Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

OKSIGENASI

Disusun oleh :
Ahmad Muhaimin
222213003

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH

TANJUNGPINANG PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN
OKSIGENASI

I. KONSEP DASAR OKSIGENASI


A. Definisi
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia.
Dalam tubuh, oksigen berperan penting bagi proses metabolisme sel secara fungsional.
Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami
kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan
oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Oksigenasi adalah sebuah proses dalam pemenuhan kebutuhan O2 dan pembuangan
CO2. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan
secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka
kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Apabila lebih dari 4 menit seseorang
tidak mendapatkan oksigen, maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat
diperbaiki dan kemungkinan berujung fatal seperti meninggal (Kusnanto, 2016).
B. Anatomi dan Fisiologi
1.Saluran Pernafasan Bagian Atas
a.Hidung,
terdiri atas Saluran dalam lubang hidungYang mengandung Kelenjar sebas Eus
dan ditutupi oleh rambut yang kasar. Bagian ini Bermuara ke rongga hidung
yang dilapisi oleh selaput lendir dan Mengandung pembuluh darah. Udara yang
masuk melalui hidung Akan disaring oleh rambut yang ada di dalam vestibulum,
kemudian Udara tersebut akan dihangatkan dan dilembabkan.
b.Faring
merupakan pipa berotot yang Terletak dari dasar tengkorak Sampai dengan
esofagus. Berdasarkan letaknya, faring dibagi Menjadi tiga yaitu nasofaring
(belakang hidung), orofaring (belakang Mulut), dan laringofaring (belakang laring).
c.Laring
merupakan saluran pernafasan setelah faring. Laring terdiri atas bagian dari
tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran dengan dua lamina yang
bersambung di garis tengah.
d.Epiglotis
merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring saat proses
menelan.

2.Saluran Pernafasan Bagian Bawah


a.Trakhea (batang tenggorokan)
merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra
torakalis kelima. Trakhea memiliki panjang kurang lebih 9 cm dan tersusun
atas 16-20 lingkaran tak lengkap yang berupa cincin. Trakhea dilapisi oleh
selaput lendir dan terdapat epitelium bersilia yang bisa mengeluarkan
debu atau benda asing.
b.Bronkus
merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang menjadi bronkus kanan
dan kiri. Bronkus bagian kanan lebih pendek dan lebar daripada bagian kiri. Bronkus
kanan memiliki tiga lobus, yaitu lobus atas, lobus tengah dan lobus bawah.
Sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan dengan dua lobus, yaitu
lobus atas dan bawah.
c.Bronkiolus
merupakan saluran percabangan setelah bronkus.
3.Paru-paru
Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem pernafasan. Paru-paru terletak
di dalam rongga toraks setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru-
paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura parietalis dan pleura
viseralis, serta dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan.
Paru-paru sebagai alat pernafasan utama terdiri atas dua bagian, yaitu paru-paru
kanan dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung beserta
pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks.
Paru-paru memiliki jaringan yang bersifat elastis, berpori, serta berfungsi sebagai
tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
a.Ventilasi Paru
Ventilasi paru dicapai melalui kerja pernapasan: inspirasi (inhalasi) saat udara
mengalir ke paru dan ekspirasi (ekshalasi) saat udara mengalir keluar dari paru.
Keadekuatan ventilasi tergantung pada beberapa faktor:
-Kebersihan jalan napas.
-Keutuhan sistem saraf pusat dan pusat pernapasan.
-Keutuhan kemampuan rongga toraks untuk mengembang dan berkontraksi.
-Keadekuatan komplias dan rekoil paru.
b.Volume Paru
Volume paru normal diukur melalui pemeriksaan fungsi pulmonar.
Spirometri mengukur volume udara yang memasuki atau yang meninggalkan
paru-paru. Variasi seperti kehamilan, latihan fisik, obesitas, atau kondisi paru
yang obstruktif dan restriktif. Jumlah surfaktan, tingkat kompliansi, dan kekuatan
otot pernapasan
mempengaruhi tekanan dan volume di dalam paru-paru.

c.Alveoli
Alveoli mentransfer oksigen dan karbondioksida ke dan dari darah melalui
membran alveolar. Kantung udara yang kecil ini mengembang selama inspirasi,
secara besar meningkatkan area permukaan di atas sehingga terjadi pertukaran gas.
GAMBAR
C. Etiologi
Menurut Ambarwati (2014) dalam Eki (2017), terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen, seperti faktor fisiologis, status kesehatan,
factor perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.
1. Faktor fisiologis Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan
oksigen seseorang. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi pernapasannya diantaranya
adalah:
a. Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau pada saat
terpapar zatberacun.
b. Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
c. Hipovolemia
d. Peningkatan laju metabolic
e. Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti kehamilan,
obesitas dan penyakit kronis
2. Status kesehatan Pada individu yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan
kadar oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada
individu yang sedang mengalami sakit tertentu, proses oksigenasi dapat terhambat
sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh seperti gangguan pada
sistem pernapasan, kardiovaskuler dan penyakit kronis.
3. Faktor perkembangan Tingkat perkembangan juga termasuk salah satu faktor
penting yang mempengaruhi sistem pernapasan individu. Berikut faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi individu berdasarkan tingkat perkembangan :
a. Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
b. Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut
c. Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok
d. Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan stres yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
e. Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun
4. Faktor perilaku Perilaku keseharian individu tentunya juga dapat mempengaruhi
fungsi pernapasan. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi emosional
dan penggunaan zatzat tertentu secara sedikit banyaknya akan berpengaruh terhadap
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
5. Lingkungan Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen.
Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi pemenuhan oksigenasi yaitu :
a. Suhu lingkungan
b. Ketinggian
c. Tempat kerja (polusi)
D. Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3 tahapan yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi.
1. Ventilasi Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer
kedalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat
maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya.
b. Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau
kembang kempis
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas
berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom.
Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi
vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi sehingga
dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan
d. Adanya reflek batuk dan muntah Adanya peran mukus sillialis sebagai penangkal
benda asing yang mengandung interferon dan dapat mengikat virus. Pengaruh proses
ventilasi selanjutnya adalah complience recoil. Complience yaitu kemampuan paru
untuk meengembang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu adanya sulfaktor pada
lapisan alveoli yang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa
udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan thoraks. Sulfaktor
diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli dan disekresi saat pasien menerik napas,
sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan co2 atau kontraksi
menyempitnya paru. Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka co2
tidak dapat dikelurkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu medula oblongata dan
pons dapat mempengaruhi proses ventilasi, karena c02 memiliki kemampuan
merangsang pusat pernapasan. Peningkatan co2 dalam batas 6 mmhg dapat dengan
baik merangsang pusat pernapasan dan bila PaCO, kurang dari sama dengan 80 mmhg
maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi gas Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler paru dan
CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor :
a. Luasnya permukaan paru
b. Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara epitel alveoli dan
intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi sebagai mana O2 dari
alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2 dari rongga alveoli lebih tinggi
dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi )
dan PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli
d. Afinitas gas Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat hb
3. Transportasi gas Merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan
tubuh CO2,jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi akan berikatan dengan
hb membentuk oksihemoglobin (97 %) dan larut dalam plasma (3 %) sedangkan co2
akan berikatan dengan hb membentuk karbominohemiglobin (3o%) dan larut dalm
plasma (50%) dan sebagaian menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpotasi gas
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
a. Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya 5
L/menit. Dalam kondisi patologi yang dapat menurunkan kardiak output (misal pada
kerusakan otot jantung, kehilangan darah) akan mengurangi jumlah oksigen yang
dikirim ke jaringan umumnya jantung menkompensasi dengan menambahkan rata-rata
pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain secara langsung berpengaruh terhadap
transpor oksigen bertambahnya latihan menyebabkan peningkatkan transport o2 (20 x
kondisi normal). Meningkatkan kardiak output dan penggunaan o2 oleh sel.(Pradana,
2019).

E. Manifestasi Klinik
1.Bunyi nafas tambahan (Ronchi, wheezing, stridor)
2.Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan
3.Batuk tidak ada atau tidak efektif
4.Sianosis
5.Kesulitan untuk bersuara
6.Penurunan bunyi nafas
7.Ortopnea
8.Sputum
F. Patofisiologi
Permasalahan oksigenasi biasanya disebabkan oleh beberapa factor, yaitu salah
satunya factor lingkungan, berupa udara, bakteri, jamur, dan virus. BEberapa
hal tersebut akan merusak fungsi pernafasan dengan masuk melalui saluran
nafas bagian atas. Setelah masuk ke saluran nafas bagian atas, akan
mengakibatkan terjadinya infeksi dan peradangan.
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-
paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur
dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang
menimbulkan pengeluaran mukus.
Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan
menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses
ventilasi,difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup,
afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas.
G. Pathway

Faktor lingkungan (udara, bakteri, jamur,


virus) masuk melalui saluran nafas atas

Terjadi Infeksi dan Peradangan


Gangguan penerimaan o2 Obstruksi jalan nafas Dispnea
dan pegeluaran co2
Gas darah arteri abnormal
Hiperkapnia Hipoksemia
Batuk yang tidak efektif Hipoksia Konfusi Nafas
Ketidakseimbangan
Penurunan bunyi nafas cuping hidung Pola
ventilasi dan perfusi
Sputum dalam jumlah pernafasan abnormal
yang berlebih Perubahan (kecepatan, irama,
pola nafas Suara nafas kedalaman) sianosis
Dispnea tambahan
Fase ekspirasi (ronchi,wheezing,
memanjang Ortopnea crackles)
Penurunan kapasitas paru
Pola nafas abnormal
Takipnea Hiperventilasi POLA NAFAS TIDAK
Pernafasan sukar EFEKTIF

BERSIHAN JALAN
NAFAS TDAK EFEKTIF

GANGGUAN
PERTUKARAN GAS

H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terapi oksigen adalah tindakan pemberian
oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21 %. Tujuan
terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah respirasi
respiratorik, mencegah hipoksia jaringa, menurunkan kerja napas dan kerja otot
jantung, serta mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %. Indikasi
pemberian oksigen dapat dilakukan pada :
1) Perubahan frekuensi atau pola napas
2) Perubahan atau gangguan pertukaran gas
3) Hipoksemia
4) Menurunnya kerja napas
5) Menurunnya kerja miokard
6) Trauma berat

Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa metode, diantaranya


adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen), fisiotrapi dada, napas dalam dan batuk efektif, dan
penghisapan lender atau subtioning (Abdullah ,2014).

a. Inhalasi oksigen Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara


memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapsan dengan menggunakan
alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu
melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencega
terjadinya hipoksia.

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terdapat dua sistem inhalasi oksigen yaitu
sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.
1) Sistem aliran rendah Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan oksigen
dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola pernapasan yang normal. Sistem ini
diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya
dengan menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan
kantong rebreathing dan sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
a) Nasal kanula/binasal kanula. Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat
memberikan oksigen dengan aliran 1 -6 liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 20% -
40%.
b) Sungkup muka sederhana Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling atau
dengan aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 - 60 %.
c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing Sungkup muka dengan kantong rebreathing
memiliki kantong yang terus mengembang baik pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat
pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan
kantong reservoir, ditambah oksigen dari udara kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi
pada kantong. Aliran oksigen 8 – 10 liter/menit, dengan konsentrasi 60 – 80%.
d) Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing Sungkup muka nonrebreathing
mempunyai dua katup, satu katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi
dan satu katup yang fungsinya mencegah udara masuk pada saat inspirasi dan akan
membuka pada saat ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10 – 12 liter/menit dengan
konsentrasi oksigen 80 – 100%
2) Sistem aliran tinggi Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih stabil
dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat menambah konsentrasi oksigen
yang lebih tepat dan teratur. Contoh dari sistem aliran tinggi adalah dengan ventury mask
atau sungkup muka dengan ventury dengan aliran sekitar 2 – 15 liter/menit. Prinsip
pemberian oksigen dengan ventury adalah oksigen yang menuju sungkup diatur dengan alat
yang memungkinkan konsenstrasi dapat diatur sesuai dengan warna alat, misalnya : warna
biru 24%, putih 28%, jingga 31%, kuning 35%, merah 40%, dan hijau 60%.

b. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara postural
drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan.
Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan
membersihkan jalan napas (Eki, 2017)
1) Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada punggung pasien yang
menyerupai mangkok dengan kekuatan penuh yang dilakukan secara bergantian dengan
tujuan melepaskan sekret pada dinding bronkus sehingga pernapasan menjadi lancar.
2) Vibrasi
Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara memberikan getaran yang
kuat dengan menggunakan kedua tangan yang diletakkan pada dada pasien secara
mendatar, tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan turbulensi udara yang
dihembuskan sehingga sputum yang ada dalam bronkus terlepas.
3) Postural drainase
Postural drainase merupakan tindakan keperawatan pengeluaran sekret dari berbagai
segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi dan dalam pengeluaran sekret
tersebut dibutuhkan posisi berbeda pada stiap segmen paru.
4) Napas dalam dan batuk efektif
Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveolus
atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk,
dan mengurangi stress. Latihan batuk efektif merupakan cara yang dilakukan untuk
melatih pasien untuk memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk
membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan napas
(Eki, 2017)
5) Penghisapan lendir
Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada
pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lender sendiri. Tindakan ini
memiliki tujuan untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen
(Eki, 2017)

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status kesehatan
dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat
diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan
penunjang lainnya.

b. Anamnese

1) Identitas pasien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

2) Keluhan Utama Batuk, sesak nafas, dahak tidak bisa keluar dan demam tidak terlalu tinggi tiga
hari yang lalu.

3) Riwayat kesehatan sekarang Berisi tentang kapan terjadinya sesak nafas, penyebab terjadinya
sesak nafas, serta upaya yang telah dilakukan oleh pasien untuk mengatasinya.

4) Riwayat kesehatan dahulu Adanya riwayat sesak nafas atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan pernafasan pada kasus terdahulu serta tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat- obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
5) Riwayat kesehatan keluarga Adanya riwayat sakit yang sama pada keluarga atau penyakit lain
yang berpotensi menurun atau menular pada anggota keluarga lain

6) Riwayat psikososial Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.

c. Pemeriksaan fisik

1) Status kesehatan umum Meliputi keadaan pasien, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.

2) Kepala dan leher Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi
lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur /
ganda, diplopia, lensa mata keruh.

3) Sistem integument Kaji seluruh permukaan kulit, adakah turgor kulit menurun, luka atau warna
kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit, tekstur rambut dan kuku.

4) Sistem pernafasan Biasanya terdapat sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada dan terdapat retraksi
dinding dada, serta suara tambahan nafas.

5) Sistem kardiovaskuler Pengkajian untuk mengetahui adakah perfusi jaringan menurun, nadi
perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

6) Sistem gastrointestinal Pengkajian untuk mengetahui adakah polifagi, polidipsi, mual, muntah,
diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

7) Sistem urinary Pengkajian untuk mengetahui adakah poliuri, retensio urine, inkontinensia urine,
rasa panas atau sakit saat berkemih.

8) Sistem musculoskeletal Kaji penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
apakah cepat lelah, lemah dan nyeri, apakah adanya gangren di ekstrimitas.

9) Sistem neurologis Pengkajian untuk mengetahui apakah terjadi penurunan sensoris, parasthesia,
anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, dan disorientasi.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul dengan gangguan oksigenasi berdasarkan SDKI
2016 adalah sebagai berikut :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan

b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru.

c. Gangguan Pertukaran Gas

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan diawali dengan menetapkan tujuan dan kriteria hasil berdasarkan SLKI
tahun 2019 dan selanjutnya menetapkan intervensi atau tindakan berdasarkan SIKI tahun 2018
sebagai berikut :

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan

b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

Intervensi
Diagnosa Rasional
SLKI SIKI
1. Bersihan jalan napas tidak Setelah di lakukan tindakan SIKI : Manajemen Jalan
efektif berhubungan dengan Asuhan Keperawatan 3 x 24 Napas
sekresi yang tertahan jam di harapkan Bersihan 1. Monitor pola napas 1. Mengetahui pola napas
Jalan Napas meningkat, (frekuensi, kedalaman, pada pasien
ditandai dengan kriteria hasil usaha napas) 2. Mengetahui bunyi napas
: 1. Produksi sputum 2. Monitor bunyi napas tambahan pada pasien
menurun tambahan (mis, gurgling, 3. Mengetahui jumlah,
2. Mengi menurun mengi, wheezing, ronkhi warna dan aroma sputum
3. Wheezing menurun karing) pada pasien
4. Meconium (pada 3. Monitor sputum (jumlah, 4. Mempertahankan
neonatus) menurun wama, aroma) kepatenan jalan napas pada
5. Dispnea menurun 4. Pertahankan kepatenan pasien
6. Ortopnea menurun jalan napas dengan head-tilt 5. Memberikan posisi
7. Sulit bicara menurun dan chin-lift (jaw-thrust jika nyaman pada pasien
8. Sianosis menurun curiga trauma servikal) 6. Supaya pasien dapat
9. Gelisah menurun 5. Posisikan semi-Fowler mengelurkan sputum dengan
atau Fowler fisioterapi dada
6. Lakukan fisioterapi dada, 7. Mencegah tersumbatnya
jika perlu jalan napas oleh sputum
7. Lakukan penghisapan pada pasien
lendir kurang dari 15 detik 8. Membantu pasien dalam
8. Berikan oksigen, jika bernapas
perlu 9. Supaya mempertahankan
9. Anjurkan asupan cairan asupan cairan pada pasien
2000 ml/hari, jika tidak 10. Supaya pasien mampu
kontraindikasi mengeluarkan sputum
10. Ajarkan teknik batuk dengan mandiri
efektif

Intervensi
Diagnosa Rasional
SLKI SIKI
2. Pola napas tidak efektif Setelah di lakukan tindakan SIKI : Pengaturan Posisi
berhubungan dengan posisi Asuhan Keperawatan 3 x 24 1. Monitor status oksigenasi 1. Memantau status
tubuh yang menghambat jam di harapkan Pola Napas sebelum dan sesudah oksigenasi sebelum dan
ekspansi paru membaik, ditandai dengan mengubah posisi sesudah mengubah posisi
kriteria hasil : 2. Monitor alat traksi agar 2. Memantau alat traksi agar
1. Dispnea menurun selalu tepat selalu tepat
2. Penggunaan otot bantu 3. Tempatkan pada 3. Menempatkan pasien
napas menurun matras/tempat tidur pada matras/tempat tidur
3. Pemanjangan fase terapeutik yang tepat terapeutik yang tepat
ekspirasi menurun 4. Tempatkan pada posisi 4. Menempatkan pasien
4. Ortopnea menurun terapeutik pada posisi terapeutik
5. Pernapasan pursep-lip 5. Tempatkan objek yang 5. Menempatkan objek yang
menurun sering digunakan dalam sering digunakan dalam
6. Napas cuping hidung jangkauan jangkauan
menurun 6. Tempatkan bel atau lampu 6. Menempatkan bel atau
panggilan dalam jangkauan lampu panggilan dalam
7. Sediakan matras yang jangkauan
kokoh/padat 7. Fasilitasi matras yang
8. Atur posisi tidur yang kokoh/padat
disukai, jika tidak 8. Mengatur posisi tidur
kontraindikasi yang disukai, jika tidak
9. Atur posisi untuk kontraindikasi
mengurangi sesak (mis. 9. Mengatur posisi untuk
semi-Fowler) mengurangi sesak (mis.
10. Atur posisi yang semiFowler)
meningkatkan drainage 10. Mengatur posisi yang
meningkatkan drainage

Implementasi:
Implementasi yang dapat dilakukan pada pasien dengan permasalahn oksigenasi
adalah:
a. Memberikan terapi fisioterapi dada

DAFTAR PUSTAKA

Harnawatiaj.(2008). Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. http://wordpress.com. Diakses 15 Mei


2017.
Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
Faqih, Moh. Ubaidillah. (2009). Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia.
http://www.scribd.com. Diakses 15 Mei 2017.
Perry dan Potter. (2015). Fundamental Of Nursing. USA:C.V Moasby Company St. Louis
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Preceptor Klinik

Preceptor Akademik

Tri Arianingsih, S.Kep, Ns, M.Kep

Anda mungkin juga menyukai