang masuk
bersama udara.
c. Laring
Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasa disebut
jakun. Selain berperan dalam menghasilkan suara, laring berfungsi
mempertahankan kepatenan jalan napas dan melindungi jalan napas bawah
dari air dan makanan yang masuk.
2. Sistem Pernapasan Bawah
a. Trakea
Merupakan pipa membran yang disokong oleh cinein-cincin kartilago
yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri. Di dalam
paru, bronkus utama terbagi menjadi bronku-bronkus yang lebih kecil dan
berakhir di bronkiolus terminal. Keseluruhan jalan. napas tersebut
membentuk pohon brokus
b. Paru-paru
Terdapat 2 buah, terletak di sebelah kanan dan kiri. Masing-masing paru
terdiri atas beberapa lobus (patu kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan
dipasok oleh I bronkus. Jaringan paru sendiri terdiri atas serangkaian jalan
napsa yang bercababg- cabang, yaitu alveolus. pembuluh darah paru dan
jaringan ikat elastis. Permukaan luar paru dilapisi oleh kantong tertutuup
berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura parietal membatasi toraks dan
permukaan diafragma, sedangkan pleura viseral membatasi permukaan luar
paru. Di antara ertutuup berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura parietal
membatasi toraks dan permukaan diafragma, sedangkan pleura viseral
membatasi permukaan luar paru. Di antara kedua lapisan tersebut terdapat
cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna mencegah friksi selama
gerakan bernapas.

Fisiologi Pernapasan
1. Pernapasan Eksternal
Pernapasan ekstrenal (pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan
pertukaran O dan CO antara lingungan ekstrenal dan sel tubuh. Secara umum,
proses ini berlangsung dalam langkah, yakni ventilasi pulmoner, pertukaran gas
alveolar, serta transpor oksigen dan karbondioksida.
a. Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses
ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan
alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jalan
napas yang bersih, sistem saraf pusat dan sistem pernapasan yang utuh, rongga
toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplian
paru yang adekuat. b. Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernapasan berikutnya adalah
difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah
2. Pernapasan Sistemik
Pernapasan internal mengacu pada proses metabolisme intrasel yang berlangsung
dalam mitokondria yang menggunakan oksigen dan menghasilkan karbondioksida
selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini, darah yang
banyak mengandung oksigen dibawa keseluruh tubuh hingga mencapai kapiler
sistemik.

3. ETIOLOGI
3. Faktor Fisiologis
a. Penurunan kapasitas angkut O
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke jaringan
adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila
terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita anemia atau pada
saat yang terpapar racun. Kondisi tersebutdapat mengakibatkan penurunan
kapasitas pengikatan Oz.
b. Penurunan Konsentrasi O inspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan
kadar Oz inspirasi.
c. Hipovolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat
kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.

4. Faktor perkembangan
a. Bayi premature
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran
hialin yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin
yang membatasi ujung saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh
produksi surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan paru
menyintesis surfaktan baru berkembang pada trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas,
seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misal:
makanan, permen dan lain-lain).
c. Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat
kebiasaan buruk, seperti merokok.
d. Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak schat, kurang
berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit
jantung dan paru pada kelompok usia ini.
e. Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan fungsi
normal pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran alveolus,
dilatasi saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang menghambat
ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O2.

5. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru,
sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan
yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
b. Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung
dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan
oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat mengganggu
oksigenasi.
d. Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen
seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskulrisasi perifer dan
penyakit jantung. Selain itu nikotin yang terkandung dalam rokok bisa
mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.

6. Faktor Lingkungan
a. Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan Hb dan O2.
Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi kebutuhan oksigen
seseorang. b. Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara
sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal di
dataran tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan
denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi peningkatan
tekanan oksigen. c. Polusi
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit kepala,
pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada orang yang
menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur berisiko tinggi
menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya.

4. KLASIFIKASI
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi
tempat maka tekanan udara semakin rendah.
b. Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempisc.
c. Adanya reflek batuk dan muntah, Adanya peran mukus sillialis sebagai
penangkal benda asing yang mengandung interferon dan dapat mengikat
virus.
2. Difusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamker paru danco2, di
kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Luasnya permukaan paru
b. Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antaraepitel
alveoli dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi prosesdifusi
apabila terjadi proses penebalan
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi o2 hal ini dapat terjadi sebagaimana
o2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan o2dari rongga
alveoli lebih tinggi dari tekanan o2 dalam darah vena pulmonalis
(masuk dalam darah secara berdifusi ) dan PaCO.

3. Transportasi gas
Merupakan proses pendistribusian antara o2 kapiler ke jaringan tubuh c02,
jaringan tubuh ke kapiler. Transpotasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya :
a. Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya
5 L/menit.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain secara langsung berpengaruh
terhadap transpor oksigen bertambahnya latihan menyebabkan peningkatan
transport o2 (20 x kondisi normal).
5. MANIFESTASI KLINIS
Adanya penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang, pola
napas abnormal (mis. Takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne, stokes),
pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping hidung, diameter thoraks anterior-posterior
meningkat, ventilasi semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi
menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada berubah menjadi tanda dan gejala
adanya pola napas tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenisasi (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017).
Adanya PCO meningkat/menurun. PO, menurun, takikardia, pH arteri
meningkat/menurun, bunyi napas tambahan, sianosis, diaphoresis, gelisah, napas cuping
hidung, pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/ireguler, dalam/dangkal), warna kulit
abnormal (mis. Pucat, kebiruan) dan kesadaran menurun menjadi tanda dan gejala
gangguan pertukaran gas (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Tanda dan gejala bersihan jalan napas tidak efektif adalah batuk tidak efektif,
tidak mampu batuk, sputum berlebihan, mengi, wheezing, dan/atau ronkhi kering,
mekonium di jalan napas (pada neonates), gelisah, sianosis, bunyi napas menurun,
frekuensi napas berubah, dan pola napas berubah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Pada gangguan ventilasi spontan menunjukkan adanya tanda dan gejala seperti
penggunaan otot bantu napas meningkat, volume tidal menurun, PCO, meningkat, PO,
menurun, SaO, menurun, gelisah dan takikardia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
6. PATOFISIOLOGIS
Sistem pernafasan sangat penting dimana terjadi pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida. Oksigen dalam udara dibawa masuk ke dalam paru-paru dan berdifusi
dalam darah. Bersamaan dengan itu dikeluarkannya karbondioksida yang juga berdifusi
dari darah dan kemudian dikeluarkan bersama udara. Oksigen dibutuhkan oleh semua sel
dalam tubuh untuk kelangsungan hidupnya. Sedangkan karbondioksida merupakan sisa
hasil metabolisme yang tidak digunakan lagi dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh.
Perjalanan oksigen dan karbondioksida dari atmosfer (udara) oksigen masuk melalui
mulut/hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus sampai dengan alveoli, dari
alveoli oksigen berdifusi masuk ke dalam darah dan dibawa oleh eritrosit (sel darah
merah). Dalam darah oksigen dibawa ke jantung kemudian dipompakan oleh jantung
diedarkan ke seluruh tubuh untuk digunakan. sampai tingkat sel. Oksigen masuk ke
dalam sel dan di dalam mitokondria digunakan untuk proses-proses metabolisme yang
penting untuk kelangsungan hidup, sedangkan karbondioksida berjalan arah sebaliknya
dengan oksigen.
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-
paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan
baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang
menimbulkan pengeluaran mukus. Penumpukan mukus/ sekret yang berlebihan dapat
mengakibatkan bersihan. jalan napas tidak efektif. Proses difusi (penyaluran oksigen dari
alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan gangguan pertukaran gas.
Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga
dapat mempengaruhi pertukaran gas. Adanya penurunan tekanan inspirasi ekspirasi
menjadi tanda gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot
napas tambahan. untuk bernapas, pernapasan laring (napas cuping hidung), dispnea,
ortopnea, penyimpangan dada, napas pendek, napas dengan bibir, ekspirasi memanjang,
peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi napas kurang, penurunan kapasitas
vital menyebabkan pola nafas yang tidak efektif.
7. PATHWAY

Jamur,virus,bakteri,
protozoa
(pathogen)

Masuk alveoli

Perubahan Eksudat dan srios


anatomis pada masuk alveoli Penumpukan cairan
pembuluhdarah melalui pembuluh dalam alveoli
darah

PMN
SDM dan
meningkat
leukosit PMN

Sputum Leukosit dan Gangguan


mengental fibrin mengalami pertukarangas
konsolidasi paru

Bersihan jalan Konsolidasi


napas tidak jaringan paru
efektif

Kompilkasi jaringan paru


Pola napas tidak
Sumber : Smeltzer dan Bare (2013)
efektif

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Bronkosopi
Untuk memperoleh sempel biopsi dan cairan atau sampel sputum/benda asing
yang menghambat jalan nafas.
2. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
3. Fluroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radio pulmonal, misal: kerja jantung dan kontraksi paru.
4. CT-Scan
Untuk mengetahui adanya massa abnormal.
5. Pemeriksaan fungsi paru dengan spirometri
Pemeriksaan fungsi paru menentukan kemampuan paru untuk melakukan
pertukaran oksigen dan karbondioksida pemeriksaan ini dilakukan secara efisien
dengan menggunakan masker mulut yang dihubungkan dengan spirometer yang
berfungsi untuk mencatat volume paru, cadangan inspirasi, volume rasidual dan
volume cadangan ekspirasi (Andarmoyo, 2018).
6. Kecepatan aliran ekspirasu puncak
Kecepatan aliran ekspirasi puncak adalah titik aliran tertinggi yang dicapai
selama ekspirasi dan titik ini mencerminkan terjadinya perubahan ukuran jalan
napas menjadi besar (Andarmoyo, 2018).
7. Pemeriksaan gas darah arteri
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari pembuluh
darah. arteri yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi ion hydrogen, tekanan
parsial oksigen dan karbondioksida dan saturasi hemoglobin, pemeriksaan ini dapat
menggambarkan bagaimana difusigas melalui kapiler alveolar dan keadekuatan
oksigenasi jaringan (Andarmoyo, 2018).
8. Oksimetri
Pengukuran saturasi oksigen kapiler dapat dilakukan dengan menggunakan
oksimetri. Saturasi oksigen adalah prosentase hemoglobin yang disaturasi oksigen.
Keuntungannya; mudah dilakukan, tidak invasive, dan dengan mudah diperoleh. dan
tidak menimbulkan nyeri, klien yang bisa dilakuakn pemeriksaan ini adalah klien
yang mengalami kelainan perfusi ventilasi, seperti Pneumonia, emfisema, bronchitis
kronis, asma embolisme pulmunar, dan gagal jantung congestive (Andarmoyo,
2018).
9. Pemeriksaan darah lengkap
Hitung darah lengkap menentukan jumlah dan tipe sel darah merah dan sel
darah putih per mm darah. Hitung darah lengkap mengukur kadar hemoglobin
dalam sel darah merah. Defisiensi sel darah merah akan menurunkan kapasitas
darah yang menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen karena molekul
hemoglobin yang tersedia untuk mengangkut ke jaringan lebih sedikit. Apanila
jumlah sel darah merah meningkat kapasitas darah yang mengangkut oksigen
meningkat. Namun peningkatan jumlah sel darah merah akan meningkatkan
kekentalan dan risiko terbentuknya trombus (Andarmoyo, 2018).
10. X-Ray Thorах
Pemeriksaan sinar X-Ray terdiri dari radiologi thoraks, yang memungkinkan
perawat dan dokter mengobservasi lapang paru untuk mendeteksi adanya cairan.
(misalnya fraktur klavikula dan tulang iga dan proses abnormal lainnya (Andarmoyo,
2018).
11. Bronskokopi
Bronskokopi adalah pemeriksaan visual pada pohon trakeobonkeal melalui
bronskokop serat optic yang fleksibel, dan sempit. Bronskokopi dilakukan untuk
memperoleh sampel biopsi dan cairan atau sampel sputum untuk mengangkat plak
lender atau benda asing yang menghambat jalan napas (Andarmoyo, 2018).
12. Pemindaian paru
Pemindaian paru yang paling umum adalah pemindaian Computed Tomografi
(CT) Scan paru. Sebuah pemindaian CT paru dapat mengidentifikasikan massa
abnormal melalui ukuran dan lokasi tetapi tidak dapat mengidentifikasikan tipe
jaringan maka harus dilakukan biposi (Andarmoyo, 2018).
13. Spesimen Sputum
Spesimen sputum diambil untuk mengidentifikasi tipe organisme yang
berkembang dalam sputum (misalnya TB Paru). Sputum untuk sitologi adalah
spesimen sputum yang diambil untuk mengidentifikasi kanker pau abnormal dan
dengan tipe sel yang ada di dalamnya (Andarmoyo, 2018)

9. PENATALAKSANAAN DAN TERAPI MEDIS KEPERAWATAN


1. Penatalaksanaan Dipsnea
Terapi Oksigen Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan
dan mencegah asidosis respiratorik, mencegah hipoksia jaringan, menurunkan kerja
napas dan kerja otot jantung. Indikasi terapi oksigen diberikan pada:
a. Perubahan frekuensi atau pola nafas
b. Perubahan atau gangguan pertukaran gas atau penurunan
c. Hipoksemia
d. Menurunnya kerja napas
e. Menurunnya kerja miokard
f. Trauma berat

Metode pemberian oksigen/terapi oksigen:


a. System aliran rendah sistem ini ditunjukkan pada pasien yang
membutuhkan oksigen tetapi masih mampu bernapas
normal. Contoh pemberian oksigen dengan aliran rendah:
1. Nasal kanul, diberikan kontinu aliran 1-6 liter/menit dengan konsentrasi 22-44%.
2. Sungkup muka sederhana (Simple mask), diberikan kontinu atau selang 5-10
liter/menit konsentrasi 40-60 kali.
3. Sungkup muka dengan kantong rebreathing. Sungkup ini memiliki kantong yang
terus mengembang baik pada saat inpirasi dan ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi,
oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantong reservoir,
ditambah oksigen dari udara kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong
aliran oksigen 8-12 liter/menit, dengan konsentrasi 60-80%.
4. Sungkup muka dengan kantong non reabeting, sungkup ini mempunyai 2 katub, 1
katub terbuka pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi pemberian
oksigen dengan aliran 10-12 liter/menit konsentrasi 80-100%.

b. Sistem Aliran Tinggi


Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan F O, lebih stabil dan tidak
terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapsat menambah konsentrasi oksigen yang
lebih tepat dan teratur. Contoh ventupy mask dengan aliran sekitar 2-15 liter/menit.
Prinsip pemberiannya adalah oksigen yang menuju sungkup diatur dengan alat yang
disesuaikan warnanya missal warna biru 24%. putih 28%, jingga (orange) 31%, kuning
35%, merah 40%, dan hijau 60%. Agens farmakologi: Brankodilator, Steroid, Mukoutik.

c. Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri
dari perkusi, vibrasi
1) Perkusi
Perkusi disebut juga clapping adalah pukulan kuat, bukan berarti sekuat-
kuatnya pada dinding dada dan punggung dengan tangan di bentuk seperti
mangkuk. Clapping bertujuan untuk melepaskan secret yang melekat pada dinding
bronkus.
2) Vibrasi
Vibrasi adalah getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan
perawat yang diletakkan datar di dada pasien. Vibrasi dilakukan setelah
melakukan perkusi untuk melepaskan mucus kental.

d. Napas Dalam dan Batuk Efektif


1) Napas dalam
Napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri atas pernapasan abdominal
dan purse lips breathing.

2) Batuk efektif

Batuk efektif adalah latihan untuk mengeluarkan secret


e.. Suctioning (Penghisapan Lendir)

Suctioning adalah metode untuk melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan
nafas.
Suctioning dapat diterapkan pada oral, nasofaring, trakea serta endotrakea

J. KOMPLIKASI
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah oksigen dalam paru-paru
dengan pemapasan lebih cepat dan dalam hiperventiasi dapat disebabkan oleh:
kecemasan, infeksi/sepsis, keracunan obat-obatan.Tanda dan gejala: Takikardi, napas
pendek, nyeri dada, penurunan konsentrasi. disorientasi, tinifus,
2. Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh atau mengeliminasi karbondioksida secara adekuat. Tanda dan
gejala:Pusing,Nyeri kepala dirasakan di ekspital hanya saat
terjaga,Letargi,Disorientasi,Penurunan kemampuan mengkuti instruksi.
3. Hipoksia
Merupakan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan. Tanda
dan gejala: Gelisah, Rasa takut/ ansietas, Disorientasi,Penurunan kemampuan
konsentrasi,Penurunan tingkat kesadaran,Peningkatan keletihan, Perubahan perilaku,
Peningkatan frekuensi nadi, Pucat, Sianosis, Dipsnea.(Potter & Perry, 2006)

K. ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN


a. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan.
1) Keluhan utama: klien mengeluh sesak nafas, nyeri dada.
2) Riwayat penyakit sekarang: asma, CHF, AMI, ISPA.
3) Riwayat penyakit dahulu: pernah menderita asma, CHF, AMI,
ISPA, batuk.
4) Riwayat penyakit keluarga: mendapatkan data riwayat kesehatan
keluarga pasien
c. Pola kesehatan fungsional
Hal-hal yang dapat dikaji pada gangguan oksigenasi adalah:
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan,
adanya faktor risiko sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan dengan
oksigen.
2) Pola Aktivitas-latihan
Adanya kelemahan atau keletihan, aktivitas yang mempengaruhi
kebutuhan oksigenasi seseorang. Aktivitas berlebih dibutuhkan oksigen yang
banyak. Orang yang biasa olahraga, memiliki peningkatan aktivitas
metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen.
3) Pola istirahat-tidur
Adanya gangguan oksigenasi menyebabkan
perubahan pola istirahat.
d. Pola nutrisi metabolic
Kebiasaan duit buruk seperti obesitas akan mempengaruhi oksigenasi karena
ekspansi paru menjadi pendek. Klien yang kurang gizi, mengalami kelemahan otot
pernafasan. e. Pola eliminasi
Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi), perubahan
berkemih
(perubahan warna, jumlah, frekuensi)
f. Pola kognitif dan perceptual
Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien terganggu atau
tidak, penggunaaan alat bantu dalam penginderaan pasien.
g. Pola konsep diri
Keadaan social yang mempengaruhi oksigenasi seseorang (pekerjaan, situasi
keluarga, kelompok sosial), penilaian terhadap diri sendiri (gemuk/ kurus).
h. Pola Koping
Adanya stress yang memengaruhi status oksigenasi pasien.
i. Pola seksual-reproduksi
Perilaku seksual setelah terjadi gangguan oksigenasi dikaji
j. Pola peran hubungan
Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat yang memiliki kebiasaan
merokok sehingga mengganggu oksigenasi seseorang.

k. Pola Nilai dan Kepercayaan


Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi oksigenasi, adanya pantangan
atau larangan minuman tertentu dalam agama pasien.

2. Pemerikasaan Fisik
a) Mata
• Konjungtiva pucat (karena anemia)
• Konjungitva sianosis (karena hipoksemia)
• Konjungtiva terdapat pethecia (karena emboli lemak atau
endokarditis) b) Kulit
Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah
perifer),Sianosis secara umum (hipoksemia),Penurunan turgor
(dehidrasi),Edema,Edema periorbital c) Jari dan kuku
Sianosis dan Clubbing finger
d) Mulut dan bibir
Membran mukosa sianosis Bernapas dengan mengerutkan
mulut. e) Hidung
Pernapasan dengan cuping hidung, deviasi sputum, perforasi, dan
kesimetrisan. f) Vena Leher
Adanya distensi/ bendungan.
g) Dada
1) Inspeksi
Pemeriksaan mulai dada posterior sampai yang lainnya, pasien harus duduk.
 Observasi dada pada sisi kanan atau kiri serta depan atau belakang Dada
posterior amati adanya skar, lesi, dan masa serta gangguan tulang belakang
(kifosis, skoliosis, dan lordosis)
 Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan pergerakan dada.
 Observasi pernapasan seperti pernapasan hidung. atau pernapasan diafragma
serta penggunaan otot bantu pernapasan.
 Observasi durasi inspirasi dan ekspirasi. Ekspirasi yang panjang menandakan
adanya obstruksi jalan napas seperti pada pasien Chronic Airflow Limitation
(CAL)/ Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).
 Kaji konfigurasi dada.
 Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan dinding dada
mengindikasikan adanya penyakit paru/ pleura.
 Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inpsirasi yang
mengindikasikan adanya obstruksi jalan napas.
Kelainan bentuk dada:

2. Barrel chest: Akibat overinflation paru pada pasien emfisema.


3. Funnel chest: Missal pada pasien kecelakaan kerja yaitu depresi bagian bawah
sternum.
4. Pigeon chest: Akibat ketidaktepatan sternum yang mengakibatkan peningkatan
diameter AP.
5. Kofiskoliosis Missal pada pasien osteoporosis dan kelainan. musculoskeletal.

2) Palpasi
Untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi
abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui tactil premitus
(vibrasi).
3) Perkusi

Mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada di sekitarnya, dan


pengembangan (ekskursi) diafragma. Ada dua suara perkusi yaitu:

a) Suara perkusi normal:

 Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru normal, umumnya bergaung dan
bernada rendah.
 Dullness: dihasilkan di atas jantung atau paru.
 Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara.

b) Suara perkusi abnormal:


 Hiperesonan lebih rendah dari resonan seperti paru abnormal yang berisi udara.
 Flatness nada lebih tinggi dari dullness seperti perkusi pada paha, bagian jaringan
lainnya.

4) Auskultasi
a) Suara napas normal
 Bronchial/ tubular sound seperti suara dalam pipa, keras, nyaring, dan
hembusan lembut.
 Bronkovesikuler sebagai gabungan antara suara napas bronchial dengan
vesikuler.
b) Jenis suara tambahan
 Wheezing suara nyaring, musical, terus menerus akibat jalan napas yang
menyempit.
 Ronchi: suara mengorok karena ada sekresi kental dan peningkatan
produksi sputum.
 Pleural friction rub suara kasar, berciut, dan seperti gessekan akibat
inflamasi dim pleura, nyeri saat bernapas.
 Crakles:
Fine cracles: suara meletup akibat melewati daerah alveoli, seperti
suara rambut digesekkan.Coars cracles: lemah, kasar, akibat ada cairan di
jalan saluran napas yang besar. Berubah jika pasien batuk.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan oksigenasi adalah:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus berlebih
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi atau hiperventilasi
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
INTERVENSI

No.D DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


X KEPERAWATA DAN
N KRITERI
A HASIL
1. Bersihan jalan Setelah Latihan batuk efektif
nafas tidak dilakukan Tindakan:
efektif
berhubungan tindakan Observasi
dengan spasme keperawata 1.identifikasi kemampuan batuk
jalan napas n selama 2.monitor adanya retensi sputum
dibuktikan
dengan batuk 3x24 jam 3.monitor tanda dan gejala infeksi saluran
tidak efektif klien napas 4.monitor input dan output cairan
diharapkan (mis.jumlah dan karakteristik)
bersihan Terapeutik
jalan nafas 1.atur posisi semi fowler atau fowler
meningkat 2.pasang perlak dan bengkok
Kriteria dipangkuan pasien
hasil: 3.buang secret pada tempat sputum
1. Batuk Edukasi
efektif 1.jelaskan tujuan dan prosedur batuk
meningkat
5 2. efektif 2.anjurkan Tarik napas dalam
Frekuensi melalui hidung selama 4 detik,ditahan 2
nafas detik,kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu selama 8 detik
3. anjurkan mengulangi Tarik napas
dalam hingga 3 kali
4. anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tari napas dalam yang ke 3
Kolaborasi
1.kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran,jika perlu
2. Pola nafas tidak Setelah Manajemen jalan napas
efektif dilakukan Tindakan:

berhubungan tindakan Observasi


dengan deformitas keperawata 1.monitor pola nafas (
Dinding dada n selama frekuensi,kedalaman,usaha napas)
dibuktikan dengan 2x24 jam 2.monitor bunyi napas tambahan
pola napas klien (mis.gurgling,mengi,wheezing,onkhi kering)
abnormal diharapkan 3.monitor sputum (jumlah,warna,aroma)
pola napas
Kriteria Terapeutik
hasil: 1.pertahankan kepatenan jalan napas dengan
1. frekuensi head tilt dan chin lift ( just thrust jika curiga
napas trauma servikal)
membaik 2.posisikan semi fowler atau fowler
(5) Berikan minum hangat
2. Lakukan fisioterapi dada
kedalaman 4.lakukan penghisapan lender
napas 5.lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan
membaik endotrakeal
(5) 6.berikan oksigen
3. dipsnea
menurun
Edukasi
(5)
4. 1.anjurkan asupan cairan 2000ml/hari,jika
tidak
penggunaa kontraindikasi
n
otot bantu 2.anjurkan teknik batuk efektif
napas
menurun
Kolaborasi
(5)
5. 1.kolaborasi pemberian
pernapasan bronkodilator,ekspektoran,mukolitik,jika
cuping perlu
hidung
menurun
(5)

Gangguan Setelah Pemantauan respirasi


Pertukaran gas dilakukan Tindakan:
berhubungan tindakan 1.Observasi frekuensi,irama,kedalamam dan
dengan upaya napas

ketidakseimbangan keperawata 2.monitor pola napas(seperti


ventilasi perfusi n selama bradipnea,takipnea,hierentilasi,kussmaul,cheyn
dibuktikan dengan 2x24 jam e stokes,biot,ataksik)
pco2 menurun klien 3.monitor kemampuan batuk efektif
diharapkan 4.monitor adanya produksi sputum
pertukaran 5.monitor adanya sumbatan jalan napas
gas 6.palpasi kesimetrisan ekpansi paru
meningkat 7.auskultasi bunyi napas
Kriteria 8.monitor saturasi oksigen
hasil : 9.monitor hasil AGD
1. tingkat 10.monitor hasil x-ray toraks
kesadaran Terapeutik
meningkat 5 1.atur interval pemantauan respirasi sesuai
2. kondisi pasien
pernapasan 2.dokumentasikan hasil pemantauan
cuping Edukasi
hidung 1.jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
menurun 2.informasikan hasil pemantauan,jika perlu
5 3. PCO2
meningkat
4. Pola
membaik
5 napas
DAFTAR PUSTAKA

Aster, D. (2022, January 12). LP Dan Askep Deby Aster Oksigenasi | PDF. Scribd.

https://www.scribd.com/document/552416303/Lp-Dan-Askep-Deby-Aster-Oksigenasi

Desny, G. (2021, April 30). LP Dan Askep Oksigenisasi Anak Agung Ayu Desni Pratiwi | PDF.

Scribd. https://www.scribd.com/document/505581189/LP-DAN-ASKEP-

OKSIGENISASI-ANAK-AGUNG-AYU-DESNI-PRATIWI
Nengah, W. (2020, April 6). 165 - LP Oksigenasi Sdki | PDF. Scribd.

https://www.scribd.com/document/455167876/165-LP-OKSIGENASI-SDKI

Riyanti, indah dwi. (2021, November 24). LP Kebutuhan Oksigenasi - Indah Dwi Riyanti -

011201043 | PDF. Scribd. https://www.scribd.com/document/542088312/Lp-Kebutuhan-

Oksigenasi-indah-Dwi-Riyanti-011201043

Wulandari, H. (2023, February 15). Laporan Pendahuluan Oksigenasi Hevy | PDF. Scribd.

https://www.scribd.com/document/625848648/LAPORAN-PENDAHULUAN-

OKSIGENASI-HEVY

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Ilis Sunarya,S.Kep,Ns Liza Wati, S. Kep, Ns,M.Kep

Anda mungkin juga menyukai