Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI

DISUSUN OLEH :

NAMA : ST. NUR ANNISA AR-RAFSAND


NIM : 22222059

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


GUNUNG SARI MAKASSAR 2022/2023.
A. Tinjauan Medis
1. Pengertian
Oksigen (O2) merupakan gas yang sangat vital dalam
kelangsungan hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigen
diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus -
menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses
bernapas. Pada atmosfer, gas selain oksigen juga terdapat karbon
dioksida (CO), nitrogen (N), dan unsur – unsur lain seperti argon
dan helium. (Wartonah & Tarwoto, Kebutuhan Dasar Manusia dan
Proses Keperawatan Edisi 5, 2015)
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia
yang digunakan untuk keselamatan metabolisme sel tubuh
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel.
(Hidayat & Uliyah, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2
Buku 1, 2014)
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses
tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan
menyebabkan tubuh, secara fungsional mengalami kemunduran
atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu,
Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan
sangat vital bagi tubuh.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebutuhan oksigenasi
adalah sangat berperan penting dalam tubuh kita, maka bila
oksigen tersedia didalam tubuh secara adekuata, maka
mitokondria akan memproduksi ATP.

2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Oksigenasi


a. Faktor Fisiologi
1) Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada
obstruksi saluran napas bagian atas, penyakit asma.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun
mengakibatkan transpor O2 terganggu seperti pada
hipotensi, syok, dan dehidrasi.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam,
ibu hamil, luka, dan penyakit hipertiroid.
5) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada
seperti pada kehamilan, obesitas, muskuloskeletal yang
abnormal, serta penyakit kronis seperti TB paru.
b. Faktor Perkembangan
1) Bayi prematur : yang disebabkan kurangnya pembentukan
surfaktan.
2) Bayi dan toddler : adanya resiko infeksi pernapasan akur.
3) Anak usia sekolah dan remaja : risiko infeksi saluran
pernapasan dan merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat,
kurang aktivitas, dan stres yang mengakibatkan penyakit
janung dan paru-paru.
5) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan
eskpansi paru menurun.
c. Faktor Perilaku
1) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan
ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga
daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak
menimbulkan arteriosklerosis.
2) Latihan : dapat meningkatkan kebutuhan oksigen karena
meningkatnya metabolisme.
3) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh
darah perifer dan koroner.
4) Penyalahgunaan substansi (alkohol dan obat-obatan) :
menyebabkan intake nutrisi-Fe menurun mengakibatkan
penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi
pusat pernapasan.
5) Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat
dengan meningkatkan hormon kortisol, serta hormon
epinefrin dan norepinefrin.
d. Faktor Lingkungan
1) Tempat kerja (polusi), polusi udara merusak ikatan
hemoglobin dengan oksigen, sedangkan zat polutan dapat
mengiritasi mukosa saluran pernapasan.
2) Temperatur lingkungan, suhu yang panas akan
meningkatkan konsumsi oksigen tubuh.
3) Ketinggian tempat dari permukaan laut, semakin tinggi
suatu tempat kandungan oksigen makin berkurang.
(Wartonah & Tarwoto, Kebutuhan Dasar Manusia dan
Proses Keperawatan Edisi 5, 2015)
3. Anatomi Sistem Pernafasan
Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi terdiri
atas saluran pernapasan bagian atas, bagian bawah, dan paru.
(Hidayat & Uliyah, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2
Edisi 2, 2015)
a. Saluran Pernapasan Bagian Atas
1) Hidung
Proses oksigenasi diawali dengan penyaringan udara
yang masuk melalui hidung dan bulu yang ada dalam
vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan
dan dilembabkan.
2) Faring
Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang
dari dasar tengkorak sampai esofagus yang terletak di
belakang nasofaring (dibelakang hidung), dibelakang mulut
(orofaring), dan belakang laring (laringo faring).
3) Laring (tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernafasan setelah faring yang
terdiri atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama
ligamen dan membran, terdiri atas dua lamina yang
bersambung di garis tengah.
4) Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas
membantu menutup laring pada saat proses menelan.
b. Saluran Pernapasan Bagian Bawah
Saluran pernapasan bagian bawah berfungsi mengalirkan
udara dan memproduksi surfaktan. Saluran ini terdiri atas
sebagai berikut : (Hidayat & Uliyah, Pengantar Kebutuhan
Dasar Manusia Buku 2 Edisi 2, 2015)
1) Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki
panjang kurang lebih 9cm yang dimulai dari laring sampai
kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima.
2) Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan
dari trakea yang terdiri atas dua percabangan kanan dan
kiri.
3) Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah
bronkus.
c. Paru
Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan.
Paru terletak dalam rongga setinggi tulang selangka sampai
dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa bagian diselaputi
oleh pleura parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh
cairan pleura yang berisi cairan surfaktan.
4. Fisiologi Sistem Pernafasan
a. Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer.
b. Difusi gas merupakan pertukaran gas antara oksigen dialveoli
dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli.
c. Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler
ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler.
(Hidayat & Uliyah, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2 Edisi 2,
2015)
5. Jenis Pernafasan
a. Pernafasan Eksternal
Pernafasan eksternal merupakan proses masuknya O2
dan keluarnya CO2 dari tubuh, disebut juga dengan pernafasan
biasa. Prosesnya dimulai dari oksigen masuk melalui hidung
dan mulut pada saat bernafas, kemudian oksigen masuk
melalui faring dan laring menuju trakea ke bronkus lanjut ke
alveoli (inspirasi), selanjutnya oksigen menembus membran
yang akan diikat oleh Hb sel darah merah dan dibawa ke
jantung. Setelah itu, sel darah merah dipompa oleh arteri ke
seluruh tubuh untuk kemudian meninggalkan paru dengan
tekanan oksigen 100 mmHg. Karbon dioksida sebagai hasil
buangan metaboisme menembus membran kapiler darah ke
alveoli, dan melalui bronkial ke trakea lanjut laring dan faring
dikeluarkan melalui hidung dan mulut (ekspirasi).
b. Pernafasan Internal
Pernafasan internal merupakan proses terjadinya
pertukaran gas antar sel jaringan dengan cairan sekitarnya
yang sering melibatkan proses metabolisme tubuh, atau juga
dapat dikatakan bahwa proses pernafasan ini di awali dengan
darah yang telah menjenuhkan Hbnya kemudian mengitari
seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler dan bergerak
sangat lambat. Sel jaringan mengambil oksigen dari Hb dan
darah menerima karbon dioksida sebagai hasil buangannya.
(Haswita & Sulistyowati, 2017)
6. Tipe Kekurangan Oksigen Dalam Tubuh
a. Hipoksemia
Merupakan keadaan dimana terjadi penurunan
konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO 2) atau saturasi O2
arteri (SaO2) di bawah normal (normal PaO2 85 – 100 mmHg,
SaO2 95%).
b. Hipoksia
Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau
tidak adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat
defisiensi oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya
penggunaan oksigen pada tingkat seluler.
c. Gagal napas
Merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh
memenuhi kebutuhan oksigen karena pasien kehilangan
kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi
kegagalan pertukaran gas CO2 dan O2.
d. Perubahan Pola Napas
Pada keadaan normal, frekuensi pernapasan pada orang
dewasa sekitar 12-20x/m, dengan irama teratur serta inspirasi
lebih panjang dari ekspirasi. Pernapasan normal disebut
eupnea. Perubahan pola napas dapat berupa hal-hal sebagai
berikut :
1) Dispnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien
dengan asma.
2) Apnea, yaitu tidak bernapas, berhenti bernapas.
3) Bradipnea, yaitu pernapasan lebih lambat (kurang) dari
normal dengan frekuensi kurang dari 16x/m.
4) Kussmaul, yaitu pernapasan dengan panjang ekspirasi dan
inspirasi sama, sehingga pernapasan menjadi lambas dan
dalam, misalnya pada pasien koma dengan penyakit
diabetes melitus dan uremia.
5) Cheyne-stokes, merupakan pernapasan cepat dan dalam
kemudian berangsur – angsur dangkal dan diikuti periode
apnea yang berulang secara teratur. Misalnya pada
keracunan obat bius, penyakit jantung, dan penyakit ginjal.
6) Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa
apnea dengan periode yang tidak teratur, misalnya pada
meningitis. (Wartonah & Tarwoto, Kebutuhan Dasar
Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 5, 2015)
7. Penatalaksanaan medis
Menurut (Tarwotot dan wartonah, 2015), terapi oksigen adalah
tindakan pemberian oksigen melebihi pengambilan oksigen atmosfir
atau Fio2 > 21 %. Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan
oksigenasi jaringan atau mencegah respirasi respitorik, mencegah
hipoksia jaringan, menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung,
serta mempertahankan Pa Oksigen> 60% MmHg atau Sa O2 > 90%.
Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada:
a. Perubahan frekuensi atau pola nafas
b. Perubahan atau gangguan pertukaran gas
c. Hipoksemia
d. Menurunkan kerja nafas
e. Menurunnya kerja miokard
f. Trauma berat
Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberpa
metode diantaranya adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen)
fisioterapi dada, nafas dalam, batuk feektif dan penghisapan kendir
atau subtioning (Abdullah, 2014)
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Selain pemeriksaan laboratorium HB, leukosit, dan lain-lain
yang dilakukan secara rutin, jika dilakukan pemeriksaan sputum
guna melihat kuman dengan cara mikroskopis.
b. Pemeriksaan diagnostik
1) Rongga dada
Ini dilakukan untuk melihat isi paru pada penyakit
tuberkolosis, mendeteksi adanya tumor, benda asing,
pembengkakan paru, penyakit jantung dan untuk melihat
struktur yang abnormal
2) Flworeskopis
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui mekanisme
kardiopulmonum, misalnya kerja jantung, diafragma dan
kontraksi paru.
3) Bronkografi
Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk melihat secara
visual bronkus sampai dengan cabang bronkus atau kasus
displacement dan bronkus.
4) Argiografi
Pemeriksaan ini untuk membantu penegakkan diagnosis
tentang keadaan paru, emosi, dan tumor paru, aneurisma,
kelainan konginetal.
5) Endeskopi
Ini dilakukan dengan cara mengambil secret untuk
pemeriksaan sutilogi, mengetahui adanya tumor, melihat
letak adanya perdarahan.

6) Radio Isotop
Ini dilakukan untuk menilai lobus paru, melihat adanya
embolin paru ventilasi scening untuk mendeteksi
ketidaknormalan ventilasi, misalnya pada empisema.
Scening gallium untuk mendeteksi peradangan paru-paru.
7) Mendiastinoskopi merupakan endoskopi mediastinum untuk
melihat penyebaran tumor.
9. Patoflow Gangguan Kebutuhan Oksigenasi

Faktor lingkungan (udara, bakteri, virus,


jamur) masuk melalui saluran nafas atas

Terjadi infeksi dan proses


peradangan

Kontraksi otot-otot polos


Hipersekresi kalenjer mukosa
saluran pernapasan

Akumulasi secret berlebihan Penyempitan saluran


pernapasan

Sekret mengental dijalan


Kelebihan otot pernapasan
nafas

Obstruksi jalan nafas


Gangguan
penerimaan O2
a. Dispnea
dan
pengeluaran O2 b. Gas dalam arteri
a. Batuk yang
tidak efektif c. Hiperkapnia
b. Penurunan d. Hipoksenia
bunyi nafas e. Hipoksia
c. Sputum
dalam f. Kontusi
Ketidakseimbangan
ventilasi dan ferfusi
a. Dispnea
b. Fase ekpirasi
c. Memanjang
d. Orepnea
e. Penurunan
kapasitas
paru
f. Pernafasan
abnormal
g. Takipnea
h. Hiperventilasi
i. Pernafasan
sukar
Gangguan Bersihan jalan nafas Pola nafas tidak
pertukaran gas tidak efektif efektif

B. Tinjauan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat Keperawatan
1) Masalah pernapasan yang pernah dialami :
a) Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.
b) Pernah mengalami batuk dengan sputum.
c) Pernah mengalami nyeri dada aktivitas apa saja
yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di atas.
2) Riwayat penyakit pernapasan :
a) Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma,
TB, dan lain-lain ?
b) Bagaimana frekuensi setiap kejadian ?
3) Riwayat kardiovaskuler :
a) Pernah mengalami penyakit jantung atau peredaran
darah.
b) Gagal jantung, infrak miokardium.
4) Gaya hidup :
a) Merokok, keluarga perokok, atau lingkungan kerja
dengan perokok.
b) Penggunaan obat-obat dan minuman keras.
c) Konsumsi tinggi kolesterol.
b. Keluhan Saat Ini
1) Adanya batuk.
2) Adanya sputum.
3) Sesak napas, kesulitan bernapas.
4) Intoleransi aktivitas.
5) Perubahan pola pernapasan.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Mata
a) Konjungtiva pucat (karena anemia).
b) Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia).
c) Konjungtiva terdapat pethechial (karena emboli
lemak atau endokarditis).
2) Kulit
a) Sianosis perifer (vasokonstriksi dan menurunnya
aliran darah perifer).
b) Sianosis secara umum (hipoksemia).
c) Penurunan turgor (dehidrasi).
d) Edema.
e) Edema periorbital.
3) Jari dan Kuku
a) Sianosis.
b) Jari tabuh (clubbing finger).
4) Mulut dan Bibir
a) Membran mukosa sianosis.
b) Bernapas dengan mengerutkan mulut.
5) Hidung
Pernapasan dengan cuping hidung.
6) Leher
a) Adanya distensi/bendungan vena jugularis.
b) Pemasangan trakeostomi.
7) Dada
a) Retraksi otot bantu pernapasan (karena peningkatan
aktivitas pernapasan, dispnea, atau obstruksi jalan
pernapasan).
b) Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada
kanan.
c) Taktil fremitus, thrill (getaran pada dada karena
udara/ suara ,melewati saluran/ rongga pernapasan).
d) Suara napas normal (vesikular, bronkovesikuler,
bronkial).
e) Suara napas tidak normal (cracles/rales, ronkhi,
wheezing, friction rubl pleural friction).
f) Buni perkusi (resonan, hiperesonan, dullness).
8) Pola Pernapasan
a) Pernapasan normal (eupnea).
b) Pernapasan cepat (takipnea)
c) Pernapasan lambat (bradipnea).
d) Pernapasan biot.
e) Pernapasan kussmaul.
f) Pernapasan chyne-stokes.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi
jantung :
a) EKG.
b) Exercise stress test.
2) Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran
darah :
a) Echocardiography.
b) Kateterisasi jantung.
c) Angiografi.
3) Tes untuk mengukur ventilasi dan oksigenasi :
a) Tes fungsi paru-paru dengan spirometri.
b) Tes astrup.
c) Oksimetri.
d) Pemeriksaan darah lengkap.
4) Melihat struktur sistem pernapasan :
a) Foto toraks (sinar x)
b) Bronkoskopi.
c) CT scan paru.
5) Menentukan sel abnormal/infeksi sistem pernapasan :
a) Kultur aspus tenggorok.
b) Sitologi.
c) Spesimen sputum (BTA). (Wartonah & Tarwoto,
Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi 5, 2015)
2. Diagnosa Keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap
pengalaman atau respon individu, keluarga, atau komunitas
pada masalah kesehatan , pada resiko masalah kesehatan
atau pada proses kehidupan.
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
1) Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi
jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap
paten.
2) Penyebab
a) Fisiologis
(1) Spasme jalan nafas
(2) Hiperseksresi jalan nafas
(3) Disfungsi Neuromuskuler
(4) Benda asing dalam jalan nafas
(5) Adanya jalan nafas buatan
(6) Sekresi yang tertahan
(7) Hiperplasia dinding jalan nafas
(8) Proses infeksi
(9) Respon alergi
(10) Efek agen farmakologis (mis. Anestesi)

b) Situasional
(1) Merokok aktif
(2) Merokok pasif
(3) Terpajan polutan
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
(1) Batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk
(2) Sputum berlebih atau obstruksi di jalan
napas/mekonium di jalan napas (pada
neonatus)
(3) Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
(1) Dispnea
(2) Sulit bicara
(3) Orthopnea
b) Objektif
(1) Sianosis
(2) Bunyi nafas menurun
(3) Frekuensi nafas berubah
(4) Pola nafas berubah
b. Gangguan Pertukaran Gas
1) Definisi
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau
eliminasi karbondioksida pada membran alveolar –
kapiler.
2) Penyebab
a) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
b) Perubahan membran alveolus-kapiler
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
Dispnea
b) Objektif
(1) PCO2 meningkat/menurun
(2) PO2 menurun
(3) Takikardia
(4) pH arteri meningkat/menurun
(5) Bunyi napas tambahan
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
(1) Pusing
(2) Penglihatan kabur
b) Objektif
(1) Sianosis
(2) Diaphoresis
(3) Gelisah
(4) Napas cuping hidung
(5) Pola napas abnormal (cepat/lambat,
regular/ierguler, dalam/dangkal)
(6) Warna kulit abnormal (mis. Pucat, kebiruan)
(7) Kesadaran menurun
c. Pola Nafas Tidak Efektif
1) Definisi
Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan
ventilasi adekuat.
2) Penyebab
a) Depresi pusat pernapasan
b) Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas,
kelemahan otot pernapasan)
c) Deformitas dinding dada
d) Deformitas tulang dada
e) Gangguan Neuromuskuler
f) Gangguan Neurologis (mis. elektroensepalogram
(EEG) positif, cedera kepala, gangguan kejang)
g) Imaturitas neurologis
h) Penurunan energi
i) Obesitas
j) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
k) Sindrom hipoventilasi
l) Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5
ke atas)
m) Cedera pada medula spinalis
n) Efek agen farmakologis
o) Kecemasan
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
Dispnea
b) Objektif
(1) Penggunaan otot bantu pernapasan
(2) Fase ekspirasi memanjang
(3) Pola napas abnormal (mis. Takipnea,
bradypnea, hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-
stokes)
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
Orthopnea
b) Objektif
(1) Pernapasan pursed-lip
(2) Pernapasan cuping hidung
(3) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
(4) Ventilasi semenit menurun
(5) Kapasitas vital menurun
(6) Tekanan ekspirasi menurun
(7) Tekanan inspirasi menurun
(8) Ekskursi dada berubah
d. Risiko Aspirasi
1) Definisi
Berisiko mengalami masuknya sekresi gastrointestinal,
sekresi orofaring, benda cair atau padat kedalam
saluran trakeobronchial akibat disfungsi mekanisme
protektif saluran napas.
2) Faktor Resiko
a) Penurunan tingkat kesadaran
b) Penurunan refleks muntah dan atau batuk
c) Gangguan menelan
d) Disfagia
e) Kerusakan mobilitas fisik
f) Peningkatan residu lambung
g) Peningkatan tekanan intragastrik
h) Penurunan motilitas gastrointestinal
i) Sfingter esofagus bawah inkompeten
j) Perlambatan pengosongan lambung
k) Terpasang selang nasogastrik
l) Terpasang trakeostomi atau endotracheal tube
m) Trauma/pembedahan leher, mulut, dan atau wajah
n) Efek agen farmakologis
o) Ketidakmampuan koordinasi menghisap, menelan,
dan bernapas
3. Intervensi Keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi
yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada
pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan,
pencegahan dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga,
dan komunitas.
a. Latihan Batuk Efektif
1) Definisi
Melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan secara
efektif untuk membersihkan laring, trakea dan
bronkiolus dari sekret atau benda asing di jalan napas.
2) Tujuan (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)
Bersihan Jalan Nafas meningkat dengan kriteria hasil :
a) Batuk efektif meningkat
b) Produksi sputum menurun
c) Mengi menurun
d) Wheezing menurun
e) Dispnea menurun
f) Ortopnea menurun
g) Sulit bicara menurun
h) Sianosis menurun
i) Gelisah menurun
j) Frekuensi napas membaik
k) Pola napas membaik
3) Tindakan
(a) Observasi
(1) Identifikasi kemampuan batuk
(2) Monitor adanya retensi sputum
(3) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
(4) Monitor input dan output cairan (mis.jumlah dan
karakteristik)
(b) Terapeutik
(1) Atur posisi semo fowler atau fowler
(2) Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
(3) Buang sekret pada tempat sputum
(c) Edukasi
(1) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
(2) Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
(3) Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3
kali
(4) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang ke-3
b. Pemantaun Respirasi
1) Definisi
Mengumpulkan dan menganalisis data untuk
memastikan kepatenan jalan napas dan keefektifan
pertukaran gas.
2) Tujuan (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)
Pertukaran Gas meningkat dengan kriteria hasil
(1) Dispnea menurun
(2) Bunyi napas tambahan menurun
(3) Takikardi menurun
(4) Pusing menurun
(5) Penglihatan kabur menurun
(6) Diaforesis menurun
(7) Gelisah menurun
(8) Napas cuping hidung menurun
(9) PCO2 membaik
(10) PO2 membaik
(11) Pola napas membaik

3) Tindakan
a) Observasi
(1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
napas
(2) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot,
ataksik)
(3) Monitor kemampuan batuk efektif
(4) Monitor adanya produksi sputum
(5) Monitor adanya sumbatan jalan napas
(6) Palpasi kesimetrisan eskpansi paru
(7) Asukultasi bunyi napas
(8) Auskultasi bunyi napas
(9) Monitor saturasi oksigen
b) Terapeutik
(1) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
(2) Dokumentasi hasil pemantauan
c) Edukasi
(1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
(2) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
c. Manajemen Jalan Napas
1) Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan napas
2) Tujuan (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)
Pola Napas membaik dengan kriteria hasil :
a) Dispnea menurun
b) Penggunaan otot bantu napas menurun
c) Pemanjangan fase ekspirasi menurun
d) Pernapasan cuping hidung menurun
e) Ortopnea menurun
f) Frekuensi napas membaik
g) Kedalam napas membaik
h) Tekanan ekspirasi membaik
i) Tekanan inspirasi membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
(2) Monitor bunyi napas tambahan (mis.gurgling,
mengi, wheezing, ronkhi kering)
(3) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
b) Terapeutik
(1) Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga
trauma servikal)
(2) Posisikan semi fowler atau fowler
(3) Berikan minum hangat
(4) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
(5) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
(6) Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
(7) Berikan oksigen, jika perlu.
c) Edukasi
(1) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
(2) Ajarkan teknik batuk efektif
d) Kolaborasi
(1) Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
d. Pencegahan Aspirasi
1) Definisi
Mengidentifikasi dan mengurangi risiko masuknya
partikel makanan/cairan ke dalam paru-paru.
2) Tujuan (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)
Tingkat Aspirasi menurun dengan kriteria hasil :
a) Tingkat kesadaran meningkat
b) Kemampuan menelan meningkat
c) Kebersihan mulut meningkat
d) Dispnea menurun
e) Akumulasi secret menurun
f) Wheezing menurun
g) Batuk menurun
h) Sianosis menurun
i) Gelisah menurun
j) Frekuensi napas membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Monitor tingkat kesadaran, batuk, muntah dan
kemampuan menelan
(2) Monitor status pernapasan
(3) Monitor bunyi napas, terutama setelah
makan/minum
b) Terapeutik
(1) Posisikan semi fowler (30-45 derajat) 30 menit
sebelum memberi asupan oral
(2) Pertahankan kepatenan jalan napas (mis.teknik
head tilt chin lift, jaw thrust, in line)
(3) Lakukan penghisapan jalan napas, jika produksi
sekret meningkat
(4) Sediakan suction di ruangan
(5) Hindari memberi makan melalui selang
gastrointestinal, jika residu banyak
(6) Berikan makanan dengan ukuran kecil atau lunak
(7) Berikan obat oral dalam bentuk cair
c) Edukasi
(1) Anjurkan makan secara perlahan
(2) Ajarkan strategi mencegah aspirasi
(3) Ajarkan teknik mengunyah atau menelan, jika
perlu.
e. Terapi Oksigen
1) Definisi
Memberikan tambahan oksigen untuk mencegah dan
mengatasi kondisi kekurangan oksigen jaringan.
2) Tujuan
Pertukaran Gas membaik dengan kriteria hasil :
a) Dispnea menurun
b) Bunyi napas tambahan menurun
c) Takikardi menurun
d) Pusing menurun
e) Penglihatan kabur menurun
f) Diaforesis menurun
g) Gelisah menurun
h) Napas cuping hidung menurun
i) PCO2 membaik
j) PO2 membaik
k) Pola napas membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Monitor kecepatan aliran oksigen
(2) Monitor posisi alat terapi oksigen
(3) Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat
makan
(4) Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
(5) Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
b) Terapeutik
(1) Bersihkan sekret pada mulut, hidung, dan trakea,
jika perlu
(2) Pertahankan kepatenan jalan napas
(3) Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
(4) Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan
tingkat mobilitas pasien
c) Edukasi
(1) Ajarkan pasien dan keluaraga
d) Kolaborasi
(1) Kolaborasi penentuan dosis oksigen
(2) Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncakan
dalam rencana perawat. Tindakan keperawatan mencakup
tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi.
(Wartonah & Tarwoto, 2015)
Implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Implementasi
terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang
merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan
untuk melaksanakan intervensi. (Kozier, Erb, Berman, &
Snyder, 2015)
5. Evaluasi Keperawatan
Perawat mengevaluasi keberhasilan intervensi. Perawat
harus mempersiapkan untuk mengubah recana jika tidak
berhasil. (Widianti A. T. & Saryono, 2016)
Evaluasi merupakan evaluasi intervensi keperawatan dan
terapi dengan membandingkan kemajuan klien dengan tujuan
dan hasil yang diinginkan dan rencana asuhan keperawatan.
(Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2015)
Evaluasi di susun menggunakan SOAP dimana:
S (Subjek ) : Ungkapan perasaan atau keluhan yang
dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi
keperawatan.
O (Objektif) : Keadaan objektif yang dapat didentifikasi
oleh perawat menggunakan pengamatan
yang objektif.
A (Assesment) : Analisis perawat setelah mengetahui
respon subjektif dan objektif.
P (Planing) : Perencanaan selanjutnya setelah perawat
melakukan analisis.
DAFTAR PUSTAKA

Haswita, & Sulistyowati, R. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia Untuk


Mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: Trans Info
Media.

Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia


Edisi 2 Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia


Buku 2 Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2015). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Konsep, Proses & Praktik Edisi 7
Volume 1. Jakarta: ECG.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia : Definisi dan Tindakan. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan


Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP
PPNI.

Wartonah, & Tarwoto. (2014). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Wartonah, & Tarwoto. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Widianti, A. T., & Saryono. (2016). Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar


Manusia (KDM). Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai