Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

OKSIGENASI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS dr. SOEBANDI

2023

BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Oksigenasi


Oksigenasi merupakan suatu proses untuk mendapatkan O 2 dan
mengeluarkan O2. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk
mempertahankan hidupnva dan untuk akrivIras berbagai organ atau sel.
Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan
berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien
akan meninggal (Kusnanto, 2016).
Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital
dalam proses metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup
O2 setiap kali bernapas dari atmosfer. Oksigen (O 2) untuk kemudian diedarkan
keseluruh jaringan tubuh (Sulistyo Andarmoyo, 2012).

1.2 Kebutuhan Fisiologi


Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi terdiri atas saluran
pernapasan bagian atas, bagian bawah, dan paru (Hidayat & Uliyah, 2014)
1. Saluran Pernapasan Bagian Atas
Saluran pernapasan bagian atas berfungsi menyaring, menghangatkan, dan
melembapkan udara yang terhirup. Saluran pernapasan ini terdiri atas sebagai
berikut.
a. Hidung. Hidung terdiri atas nares anterior (saluran dalam lubang
hidung) yang berisi kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu yang kasar dan
bermuara ke rongga hidung dan rongga hidung yang dilapisi oleh selaput
lendir yang mengandung pembuluh darah. Proses oksigenasi diawali
dengan penyaringan udara yang masuk melalui hidung oleh bulu yang ada
dalam vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan serta
dilembapkan.
b. Faring. Faring merupakan pipa yang memiliki tot, memanjang dari
dasar tengkorak sampai esofagus yang terletak di belakang nasofaring (di
belakang hidung), di belakang mulut (orofaring), dan di belakang laring
(laringo faring).
c. Laring (Tenggorokan). Laring merupakan saluran pernapasan setelah
faring yang terdiri atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama
ligamen dan membran, terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis
tengah.
d. Epiglotis. Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas
membantu menutup
laring pada saat proses menelan.
2. Saluran Pernapasan Bagian Bawah
Saluran pernapasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara dan
memproduksi surfaktan. Saluran ini terdiri atas sebagai berikut:
a. Trakea. Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang
kurang lebih semblan sentimeter yang dimulai dari laring sampai kira-kira
ketinggian vetebra torakalis kelima. Trakea tersusun atas enam belas
sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap berupa cincin, dilapisi selaput
lendir yang terdiri atas epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu
atau benda asing.
b. Bronkus. Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari
trakea yang terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan
lebih pende dan lebar daripada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas,
tengah, dan bawah, sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian
kanan yang berjalan dari lobus atas dan bawah.
c. Bronkiolus. Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah
bronkus.
3. Paru
Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru terletak
dalam rongga toraks setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru
terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi ole pleura parietalis dan pleura
viseralis, seta dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan. Paru
sebagai alat pernapasan utama terdiri atas dua bagian, yaitu paru kanan dan kiri.
Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung beserta pembuluh darah yang
berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks. Paru memiliki jaringan
yang bersifat elastis, berpori, serta berfungsi sebagai tempat pertukaran gas
oksigen dan karbondioksida

1.3 Faktor yang mempengaruhi


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi antara lain
faktor fisiologi, perkembangan, perilaku, dan lingkungan (Ritonga 2017).
1. Faktor Fisiologis
a. Menurunnya kapasitas pengiktan 02 seperti anemia.
b. Menurunnya konsentrasi 02 yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran napas bagian atas
c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor
02 terganggu.
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil,
luka dan lain-lain.
e. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, musculus skeleton yang abnormal, penyakit kronik
seperti TBC paru.
2. Faktor Perkembangan
Faktor perkembangan merupakan pengaruh yang sangat penting dalam
fungsipernapasan.
a. Bayi prematur. Bayi yang lair prematur beresiko menderita penyakit
membran hialin yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa
hialin yang membatasi ujung saluran pernapasan. Kondisi ini disebabkan
oleh produksi surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan paru dalam
menyintesis surfaktan baru berkembang pada trimester terakhir
b. Bayi dan anak-anak. Kelompok usia ini beresiko mengalami infeksi
saluran napas atas, seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi
benda asing (mis. Makanan, permen, dil).
c. Anak usia sekolah dan remaja. Kelompok usia in beresiko mengalami
infeksi saluran napas akut akibat kebiasaan buruk, seperti merokok.
d. Dewasa muda dan paruh baya. Kondisi stres, kebiasaan merokok, diet
yang tidak seat, kurang berolahraga merupakan faktor yang dapat
meningkatkan resiko penyakit jantung dan paru pada kelompok usia ini.
е. Lansia. Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan
perubahan pada fungi normal pernapasan, seperti penurunan elastisitas
paru, pelebaran alveolus, dilatasi saluran bronkus, dan kifosis tulang
belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada
penurunan kadar 02.
3. Faktor Perilaku
Perilaku keseharian individu dapat berpengaruh terhadap fungsi
pernapasannya. Status nutrisi, gaya hidup, olahraga, kondisi emosional, dan
penggunaan zat-zat tertentu secara tidak langsung akan berpengaruh pada
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.

4. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan seperti ketinggian, suhu, serta polusi udara dapat
mempengaruhi proses oksigenasi.
a. Suhu. Faktor suhu (panas atau dingin) dapat berpengaruh terhadap
afinitas atau kekuatan ikatan Hb dan 02. Dengan kata lain, suhu
lingkungan juga bisa mempengaruhi kebutuhan oksigen seseorang.
b. Ketinggian. Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada
tekanan udara sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang
yang tinggal didataran tinggi cenderung mengalami peningkatan frekunsi
pernapasan dan denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran rendah akan
terjadi peningkatan tekanan oksigen.
c. Polusi. Polusi udara seperti asap atau debu sering kali menyebabkan
sakit kepala, pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan
lain pada orang yang menghisapnya. Pada pekeria pabrik asbes atau bedak
tabur beresiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat – zat
berbahaya.
5. Saraf otonomik
Rangsangan simpatis dan para simpatis dari saraf otonomik dapat
mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan kontriksi, sebagai hal ini dapat
terlihat simpatis maupun parasimpatis. Ketika terjadi rangsangan, ujung saraf
dapat mengeluarkan
neurotransmitter (untuk simpatis dapat mengeluarkan noradrenalin yang
berpengaruh pada bronkhokontriksi) karena pada saluran pernafasan terdapat
reseptor adrenergic dan reseptor kolinergik.
6. Hormon dan Obat
Semua hormone termaksuk derivate catecholamine dapat melebarkan saluran

pernafasan. Obat yang tergolong parasimpatis, seperti sulfat atropin dan ekstrak

belladona, dapat melebarkan saluran napas, sedangkan obat yang ngga.

Anda mungkin juga menyukai