1. Rongga Hidung
2. Faring
3. Laring
Laring merupakan saluran pernapasan yang terletak antara
orofaring dan trakea , fungsi dari laring adalah sebagai jalan masuknya
udara, membersihkan jalan masuknya makanan ke esofagus dan
sebagai produksi suara. Laring sering disebut sebagai kotak suara dan
terdiri atas epiglotis: daun katup kartilago yang menutupi ostium ke
arah laring selama menelan dan glotis: ostium antara pita suara dalam
laring
4. Trakhea
5. Bronkus
1. Bronkus
2. Bronkiolus
3. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus
terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia).
4. Bronkiolus respiratori
6. Paru Paru
2. Sistem Sirkulasi
a. Sirkulasi Sistemik
Sirkulasi pulmonal atau disebut juga ystem peredaran darah kecil adalah
sirkulasi darah antara jantung dan paru-paru. (Jantung – Paru paru – Jantung lagi).
Detailnya darah dari jantung (ventrikel kanan) dialirkan ke paru-paru melalui
arteri pulmonalis, darah ini banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa
ystemism untuk dibuang melalui alveolus paru-paru ke atmosfer. Selanjutnya
darah akan teroksigenasi pada kapiler paru dan kembali ke jantung (atrium kiri)
melalui vena pulmonalis.
1. Arteri Pulmonalis adalah satu satunya aretri yang kaya Carbon dioksida
2. Vena Pulmonalis adalah satu satunya pembuluh darah vena / balik yang
kaya akan Oksigen
2. Epidemiologi
Data epidemiologi pneumonia komunitas di Amerika, menunjukkan
bahwa insidensi pneumonia terdapat 12 kasus dari 1000 orang. Akan tetapi,
kejadian pneumonia dapat meningkat pada usia di bawah 4 tahun, yaitu
berkisar 20 dari 1000 orang dan akan terus meningkat sering bertambahnya
usia. Adapun sebagian besar pasien yaitu 80% dari 4 juta pasien pneumonia
komunitas yang terjadi tiap tahun, ditangani sebagai pasien rawat jalan, dan
20% ditangani di rumah sakit sedangkan kematian pneumonia di Amerika
berkisar 45.000 setiap tahunnya (PDPI, 2003).
Pneumonia dapat terjadi pada berbagai usia, meskipun lebih banyak terjadi
pada usia yang lebih muda. Masing-masing kelompok umur dapat terinfeksi
oleh pathogen yang berbeda, yang mempengaruhi dalam penetapan diagnosa
dan terapi. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan
dengan infeksi saluran nafas yang terjadi dimasyarakat (pneumonia komunitas
/ PK) atau didalam rumah sakit ( pneumonia nosokomial/ PN). Pneumonia
yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut di parenkim paru
yang serius dijumpai sekitar 15-20 %. Pneumonia nosokomial di ICU lebih
sering daripada PN diruangan umum yaitu 42%: 13% dan sebagian besar yaitu
sejumlah 47% terjadi pada pasien yang menggunakan alat bantu mekanik.
Kelompok pasien ini merupakan bagian terbesar dari pasien yang meninggal
di ICU akibat PN.
3. Etiologi
5. Patofisiologi
Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi paru-paru yang
disebabkan oleh bakteria, virus atau fungi. Pneumonia dapat terjadi akibat
menghirup bibit penyakit di udara atau kuman di tenggorokan terisap masuk ke
paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di tempat lain, misalnya
di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan
dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-
batuk atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga
gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut
keluar pada saat itu terjadi proses peradangan. Lobus bagian bawah paru-paru
paling sering terkena karena efek gravitasi. Setelah mencapai alveoli, maka
pneumokokus menimbulkan respon yang khas terdiri dari empat tahap yang
berurutan (Price & Wilson, 2005).
a. Kongesti (24 jam pertama)
Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya protein keluar masuk ke
dalam alveolar melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor, disertai
kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa dan berwarna merah.
b. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya)
Terjadi pada stadium kedua, yang berakhir setelah beberapa hari. Ditemukan
akumulasi yang masif dalam ruang alveolar, bersama-sama dengan limfosit
dan magkrofag. Banyak sel darah merah juga dikeluarkan dari kapiler yang
meregang. Pleura yang menutupi diselimuti eksudat fibrinosa, paru-paru
tampak berwarna kemerahan, padat tanpa mengandung udara, disertai
konsistensi mirip hati yang masih segar dan bergranula (hepatisasi = seperti
hepar).
c. Hepatisasi kelabu (3-8 hari)
Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi fibrin yang berlanjut disertai
penghancuran sel darah putih dan sel darah merah. Paru-paru tampak kelabu
coklat dan padat karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam
alveoli yang terserang.
d. Resolusi (8-11 hari)
Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh
makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan mempertahankan
arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan kembali pada
strukturnya semula.
Akibat dari masuknya mukus ke dalam alveoli terjadi peningkatan
konsentrasi protein cairan alveoli sehingga menyebabkan tekanan hidrostatik
meningkat dan tekanan osmosis meningkat dan terjadi penurunan difusi sehingga
terjadi akumulasi cairan pada alveoli yang akan menekan saraf dan menyebabkan
timbulnya nyeri pleuritik. Akumulasi cairan pada alveoli akan menyebabkan
terjadinya gangguan pertukaran gas. Eksudat yang masuk ke dalam alveoli akan
menyebabkan konsolidasu di alveoli yang kemudian menyebabkan terjadi
comience paru menurun sehingga supai oksigen menurun yang menimbulkan
terjadinya gangguan pola nafas dan intoleransi aktivitas. Proses peradangan juga
akan menyebabkan peningkatan suhu sehingga muncul masalah keperawatan
hipertermi. Penumpukan sekret akan terakumulasi di jalan nafas sehingga timbul
masalah keperawatan bersihan jalan tidak efektif. Jika sputum masuk ke lambung
akan terjadi peningkatan asam basa yang dapat menimbulkan mual dan muntah.
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering muncul pada klien dengan pneumonia adalah
sebagai berikut (Smeltzer, 2001).
1) Demam
2) Menggigil
3) Nyeri dada seperti ditusuk-tusuk ketika bernapas dan batuk
4) Takipneu
5) Pernapasan mendengkur
6) Pernapasan cuping hidung
7) Penggunaan otot-otot aksesori pernapasan
8) Sakit kepala
9) Myalgia, ruam dan faringitis pada klien pneumonia atipikal
10) Warna mata menjadi lebih terang
11) Bibir bidang kuku sianotik
12) Pasien lebih menyukai untuk duduk tegak ditempat tidur dengan condong
kea rah depan
13) Sputum berbusa pada pneumonia yang diakibatkan oleh pneumonia
pneumokokus, stafilokokus, klebsiella, dan streptokokus
14) Sputum kental pada pneumonia yang diakibatkan oleh pneumonia
klebsiella
15) Sputum berwarna hijau pada pneumonia yang dakiatkan oleh H. Influenza
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas
atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh
meningkat dapat mencapai 40 derajat celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk
dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada
sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu
makan, dan sakit kepala (Misnadiarly, 2008).
Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda penyakit pneumonia pada balita
antara lain :
a. Batuk nonproduktif
b. Ingus (nasal discharge)
c. Suara napas lemah
d. Penggunaan otot bantu napas
e. Demam
f. Cyanosis (kebiru-biruan)
g. Thorax photo menujukkan infiltrasi melebar
h. Sakit kepala
i. Kekakuan dan nyeri otot
j. Sesak napas
k. Menggigil
l. Berkeringat
m. Lelah
n. Terkadang kulit menjadi lembab
o. Mual dan muntah
7. Komplikasi
Menurut Betz dan Sowden (2002) komplikasi yang sering terjadi menyertai
pneumonia adalah sebagai berikut.
1) Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang
2) Efusi pleural adalah terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura
3) Empiema adalah efusi pleura yang berisi nanah
4) Gagal nafas
5) Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
6) Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak
7) Pneumonia interstitial menahun
8) Atelektasis adalah (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi
karena obstruksi bronkus oleh penumukan sekresi
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Chest X-ray
Teridentifikasi adanya penyebaran (misal: lobus dan bronkhial); dapat juga
menunjukkan multiple abses/infiltat, empiema (Staphylococcus); penyebaran
atau lokasi infiltrasi (bakterial); atau penyebaran/extensive nodul infiltrat
(sering kali viral), pada pneumonia mycoplasma chest x-ray mungkin bersih.
Gambar 7. Perbedaan X-Ray Paru Normal dan Paru dengan Pneumonia
b. Analisis Gas Darah dan Pulse Oximetry
Abnormalitas mungkin timbul tergantung dari luasnya kerusakan paru-paru.
c. Pewarnaan Gram/Kultur Sputum dan Darah
Didapatkan dengan needle biopsy, aspirasi trantrakheal, fiberoptic
bronchoscopy, atau biopsi paru-paru terbuka untuk mengeluarkan organisme
penyebab. Lebih dari satu tipe organisme yang dapat ditemukan, seperti
Diplococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, A. Hemolytic streptococcus,
dan Hemophilus influenzae.
d. Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count – CBC)
Leukositosis biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan darah putih (white
blood count-WBC) rendah pada infeksi virus.
e. Tes Serologi
Membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme secara spesifik.
f. LED meningkat
g. Pemeriksaan Fungsi Paru-paru
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar): tekanan saluran
udara meningkat dan kapasistas pemenuhan udara menurun, hiposekmia.
h. Elektrolit
Sodium dan klorida mungkin rendah.
i. Bilirubin mungkin meningkat (Soemantri, 2007)
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Farmakologi
1) Pemberian antibiotik
Penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bias diberikan antibiotik
per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah seperti penicillin,
cephalosporin. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas
atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan
antibiotic diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen
tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
2) Antibiotik misalnya ampisilin, kloramfenikol, sefatoksin, amkasin
3) Pemberian antipiretik, analgetik, bronchodilator
4) Pemberian O2
5) Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi
Parenkim Paru
Kerusakan Sel
Antigen Patogen Berikatan
Merangsang
dengan Antibodi
Nosiseptor
Mengubah Permukaan Menghasilkan Produk Kemotaksis Netrofil Aktifasi Sel Mast dan
Organisme Patogen Protein C5b6789 dan Makrofag Basofil
Permeabilitas
Kapiler Meningkat
Gangguan
Sinyal mencapai Sekret
Pertukaran Gas
Sistem Saraf Pusat Menumpuk
Pada Bronkus
Penurunan
Pembentukan
Saturasi O2
Prostaglandin Otak Batuk, Sesak
Napas, Dipsnea
Hipoksia
Metabolisme Merangsang
Jaringan
meningkat hipotalamus Ketidakefektifan
meningkatkan titik Bersihan Jalan
patokan suhu (set point) Nafas Ketidakefektifan
Peningkatan Perfusi Jaringan
Penggunaan Perifer
Energi Peningkatan
Menggigil, Produksi
meningkatkan suhu Eritropoeisis
basal Ginjal
Intoleransi
Aktivitas
Stimulasi Produksi
Hipertermia
Sel Darah Merah
Polisitemia
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama: mengetahui identitas klien
Umur dan tanggal lahir: dapat terjadi pada semua usia meningkat pada usia
rentan yaitu bayi dan lansia.
Jenis kelamin: bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan
Suku bangsa: dapat terjadi pada semua suku bangsa
Pekerjaan: pekerjaan yang meningkatkan pneumonia dapat memicu lebih
banyak terjadinya misalnya pekerjaan yang setiap hari terpapar dengan
AC, lingkungan udara yang kurang sehat.
Pendidikan: pendidikan menentukan pengetahuan dalam memahami proses
penyakit
Status menikah: dukungan dari istri/suami dapat mempercepat proses
penyembuhan dari pada klien yang hidup sendiri
Alamat: mengetahui identitas klien
Tanggal MRS: mengetahui identitas klien
Diagnosa medis: Pneumonia
b. Identitas penaggung jawab meliputi nama, umur, tanggal lahir, jenis
kelamin, alamat.
c. Alasan MRS dan Keluhan Utama: Tanyakan kepada pasien adanya keluhan
seperti sesak napas, demam tinggi, menggigil dan batuk. Adanya keluhan
nyeri dada, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemas, dan
kepala nyeri (Supandi, 1992; Jeremy, 2007; Alberta Medical Assosiation,
2011).
d. Riwayat penyakit sekarang: Informasi yang dapat diperoleh meliputi
informasi mengenai keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak
berkurang setelah meminum obat batuk yang biasanya tersedia di pasaran.
Pada awalnya keluhan batuk yang tidak produktif, tapi selanjutnya akan
berkembang menjadi batuk produktif dengan mucus purulen kekuning-
kuningan, kehijau-hijauan, dan seringkali berbau busuk.
e. Riwayat penyakit dahulu: penyakit kronik (misalnya ginjal, dan paru),
diabetes mellitus, imunosupresi (misalnya obat-obatan, HIV),
ketergantungan alkohol, aspirasi (misalnya epilepsi), penyakit virus yang
baru terjadi (misalnya influenza), malnutrisi, ventilasi mekanik,
pascaoperasi (Jeremy, 2007; Misnadirly, 2008).
f. Riwayat penyakit keluarga: tanyakan pada pasien apakah keluarga pasien
ada yang mengalami hal yang sama dengan pasien atau apakah keluarga
ada yang mengalami penyakit degeneratif.
g. Pola pemeliharaan kesehatan
Merupakan pola kesehatan yang sering dilakukan misalnya :
1. Kebiasaan minum alkohol
2. Kebiasaan merokok
3. Menggunakan obat-obatan
4. Aktifitas atau olahraga
5. Stress
B1 Breathing
Baughman, D.C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku untuk Brunner
dan Suddarth. Jakarta: EGC.
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluan Napas Pneumonia pada Anak, Orang
Dewasa, Usia Lanjut, Penumonia Atipik & Pneumonia Atypik
Mycobacterium. Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Moorhead, S., et al. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC). United Sates
of America: Elsevier.
Pearce, E.C. 2013. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT.
Gramedia. Jakarta: Erlangga.