KEBUTUHAN OKSIGENASI
DISUSUN OLEH :
6) Radio Isotop
Ini dilakukan untuk menilai lobus paru, melihat adanya
embolin paru ventilasi scening untuk mendeteksi
ketidaknormalan ventilasi, misalnya pada empisema.
Scening gallium untuk mendeteksi peradangan paru-paru.
7) Mendiastinoskopi merupakan endoskopi mediastinum untuk
melihat penyebaran tumor.
9. Patoflow Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
B. Tinjauan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat Keperawatan
1) Masalah pernapasan yang pernah dialami :
a) Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.
b) Pernah mengalami batuk dengan sputum.
c) Pernah mengalami nyeri dada aktivitas apa saja
yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di atas.
2) Riwayat penyakit pernapasan :
a) Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma,
TB, dan lain-lain ?
b) Bagaimana frekuensi setiap kejadian ?
3) Riwayat kardiovaskuler :
a) Pernah mengalami penyakit jantung atau peredaran
darah.
b) Gagal jantung, infrak miokardium.
4) Gaya hidup :
a) Merokok, keluarga perokok, atau lingkungan kerja
dengan perokok.
b) Penggunaan obat-obat dan minuman keras.
c) Konsumsi tinggi kolesterol.
b. Keluhan Saat Ini
1) Adanya batuk.
2) Adanya sputum.
3) Sesak napas, kesulitan bernapas.
4) Intoleransi aktivitas.
5) Perubahan pola pernapasan.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Mata
a) Konjungtiva pucat (karena anemia).
b) Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia).
c) Konjungtiva terdapat pethechial (karena emboli
lemak atau endokarditis).
2) Kulit
a) Sianosis perifer (vasokonstriksi dan menurunnya
aliran darah perifer).
b) Sianosis secara umum (hipoksemia).
c) Penurunan turgor (dehidrasi).
d) Edema.
e) Edema periorbital.
3) Jari dan Kuku
a) Sianosis.
b) Jari tabuh (clubbing finger).
4) Mulut dan Bibir
a) Membran mukosa sianosis.
b) Bernapas dengan mengerutkan mulut.
5) Hidung
Pernapasan dengan cuping hidung.
6) Leher
a) Adanya distensi/bendungan vena jugularis.
b) Pemasangan trakeostomi.
7) Dada
a) Retraksi otot bantu pernapasan (karena peningkatan
aktivitas pernapasan, dispnea, atau obstruksi jalan
pernapasan).
b) Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada
kanan.
c) Taktil fremitus, thrill (getaran pada dada karena
udara/ suara ,melewati saluran/ rongga pernapasan).
d) Suara napas normal (vesikular, bronkovesikuler,
bronkial).
e) Suara napas tidak normal (cracles/rales, ronkhi,
wheezing, friction rubl pleural friction).
f) Buni perkusi (resonan, hiperesonan, dullness).
8) Pola Pernapasan
a) Pernapasan normal (eupnea).
b) Pernapasan cepat (takipnea)
c) Pernapasan lambat (bradipnea).
d) Pernapasan biot.
e) Pernapasan kussmaul.
f) Pernapasan chyne-stokes.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi
jantung :
a) EKG.
b) Exercise stress test.
2) Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran
darah :
a) Echocardiography.
b) Kateterisasi jantung.
c) Angiografi.
3) Tes untuk mengukur ventilasi dan oksigenasi :
a) Tes fungsi paru-paru dengan spirometri.
b) Tes astrup.
c) Oksimetri.
d) Pemeriksaan darah lengkap.
4) Melihat struktur sistem pernapasan :
a) Foto toraks (sinar x)
b) Bronkoskopi.
c) CT scan paru.
5) Menentukan sel abnormal/infeksi sistem pernapasan :
a) Kultur aspus tenggorok.
b) Sitologi.
c) Spesimen sputum (BTA). (Wartonah & Tarwoto,
Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi 5, 2015)
2. Diagnosa Keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap
pengalaman atau respon individu, keluarga, atau komunitas
pada masalah kesehatan , pada resiko masalah kesehatan
atau pada proses kehidupan.
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
1) Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi
jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap
paten.
2) Penyebab
a) Fisiologis
(1) Spasme jalan nafas
(2) Hiperseksresi jalan nafas
(3) Disfungsi Neuromuskuler
(4) Benda asing dalam jalan nafas
(5) Adanya jalan nafas buatan
(6) Sekresi yang tertahan
(7) Hiperplasia dinding jalan nafas
(8) Proses infeksi
(9) Respon alergi
(10) Efek agen farmakologis (mis. Anestesi)
b) Situasional
(1) Merokok aktif
(2) Merokok pasif
(3) Terpajan polutan
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
(1) Batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk
(2) Sputum berlebih atau obstruksi di jalan
napas/mekonium di jalan napas (pada
neonatus)
(3) Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
(1) Dispnea
(2) Sulit bicara
(3) Orthopnea
b) Objektif
(1) Sianosis
(2) Bunyi nafas menurun
(3) Frekuensi nafas berubah
(4) Pola nafas berubah
b. Gangguan Pertukaran Gas
1) Definisi
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau
eliminasi karbondioksida pada membran alveolar –
kapiler.
2) Penyebab
a) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
b) Perubahan membran alveolus-kapiler
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
Dispnea
b) Objektif
(1) PCO2 meningkat/menurun
(2) PO2 menurun
(3) Takikardia
(4) pH arteri meningkat/menurun
(5) Bunyi napas tambahan
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
(1) Pusing
(2) Penglihatan kabur
b) Objektif
(1) Sianosis
(2) Diaphoresis
(3) Gelisah
(4) Napas cuping hidung
(5) Pola napas abnormal (cepat/lambat,
regular/ierguler, dalam/dangkal)
(6) Warna kulit abnormal (mis. Pucat, kebiruan)
(7) Kesadaran menurun
c. Pola Nafas Tidak Efektif
1) Definisi
Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan
ventilasi adekuat.
2) Penyebab
a) Depresi pusat pernapasan
b) Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas,
kelemahan otot pernapasan)
c) Deformitas dinding dada
d) Deformitas tulang dada
e) Gangguan Neuromuskuler
f) Gangguan Neurologis (mis. elektroensepalogram
(EEG) positif, cedera kepala, gangguan kejang)
g) Imaturitas neurologis
h) Penurunan energi
i) Obesitas
j) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
k) Sindrom hipoventilasi
l) Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5
ke atas)
m) Cedera pada medula spinalis
n) Efek agen farmakologis
o) Kecemasan
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
Dispnea
b) Objektif
(1) Penggunaan otot bantu pernapasan
(2) Fase ekspirasi memanjang
(3) Pola napas abnormal (mis. Takipnea,
bradypnea, hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-
stokes)
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
Orthopnea
b) Objektif
(1) Pernapasan pursed-lip
(2) Pernapasan cuping hidung
(3) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
(4) Ventilasi semenit menurun
(5) Kapasitas vital menurun
(6) Tekanan ekspirasi menurun
(7) Tekanan inspirasi menurun
(8) Ekskursi dada berubah
d. Risiko Aspirasi
1) Definisi
Berisiko mengalami masuknya sekresi gastrointestinal,
sekresi orofaring, benda cair atau padat kedalam
saluran trakeobronchial akibat disfungsi mekanisme
protektif saluran napas.
2) Faktor Resiko
a) Penurunan tingkat kesadaran
b) Penurunan refleks muntah dan atau batuk
c) Gangguan menelan
d) Disfagia
e) Kerusakan mobilitas fisik
f) Peningkatan residu lambung
g) Peningkatan tekanan intragastrik
h) Penurunan motilitas gastrointestinal
i) Sfingter esofagus bawah inkompeten
j) Perlambatan pengosongan lambung
k) Terpasang selang nasogastrik
l) Terpasang trakeostomi atau endotracheal tube
m) Trauma/pembedahan leher, mulut, dan atau wajah
n) Efek agen farmakologis
o) Ketidakmampuan koordinasi menghisap, menelan,
dan bernapas
3. Intervensi Keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi
yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada
pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan,
pencegahan dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga,
dan komunitas.
a. Latihan Batuk Efektif
1) Definisi
Melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan secara
efektif untuk membersihkan laring, trakea dan
bronkiolus dari sekret atau benda asing di jalan napas.
2) Tujuan (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)
Bersihan Jalan Nafas meningkat dengan kriteria hasil :
a) Batuk efektif meningkat
b) Produksi sputum menurun
c) Mengi menurun
d) Wheezing menurun
e) Dispnea menurun
f) Ortopnea menurun
g) Sulit bicara menurun
h) Sianosis menurun
i) Gelisah menurun
j) Frekuensi napas membaik
k) Pola napas membaik
3) Tindakan
(a) Observasi
(1) Identifikasi kemampuan batuk
(2) Monitor adanya retensi sputum
(3) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
(4) Monitor input dan output cairan (mis.jumlah dan
karakteristik)
(b) Terapeutik
(1) Atur posisi semo fowler atau fowler
(2) Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
(3) Buang sekret pada tempat sputum
(c) Edukasi
(1) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
(2) Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
(3) Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3
kali
(4) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang ke-3
b. Pemantaun Respirasi
1) Definisi
Mengumpulkan dan menganalisis data untuk
memastikan kepatenan jalan napas dan keefektifan
pertukaran gas.
2) Tujuan (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)
Pertukaran Gas meningkat dengan kriteria hasil
(1) Dispnea menurun
(2) Bunyi napas tambahan menurun
(3) Takikardi menurun
(4) Pusing menurun
(5) Penglihatan kabur menurun
(6) Diaforesis menurun
(7) Gelisah menurun
(8) Napas cuping hidung menurun
(9) PCO2 membaik
(10) PO2 membaik
(11) Pola napas membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
napas
(2) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot,
ataksik)
(3) Monitor kemampuan batuk efektif
(4) Monitor adanya produksi sputum
(5) Monitor adanya sumbatan jalan napas
(6) Palpasi kesimetrisan eskpansi paru
(7) Asukultasi bunyi napas
(8) Auskultasi bunyi napas
(9) Monitor saturasi oksigen
b) Terapeutik
(1) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
(2) Dokumentasi hasil pemantauan
c) Edukasi
(1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
(2) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
c. Manajemen Jalan Napas
1) Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan napas
2) Tujuan (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)
Pola Napas membaik dengan kriteria hasil :
a) Dispnea menurun
b) Penggunaan otot bantu napas menurun
c) Pemanjangan fase ekspirasi menurun
d) Pernapasan cuping hidung menurun
e) Ortopnea menurun
f) Frekuensi napas membaik
g) Kedalam napas membaik
h) Tekanan ekspirasi membaik
i) Tekanan inspirasi membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
(2) Monitor bunyi napas tambahan (mis.gurgling,
mengi, wheezing, ronkhi kering)
(3) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
b) Terapeutik
(1) Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga
trauma servikal)
(2) Posisikan semi fowler atau fowler
(3) Berikan minum hangat
(4) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
(5) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
(6) Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
(7) Berikan oksigen, jika perlu.
c) Edukasi
(1) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
(2) Ajarkan teknik batuk efektif
d) Kolaborasi
(1) Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
d. Pencegahan Aspirasi
1) Definisi
Mengidentifikasi dan mengurangi risiko masuknya
partikel makanan/cairan ke dalam paru-paru.
2) Tujuan (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)
Tingkat Aspirasi menurun dengan kriteria hasil :
a) Tingkat kesadaran meningkat
b) Kemampuan menelan meningkat
c) Kebersihan mulut meningkat
d) Dispnea menurun
e) Akumulasi secret menurun
f) Wheezing menurun
g) Batuk menurun
h) Sianosis menurun
i) Gelisah menurun
j) Frekuensi napas membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Monitor tingkat kesadaran, batuk, muntah dan
kemampuan menelan
(2) Monitor status pernapasan
(3) Monitor bunyi napas, terutama setelah
makan/minum
b) Terapeutik
(1) Posisikan semi fowler (30-45 derajat) 30 menit
sebelum memberi asupan oral
(2) Pertahankan kepatenan jalan napas (mis.teknik
head tilt chin lift, jaw thrust, in line)
(3) Lakukan penghisapan jalan napas, jika produksi
sekret meningkat
(4) Sediakan suction di ruangan
(5) Hindari memberi makan melalui selang
gastrointestinal, jika residu banyak
(6) Berikan makanan dengan ukuran kecil atau lunak
(7) Berikan obat oral dalam bentuk cair
c) Edukasi
(1) Anjurkan makan secara perlahan
(2) Ajarkan strategi mencegah aspirasi
(3) Ajarkan teknik mengunyah atau menelan, jika
perlu.
e. Terapi Oksigen
1) Definisi
Memberikan tambahan oksigen untuk mencegah dan
mengatasi kondisi kekurangan oksigen jaringan.
2) Tujuan
Pertukaran Gas membaik dengan kriteria hasil :
a) Dispnea menurun
b) Bunyi napas tambahan menurun
c) Takikardi menurun
d) Pusing menurun
e) Penglihatan kabur menurun
f) Diaforesis menurun
g) Gelisah menurun
h) Napas cuping hidung menurun
i) PCO2 membaik
j) PO2 membaik
k) Pola napas membaik
3) Tindakan
a) Observasi
(1) Monitor kecepatan aliran oksigen
(2) Monitor posisi alat terapi oksigen
(3) Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat
makan
(4) Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
(5) Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
b) Terapeutik
(1) Bersihkan sekret pada mulut, hidung, dan trakea,
jika perlu
(2) Pertahankan kepatenan jalan napas
(3) Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
(4) Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan
tingkat mobilitas pasien
c) Edukasi
(1) Ajarkan pasien dan keluaraga
d) Kolaborasi
(1) Kolaborasi penentuan dosis oksigen
(2) Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncakan
dalam rencana perawat. Tindakan keperawatan mencakup
tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi.
(Wartonah & Tarwoto, 2015)
Implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Implementasi
terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang
merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan
untuk melaksanakan intervensi. (Kozier, Erb, Berman, &
Snyder, 2015)
5. Evaluasi Keperawatan
Perawat mengevaluasi keberhasilan intervensi. Perawat
harus mempersiapkan untuk mengubah recana jika tidak
berhasil. (Widianti A. T. & Saryono, 2016)
Evaluasi merupakan evaluasi intervensi keperawatan dan
terapi dengan membandingkan kemajuan klien dengan tujuan
dan hasil yang diinginkan dan rencana asuhan keperawatan.
(Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2015)
Evaluasi di susun menggunakan SOAP dimana:
S (Subjek ) : Ungkapan perasaan atau keluhan yang
dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi
keperawatan.
O (Objektif) : Keadaan objektif yang dapat didentifikasi
oleh perawat menggunakan pengamatan
yang objektif.
A (Assesment) : Analisis perawat setelah mengetahui
respon subjektif dan objektif.
P (Planing) : Perencanaan selanjutnya setelah perawat
melakukan analisis.
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2015). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Konsep, Proses & Praktik Edisi 7
Volume 1. Jakarta: ECG.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.