DI RUANG BONI
Oleh :
Oleh :
1. Hidung
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung
berlapis selaput lendir, Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk
lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang
berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat
konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara
yang masuk.
2. Faring
3. Trakea
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan
sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi
olehcincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini
berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Batang
tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga dada,
batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di dalam
paru-paru, cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat
kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut
gelembung paru-paru (alveolus
4. Bronkus
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus bercabang lagi menjadi
bronkiolus. Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus
lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua
bronkiolus. Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru
atau alveolus. Dinding alveolus mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler
darah dalam alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi
utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-
paru
5. paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh
otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-
paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus
dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus
oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung
menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang
menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar
(pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan
pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus
masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus
bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus
respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris
mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.
2. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernaqpasan dapat menyediakan kadar oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada kondisi sakit
tertentu, proses oksigenasi tersebut dapat terhamba sehingga dapat
mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. Kondisi tersebut antara
lain gangguan pada sistem pernapasan dan kardiovaskular, penyakit kronis,
penyakit obstruksi pernapasan atas, dll.
3. Faktor Perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi
sistem pernapaan individu.
a. Bayi prematur. Bayi yang lahir prematur beresiko menderita penyakit
membran hialin yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa
hialin yang membatasi ujung saluran pernapasan. Kondisi ini disebabkan
oleh produksi surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan paru dalam
menyintesis surfaktan baru berkembang pada trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak. Kelompok usa ini beresiko mengalami infeksi saluran
napas atas, seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing
(misalnya makanan, permen, dll).
c. Anak usia sekolah dan remaja. Kelompok usia ini beresiko mengalami
infeksi saluran napas akut akibat kebiasaan buruk, seperti merkokok.
d. Dewasa muda dan parubaya. Kondisi stres, kebiasaan merokok, diet yang
tidak sehat, kurang berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatan
resiko penyakit jantung dan paru pada kelompok usia ini.
e. Lansia. Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan
pada fungsi normal pernapasan, seperti penurunan elastisitas paru,
pelebaran alveolus, dilatasi saluran bronkus, dan kifosis tulang belakang
yang menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan
kadar O2.
4. Faktor Perilaku
Perilaku keseharian individu dapat berpengaruh terhadap fungsi
pernapasannya. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi
emosional, dan penggunaan zat-zat tertentu secara tidak langsung akan
berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
a. Nutrisi. Kondisi berat badan berlebih atau obesitas dapat menghambat
eskpansi paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan
pelisutanotot pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
b. Olahraga. Latihan fisik akan meningkatkan aktifitas metabolik, denyut
jantung, dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan
meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif. Penggunaan alkohol dan obat-obat berlebihan
dapat mengganggu proses oksigenasi. Hal ini terjadi karena: (1) alkohol dan
obat-obatan dapat menekan pusat pernapasan dan susunan saraf pusat
sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernapasan. ; (2)
penggunaan narkotika dan analgesik terutama morfin dan meperidin, dapat
mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman
pernapasan.
d. Emosi. Perasaan takut, cemas, dan marah yang tidak terkontrol akan
merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan peningkatan
denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen
meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan
kedalaman pernapasan.
e. Gaya hidup. Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan
kebutuhan oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan
vaskularisasi perifer dan penyakit jantung. Selain itu, nikotin yang
terkandung dalam rokok mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah
perifer dan koroner..
5. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan, seperti ketinggian, suhu serta polusi udara dapat
memengaruhi proses oksigenasi.
a. Suhu. Faktor suhu (panas atau dingin) dapat berpengaruh terhadap afinitas
atau kekuatan ikatan Hb dan O2. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga
bisa memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang.
b. Ketinggian. Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan
udara sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang
tinggal di dataran yang tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi
pernapasan dan denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan
terjadi peningkatan tekanan oksigen.
c. Polusi. Polusi udara seperti asap atau debu sering kali menyebabkan sakit
kepala, pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain
pada orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik abses atau bedak
tabur beresiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat
berbahaya.
A. Hiperventilasi
b. Rongen Thoraks
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan misalnya untuk melihat lesi paru pada
penyakit TB, adanya tumor, benda asing, pembengkakan paru, penyakit jantung dan
untuk melihat struktur abnormal.
c. Fluoroskopi , pemeriksaan ini dilakukan untuk untuk mengetahui mekanisme
kardiopulmonum, misalnya kerja jantung, diagfragma, dan kontraksi paru.
d. Bronkografi, pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat secara visual bronkus sampai
dengan cabang bronkus pada penyakit gangguan bronkus atau kasus displacement dari
bronkus.
Endoskkopi, pemeriksaan ini untuk melakukan diagnostik dengan cara mengambil
sekret untuk pemeriksaan, melihat lokasi kerusakan, biopsi jaringan, untuk
pemeriksaan sitologi, mengetahui adanya tumor, melihat letak terjadinya pendarahan;
untuk terapeutik, misalnya mengambil benda asing dan menghilangkan sekret yang
menutupi lesi.
6. Penatalaksanaan Medis
- Kolaborasi perawat dengan dokter dalam pemberian oksigen.
- Monitoring kebutuhan oksigenasi pasien oleh perawat.
- Aktivitas independen perawat dalam mempertahankan keefektifan jalan napas.
a. Latihan batuk efektif
Merupakan cara untuk melihat pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara
efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus, dari sekret
atau benda asing di jalan nafas.
b. Pemberianoksigen
Pemberian oksigen pada pasien merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan oksigen kedalam paru, melalui saluran pernafasan dengan menggunakan
alat bantu oksigen.
c. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengancara
postural drinase, clapping dan vibrating pada pasien dengan gangguan system
pernafasan.
1. Pengkajian Keperawatan
a) Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun
psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan
pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.
b) Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat
perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya
mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
c) Riwayat perkembangan
1) Neonatus : 30 - 60 x/mnt
2) Bayi : 44 x/mnt
3) Anak : 20 - 25 x/mnt
4) Dewasa : 15 - 20 x/mnt
5) Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
d) Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah /
penyakit yang sama.
e) Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya: merokok, pekerjaan,
rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
f) 11 Pola Fungsional
1) Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan : Pasien yang memiliki masalah disfungsi
system pernafasannya pada umunya menyadari tentang keadaanya setelah
penyakit/masalah yang dideritanya sudah cukup berat.
2) Pola Nutrisi: Pasien yang memiliki masalah disfungsi system pernafasan pada umunya
memiliki pola nutrisi yang kurang baik bila pasien tersebut memiliki gaya hidup yang
kuran baik misalnya merokok.
3) Pola Eliminasi: Pasien yang memiliki masalah disfungsi system pernafasan umunya
memiliki masalah pada pola eliminasi oksigen atau pertukaran gas yang kurang baik.
4) Aktivitas dan Latihan: Pasien yang memiliki masalah disfungsi system pernafasan pada
umunya memiliki aktivitas yang monoton dan kurang berolahraga.
5) Tidur dan Istirahat: Pasien yang memiliki masalah disfungsi system pernafasan
umunya memiliki kebiasaan tidur yang kurang baik (bergadang).
6) Sensori, Presepsi dan Kognitif:
Pasien yang memiliki masalah disfungsi system pernafasan pada umunya merasa kurang
nyaman dengan keadaan yang dialaminya.
7) Konsep diri
Pasien yang memiliki masalah disfungsi system pernafasan pada umunya memiliki
masalah pada keadaan sosial, keadaan fisik (khususnya organ pernafasan), ancaman
konsep diri, serta masalah psikologi.
8) Seksual dan Repruduksi:
Pasien yang memiliki masalah disfungsi system pernafasan pada umunya memiliki tidak
masalah dalam pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas.
9) Pola Peran Hubungan:
Pasien yang memiliki masalah disfungsi system pernafasan pada umunya memiliki tidak
masalah tentang peran berkaitan dengan keluarga, teman, dan lingkungan kerja.
10) Manajemen Koping Setress:
Pasien yang memiliki masalah disfungsi system pernafasan pada umunya lebih memilih
merahasiakan masalah/penyakit yang dialaminya dari orang – orang disekitarnya.
11) Sistem Nilai Dan Keyakinan:
Latar belakang budaya / etnik, satatus ekonomi, prilaku kesehtan yang berkaitan dengan
kelompok budaya/etnik.
g) Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen meliputi; ada atau
tidaknya riwayat gangguan pernapasan ( gangguan hidung dan tenggorokan), seperti
epistaksis ( kondisi akibat luka/kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut,
hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah dan kanker), obstruksi nasal ( akibat
polip, hipertropi tulang hidung, tumor, dan influenza), dan keadaan lain yang
menyebabkan gangguan pernapasan. Pada tahap pengkajian keluhan atau gejala, hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah keadaan infeksi kronis dari hidung, sakit pada daerah
sinus, otitis media, keluhan nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hingga sekitar
38,50 C, sakit kepala, lemas, sakit perut hingga muntah-muntah (pada anak-anak), faring
berwarna merah, dan adanya edema.
h) Pola batuk dan Produksi sputum
Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami
1) batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi,
2) non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi
3) hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
Tahap pengkajian pada batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk termasuk
batuk kering, keras, dan kuat dengan suara mendesing, berat dan berubah-ubah seperti
kondisi pasien yang mengalami penyakit kanker. Juga dilakukan pengkajian apakah
pasien mengalami sakit pada bagian tenggorokan saat batuk kronis dan produktif serta
saat dimana pasien sedang makan, merokok, atau saat malam hari. Pengkajian terhadap
lingkungan tempat tinggal pasien ( apakah berdebu,penuh asap, dan adanya
kecenderungan mengakibatkan alergi) perlu dilakukan. Pengkajian sputum dilakukan
dengan cara memeriksa warna, kejernihan, dan apakah bercampur darah terhadap sputum
yang dikeluarkan oleh pasien.
i) Sakit Dada
Pengkajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian yang sakit, luas,
intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada apabila posisi
pasien berubah, serta ada atau tidaknya hubungan antara waktu inspirasi dan ekspirasi
dengan rasa sakit.
j) Pengkajian Fisik
1) Inspeksi, pengkajian ini meliputi:
Pertama, penentuan tipe jalan napas, seperti menilai apakah napas spotan melalui
hidung, mulut, oral, nasal, atau menggunakan selang endotrakeal atau trachcostomi,
kemudian menentukan status kondisi seperti kebersihan, ada atau tidaknya sekret,
pendarahan, bengkak, atau obstruksi mekanik;
Kedua, perhitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu menit ( umumnya
wanita bernapas lebih cepat) yaitu 20 kali permenit orang dewasa, kurang dari 30
kali permenit pada anak-anak, pada bayi pernapasan kurang dari 50 kali per menit.
Ketiga, pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal, abdominal dan kombinasi dari
keduanya.
Keempat, pengkajian irama pernapasan, yaitu menelaah masa inspirasi dan ekspirasi.
Pada keadaan normal ekspirasi lebih lama dari inspirasi yaitu 2:1 pada orang sesak
napas ekspirasi lebih cepat. Dalam keadaan normal perbandingan frekuensi
pernapasan dan prekuensi nadi adalah 1:1 sedangkan pada orang yang keracunan
barbiturat perbandinganya adalah 1:6. Kaji ritme/irama pernapasan yang secara
normal adalah reguler atau irreguler,
- cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan
kadang diselingi apnea.
- kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu
pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode
apnea.
Kelima, pengkajian terhadap dalam/ dangkalnya pernapasan. Pada pernapasan
dangkal dinding toraks hampir kelihatan tidak bergerak ini biasanya dijumpai pada
pasien penderita emfisema.
2) . Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan seperti nyeri tekan yang dapat
timbul akibat luka, peradangan setempat, metastasis tumor ganas, pleuritis, atau
pembengkakan dan benjolan pada dada. Melalui palpasi dapat diteliti gerakan
dinding toraks pada saat ekspirasi dan inspirasi terjadi. Kelainan pada paru, seperti
getaran suara atau fremitus vokal, dapat dideteksi bila terdapat getaran sewaktu
pemeriksa meletakkan tangannya sewaktu pasien berbicara. Getaran yang terasa oleh
tangan pemeriksa dapat juga ditimbulkan oleh dahak dalam bronkus yang bergetar
pada waktu inspirasi dan ekspirasi atau oleh pergeseran antara membran pleura pada
pleuritis.
3) Perkusi
Pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji suara normalnya suara perkusi paru.
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada di
sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Jenis suara perkusi ada dua
jenis yaitu:
- Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya bersifat musical.
- Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar pada perkusi
daerah paha, dimana seluruh areanya berisi jaringan.
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencangkup mendengar
suara napas normal dan suara tambahan (abnormal).Suara napas normal dihasilkan
dari getaran udara ketika melalui jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat
bersih.
Jenis suara napas normal adalah:
- Bronchial: sering juga disebut tubular sound karena suara ini dihasilkan oleh
udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdngar keras, nyaring, dengan
hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi dan
tidak ada jeda di antara kedua fase tersebut (E > I). Normal terdengar di atas
trachea atau daerah lekuk suprasternal.
- Bronkovesikular: merupakan gabungan dari suara napas bronkhial dan
vesikular. Suaranya terdengar nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi sama
panjang dengan ekspirasi (E = I). Suara ini terdengar di daerah dada dimana
bronkus tertutupoleh dinding dada.
- Vesikular: terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih
panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan (E < I).
Jenis suara napas tambahan adalah:
- Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara
nyaring, musical, suara terus-menerus yang disebabkan aliran udara melalui
jalan napas yang menyempit.
- Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara terdengar
perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan
sekresi kental dan peningkatan produksi sputum.
- Pleural fiction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara kasar,
berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura.
Sering kali pasien mengalami nyeri saat bernapas dalam.
- Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu:
Fine crackles: setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara
meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli
atau bronkhiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
Coarse crackles: lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar,
suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan napas
yang besar. Mungkin akan berubah ketika pasien batuk.
2. Diagnosis Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan Latihan Batuk efektif
(D.0001) keperawatan selama
Observasi
…… x …….… maka
Definisi : bersihan jalan nafas tidak Identifikasi kemampuan batuk
Secret ketidakmampuan efektif teratasi dengan Monitor adanya retensi sputum
membersihkan atau obstruksi jalan kriteria hasil : Monitor tanda dan gejala infeksi
nafas tetap paten Meningkat ( 5 ) Monitor input dan output cairan ( mis.
Pemantaun Respirasi
Observasi
Monitor frekuensi, irama, kedalaman
dan upaya nafas
Monitor pola nafas (seperti bradipnea.
Takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
Cheyne-Stoke,Biot, atasik)
Monitor kemampuan batuk efektif
Monitor adanya produksi sputum
Monitor adanya sumbatan jalan nafas
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Auskultasi bunyi nafas
Monitor saturasi oksigen
Monitor nilai AGD
Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Kolaborasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informaskan hasil pemantauan, jika
perlu
Dispnea Observasi :
Terapeutik
Kondisi Klinis Terkait : Bersikan secret pada mulut, hidung
Penyakit paru obstruktif dan trakea, jika perlu
kronis (PPOK) Pertahankan kepatenan jalan napas
Gagal jantung kongestif Siapkan dan atur peralatan pemberian
Asma oksigen
Pneumonia Berikan oksigen tambahan ,jika perlu
Tuberkulosis paru Tetap berikan oksigen saat pasien
Penyakit membrane hialin ditransportasi
Asfiksia Gunakan prangkat oksigen yang
Persistent pulmonary sesuai dengan tingkat mobilisasi
hypertension of newborn pasien
(PPHN)
Edukasi
Prematuritas
Ajarkan pasien dan keluarga cara
Infeksi saluran napas menggunakan oksigen di rumah
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur
Udara di atmosfer
Faring
Laring
Infeksi
Trachea Hipersekresi mukosa
saluran pernafasan
VentilasiParu-paru
Bronkus
Bronkiolus
Alveoli
Berhubungan dengan:
Kebersihan jalan
napas
DX:
Gangguan
Mengalami pertukaran gas
penurunan akibat
keletihan
DX:
Intoleransi
aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 10 / 9/ 2020 pukul 09.00 WITA di
Ruang Boni RSUD dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan
dokumentasi (rekam medis)
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Pasien
Pasien Penanggung
(Suami)
Nama : Ny. PA Tn. KW
Umur : 26 tahun 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Laki-laki
Status Perkawinan: Kawin Kawin
Suku /Bangsa : Indonesia Indonesia
Agama : Hindu Hindu
Pendidikan : SMP SMA
Pekerjaan : IRT Buruh
Alamat :g g
Alamat Terdekat : - ……………………
Nomor Telepon : - 0858477xxxx
Nomor Register : 2204xx ……………………
Tanggal MRS : 07 /09/ 2020, Pukul 10 . 00 WITA ……………………
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama masuk rumah sakit
Pasien Mengeluh sesak
6) Genogram
Keterangan
: mertua pasien
: pasien
: Laki laki
: Perempuan
c. Pola Kebiasaan
1) Bernafas
Sebelum Pengkajian: pasien mengatakan batuk berdahak dan sesak
Saat Pengkajian : pasien mengatakan masih batuk berdahak ,dan agak
sesak
2) Makan dan minum
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan nafsu makan berkurang, pasien
setiap harinya makan 3 kali sehari porsi kecil dan minum
± 1200 – 1500
Saat Pengkajian : frekuensi makan (3x/hari), jenis makanan (nasi,
lauk/pauk, sayur, buah), makanan pantangan (tidak ada),
alergi makanan (tidak ada), porsi makan sehari (1/2
porsi), minuman yg biasa diminum (air mineral), alcohol
((-) gelas/hari), merokok ((-)bgks/hari), jumlah minum
sehari (8 gelas/hari)
□
mual,
□ muntah ((-)x/hari, volume (-)cc, konsistensi (-)),
□ nafsu makan menurun,
□ sulit mengunyah/menelan : (-)
□ sonde/NGT ((-)x, kebutuhan (-)kalori)
3) Eliminasi
Sebelum Pengkajian: Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan eliminasi
seperti BAB dan BAK
Saat Pengkajian □ teratur, □ tidak teratur
: BAB frekuensi (1x/hari),
konsistensi (lembek),Warna (kuning),
Bau (khas feses) □ ada darah/lendir ,
□ konstipasi/obstipasi
BAK frekuensi (4-5x/hari), warna (kuning),
Bau (khas urine), jumlah/volume (2000cc/kencing),
□ lancar, □ seret, □ darah, □ nyeri saat kencing,
□ terpasang dower kateter
6) Kebersihan diri
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan sebelum di rawat biasanya mandi 2
kali sehari
Saat Pengkajian : Mandi, frekuensi (1x/hari), tempat (di tempat tidur),
□ memakai sabun,
Cuci rambut, frekuensi (1x/hari), □
memakai shampoo,
Pemeliharaan mulut dan gigi, frekuensi sikat gigi
(3x/hari, □ sebelum, □ sesudah makan), □ memakai
pasta gigi.
Berpakaian, frekuensi ganti baju (1x/hari)
Kebersihan kuku: □ bersih, □ kotor, keadaan kuku:
□ panjang, □ pendek,
Kemampuan membersihkan diri □ mandiri, □ dibantu
(oleh perawat)
Data lain :……………………………………………
………………………………………………………
9) Rasa aman
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan sebelum di rawat, pasien khawatir
akan keadannnya dan takut karena batuknya tidak
kunjung sembuh.
Saat Pengkajian : □ cemas, penyebab -
□ takut, penyebab……………………………………..
Data lain : pasien mengatakan sudah agak tenang karna
sudah mendapat penjelasan tentang penyakitnya dan
proses pengobatannya
10) Data social
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan hubungan pasien dengan keluarga,
tentangganya dan teman-temannya berjalan baik-baik
saja
Saat Pengkajian : Jenis keluarga (keluarga inti), peran dalam keluarga
(istri), pengambil keputusan dalam keluarga (suami)
13) Belajar
Sebelum Pengkajian : -
Saat Pengkajian : Hal-hal yang perlu dipelajari berhubungan tentang
penyakitnya: cara penularan penyakitnya, proses
pengobatan
pemahaman pasien terhadap penyakitnya : pasien
mengatakan paham tentang penyakitnya, tau cara
penularan penyakitnya serta mengetahui proses
pengobatan penyakitnya setelah mendapat penjelasan
dari dokter,pasien juga mengatakan mendapat dukungan
dari suaminya untuk kesembuhan penyakitnya .
14) Ibadah
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan beragama Hindu dan pasien
mengatakan sering sembahyang sesuai waktunya
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Kesadaran :□
composmentis/sadar penuh, □ somnolen, □ koma
Data lainnya…………………………………………
b) Bangun Tubuh kurus, □ sedang, □ gemuk
:□
Data lainnya…………………………………………
c) Postur Tubuh tegak, □ lordosis, □ kifosis, □ 38epatomeg,
:□
Data lainnya…………………………………………
d) Cara Berjalan 38epato terkoordinir, □ terganggu,
:□
Data lainnya……………….…………………………
e) Gerak Motorik normal, □ tergangu,
:□
Data lainnya…………………………………………
f) Keadaan Kulit
Warna □ normal, □ 38epatom, □ sianosis, □ pucat/anemis
:
Turgor :□ elastis, □ kurang elastis, □ jelek
Kebersihan:
□ bersih, □ kurang bersih, □ kotor
Luka : □ tidak ada,
□ ada : □ terbuka, □ tertutup
Lokasi : -
Warna (-)
Pus : tidak ada
Hiperemi : tidak ada
Jaringan : tidak ada
Gambar :
Depan Belakang
Gambar
Data lainnya…………………………………………………………………
3) Mata
a) Konjungtiva : □
merah muda, □ anemis/pucat, □ 40epatom/kuning
putih, □ 40epatom
b) Sklera : □
c) Kelopak mata : □ oedema, □ benjolan, □ lingkaran hitam
reflek pupil baik, □ pupil isokor, □ pupil midriasis
d) Pupil : □
□ Bola mata menonjol
Data lainnya………………………………………………………………
4) Hidung
Bersih, □ Secret, □ Darah, □ Polip
a) Keadaan : □
b) Penciuman : □Baik, □ Terganggu
c) Nyeri : □ nyeri tekan, □ Sinusitis, Lokasi…………………………………
d) Luka, Tidak ada,
□
□ Ada : Lokasi………………………………………………………
Luas luka……………………………………………………
Warna……………………………………………………….
Data lainnya……………………………………………………………….
5) Telinga
a) Keadaan :
□ Bersih, □ Secret, □ Darah
b) Nyeri :
□ tidak nyeri, □ nyeri tekan
c) Pendengaran, □ baik/normal, □ terganggu…………………………………
d) Pemeriksaan □ test rinne……………………………………………………
□ test webber………………………………………………….
□ test swabach…………………………………………………
Data lainnya………………………………………………………………
6) Mulut
a) Mukosa bibir : □ mukosa lembab, □ bibir sianosis, □ pucat, □ kering
b) Gusi : □
tidak berdarah, □ berdarah
c) Gigi :
□ gigi lengkap, □ gigi bersih, □ caries/karang gigi, □ berlubang
d) Lidah :
□ bersih, □ kotor,
e) Tonsil :□ normal, □ hyperemia pada tonsil, □tonsil membesar, □faring
radang
Data lainnya…………………………………………………………………
7) Leher
a) Inspeksi
Keadaan : □ baik/normal, □ Pembengkakan kelenjar tiroid, □ distensi
vena jugularis, □ kaku kuduk
b) Palpasi : □ kelenjar limfe membesar, □kelenjar parotis membesar,
□Pembengkakan kelenjar tiroid, □deviasi trakea, □teraba massa/tumor……
Data lainnya…………………………………………………………………
8) Thorax
a) Inspeksi
Bentuk : □simetris, □ asimetris
Gerakan dada: □ bebas, □ terbatas, □ retraksi dada, □ palpitasi
Payudara : □simetris, □ asimetris
□ Nyeri…………………………………………………………
□ Bengkak………………………………………………………
□ Luka, Lokasi…………………………………………………
Luas……………………………………………………
Warna………………………………………………….
Pus ……………………………………………………
Lain-lain………………………………………………
b) Palpasi
Pengembangan dada : □ simetris, □ asimetris
Vibrasi tactile premitus :
□ simetris, □ asimetris
Nyeri tekan: ………………………………………………………….
c) Perkusi
Suara paru : □Sonor/resonan, □ dullnes, □ hypersonor
d) Auskultasi
Suara paru : □ vesikuler/normal, □ronchi, □ wheezing □ rales
Suara jantung: □ Regular, □S1-S2 tunggal, □ Murmur, □ Gallop
Data lainnya………………………………………………………………
9) Abdomen
a) Inspeksi
Pemeriksaan : □ distensi abdomen, □ ascites
Luka, □ tidak ada, □ ada, Lokasi…………………………….………
Luas 11 cm
Warna………………………………………………….
10) Genetalia
Bersih, □ Keputihan, □ Darah
a) Keadaan : □
b) Letak Uretra :
□ Normal, □ Epispadia, □ Hipospadia
c) Prosedur invasife : □ Tidak
□ Ya, Terpasang dower catheter, ukuran 16
Data lainnya………………………………………………………………….
11) Anus
Bersih, □ Hemoroid
Keadaan : □
Data lainnya………………………………………………………………….
12) Ekstremitas
a) Ektremitas Atas
□pergerakan bebas, □ deformitas, □ Oedema, □ Sianosis pada
ujung kuku, □Clubbing finger, □ CRT <2 detik
□ Luka, Lokasi………………………………………………………….
Luas luka………………………………………………….......
Warna………………………………………………………….
Pus…………………………………………………………….
Hiperemi ………………………………………………….......
Jaringan……………………………………………………….
□ Terpasang infuse ditangan kanan, dengan aboccat G20
Data lainnya…………………………………………………………….
b) Ektremitas Bawah
□pergerakan bebas, □ deformitas, □ Oedema, □ Sianosis pada
ujung kuku, □Clubbing finger, □ CRT <2 detik
□ Luka, Lokasi………………………………………………………….
Luas luka………………………………………………….......
Warna………………………………………………………….
Pus…………………………………………………………….
Hiperemi ………………………………………………….......
Jaringan……………………………………………………….
□ Terpasang infuse,……………………………………………………..
Data lainnya…………………………………………………………….
c. Kekuatan Otot
55555 55555
55555 55555
Data lainnya……………………………………………………………..........
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hematologi
No. Hari/Tanggal/ Jenis Hasil Satuan Nilai
Jam Pemeriksaan Pemeriksaan Normal
Lab
2) Pemeriksaan Radiologi
No Hari/Tanggal/Jam Jenis Hasil Pemeriksaan Kesan
Pemeriksaan
2. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
napas dibuktikan dengan pasien mengeluh batuk berdahak, pasien merasa
agak sesak, Pasien tampak batuk berdahak, terdapat ronchi, P : 22 x
/mnt,SPO2 : 98 %,Nadi : 88 x/ mnt, TD : 100/70
3. Perencanaan
a. Prioritas masalah (berdasarkan 14 Kebutuhan Virginia Handerson)
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi
jalan napas dibuktikan dengan pasien mengeluh batuk berdahak, pasien
merasa agak sesak, Pasien tampak batuk berdahak, terdapat ronchi, P :
22 x /mnt,SPO2 : 98 %,Nadi : 88 x/ mnt, TD : 100/70
Rencana Keperawatan Pasien Ny. PA DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI : BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK
EFEKTIF DI RUANG BONI
TANGGAL 10 SEPTEMBER 2020
N Hari/Tgl/Jam Diagnosa Rencana Tujuan Rencana Tindakan Rasional
o Keperawatan
1 Kamis, Bersihan jalan Setelah dilakukan Latihan Batuk
10/09/2020 napas tidak efektif
asuhan Efektif
Pkl. 10.00 berhubungan
wita dengan keperawatan Observasi
hipersekresi jalan Untuk mengetahui kemampuan
selama Identifikasi
napas dibuktikan pasien dalam mengeluarkan dahak
dengan pasien 3 x 24 jam maka kemampuan
mengeluh batuk
bersihan jalan batuk
berdahak, pasien
merasa agak sesak, nafas tidak efektif
Pasien tampak
teratasi dengan
batuk berdahak,
terdapat ronchi, P : kriteria hasil : Monitor adanya Untuk mengetahui penumpukan
22 x /mnt,SPO2 : karena Pengeluaran sulit bila sekret
a. Batuk efektif retensi sputum
98 %,Nadi : 88 x/ sangat tebal,untuk memantau warna
mnt, TD : 100/70 meningkat sputum dan kekentalan sputum
b. Produksi
sputum Terapeutik
cukup Posisi membantu memaksimalkan
Atur posisi
ekspansi paru dan menurunkan
menurun semi-fowler upaya pernafasan, ventilasi meksimal
c. Ronchi membuka area atelektasis dan
atau fowler
meningkatkan gerakan sekret
menurun kedalam jalan nafas besar untuk
d. Frekuensi dikeluarkan
Edukasi
Jelaskan tujuan
Agar pasien paham dan dapat
dan prosedur melakukan tehnik batuk efektif
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan Keperawatan Pasien Ny. PA DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI : BERSIHAN JALAN NAPAS
TIDAK EFEKTIF DI RUANG BONI
TANGGAL 10 SEPTEMBER 2020 – 12 SEPTEMBER 2020
DO :
Pasien paham
memberikan makanan DS :
Pukul 12.00 wita 2 dalam jumlah kecil Pasien mengatakan
dan menarik lebih tenang mampu
menghabiskan
setengah lebih sedikit
dari porsi yang
diberikan
DO :
Tampak pasien
menghabiskan
makananya lebih
banyak dari
sebelumnya ( ½ ) porsi
Mengobservasi vital lebih sedikit
sign dan memonitor
adanya retensi sputum
DO :
Pasien tampak lebih
rileks
Obat diberikan kepada
pasien melalui IV
perset dan oral dan
tidak terdapat tanda-
tanda alaergi
2. Jumat, 11/09/2020
1,2 Mengobservasi DS :
vital
Pukul 06 .00 wita sign,memberikan Pasien mengatakan
obat oral sucralpat badan lemas
syrp 2 cth dan berkurang,batuk
asetil sitein 1 tab masih, mual berkurang
DO :
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi 20 x/menit
Suhu : 36,5℃, spo2
98 % , suara napas
ronchi berkurang
1 mengidentifikasi DS :
Pasien mengatakan
Pukul 11.00 wita kemampuan batuk paham dan bisa
Jelaskan tujuan dan mempraktekkan cara
batuk efektif
prosedur batuk DO :
efektif Pasien tampak batuk ,
dahak + kental
1,2 DS :
mengidentifikasi P pasien mengatakan
Pukul 12.00 wita kemampuan batuk dahak nya mau keluar,
dan memonitor pasien mengatakan
mual , memberikan sesak berkurang,
makanan dalam pasien mengatakan
jumlah kecil dan mual agak berkurang ,
pasien mampu
menarik
menghabiskan 1 porsi
makanan yang
disediakan
DO :
Pasien tampak tenang ,
pasien tampak duduk
semi fowler
DS :
1,2 Memberikan obat anti Pasien mengatakan
emetic ( Lansoprasol mual berkurang
Pkl 14.00 Inj 30 Mg ) dan asetil DO :
sistein 1 Tablet Pasien tampak tenang
3 Sabtu, 12/10/2020 1,2 1. Mengobservasi DS : pasien
Pukul 10.00 wita vital sign mengatakan batuknya
sudah agak
mendingan, dahak
gampang dikeluarkan
Pasien mengatakan
mualnya sudah
berkurang,pasien
mengatakan dapat
tidur.
DO :
TD : 110/70 mmHg
Nadi 88 x/menit
Respirasi 20 x/menit
Suhu : 36,4℃
SPO2 98 %
Ronchi berkurang
Evaluasi Keperawatan Pada Pasien Ny. PA DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI : BERSIHAN JALAN NAPAS
TIDAK EFEKTIF DI RUANG BONI TANGGAL 10 SEPTEMBER 2020 – 12 SEPTEMBER 2020
2. Kamis, Nausea berhubungan S : Pasien mengatakan mual nya sudah berkurang , pasien
10/10/2020 dengan iritasi lambung mengatakan bisa menghabiskan 1 porsi makanan yang
Pukul 13.00 dibuktikan dengan Pasien diberikan dirumah sakit, pasien mengatakan nafsu
wita mengatakan lemas, nafsu makannya sudah membaik
makan menurun ,pasien
mengatakan mual, pasien O : Pasien tampak menghabiskan 1 porsi makanan yang
mengatakan mampu disediakan.
menghabiskan makanan
yang disedikan sebanyak ½ A : Masalah Teratasi
porsi dari 1 porsi yang
disediakan di rumah sakit. P : Pertahankan Kondisi, instruksikan pasien tetap makan
dalam porsi kecil tapi sering, anjurkan pasien untuk
makan makanan dalam kondisi hangat .
RESUM KASUS
RESUME KASUS
Tanggal : 09-09-2020
1. Pengkajian resume kasus:
Pasien kiriman dari UGD RSUD tanggal 9/9/2020 diantar petugas, dengan
keluhan pusing kepala sejak kemarin malam , Pusing dirasakan seperti berputar - putar, skala
nyeri 4 dari rentang (0-10). Pusing dirasakan setiap kali bergerak dan membuka mata , pasien
juga mengeluh mual dan muntah 1 kali sebelum masuk rumah sakit , Riwayat hipertensi tidak
terkontrol . TD : 150 / 80 mmhg, Nadi : 100 X / mnt ,P : 20 x/mnt, SPo2 99 %,suhu 37,4
Nyeri akut b/d agen pencedera fisilogis d/d pasien Pasien mengeluh pusing kepala
sejak kemarin malam , Pusing dirasakan seperti berputar - putar, skala nyeri 4 dari rentang (0-
10). Pusing dirasakan setiap kali bergerak dan membuka mata , pasien tampak meringis, skala
nyeri 4 (0-10), pasien tampak memegang kepala,dan memejamkan matanya, TD : 150 / 80
mmhg, Nadi : 100 X / mnt ,P : 20 x/mnt, SPo2 99 %,suhu 37,4
Manajemen Nyeri
Observasi
l. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas , intensitas nyeri
m. Identifikasi skala nyeri
n. Identifikasi respons nyeri non verbal
o. Identifikasi faktor yang memperberat nyeri dan memperingan nyeri
p. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
q. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
r. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
s. Monitor keberhasilan terapi komplementer yan sudah diberikan
t. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitas istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Pemberian Analgesik
Observasi
Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda, kualitas, lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
Identifikasi riwayat alergi obat
Identifikasi kesesuaian jenis analgesic (mis. Narkotika, non narkotika, atau NSAID)
dengan tingkat keparahan nyeri
Monitor tanda tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu
Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk mempertahankan
kadar dalam serum
Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengoptimalkan respon pasien
Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi
Jelaskan efek terapu dan efek samping obat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
Semarapura, 09-09-2020
Mahasiswa,
TUGAS MINGGU KE 2
PRAKTEK NERS STASE KDP RUANG BONI
DI RSUD
14 – 20 SEPTEMBER 2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN KEBUTUHAN RASA NYERI DAN KENYAMANAN (NYERI AKUT)
OLEH:
d). Komplikasi
a.Edema pulmonal
b. Kejang
c.Masalah mobilisasi
d. Hipertensi
e.Hipertermi
f. Gangguan pola istirahat dan tidur
5. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan Penunjang Terkait KDM
a. Pemeriksaan dengan skala nyeri
b. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di abdomen
c. Rontgen untuk mengetahui tukang dalam yang abnormal
d. Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang pemeriksaan fisik lainnya
e. CT-Scan mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah diotak
f. EKG
g. MRI
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Distraksi dan ajarkan teknik relaksasi
3) Kompres hangat
4) Monitor gejala cardinal/ tanda-tanda vital
5) Kaji adanya infeksi atau peradangan di sekitar nyeri
6) Beri rasa aman
7) Sentuhan therapeutic :Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat
mempunyai keseimbanganenergy antara tubuh dengan lingkungan luar.
Orang sakit berarti adaketidakseimbangan energi, dengan memberikan
sentuhan pada pasien, diharapkanada transfer energy.
8) Akupressure : Pemberian tekanan pada pusat-pusat nyeri
9) Guided imagery :Meminta pasien berimajinasi membayangkan hal-hal
yang menyenangkan,tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan
yang terang, serta konsentrasi dari pasien.
10) Distraksi :Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri
ringan sampai sedang.Distraksi visual (melihat TV atau ertandingan
bola), distraksi audio (mendengarmusik), distraksi sentuhan massage,
memegang mainan), distraksi intelektual(merangkai puzzle).
11) Anticipatory guidance :Memodifikasi secara langsung cemas yang
berhubungan dengan nyeri.
12) Hipnotis :Membantu persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
13) BiofeedbackTerapi : prilaku yang dilakukan dengan memberikan
individu informasi tentangrespon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih
control volunter terhadap respon.Terapi ini efektif untuk mengatasi
ketegangan otot dan migren dengan caramemasang elektroda pada
pelipis
b. Penatalaksanaan Medis
a) Pemberian analgesic
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interprestasi nyeri
dengan jalan mendpresi sistem saraf pusat pada thalamus dan korteks
serebri. Analgesikakan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan
nyeri yang beratdibandingkan setelah mengeluh nyeri. Contoh obat
analgesik yani asam salisilat(non narkotik), morphin (narkotik), dll.
b) Plasebo
Plaseboerupakan obat yang tidak mengandung komponen obat
analgesikseperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini
dapat menurunkanrasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan
pasien
c. Pemberian obat ANS (Anti inflamasi non steroid)
Aspirin dan Ibuprofen mengurangi nyeri dengan cara bekerja di ujung saraf
perifer pada daerah luka dan menurunkan tingkat mediator inflamasi yang
dihasilkan luka.
7. Pathway
Impuls Nyeri
ReseptorNyeri(Nosiseptor)
KerusakanJaringan
Meransangsel-sel mast
menghasilkanhistamine ,bradikini dan
Prostaglandin
Traktusneospinotalamikus
Nyeri cepatdariserat A Nyeri lambatdariserat
C
Medulla spinalis
Dihantarkanoleh paleospinotalamikus
SistemAktivasiRetikular Area
GriseasPeriakueduktus
Kortekssensorisomatik
Diaforesis, dilatasipupi, focus menyempit, Nyeri telah ada lebih dari 6 bulan, Anoreksia,
(Smeltzer & Bare,2002), (Lynda Juall
ekspresiwajahnyeri, dan perubahan frekuensi Carpenito – Moyet, Edisi 13) Depresi, Imobilitas, berfokus pada diri
Ansietas,
napas. sendiri
Nyeri Akut Nyeri kronis
B. Tinjauan Teori Askep Kebutuhan Dasar
1. Pengkajian Fokus
a. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman.
Lingkungan pasien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang
mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan atau kelangsungan
hidup pasien. Keamanan yang ada dalam lingkungan ini akan mengurangi
insiden terjadinya penyakit dan cedera yang akan mempenngaruhi rasa
aman dan nyaman pasien.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas operasi/bedah
menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secar langsung
pada reseptor sehingga mengganggu rasa nyaman pasien.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat ini bisa dapat menyebabkan gangguan rasa aman dan nyaman,
karena dengan adanya riwayat penyakit maka klien akan beresiko terkena
penyakit sehingga menimbulka rasa tidak nyaman seperti nyeri.
b. Perilaku non verbal:Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati antara
lain ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah, dll.
c. Kualitas: Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dan nyeri.
Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui.
b. Faktor presipitasi : Beberapa faktor presipitasi yang meningkatkan nyeri
antara lain lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.
c. Intensitas : Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan, atau
dapat menggunakan skala dari 0-10.
d. Waktu dan lama : Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri mulai,
berapa lama, bagaimana timbulnya, juga interval tanpa nyeri, kapan nyeri
terakhir timbul.
e. Karakteristik nyeri (PQRST)
P (provokatif) : faktor yang mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri
Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau tersayat)
R (region) : daerah perjalanan nyeri
S (Skala nyeri) : keparahan/intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan/frekuensi nyeri
Pengkajian Skala Nyeri
Skala nyeri 1-3 nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktivitas tak terganggu)
Skala nyeri 4-6 nyeri sedang (mengganggu aktivitas fisik)
Skala nyeri 7-10 nyeri berat (tidak dapat melakuka aktivitas secara
mandiri)
f. Pemeriksaan Fisik
Ekspresi wajah
1) Menutup mata rapat-rapat
2) Membuka mata lebar-lebar
3) Menggigit bibir dibawah
Verbal
1) Menangis
2) Beteriak
Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah
2) Nadi
3) Pernafasan
Ekstremitas
Amati gerak tubuh pasien untuk mengalokasi tempat atau rasa yang tidak
nyaman.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan
mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat dan sulit
tidur.
b. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal kronis ditandai
dengan mengeluh nyeri, merasa depresi, tampak meringis, gelisah, dan pola
tidur berubah.
c. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan
merasa bungung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi,
tampak gelisah, sulit tidur, frekuensi nadi meningkat, dan tekanan darah
meningkat.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas ditandai dengan mengeluh
lelah, merasa lemah, tekanan darah berubah.
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur ditandai
dengan mengeluh sulit tidur, mengeluh pola tidur berubah, dan mengeluh
istirahat tidak cukup.
3. Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan/ Luaran Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Definisi: tindakan keperawatan Observasi
Pengalaman sensorik atau selama .... X .... jam u. Identifikasi lokasi,
emosional yang berkaitan dengan diharapkan TingkatNyeri karakteristik, durasi,
kerusakan jarigan actual atau Menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas ,
fungsional, dengan onset hasil : intensitas nyeri
mendadak atau lambat dan Tingkat nyeri : v. Identifikasi skala
berintensitas ringan hingga berat Keluhan nyeri (5) nyeri
yang berlangsung kurang dari 3 Meringis (5) w. Identifikasi respons
bulan. Sikap protektif (5) nyeri non verbal
Penyebab: Gelisah (5) x. Identifikasi faktor
Agen pencedera fisiologis Kesulitan tidur (5) yang memperberat
(mis. Inflamai,iskemia, Menarik diri (5) nyeri dan
neoplasma Berfokus pada diri memperingan nyeri
Agen pencedera kimiawi sendiri (5) y. Identifikasi
(mis. Terbakar, bahan Diaforesis (5) pengetahuan dan
kimia iritan) Perasaan depresi keyakinan tentang
Agen pencedera fisik (mis. (tertekan) (5) nyeri
Abses, amputasi, terbakar, Perasan takut z. Identifikasi pengaruh
terpotong, mengangkat mengalami cedera budaya terhadap
berat, prosedur operasi, berulang (5) respon nyeri
trauma, latihan fisik Anoreksia (5) aa. Identifikasi pengaruh
berlebih) Perineum terasa nyeri pada kualitas
tertekan (5) hidup
Gejala dan Tanda Mayor
Uterus teraba bb. Monitor keberhasilan
Subjektif
membulat (5) terapi komplementer
Mengeluh nyeri Ketegangan otot yan sudah diberikan
Objektif (5) cc. Monitor efek samping
Tampak meringis Pupil dilatasi (5) penggunaan analgetik
Bersikap protektif (mis. Muntah (5) Terapeutik
Waspada, posisi Mual (5) Berikan teknik
menghindari nyeri) Frekuensi nadi (5) nonfarmakologis
Gelisah Pola napas (5) untuk mengurangi
Frekuensi nadi meningkat Tekanan darah (5) rasa nyeri (mis.
Sulit tidur Proses berpikir (5) TENS, hypnosis,
Fokus (5) akupresur, terapi
Gejala dan Tanda Minor
Fungsi kemih (5) music, biofeedback,
Subjektif
Perilaku (5) terapi pijat,
-
Nafsu makan (5) aromaterapi, teknik
Objektif
Pola tidur (5) imajinasi terbimbing,
Tekanan darah meningkat Kontrol Nyeri kompres
Pola napas berubah Melaporkan nyeri hangat/dingin, terapi
Nafsu makan berubah terkontrol (5) bermain)
Proses berpikir terganggu Kemampuan Kontrol lingkungan
Menarik diri mengenali onset yang memperberat
Berfokus pada diri sendiri nyeri (5) rasa nyeri (mis. Suhu
Diaforesis Kemampuan ruangan, pencahayaan,
mengenali kebisingan)
Kondisi klinis terkait penyebab nyeri (5) Fasilitas istirahat dan
Kondisi pembedahan Kemampuan tidur
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Pemberian Analgesik
Observasi
Identifikasi
karakteristik nyeri
(mis. Pencetus,
pereda, kualitas,
lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
Identifikasi riwayat
alergi obat
Identifikasi kesesuaian
jenis analgesic (mis.
Narkotika, non
narkotika, atau
NSAID) dengan
tingkat keparahan
nyeri
Monitor tanda tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik
Monitor efektifitas
analgesik
Terapeutik
Diskusikan jenis
analgesic yang disukai
untuk mencapai
analgesia optimal, jika
perlu
Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan
kadar dalam serum
Tetapkan target
efektifitas analgesik
untuk
mengoptimalkan
respon pasien
Dokumentasikan
respons terhadap efek
analgesik dan efek
yang tidak diinginkan
Edukasi
Jelaskan efek terapu
dan efek samping
obat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesik, sesuai
indikasi
2. Nyeri Kronis Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Definisi: tindakan keperawatan Observasi
Pengalaman sensori atau selama .... X .... jam dd. Identifikasi lokasi,
emosional yang berkaitan dengan diharapkan Tingkat karakteristik, durasi,
kerusakan jaringan actual atau Nyeri Menurun dengan frekuensi, kualitas ,
fungsional, dengan onset kriteria hasil : intensitas nyeri
mendadak atau lambat dan Tingkat nyeri : ee. Identifikasi skala
berintensitas ringan hingga berat Keluhan nyeri (5) nyeri
dan konstan, yang berlangsung Meringis (5) ff. Identifikasi respons
lebih dari 3 bulan. Sikap protektif (5) nyeri non verbal
Penyebab : Gelisah (5) gg. Identifikasi faktor
Kondisi musculoskeletal Kesulitan tidur (5) yang memperberat
kronis Menarik diri (5) nyeri dan
Kerusakan sistem saraf Berfokus pada diri memperingan nyeri
Penekanan saraf sendiri (5) hh. Identifikasi
Subjektif: mengidentifikasi
Gangguan musculoskeletal
5. Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan Dukungan Tidur
Definisi : tindakan keperawatan Observasi:
Gangguan kualitas dan kuantitas selama .... X .... jam Identifikasi pola aktivitas
waktu tidur akibat faktor eksternal diharapkan Pola Tidur dan tidur
Penyebab : Membaik dengan kriteria Identivikasi faktor
Hambatan lingkungan (mis. hasil : pengganngu tidur (fisik
Kelembapan lingkungan Pola Tidur : dan/atau psikologis)
sekitar, suhu lingkungan, Keluhan sulit tidur Identifikasi makanan dan
pencahayaan, kebisingan, (5) minuman yang
bau tidak sedap, jadwal Keluhan sering mengganggu tidur ( mis.
pemantauan/ terjaga (5) Kopi, teh, alcohol,
pemeriksaan/tindakan) Keluhan tidak puas makan mendekati waktu
Kurang control tidur tidur (5) tidur, minum banyak air
Kurang privasi Keluhan pola tidur sebelum tidur)
Restraint fisik berubah (5) Identifikasi obat tidur
Ketiadaan teman tidur Keluhan istirahat yang dikonsumsi
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi
keperawatan yang telah ditetapkan. Menurut effendy, implementasi adalah
pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan. Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan
mandiri, saling ketergantungan/kolaborasi, dan rujukan/ketergantungan.
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Pada situasi nyata sering implementasi juh berbeda dengan rencana.
Hal ini terjadi karena peawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam
melaksanakan tindakan keperawatan. Yang biasa adalah rencana tidak tertulis
yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat
membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal, dan juga tidak memenuhi
aspek legal.
Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan kliensesuai dengan kondisi saat ini. Perawat juga menilai diri sendiri,
apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknik sesuai dengn
tindakan yang akan dilaksanakan. Kutipan dari taqiyyah bararah dan muhammad
jauhar (2013:13-14).
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Alfaro-LeFevre, evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan
perbaikan. Pada tahap ini perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses
keperawatan dapat berhasil atau gagal. Evaluasi dibagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Evaluasi Formatif : Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon
segera pada saat dan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
b. Evaluasi Sumatif : Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa
status kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA
Pasien kiriman dari Seorang pasien wanita Ny WD kiriman dari UGD RSUD gkung
dengan keluhan Sakit Kepala sejak 2 hari yang lalu, dirasakan berdenyut, bertambah keras
bila bergerak, nyeri dirasakan hilang timbul, skala nyeri 3 ( 0-5 skala), wajah nampak
meringis dan klien nampak memegang kepalanya, Nadi : 90 x/mnt, RR : 22 x/mnt, T :
170/90 mmHgHasil.
A. Identitas
1. Nama : Ny.WD
2. Umur : 45 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : nongan karangasem
5. Nomor RM : 235xxx
6. Tanggal MRS : 15/09/2020 pukul 10.00 wita
7. Dx. Medis : Hipertensi
B. Data Fokus
Selasa , Nyeri akut Setelah diberikan 1. Monitor vital sign 1. Perubahan TTV
15/09/2020 berhubungan asuhan keperawatan merupkan
dengan agen selam 1 x 24 jam indikator nyeri
10.00 Wita
pencedera diharapkan pasien 2. Tentukan 2. Informasi akan
fisiologis dapat manajemen nyeri memberikan data
dibuktikan mempertahankan dengan dasar untuk
dengan Sakit prilaku adaptasi menggunakan membantu dalam
Kepala sejak 2 terhadap nyeri dengan Teknik PQRST menentukan
hari yang lalu, kriteria hasil intervensi
dirasakan
1. Melaporkan secara
berdenyut, 3. Meningkatkan
verbal nyeri
bertambah keras dan melanjarkan
berkurang atau 3. Buat posisi kepala
bila bergerak, aliran darah vena
hilang lebih tingggi (15-
nyeri dirasakan dari kepala
2. Tanda-tanda vital 45º)
hilang timbul, sehingga dapt
dalam batas normal
skala nyeri 3 ( 0- mengurangi
3. Wajah tampak
5 skala), wajah edema dan TIK
rileks/tenang/tidak
nampak meringis
meringis
dan klien nampak
4. Skala nyeri 2 (0- Kolaboratif 1. Mengurangi
memegang
10)
kepalanya, Nadi : 1. Pemeberian nyeri pasien
90 x/mnt, RR : 22 analgetik/sedasi
x/mnt, T : 170/90 jika diperlukan
mmHgHasil
Dignosa Keperawatan S O A P
Denpasar, 15-09-2020
Mahasiswa,
OLEH:
Nama : Ibu WD
Umur : 70 Tahun
Diagnosa medis : Hipertensi
Ruangan : Ruang Boni RSUD
Tanggal : 15 september 2020
1. Kondisi klien :
Sakit Kepala sejak 2 hari yang lalu, dirasakan berdenyut, bertambah keras bila bergerak,
hilang timbul, skala nyeri 3 ( 0-5 skala), wajah nampak meringis dan klien nampak
memegang kepalanya, Nadi : 90 x/mnt, RR : 22 x/mnt, T : 170/90 mmHg.
2. Alasan dirawat :
Sakit kepala
3. Data Fokus :
a. Data Subyektif
Sakit Kepala sejak 2 hari yang lalu, dirasakan berdenyut, bertambah keras bila bergerak,
hilang timbul
b. Data Obyektif
Skala nyeri 3 (0-5 skala), wajah nampak meringis, klien memegang kepalanya, Nadi :
90 x/mnt, RR : 22 x/mnt, T ; 170/90 mmHg
4. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan Sakit Kepala
sejak 2 hari yang lalu, dirasakan berdenyut, bertambah keras bila bergerak, hilang timbul,
skala nyeri 3 ( 0-5 skala), wajah nampak meringis dan klien nampak memegang
kepalanya, Nadi : 90 x/mnt, RR : 22 x/mnt, T : 170/90 mmHg
5. Tujuan Khusus
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 30 menit diharapkan nyeri klien hilang,
dengan kriteria hasil : nyeri kepala dirasakan hilang, skala nyeri 0, wajah nampak relaks,
Nadi : 70-80 x/mnt, RR : 18-20 x/mnt, T : 140/80 mmHg
6. Tindakan Keperawatan
Mengajarkan relaksasi Guided Imagenery/ Tehnik relaksasi imajinasi terbimbing.
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
PERAWATAN
A. ORIENTASI
1. Salam terapeutik
“Selamat sore bu wayan ”
“ Masih ingat dengan tiyang bu?, sire adan tiyang ? ” tiyang perawat yang akan
bertugas sore di ruang boni ini.
2. Evaluasi/validasi
“Bagaimana keadaan bu wayan hari ini ?, Apakah bu wayan masih merasakan sakit di
kepala ?
3. Kontrak (topic, waktu, tempat)
a. Topik
“ Sesuai dengan janji tiyang kemarin sore, hari ini rencananya tiyang akan
mengajarkan atau membimbing bu wayan tentang teknik untuk mengurangi nyeri.
Teknik ini sangat sederhana, namun ibu harus tenang dan rileks”
b. Waktu
“ Kegiatan ini akan tiyang lakukan sekitar 30 menit “ bagaimana bu ?
c. Tempat
“ Kegiatan ini akan tiyang lakukan di tempat ini, ibu wayan dapat melakukan ini
sambil duduk atau berbaring “
B. KERJA
1. “ Sebelum tiyang melakukannya, apakah ada yang bu wayan mau tanyakan ?”
2. “ Bagaimana perasaan bu wayan sekarang? “
3. “ Bu wayan, mau melakukannya sambil duduk apa berbaring ?”
4. ” Selama kegiatan ini berlangsung, bu wayan dengarkan ucapan tiyang, kalau ada
yang mengganggu, tidak nyaman atau bu wayann tidak konsentrasi, bu wayan dapat
menghentikannya ”
5. “ Sekarang bu wayann duduk dengan rileks dan tenang, pejamkan kedua mata, tutup
rapat-rapat mulutnya, tarik nafas sedalam-dalamnya melalui hidung, tahan nafas
didada dengan hitungan 1,2,3,4,5 lalu hembuskan dengan kuat melalui mulut “
6. Lakukan kegiatan ini sebanyak tiga kali bu nggih.
7. “ Selanjutnya bu wayan coba pikirkan dan bayangkan pengalaman hidup atau
kejadian yang menyenangkan, yang pernah bu wayan alami “
8. “ Kalau sudah dapat dibayangkan, silahkan dilanjutkan sampai nanti tiyang berikan
perintah untuk berhenti, seandainya perasaan bu wayan tidak nyaman atau tidak dapat
konsentrasi, segera hentikan ya bu, dapat ibu ulang kembali atau dihentikan saat ini
juga, nanti dapat ibu coba lagi sesuai dengan yang tiyang arahkan “
9. “ Tiyang pikir latihan ini cukup dulu ya bu wayan, besok kita coba lagi “
C. TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
a. Subyektif :
Ibu merasakan lebih nyaman, nyeri dirasakan agak berkurang
b. Obyektif :
1) Skala nyeri 2
2) Klien nampak rileks
3) Nadi : 80 x/mnt, RR : 20 x/mnt, T : 150/90 mmHg
OLEH:
I. Tujuan Instruksional
IV. Materi
a. Pengertian
1. Nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat
2. Nyeri merupakan suatu ketidaknyamanan yang meningkat dan sensasinya
sangat subyektif, serta menimbulkan gangguan dan perubahan aktifitas fisik,
psikis yang meliputi emosi, pola fikir dan sebagainya.
b. Tujuan manajemen nyeri Non Pharmacologis
1. Menangani nyeri akut atau kronis
2. Memberikan rasa nyaman
3. Mengurangi ketergantungan pasien pada obat-obatan penghilang rasa sakit.
2. Relaksasi
Tiga hal penting dalam relaksasi adalah :
a. Posisi yang tepat
b. Pikiran tenang
c. Lingkungan tenang
Teknik relaksasi:
a. Menarik nafas dalam
b. Keluarkan perlahan-lahan dan rasakan
c. Nafas beberapa kali dengan irama yang normal
d. Ulangi nafas dalam dengan konsentrasi pikiran
e. Setelah rileks, nafas pelan
3. Stimulasi Kulit
Strategi penghilang nyeri tanpa obat yang sederhana, yaitu dengan
menggosok kulit. Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum,
sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase dapat membuat pasien
lebih nyaman karena masase membuat relaksasi otot.
V. Evaluasi
1. Sebutkan pengertian nyeri
2. Tujuan manajemen nyeri non pharmacologis
3. Sebutkan cara sederhana mengatasi nyeri
4. Mendemonstrasikan cara-cara mengatasi nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A., A,. A. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia 1. Jakarta: Salemba Medika.
Potter, P.,A & Perry, A.,G.(2005). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep,proses,dan
praktik (edisi 4) Jakarta : EGC.
Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner &
Suddarth (Edisi 8). Jakarta: EGC.
.
LEAFLET
MANAJEMEN NYERI
MANAJEMEN NYERI PENGERTIAN CARA SEDERHANA MENGATASI NYERI
…?
Nyeri adalah suatu rasa yang tidak
nyaman, baik ringan maupun berat DISTRAKSI (Pengalihan pada hal-hal lain
sehingga lupa terhadap nyeri yang
sedang dirasakan)
Contoh :