Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PNEUMONIA

DISUSUN OLEH:

NUR FADILLAH

JP020.02.013

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INDONESIA JAYA PALU
2021.
LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

1. Anatomi dan Fisiologi


a. Anatomi Sistem Pernapasan
Paru-paru merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi
rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan tengah dipisahkan oleh
jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang
terletak didalam mediastinum. Paru-paru adalah organ yang berbentuk
kerucut dengan apeks (puncak) diatas dan muncul sedikit lebih tinggi
daripada klavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di atas
landai rongga toraks, diatas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan
luar yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat tampak
paru-paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan
yang menutupi sebagian sisi depan jantung.
Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring,
trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem
yang sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke
alveoli. Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang memungkinkan
kotoran atau benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melalui
batuk ataupun bersin. Anatomi sistem pernafasan antara Lain :

Gambar Anatomi Sistem Pernapasan

1
1. Saluran pernapasan bagian atas:
a. Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi
secara terus menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan
mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan
silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru- paru.
b. Faring
Faring adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga
mulut ke laring. Faring dibagi menjadi tiga region; nasofaring,
orofaring, dan laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk
menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan digestif.
c. Laring
Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring
dengan trachea. Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan
terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari
obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.

2. Saluran pernapasan bagian bawah:

Gambar anatomi paru-paru

2
a. Trakhea

Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu

kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea

bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai

karina. Karena memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan

bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang.

b. Bronkus

Terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan

lebih pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang

arahnya hampir vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit,

merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam.

Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus

lobaris kemudian bronchus segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus

dilapisi oleh sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh rambut pendek

yang disebut silia, yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan

benda asing menjauhi paru menuju laring.

c. Bronkiolus.

Membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak

mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian

menjadi bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional

antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas.

3
d. Alveoli

Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel

alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding

alveolar. Sel alveolar tipe II sel-sel yang aktif secara metabolik,

mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan

dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III

adalah makrofag yang merupakan sel–sel fagositosis yang besar

yang memakan benda asing dan bekerja sebagai mekanisme

pertahanan penting.

e. Alveoulus.

Struktur anatomi yang memiliki bentuk yang berongga. Terdapat

pada parenkim paru-paru, yang merupakan ujung dari pernapasan,

dimana kedua sisi merupakan tempat pertukaran darah.

f. Paru-paru.

Merupakan alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung

(gelombung hawa, alveoli).

b. Fisiologi Pernapasan

Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon

dioksida. Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan

eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu

bernafas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke

alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler

pulmonaris (Pearce. C. E, 2016).

4
Proses fisiologi pernapasan dimana oksigen dipindahkan dari

udara ke dalam jaringan, dan karbondioksida dikeluarkan ke

udara ekspirasi dapat dibagi menjadi 3 stadium. Stadium pertama

adalah ventilasi,yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan

keluar paru-paru. stadium kedua adalah transportasi, yang terdiri

dari beberapa aspek :

1) Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru


(respirasi eksterna) dan antara darah sistemik dan sel-sel
jaringan.
2) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar.

3) Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah.

Stadium terakhir adalah respirasi sel atau respirasi interna,

yaitu pada saat metabolik dioksidasi untuk mendapatkan energi,

dan CO2 terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan

dikeluarkan oleh paru-paru. Jumlah udara yang diinspirasi atau

diekspirasi pada setiap kali bernapas disebut volume tidak yaitu

sekitar 500 ml. Kapasitas vital paru-paru, yaitu jumlah udara

maksimal yang dapat diekspirasi sesudah inspirasi maksimal

sekitar 4500 ml. Volume residu, yaitu jumlah udara yang tertinggal

dalam paru-paru sesudah ekspirasi maksimal sekitar 1500 ml.

Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan

metabolisme, menembus membrane alveoler-kapiler dari kapiler

darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea,

dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.

5
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner

atau pernapasan eksterna :

1) Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar

udara dalam alveoli dengan udara luar.

2) Arus darah melalui paru – paru.

3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga

dalam jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh.

4) Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan

kapiler. CO2 lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.

Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang

meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada

waktu gerak badan, lebih banyak darah datang di paru-paru

membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2. Jumlah

CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah

arteri. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak untuk

memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan

ventilasi ini mengeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2.

Pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah

menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin)

mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana

darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari

hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah

menerima, sebagai gantinya, yaitu karbon dioksida.

6
Perubahan-perubahan berikut terjadi pada komposisi udara

dalam alveoli, yang disebabkan pernapasan eksterna dan

pernapasan interna atau pernapasan jarigan. Udara (atmosfer) yang

di hirup:

Nitrogen ..................................................................... 79 %

Oksigen ...................................................................... 20 %

Karbon dioksida ....................................................... 0-0,4 %

Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembaban

atmosfer.

Udara yang diembuskan:

Nitrogen....................................................................... 79 %

Oksigen....................................................................... 16 %

Karbon dioksida ........................................................ 4-0,4 %

Daya muat udara oleh paru-paru. Besar daya muat udara

oleh paru-paru ialah 4.500 ml sampai 5000 ml atau 41/2 sampai 5

liter udara. Hanya sebagian kecil dari udara ini, kira-kira 1/10 nya

atau 500 ml adalah udara pasang surut (tidal air), yaitu yang di

hirup masuk dan dihembuskan keluar pada pernapasan biasa

dengan tenang.

7
Kapasitas vital, volume udara yang dapat di capai masuk dan

keluar paru-paru pada penarikan napas paling kuat disebut

kapasitas vital paru-paru. Diukurnya dengan alat spirometer. Pada

seoranng laki-laki, normal 4-5 liter dan pada seorang perempuan,

3-4 liter. Kapasitas itu berkurang pada penyakit paru-paru, penyakit

jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan kelemahan

otot pernapasan (Pearce. C. E, 2016).

2. Patafisiologi

Gambaran patologis tertentu dapat ditunjukkan oleh beberapa

bakteri tertentu bila dibandingkan dengan bakteri lain. Infeksi

Streptococcus pneumonia biasanya bermanisfestasi sebagai bercak-bercak

konsolidasi merata di seluruh lapangan paru (bronkopneumonia), dan

pada remaja dapat berupa konsolidasi pada satu lobus (pneumonia

lobaris). Pneumotokel atau abses-abses kecil sering disebabkan oleh

Staphylococcus aureus pada neonates, karena Staphylococcus aureus

menghasilkan berbagai toksin dan enzim seperti hemolisin, lekosidin,

stafilokinase, dan koagulase. Toksin dan enzim ini menyebabkan nekrosis

pendarahan, dan kavitasi. Koagulase berinteraksi dengan faktor plasma

dan menghasilkan bahan aktif yang mengkonversi fibrinogen menjadi

fibrin, sehingga terjadi eksudat fibrinopurulen. Terdapat korelasi antara

produksi koagulase dan virulensi kuman. Staphylococcus yang tidak

menghasilkan koagulase jarang menimbulkan penyakit yang serius.

8
Pneumotokel dapat menetap hingga berbulan- bulan, tetapi biasanya tidak

memerlukan terapi lebih lanjut (Rahajoe dkk, 2016).

Sedangkan Pneumonia bacterialmenyerang baik ventilasi

maupun difusi. Suatu reaksi-reaksi infalamsi yang dilakukan oleh

pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang

mengganggu gerakan dan difusi okisegen serta karbon dioksida. Sel-

sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi ke dalam

alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara.

Area paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi,

edema mukosa, dan bronkospasme, menyebabkan oklusi parsial

bronki atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan

oksigen alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat

melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung

tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi

kanan ke sisi kiri jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi

dan tidak teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia

arterial. (Brunner & Suddarth, 2016).

9
WOC
Pemeriksaan Diagnostik
Manifestasi Klinik Bakteri, virus, jamur, protozoa, dan mikroba 1. Sinar X
1. Sesak nafas 2. Biopsy paru
2. Pusing Mikroba bermanifestasi di paru 3. Pemeriksaan serologi
3. Demam 4. Spirometrik static
4. Batuk Toksin dan enzim terbentuk 5. Bronkostopi
( hemolisin, lekosidin, stafilokinase dan koagulase)
5. Sakit dada
6. Nafsu makan berkurang Infeksi saluran nafas bawah
7. Sianosis
Parenkim paru

PNEUMONIA

Retraksi dinding dada Mikroba masuk ke saluran Infeksi saluran nafas Dilatasi pembuluh darah
cerna
Rusaknya sel tubuh atau Inflamasi Eksudat masuk ke alveoli
adanya injuri Terjadi infeksi saluran cerna
Tubuh bereaksi terhadap pirogen Gangguan defusi gas
Keluarnya mediator radang
(Histamine,Bradkynin,Prosragladin) Nafsu makan berkurang Pengeluaran prostaglandin
Gangguan Pertukaran Gas
Ggn potensial membrane sel saraf Nutrisi dalam tubuh Merangsang hipotalamus
Reseptor nyeri tidak terpenuhi
Peningkatan suhu tubuh Suplay O 2 dalam darah
Menyebabkan implus saraf
Devisit Nutrisi
Hipoksia
Hipertermia
Intoleransi Aktivitas

10
Implus dihantarkan lambat Implus dihantarkan cepat melalui
Melalui serabu A-delta serabut C

Menuju dorsal horn spinal cord dalam


Substantia gelatinosa

Beberapa implus dihantarkan langsung


Keanterior horn menstimulus saraf simpatis
Memproduksi reflex

Beberapa implus dihantarkan langsung ke atas


Ke thalamus melalui traktus spinothalamus

Dihantarkan ke korteks serebri dan


System limbic

Nyeri Akut

11
3. Pengertian Pneumonia

Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan


bawah akut (ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas
disebabkan agens infeksius seperti: virus, bakteri, mycoplasma (fungi),
dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai
eksudasi dan konsolidasi. (Nurarif & Kusuma, 2015). Pneumonia adalah
peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratori, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat.(Zul Dahlan, 2017).
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agens infeksius. Pneumonia merupakan infeksi
akut parenkim paru yang biasanya menyebabkan gangguan pertukaran
udara. Prognosis biasanya baik untuk pasien yang memiliki paru-paru
normal dan pertahanan tubuh yang mencakup sebelum mulai terjadinya
pneumonia, meskipun demikian pneumoni merupakan peringkat ke-6
penyebab kematian tersering di Amerika Serikat. (Robinson&Saputra,
2016).
Jadi dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pneumonia adalah suatu infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah
yangm engenai parenkim paru yang di sebabkan oleh agen infeksius
seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi) maupun benda asing
4. Etiologi
Menurut (LeMone. Atai, 2016) pneumonia didapatkan oleh 2
penyebab antara lain: infeksius dan noninfeksius. Penyebab infeksius
yaitu bakteri, virus, jamur, protozoa dan mikroba. Sedangkan penyebab
noninfeksius anatara lain adalah aspirasi isi lambung dan inhalasi gas
beracun atau gas yang mengiritasi. Pneumonia infeksius sering kali

12
diklasifikasikan sebagai infeksi yang didapat komunitas, infeksi
nosokpomial (didapat dirumah sakit), atau oportunistik (Imun menurun).
Berikut tabel umum penyebab pneumonia pada orang dewasa
(LeMone. Atal, 2016).

Didapat Komunitas Didapat Rumah Oportunistiik


Sakit
- Streptococcus Staphylococcus - Pneumocystis
Pneumonia aureus carinii
- Mycoplasma Pseudomonas - Mycobacterium
Pneumonia aeroginosa tuberculosis
- Haemophilus Klebsiella pneumonia - Cytomegalovirus
Influenza (CMV)
- Chlamydia Eschericia coli -Mikobakteria
Pneumonia atipikal
- Legionella - Jamur
pneumophila

Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan


oleh streptoccus pneumonia, melalui slang infuse oleh staphylococcus
aureus sedangkan pada pemakaian ventilator oleh pneumonia aeruginosa
dan enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan pasien
seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan,
penggunaan antibiotik yang tidak tepat (Nurarif & Kusuma, 2015).

5. Manifestasi Klinik/ Tanda Gejala


Tanda dan gejala yang biasanya dijumpai pada pneumonia adalah
demam atau panas tinggi selama 3-5 hari disertai batuk berdahak yang
produktif, napas cepat (frekuensi nafas >50 kali/menit), selain itu pasien
akan merasa nyeri dada seperti ditusuk pisau atau sesak, sakit kepala,
gelisah dan nafsu makan berkurang (Rikesdas, 2014). Pneumonia bacterial
(pneumokokus) secara khas diawali dengan awitan menggil, demam yang
timbul dengan cepat (39,5º sampai 40,5º), dan nyeri dada yang tersa
ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernapas dan batuk. Pasien sangat
sakit dengan takipnea sangat jelas disertai dengan pernapasan
mendengkur, pernapasan cuping hidung, dan penggunaan otot-otot

13
aksesori pernapasan. Pneumonia atipikal beragam dalam gejalanya,
tergantung pada organism penyebab.
Banyak pasien mengalami infeksi saluran pernapasan atas
(kongestinasal, sakit tenggorokan), dan awitan gejala pneumonianya
bertahap. Gejala yang menonjol adalah sakit kepala, demam tingkat
rendah, nyeri pleuritis mialgia, ruam, dan faringitis. Nadi cepat dan
berkesenambungan. Nadi biasanya meningkat sekitar 10 kali/menit untuk
kenaikan satu derajat celcius. Pada banyak kasus pneumonia, pipi
berwarna kemerahan, warna mata menjadi lebih terang, dan bibir serta
bidang kuku sianotik.
Tanda klinis utama pneumonia menurut (Betz & Sowden, 2015)
meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Batuk.
2) Dispnea.
3) Takipea.
4) Pucat,tampilan kehitaman, atau sianosis (biasanya tanda lanjut).
5) Melemah atau kehilangan suara nafas.
6) Retaksi dinding thorak: interkostal, substernal, diafragma, atau
Nafas cuping hidung.
7) Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru
terinfeksi didekatnya).
8) Batuk paroksismal mirip pertussis (sering terjadi pada anak
yang lebih kecil).
9) Anak-anak yang lebih besar tidak Nampak sakit.
10) Demam
11) Sakit kepala sesak nafas.
12) Menggigil.
13) Berkeringat.

14
Tanda dan gejala menurut (Robinson & Saputra, 2016) antara lain :
1. Batuk
2. Dispnea.
3. Lemah.
4. Demam.
5. Pusing.
6. Nyeri dada pleuritik.
7. Napas cepat dan dangkal.
8. Menggigil.
9. Sesak napas.
10. Produksi sputum.
11. Berkeringat.
12. Penurunan saturasi oksigen dengan alat oksimetri denyut
(pulse oximetry reading).
13. Bunyi nafas tambahan Ronki dan melemahnya bunyi nafas.

6. Pemeriksaan Diagnostik

1. Sinar x: Mengidentifikasikan distribusi structural (misal: labor,


bronchial), dapat juga meyatakan abses.

2. Biopsy paru : Untuk menetapkan diagnosis.

3. Pemeriksaan gram atau kultur, sputum dan darah: untuk dapat


mengidentifikasi semua organisme yang ada.

4. Pemeriksaan serologi: Membantu dalam membedakan diagnosis


organisme khusus.

5. Spirometrik static: Untuk mengkaji jumlah udara yang


diaspirasi.

6. Bronkostopi: Untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat


benda asing. (Nurarif & Kusuma, 2015).

15
Pneumonia didiagnosis berdasarkan tanda klinik dan gejala,
hasil pemeriksaan laboratorium dan mikrobiologis, evaluasi foto x-
ray dada. Berikut untuk pemeriksaan penunjang pada pneumonia :
1. Pemeriksaan Radiologi.
Foto thoraks (PA/leteral) merupakan pemeriksaan
penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran
radiologis dapat berupa infiltrate sampai konsolidasi dengan
air broncogram, penyebab bronkogenik dan interstisial serta
gambar kaviti. Gambar adanya infiltrate dari foto x-ray
merupakan standar yang memastikan diagnosis. Foto thoraks
saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia,
hanya merupakan petunjuk kearah diagnosis etiologi, misalnya
gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
Steptococcus pneumonia, pseudomonas aeruginosa sering
memperlihatkan infiltrate bilateral atau gambaran bronco
pneumonia sedangkan klebsiela pneumonia sering
menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan
meskipun dapat mengenai beberapa lobus.
2. Pemeriksaan Laboratorium.
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan
jumlah leukosit biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang
mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk
menentukan diagnosis etilogi diperlukan pemeriksaan dahak,
kultur darah dan serologi. Kultur darah positif pada 20-25%
penderita yang tidak diobati, analisis gas darah menunjukkan
hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi
asidosis respiratorik.

16
7. Penatalaksanan dan Pencegahan
A. Penatalaksana
a. Keperawatan
Kapada penderita yang penyakitnya tidak berat, bisa
diberikan antibiotic per-oral, dan tetap tinggal dirumah. Penderita
yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan
penyakit jantung atau paru lainnya, harus dirawat dan antibiotic
diberikan melalui infuse. Mungkin perlu diberikan oksigen
tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap
pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain :
1. Oksigen 1-2 L/menit.
2. IVFD dekstrose 10 % , NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10
mEq/500 ml cairan.
3. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status
hidrasi.
4. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral
bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
5. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi
dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki
transport mukosilier.
6. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
(Nurarif & Kusuma, 2015).
b. Medis
Konsolidasi atau area yang menebal dalam paru-paru yang
akan tampak pada rontgen dada mencakup area berbercak atau
keseluruhan lobus (pneumonia lobaris). Pada pemeriksaan fisik,
temuan tersebut dapat mencakup bunyi napas bronkovesikular atau
bronchial, krekles, peningkatan fremitus, egofani, dan pekak pada
perkusi. Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotic

17
yang sesuai seperti yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan gram.
Selain itu untuk pengobatan pneumonia yaitu eritromisin, derivate
tetrasiklin,amantadine, rimantadine, trimethoprim-sulfametoksazol,
dapsone, pentamidin, ketokonazol.
Untuk kasus pneumonia community base :
1) Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
2) Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian

Untuk kasus pneumonia hospital base :


1) Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
2) Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
(Nurarif & Kusuma, 2015).
B. Pencegahan
Pencegahan penularan pneumonia dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sederhana berikut ini:
1. Menjalani Vaksinasi
Vaksin merupakan salah satu langkah pencegahan
pneumonia. Perlu diingat vaksin pneumonia bagi orang dewasa
berbeda dengan vaksninasi pneumonia untuk anak-anak.
2. Menjaga Daya Tahan Tubuh
Hal ini dapat dilakukan dengan menjalani pola hidup sehta,
seperti cukup beristirahat, mengkonsumsi makanan bergizi, dan
rutin berolahraga.
3. Menjaga Kebersihan
Contoh paling sederhana dari menjaga keberihan adlah
rajin mencuci tangan. Biasakan untuk mencuci tangan dengan
air dan sabun atau dengan menggunakan handsanitizer dan
jangan menyentuh wajah dengan tangan yang belum dicuci.
4. Tidak Merokok
Kebiasaan merokok dan paparan asap rokok dapat
membuat paru-paru rusak dan lebih rentan terkena infeksi.

18
5. Tidak Mengkonsumsi Minuman Beralkohol
Kebiasaan mengkonsumsi alcohol atau kecanduan alcohol
juga bisa menyebabkan penurunan daya tahan tubuh, sehingga
tubuh lebih rentan mengalami penyakit infeksi, termasuk
pneumonia.
6. Menerapkan Etika Batuk dan Bersin
Tutup mulut dengan tisu atau tangan ketika batuk atau
bersin. Dengan menerapkan cara ini, penyebaran infeksi dan
penularan pneumonia dari satu orang ke orang lainnya dapat
dicegah.
8. Komplikasi
1. Pneumonia ekstrapulmuner, pneumonia pneumokokus
dengan bakteriemia.
2. Pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal,
gagal jantung, emboli paru dan infark miokard akut.
3. ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrom).

Komplikasi lanjut berupa :


1. pneumonia nosokomial.
2. Sepsis.
3. Gagal pernafasan, syok, gagal multiorgan.
4. Penjalaran infeksi (abses otak, endokarditis).
5. Abses paru.
6. Efusi pleura.

19
9. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sitematis dalam
mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan
ditunjukan pada respon klien terhadap masalah kesehatan yang
berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia (Nursalam, 2017).
1) Identitas Klien.
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan darah,
pendidikan terakhir, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan,
TB/BB, alamat.
2) Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat Kesehatan Sekarang.
Gejala saat ini dan durasinya: adanya sesak nafas atau
kesulitan bernafas, nyeri dada dan kaitan nyeri dengan
pernapasan: batuk, produktif atau tidak produktif, warna,
konsistensi sputum,: gejala lain: kesakitan pernapasan atas
saat ini atau kesakitan akut lain; penyakit kronik seperti
DM, PPOK, atau penyakit jantung; medikasi saat ini; alergi
obat. (LeMone atal, 2016).
b. Riwayat kesehatan dahulu.
Dengan riwayat penyakit yang diderita klien yang
berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit yang
mungkin dapat dipengaruhi atau memengaruhi penyakit yang
diderita klien saat ini (Rohman & Walid, 2014).
c. Riwayat Kesehatan keluarga.
Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan
kemungkinan adanya penyakit keturunan,kecenderungan
alergi dalam satu keluarga,penyakit yang menular akibat
kontak langsung antara anggota keluarga (Rohman & Walid,
2014).
3) Pemeriksaan fisik :
Tampilan, distress nyata,tingkat kesadaran: tanda-tanda
vital, antara lain suhu; warna aksesorius, pernapasan; suara paru.
(LeMone. atal, 2016). Pemeriksaan fisik dengan pendekatan
persistem dimulai dari kepala sampai ujung kaki dapat lebih
mudah. Dalam melakukan pemeriksaan fisik perlu dibekali
kemampuan dalam melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis
dan rasional. Teknik pemeriksaan fisik perlu modalitas dasar
yang digunakan meliputi: inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. (Mutaqqin, 2015)

20
a. Penampilan umum
Yaitu penampilan klien dimulai pada saat
mempersiapkan klien untuk pemeriksaan.
b. Kesadaran.
Status kesadaran dilakukan dengan dua penilaian yaitu
kualitatif dan kuantitatif, secara kualitatif dapat dinilai antara lain
yaitu composmentis mempunyai arti mengalami kesadaran penuh
dengan memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang
diberikan, apatis yaitu mengalami acuh tak acuh terhadap
lingkungan sekitarnya, samnolen yaitu mengalami kesadaran
yang lebih rendah dengan ditandai tampak mengantuk bahwa
untuk, spoor mempunyai arti bahwa klien memberikan respon
dengan rangsangan yang kuat dan refleks pupil terhadap cahaya
tidak ada. Sedangkan penilaian kesadaran terhadap kuantitatif
dapat diukur melalui penilaian (GCS) Glasgow Coma Scale
dengan aspek membuka mata yaitu, 4 respon verbal yaitu 5 dan
respons motorik yaitu nilai 6 (Aziz alimul, 2016).
c. Tanda-Tanda Vital
Tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang rutin
dilakukan dalam berbagai kondisi klien. Pengukuran yang paling
sering dilakukan adalah pengukuran suhu dan frekuensi pernafasan
(Mutaqqin, 2015). Pada pasien pneumonia biasanya mengalami
demam suhu diatas 370c, pernapasan cepat (Tachypnea).
1. Kepala.
1) Rambut
Kulit kepala tampak bersih, tidak ada luka, ketombe
tidak ada, pertumbuhan rambut jarang, warna rambut
hitam, kekuatan rambut: mudah dicabu atau tidak, dan
tidak ada pembengkakan atau tidak ada nyeri tekan.
2) Mata
Kebersihan mata: mata tanpak bersih, gangguan pada
mata: mata berfungsi dengan baik, pemeriksaan

21
konjungtiva: anemis atau ananemis, sclera biasanya putih,
pupil: isokor atau anisokor dan kesimetrisan mata: mata
simetris kiri dan kanan dan ada atau tidaknya massa atau
nyeri tekan pada mata.
3) Telinga
Fungsi pendengaran: biasanya berfungsi dengan baik,
bentuk telinga simetris kiri dan kanan, kebersihan telinga.
4) Hidung
Kesimetrisan hidung: biasnya simetris, kebersihan
hidung, nyeri sinus, polip, fungsi pembauan dan apakah
menggunakan otot bantu pernapasan.
5) Mulut dan Gigi
Kemampuan bicara, adanya batuk atau tidak, adanya
sputum saat batuk atau tidak, keadaan bibir, keadaan
platum, kelengkapan gigi, dan kebersihan gigi.
6) Leher.
Biasanya simetris kiri dan kanan, gerakan leher;
terbatas atau tidak, ada atau tidak pembesaran kelenjer
thyroid, ada atau tidaknya pembesaran vena juguralis dan
kelenjer getah bening.
7) Thorak
a) Paru-paru
Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan gerakan dada,
frekuensi napas cepat (tachipnea), irama,
kedalamannya pernapasan cuping hidung.
Palpasi : Adanya nyeri tekan, fremitus traktil
bergetar kiri dan kanan.
Auskultasi : Suara napas ronchi (nada rendah dan
sangat kasar terdengar baik saat inspirasi
maupun saat ekspirasi).

22
Perkusi : Terdengar bunyi redup (Dullnes) adanya
jaringan yang lebih padat atau
konsolidasi paru- paru seperti pneumonia.
b) Jantung
Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan dada, Ictus cordis
tampak atau tidak.
Palpasi : Ictus cordis teraba, tidak ada massa
(pembengkakan) dan ada atau tidaknya
nyeri tekan.
Perkusi : Perkusi jantung pekak (adanya suara
perkusi jaringan yang padat seperti
pada daerah jantung).
Auskultasi : Terdengan Suara jantung I dan suara
jantung II (terdengar bunyi lub dub lub
dub) dalam rentang normal.
c) Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen, kesimetrisan abdomen,
ada atau tidaknya lesi, ada atau tidaknya
stretch mark.
Auskultasi : Mendengarkan bising usus (normal 5- 30
x/ menit).
Perkusi : Terdengar suara tympany (suara berisi
cairan).
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pemberasan hepar.
8) Punggung
Tidak ada kelainan bentuk punggung, tidak ada
terdapat luka pada punggung.
9) Estremitas
Atas : Terpasang infuse, apa ada kelemahan atau tidak
pada ekstremitas atas.

23
Bawah: Ada atau tidaknya gangguna terhadap
ekstremitas bawah seperti : kelemahan.
10) Genetalia
Terpasang kateter atau tidak.
11) Integument.
Turgor kulit baik atau tidak, kulit kering.

Penilaian Kekuatan Otot mempunyai skala ukur yang


umumnya dipakai untuk memeriksa penderita yang mengalami
kelumpuhan selain mendiagnosa status kelumpuhan juga dipakai
untuk melihat apakah ada kemajuan yang diperoleh selama
menjalani perawatan atau sebaliknya apakah terjadi perburukan
pada penderita. (Suratun, dkk, 2015).

d. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang ditulis tanggal pemeriksaan, jenis
pemeriksaan, hasil dan satuanya. Pemeriksaan penunjang
diantaranya: pemeriksaan laboratorium, foto rotgen, rekam
kardiografi, dan lain-lain (Rohman & Walid, 2014).
e. Therapy
Pada therapy tulis nama obat lengkap, dosis, frekuensi pemberian
dan cara pemberian, secara oral, parental dan lain-lain
(Rohman & Walid, 2014).
2. Diagnosa.
Diagnosa keperawatan adalah : pernyataan yang jelas singkat dan pasti
tentang masalah pasien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau diubah
melalui tindakan keperawatan. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
1. Nyeri akut b/d agen pencenderaan fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma)
2. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane alveolus-kapiler
3. Defisit nutrisi b/d ketidakseimbangan mencerna makanan

24
4. Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan antara supai dan kebutuhan
oksigen
5. Hipertemia b/d proses penyakit.

3. Intervensi.
Intervensi adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalam
beralih dari tingkat yang diinginnkan dalam hasil yang diharapkan (Gordon,
1994). Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat
lakukan atas nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi yang di prakarsai
oleh perawat, dokter, atau intervensi kolaboratif. Intervensi di bagi menjadi tiga
yaitu :
1) Intervensi perawat
Respon perawa terhadap kebutuhan perawatan kesehatan dan
diognosa keperawatan klien. Tipe intervensi ini adalah “suatu tindakan
autonomi berdasarkan rasional ilmiah yang dilakukan untuk
kepentingan klien dalam cara yang diprediksi yang berhubungan
dengan diagnosa keperawatan dan tujuan klien” . Intervensi perawat
tidak membutuhkan intruksi dokter atau profesi lainnya. Dokter
seringkali dalam intruksi tertulisnya mencakup intervensi keperawatan
mandiri, namun demikian berdasarkan UU praktik keperawatan
disebagian besar Negara bagian, tindakan keperawatan yang berkaitan
dengan aktifitas kehidupan sehari-hari, penyuluhan kesehatan,promosi
kesehatan, dan konseling berada dalam domain praktik keperawatan.
2) Intervensi dokter
Didasarkan pada respon dokter terhadap diagnosa medis, dan
perawat menyelesaikan intruksi tertulis dokter.
3) Intervensi kolaboratif.
Terapi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan
keahlian dari berbagai profesional keperawatan kesehatan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A. Aziz. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan


Proses Perawatan. Jakarta : Salemba Medika
Betz, Cecily L., Sowden, Linda A. 2015. Buku Saku Keperawatan Pediatri
Edisi 5. Jakarta: EGC
Brunner & Suddart. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Volume 1. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas). Jakarta: Depkes RI.
LeMone, P., Burke, M.K., dan Bauldoff. G. 2016. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Vol 4. Ed Ke-5. Jakarta: EGC.
Muttaqin ,Arif. 2015. Pengkajian Keperawatan Aplikasi Pada Praktik
Klinik. Jakarta: Salemba Medika
Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Dianosa Medis & Nanda NIC-NOC. Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction
Nursalam, 2017. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan
Praktik. Jakarta: Salemba Medika.
Pearce C. E. 2016. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Rahajoe, N. 2016. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Ketiga. Badan
Penerbit IDAI. Jakarta: Media
Robinson & Saputra. 2016. Buku Ajar Visual Nursing (Medica-Bedah).
Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher
Rohmah, N, & Walid, S. (2014). Proses Keperawatan. Yogyakarta : Ar-
Ruzz.
Suratun, 2015. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Seri Asuhan
Keperawatan. Jakarta: EGC
Zul, Dahlan. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Ed ke-
VI. Jakarta: EGC

26
FORMAT PENGKAJIAN

Tanggal Masuk RS: 28/01/2020 Tanggal Pengkajian: 01/02/2020


Nomor RM : RS/Ruangan:
Diagnosa Medis : Pneumonia

I. BIODATA
A. Identitas Klien
1. Nama initial : Ny. N

2. Jenis kelamin : Perempuan

3. Tempat Tanggal Lahir(usia) : (52 tahun)

4. Golongan darah (rhesus) : A / B / AB / O (Rhesus: + / -)

5. Status : Kawin.

6. Agama : Islam/Kristen/Katolik/Hindu/Budha.

7. Suku/Kewarganegaraan : Kaili/Indonesia

8. Latar belakang pendidikan : SD/SMP/SMA/D3/S1/S3/Doktor

9. Jenis pekerjaan : IRT

10. Pendapatan per Bulan : -

11. Alamat : Jl. Tombolotutu

B. Identitas Penanggung Jawab


1. Nama initial : Tn. S

2. Jenis kelamin : Laki-laki

3. Golongan darah : -

4. Latar belakang pendidikan : SMA

5. Jenis pekerjaan : Wirasuasta

6. Hubungan dengan Klien : Suami

7. Alamat : Jl. Tombolotutu

27
II. STATUS KESEHATAN
1. Keluhan Utama : Klien mengatakan Sesak

2. Riwayat keluhan utama : Klien mengatakan sesak dirasakan sejak 2


hari yang lalu tetapi sesak berkurang setelah klien beristirahat,
pada malam hari sesak muncul lagi dan semakin bertambah parah
akhirnya klien dibawah kerumah sakit untuk mendapatkan
perawatan lanjutan.

3. Keluhan saat pengkajian : Sesak, Pusing

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


1. Apakah pernah menderita penyakit yang sama seperti ini, kapan? :
2. Riwayat penyakit sebelumnya
Diagnosa apa, kapan : -

Dirawat dimana :-

3. Riwayat operasi :

Jenis operasi, kapan : -

Dirawat dimana :-

4. Riwayat menerima transfusi darah, kapan? : -

5. Riwayat mendonorkan darah, kapan? : -

6. Riwayat alergi

Alergi terhadap apa :-

Sejak kapan :-

Reaksi :-

Tindakan :-

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


1. Penyakit-penyakit keturunan: -

2. Jumlah anggota keluarga yang tinggal serumah : 4 Orang


3. Analisa keadaan kesehatan keluarga dan faktor, resiko:

28
4. GENOGRAM (untuk tiga generasi)

V. AKTIVITAS dan KEBIASAAN SEHARI-HARI

No Aktivitas Sebelum Sekarang


Sakit
1 Pola makan TERATUR TIDAK TERATUR
. Frekuensi 3 X sehari 1 X sehari
Jumlah ±10 Sdm ± 4 Sdm
Menu favorit Tidak ada Tidak ada
Kebiasaan ngemil Tidak adan Tidak ada
Malam = ± 3 Jam,
2. Pola tidur dalam sehari Malam = ± 8 Jam,
Siang/Sore = ± 1 Jam
Siang/Sore = ± 2 Jam
Ada keluhan?

No Aktivitas Sebelum sakit Sekaran

29
g
3. Pola BAK ± 3 X sehari ± 1 X sehari
Warna Kuning Warna urin kuning
Jumlah - -
Ada keluhan Tidak ada -
Kebiasaan ngemil Tidak ada Tidak ada
4. Pola BAB ± 2 X sehari Tidak pernah BAB
Warna Coklat Tidak ada
Konsistensi Padat Tidak ada
Ada keluhan Tidak ada keluhan -
5. Pola seksual - -
Ada keluhan? Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
6. Kebiasaan olahraga ± -x/minggu ±-x/minggu
7. Ritual keagamaan
8. Merokok YA TIDAK
Frekuensi = ±2 bungkus/hari Frekuensi = ± - bungkus/hari
9. Minum alkohol YA TIDAK
Frekuensi = ± 1 sloki/ Frekuensi = ± - sloki/-

10. Jenis obat yang dikonsumsi di rumah (nama dan dosisnya) TIDAK ADA

VI. KONDISI PASIEN


1. Keadaan umum : sedang

2. Penampilan : baik

3. Bentuk tubuh/postur: normalchest

4. Hygiene personal : BERSIH

5. Ekspresi wajah : Meringis

6. Gaya/cara bicara : normal

7. Gerakan involunter : TIDAK ADA

VII. PEMERIKSAAN FISIK


1. KESADARAN : Compos Mentis
2. GCS : Eye = 4, Verbal = 5, Motorik= 6
3. TINGGI BADAN :155 cm
4. BERAT BADAN :50 Kg
5. TANDA-TANDA VITAL
Tekanan darah : 100/60 mmHg

Nadi : 110kali/menit

30
Suhu badan : 37°C

Pernapasan : 34 kali/menit

6. KEPALA
Inspeksi:
*Keadaan kepala : BAIK
*Bentuk kepala : NORMASEPAL
*Jenis rambut dan warna : IKAL DAN WRNA HITAM
*Penyebaran rambut : MERARA
*Kebersihan rambut : BERSIH
Palpasi:
*Benjolan : TIDAK ADA BENJOLAN
*Nyeri : TIDAK ADA NYERI TEKAN
*Luka : TIDAK ADA LUKA

7. WAJAH
Inspeksi:
*Bentuk : SIMETRI
*Warna kulit : MERATA
Palpasi:
*Benjolan : TIDAK ADA
*Lesi : TIDAK ADA
*Nyeri : TIDAK ADA
Tes kekuatan otot-otot wajah :
Tes sensitivitas kulit wajah :

8. MATA
Inspeksi:
*Alis mata : SIMETRI

*Bulu mata: penyebaran, warna : MERATA/HITAM

*Keadaanpalpebra, warna : BAIK


*Keadaan konjungtiva, warna : MERAH MUDA
*Warna sklera :
*Ukuran pupil : Kanan= ±2 mm, Kiri= ±2mm
*Reaksi pupil cahaya langsung : Kanan + / - , Kiri + / -
*Alat bantu : TIDAK ADA
*Hordeolum : TIDAK ADA
Tes lapang pandang : KOORDINASI BAIK
Tesotot/reaksidekat : BAIK

31
Tes buta warna : TIDAK ADA

9. TELINGA
Inspeksi:
*Keadaantelinga : NORMAL
*Kebersihan telinga : BERSIH
*Membran timpani : NORMAL
*Serumen : TIDAK ADA
*Pengeluaran cairan : TIDAK ADA
*Tinitus : TIDAK ADA
*Menggunakan alat bantu : TIDAK ADA
Palpasi:
*Nyeri : TIDAK ADA
*Benjolan : TIDAK ADA
Tes pendengaran:
Rinnie (hantaran udara danos) :Kanan= normal/abnormal
Kiri=normal/abnormal
Weber (hantarantulang) : Kanan=normal /melemahKiri =
normal /melemah
Swabach (os.matoid) : Kanan=normal /abnormal
Kiri=normal /abnormal

10. GIGI DAN MULUT


Inspeksi:
*Keadaan bibir : Pucat
*Warna bibir : Kebiruan
*Warna mukosa mulut : Pucat
*Kebersihan lidah : BERSIH
*Warna lidah : PUTIH
*Kebersihan gigi : BERSIH
*Kondisi gigi : LENGKAP
*Keadaan tonsil : BAIK
*Caries : TIDAK
*Karanggigi : TIDAK
*Stomatitis : TIDAK
*Ginggivitis : TIDAK
*Memakai gigi palsu : TIDAK
*Menggunakan asesoris : TIDAK
*Gangguan bicara : TIDAK
*Gangguan menelan : TIDAK

32
Tes pengecapan, gangguan : Manis :NORMAL
Pahit :NORMAL
Asam :NORMAL
Asin :NORMAL
11. HIDUNG DAN SINUS
Inspeksi:
*Keadaan septumnasi : NORMAL
*Kebersihan mucosa : BERSIH

Palpasi:

*Menggunakan implan : TIDAK

*Sinusitis : Frontal : TIDAK NYERI

Etmoidal : TIDAK NYERI

Maxilaris : TIDAK NYERI

Tes penghidu : NORMAL


12. LEHER
Inspeksi:
*Letak trachea, posisileher :SIMETRIS
*Struma : TIDAK ADA
*KelenjarThyroid : TIDAK ADA
*Tonic neckrefleks : TIDAK ADA
Auskultasi:
*Artericarotis : TIDAK DENGAR
Palpasi:
Masa : TIDAK ADA
Nyeri : TIDAK ADA

13. DADA DAN PUNGGUNG


a. Paru-paru
Inspeksi:
*Keadaan kulit : BAIK
*Bentuk dada :NORMOCHEST

*Pergerakan dada saat napas : SIMETRIS

*Upaya pernafasan : PENGGUNAKAN OTOT-OTOT


PERNAFASAN

33
*Pola pernapasan : TIDAK TERATUR
*Jenis pernapasan : DADA/DIAGFRAGMA
*Empisema subkutis :TIDAKADA
Palpasi:
*Massa : TIDAK ADA
*Nyeri : TIDAK ADA
*Vocal fremitus : SIMETRIS
*Fraktur costae : TIDAK ADA
Perkusi:
*Suara paru-paru : SONOR
Auskultasi paru-paru:
*Suara napas, letak : Bronkovesikuler,
Menggunakan benda asing : TIDAK ADA
Inspeksi:
*Ictus cordis, lokasi : TERLIHAT
*Spider naevi, lokasi : TERLIHAT
Palpasi:
*Ictus cordis, lokasi, lokasi : TERABA
Perkusi:
*Batas Jantung : ATAS =
BAWAH =
KANAN =
KIRI =

Auskultasi:

*Bunyi jantung I dan II : REGULER/IREGULER


*Bunyitambahan :MURMUR= + / - , GALLOP = + / -
b. Payudaya
Inspeksi:
*Keadaan mamae dan areola :
Palpasi:
*Nyeri :
*Benjolan :
c. Punggung (bagianbelakang)
Inspeksi:
*Bentuk tulang punggung :
*Menggunakan implant :

Palpasi:

*Nyeri ketuk, lokasi :

34
Inspeksi

*Bentuk perut : NORMAL


*Kulit : PUCAT
*Menggunakan benda asing :.TIDAK ADA
Auskultasi
*Aorta abdomen :
*Bisingusus :
*Peristaltik usus :
Palpasi
*Hepar :
*Lien :
*Nyeritekan, :
*Nyerilepas, :
*Massa :
Perkusi
*Bunyi :
14. Extermitas
a. ExtermitasAtas
Inspeksi:

*Keadaan :
*Jumlah jari : LENGKAP
*Warna kuku : Kebiruan
*ROM :
*Capillary Refill Time (CRT):
*Luka, lokasi :
*Clubbing finger :

Palpasi:

*Nyeri otot :

*Tonus otot :

*Kekuatan otot :

ExtermitasBawah

Inspeksi:

*Keadaan : SIMETRI
*Jumlah jari : LENGKAP
*Warna kuku : Kebiruan

35
*ROM :
*Luka, lokasi : TIDAK ADA
*Oedema : TIDAK ADA

Palpasi:

*Hernia femoralis : TIDAK ADA


*Nyeri otot : TIDAK ADA
*Oedema (grade) : TIDAK ADA
*Kekuatanotot :

Perkusi

*Refleks patella :
*Refleks patologis :

15. Kulit
*Warna : PUCAT
*Turgor :
*Kelembaban :
*Rash : TIDAK ADA
*Lesi : TIDAK ADA
*Benjolan : TIDAK ADA
*Masa : TIDAk ada

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Hasil laboratorium (dahak, darah, urine, feces, jaringan)
2. Radiologi (USG / SCAN / MRI / MRA / RONTGEN.)
3. Elektrodiagram (Elektro Enselografi / Elektrokardiogram /
Elektromiografi) Lampirkan. 4. Endoskopi Lampirkan.
4. Endoskopi.

IX. PENATALAKSANAAN (pemberian terapi)


1. Terapi medis (uraikan).
2. Fisioterapi (uraikan).
3. Diet (uraikan).

36
KLASIFIKASI DATA

Kategori & Sub kategori


Kategori Subkategori Data Subjektif & Objektif
DS :
DO : - Adanya retraksi dada
- Saturasi oksigen 90%
- RR 34x/menit
Respirasi - Sesak
Fisiologis - Suara nafas tembahan
- Pucat
- Sianosis ( bibir dan kuku)
- Penurunan kesadaran
DS :
Sirkulasi DO : - TD 100/60 mmHg
- Nadi 110x/menit

37
ANALISA DATA

Data Analisa Data Masalah Keperawatan


DS : - Gangguan pertukaran gas terjadi Gangguan Pertukaran Gas
DO : - RR 34x/menit disebabkan karena adanya infeksi pada
- Sesak parenkim paru.
- Suara nafas tambahan
- Sianosis (bibir dan kuku)
- Pucat
- Adanya retraksi dada
DS : - Suplai oksigen dalam darah yang Intoleransi Aktifitas
DO : - Penurunan kesadaran berkurang menyebabkan oksigen dalam
- Saturasi oksigen 90% tubuh mengalami penurunan.
- Sesak
- Sianosis
- Tekanan darah 100/60 mmHg
- Nadi 110x/menit
DS : - Infeksi yang disebabkan oleh mikroba Defisit Nutrisi
DO : - Pucat yang masuk ke dalam saluran cerna yang
menyebabkan nafsu makan menjadi
berkurang.

38
PRIORITAS MASALAH

1. Gangguan Pertukaran Gas b/d Perubahan membran alveolus-kapiler d/d


Dipsnea, takikardia, bunyi nafas tambahan, pusing, sianosis, pucat,
kesadaran menurun.
2. Intoleransi Aktifitas b/d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen d/d Frekuensi jantung meningkat, dyspnea, sianosis.
3. Devisit Nutrisi b/d Ketidakseimbangan mencerna makanan d/d Nafsu
makan menurun, membran mukosa pucat.

39
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Rasional


.
1. Gangguan Pertukaran Gas b/d Setelah dilakukan intervensi 1. Monitor frekuensi irama, kedalaman dan upaya
1. Mencegah terjadiny
Perubahan membran alveolus- keperawatan selama 2x24 jam, nafas diagfragma yang dalam.
kapiler d/d Dipsnea, maka pertukaran gas meningkat, 2. Monitor pola nafas 2. Mengetahui pola nafas d
takikardia, bunyi nafas dengan kriteria hasil: 3. Auskultasi bunyi nafas normal.
tambahan, pusing, sianosis, - Dipsnea menurun 4. Monitor saturasi oksigen 3. Mendengarkan apakah b
pucat, kesadaran menurun. - Bunyi nafas tambahan 5. Atur interval pemantauan respirasi tambahan masih terdengar.
menurun 6. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
4. Memantau kondisi
- Pusing menurun 7. Informasikan hasil pemantaun menentukan apakah suatu
- Sianosis membaik 8. Kolaborasi penggunaan oksigen sesuai dosis.
berhasil atau perlu dievaluas
- Takikardia menurun. 5. Mengetahui berapa lama
jarak dalam sekali tarikan na
6. Agar pasien dan kelu
bekerja sama dalam
keberhasilan proses pengoba
7. Agar pasien dan keluarga
tentang perkembangan penya
8. Penggunaan oksige
menggerakkan system pern
membantu peredaraan darah.
2. Intoleransi Aktifitas b/d Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang 1. Agar dapat mengetahui f
Ketidakseimbangan antara keperawatan selama 2x24 jam, mengakibatkan kelelahan yang mengalami gangguan k
suplai dan kebutuhan oksigen maka toleransi aktivitas 2. Monitor kelelahan fisik 2. Untuk mengetahui kele

40
d/d Frekuensi jantung meningkat, dengan kriteria hasil: 3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama terhadap beban kerja
meningkat, dyspnea, sianosis. - Frekuensi nadi melakukan aktivitas 3. Memperbaiki kesehatan
membaik 4. Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif melakukan aktivitas secara m
- Sianosis menurun 5. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan 4. Dapat mmeningkat
- Dyspnea saat aktivitas 6. Anjurkan tirah baring mempertahankan fleksibi
menurun. 7. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap kekuatan otot, mencegah kek
8. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi sendi, dapat meningkatkan
kelelahan tubuh dan dapat memperlanc
9. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara darah.
meningkatkan asupan makanan. 5. Untuk mengalingkan perh
terhadap rasa nyeri yang dial
6. Membantu proses t
mencegah komplikasi lanjut.
7. Melakukan aktifitas bert
mempelancar aliran darah, m
otot jantung dan me
kapasitas jantung.
8. Agar pasien dapat
distress emosional terhadap
dan memperbaiki kelenturan
9. Membantu menduku
kekebalan tubuh yang optima

41
3. Devisit Nutrisi b/d setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mempermuda dalam mem
Ketidakseimbangan mencerna keperawatan selama 1x24 jam, 2. Identifikasi makanan yang disukai mengetahui status nutrisi pas
makanan d/d Nafsu makan maka status nutrisi membaik, 3. Monitor asupan makanan 2. Makanan yang disukai p
menurun, membran mukosa dengan kriteria hasil: 4. Sajikan makanan secara menarik lebih memicu nafsu makan.
pucat. - Porsi makan yang 5. Berikan makanan tinggi serat 3. Untuk mengetahui perub
dihabiskan meningkat 6. Berikan makanan tinggi kalori dan protein yang terjadi atau penuru
- Nafsu makan membaik. 7. Anjurkan posisi duduk badan.
8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan 4. Menyajikan makanan leb
jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan. dapat menambah nafsu maka
5. Dapat mencegah
konstipasi.
6. Makanan tinggi kalori
dapat memberikan energy d
energy tetap stabil saat berak
7. Posisi duduk dapat mem
lebih fleksibel, berat badan
dan dapat memperbaiki alira
sirkulasi.
8. Dalam menentukan jum
yang dibutuhkan dapat men
atau memulihkan status nutr

42
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl No. Dx Implementasi & Respon Paraf


Keperawatan
1. Memonitor irama, kedalaman upaya nafas
Respon : Tarikan dada berkurang
2. Memonitor pola nafas
Respon : Pola nafas mulai membaik
3. Mengauskultasi bunyi nafas
Kamis, 4 1 Respon : Masih terdengar bunyi nafas
Februari 2020 4. Memonitor saturasi oksigen
Respon : Saturasi O² 95%
5. Mengatur interval pemantauan respirasi
Respon : Jarak inspirasi-ekspirasi terkontrol
6. Menginformasikan hasil pemantauan
Respon : Pasien memahami kondisi yang dialaminya
7. Mengkolaborasikan penggunaan oksigen
Respon : Merasa nyaman setelah dipasangkan O²
1. Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
Respon : Kelelahan dapat dikontrol dan dicegah
Kamis, 4 2. Memonitor kelelahan fisik
Februari 2020 2 Respon : Mengurangi aktivitas beban kerja
3. Memonitor lokasi ketidaknyamanan melakukan aktivitas
Respon : Dapat melakukan aktivitas sedikit demi sedikit
4. Melakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
Respon : Kelelahan pada otot berkurang
5. Memberikan aktivitas distraksi yang menenangkan

43
Respon : Pikiran menjadi lebih tenang
6. Menganjurkan tirah baring
Respon : Pasien merasa lelah saat beraktivitas berkurang
7. Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Respon : Meminimalisir kelelahan
8. Mengajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Respon : Pasien dapat mengontrol
9. Mengkolaborasikan dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Respon : Tenaga kembali ke sebelum sakit
1. Mengidentifikasi status nutrisi
Respon : Status gizi membaik
2. Mengidentifikasi makanan yang disukai
Respon : Makanan dihabiskan
3. Memonitor asupan makanan
Respon : Nafsu makan membaik
Jum’at, 5 4. Mengsajikan makanan secra menarik
Februari 2020 3 Respon : Porsi makan dihabiskan
5. Memberikan makanan tinggi serat
Respon : Konstipasi tercegah
6. Memberikan makanan tinggi kalori dan protein
Respon : Enegri tetap stabil saat beraktivitas
7. Menganjurkan posisi duduk
Respon : Berat badan lebih baik
8. Mengkolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
Respon : Status nutisi membaik dan berat badan kembali normal

44
EVALUASI

Tgl/Jam No. Dx Evaluasi Paraf


Keperawatan
S:-
Kamis, 4 O : - RR 28x/menit
Februari - Suara nafas tambahan masih terdengar
2020, 1 A : Gangguan pertukaran gas belum teratasi
Jam 10.00 P : Lanjutkan intervensi
WITA - Monitor pola nafas
- Auskultasi bunyi nafas
- Kolaborasi penggunaan oksigen
Kamis, 4 S:-
Februari O : - Masih sedikit sesak
2020, - Sianosis cukup menurun
Jam 10.00 2 - Frekuensi nadi membaik
WITA A : Intoleransi aktivitas teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
- Berikan aktivitas dikstraksi
- Anjurkan tirah baring
Jum’at, 5 S:-
Februari 3 O : - Porsi makan meningkat
2020, - Nafsu makan membaik
Jam 15.30 A : Devisit Nutrsi teratasi
WITA P : Hentikan Intervensi

45
46

Anda mungkin juga menyukai