Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

OKSIGENASI

OLEH:

Eka Rahmah Hidayati


NPM. 2314901210090

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

OKSIGENASI

A. DEFINISI
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel.
Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah
satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar
kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik.
Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam sistem (kimia/fisika).
Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan
dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbondioksida, energi,
dan air. Akan tetapi, penambahan CO₂ yang melebihi batas normal pada tubuh akan
memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan
lingkungan yang berfungsi untuk memperoleh O₂ agar dapat digunakan oleh sel-sel
tubuh dan mengeluarkan CO₂ yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh
mengambil O₂dari lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-selnya)
melalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran berupa CO₂
akan kembali diangkut oleh darah ke paru-paru untuk dibuang ke lingkungan karena
tidak berguna lagi oleh tubuh.

B. ANATOMI
1. Sistem pernapasan Atas
a. Hidung
Pada hidung, udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan,
humidifikasi dan penghangatan.
b. Faring
Faring merupakan saluran yang terbagi dua, untuk udara dan makanan. Faring
terdiri atas nasoraing dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang
berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman patogenyang masuk bersama
udara.
c. Laring
Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasa disebut jakun.
Selain berperan dalam menghasilkan suara, laring berfungsi mempertahankan
kepatenan jalan napas dan melindungi jalan napas bawah dari air dan makanan
yang masuk.
2. Sistem Pernapasan Bawah
a. Trakea
Merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin kartilago yang
menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri. Di dalam paru,
bronkus utama terbagi menjadi bronku-bronkus yang lebih kecil dan berakhir di
bronkiolus terminal. Keseluruhan jalan napas tersebut membentuk pohon brokus.
b. Paru-paru
Terdapat 2 buah, terletak di sebelah kanan dan kiri. Masing-masing paru terdiri
atas beberapa lobus (patu kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasok oleh 1
bronkus. Jaringan paru sendiri terdiri atas serangkaian jalan napsa yang
bercababg-cabang, yaitu alveolus, pembuluh darah paru dan jaringan ikat elastis.
Permukaan luar paru dilapisi oleh kantong tertutuup berdinding ganda yang
disebut pleura. Pleura parietal membatasi toraks dan permukaan diafragma,
sedangkan pleura viseral membatasi permukaan luar paru. Di antara ertutuup
berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura parietal membatasi toraks dan
permukaan diafragma, sedangkan pleura viseral membatasi permukaan luar paru.
Di antara kedua lapisan tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai
pelumas guna mencegah friksi selama gerakan bernapas.

C. PENYEBAB
1. Faktor Fisiologis
a. Penurunan kapasitas angkut O₂
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke jaringan adalah
97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila terdapat
gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita anemia atau pada saat yang
terpapar racun. Kondisi tersebutdapat mengakibatkan penurunan kapasitas
pengikatan O₂.
b. Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan kadar O₂
inspirasi.
c. Hipovolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat kehilangan
cairan ekstraselular yang berlebihan.
d. Peningkatan Laju Metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-menerus yang
mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya, tubuh mulai memecah
persediaan protein dan menyebabkan penurunan massa otot.
e. Kondisi Lainnya
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti kehamilan, obesitas,
abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit otot, penyakit susunan saraf,
gangguan saraf pusat dan penyakit kronis.
2. Faktor perkembangan
a. Bayi prematur
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin yang
ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi ujung
saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh produksi surfaktan yang masih
sedikit karena kemampuan paru menyintesis surfaktan baru berkembang pada
trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas, seperti
faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misal: makanan, permen
dan lain-lain).
c. Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat kebiasaan
buruk, seperti merokok.
d. Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang berolahraga,
merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan paru pada
kelompok usia ini.
e. Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan fungsi normal
pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran alveolus, dilatasi saluran
bronkus dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga
berpengaruh pada penurunan kadar O₂.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru,
sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan yang
akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
b. Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung dan
kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan
oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat mengganggu
oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
1) Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan susunan saraf
pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernapasan.
2) Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin, dapat
mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman
pernafasan.
d. Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang
aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan denyut
jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain
itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan.
e. Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen
seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskulrisasi perifer dan
penyakit jantung. Selain itu nikotin yang terkandung dalam rokok bisa
mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
4. Faktor Lingkungan
a. Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan Hb dan O ₂.
Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi kebutuhan oksigen
seseorang.
b. Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara sehingga
tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal di dataran tinggi
cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut jantung.
Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi peningkatan tekanan oksigen.
c. Polusi
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit kepala, pusing,
batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada orang yang
menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur berisiko tinggi
menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya.

D. KLASIFIKASI
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu ventilasi,
difusi dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat
maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya.
b. Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi
atau kembang kempis.
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas
berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom.
Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat
terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan
kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan.
d. Adanya reflek batuk dan muntah.
Adanya peran mukus sillialis sebagai penangkal benda asing yang mengandung
interferon dan dapat mengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah
complience recoil. Complience yaitu kemampuan paru untuk meengembang dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu adanya sulfaktor pada lapisan alveoli yang
berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang
menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan thoraks. Sulfaktor diproduksi
saat terjadi peregangan sel alveoli dan disekresi saat pasien menerik napas,
sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan co2 atau kontraksi
menyempitnya paru. Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka
co2 tidak dapat dikelurkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu medula
oblongata dan pons dapat mempengaruhi proses ventilasi, karena c02 memiliki
kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan co2 dalam batas 6 mmhg
dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila PaCO, kurang dari sama
dengan 80 mmhg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler paru dan co2, di
kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Luasnya permukaan paru.
b. Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara epitel alveoli
dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi o2 hal ini dapat terjadi sebagai mana o2 dari
alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan o2 dari rongga alveoli lebih
tinggi dari tekanan o2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara
berdifusi ) dan PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam
alveoli.
d. Afinitas gas
Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat hb.
3. Transportasi gas
Merupakan proses pendistribusian antara o2 kapiler ke jaringan tubuh c02, jaringan
tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi akan berikatan dengan hb membentuk
oksihemoglobin (97 %) dan larut dalam plasma (3 %) sedangkan co2 akan berikatan
dengan hb membentuk karbominohemiglobin (3o%) dan larut dalm plasma (50%) dan
sebagaian menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpotasi gas dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya:
a. Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya 5
L/menit. Dalam kondisi patologi yang dapat menurunkan kardiak output (misal
pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah) akan mengurangi jumlah oksigen
yang dikirim ke jaringan umumnya jantung menkompensasi dengan
menambahkan rata-rata pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain secara langsung berpengaruh
terhadap transpor oksigen bertambahnya latihan menyebabkan peningkatkan
transport o2 (20 x kondisi normal). Meningkatkan kardiak output dan penggunaan
o2 oleh sel.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMENUHAN KEBUTUHAN


OKSIGEN
1. Lingkungan
2. Latihan/aktivitas
3. Emosi
4. Gaya hidup
5. Status kesehatan
6. Narkotik

F. FISIOLOGI PERNAPASAN
1. Pernapasan Eksternal
Pernapasan ekstrenal ( pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan pertukaran
O₂ dan CO₂ antara lingungan ekstrenal dan sel tubuh. Secara umum, proses ini
berlangsung dalam langkah, yakni ventilasi pulmoner, pertukaran gas alveolar, serta
transpor oksigen dan karbondioksida.
a. Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses ventilasi
sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus. Proses
ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jalan napas yang bersih,
sistem saraf pusat dan sistem pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu
mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplian paru yang adekuat.
b. Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernapasan berikutnya adalah difusi
oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan
molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi
atau bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveollus dan membran
kapiler dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan tekanan gas.
c. Transport oksigen dan karbondioksida
Tahap ketiga pada proses pernafasan adalah transport gas-gas pernafasan pada
proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan karbondioksida
diangkut dari jaringan kembali menuju paru.
- Transport O₂
Proses ini berlangsung pada sistem jantung dan paru-paru. Normalnya,
sebagian besar oksigen (97%) berikatan lemah dengan Hb dan diangkut
keseluruh jaringan dalam bentuk oksihemmoglobin (HbO₂), dan sisanya
terlarut dalam plasma. Proses ini dipengaruhi oleh ventilasi (jumlah oksigen
yang masuk dalam ke paru) dan perfusi (aliran darah ke paru dan jaringan).
Kapasitas darah yang membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah O₂ dalam
plasma, jumlah hemoglobin dan ikatan oksigenasi dengan hemoglobin.
- Transport CO₂
Karbondioksida sebagai hasil metabolisme sel terus menerus produksi dan
diangkut menuju paru dalam 3 cara:
a. Sebagian besar karbondioksida (70%) diangkut dalam sel darah merah
dalam bentuk bikarbonat
b. Sebanyak 23% karbondoksida berikatan dengan Hb membentuk
karbaminohemoglobin
c. Sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma dan dalam
bentuki asam karbonat.

2. Pernapasan Sistemik
Pernapasan internal mengacu pada proses metabolisme intrasel yang berlangsung
dalam mitokondria , yang menggunakan oksigen dan menghasilkan karbondioksida
selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini, darah yang banyak
mengandung oksigen dibawa keseluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik.

G. GANGGUAN – GANGGUAN PADA FUNGSI PERNAPASAN


1. Perubahan Pola nafas
a. Takipnea
Frekuensi pernafasan yang cepat. Biasanya ini terlihat pada kondisi demam,
asidosis metabolic, nyeri dan pada kasus hiperkapnia atau hipoksemia.
b. Bradipnea
Frekuensi pernapasan yang lambat dan abnormal. Biasanya terlihat pada orang
yang baru menggunakan obat-obatan seperti morfin dan pada kasus alkalosis
metabolic, dan lain-lain.
c. Apnea
Biasanya juga disebut dengan henti napas.
d. Hiperventilasi
Peningkatan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini terjad saat
kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan metabolic untuk pembuangan
karbondioksida.
e. Hipoventilasi
Penurunan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini terjadi saat
ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolic untuk
penyaluran oksigen dan pembuangan karbondioksida.
f. Pernapasan Kusmal
Salah satu jenis hiperventilasi yang menyertai asidosis metabolic.
g. Orthopnea
Ketidakmampuan untuk bernapas, kecuali dalam posisi tegak atau berdiri.
h. Dispnea
Kesulitan atau ketidaknyamanan saat bernapas.

H. PATOFISIOLOGI
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke
paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur
dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang
menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain
kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti
perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2002).

PATHWAY

Pernapasan

Oksigenasi

Ventilasi Transportasi

Hiperventilasi Adanya sumbatan Difusi


pada jalan napas

ketidakefektifan
Obstruksi jalan napas
pola napas

Ketidakefektifan
jalan napas
I. MANIFESTASI KLINIS
a. Suara napas tidak normal.
b. Perubahan jumlah pernapasan.
c. Batuk disertai dahak.
d. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
e. Dispnea.
f. Penurunan haluaran urin.
g. Penurunan ekspansi paru.
h. Takhipnea

J. TANDA DAN GEJALA


Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk
bernafas, pernafasan nafas faring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan
dada, nafas pendek, nafas dengan mulut, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter
anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan
gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi
(NANDA, 2013).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea,
kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, sianosis, warna kulit abnormal
(pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal
frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2013).

K. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Spyromtry : mengetahui fungsi paru.
2. Hematologi : mengetahui
 Infeksi :LED (laju endap darah), leukosit
 Alergi :eosinofil
 Pertukaran gas :ABG (analisa blood gas)
3. Radiologi
 Foto rontegen atau X-ray
 Broncoscopy : pada hidung dimasukkan selang sampai bronkus yang
dihubungkan dengan computer
 Scaning paru :untuk mengetahui keadaan otak dan paru
 Tromogafi :CT-scen menggunakan computer
 Anglografi :untuk mengetahui emboli
4. Biopsi :mengetahui histologi sel
5. Thoracocentesis :mengetahui cairan
6. Ultrasonograph /USG :melihat bagian tubuh dengan computer.(pada wanita hamil).

L. PEMERIKSAAN FISIK
a. Mata
1) Konjungtiva pucat (karena anemia).
2) Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia).
3) Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis).

b. Kulit
1) Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer).
2) Penurunan turgor (dehidrasi).
3) Edema.
4) Edema periorbital.

c. Jari dan kuku


1) Sianosis.
2) Clubbing finger.
d. Mulut dan bibir

1) membrane mukosa sianosis.


2) bernapas dengan mengerutkan mulut.
e. Hidung
Pernapasan dengan cuping hidung.
f. Vena leher
Adanya distensi / bendungan.

g. Dada
1) Retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan, dispnea,
obstruksi jalan pernapasan).
2) Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
3) Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati
saluran/rongga pernapasan.
4) Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial).
5) Suara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction rub/pleural
friction).
6) Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness).

h. Pola pernapasan
1) pernapasan normal (eupnea).
2) pernapasan cepat (tacypnea).
3) pernapasan lambat (bradypnea).

M. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan
oksigenasi yaitu:
a. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar
dan keadekuatan oksigenasi.
c. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
e. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang
menghambat jalan nafas.
f. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan kontraksi
paru.
h. CT-Scan
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.

N. PENANGANAN
A. Teknik pernafasan
1) Latihan nafas dalam, batuk efektif.
 Indikasi :48 jam post operasi
 Cara kerja :
a. Posisikan semi fowler.
b. Anjurkan klien menekan aera insisi dengan bantal /tangan.
c. Anjurkan klien tarik nafas lewat hidung dan dikeluarkan secara
perlahan-lahan lewat mulut.
d. Anjurkan klien tarik nafas lagi, tahan sebentar kemudian di batukkan.
e. Bersihkan atau tamping sputum yang keluar.
2) Pursed lip breating
 Indiksi :pasien yang biasa mengontrol pernafasan
 Cara kerja :
a. Posisikan baring /duduk yang nyaman.
b. Anjurkan klien inspirasi dalam lewat hidung dan tahan sebentar.
c. Ekspirasikan lewat mulut secara perlahan-lahan seperti bersin.
3) Abdominal breating
 Indikasi :disfungsi pernafasan kronik
 Cara kerja :
a. Bersihkan jalan nafas, kalau perlu saction.
b. Pasisi klien duduk atau baring semi fowler.
c. Anjurkan klien tarik nafas dalam dengan menggunakan otot abdomen.
d. Tahan sebentar kemudian akhalasi seperti bersin ddengan perlahan-
lahan kurang lebih 2-3 kali lebih lama dari inspirasi.
e. Bila berhasil lanjutkan dengan latihan bebas di atas abdomen kurang
lebih 5 pound (2,5 kg).
f. Lakukan kurang lebih 10-20 menit.
4) Insentive spirometer
 Indikasi :post operasi bersamaan deep breathing
 Cara kerja :
a. Posisi klien duduk atau berbaring semi fowler.
b. Anjurkan klien memegang pipa spyrometer dekatkan ke mulut.
c. Klien nafas dalam kemudian keluarkkan secara cepat dan maksimal
lewat mulut ke selang spirometer.
d. Ulangi 4-5 kali, kemudian batuk efektif.
e. Bersihkan selang spyrometer, kemudian klien diistirahatkan.

B. Fisioterapi Dada
1. Perkusi dada dan vibrasi
 Alat :bantal, handuk kecil, tissue, sputum pot.
 Cara kerja :
a. Jelaskan tujuan dan prosedur.
b. Atur posisi (postural drainage).
c. Letakkan handuk di atas klien.
d. Anjurjan klien nafas dalam perlahan-lahan.
e. Lengkungkan telapak tangan, jari rapat.
f. Tepuk-tepuk punggung dan dada klien di punggung ke bahu.
g. Lakukan selama 3-5 menit.
h. Anjurkan pursed lip breating.
i. Letakkan tangan anda bersilang pada lokasi paru, lalu getarkan secara pelan-
pelan saat klien ekshalasi.
j. Ulangi kurang lebih 5 kali.
k. Tampung dan bersihkan dengan tissue (sputum pot)
2. Postural drainage
 Alat :bantal, tissue, obat kumur.
 Cara kerja :
a. Jelaskan prosedur.
b. Atur posisi sesusai letak secret.
c. Kombinasikan dengan perkusi dan vibrasi.

 Indikasi :
a. Klien tak mampu batuk.
b. Secret terkumpul di lobus paru.
 Kontraindikasi
a. Dypsnoe meningkatkan cyanosis saat prosedur.
b. Nyeri.
c. Perdarahan lama.
d. Kelumpuhan.
e. Resiko tinggi fraktur patofisiologi.
f. Mastectomy :pembedahan mamae.
g. Osteoporosis :keroposnya tulang.

C. Oksigenasi
 Tujuan :
1. Menyediakan sejumlah O2 yang cukup untuk makhluk hidup atau suffilien
2. Mengurangi hypoximea
3. Menurunkan akibat kompensasi hypoxia
 Kontraindikas :
1. Hipoventilasi
2. Oxygen toxicity
 Metode pemberian oksigen
1. Low flow system
a. Nasal kanul
 1 X/menit 22%-24%
 2 X/menit 26%-28%
 3 X/menit 28%-30%
 4 X /menit 32%-36%
 5 X /menit 36%-40%
 6 X /menit 40%-44%
b. Masker
1. Simple face
 5-6 X/menit 40%
 6-7 X/menit 50%
 7-8 X/menit 60%
2. Partial rebreathing
 8 X/menit 40-50%
 10-12 X/menit 60%
3. Non rebreathing
 6 X/menit 55-60%
 8 X/menit 60-80%
 10 X/menit 80-90%
 12-15 X/menit 90-100%
2. High flow system
a) Venture mask
 3 X/menit 24-28%
 4 X/menit 30-40%
 8 X/menit 50%
b) Oksigen hood (nasal kateter)
 10-12 X/menit
Inshalasi uap (saluran pernafasan)
Tujuan :
a) Mengencerkan dahak.
b) Melembabkan mukosa saluran pernafasan.
c) Selaput lendir dalam keadaan tetep lembab.
d) Pernafasan menjadi lega.
e) Pembengkakan selaput lendir menjadi kusam.

Suction yaitu mengeluarkan secret atau lendir saluran pernafasan


 Macam-macam otot:
1. Orotracheal/nasotracheal suction.
Indikasi :
a) Distress permafasan.
b) Suara nafas abnormal (wheezing).
Kontraindikasi :broncospasme.
Prosedur :

- Pasien semi fowler.


- Gunakan alat dan prosedur steril (kateter tidak lentur).
- Beri hyperoksigen dengan ventilator.
- Anjurkan klien nafas dalam.
- Masukkan kateter dengan tekanan (keluarkan dengan tekanan secara
sirkumsisi dengan pelan-pelan 5-10 menit).
- Ulangi 3 X atau sekret bersih.
- Bila secret sangat pekat tetesi dengan NaCl.
- Catata hasil dan respon pasien.
Komplikasi :
- Bronco or laringospasme.
- Pendarahan.
- Batuk-batuk panjang.
- Infection.
- Gangguan irama jantung.
2. Hidung.
3. Oropharing atau nosopharing.
Komplikasi :
- Depresi pernafasan, toksisitas (keracunan), nyeri subsentral (saluran
nafas).
- Fibroplasma retro lental :mata (pembuluh arteri retina mata).
- Gangguan sirkulasi sementara hidung (penyumbatan ekspresinya).
- Parestesi, nyeri sendi (syarat).

A. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat Keperawatan
Meliputi pengkajian tentang masalah pernapasan dulu dan sekarang , gaya
hidup, adanya batuk, sputum, nyeri, dan adanya faktor resiko untuk gangguan status
oksigenasi.
a. Masalah pada pernapasan (dahulu dan sekarang)
b. Riwayat penyakit
1) Nyeri
2) Paparan lingungan
3) Batuk
4) Bunyi nafas
5) Faktor resiko penyakit paru
6) Frekuensi infeksi pernapasan
7) Masalah penyakit paru masa lalu
8) Penggunaan obat
c. Adanya batuk dan penanganan
d. Kebiasaan merokok
e. Masalah pada fungsi kardiovaskuler
f. Faltor resiko yang memperberat masalah oksigenasi
g. Riwayat penggunaan medikasi’
h. Stressor yang dialami
i. Status atau kondisi kesehatan

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Mengamati tingkat kesadaran pasien, keadaan umum, postur tubuh,
kondisi kulit, dan membran mukosa, dada (kontur rongga interkosta, diameter
anteroposterior, struktur toraks, pergerakan dinding dada), pola napas
(frekuensi dan kedalaman pernapasann, durasi inspirasi dan ekspirasi)
b. Palpasi
Dilakukan dengaan menggunakan tumit tangan pemeriksa mendatar
diatas dada pasien. Saat palpasi perawat menilai adanya fremitus taktil pada
dada dan punggung pasien dengan memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh”
secara ulang. Normalnya, fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat
dan meningkat pada kondisi konsolidasi.
c. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam
sertamengkaji adanya abnormalitas , cairan /udara dalam paru. Normalnya,
dada menghasilkan bunyi resonan / gaung perkusi.
d. Auskultasi
Dapat dilakukan langsung / dengan menggunakan stetoskop. bunyi
yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi dan
kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil terbaik , valid dan akurat, sebaiknya
auskultasi dilakukan lebih dari satu kali.

3. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi dan
oksigenasi pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik antara
lain :
a. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah
arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap.
b. Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dadabronkoskopi, scan paru.
c. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur
kerongkongan, sputum, uji kulit toraketensis.
B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Hiperventilasi Ketidakefektifan pola
Pasien mengatakan sulit nafas
untuk bernafas
DO :
Pasien terpasang oksigen,
ekspresi wajah gelisah,
irama pernafasan tidak
teratur.

2 DS : obstruksi jalan nafas Ketidakefektifan


Pasien mengatakan sesak bersihan jalan nafas
untuk bernafas.
DO :
Klien terlihat gelisah

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan utama untuk klien dengan masalah oksigenasi adalah :
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.
D. Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan
No. Tujuan Keperawatan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
DX (NANDA)
( NOC ) (NIC )

1 Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan Asuhan keperawatan Airway management


berhubungan dengan selama …. x 24 jam - Jaga kepatenan jalan napas: buka jalan
Respiratory : airway patency napas, suction, fisioterapi dada sesuai
hiperventilasi
- Klien mampu mengidentifikasi dan indikasi
mencegah faktor yang dapat - Monitor pemberian oksigen, vital sign
menghambat jalan napas tiap .... jam
- Menunjukan jalan napas yang paten: - Monitor status respirasi: adanya suara
klien tidak merasa tercekik, tidak tambahan
terjadi aspirasi, frekuensi napas dalam - Ajarkan teknik batuk napas efektif
rentang normal - Kolaborasi dengan tim medis pemberian o2
- Tidak ada suara napas abnormal - Catat tipe dan jumlah sekret pencegahan
- Mampu mnegeluarkan sputum dari aspirasi
jalan napas - Tinggikan posisi kepala tempat tidur 30-45
derajat setelah makan untuk mencegah
aspirasi dan mengurangi dispnea
2 Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan Asuhan keperawatan Airway management
jalan nafas yang berhubungan selama …. x 24 jam - Pantau addanya pucat dan sianosis
dengan obstruksi jalan napas Respiratory : ventilation - Pantau efek obat pada status respirasi
- Pasien akan menunjukan pernapasan - Pantau bunyi respirasi, pola respirasi, dan
optimal pada saat terpasang ventilator vital sign
makanis’mempunyai kecepatan dan Informasikan kepada klien dan keluarga
irama respirasi dalam batas normal tentang teknik relaksasi
- Mempunyai dalamfunsi paru dalam - Ajarkan cara batuk efektif
batas normal - Catat tipe dan jumlah sekret pencegahan
aspirasi
E. Evaluasi
1. Klien mengatakan dapat bernapas dengan normal
2. Tidak adanya hambatan pada pola napas
DAFTAR PUSTAKA

Brunner &Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta

Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC

Nanda International (20013). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. Jakarta:EGC

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC

Tarwonto dan Wartonah.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan Keperaweatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Wilkinson, Judith. M. 2006. Diagnosa Keperawatan NIC dan NOC, Edisi 7.Jakarta: EGC

Mubarak,Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakart :EGC.

Arief mansjoer. 2011. Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3, jakarta FKUI.

Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah. Edisi 8, Vol. 3, jakarta,
EGC.

Doengoes. E. marlynn, dkk. 2010. Rencana Asuhan keperawatan, jakarta, EGC.

Elisabeth j.corwin, 2011 buku saku patofisiologi.jakarta EGC.

Carpenito, Lynda Juall, 2001, Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta:Penerbit Buku


Kedokteran EGC.
Doenges, Moorhouse, Geissler, 2000, Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Johnson Marion , Meridean Maas, Sue Moorhead, 1999, NOC. Edisi 2. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Perry & Potter, 2003, Fundamental Of Nursing. USA:C.V Moasby Company St. Louis

Barabai, 30 September 2023

Preceptor Akademik Ners Muda

Rida Millati, Ns.,M.Kep Eka Rahmah Hidayati, S.Kep

Anda mungkin juga menyukai