Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

DISUSUN OLEH :

NAMA : HEVY WULANDARI

NAMA PEMBIMBING AKADEMIK NAMA PEMBIMBING KLINIK

(Ns.Elmi, S.Kep ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

BHAKTI HUSADA BENGKULU

PRODI PROFESI NERS

TAHUN 2022
KONSEP DASAR OKSIGENASI

A. Pengertian
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam
tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan
menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian. Karenanya,
berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi
dengan baik.
Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam sistem (kimia/fisika). Oksigen
merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses
metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbondioksida, energi, dan air. Akan
tetapi, penambahan CO₂ yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan lingkungan
yang berfungsi untuk memperoleh O₂ agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan
mengeluarkan CO₂ yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh mengambil O₂dari
lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-selnya) melalui darah guna
dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran berupa CO₂ akan kembali diangkut
oleh darah ke paru-paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak berguna lagi oleh
tubuh.

B. Penyebab
1. Faktor Fisiologis
 Penurunan kapasitas angkut O₂
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke jaringan
adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila
terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita anemia atau pada saat
yang terpapar racun. Kondisi tersebutdapat mengakibatkan penurunan kapasitas
pengikatan O₂.
 Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan kadar O₂
inspirasi.

 Hipovolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat
kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.
 Peningkatan Laju Metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-menerus
yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya, tubuh mulai
memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan massa otot.
 Kondisi Lainnya
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti kehamilan,
obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit otot, penyakit susunan
saraf, gangguan saraf pusat dan penyakit kronis.
2. Faktor perkembangan
 Bayi prematur
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin yang
ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi ujung
saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh produksi surfaktan yang masih
sedikit karena kemampuan paru menyintesis surfaktan baru berkembang pada
trimester akhir.
 Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas, seperti
faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misal: makanan, permen
dan lain-lain).
 Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat
kebiasaan buruk, seperti merokok.
 Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang berolahraga,
merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan paru pada
kelompok usia ini.
 Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan fungsi
normal pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran alveolus, dilatasi
saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru
sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O₂.
3. Faktor Perilaku
 Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru,
sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan yang
akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
 Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung dan
kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan
oksigen.
 Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat mengganggu
oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
 Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan susunan saraf
pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernapasan.
 Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin, dapat
mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman
pernafasan.
 Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang
aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan denyut
jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain
itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan.
 Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen
seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskulrisasi perifer dan
penyakit jantung. Selain itu nikotin yang terkandung dalam rokok bisa
mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
4. Faktor Lingkungan
 Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan Hb dan
O₂. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi kebutuhan oksigen
seseorang.

 Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara sehingga
tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal di dataran tinggi
cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut jantung.
Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi peningkatan tekanan oksigen.
 Polusi
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit kepala,
pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada orang yang
menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur berisiko tinggi
menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya.

C. Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu ventilasi,
difusi dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain:
 Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat
maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya.
 Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi
atau kembang kempis
 Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas
berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom.
Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat
terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan
kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan
 Adanya reflek batuk dan muntah
Adanya peran mukus sillialis sebagai penangkal benda asing yang mengandung
interferon dan dapat mengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah
complience recoil. Complience yaitu kemampuan paru untuk meengembang dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu adanya sulfaktor pada lapisan alveoli yang
berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang
menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan thoraks. Sulfaktor diproduksi
saat terjadi peregangan sel alveoli dan disekresi saat pasien menerik napas,
sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan co2 atau kontraksi
menyempitnya paru. Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka
co2 tidak dapat dikelurkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu medula
oblongata dan pons dapat mempengaruhi proses ventilasi, karena c02 memiliki
kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan co2 dalam batas 6 mmhg
dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila PaCO, kurang dari sama
dengan 80 mmhg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler paru dan co2,
di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :
 Luasnya permukaan paru
 Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara epitel alveoli
dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan
 Perbedaan tekanan dan konsentrasi o2 hal ini dapat terjadi sebagai mana o2 dari
alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan o2 dari rongga alveoli lebih
tinggi dari tekanan o2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara
berdifusi ) dan PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam
alveoli
 Afinitas gas
Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat hb
3. Transportasi gas
Merupakan proses pendistribusian antara o2 kapiler ke jaringan tubuh c02,
jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi akan berikatan dengan hb
membentuk oksihemoglobin (97 %) dan larut dalam plasma (3 %) sedangkan co2
akan berikatan dengan hb membentuk karbominohemiglobin (3o%) dan larut dalm
plasma (50%) dan sebagaian menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpotasi gas
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
 Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya 5
L/menit. Dalam kondisi patologi yang dapat menurunkan kardiak output (misal
pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah) akan mengurangi jumlah oksigen
yang dikirim ke jaringan umumnya jantung menkompensasi dengan
menambahkan rata-rata pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen
 Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain secara langsung berpengaruh
terhadap transpor oksigen bertambahnya latihan menyebabkan peningkatkan
transport o2 (20 x kondisi normal). Meningkatkan kardiak output dan penggunaan
o2 oleh sel.

D. Anatomi
1. Sistem pernapasan Atas
a. Hidung
Pada hidung, udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan,
humidifikasi dan penghangatan.
b. Faring
Faring merupakan saluran yang terbagi dua, untuk udara dan makanan. Faring
terdiri atas nasoraing dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang
berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman patogenyang masuk bersama
udara.
c. Laring
Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasa disebut jakun.
Selain berperan dalam menghasilkan suara, laring berfungsi mempertahankan
kepatenan jalan napas dan melindungi jalan napas bawah dari air dan makanan
yang masuk.
2. Sistem Pernapasan Bawah
a. Trakea
Merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin kartilago yang
menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri. Di dalam paru,
bronkus utama terbagi menjadi bronku-bronkus yang lebih kecil dan berakhir di
bronkiolus terminal. Keseluruhan jalan napas tersebut membentuk pohon brokus.
b. Paru-paru
Terdapat 2 buah, terletak di sebelah kanan dan kiri. Masing-masing paru
terdiri atas beberapa lobus (patu kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasok
oleh 1 bronkus. Jaringan paru sendiri terdiri atas serangkaian jalan napsa yang
bercababg-cabang, yaitu alveolus, pembuluh darah paru dan jaringan ikat elastis.
Permukaan luar paru dilapisi oleh kantong tertutuup berdinding ganda yang
disebut pleura. Pleura parietal membatasi toraks dan permukaan diafragma,
sedangkan pleura viseral membatasi permukaan luar paru. Di antara ertutuup
berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura parietal membatasi toraks dan
permukaan diafragma, sedangkan pleura viseral membatasi permukaan luar paru.
Di antara kedua lapisan tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai
pelumas guna mencegah friksi selama gerakan bernapas.

E. Manifestasi Klinis
1.Tanda Gagal nafas total
a) Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
b) Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan sela iga serta tidak
ada pengembangan dada pada inspirasi
c)  Adanya kesulitan inflasi paru dalam usaha memberikan ventilasi buatan
d) Gagal nafas parsial
e) Terdenganr suara nafas tambahan gurgling, snoring, dan wheezing.
f) Ada retraksi dada

2. Gejala
- Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
- Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)

F. Fisiologi pernapasan
1. Pernapasan Eksternal
Pernapasan ekstrenal ( pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan
pertukaran O₂ dan CO₂ antara lingungan ekstrenal dan sel tubuh. Secara umum,
proses ini berlangsung dalam langkah, yakni ventilasi pulmoner, pertukaran gas
alveolar, serta transpor oksigen dan karbondioksida.
a. Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses
ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan
alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jalan napas
yang bersih, sistem saraf pusat dan sistem pernapasan yang utuh, rongga toraks
yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplian paru
yang adekuat.
b. Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernapasan berikutnya
adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah
pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area
berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveollus dan
membran kapiler dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan
tekanan gas.
c. Transport oksigen dan karbondioksida
Tahap ketiga pada proses pernafasan adalah transport gas-gas
pernafasan pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan
karbondioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru.
- Transport O₂
Proses ini berlangsung pada sistem jantung dan paru-paru. Normalnya,
sebagian besar oksigen (97%) berikatan lemah dengan Hb dan diangkut keseluruh
jaringan dalam bentuk oksihemmoglobin (HbO₂), dan sisanya terlarut dalam plasma.
Proses ini dipengaruhi oleh ventilasi (jumlah oksigen yang masuk dalam ke paru) dan
perfusi (aliran darah ke paru dan jaringan). Kapasitas darah yang membawa oksigen
dipengaruhi oleh jumlah O₂ dalam plasma, jumlah hemoglobin dan ikatan oksigenasi
dengan hemoglobin.
- Transport CO₂
Karbondioksida sebagai hasil metabolisme sel terus menerus produksi dan
diangkut menuju paru dalam 3 cara:
1. Sebagian besar karbondioksida (70%) diangkut dalam sel darah merah dalam
bentuk bikarbonat
2. Sebanyak 23% karbondoksida berikatan dengan Hb membentuk
karbaminohemoglobin
3. Sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma dan dalam
bentuki asam karbonat.
2. Pernapasan Sistemik
Pernapasan internal mengacu pada proses metabolisme intrasel yang
berlangsung dalam mitokondria , yang menggunakan oksigen dan menghasilkan
karbondioksida selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini,
darah yang banyak mengandung oksigen dibawa keseluruh tubuh hingga mencapai
kapiler sistemik.

G. Patofisiologi/pathway
Gangguan-Gangguan pada Fungsi Pernafasan
 Perubahan Pola nafas
a. Takipnea
Frekuensi pernafasan yang cepat. Biasanya ini terlihat pada kondisi demam,
asidosis metabolic, nyeri dan pada kasus hiperkapnia atau hipoksemia.
b. Bradipnea
Frekuensi pernapasan yang lambat dan abnormal. Biasanya terlihat pada orang
yang baru menggunakan obat-obatan seperti morfin dan pada kasus alkalosis
metabolic, dan lain-lain.
c. Apnea
Biasanya juga disebut dengan henti napas.
d. Hiperventilasi
Peningkatan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini terjad saat
kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan metabolic untuk pembuangan
karbondioksida.
e. Hipoventilasi
Penurunan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini terjadi saat
ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolic untuk
penyaluran oksigen dan pembuangan karbondioksida.
f. Pernapasan Kusmal
Salah satu jenis hiperventilasi yang menyertai asidosis metabolic.
g. Orthopnea
Ketidakmampuan untuk bernapas, kecuali dalam posisi tegak atau berdiri.
h. Dispnea
Kesulitan atau ketidaknyamanan saat bernapas.
Pathway
Pernapasan

Oksigenasi

Ventilasi Transportasi

Gangnguan Batuk Adanya sumbatan


pada jalan napas Difusi

ketidakefektifan
Obstruksi jalan napas
jalan napas

Ketidakefektifan
pola napas

H. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan fungsi paru
- Pemeriksaan gas darah arteri
- Oksimetri
- Pemeriksaan sinar x dada
- Bronkoskopi
- Endoskopi
- Fluoroskopi
- CT-Scan

I. Penatalaksanaan Medis
- Pemantauan hemodinamika
- Pengobatan bronkodilator
- Melakukan tindakan nebulizer untuk membantu mengencerkan secret
- Memberikan kanula nasal dan masker untuk membantu pemberian oksigen jika
diperlukan.
- Penggunaan ventilator mekanik
- Fisoterapi dada
J. Pengkajian Keperawatan

1. Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)


Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik
maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan
dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.

2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)


Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien
pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya
mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)

3. Riwayat perkembangan
a.      Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b.      Bayi : 44 x/mnt
c.       Anak : 20 - 25 x/mnt
d.      Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e.       Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun

4. Riwayat kesehatan keluarga


Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami
masalah / penyakit yang sama.

5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.

6. Riwayat Keperawatan
Pengkajain riwayat keperawatan pada masalh kebutuhan oksigen meliputi; ada
atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan (gangguan hidung dan tenggorokan), seperti
epistaksis (kondisi akibat luka/kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut,
hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah dan kanker), obstruksi nasal ( akibat
polip, hipertropi tulang hidung, tumor, dan influenza), dan keadaan lain yang
menyebabkan gangguan pernapasan. Pada tahap pengkajian keluhan atau gejala, hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah keadaan infeksi kronis dari hidung, sakit pada daerah
sinus, otitis media, keluhan nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hingga sekitar
38,50 C, sakit kepala, lemas, sakit perut hingga muntah-muntah (pada anak-anak), faring
berwarna merah, dan adanya edema.

7. Pola batuk dan Produksi sputum


Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk
termasuk batuk kering, keras, dan kuat dengan suara mendesing, berat dan berubah-ubah
seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit kanker. Juga dilakukan pengkajian
apakah pasien mengalami sakit pada bagian tenggorokan saat batuk kronis dan produktif
serta saat dimana pasien sedang makan, merokok, atau saat malam hari. Pengkajian
terhadap lingkungan tempat tinggal pasien ( apakah berdebu, penuh asap, dan adanya
kecenderungan mengakibatkan alergi) perlu dilakukan. Pengkajian sputum dilakukan
dengan cara memeriksa warna, kejernihan, dan apakah bercampur darah terhadap sputum
yang dikeluarkan oleh pasien.

8. Sakit Dada
Pengkajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian yang sakit,
luas, intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada apabila posisi
pasien berubah, serta ada atau tidaknya hubungan antara waktu inspirasi dan ekspirasi
dengan rasa sakit.

9. Pengkajian Fisik
1) Inspeksi, pengkajian ini meliputi:
a. Pertama, penentuan tipe jalan napas, seperti menilai apakah napas spotan melalui
hidung, mulut, oral, nasal, atau menggunakan selang endotrakeal atau
trachcostomi, kemudian menentukan status kondisi seperti kebersihan, ada atau
tidaknya sekret, pendarahan, bengkak, atau obstruksi mekanik;
b. Kedua, perhitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu menit ( umumnya
wanita bernapas lebih cepat) yaitu 20 kali permenit orang dewasa, kurang dari 30
kali permenit pada anak-anak, pada bayi pernapasan kurang dari 50 kali per menit.
c. Ketiga, pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal, abdominal dan kombinasi dari
keduanya.
d. Keempat, pengkajian irama pernapasan, yaitu menelaah masa inspirasi dan
ekspirasi. Pada keadaan normal ekspirasi lebih lama dari inspirasi yaitu 2:1 pada
orang sesak napas ekspirasi lebih cepat. Dalam keadaan normal perbandingan
frekuensi pernapasan dan prekuensi nadi adalah 1:1 sedangkan pada orang yang
keracunan barbiturat perbandinganya adalah 1:6.     Kaji ritme/irama pernapasan
yang secara normal adalah reguler atau irregular.
a) cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan
kadang diselingi apnea.
b) kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu
pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode
apnea.
e. Kelima, pengkajian terhadap dalam/ dangkalnya pernapasan. Pada pernapasan
dangkal dinding toraks hampir kelihatan tidak bergerak ini biasanya dijumpai pada
pasien penderita emfisema.

2) Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan seperti nyeri tekan yang
dapat timbul akibat luka, peradangan setempat, metastasis tumor ganas, pleuritis, atau
pembengkakan dan benjolan pada dada. Melalui palpasi dapat diteliti gerakan dinding
toraks pada saat ekspirasi dan inspirasi terjadi. Kelainan pada paru, seperti getaran
suara atau fremitus vokal, dapat dideteksi bila terdapat getaran sewaktu pemeriksa
meletakkan tangannya sewaktu pasien berbicara. Getaran yang terasa oleh tangan
pemeriksa dapat juga ditimbulkan oleh dahak dalam bronkus yang bergetar pada
waktu inspirasi dan ekspirasi atau oleh pergeseran antara membran pleura pada
pleuritis.

3) Perkusi
Pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji suara normalnya suara perkusi paru.
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada di
sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Jenis suara perkusi ada dua jenis
yaitu:
a. Suara perkusi normal
 Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru-paru dannormalnya bergaung
dan bersuara rendah.
 Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru
 Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya bersifat
musical.
b. Suara perkusi abnormal
 Hiperresonan: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan
timbul pada bagian paru-paru yang abnormal berisi udara.
 Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar pada perkusi
daerah paha, dimana seluruh areanya berisi jaringan.

4) Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencangkup
mendengar suara napas normal dan suara tambahan (abnormal).Suara napas normal
dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan napas dari laring ke alveoli dan
bersifat bersih.
Jenis suara napas normal adalah:
a. Bronchial
Sering juga disebut tubular sound karena suara ini dihasilkan oleh udara yang
melalui suatu tube (pipa), suaranya terdngar keras, nyaring, dengan hembusan
yang lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi dan tidak ada
jeda di antara kedua fase tersebut (E > I). Normal terdengar di atas trachea atau
daerah lekuk suprasternal.
b. Bronkovesikular
Merupakan gabungan dari suara napas bronkhial dan vesikular. Suaranya
terdengar nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi sama panjang dengan
ekspirasi (E = I). Suara ini terdengar di daerah dada dimana bronkus
tertutupoleh dinding dada.
c. Vesikular
Merdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari
ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan (E < I).
Jenis suara napas tambahan adalah:
a. Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara
nyaring, musical, suara terus-menerus yang disebabkan aliran udara melalui
jalan napas yang menyempit.
b. Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara terdengar
perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan
sekresi kental dan peningkatan produksi sputum.
c. Pleural fiction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara kasar,
berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura.
Sering kali pasien mengalami nyeri saat bernapas dalam.
d. Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Fine crackles: setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter
suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab
di alveoli atau bronkhiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
2. Coarse crackles: lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah,
kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi
pada jalan napas yang besar. Mungkin akan berubah ketika pasien batuk.

K. Diagnosa Keperawatan
- Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
- Ketidakefektifan pola nafas
- Gangguan pertukaran gas

L. Intervensi Keperawatan

Hari Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
/Tgl Kep.
Ketidakefe Setelah diberikan 1. Pantau keadaan 1. Mengetahui kesadaran,
ktifan asuhan keperawatan umum pasien dan dan kondisi tubuh dalam
bersihan selama … x 24 jam TTV keadaan normal atau
jalan nafas diharapkan bersihan 2. Auskultasi bunyi tidak.
jalan nafas efektif nafas 2. Mengetahui bunyi nafas,
dengan kriteria : 3. Atur posisi yang seperti rochi, wheezing
-Menunjukkan jalan nyaman seperti yang menunjukkan
nafas bersih posisi semi fowler tertahannya secret
-Suara nafas normal 4. Beri latihan obstruksi jalan nafas
tanpa suara pernafasan dalam 3. Meningkatkan
tambahan dan batuk efektif pengembangan
-Tidak ada 5. Kolaborasi diafragma
penggunaan otot humidikasi 4. Memudahkan
bantu nafas tambahan pernafasan dan
-Mampu melakukan (nebulizer) dan membantu
perbaikan bersihan terapi oksigen mengeluarkan secret
jalan nafas 5. Membantu
menghangatkan dan
mengencerkan secret
Ketidakefe Setelah diberikan 1. Pantau keadaan 1. Mengetahui kesadaran,
ktifan pola asuhan keperawatan umum pasien dan dan kondisi tubuh
nafas selama … x 24 jam TTV dalam keadaan normal
diharapkan pola 2. Atur posisi sesuai atau tidak
nafas efektif dengan kebutuhan, seperti 2. Memungkinkan
kriteria : semifowler ekpansi paru dan
 Menunjukkkan 3. Ajarkan teknik nafas memudahkan
pola nafas efektif dalam pernafasan
dengan frekuensi 4. Kolaborasi dalam 3. Memperbaiki pola
nafas 16-24 pemberian nafas
kali/menit dan oksigenasi 4. Memperbaiki pola
irama teratur nafas dan irama nafas
 Mampu menjadi teratur
menunjukkan
perilaku
peningkatan fungsi
paru

Gangguan Setelah diberikan 1. Pantau keadan 1. Mengetahui kesadaran,


pertukaran asuhan keperawatan umum pasien dan dan kondisi tubuh
gas selama … x 24 jam TTV dalam keadaan normal
diharapkan 2. Observasi warna atau tidak
mempertahankan kulit dan capillary 2. Menentukan
pertukaran gas yang refill adekuatnya sirkulasi
normal dengan 3. Kurangi aktivitas yang penting untuk
kriteria : pasien pertukaran gas ke
-Menunjukkan 4. Beri posisi pasien jaringan
perbaikan ventilasi yang nyaman, 3.Mengurangi kebutuhan
dan oksigenasi seperti semifowler akan oksigen
jaringan 5. Kolaborasi dalam 4.Memudahkan
-Tidak ada gejala pemberian pernafasan
distres pernafasan oksigenasi 5.Memaksimalkan sediaan
oksigen khususnya
ventilasi menurun

DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson, Judith. M. 2006. Diagnosa Keperawatan NIC dan NOC, Edisi 7.Jakarta: EGC

Mubarak,Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : EGC.

Arief mansjoer. 2011. Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3, jakarta FKUI.

Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah. Edisi 8, Vol. 3, jakarta,
EGC.

Doengoes. E. marlynn, dkk. 2010. Rencana Asuhan keperawatan, jakarta, EGC.

Elisabeth j.corwin, 2011 buku saku patofisiologi.jakarta EGC.

Anda mungkin juga menyukai