PROGRAM BERMAIN
2. Respon anak:
Anak mengikuti kegiatan dengan kondusif namun cukup banyak bertanya, anak juga tampak tertarik
dengan kegiatan bermain mewarnai gambar yang disediakan.
B. PENDIDIKAN KESEHATAN
2. Fisiologi
a. Pernafasan paru (pernafasan pulmoner)
Fungsi paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida pada pernafasan melalui
paru/pernafasan eksternal, oksigen di pungut melalui hidung dan mulut, pada waktu bernafas
oksigen masuk melalui trachea dan pipa bronchial ke alveoli, dan erat hubungan dengan darah di
dalam kapiler pulmonaris.
Hanya satu lapisan membrane yaitu membrane alveoli kapiler, memisahkan oksigen dari
darah, darah menembus dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung.
Dari sini dipompa didalam arteri kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru pada tekanan
oksigen mmHg dan pada tingkatan Hb 95% jenuh oksigen.
Didalam paru, karbondioksida salah satu buangan metabolsme menembus membrane kapiler
dan kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronchial dan trachea di lepaskan keluar
melalui hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner pernafasan eksterna:
1.) Ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan
udara luar.
2.) Arus darah melaui paru, darah mengandung oksigen masuk keseluruh tubuh,
karbondioksida dari seluruh tubuh masuk paru.
3.) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlahnya yang bisa dicapai
untuk semua bagian.
4.) Difusi gas yang membrane alveoli dan kapiler, karbondioksida lebih mudah berdifusi
daripada oksigen.
b. Pernafasan jaringan (pernafasan internal)
Darah yang menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen ( oksihemoglobin) mengitari
seluruh tubuh dan mencapai kapiler, dimana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan
memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung dan darah
menerima sebagai gantinya hasil buangan oksidasi yaitu karbondioksida.
Perubahan – perubahan berikut terjadi dalam komposisi udara dalam alveoli, yang
disebabkan pernafasan eksterna dan pernafasan interna atau pernafasan jaringan.
Udara (atmosfer) yang dihirup:
Oksigen : 20%
Karbondioksida : 0-0,4%
Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembaban atmosfer.
Udara yang dihembuskan: 15
Nitrogen :79%
Oksigen :16%
Karbondioksida :4-0,4%
Udara yang dihembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai suhunyang sama dengan
badan (20 persen panas badan hilang untuk pemanasan uadra yang dikeluarkan.
c. Daya muat paru
Besarnya daya muat udara dalam paru 4500 ml- 5000 ml (4,5 – 5 liter).Udara diproses dalam
paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10% kurang lebih 500 ml disebut juga udara pasang surut
(tidal air) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasn biasa. Pada seorang laki-
laki normal (4-5 liter) dan pada seorang perempuan (3-4 liter). Kapasitas (h) berkurang pada
penyakit paruparu) dan pada kelemahan otot pernafasan.
d. Pengendalian pernafasan
Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor uatam yaitu kimiawi dan
pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu, merangsang pusat pernafasan yang terletak didalm
medulla oblongata, kalau dirangsang mengeluarkan impuls yang disalurkan melalui saraf spiralis
ke otot pernafasan ( otot diafragma atau interkostalis).
1) Pengendalian oleh saraf
Pusat pernafasan adalah suatu pusat otomatik dalam medulla oblongata mengeluarkan
impuls eferen ke otot pernafasan, melalui radik saraf sevikalis diantarkan ke diafragma oleh
saraf frenikus.
Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan interkostalis yang
kecepatannya kira- kira 15 kali setiap menit.
2) Pengendalian secara kimia
Pengendalian dan pengaturan secara kimia meliputi : Frekuensi kecepatan dan dalamnya
gerakan pernafasan, pusat pernafasan dalam sumsum sangat peka sehingga kadar alkali harus
tetap dipertahankan, karbondioksida adalah preduksi asam metabolisme dan bahan kimia
yang asam ini merangsang pusat pernafasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang
bekerja atas otot pernafasan.
e. Kecepatan pernafasan
Kecepatan pernafasan secara normal, ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian
istirahat, pada bayi ada kalanya terbalik, inspirasi- istirahat –ekspirasi, disebut juga pernafasan
terbalik.
Kecepatan normal setiap menit berdasarkan umur :
Bayi prematur : 40 – 90x/menit
Neonatus : 30 – 80 x/menit
1 Tahun : 20- 40x/ menit
Inspirasi atau menarik nafas adalah proses aktif yang diselenggarakan oleh kerja otot.
Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai bawah, yaitu vertical. Kenaikan
igaiga dan sternum, yang ditimbulkan oleh kontaksi otot interkostalis, meluaskan rongga dada
kedua sisi dari belakang ke depan. Paru yang bersifat elastis mengembang untuk mengisi ruang
yang membesar itu dan udara ditarik masuk kedalam saluran udara, otot interkostalis eksterna
diberi peran sebagai otot tambahan hanya bila inspirasi menjadi gerak sadar.
Pada ekspirasi, udara dipaksa oleh pengendoran otot dan karena paru kempes kembali,
disebakan sifat elastis paru itu gerakan ini adalah proses pasif.
Ketika pernafasan sangat kuat, gerakan dada bertambah, otot leher dan bahu membantu
menarik iga-iga dan sternum ke atas. Otot sebelah belakang dan abdomen juga dibawa bergerak.
f. Kebutuhan tubuh akan oksigen
Dalam banyak keadaan, termasuk yang telah disebut oksigen dapat diatur menurut keperluan
orang tergantung pada oksigen untuk hidupnya, kalau tidak mendapatkannya selam kurang 18
lebih 4 menit dapat mengakibatkan kerusakan pada otak yang tidak dapat perbaiki dan biasanya
pasien meninggal. Keadaan genting timbul bila misalnya seorang anak menutupi kepala dan
mukanya dengan kantong plastic menjadi lemas. Tetapi hanya penyadiaaan oksigen berkurang,
maka pasien menjadi kacau pikirannya, ia menderita anoxia serebralis. Hal ini terjadi pada orang
yang bekerja dalam ruangan sempit tertutup seperti dalam ruang kapal, oksigen yang ada mereka
habiskan dan kalau mereka tidak diberi oksigen untuk bernafas atau tidak dipindahkan ke udara
yang normal, maka akan meninggal karena anoxemia. Istilah lain adalah hypoxemia atau
hipoksia. Bila oksigen didalam darah tidak mencukupi maka warna merahnya hilang dan
berubah menjadi kebiru- biruan, bibir telingga, lengan dan kaki pasien menjadi kebiru- biruan
dan keadaan itu disebut sianosis (Evelyn C.Pearce, 2002)
Pengkajian fokus
1. Pengkajian Fokus
a. Demografi meliputi : nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak
nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami
batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi
selama minimum 3 bulan berturutturut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum
(hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali. 22 Penderita biasanya menggunakan otot bantu
pernfasan, dada terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas krekels,
warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum
pernah menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang
dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kima
dalam jangka panjang misalnya debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan
merupakan faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti
merokok.
f. Pola pengkajian
1. Pernafasan
Gejala :
- Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan produksi
sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan
berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
- Produksi sputum (Hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali 23 Riwayat
pneumonia berulang, biasanya terpajan pada polusi kimia/ iritan pernafasan
dalam jangka panjang (misalnya rokok sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes
debu, batubara, room katun, serbuk gergaji)
- Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus menerus.
Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untuk bernafas, penggunaan otot
bantu pernafasan ( misalnya : meninggikan bahu, retraksi supra klatikula,
melebarkan hidung)
Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP ( bentuk barel),
gerakan difragma minimal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.
2. Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan tekanan darah Peningkatan frekuensi jantung / takikardi 24
Berat, disritmia Distensi vena leher (penyakit berat) edema dependen, tidak
berhubungan dengan penyakit jantung. Bunyi jantung redup ( yang berhubungan
dengan peningkatan diameter AP dada). Warna kulit / membrane mukosa : normal
atau abu-abu/ sianosis perifer. Pucat dapat menunjukan anemia.
3. Makanan / cairan
Gejala : Mual / muntah Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema)
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan
Tanda : Turgor kulit buruk Berkeringat Palpitasi abdominal dapat menyebabkan
hepatomegali.
4. Aktifitas / istirahat
Gejala : Keletihan, keletihan, malaise Ketidakmampuan melakukan aktifitas
sehari- hari karena sulit bernafas 25 Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur
dalam posisi duduk tinggi . Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap
aktifitas atau istirahat
Tanda : Keletihan Gelisah/ insomnia Kelemahan umum / kehilangan masa otot.
5. Integritas ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko
Tanda : Perubahan pola hidup Ansietas, ketakutan, peka rangsang
6. Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan melakukan aktifitas
sehari- hari
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
7. Keamanan
Gejala : riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / faktor lingkungan. Adanya
infeksi berulang.
Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
( meningkatnya jumlah neutrofil) ( Sandra M,Nettina 2001: 684).
b) Pemeriksaan sputum Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensifitas untuk
mendeteksi agen infeksius (Barbara C, Long, 1996 : 435).
c) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa (Sandra M,
Nettina, 2001 : 684).
d) Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia
e) Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba
(Sandra M, Nettina 2001 : 684).
2. Pemeriksaan radiologi
a) Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada infeksi
stafilokokus dan haemofilus (Barbara C, Long, 1996 : 435). 27 Laringoskopi /
bronkoskopi untuk menentukan apkah jalan nafas tersumbat oleh benda padat (Sandra M,
Nettina, 2001).