Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN PEMENUHAN OKSIGENASI PADA TN.K

DENGAN EFUSI PLEURA

DI RUANG CEMPAKA II RSUD Dr. H. SOEWONDO KENDAL

Disusun Oleh :

AWALIA AGUSTINA

(P1337420119336)

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


I. HALAMAN JUDUL
Laporan Pendahuluan Kebutuhan Dasar Manusia dengan gangguan pemenuhan
kebutugan oksigenasi.

II. KONSEP DASAR


1. Definisi Oksigenasi
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21%
pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
Tujuan pemberian oksigen :
a. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
b. Untuk menurunkan kerja paru-paru
c. Untuk menurunkan kerja jantung

Respirasi adalah mekanisme yang dilakukan tubuh untuk mengeluarkan


karbon dioksida ke udara dan mendapatkan oksigen dari udara untuk dibawa ke
sel tubuh. Respirasi ada 3 macam yaitu : 1) respirasi eksternal adalah pertukaran
gas dari udara bebas dengan darah yang terdiri inspirasi dan ekspirasi; 2) respirasi
internal adalah pertukaran gas dari darah ke dalam atau keluar sel; 3) respirasi sel
adalah proses penggunaan oksigen untuk metabolism dalam sel dan dihasilkan
karbon dioksida sebagai hasil sampingan.(Arif Rakhman & Khodijah.2012)

2. Anatomi dan Fisiologi


a. Saluran pernapasan bagian atas
1) Hidung
Terdiri atas saluran dalam lubang hidung yang mengandung
kelenjar sebaseus dan ditutupi oleh rambut yang kasar. Bagian ini
bermuara ke rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir dan
mengandung pembuluh darah. Udara yang masuk melalui hidung
akan disaring oleh rambut yang ada di dalam vestibulum, kemudian udara
tersebut akan dihangatkan dan dilembabkan.
2) Faring
Merupakan pipa berotot yang terletak dari dasar tengkorak
sampai dengan esofagus. Berdasarkan letaknya, faring dibagi
menjadi tiga yaitu nasofaring (belakang hidung), orofaring (belakang
mulut), dan laringofaring (belakang laring).
3) Laring
Merupakan saluran pernafasan setelah faring. Laring terdiri
atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan
membran dengan dua lamina yang bersambung di garis tengah.
4) Epiglotis
Merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring
saat proses menelan
b. Saluran Pernafasan Bagian Bawah
1) Trakhea (batang tenggorokan)
Merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebratorakalis kelima. Trakhea memiliki panjang kurang lebih 9
cm dan tersusun atas 16-20 lingkaran tak lengkap yang berupa
cincin. Trakhea dilapisi oleh selaput lendir dan terdapat epitelium
bersilia yang bisa mengeluarkan debu atau benda asing.
2) Bronkus
Merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang menjadi
bronkus kanan dan kiri. Bronkus bagian kanan lebih pendek danlebar
daripada bagian kiri. Bronkus kanan memiliki tiga lobus, yaitu lobus
atas, lobus tengah dan lobus bawah. Sedangkan bronkus kiri lebih
panjang dari bagian kanan dengan dua lobus, yaitu lobus atas dan
bawah.
3) Bronkiolus
Merupakan saluran percabangan setelah bronkus
c. Paru – paru
Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem pernafasan. Paru-
paru terletak di dalam rongga toraks setinggi tulang selangka sampai
dengan diafragma. Paru-paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi
oleh pleura parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairan
pleura yang berisi cairan surfaktan.

3. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi menurut NANDA (2013),yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas
tulang dan dinding dada, nyeri,cemas, penurunan energy,/kelelahan, kerusakan
neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi,
obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya
perubahan membrane kapiler-alveoli.
Faktor penyebab gangguan oksigenasi juga bias disebabkan oleh spasme
jalan napas, hipersekresi jalan napas, disfungsi neuromuskuler, benda asing dalam
jalan jalan napas, adanya jalan napas buatan, sekresi yang tertahan, hyperplasia
dinding jalan napas, proses infeksi, respon alergi, efek agen farmakologis (mis.
Anastesi) (SDKI.2016)
4. Tanda dan Gejala
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan
untuk bernafas, pernafasan nafas faring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea,
penyimpangan dada, nafas pendek, nafas dengan mulut, ekspirasi memanjang,
peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan
kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif
sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2013).
Beberapa tanda dan gejala gangguan kebutuhan oksigenasi adalah batuk tidak
efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebihan, mengi, wheezing dan /atau ronki
kering, meconium di jalan nafas, gelisah, sianosis bunyi napas menurun, frekuensi
napas berubah, pola napas berubah, dyspnea, sulit bicara, ortopnea. (SDKI.2016)
5. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi atau pencetus dari adanya gangguan oksigenasi yaitu :
a. Gangguan jantung
Ketidakseimbangan jantung meliputi ketidakseimbangan konduksi,
kerusakan fungsi vaskular, hipoksiamiokard, kondisi-kondisi kardiomiopati,
dan hipoksia jaringan perifer.
b. Kapasitas darah untuk membawa oksigen.
c. Faktor perkembangan.
Pada bayi prematur berisiko terkena penyakit membran hialin karena
belum matur dalam menghasilkan surfaktan. Bayi dan toddler berisiko
mengalami infeksi saluran pernafasan akut. Pada dewasa, mudah terpapar
faktor risiko kardiopulmoner. System pernafasan dan jantung mengalami
perubahan fungsi pada usia tua / lansia.
d. Perilaku atau gaya hidup.
Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopilmonar. Obesitas yang berat
menyebabkan penurunan ekspansi paru. Latihan fisik meningkatkan aktivitas
fisik metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen. Gaya hidup perokok
dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung, PPOK, dan
kanker paru.

6. Proses terjadinya gangguan pemenuhan oksigenasi


Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan
sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan,
diafragma, isi abdomen, dinding abdomen, dan pusat pernapasan di otak.
Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru, dan difusi.
a. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru,
jumlahnya sekitar 500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya
perbedaan tekanan antara intrapleural lebih negative (752 mmHg) daripada
tekanan atmofer (760 mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli.
Kebersihan jalan napas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan
menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru. Adekuatnya
system saraf pusat dan pusat pernapasan. Adekuatnya pengembangan dan
pengempisan paru-paru. Kemampuan otot-otot pernapasan seperti diafragma,
eksternal interkosta, internal interkosta, otot abdominal.
b. Perfusi paru
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, di mana pada sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi yang
mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan jantung. Darah ini
memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran
oksigen dan karbon dioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru
merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan
dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga dapat
dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau tekanan
darah sistemik.
c. Difusi
Oksigen terus - menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran
darah dan karbon dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli.
Difusi adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area
konsentrasi rendah. Difusi udara respirasi terjadi antara alveolus dengan
membrane kapiler. Perbedaan tekanan pada area membrane respirasi akan
memengaruhi proses difusi. Misalnya pasa tekanan parsial (P) O2 di alveoli
sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60
mmHg sehingga oksigen akan berdifusi masuk dalam darah. Berbeda halnya
dengan CO2 dengan PCO2 akan dalam kapiler 45 mmHg sedangkan pada
alveoli 40 mmHg maka CO2 dengan maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.
7. Patofisiologis

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.


Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari
dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak
dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas
sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi
(penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidak
efektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi,
maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload,
preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
(Brunner & Suddarth, 2002)

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan
oksigenasi yaitu:
a. EKG: menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi
transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
b. Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond jantung
terhadap stres fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respond
miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan
keadekuatan aliran darah koroner.
c. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi:
pemeriksaan fungsi paru, analisis gas darah (AGD).
III. PATHWAY

IV. RUMUSAN DIAGNOSA


Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan oksigenasi adalah:

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru


b. Hipertermi berhubungan dengan infeksi
c. Hipertensi berhubunhan dengan proses penyakit

V. PERENCANAAN

NO DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)

KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif Tujuan (NOC) : Monitor TTV


berhubungan dengan penurunan Setelah dilakukan tindakan
 Monitor TTV
ekspansi paru keperawatan selama 3x24
 Identifikasi
jam, klien dapat mencapai
tingkat
bersihan jalan napas yang
kesesakan nafas
efektif
 Posisikan
Kriteria hasil : fowler
 Frekuensi nafas normal  Berikan minum
 Tidak ada suara yang banyak
tambahan  Berikan terapi
 Diameter thorakss oksigen
anterior-posterior  Anjurkan
meningkat asupan cairan
 Dispnea menurun 2000 ml/hari
Kolaborasi dengan
dokter dan tim
medis untuk
pemberian terapi
obat

2. Hipertermi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan  Kaji dan


infeksi keperawatan selama 3×24 observasi TTV
jam diharapkan suhu tiap 2-4jam
tubuh turun dengan  Identifikasi
kriteria hasil penyebab
hipertermi
Suhu tubuh dalam kisaran
normal  Tingkatkan
intake cairan
 Anjurkan
pasien untuk
menggunakan
pakaian yang
tipis
 Kolaborasi
dengan dokter
dan tim medis
untuk
pemberian obat
antipiretik dan
antibiotik
3. Hipertensi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan  Kaji dan
proses penyakit keperawatan selama 3×24 observasi TTV
jam diharapkan tekanan  Identifikasi
darah normal dengan penyebab
kriteria hasil hipertensi

• Tekanan darah dalam  Anjurkan


kisaran normal pasien untuk
makan
makanan yang
dapat
menurunkan
tekanan darah
Kolaborasi dengan
dokter dan tim
medis untuk
pemberian obat

DAFTAR PUSTAKA
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia

Mubarak, Wahit dan Nurul Chayatin. (2007). Buku Ajaran Kebutuhan Dasar Manusia

dan Aplikasi Dalam Praktek. Jakarta : EGC.

Tarwono, W, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperaatan. Jakarta :

Salemba Medika

Potter .PA & Perry A.G.2006. Fundamental Keperawatan. St.Louis Mosby Company:

Philadhelphia, Lippincott

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2005. Kebutuhan Dasar Manusi. Jakarta: EGC.

Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul.2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta : ECG

Nanda Internasional(2003). Diagnosa Keperawatan : definisi & klasifikasi. Jakarta :

ECG

Nanda Internasional (2018-2020. Diagnosa Keperawatan: definisi & klasifikasi.

Jakarta : ECG

Anda mungkin juga menyukai