Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

DENGAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA KASUS CHF


DI RS CITRA HUSADA JEMBER

NAMA : D. FIORA FAROKAH P.


NIM : 19010028

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
JEMBER
2023
BAB 1. LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN

Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam system (kimia


atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang
sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya
terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2
yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang
cukup bermakna terhadapkan aktivitas sel. Oksigenasi adalah salah satu
komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal
elemen ini diperoleh dengan cara mengirup O2 ruangan setiap kali bernapas
(Wartonah Tarwanto, 2019).
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolism
sel tubuh. Kekurangan oksigan bisa menyebabkan hal yangat berartibagi
tubu, salah satunya adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu
dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar
terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen
merupakan garapan perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus
paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta
mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan
kebutuhan tesebut. Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel
membentuk ATP (Adenosin Trifosfat) yang merupakan salah satu terapi
pernafasan sebagai mempertahankan oksigen. Tujuan dari terapi oksigen
adalah untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambal
menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium
(Alimul, Aziz. 2018)
Bila ada gangguan pada salah satu organ system respirasi, maka kebutuhan
oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari
terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai suatu
yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang
mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya
sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini akan merasakan
pentingnya oksigen (Andarmoyo.2018).

1.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN


Stuktur Sistem Pernafasan :
1. Sistem pernafasan Atas
Sistem pernafasaan atas terdiri atas mulut,hidung, faring, dan
laring.
Hidung. Pada hidung udara yang masuk akan mengalami penyaringan,
humidifikasi, dan penghangatan faring.
a. Faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara dan makanan.
Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan
limfoid yang berfungsi menangkap dan dan menghancurkan kuman
pathogen yang masuk bersama udara.
b. Laring merupakan struktur yang merupai tulang rawan yang bisa disebut
jakun. Selain
berperan sebagai penghasil suara, laring juga berfungsi mempertahankan
kepatenan
dan melindungi jalan nafas bawah dari air dan makanan yang masuk.
2. Sistem pernafasan Bawah
Sistem pernafasaan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang
dilengkapi dengan bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler paru dan
pleura.
a. Trakea merupakan pipa membran yang dikosongkan oleh cincin kartilago
yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri.
b. Paru-paru ada dua buah teletak di sebelah kanan dan kiri. Masing-masing
paru terdiri atas beberapa lobus (paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2
lobus) dan dipasok oleh satu bronkus. Jaringan-jaringn paru sendiri
terdiri atas serangkain jalan nafas yang bercabang-cabang, yaitu
alveoulus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastic. Permukaan
luar paru-paru dilapisi oleh dua lapis pelindung yang disebut pleura.
Pleura pariental membatasi torak dan permukaan diafragma, sedangkan
pleura visceral membatasi permukaan luar paru. Diantara kedua lapisan
tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna
mencegah gerakan friksi selama bernafas.
Berdasarkan tempatnya proses pernafasan terbagi menjadi dua dua yaitu:
a. Pernapasan eksternal
Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan
proses pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh.
Secara umum proses ini berlangsung dalam tiga langkah, yakni :
1. Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses
ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan
alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu jalan
napas yang bersih, system saraf pusat dan system pernapasan yang utuh,
rongga toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta
komplians paru yang adekuat.

2. Pertukaran gas alveolar


Setelah oksigen masuk alveolar, proses proses pernapasan berikutnya
adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi
adalah pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke
area berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di
alveolus dan membran kapiler, dan dipengaruhi oleh ketebalan membran
serta perbedaan tekanan gas.
3. Transpor oksigen dan karbon dioksida
Tahap ke tiga pada proses pernapasan adalah tranpor gas-gas pernapasan.
Pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan karbon
dioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru.

b. Pernapasan internal
Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengaju pada proses
metabolisme intra sel yang berlangsung dalam mitokondria, yang
menggunakan oksigen dan menghasilkan CO2 selama proses penyerapan
energi molekul nutrien. Pada proses ini darah yang banyak mengandung
oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik.
Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan sel
jaringan. Seperti di kapiler paru, pertukaran ini juga melalui proses difusi
pasif mengikuti penurunan gradien tekanan parsial.

1.3 KEBUTUHAN FISIOLOGIS OKSIGENASI


Menurut Maslow, kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah
kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya
secara fisik seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh,
tidur dan oksigen (sandang, pangan, papan). Kebutuhan-kebutuhan fisiologis
adalah potensi paling dasar dan besar bagi semua pemenuhan kebutuhan di
atasnya.
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi
manusia, kita semua sudah tahu bahwa tubuh manusia dalam beraktifitas
membutuhkan oksigen. Oksigen berperan penting dalam proses metabolisme
tubuh. Jika seseorang kekurangan oksigen akan dapat menyebabkan
hipoksia dan akan terjadi kematian. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus
terpenuhi karena jika kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang, maka akan
terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila hal itu berlangsung lama
akan menimbulkan kematian
Rata-rata manusia dewasa menghirup udara sebanyak 7-8 liter udara.
Jika dikalkulasi dalam satu hari, maka kurang lebih seorang manusia rata-rata
menghirup udara sebanyak 11.000 liter. Hitungan tadi terjadi dalam suatu
aktifitas normal. Jika pada hari itu seseorang melakukan aktivitas yang lebih
banyak dan aktif, maka udara yang dihirup akan semakin banyak pula, bisa
mencapai 12.000 liter udara perhari. Dari total sekitar 11.000 liter udara per
hari yang kita hirup, sekitar 20%-nya merupakan Oksigen. Artinya, perhari
seorang manusia menghirup sekitar 2.200 liter oksigen. Angka ini, jika
dihitung berdasarkan harga oksigen yang beredar di pasaran, yakni Rp
25.000 per liter, maka jika dinominalkan dalam bentuk rupiah nilai oksigen
yang kita hirup perharinya adalah Rp 5.500.000,-.

1.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


Faktor – faktor yang memepengaruhi kebutuhan oksigen antara lain
fisiologis , perkembangan, perilu, dan lingkungan.
1. Faktor Fisiologis
a. Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
b. Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasi seperti pada
obstruksi saluran napas bagian atas.
c. Hypovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transport O2 terganggu.
d. Meningkatnya metabolism seperti adanya infeksi, demam, ibu
hamil, luka, dan lain-lain.
e. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti
pada kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal,
penyakit kronik seperti TBC paru.
2. Faktor Perkembangan
a. Bayi premature yang disebabkan kurangnya pembentukan
surfaktan.
b. Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
c. Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapsan,
dan merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan
paru-paru.
e. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibat
kemungkinan arteriosclerosis, elastisitas menurun, ekspansi
paru menurun.
3. Faktor Perilaku
a. Njtrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurun
ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya
ikat oksigen berkurang, diet yang tingi lemak menimbulkan
artioklerosis.
b. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
perifer dan coroner.
d. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan
intake nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan
hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi pusat pernapasan.
e. Kecemasan : menyebabkan metabolism memingkat.
4. Faktor Lingkungan
a. Tempat kerja
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dan permukaan laut.

1.5 FISIOLOGI PERUBAHAN FUNGSI PERNAPASAN


1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam
paru-paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat
disebabkan karena kecemasan, infeksi, keracunan obat-obatan,
keseimbangan asam basa seperti osidosis metabolik Tanda-tanda
hiperventilasi adalah takikardi, nafas pendek, nyeri dada, menurunnya
konsentrasi, disorientasi, tinnitus.
2. Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup.
Biasanya terjadi pada keadaaan atelektasis (Kolaps Paru). Tanda-tanda dan
gejalanya pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan
kesadaran, disorientasi, ketidak seimbangan elektrolit.
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhuan O2 seluler akibat dari defisiensi O2
yang didinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler.
Hipoksia dapat disebabkan oleh menurunnya hemoglobin, kerusakan
gangguan ventilasi, menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok,
berkurannya konsentrasi O2 jika berada dipuncak gunung. Tanda tanda
Hipoksia adalah kelelahan, kecemasan menurunnya kemampuan
konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam sianosis, sesak
nafas.

1.6 MASALAH TERKAIT PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI


Permasalahan yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi tidak
terlepas dari adanya gangguan yang terjadi pada sistim respirasi,baik pada
anatomi maupun fisiologis dari organ-organ respirasi.Permasalahan dalam
pemenuhan masalah tersebut juga dapat disebabkan oleh adanya gangguan
pada sistem tubuh lain, seperti system kardiovaskuler (Abdullah, 2014).
Gangguan respirasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti adanya
peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degenerative, dan lain-lain.
Gangguan tersebut akan menyebabkan kebutuhan tubuh terhadap oksigen
tidak terpenuhi secara adekuat. Menurut Abdullah (2014) secara garis besar,
gangguan pada respirasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu gangguan irama
atau frekuensi, insufisiensi pernapasan dan hipoksia,yaitu ;
a. Gangguan irama/frekuensi pernapasan
1) Gangguan irama pernapasan
a) Pernapasan Cheyne stokes
Pernapasan cheyne stokes merupakan siklus pernapasan
yang amplitudonya mula-mula dangkal, makin naik, kemudian
menurun dan berhenti, lalu pernapasan dimulai lagi dengan siklus
yang baru. Jenis pernapasan Ini biasanya terjadi pada klien gagal
jantung kongestif, peningkatan tekanan intrakranial, overdosis
obat. Namun secara fisiologis jenis pernapasan ini, terutama
terdapat pada orang di ketinggian 12.000 – 15.000 kaki diatas
permukaan air laut dan pada bayi saat tidur.
b) Pernapasan Biot
Pernapasan biot adalah pernapasan yang mirip dengan
pernapasan Cheyne stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai
apnea. Keadaan ini kadang ditemukan pada penyakit radang
selaput otak.
c) Pernapasan Kussmaul
Pernapasan kussmaul adalah pernapasan yang jumlah dan
kedalamannya meningkat dan sering melebihi 20 kali/menit. Jenis
pernapasan ini dapat ditemukan pada klien dengan asidosis
metabolic dan gagal ginjal.
2) Gangguan frekuensi pernapasan
a) Takipnea
Takipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya meningkat
dan melebihi jumlah frekuensi pernapasan normal.
b) Bradipnea
Bradipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya menurun
dengan jumlah frekuensi pernapasan dibawah frekuensi
pernapasan normal.
b. Insufisiensi pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga
kelompok utama yaitu ;
1) Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti :
a) Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomyelitis,
transeksi servikal.
b) Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma,
emfisema, TBC, dan lain-lain.
2) Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru
a) Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang
misalnya kerusakanjaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain.
b) Kondisi yang menyebabkan penebalan membrane pernapasan,
misalnya pada edema paru, pneumonia, dan lainnya.
c) Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang
tidak normal dalam beberapa bagian paru, misalnya pada
thrombosis paru.
3) Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen
dari paru-paru ke jaringan.
a) Anemia merupakan keadaan berkurangnya jumla total
hemoglobin yang tersedia untuk transfor oksigen.
b) Keracunan karbon dioksida yang menyebabkan Sebagian
besar hemoglobin menjadi tidak dapat mengangkut oksigen.
c) Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh
curah jantung yang rendah.

c. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi terjadinya kekurangan oksigen di dalam
jaringan. Hipoksia dapat dibagi kedalam empat kelompok yaitu hipoksemia,
hipoksia hipokinetik, overventilasi hipoksia, dan hipoksia histotoksik.
1) Hipoksemia
Hipoksemia merupakan kondisi kekurangan oksigen didalam darah arteri.
Hipoksemia terbagi menjadi dua jenis yaitu hipoksemia hipotonik (anoksia
anoksik) dan hipoksemia isotonic (anoksia anemik). Hipoksemia hipotonik
terjadi jika tekanan oksigen darah arteri rendah karena karbondioksida
dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi jika
oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat diikat hemoglobin sedikit.
Hal ini dapat terjadi pada kondisi anemia dan keracunan karbondioksida.
a) Hipoksia hipokinetik
Hipoksia hipokinetik merupakan hipoksia yang terjadi akibat adanya
bendungan atau sumbatan. Hipoksia hipokinetik dibagi menjadi dua jenis
yaitu hipoksia hipokinetik iskemik dan hipoksia hipokinetik kongestif.
b) Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang
berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari
penggunaannya.
c) Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan disaat darah di kapiler jaringan
mencukupi, tetapi jaringan tidak dapt menggunakan oksigen karena
pengaruh racun sianida. Hal tersebut mengakibatkan oksigen kembali dalam
darah vena dalam jumlah yang lebih banyak daripada normal (oksigen
darah vena meningkat).
1.7 PENATALAKSANAAN PEMENUHAN OKSIGENASI
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terapi oksigen adalah tindakan
pemberian oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau
FiO2 > 21 %. Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi
jaringan dan mencegah respirasi respiratorik, mencegah hipoksia jaringa,
menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO2
> 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %.
Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada :
1) Perubahan frekuensi atau pola napas
2) Perubahan atau gangguan pertukaran gas
3) Hipoksemia
4) Menurunnya kerja napas
5) Menurunnya kerja miokard
6) Trauma berat

Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa


metode, diantaranya adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen), fisiotrapi
dada, napas dalam dan batuk efektif, dan penghisapan lender atau subtioning
(Abdullah ,2014).

a. Inhalasi oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapsan dengan
menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat
dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui kanula, nasal, dan masker dengan
tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencega terjadinya hipoksia
(Hidayat, 2009).

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terdapat dua sistem inhalasi


oksigen yaitu sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.
1) Sistem aliran rendah
Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan oksigen dan
masih mampu bernapas sendiri dengan pola pernapasan yang normal. Sistem
ini diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Pemberian
oksigen diantaranya dengan menggunakan nasal kanula, sungkup muka
sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing dan sungkup muka
dengan kantong non rebreathing.
a) Nasal kanula/binasal kanula.
Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat memberikan
oksigen dengan aliran 1 -6 liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar
20% - 40%.
b) Sungkup muka sederhana
Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling atau dengan
aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 - 60 %.
c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki kantong yang terus
mengembang baik pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat pasien
inspirasi, oksigen akan masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup
dan kantong reservoir, ditambah oksigen dari udara kamar yang masuk
dalam lubang ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8 – 10 liter/menit,
dengan konsentrasi 60 – 80%.
d) Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing
Sungkup muka nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup terbuka
pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu katup yang
fungsinya mencegah udara masuk pada saat inspirasi dan akan membuka
pada saat ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10 – 12 liter/menit
dengan konsentrasi oksigen 80 – 100%.

1.8 PATOFISIOLOGI dan WOC


Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi difuso dan
transportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang
masuk dan keluar dari paru-paru), apabila ada proses ini terdapat obstruksi
maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akn
di respon jalan napas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran
mucus. Proses difusi penyaluran ke oksigen dari alveoli ke jaringan) yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain itu
kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volum sekucup, afterload, preload dan kontraktilitas
miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas.

1.9 KONSEP KEPERAWATAN


1.1.1. PENGKAJIAN
1. Riwayat Keperawatan
Meliputi pengkajian tentang masalah pernapasan dulu dan
sekarang, gaya hidup, sputum, nyeri, dan adanya faktor resiko untuk
gangguan status oksigenasi.
a. Masalah pada pernapasan (dahulu dan sekarang)
b. Riwayat penyakit
c. Nyeri
d. Kondisi lingkungan
e. Bunyi napas
f. Faktor resiko penyakit paru
g. Frekuensi infeksi perapasan
h. Penggunaan obat
i. Kebiasaan sehari hari
2. pemeriksaan Fisik
1. inspeksi
Mengamati tingkat kesadaran pasien, keadaan umum,
postur tubuh, kondisi kulit, dan membrane mukosa, dada (kontur
rongga interkosta, diameter ketidakefektifan pola napas antero
posterior, struktur toraks, pergerakan dinding dada), pola napas
(frekuensi dan kedalaman pernapasa, durasi inspirassi dan
ekspirasi).
2. palpasi
Dilakukan dengan mengguakan tumit tangan pemeriksa
mendatar diatas dada paien. Saat palpasi perawat menilai adanya
fremitus taktil pada pola dada dan punggung pasien dengan
memintanya menyebutkan (tujuh, tujuh) secara berulang.
3. perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk
organ dalam serta mengkaji adanya abnormaltas, cairan/udara
dalam paru. Normalnya, menghasilkan bunyi resonan/gaung saaat
di perkusi.
4. Auskultasi
Dilakukan langsung/ dengan menggunakan stetoskop.
Bunyi yang terdengar digambarkan berdasarkan pada, intensitas,
durasi dan kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil terbaik, valid dan
akurat, sebaiknya auskultasi dilakukan lebih dari satu kali.
1.1.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi respon klien individu. Dengan masalah kebutuhan
oksigenasi pada kasus Congestive Heart Faileur (CHF) yaitu :
Subkategori : Respirasi yaitu, D.0005 Pola Napas Tidak Efektif

1. Definisi :
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan
ventilasi adekuat

2. Penyebab :
1. Depresi pUsat pernapasan
2. Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas,
kelemahan otot pernapasan)
3. Deformitas dinding dada.
4. Deformitas tulang dada.
5. Gangguan neuromuskular.
6 Gangguan neurologis (mis elektroensefalogram [EEG]
positif, cedera kepala ganguan kejang).
7. maturitas neurologis.
8. Penurunan energi.
9. Obesitas.
10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru.
11. Sindrom hipoventilasi.
12. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf CS ke
atas).
13. Cedera pada medula spinalis.
14. Efek agen farmakologis.
15. Kecemasan.
a) Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif : 1. Dispnea
Objektif :
1. Penggunaan otot bantu pernapasan.
2. Fase ekspirasi memanjang.
3. Pola napas abnormal (mis. takipnea. bradipnea,
hiperventilasi kussmaul cheyne-stokes).
b) Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif : 1. Ortopnea
Objektif :
1. Pernapasan pursed-lip.
2. Pernapasan cuping hidung.
3. Diameter thoraks anterior—posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah

Subkategori : Sirkulasi yaitu, D.0011 Resiko Penurunan Curah


Jantung.
1. Definisi :
Berisiko mengalami pemompaan jantung yang
tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh.
2. Faktor Risiko :
- Perubahan afterload.
- Perubahan frekuensi jantung.
- Perubahan irama jantung.
- Perubahan kontraktilitas.
- Perubahan preload.
3. Kondisi Klinis Terkait.
- Gagal jantung kongestif
- Sindrom koroner akut.
- Gangguan katup jantung (stenosis / regirgitasi aorta,
pulmonalis, trikuspidalis, atau mitralis).
- Atrial / ventricular septal defect.
- Aritmia.

Subkategori : Nyeri dan Ketidaknyamanan yaitu, D.0077 Nyeri


Akut.
1. Definisi :
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lamat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang 3 bulan.

2. Penyebab
- Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia,
neoplasma)
- Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan
kimia iritan)
- Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi,
terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur
operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

a. Gejala dan Tanda Mayor


1) Subjektif (tidak tersedia)
2) Objektif
- Tampak meringis
- Bersikap protektif (mis. waspada, posisi
menghindari nyeri)
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur

b. gejala dan Minor


1) Subjektif (tidak tersedia)
2) Objektif
- Tekanan darah meningkat
- pola napas berubah
- nafsu makan berubah
- proses berpikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- Diaforesis
c. Kondi Klinis Terkait
- Kondisi pembedahan
- Cedera traumatis
- Infeksi
- Sindrom koroner akut
- Glaukoma
1.1.3. KRITERIA HASIL DAN INTERVENSI
Kriteria Hasil adalah standar yang harus dicapai pada saat
perawat memberikan asuhan keperawatan. Kriteria ini dipakai
sebagai dasar dalam memberikan pertimbangan terhadap rencana
tindakan yang akan diberikan kepada klien.
Intervensi keperawatan atau perencanaan merupakan
keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai,
hal yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan dan siapa yang
akan melakukan tindakan keperawatan.

SLKI SIKI
Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238)

Setelah dilakukan tindakan Observasi


keperawtan 3x24 jam maka - Identifikasilokasi, karakteristik,
diharapkan nyeru menurun. durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
KRITERIA SA ST - Identifikasi skala nyeri
HASIL - Idenfitikasi respon nyeri non verbal
Keluhan nyeri 1 5 - Identifikasi faktor yang
Meringis 1 5 memperberat dan memperingan
Gelisah 1 5 nyeri
Frekuensi nadi 1 5 - Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik

- Berikan Teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi

- Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesik
secara tepat
- Ajarkan Teknik farmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Curah jantung meningkat (L.02008) Perawatan jantung (I. 02075)

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan 3x24 jam diharapka
resiko curah jantung menurun.

KRITERIA HASIL SA ST
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5

Pola napas (L. 01004) Pemantauan respirasi (I.01014)

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan 3x24 jam diharapkan
pola napas tidak efektif meningkat.

KRITERIA HASIL SA ST
2 5
2 5
2 5
2 5
2 5

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Azis. 2018. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika:


Jakarta Diposkan oleh ReYni Teen di 13.55
http://reyniteen.blogspot.com/2010/11/laporan-pendahuluan-kdm-oksigenasi.html

Tarwanto, Wartonah. 2019. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan


edisi 3. Salemba:Medika.

Abdullah. 2020. Permasalahn oksiegnasi terhadap kebutuhan dasar manusia :


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2019. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : Teori &
Aplikasi dalam praktek. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai