ASUHAN KEPERAWATAN
PNEUMONIA
DISUSUN OLEH:
NUR FADILLAH
JP020.02.013
1
1. Saluran pernapasan bagian atas:
a. Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi
secara terus menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan
mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan
silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru- paru.
b. Faring
Faring adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga
mulut ke laring. Faring dibagi menjadi tiga region; nasofaring,
orofaring, dan laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk
menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan digestif.
c. Laring
Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring
dengan trachea. Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan
terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari
obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
2
a. Trakhea
b. Bronkus
Terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan
arahnya hampir vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit,
c. Bronkiolus.
3
d. Alveoli
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel
alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding
dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III
pertahanan penting.
e. Alveoulus.
f. Paru-paru.
b. Fisiologi Pernapasan
4
Proses fisiologi pernapasan dimana oksigen dipindahkan dari
sekitar 4500 ml. Volume residu, yaitu jumlah udara yang tertinggal
5
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner
6
Perubahan-perubahan berikut terjadi pada komposisi udara
di hirup:
Nitrogen ..................................................................... 79 %
Oksigen ...................................................................... 20 %
atmosfer.
Nitrogen....................................................................... 79 %
Oksigen....................................................................... 16 %
liter udara. Hanya sebagian kecil dari udara ini, kira-kira 1/10 nya
atau 500 ml adalah udara pasang surut (tidal air), yaitu yang di
dengan tenang.
7
Kapasitas vital, volume udara yang dapat di capai masuk dan
2. Patafisiologi
8
Pneumotokel dapat menetap hingga berbulan- bulan, tetapi biasanya tidak
melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung
9
WOC
Pemeriksaan Diagnostik
Manifestasi Klinik Bakteri, virus, jamur, protozoa, dan mikroba 1. Sinar X
1. Sesak nafas 2. Biopsy paru
2. Pusing Mikroba bermanifestasi di paru 3. Pemeriksaan serologi
3. Demam 4. Spirometrik static
4. Batuk Toksin dan enzim terbentuk 5. Bronkostopi
( hemolisin, lekosidin, stafilokinase dan koagulase)
5. Sakit dada
6. Nafsu makan berkurang Infeksi saluran nafas bawah
7. Sianosis
Parenkim paru
PNEUMONIA
Retraksi dinding dada Mikroba masuk ke saluran Infeksi saluran nafas Dilatasi pembuluh darah
cerna
Rusaknya sel tubuh atau Inflamasi Eksudat masuk ke alveoli
adanya injuri Terjadi infeksi saluran cerna
Tubuh bereaksi terhadap pirogen Gangguan defusi gas
Keluarnya mediator radang
(Histamine,Bradkynin,Prosragladin) Nafsu makan berkurang Pengeluaran prostaglandin
Gangguan Pertukaran Gas
Ggn potensial membrane sel saraf Nutrisi dalam tubuh Merangsang hipotalamus
Reseptor nyeri tidak terpenuhi
Peningkatan suhu tubuh Suplay O 2 dalam darah
Menyebabkan implus saraf
Devisit Nutrisi
Hipoksia
Hipertermia
Intoleransi Aktivitas
10
Implus dihantarkan lambat Implus dihantarkan cepat melalui
Melalui serabu A-delta serabut C
Nyeri Akut
11
3. Pengertian Pneumonia
12
diklasifikasikan sebagai infeksi yang didapat komunitas, infeksi
nosokpomial (didapat dirumah sakit), atau oportunistik (Imun menurun).
Berikut tabel umum penyebab pneumonia pada orang dewasa
(LeMone. Atal, 2016).
13
aksesori pernapasan. Pneumonia atipikal beragam dalam gejalanya,
tergantung pada organism penyebab.
Banyak pasien mengalami infeksi saluran pernapasan atas
(kongestinasal, sakit tenggorokan), dan awitan gejala pneumonianya
bertahap. Gejala yang menonjol adalah sakit kepala, demam tingkat
rendah, nyeri pleuritis mialgia, ruam, dan faringitis. Nadi cepat dan
berkesenambungan. Nadi biasanya meningkat sekitar 10 kali/menit untuk
kenaikan satu derajat celcius. Pada banyak kasus pneumonia, pipi
berwarna kemerahan, warna mata menjadi lebih terang, dan bibir serta
bidang kuku sianotik.
Tanda klinis utama pneumonia menurut (Betz & Sowden, 2015)
meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Batuk.
2) Dispnea.
3) Takipea.
4) Pucat,tampilan kehitaman, atau sianosis (biasanya tanda lanjut).
5) Melemah atau kehilangan suara nafas.
6) Retaksi dinding thorak: interkostal, substernal, diafragma, atau
Nafas cuping hidung.
7) Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru
terinfeksi didekatnya).
8) Batuk paroksismal mirip pertussis (sering terjadi pada anak
yang lebih kecil).
9) Anak-anak yang lebih besar tidak Nampak sakit.
10) Demam
11) Sakit kepala sesak nafas.
12) Menggigil.
13) Berkeringat.
14
Tanda dan gejala menurut (Robinson & Saputra, 2016) antara lain :
1. Batuk
2. Dispnea.
3. Lemah.
4. Demam.
5. Pusing.
6. Nyeri dada pleuritik.
7. Napas cepat dan dangkal.
8. Menggigil.
9. Sesak napas.
10. Produksi sputum.
11. Berkeringat.
12. Penurunan saturasi oksigen dengan alat oksimetri denyut
(pulse oximetry reading).
13. Bunyi nafas tambahan Ronki dan melemahnya bunyi nafas.
6. Pemeriksaan Diagnostik
15
Pneumonia didiagnosis berdasarkan tanda klinik dan gejala,
hasil pemeriksaan laboratorium dan mikrobiologis, evaluasi foto x-
ray dada. Berikut untuk pemeriksaan penunjang pada pneumonia :
1. Pemeriksaan Radiologi.
Foto thoraks (PA/leteral) merupakan pemeriksaan
penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran
radiologis dapat berupa infiltrate sampai konsolidasi dengan
air broncogram, penyebab bronkogenik dan interstisial serta
gambar kaviti. Gambar adanya infiltrate dari foto x-ray
merupakan standar yang memastikan diagnosis. Foto thoraks
saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia,
hanya merupakan petunjuk kearah diagnosis etiologi, misalnya
gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
Steptococcus pneumonia, pseudomonas aeruginosa sering
memperlihatkan infiltrate bilateral atau gambaran bronco
pneumonia sedangkan klebsiela pneumonia sering
menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan
meskipun dapat mengenai beberapa lobus.
2. Pemeriksaan Laboratorium.
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan
jumlah leukosit biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang
mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk
menentukan diagnosis etilogi diperlukan pemeriksaan dahak,
kultur darah dan serologi. Kultur darah positif pada 20-25%
penderita yang tidak diobati, analisis gas darah menunjukkan
hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi
asidosis respiratorik.
16
7. Penatalaksanan dan Pencegahan
A. Penatalaksana
a. Keperawatan
Kapada penderita yang penyakitnya tidak berat, bisa
diberikan antibiotic per-oral, dan tetap tinggal dirumah. Penderita
yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan
penyakit jantung atau paru lainnya, harus dirawat dan antibiotic
diberikan melalui infuse. Mungkin perlu diberikan oksigen
tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap
pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain :
1. Oksigen 1-2 L/menit.
2. IVFD dekstrose 10 % , NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10
mEq/500 ml cairan.
3. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status
hidrasi.
4. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral
bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
5. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi
dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki
transport mukosilier.
6. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
(Nurarif & Kusuma, 2015).
b. Medis
Konsolidasi atau area yang menebal dalam paru-paru yang
akan tampak pada rontgen dada mencakup area berbercak atau
keseluruhan lobus (pneumonia lobaris). Pada pemeriksaan fisik,
temuan tersebut dapat mencakup bunyi napas bronkovesikular atau
bronchial, krekles, peningkatan fremitus, egofani, dan pekak pada
perkusi. Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotic
17
yang sesuai seperti yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan gram.
Selain itu untuk pengobatan pneumonia yaitu eritromisin, derivate
tetrasiklin,amantadine, rimantadine, trimethoprim-sulfametoksazol,
dapsone, pentamidin, ketokonazol.
Untuk kasus pneumonia community base :
1) Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
2) Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
18
5. Tidak Mengkonsumsi Minuman Beralkohol
Kebiasaan mengkonsumsi alcohol atau kecanduan alcohol
juga bisa menyebabkan penurunan daya tahan tubuh, sehingga
tubuh lebih rentan mengalami penyakit infeksi, termasuk
pneumonia.
6. Menerapkan Etika Batuk dan Bersin
Tutup mulut dengan tisu atau tangan ketika batuk atau
bersin. Dengan menerapkan cara ini, penyebaran infeksi dan
penularan pneumonia dari satu orang ke orang lainnya dapat
dicegah.
8. Komplikasi
1. Pneumonia ekstrapulmuner, pneumonia pneumokokus
dengan bakteriemia.
2. Pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal,
gagal jantung, emboli paru dan infark miokard akut.
3. ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrom).
19
9. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sitematis dalam
mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan
ditunjukan pada respon klien terhadap masalah kesehatan yang
berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia (Nursalam, 2017).
1) Identitas Klien.
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan darah,
pendidikan terakhir, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan,
TB/BB, alamat.
2) Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat Kesehatan Sekarang.
Gejala saat ini dan durasinya: adanya sesak nafas atau
kesulitan bernafas, nyeri dada dan kaitan nyeri dengan
pernapasan: batuk, produktif atau tidak produktif, warna,
konsistensi sputum,: gejala lain: kesakitan pernapasan atas
saat ini atau kesakitan akut lain; penyakit kronik seperti
DM, PPOK, atau penyakit jantung; medikasi saat ini; alergi
obat. (LeMone atal, 2016).
b. Riwayat kesehatan dahulu.
Dengan riwayat penyakit yang diderita klien yang
berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit yang
mungkin dapat dipengaruhi atau memengaruhi penyakit yang
diderita klien saat ini (Rohman & Walid, 2014).
c. Riwayat Kesehatan keluarga.
Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan
kemungkinan adanya penyakit keturunan,kecenderungan
alergi dalam satu keluarga,penyakit yang menular akibat
kontak langsung antara anggota keluarga (Rohman & Walid,
2014).
3) Pemeriksaan fisik :
Tampilan, distress nyata,tingkat kesadaran: tanda-tanda
vital, antara lain suhu; warna aksesorius, pernapasan; suara paru.
(LeMone. atal, 2016). Pemeriksaan fisik dengan pendekatan
persistem dimulai dari kepala sampai ujung kaki dapat lebih
mudah. Dalam melakukan pemeriksaan fisik perlu dibekali
kemampuan dalam melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis
dan rasional. Teknik pemeriksaan fisik perlu modalitas dasar
yang digunakan meliputi: inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. (Mutaqqin, 2015)
20
a. Penampilan umum
Yaitu penampilan klien dimulai pada saat
mempersiapkan klien untuk pemeriksaan.
b. Kesadaran.
Status kesadaran dilakukan dengan dua penilaian yaitu
kualitatif dan kuantitatif, secara kualitatif dapat dinilai antara lain
yaitu composmentis mempunyai arti mengalami kesadaran penuh
dengan memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang
diberikan, apatis yaitu mengalami acuh tak acuh terhadap
lingkungan sekitarnya, samnolen yaitu mengalami kesadaran
yang lebih rendah dengan ditandai tampak mengantuk bahwa
untuk, spoor mempunyai arti bahwa klien memberikan respon
dengan rangsangan yang kuat dan refleks pupil terhadap cahaya
tidak ada. Sedangkan penilaian kesadaran terhadap kuantitatif
dapat diukur melalui penilaian (GCS) Glasgow Coma Scale
dengan aspek membuka mata yaitu, 4 respon verbal yaitu 5 dan
respons motorik yaitu nilai 6 (Aziz alimul, 2016).
c. Tanda-Tanda Vital
Tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang rutin
dilakukan dalam berbagai kondisi klien. Pengukuran yang paling
sering dilakukan adalah pengukuran suhu dan frekuensi pernafasan
(Mutaqqin, 2015). Pada pasien pneumonia biasanya mengalami
demam suhu diatas 370c, pernapasan cepat (Tachypnea).
1. Kepala.
1) Rambut
Kulit kepala tampak bersih, tidak ada luka, ketombe
tidak ada, pertumbuhan rambut jarang, warna rambut
hitam, kekuatan rambut: mudah dicabu atau tidak, dan
tidak ada pembengkakan atau tidak ada nyeri tekan.
2) Mata
Kebersihan mata: mata tanpak bersih, gangguan pada
mata: mata berfungsi dengan baik, pemeriksaan
21
konjungtiva: anemis atau ananemis, sclera biasanya putih,
pupil: isokor atau anisokor dan kesimetrisan mata: mata
simetris kiri dan kanan dan ada atau tidaknya massa atau
nyeri tekan pada mata.
3) Telinga
Fungsi pendengaran: biasanya berfungsi dengan baik,
bentuk telinga simetris kiri dan kanan, kebersihan telinga.
4) Hidung
Kesimetrisan hidung: biasnya simetris, kebersihan
hidung, nyeri sinus, polip, fungsi pembauan dan apakah
menggunakan otot bantu pernapasan.
5) Mulut dan Gigi
Kemampuan bicara, adanya batuk atau tidak, adanya
sputum saat batuk atau tidak, keadaan bibir, keadaan
platum, kelengkapan gigi, dan kebersihan gigi.
6) Leher.
Biasanya simetris kiri dan kanan, gerakan leher;
terbatas atau tidak, ada atau tidak pembesaran kelenjer
thyroid, ada atau tidaknya pembesaran vena juguralis dan
kelenjer getah bening.
7) Thorak
a) Paru-paru
Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan gerakan dada,
frekuensi napas cepat (tachipnea), irama,
kedalamannya pernapasan cuping hidung.
Palpasi : Adanya nyeri tekan, fremitus traktil
bergetar kiri dan kanan.
Auskultasi : Suara napas ronchi (nada rendah dan
sangat kasar terdengar baik saat inspirasi
maupun saat ekspirasi).
22
Perkusi : Terdengar bunyi redup (Dullnes) adanya
jaringan yang lebih padat atau
konsolidasi paru- paru seperti pneumonia.
b) Jantung
Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan dada, Ictus cordis
tampak atau tidak.
Palpasi : Ictus cordis teraba, tidak ada massa
(pembengkakan) dan ada atau tidaknya
nyeri tekan.
Perkusi : Perkusi jantung pekak (adanya suara
perkusi jaringan yang padat seperti
pada daerah jantung).
Auskultasi : Terdengan Suara jantung I dan suara
jantung II (terdengar bunyi lub dub lub
dub) dalam rentang normal.
c) Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen, kesimetrisan abdomen,
ada atau tidaknya lesi, ada atau tidaknya
stretch mark.
Auskultasi : Mendengarkan bising usus (normal 5- 30
x/ menit).
Perkusi : Terdengar suara tympany (suara berisi
cairan).
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pemberasan hepar.
8) Punggung
Tidak ada kelainan bentuk punggung, tidak ada
terdapat luka pada punggung.
9) Estremitas
Atas : Terpasang infuse, apa ada kelemahan atau tidak
pada ekstremitas atas.
23
Bawah: Ada atau tidaknya gangguna terhadap
ekstremitas bawah seperti : kelemahan.
10) Genetalia
Terpasang kateter atau tidak.
11) Integument.
Turgor kulit baik atau tidak, kulit kering.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang ditulis tanggal pemeriksaan, jenis
pemeriksaan, hasil dan satuanya. Pemeriksaan penunjang
diantaranya: pemeriksaan laboratorium, foto rotgen, rekam
kardiografi, dan lain-lain (Rohman & Walid, 2014).
e. Therapy
Pada therapy tulis nama obat lengkap, dosis, frekuensi pemberian
dan cara pemberian, secara oral, parental dan lain-lain
(Rohman & Walid, 2014).
2. Diagnosa.
Diagnosa keperawatan adalah : pernyataan yang jelas singkat dan pasti
tentang masalah pasien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau diubah
melalui tindakan keperawatan. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
1. Nyeri akut b/d agen pencenderaan fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma)
2. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane alveolus-kapiler
3. Defisit nutrisi b/d ketidakseimbangan mencerna makanan
24
4. Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan antara supai dan kebutuhan
oksigen
5. Hipertemia b/d proses penyakit.
3. Intervensi.
Intervensi adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalam
beralih dari tingkat yang diinginnkan dalam hasil yang diharapkan (Gordon,
1994). Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat
lakukan atas nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi yang di prakarsai
oleh perawat, dokter, atau intervensi kolaboratif. Intervensi di bagi menjadi tiga
yaitu :
1) Intervensi perawat
Respon perawa terhadap kebutuhan perawatan kesehatan dan
diognosa keperawatan klien. Tipe intervensi ini adalah “suatu tindakan
autonomi berdasarkan rasional ilmiah yang dilakukan untuk
kepentingan klien dalam cara yang diprediksi yang berhubungan
dengan diagnosa keperawatan dan tujuan klien” . Intervensi perawat
tidak membutuhkan intruksi dokter atau profesi lainnya. Dokter
seringkali dalam intruksi tertulisnya mencakup intervensi keperawatan
mandiri, namun demikian berdasarkan UU praktik keperawatan
disebagian besar Negara bagian, tindakan keperawatan yang berkaitan
dengan aktifitas kehidupan sehari-hari, penyuluhan kesehatan,promosi
kesehatan, dan konseling berada dalam domain praktik keperawatan.
2) Intervensi dokter
Didasarkan pada respon dokter terhadap diagnosa medis, dan
perawat menyelesaikan intruksi tertulis dokter.
3) Intervensi kolaboratif.
Terapi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan
keahlian dari berbagai profesional keperawatan kesehatan.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
FORMAT PENGKAJIAN
I. BIODATA
A. Identitas Klien
1. Nama initial : Ny. N
5. Status : Kawin.
6. Agama : Islam/Kristen/Katolik/Hindu/Budha.
7. Suku/Kewarganegaraan : Kaili/Indonesia
3. Golongan darah : -
27
II. STATUS KESEHATAN
1. Keluhan Utama : Klien mengatakan Sesak
Dirawat dimana :-
3. Riwayat operasi :
Dirawat dimana :-
6. Riwayat alergi
Sejak kapan :-
Reaksi :-
Tindakan :-
28
4. GENOGRAM (untuk tiga generasi)
29
g
3. Pola BAK ± 3 X sehari ± 1 X sehari
Warna Kuning Warna urin kuning
Jumlah - -
Ada keluhan Tidak ada -
Kebiasaan ngemil Tidak ada Tidak ada
4. Pola BAB ± 2 X sehari Tidak pernah BAB
Warna Coklat Tidak ada
Konsistensi Padat Tidak ada
Ada keluhan Tidak ada keluhan -
5. Pola seksual - -
Ada keluhan? Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
6. Kebiasaan olahraga ± -x/minggu ±-x/minggu
7. Ritual keagamaan
8. Merokok YA TIDAK
Frekuensi = ±2 bungkus/hari Frekuensi = ± - bungkus/hari
9. Minum alkohol YA TIDAK
Frekuensi = ± 1 sloki/ Frekuensi = ± - sloki/-
10. Jenis obat yang dikonsumsi di rumah (nama dan dosisnya) TIDAK ADA
2. Penampilan : baik
Nadi : 110kali/menit
30
Suhu badan : 37°C
Pernapasan : 34 kali/menit
6. KEPALA
Inspeksi:
*Keadaan kepala : BAIK
*Bentuk kepala : NORMASEPAL
*Jenis rambut dan warna : IKAL DAN WRNA HITAM
*Penyebaran rambut : MERARA
*Kebersihan rambut : BERSIH
Palpasi:
*Benjolan : TIDAK ADA BENJOLAN
*Nyeri : TIDAK ADA NYERI TEKAN
*Luka : TIDAK ADA LUKA
7. WAJAH
Inspeksi:
*Bentuk : SIMETRI
*Warna kulit : MERATA
Palpasi:
*Benjolan : TIDAK ADA
*Lesi : TIDAK ADA
*Nyeri : TIDAK ADA
Tes kekuatan otot-otot wajah :
Tes sensitivitas kulit wajah :
8. MATA
Inspeksi:
*Alis mata : SIMETRI
31
Tes buta warna : TIDAK ADA
9. TELINGA
Inspeksi:
*Keadaantelinga : NORMAL
*Kebersihan telinga : BERSIH
*Membran timpani : NORMAL
*Serumen : TIDAK ADA
*Pengeluaran cairan : TIDAK ADA
*Tinitus : TIDAK ADA
*Menggunakan alat bantu : TIDAK ADA
Palpasi:
*Nyeri : TIDAK ADA
*Benjolan : TIDAK ADA
Tes pendengaran:
Rinnie (hantaran udara danos) :Kanan= normal/abnormal
Kiri=normal/abnormal
Weber (hantarantulang) : Kanan=normal /melemahKiri =
normal /melemah
Swabach (os.matoid) : Kanan=normal /abnormal
Kiri=normal /abnormal
32
Tes pengecapan, gangguan : Manis :NORMAL
Pahit :NORMAL
Asam :NORMAL
Asin :NORMAL
11. HIDUNG DAN SINUS
Inspeksi:
*Keadaan septumnasi : NORMAL
*Kebersihan mucosa : BERSIH
Palpasi:
33
*Pola pernapasan : TIDAK TERATUR
*Jenis pernapasan : DADA/DIAGFRAGMA
*Empisema subkutis :TIDAKADA
Palpasi:
*Massa : TIDAK ADA
*Nyeri : TIDAK ADA
*Vocal fremitus : SIMETRIS
*Fraktur costae : TIDAK ADA
Perkusi:
*Suara paru-paru : SONOR
Auskultasi paru-paru:
*Suara napas, letak : Bronkovesikuler,
Menggunakan benda asing : TIDAK ADA
Inspeksi:
*Ictus cordis, lokasi : TERLIHAT
*Spider naevi, lokasi : TERLIHAT
Palpasi:
*Ictus cordis, lokasi, lokasi : TERABA
Perkusi:
*Batas Jantung : ATAS =
BAWAH =
KANAN =
KIRI =
Auskultasi:
Palpasi:
34
Inspeksi
*Keadaan :
*Jumlah jari : LENGKAP
*Warna kuku : Kebiruan
*ROM :
*Capillary Refill Time (CRT):
*Luka, lokasi :
*Clubbing finger :
Palpasi:
*Nyeri otot :
*Tonus otot :
*Kekuatan otot :
ExtermitasBawah
Inspeksi:
*Keadaan : SIMETRI
*Jumlah jari : LENGKAP
*Warna kuku : Kebiruan
35
*ROM :
*Luka, lokasi : TIDAK ADA
*Oedema : TIDAK ADA
Palpasi:
Perkusi
*Refleks patella :
*Refleks patologis :
15. Kulit
*Warna : PUCAT
*Turgor :
*Kelembaban :
*Rash : TIDAK ADA
*Lesi : TIDAK ADA
*Benjolan : TIDAK ADA
*Masa : TIDAk ada
36
KLASIFIKASI DATA
37
ANALISA DATA
38
PRIORITAS MASALAH
39
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
40
d/d Frekuensi jantung meningkat, dengan kriteria hasil: 3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama terhadap beban kerja
meningkat, dyspnea, sianosis. - Frekuensi nadi melakukan aktivitas 3. Memperbaiki kesehatan
membaik 4. Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif melakukan aktivitas secara m
- Sianosis menurun 5. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan 4. Dapat mmeningkat
- Dyspnea saat aktivitas 6. Anjurkan tirah baring mempertahankan fleksibi
menurun. 7. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap kekuatan otot, mencegah kek
8. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi sendi, dapat meningkatkan
kelelahan tubuh dan dapat memperlanc
9. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara darah.
meningkatkan asupan makanan. 5. Untuk mengalingkan perh
terhadap rasa nyeri yang dial
6. Membantu proses t
mencegah komplikasi lanjut.
7. Melakukan aktifitas bert
mempelancar aliran darah, m
otot jantung dan me
kapasitas jantung.
8. Agar pasien dapat
distress emosional terhadap
dan memperbaiki kelenturan
9. Membantu menduku
kekebalan tubuh yang optima
41
3. Devisit Nutrisi b/d setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mempermuda dalam mem
Ketidakseimbangan mencerna keperawatan selama 1x24 jam, 2. Identifikasi makanan yang disukai mengetahui status nutrisi pas
makanan d/d Nafsu makan maka status nutrisi membaik, 3. Monitor asupan makanan 2. Makanan yang disukai p
menurun, membran mukosa dengan kriteria hasil: 4. Sajikan makanan secara menarik lebih memicu nafsu makan.
pucat. - Porsi makan yang 5. Berikan makanan tinggi serat 3. Untuk mengetahui perub
dihabiskan meningkat 6. Berikan makanan tinggi kalori dan protein yang terjadi atau penuru
- Nafsu makan membaik. 7. Anjurkan posisi duduk badan.
8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan 4. Menyajikan makanan leb
jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan. dapat menambah nafsu maka
5. Dapat mencegah
konstipasi.
6. Makanan tinggi kalori
dapat memberikan energy d
energy tetap stabil saat berak
7. Posisi duduk dapat mem
lebih fleksibel, berat badan
dan dapat memperbaiki alira
sirkulasi.
8. Dalam menentukan jum
yang dibutuhkan dapat men
atau memulihkan status nutr
42
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
43
Respon : Pikiran menjadi lebih tenang
6. Menganjurkan tirah baring
Respon : Pasien merasa lelah saat beraktivitas berkurang
7. Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Respon : Meminimalisir kelelahan
8. Mengajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Respon : Pasien dapat mengontrol
9. Mengkolaborasikan dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Respon : Tenaga kembali ke sebelum sakit
1. Mengidentifikasi status nutrisi
Respon : Status gizi membaik
2. Mengidentifikasi makanan yang disukai
Respon : Makanan dihabiskan
3. Memonitor asupan makanan
Respon : Nafsu makan membaik
Jum’at, 5 4. Mengsajikan makanan secra menarik
Februari 2020 3 Respon : Porsi makan dihabiskan
5. Memberikan makanan tinggi serat
Respon : Konstipasi tercegah
6. Memberikan makanan tinggi kalori dan protein
Respon : Enegri tetap stabil saat beraktivitas
7. Menganjurkan posisi duduk
Respon : Berat badan lebih baik
8. Mengkolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
Respon : Status nutisi membaik dan berat badan kembali normal
44
EVALUASI
45
46