Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

Dosen Pembimbing :
Dewi Srinatania, S.kep.Ners.,M.Kep

Oleh:

Indriyani Lestari

NIM 3222019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN NON REGULER

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT

TA 2023-2024
KONSEP DASAR OKSIGENASI

A. Pengertian
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia.
Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel. Kekurangan
oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya
kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar
kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik.

Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen kedalam system. Respirasi


berperan dalam mempertahakan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga di
perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti gabungan aktifitas
mekanisme yang berperan dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh dan
pembuangan CO² (hasil pembakaran sel) (Mubarak, Wahit;2010).
Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam sistem (kimia/fisika).
Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan
dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbondioksida,
energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO₂ yang melebihi batas normal pada
tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan
lingkungan yang berfungsi untuk memperoleh O₂ agar dapat digunakan oleh sel-sel
tubuh dan mengeluarkan CO₂ yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh
mengambil O₂dari lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-
selnya) melalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran
berupa CO₂ akan kembali diangkut oleh darah ke paru-paru untuk dibuang ke
lingkungan karena tidak berguna lagi oleh tubuh.

B. Penyebab
1. Faktor Fisiologis
a. Penurunan kapasitas angkut O₂
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke
jaringan adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-
waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita
anemia atau pada saat yang terpapar racun. Kondisi tersebutdapat
mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O₂.
b. Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan
kadar O₂ inspirasi.
c. Hipovolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat
kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.
d. Peningkatan Laju Metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-
menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya, tubuh
mulai memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan massa otot.
e. Kondisi Lainnya
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti
kehamilan, obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit otot,
penyakit susunan saraf, gangguan saraf pusat dan penyakit kronis.
2. Faktor perkembangan
a. Bayi prematur
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin
yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang
membatasi ujung saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh produksi
surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan paru menyintesis surfaktan
baru berkembang pada trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas,
seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misal:
makanan, permen dan lain-lain).
c. Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat
kebiasaan buruk, seperti merokok.
d. Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang
berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit
jantung dan paru pada kelompok usia ini.
e. Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan fungsi
normal pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran alveolus,
dilatasi saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang menghambat
ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O₂.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi
paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot
pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
b. Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung
dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan
kebutuhan oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat mengganggu
oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
1) Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan susunan
saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman
pernapasan.
2) Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin,
dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan
kedalaman pernafasan.
d. Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang
aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan denyut
jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman
pernapasan.
e. Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen
seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskulrisasi perifer dan
penyakit jantung. Selain itu nikotin yang terkandung dalam rokok bisa
mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
4. Faktor Lingkungan
a. Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan Hb
dan O₂. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi
kebutuhan oksigen seseorang.
b. Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara
sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal di
dataran tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan
denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi
peningkatan tekanan oksigen.
c. Polusi
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit
kepala, pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada
orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur
berisiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya.

C. Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer
ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi
tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya.
b. Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas
berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf
otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi
sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat
menyebabkan kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau
proses penyempitan
d. Adanya reflek batuk dan muntah
Adanya peran mukus sillialis sebagai penangkal benda asing yang
mengandung interferon dan dapat mengikat virus. Pengaruh proses ventilasi
selanjutnya adalah complience recoil. Complience yaitu kemampuan paru
untuk meengembang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu adanya
sulfaktor pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk menurunkan tegangan
permukaan dan adanya sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps
dan gangguan thoraks. Sulfaktor diproduksi saat terjadi peregangan sel
alveoli dan disekresi saat pasien menerik napas, sedangkan recoil adalah
kemampuan untuk mengeluarkan co2 atau kontraksi menyempitnya paru.
Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka co2 tidak dapat
dikelurkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu medula oblongata dan
pons dapat mempengaruhi proses ventilasi, karena c02 memiliki kemampuan
merangsang pusat pernapasan. Peningkatan co2 dalam batas 6 mmhg dapat
dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila PaCO, kurang dari sama
dengan 80 mmhg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler paru dan
co2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor :
a. Luasnya permukaan paru
b. Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara epitel
alveoli dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi
apabila terjadi proses penebalan
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi o2 hal ini dapat terjadi sebagai mana o2
dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan o2 dari rongga
alveoli lebih tinggi dari tekanan o2 dalam darah vena pulmonalis (masuk
dalam darah secara berdifusi ) dan PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan
berdifusi ke dalam alveoli
d. Afinitas gas
Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat hb
3. Transportasi gas
Merupakan proses pendistribusian antara o2 kapiler ke jaringan tubuh
c02, jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi akan berikatan dengan
hb membentuk oksihemoglobin (97 %) dan larut dalam plasma (3 %) sedangkan
co2 akan berikatan dengan hb membentuk karbominohemiglobin (3o%) dan
larut dalm plasma (50%) dan sebagaian menjadi Hco3 berada pada darah (65%).
Transpotasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
a. Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah.
Normalnya 5 L/menit. Dalam kondisi patologi yang dapat menurunkan
kardiak output (misal pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah) akan
mengurangi jumlah oksigen yang dikirim ke jaringan umumnya jantung
menkompensasi dengan menambahkan rata-rata pemompaannya untuk
meningkatkan transport oksigen
b. Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain secara langsung berpengaruh
terhadap transpor oksigen bertambahnya latihan menyebabkan peningkatkan
transport o2 (20 x kondisi normal). Meningkatkan kardiak output dan
penggunaan o2 oleh sel.

D. Anatomi
1. Sistem pernapasan Atas
a. Hidung
Pada hidung, udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan,
humidifikasi dan penghangatan.
b. Faring
Faring merupakan saluran yang terbagi dua, untuk udara dan makanan.
Faring terdiri atas nasoraing dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid
yang berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman patogenyang masuk
bersama udara.
c. Laring
Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasa disebut
jakun. Selain berperan dalam menghasilkan suara, laring berfungsi
mempertahankan kepatenan jalan napas dan melindungi jalan napas bawah
dari air dan makanan yang masuk.
2. Sistem Pernapasan Bawah
a. Trakea
Merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin kartilago
yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri. Di dalam
paru, bronkus utama terbagi menjadi bronku-bronkus yang lebih kecil dan
berakhir di bronkiolus terminal. Keseluruhan jalan napas tersebut
membentuk pohon brokus.
b. Paru-paru
Terdapat 2 buah, terletak di sebelah kanan dan kiri. Masing-masing paru
terdiri atas beberapa lobus (patu kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan
dipasok oleh 1 bronkus. Jaringan paru sendiri terdiri atas serangkaian jalan
napsa yang bercababg-cabang, yaitu alveolus, pembuluh darah paru dan
jaringan ikat elastis. Permukaan luar paru dilapisi oleh kantong tertutuup
berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura parietal membatasi toraks dan
permukaan diafragma, sedangkan pleura viseral membatasi permukaan luar
paru. Di antara ertutuup berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura
parietal membatasi toraks dan permukaan diafragma, sedangkan pleura
viseral membatasi permukaan luar paru. Di antara kedua lapisan tersebut
terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna mencegah friksi
selama gerakan bernapas.

E. Fisiologi pernapasan
1. Pernapasan Eksternal
Pernapasan ekstrenal ( pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan
pertukaran O₂ dan CO₂ antara lingungan ekstrenal dan sel tubuh. Secara umum,
proses ini berlangsung dalam langkah, yakni ventilasi pulmoner, pertukaran gas
alveolar, serta transpor oksigen dan karbondioksida.
a. Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui
proses ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan
eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu jalan napas yang bersih, sistem saraf pusat dan sistem
pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu mengembang dan
berkontraksi dengan baik, serta komplian paru yang adekuat.
b. Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernapasan
berikutnya adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah
pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau
bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses ini
berlangsung di alveollus dan membran kapiler dan dipengaruhi oleh
ketebalan membran serta perbedaan tekanan gas.
c. Transport oksigen dan karbondioksida
Tahap ketiga pada proses pernafasan adalah transport gas-gas
pernafasan pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan
dan karbondioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru.
- Transport O₂
Proses ini berlangsung pada sistem jantung dan paru-paru.
Normalnya, sebagian besar oksigen (97%) berikatan lemah dengan Hb
dan diangkut keseluruh jaringan dalam bentuk oksihemmoglobin
(HbO₂), dan sisanya terlarut dalam plasma. Proses ini dipengaruhi oleh
ventilasi (jumlah oksigen yang masuk dalam ke paru) dan perfusi
(aliran darah ke paru dan jaringan). Kapasitas darah yang membawa
oksigen dipengaruhi oleh jumlah O₂ dalam plasma, jumlah
hemoglobin dan ikatan oksigenasi dengan hemoglobin.
- Transport CO₂
Karbondioksida sebagai hasil metabolisme sel terus menerus
produksi dan diangkut menuju paru dalam 3 cara:
a. Sebagian besar karbondioksida (70%) diangkut dalam sel darah
merah dalam bentuk bikarbonat
b. Sebanyak 23% karbondoksida berikatan dengan Hb membentuk
karbaminohemoglobin
c. Sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma dan
dalam bentuki asam karbonat.
2. Pernapasan Sistemik
Pernapasan internal mengacu pada proses metabolisme intrasel yang
berlangsung dalam mitokondria , yang menggunakan oksigen dan menghasilkan
karbondioksida selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses
ini, darah yang banyak mengandung oksigen dibawa keseluruh tubuh hingga
mencapai kapiler sistemik.
F. Gangguan-Gangguan pada Fungsi Pernafasan
1. Perubahan Pola nafas
a. Takipnea
Frekuensi pernafasan yang cepat. Biasanya ini terlihat pada kondisi
demam, asidosis metabolic, nyeri dan pada kasus hiperkapnia atau
hipoksemia.
b. Bradipnea
Frekuensi pernapasan yang lambat dan abnormal. Biasanya terlihat pada
orang yang baru menggunakan obat-obatan seperti morfin dan pada kasus
alkalosis metabolic, dan lain-lain.
c. Apnea
Biasanya juga disebut dengan henti napas.
d. Hiperventilasi
Peningkatan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini terjad
saat kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan metabolic untuk pembuangan
karbondioksida.
e. Hipoventilasi
Penurunan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini terjadi
saat ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolic
untuk penyaluran oksigen dan pembuangan karbondioksida.
f. Pernapasan Kusmal
Salah satu jenis hiperventilasi yang menyertai asidosis metabolic.
g. Orthopnea
Ketidakmampuan untuk bernapas, kecuali dalam posisi tegak atau berdiri.
h. Dispnea
Kesulitan atau ketidaknyamanan saat bernapas.
G. POHON MASALAH
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Gangguan pertukaran gas Pola nafas tidak efektif

Frekuensi nafas, pernafasan cuping hidung, alat bantu nafas,

Sputum Konsolidasi
mengental
jaringan paru

Komplain paru PMN meningkat

SDM dan Leukosit


PMN mengisi alveoli
Penumpukan cairan dalam alveoli

Eksudat dan serios masuk alveoli melalui pembuluh dar


Perubahan anatomis pada
pembuluh darah

Jamur, virus, bakteri, dan protozoa, masuk alveoli, alergi,

(SDKI, 2017 , NANDA, 2015)


H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk mengkaji status, fungsi, dan
oksigenasi pernafasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostiknya antara lain:
a. Penilaian ventilasi dan oksigenasi
b. Tes struktur system pernafasan
c. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernafasan

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Inhalasi Oksigen
Terdapat dua system dalam inhalasi oksigen yaitu system aliran rendah dan
system aliran tinggi
i. System aliran rendah
1. Nasal kanula/Binasal Kanula
2. Sungkup Muka Sederhana
3. Sungkup Muka dengan Kantong “Rebreathing”
4. Sungkup Muka dengan Kantong “Nonrebreathing”
ii. Sistem Aliran Tinggi (High Flow Oxygen System)
b. Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindakan keperawatan yang
terdiri dari :
i. Perkusi .
ii. Vibrasi
iii. Clapping
c. Nafas Dalam dan Batuk Efektif
i. Nafas dalam
ii. Batuk efektif
d. Suctioning ( Penghisapan Lendir)

J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan : Pasien yang memiliki
masalah disfungsi system pernafasannya pada umunya menyadari
tentang keadaanya setelah penyakit/masalah yang dideritanya sudah
cukup berat.
b. Pola Nutrisi : Pasien yang memiliki masalah disfungsi system pernafasan
pada umunya memiliki pola nutrisi yang kurang baik bila pasien tersebut
memiliki gaya hidup yang kuran baik misalnya merokok.
c. Pola Eliminasi: Pasien yang memiliki masalah disfungsi system
pernafasan umunya memiliki masalah pada pola eliminasi oksigen atau
pertukaran gas yang kurang baik.
d. Aktivitas dan Latihan: Pasien yang memiliki masalah disfungsi system
pernafasan pada umunya memiliki aktivitas yang monoton dan kurang
berolahraga.
e. Tidur dan Istirahat : Pasien yang memiliki masalah disfungsi system
pernafasan umunya memiliki kebiasaan tidur yang kurang baik
(bergadang).
f. Sensori, Presepsi dan Kognitif:
Pasien yang memiliki masalah disfungsi system pernafasan pada umunya
merasa kurang nyaman dengan keadaan yang dialaminya.
g. Konsep diri
Pasien yang memiliki masalah disfungsi system pernafasan pada umunya
memiliki masalah pada keadaan sosial, keadaan fisik (khususnya organ
pernafasan), ancaman konsep diri, serta masalah psikologi.
h. Seksual dan Repruduksi:
Pasien yang memiliki masalah disfungsi system pernafasan pada
umunya memiliki tidak masalah dalam pengetahuan yang berhubungan
dengan seksualitas
.
i. Pola Peran Hubungan :
Pasien yang memiliki masalah disfungsi system pernafasan pada umunya
memiliki tidak masalah tentang peran berkaitan dengan keluarga, teman,
dan lingkungan kerja.
j. Manajemen Koping Setress : Pasien yang memiliki masalah disfungsi
system pernafasan pada umunya lebih memilih merahasiakan
masalah/penyakit yang dialaminya dari orang – orang disekitarnya.
k. Sistem Nilai Dan Keyakinan : Latar belakang budaya / etnik, satatus
ekonomi, prilaku kesehtan yang berkaitan dengan kelompok
budaya/etnik.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
( SDKI, 2017)
a. Pola napas tidak efektif
b. Gangguan pertukaran gas
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif
L. RENCANA KEPERAWATAN
N Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indoensia
DIAGNOSA
o (SLKI) (SIKI)
1 Pola nafas tidak efektif SIKI SIKI
Penyebab Respirasi : Respirasi :
• Depresi pusat pernapasan Setelah dilakukan tindakan keperawatan … Manajemen jalan nafas
• Hambatan upaya napas x…. jam, maka pola nafas tidak efektif 1. Observasi
• Deformitas dinding dada menigkat dengan kriteria hasil : a. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
• Deformitas tulang dada • Penggunaan otot bantu nafas menurun usaha nafas)
• Gangguan neuromuscular • Dispnea menurun b. Monitor bunyi nafas tambahan (mis.
• Gangguan neurologis • Pemanjangan fase ekspirasi menurun Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi)
• Penurunan energy • Frekuensi nafas membaik 2. Terapeutik
• Obesitas • Kedalaman nafas membaik • Posisikan semi fowler
• Posisi tubuh yang • Berikan minuman hangat
menghambat ekspansi paru • Berikan oksigen
• Sindrom hipoventilasi 3. Edukasi
• Kerusakan inervasi diafragma • Anjurkan asupan cairan 200 ml/hari, jika
• Cedera pada medulla spinalis tidak kontraindikasi
• Efek agen farmakologis • Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
• Kecemasan
□ Kolaborasi pemberian bronkodilator,
Gejala dan
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
tanda mayor
Subjektif
• Dyspnea Pemantauan respirasi
Objektif 1. Observasi
• Penggunaan otot bantu □ Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
pernafasan dan upaya nafas
□ Fase ekspirasi memanjang □ Monitor pola nafas (seperti bradipnea,
□ Pola nafas abnormal takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
Gejala dan tanda minor cheyne-stokes, ataksisk)
Sujektif □ Monitor saturasi oksigen
□ Ortopnea
□ Auskultasi bunyi nafas
Objektif
□ Pernafasan pursed lips □ Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
□ Pernapasan cuping hidung □ Monitor nilai AGD
□ Diameter thoraks anterior □ Monitor hasil x-ray thoraks
posterior meningkat 2. Terapeutik
□ Ventilasi semenit menurun □ Atur interval pemantauan respirasi
□ Kapasitas vital menurun sesuai kondisi pasien
□ Tekanan ekspirasi menurun
□ Dokumentasikan hasil pemantauan
□ Tekanan inspirasi menurun
3. Edukasi
□ Ekskursi dada berubah
Kondisi klinis terkait □ Jelaskan tujuan dan prosedur
□ Depresi system saraf pusat pemantauan
□ Cedera kepala □ Informasikan hasil pemantauan, jika
□ Trauma thoraks perlu
□ Gullian bare syndrome
□ Multiple sclerosis
□ Myasthenia gravis
□ Stroke
□ Kuadriplegia
□ Intoksikasi alcohol
2 Ganggguan pertukaran gas SIKI SIKI
Penyebab Respirasi : Respirasi
□ Ketidakseimbangan ventilasi- Setelah dilakukan tindakan keperawatan ….. Pemantauan respirasi
perfusi x…. jam, maka Gangguan pertukaran gas 1. Observasi
□ Penurunan membrane meningkat dengan kriteria hasil : □ Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
alveolus-kapiler □ Dispnea menurun dan upaya nafas
Gejala dan tanda mayor □ Bunyi nafas tambahan menurun □ Monitor pola nafas (seperti bradipnea,
Subjektif □ Gelisah menurun takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
□ dyspnea cheyne-stokes, ataksisk)
□ PCO2 membaik
Objektif
□ PO2 membaik □ Monitor saturasi oksigen
□ PCO2 meningkat/ menurun
□ PO2 menurun □ Takikardia membaik □ Auskultasi bunyi nafas
□ Takikardia □ pH arteri membaik □ Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
□ pH arteri meningkat/menurun □ Monitor nilai AGD
□ bunyi napas tambahan □ Monitor hasil x-ray thoraks
gejala dan tanda minor 2. Terapeutik
subjektif □ Atur interval pemantauan respirasi
□ Pusing sesuai kondisi pasien
□ Penglihatan kabur □ Dokumentasikan hasil pemantauan
Objektif
3. Edukasi
□ Sianosis
□ Diaphoresis □ Jelaskan tujuan dan prosedur
□ Gelisah pemantauan
□ Napas cuping hidung □ Informasikan hasil pemantauan, jika
□ Pola nafas abnormal perlu
□ Warna kulit abnormal
□ Kesadaran menurun Terapi oksigen
Kondisi klinis terkait 1. Observasi
□ PPOK Monitor kecepatan aliran oksigen
□ GJK Monitor alat terapi oksigen
□ Asma Monitor aliran oksigen secara periodic
□ Pneumonia dan pastikan fraksi yang diberikan
□ Tuberkulosis paru
□ Penyakit membrane hialin cukup
□ Asfiksia Monitor efektifitas terapi oksigen (mis.
□ PPHN Oksimetri, AGD), jika perlu
□ Prematuritas Monitor kemampuan melepaskan
□ Infeksi saluran nafas oksigen saat makan
Monitor tanda tanda hipoventilasi
Monitor tanda dan gejala toksikasi
oksigen dan atelektasis
Monitor tingkat kecemasan akibat terapi
oksigen
□ Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
2. Terapeutik
Bersihkan secret pada mulut, hidung, dan
trakea, jika perlu
Siapkan dan atur peralatan pemberian
oksigen
Berikan oksigen tambahan, jika perlu
Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
dengan tingkat mobilitas pasien
3. Edukasi
□ Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
4. Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur
3 Bersihan jalan nafas tidak efektif SIKI SIKI
Penyebab Respirasi Respirasi
Fisiologis Setelah dilakukan tindakan keperawatan Latihan batuk efektif
□ Spasme jalan nafas selama …. X…. jam, maka bersihan jalan 1. Observasi
□ Hipersekresi jalan nafas nafas meningkat dengan kriteria hasil : □ Identifikasi kemampuan batuk
□ Disfungsi neuromuscular □ Batuk efektif meningkat □ Monitor adanya retensi spuntum
□ Benda asing dalam jalan nafas
□ Produksi spuntum menurun □ Monitor tanda dan gejala infeksi
□ Adanya jalan nafas buatan
□ Mengi menurun □ Monitor input dan output cairan (mis.
□ Sekresi yang tertahan
□ Hyperplasia dinding jalan □ Wheezing menurun Jumlah dan karakteristik)
nafas □ Meconium (pada neonates) menurun 2. Terapeutik
□ Proses infeksi □ Frekusni nafas membaik □ Atur posisi semi fowler
□ Respon alergi □ Pola nafas membaik □ Buang secret pada tempat spuntum
□ Efek agen farmakologis 3. Edukasi
Situasional
□ Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
□ Merokok aktif efektif
□ Merokok pasif 4. Kolaborasi
□ Terpajan polutan
□ Kolaborasi pemberian mukolitik atau
Gejala dan tanda mayor
Subjektif (tidak tersedia) ekspektoran, jika perlu
Objektif
□ Batuk tidak efektif Manajemen jalan nafas
□ Tidak mampu batuk 1. Observasi
□ Sputum berlebih □ Monitor pola nafas (frekuensi,
□ Mengi, wheezing dan/atau kedalaman, usaha nafas)
ronkhi kering □ Monitor bunyi nafas tambahan (mis.
□ Meconium di jalan napas Gurgling,mengi,wheezing,ronkhi)
(pada neontus) 2. Terapeutik
Gejala dan tanda minor □ Posisikan semi fowler
Subjektif
□ Berikan minuman hangat
□ Dyspnea
□ Sulit bicara □ Berikan oksigen
□ Ortopnea 3. Edukasi \
Objektif □ Anjurkan asupan cairan 200 ml/hari,
□ Gelisah jika tidak kontraindikasi
□ Sianosis □ Ajarkan teknik batuk efektif
□ Bunyi napas menurun 4. Kolaborasi
□ Frekuensi napas berubah □ Kolaborasi pemberian bronkodilator,
□ Pola nafas berubah ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Kondisi klinis terkait
□ Gullian bare syndrome Pemantauan respirasi
□ Sclerosis multiple 1. Observasi
□ Myasthenia gravis
□ Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
□ Prosedur diagnostic
dan upaya nafas
□ Depresi system saraf pusat
□ Cedera kepala □ Monitor pola nafas (seperti bradipnea,
□ Stroke takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
□ Kuadriplegia cheyne-stokes, ataksisk)
□ Sindrom aspirasi meconium □ Monitor saturasi oksigen
□ Infeksi saluran nafas □ Auskultasi bunyi nafas
□ Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
□ Monitor nilai AGD
□ Monitor hasil x-ray thoraks
2. Terapeutik
□ Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
□ Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
□ Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
□ Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
M. IMPLEMENTASI
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi.

N. EVALUASI
a. Evaluasi Formatif ( Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap
klien terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan )
b. Evaluasi Sumatif ( merefleksikan rekapitulasi dan synopsis observasi dan
analisis mengenai status kesehatan klien terhadap waktu ) ( Poer, 2012 )
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, GM. Butcher, HK. Dochterman, JM. Wagner, CM. 2016. Nursing
Intervensions Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia Edisi Keenam.
Yogyakarta: Mocomedia

Carpenito,Lynda Juall.2010. Diagnosa Keperawatan Edisi 13. Jakarta: EGC.


Moorhead,S. Johnson, L. Maas, ML. Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes

Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia Edisi Kelima. Yogyakarta:


Mocomedia.

NANDA Internasional.2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2015-2017. Jakarta:EGC

Mubarak,Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : EGC.
Tarwono dan Wartondi.2001. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia : Definisi dan Indikator diagnostik. Jakarta : DPP PPNI

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia : Definisi dan Kriteria hasil keperawatan. Jakarta : DPP PPNI

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia : Definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta : DPP PPNI

Poer, M. 2012. Makalah Dokumentasi Keperawatan “Dokumentasi


Evaluasi”. (Online). Available at

https://www.scribd.com/doc/106424735/makalah-dokumentasi-evaluasi-
keperawatan. Diunduh pada 1 September 2016
Wilkinson, Judith. M. 2006. Diagnosa Keperawatan NIC dan NOC, Edisi
7.Jakarta: EGC
Arief mansjoer. 2011. Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3, jakarta FKUI.
Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah. Edisi 8, Vol.
3, jakarta, EGC.
Doengoes. E. marlynn, dkk. 2010. Rencana Asuhan keperawatan, jakarta, EGC.
Elisabeth j.corwin, 2011 buku saku patofisiologi.jakarta EGC.

Anda mungkin juga menyukai