Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN BRONKOPNEUMONIA

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Gambar : Saluran Pernafasan

A. Anatomi
Organ pernafasan berguna bagi transgportasi gas-gas dimana organ-
organ pernafasan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara mengalir
yaitu rongga hidung, pharynx, larynx, trakhea, dan bagian paru-paru yang
berfungsi melakukan pertukaran gas-gas antara udara dan darah.
1. Saluran nafas bagian atas, terdiri dari:
a. Hidung yang menghubungkan lubang-lubang sinus udara paraanalis
yang masuk kedalam rongga hidung dan juga lubang-lubang naso
lakrimal yang menyalurkan air matakedalam bagian bawah rongga
nasalis kedalam hidung
b. Parynx (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar
teanggorokan sampai persambungannya dengan esophaguspada
ketinggian tulang rawan krikid maka letaknya di belakang hidung
(naso farynx), dibelakang mulut(oro larynx), dan dibelakang farinx
(farinx laryngeal)
2. Saluran pernafasn bagian bawah terdiri dari :
a. Larynx (Tenggorokan) terletak di depan bagian terendah pharnyx
yang memisahkan dari kolumna vertebra, berjalan dari farine-farine

1
sampai ketinggian vertebra servikalis dan masukke dalam trakhea di
bawahnya.
b. Trachea (Batang tenggorokan ) yang kurang lebih 9 cm panjangnya
trachea berjalan dari larynx sampai kira-kira ketinggian vertebra
torakalis ke lima dan ditempat ini bercabang menjadi dua bronchus
(bronchi).
c. Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian
kira-kira vertebralis torakalis kelima, mempunyai struktur serupa
dengan trachea yang dilapisi oleh jenis sel yang sama. Cabang utama
bronchus kanan dan kiri tidak simetris. Bronchus kanan lebih pendek,
lebih besar dan merupakan lanjutan trachea dengan sudut lancip.
Keanehan anatomis ini mempunyai makna klinis yang penting.Tabung
endotrachea terletak sedemikian rupa sehingga terbentuk saluran
udara paten yang mudah masuk kedalam cabang bronchus kanan.
Kalau udara salah jalan, makap tidak dapat masuk kedalam paru-paru
akan kolaps (atelektasis).Tapi arah bronchus kanan yang hampir
vertical maka lebih mudah memasukkan kateteruntuk melakukan
penghisapan yang dalam. Juga benda asing yang terhirup lebih
mudah tersangkut dalam percabangan bronchus kanan ke arahnya
vertikal. Cabang utma bronchus kanan dan kiri bercabang-cabang lagi
menjadi segmen lobus, kemudian menjadi segmen bronchus.
Percabangan ini terusmenerus sampai cabang terkecil yang
dinamakan bronchioles terminalis yang merupakan cabang saluran
udara terkecil yang tidak mengandung alveolus. Bronchiolus terminal
kurang lebih bergaris tengah 1mm. Bronchiolus tidak diperkuat oleh
cincin tulang rawan, tetapi di kelilingi oleh otot polos sehingga
ukurannya dapat berubah, semua saluran udara dibawah bronchiolus
terminalis disebut saluran pengantar udara karena fungsi utamanya
dalah sebagai pengantar udara ketemapat pertukaran gas paru-paru.
Diluar bronchiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit
fungsional paru-paru, tempat pertukaran gas. Asinus terdiri
bronchiolus respiratorius, yang kadang- kadang memiliki kantung
udara kecil atau alveoli yang bersal dari dinding mereka.Duktus

2
alveolaris yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris
terminalis merupakan struktur akhir paru-paru.
d. Paru merupakan organ elastik berbentuk kerucut yang terletak dalam
rongga toraks atau dada. Kedua paru-paru salingterpisah oleh
mediastinum central yang mengandung jantung dan pembuluh-
pembuluh darah besar.Setiap paru mempunyai apeks (bagian atas
paru) dan dasar.Pembuluh darah paru dan bronchial, bronkus, saraf
dan pembuluh limfe memasuuki tiap paru pada bagian hilus dan
membentuk akar paru.Paru kanan lebih daripada kiri,paru kanan
dibagi menjadi tiga lobus dan paru kiri dibagi menjadi dua lobus.
Lobus-lobus tersebut dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai
dengan segmen bronchusnya. Paru kanan dibagi menjadi 10 segmen
sedangkan paru dibagi 10 segmen.Paru kanan mempunyai 3 buah
segmen pada lobus inferior, 2 buah segmen pada lobus medialis, 5
buah pada lobus superior kiri. Paru kiri mempunyai 5 buah segmen
pada lobus inferior dan 5 buah segmen pada lobus superior.Tiap-tiap
segmen masih terbagi lagi menjadi belahanbelahan yang bernama
lobules. Didalam lobolus, bronkhiolus ini bercabang- cabang banyak
sekali, cabang ini disebut duktus alveolus.Tiap duktus alveolus
berakhir pada alveolus yangdiameternya antara 0,2- 0,3mm. Letak
paru dirongga dada dibungkus oleh selaput tipis yang bernama
selaput pleura. Pleura dibagi menjadi dua :1.) pleura visceral (selaput
dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus
paru.2.) pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada
sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang
disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum
(hampa udara) sehingga paru dapat berkembang kempis dan juga
terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki
permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru dan
dinding sewaktu ada gerakan bernafas. Tekanan dalam rongga pleura
lebih rendah dari tekanan atmosfir, sehingga mencegah kolpas paru
kalau terserang penyakit, pleura mengalami peradangan, atau udara
atau cairan masuk ke dalam rongga pleura, menyebabkan paru
tertekan atau kolaps.

3
B. Fisiologi
1. Pernafasan paru (pernafasan pulmoner)
Fungsi paru adalah pertukaran gas oksigen dankarbondioksida
pada pernafasan melalui paru / pernafasan eksternal, oksigen di pungut
melalui hidung dan mulut, pada waktu bernafas oksigen masuk melalui
trachea dan pipa bronchial ke alveoli, dan erat hubungan dengan darah di
dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapisan membrane yaitu membrane
alveoli kapiler, memisahkan oksigen dari darah, darah menembus dan
dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari
sini dipompa didalam arteri kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan
paru pada tekanan oksigen mmHg dan pada tingkatan Hb 95% jenuh
oksigen. Didalam paru, karbondioksida salah satu buangan metabolsme
menembus membrane kapiler dan kapiler darah ke alveoli dan setelah
melalui pipa bronchial dan trachea di lepaskan keluar melalui hidung dan
mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner
pernafasan eksterna:
a. Ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar udara dalam
alveoli dengan udara luar.
b. Arus darah melaui paru, darah mengandung oksigen masuk
keseluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk paru.
c. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlahnya
yang bisa dicapai untuk semua bagian.
d. Difusi gas yang membrane alveoli dan kapiler, karbondioksida lebih
mudah berdifusi daripada oksigen.
2. Pernafasan jaringan (pernafasn interna)
Darah yang menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen
( oksihemoglobin) mengitari seluruh tubuh dan mencapai kapiler, dimana
darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari
hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung dan darah
menerima sebagai gantinya hasil buangan oksidasi yaitu karbondioksida.
Perubahan – perubahan berikut terjadi dalam komposisi udara dalam

4
alveoli, yang disebabkan pernafasan eksterna dan pernafasan interna
atau pernafasan jaringan.
a. Udara (atmosfer) yang dihirup:
1) Oksigen : 20%
2) Karbondioksida : 0-0,4%
Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembaban
atmosfer.
b. Udara yang dihembuskan:
1) Nitrogen :79%
2) Oksigen :16%
3) Karbondioksida :4-0,4%
Udara yang dihembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai
suhunyang sama dengan badan (20 persen panas badan hilang untuk
pemanasan uadra yang dikeluarkan ).
3. Daya muat paru
Besarnya daya muat udara dalam paru 4500 ml- 5000 ml (4,5 – 5
liter). Udara diproses dalam paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10%
kurang lebih 500 ml disebut juga udar a pasang surut (tidal air) yaitu yang
dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasn biasa. Pada seorang laki-
laki normal (4-5 liter) dan pada seorang perempuan (3-4 liter). Kapasitas
(h) berkurang pada penyakit paruparu) dan pada kelemahan otot
pernafasan.

4. Pengendalian pernafasan
Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor
uatam yaitu kimiawi dan pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu,
merangsang pusat pernafasan yang terletak didalm medulla oblongata,
kalau dirangsang mengeluarkan impuls yang disalurkan melalui saraf
spiralis ke otot pernafasan (otot diafragma atau interkostalis).
a. Pengendalian oleh saraf
Pusat pernafasan adalah suatu pusat otomatik dalam medulla
oblongata mengeluarkan impuls eferen ke otot pernafasan, melalui
radik saraf sevikalis diantarkan ke diafragma oleh saraf frenikus.

5
Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan
interkostalis yang kecepatannya kira- kira 15 kali setiap menit.
b. Pengendalian secara kimia
Pengendalian dan pengaturan secara kimia meliputi :
Frekuensi kecepatan dan dalamnya gerakan pernafasan,
pusat pernafasan dalam sumsum sangat peka sehingga kadar alkali
harus tetap dipertahankan, karbondioksida adalah preduksi asam
metabolisme dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat
pernafasan untuk mengirim keluar impuls saarf yang bekerja atas otot
pernafasan.
5. Kecepatan pernafasan
Kecepatan pernafasan secara normal, ekspirasi akan menyusul
inspirasi dan kemudian istirahat, pada bayi ada kalanya terbalik, inspirasi-
istirahat –ekspirasi, disebut juga pernafasan terbalik.
Kecepatan normal setiap menit berdasarkan umur :
a. Bayi prematur : 40 – 90x/menit
b. Neonatus : 30 – 80 x/menit
c. 1 Tahun : 20- 40x/ menit
Inspirasi atau menarik nafas adalah proses aktif yang
diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskanrongga
dada dari atas sampai bawah, yaitu vertical. Kenaikan igaiga dan
sternum, yang ditimbulkan oleh kontaksi otot interkostalis, meluaskan
romgga dada kedua sisi dari belakang ke depan. Paru yang bersifat
elastis mengembang untuk mengisi ruang yang membesar itu dan udara
ditarik masuk kedalam saluran udara, otot interkostalis eksterna diberi
peran sebagai otot tambahan hanya bila inspirasi menjadi gerak sadar.
Pada ekspirasi, udara dipaksa oleh pengendoran otot dan karena paru
kempes kembali, disebakan sifat elastis paru itu gerakan ini adalah
proses pasif. Ketika pernafasan sangat kuat, gerakan dada bertambah,
otot leher dan bahu membantu menarik iga-iga dan sternum ke atas.
Otot sebelah belakang dan abdomen juga dibawa bergerak.
6. Kebutuhan tubuh akan oksigen
Dalam banyak keadaan, termasuk yang telah disebut oksigen
dapat diatur menurut keperluan orang tergantung pada oksigen untuk

6
hidupnya, kalau tidak mendapatkannya selam kurang lebih 4 menit dapat
mengakibatkan kerusakan pada otak yang tidak dapat perbaiki dan
biasanya pasien meninggal. Keadaan genting timbul bila misalnya
seorang anak menutupi kepala dan mukanya dengan kantong plastic
menjadi lemas. Tetapi hanya penyadiaaan oksigen berkurang, maka
pasien menjadi kacau pikirannya, ia menderita anoxia serebralis. Hal ini
terjadi pada orang yang bekerja dalam ruangan sempit tertutup seperti
dalam ruang kapal, oksigen yang ada mereka habiskan dan kalau mereka
tidak diberi oksigen untuk bernafas atau tidak dipindahkan ke udara yang
normal, maka akan meninggal karena anoxemia. Istilah lain adalah
hypoxemia atau hipoksia. Bila oksigen didalam darah tidak mencukupi
maka warna merahnya hilang dan berubah menjadi kebiru- biruan, bibir
telingga, lengan dan kaki pasien menjadi kebiru- biruan dan keadaan itu
disebut sianosis (Wahyuni, 2018)

C. DEFINISI BRONKOPNEUMONIA
Bronkopneumonia merupakan masalah radang pada paru-paru yang
menggambarkan pneumonia yang mempunyai penyebaran berbercak infiltrat,
dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke
parenkim paru (Wijayaningsih, 2013). Bronkopneumonia juga dikenal dengan
pneumonia loburalis yairu merupakan suatu peradangan pada parenkim paru
yang biasanya menyerang bronkiolus dan juga alveolus disekitarnya, hal ini
dapat disebabkan oleh balteri, virus, jamur, dan benda asing (Bennete,2013).
Brinkopneumonia sering dijumpai pada anak-anak dan balita, namun pada
orang dewasa hal ini juga dapat terjadi (Bradley et al., 2011)

D. ETIOLOGI
Bronkopneumia sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme
seperti virus, jamur dan bakteri, dan sebagian kecil juga dapat disebabkan
oleh hidrokarbon seperti minyak tanah, bensin, selain itu masuknya makanan
, minuman, susu, dan isi lambung kedalam saluran pernafasan (aspirasi)
menjadi penyebab bronkopneumonia (Misnadiarly, 2008).
Bakteri yang dapat menyebabkan bronkopneumonia yaitu Diplococus
pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus, Hemoliticus aureus, Haemophilus

7
influenza, Basilus friendlander , Mycobacterium tuberculosis. Sedangkan
virus yang dapat menyebabkan bronkopneumonia seperti respiratory
syntical virus, virus influenza dan virus sitomegalik, dan jamur yang
menyebabkan bronkopneumonia seperti Citoplasma capsulatum,
Criptococcus nepromas, blastomices dermatides, Aspergillus Sp, Candinda
albicans, Mycoplasma pneumonia (Wijayaningsih, 2013).

E. MANIFESTASI KLINIK
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris
bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai
39-40 derajat celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
Anak sangat gelisah, dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang
juga disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada
permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian
menjadi produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan
pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafs dangkal dan cepat, pernafasan
cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya
pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasiyang
terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi
mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang.
(Ngastiyah, 2005).

F. KLASIFIKASI
Hariadi (2010) membuat klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan
epidemilogi serta letak anatomi.
1. Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologi
a. Pneumonia Komunitas (PK) adalah pneumonia infeksius pada
seseorang yang tidak menjalani rawat inap di rumah sakit.
b. Pneumonia Nosokomial (PN) adalah pneumonia yang diperoleh
selama perawatan di rumah sakit atau sesudahnya karena penyakit
lain atau prosedur.
c. Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari
lambung, baik ketika makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi

8
pada paru bukan merupakan infeksi tetapi dapat menjadi infeksi
karena bahan teraspirasi mungkin mengandung bakteri aerobic atau
penyebab lain dari pneumonia.
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised adalah pneumonia
yang terjadi pada penderita yang mempunyai daya tahan tubuh
lemah.
2. Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak anatomi
a. Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari
satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal
sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”. 13
b. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
Bronkopneumonia terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat
oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi
dalam lobus yang berada didekatnya.
c. Pneumonia interstisial
Proses implamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar (interstisium)
dan jaringan peribronkial serta interlobular

G. PATOFISIOLOGI DAN CLINICAL PATHWAY


1) Patofisiologi
Jamur, bakteri, virus merupakan mikroorganisme yang menjadi
penyebab sebagian besar kasus bronkopneumonia, awalnya
mikroorganisme ini masuk melalui saluran pernapasan atas dan dapat
menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh berupa peradangan yang
dapat menyebabkan suhu tubuh penderita meningkat dan menimbulkan
secret (Nurarif & Kusuma, 2013), semakin lama secret semakin
menumpuk di semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus makin
lama menjadi semakin sempit dan pasien menjadi merasa sesak, tidak
hanya terkumpul di bronkus semakin lama sekret dapat sampai ke
alveolus di paru-paru dan mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang
menyebar secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus (Wong, 2008).

9
2) Clinical Pathway

H. KOMPLIKASI
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk
hilang
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial

10
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
(WhaleyWong, 2006)

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan
cara:
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi
leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil) (Sandra M,Nettina 2001:
684).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan
dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur
serta tes sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status
asam basa (Sandra M, Nettina, 2001 : 684)
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba (Sandra M, Nettina 2001 : 684)
2. Pemeriksaan radiologi
a) Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus (Barbara C, Long,
1996 : 435).
Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apkah jalan
nafas tersumbat oleh benda padat (Sandra M, Nettina, 2001).

J. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Melakukan fisioterapi dada atau mengajarkan untuk melakukan batuk
efektif pada anak yang mengalami gangguan bersihan jalan nafas
2. Mengatur posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi
3. Memberikan kompres hangat untuk menurunkan demam

11
4. Pantau input dan output cairan pasien untuk memonitor balance cairan
5. Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL
6. Monitor tanda-tanda vital pasien
7. Kolaborasi pemberian O2 sesuai dengan kebutuhan pasien
8. Memonitor status nutrisi dan berkolaborasi dengan ahli gizi agar gizi
pasien terpenuhi

K. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Usia : Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak
terjadi pada anak berusia di bawah 3 tahun.
b. Keadaan umum : tampak lemah, sakit berat
c. Tanda-tanda vital : TD menurun, sesak napas, nadi lemah dan cepat,
suhu meningkat, distress pernapasan, sianosis.
d. Keluhan utama : Saat dikaji biasanya penderita bronkopneumonia
mengeluh sesak nafas.
e. Riwayat penyakit sekarang : Pada penderita bronkopneumonia
biasanya merasakan sulit untuk bernafas, dan disertai dengan batuk
berdahak, terlihat otot bantu pernafasan, adanya suara nafas
tambahan, penderita biasanya juga lemah dan tidak nafsu makan,
kadang disertai diare.
f. Riwayat penyakit dahulu : Anak sering menderita penyakit saluran
pernafasan bagian atas, memiliki riwayat penyakit campak atau
pertussis serta memiliki faktor pemicu bronkopneumonia misalnya
riwayat terpapar asap rokok, debu atau polusi dalam jangka panjang.
g. Pemeriksaan fisik :
1) Inspeksi.
Perlu diperhatikannya adanya sianosis, dispneu, pernafasan
cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif
menjadi produktif, serta nyeri dada pada saat menarik nafas.
Batasan takipnea pada anak 2 bulan – 12 bulan adalah 50
kali/menit atau lebih, sementara untuk anak berusia 12 bulan – 5
tahun adalah 40 kali/menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya
tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada

12
pneumonia berat, tarikan dinding dada ke dalam akan tampak
jelas.
2) Palpasi
Fremitus biasanya terdengar lemah pada bagian yang terdapat
cairan atau secret, getaran hanya teraba pada sisi yang tidak
terdapat secret.
3) Perkusi
Normalnya perkusi ppada paru adalah sonor, namun untuk kasus
bronkopneumonia biasanya saat diperkusi terdengar bunyi redup.
4) Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan
telinga ke hidung atau mulut bayi. Pada anak pneumonia akan
terdengar stridor, ronkhi atau wheezing. Sementara dengan
stetoskop, akan terdengar suara nafas akan berkurang, ronkhi
halus pada posisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa
resolusi. Pernafasan bronkial, egotomi, bronkoponi, kadang-
kadang terdengar bising gesek pleura.
h. Penegakan diagnosis :
Pemeriksaan laboratorium : Leukosit meningkat dan LED meningkat,
X-foto dada : Terdapat bercak-bercak infiltrate yang tersebar
(bronkopneumonia) atau yang meliputi satu atau sebagian besar
lobus
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan
ketidakefektifan batuk.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada
jaringan paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan
sianosis, PaO2 menurun, sesak nafas.
c. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran
nafas ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba
panas.
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolisme
sekunder terhadap demam dan proses infeksi ditandai dengan nafsu

13
makan menurun, BB turun, mual dan muntah, turgor kulit tidak
elastis.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai O2 dengan kebutuhan oksigen ditandai dengan tidak mampu
berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari sesuai kemampuan tanpa
bantuan.
f. resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
peningkatan suhu tubuh,kehilangan cairan karena berkeringat
banyak, muntah atau diare.

14
3. Intervensi Keperawatan
No. Masalah SIKI SLKI
Keperawatan
(SDKI)
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan Observasi:
bersihan jalan nafas selama 3x24 jam, diharapkan status pernafasan: 1. Monitor TTV
bersihan jalan nafas dapat ditingkatkan, dengan kriteria 2. Monitor pola nafas, dan irama nafas
hasil: 3. Monitor produksi sputum
1. Batuk efektif menjadi meningkat 4. Monitor adanya otot bantu
2. Produksi sputum menjadi menurun pernafasan
3. Suara tambahan menjadi menurun 5. Monitor adanya suara nafas
tambahan
4. Dyspnea menjadi menurun
Terapeutik:
5. Pola nafas menjadi membaik 6. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
7. Ajarkan batuk efektif
8. Fisioterapi dada
9. Anjurkan minum air hangat
10. Anjurkan pasien makan sedikit tapi
sering
Education:
11. Jelaskan pada pasien dan
keluarganya terkait dengan kondisi
pasien
12. Jelaskan cara melakukan batuk
efektif
13. Jelaskan kepada pasien dan
keluarga untuk mengatur posisi
pasien untuk mengurangi sesak
Colaboration:

15
14. Kolaborasi pemberian nebul
15. Kolaborasi pemberian oksigen
16. Kolaborasi pemberian injeksi obat
yang dibutuhkan pasien
17. Kolaborasi pemberian nutrisi
2. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Observasi
gas jam diharapkan gangguan pertukaran gas berkurang 1. Monitor frekuensi, kedalaman,suara
dengan kriteria hasil: nafas tambahan, Irama nafas, Upaya
1. Suara nafas tambahan menjadi menurun nafas dan saturasi
2. Dyspnea menjadi menurun 2. Auskultasi bunyi nafas
3. Pusing menurun 3. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
4. Monitor pola nafas
4. Nafas cuping hidung menurun
(bradipnea,takipnea,
5. Gelisah menurun hiperventilasi,kussmaul)
Terapeutik:
5. Posisikan pasien dengan semi fowler
atau fowler untuk memaksimalkan
ventilasi
6. Lakukan fisioterapi dada
7. Instruksikan pasien untuk melakukan
batuk efektif
8. Pertahankan kepatenan jalan nafas
9. Pertahankan kepatenan akses selang
IV
Edukasi:
10. Jelaskan terkait kondisi pasien
11. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
12. Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen di rumah
Kolaborasi:

16
13. Berikan terapi oksigen sesuai
kebutuhan
14. Kolaborasikan pemberian obat
obatan
15. Kolaborasi pemberian nutrisi
3. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Observasi:
jam diharapkan gangguan pertukaran gas berkurang 1. Observasi keadaan umum pasien
dengan kriteria hasil: 2. Observasi tanda-tanda vital pasien
1. Menggigil menurun 3. Monitor keluaran urine,
2. Kulit merah mmenurun 4. Monitor kadar elektrolit
3. Pucat menurun Treatment:
4. Suhu tubuh membaik 5. Anjurkan pasien untuk banyak
minum
5. Tekanan darah membaik
6. Anjurkan pasien untuk banyak
istirahat
7. Anjurkan pasien untuk memakai
pakaianyang tipis
8. Beri kompres hangat di beberapa
bagiantubuh
Edukasi:
9. Beri Health Education ke pasien dan
keluarganya mengenai pengertian,
penanganan, dan terapi yang
diberikan tentang penyakitnya
Kolaborasi:
10. Kolaborasi/ delegatif dalam
pemberian obat sesuai indikasi
4. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan Observasi:
selama 3x24 jam, nstatus nutrisi dapat membaik, 1. Monitor TTV
dengan kriteria hasil: 2. Monitor terjadinya penurunan berat

17
1. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat badan
2. nafsu makan meningkat 3. Monitor intake makanan pada pasien
3. Berat badan membaik 4. Monitor instruksi diet yang sesuai
4. Membran mukosa membaik dnegan kebutuhan pasien
Terapeutik:
5. Anjurkan pasien untuk makan sedikit
tapi sering
6. Anjurkan pasien untuk makan
makanan tinggi protein
7. Identifikasi terkait adanya alergi
pasien pada makanan
8. Bantu pasien makan apabila tidak
mampu
9. Anjurkan pasien untuk makan
makanan yang telah disediakan di
RS
Education:
10. Beri informasi terkait nutrisi yang
harus terpenuhi tubuh
11. Beri informasi terkai diet tinggi
protein

Colaboration:
12. Kolaborasi dengan ahli gizi terkait
pemberian diet yang sesuai
13. Kolaborasi pemberian injeksi obat
yang dibutuhkan pasien
5. Intoleran aktivitas Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam, maka Observasi:

18
toleransi aktivitas meningkat, dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
1. Frekuensi nadi menurun yang mengakibatkan kelelahan
2. Keluhan lelah menurun 2. Monitor kelemahan fisik dan
3. Dispnea saat/settelah aktivitas menurun emosional
4. Perasaan lemah menurun Treatment:
5. Aritmia saat/setelah aktivitas menurun 3. Lakukan latihan rentang Gerang
6. Tekanan darah membaik pasif/aktif
4. Anjurkan tirah baring
Edukasi:
5. Beri pengetahuan pada pasien dan
keluarga terkait penyakit
Kolaborasi:
6. Kolaborasi pemenuhan nutrisi
dengan ahli gizi

19
DAFTAR PUSTAKA

Bennete M.J. (2013). PediatricPneumonia.


http://emedicine.medscape.com/article /967822-overview.
Bradley J.S., et al. (2011). The Management of Community-Acquired Pneumonia
in Infants and Children Older than 3 Months of Age : Clinical Practice
Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious
Diseases Society of America. Clin Infect Dis. 53 (7): 617-630
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumoni pada Anak Orang
Dewasa, Usia Lanjut Edisi 1, Jakarta, Pustaka Obor Populer.
Nurarif H. Amin & Kusuma Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC. Mediaction Publishing.
PDPI. 2018. Waspada Bronkopneumonia Pada Anak!.
http://klikpdpi.com/index.php?mod=article&sel=8792
PPNI.2018.Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostic. Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI
PPNI.2018.Standart Luaran Keperawatan Indinesia: Definisi dan Kriteris Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Wijayaningsih, Kartika Sari (2013) Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta : CV
Trans Info Media
Nanda International 2018. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi.
Jakarta: EGC.

20

Anda mungkin juga menyukai