Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN DENGAN PPNEUMONIA

A. Konsep Teori tentang Penyakit


1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan
a) Pengertian Sistem Pernapasan
Pernapasan (Respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar
yang,mengandung (oksigen) serta menghembuskan udara yang banyak
memngandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Pengisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi (Sudoyo, 2006).

Sistem respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen


untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas.
Melalaui peran sistem respirasi oksigen di ambil dari atmosfir, di transport
masuk ke paru-paru dan terjadi pertukaran gas oksigen dengan
karbondioksida di alveoli, selanjutnya oksigen akan di difusi masuk
kapiler darah untuk di manfaatkan oleh sel dalam proses metabolisme
(Price dan Wilson, 2005).

Gambar 1. Anatomi pernapasan


b) Anatomi Sistem Pernafasan
Berikut anatomi system pernafasan sebagai berikut (Sudoyo, 2006):

1. Rongga Hidung

Gambar 2. Anatomi hidung

Hidung merupakan organ utama saluran pernapasan yang


langsung berhubungan dengan dunia luar yang berfungsi sebagai jalan
masuk dan keluarnya udara melalui proses pernapasan. Selain itu
hidung juga berfungsi untuk mempertahankan dan menghangatkan
udara yang masuk, sebagai filter dalam membersihkan benda asing
yang masuk dan berperan untuk resonansi suara, sebagai tempat
reseptor alfaktorius. Rongga hidung adalah organ yang sangat penting
karena berfungsi sebagai tempat masuknya udara menuju
tenggorokan. Di samping itu, rongga hidung menjaga kelembapan,
suhu, dan tekanan udara. Di dalam rongga, terdapat selaput lendir dan
bulu hidung (silia). Bagian rongga dibentuk oleh tulang tengkorak
yang membentuk dinding-dinding hidung.

2. Faring

Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan


dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang
rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.

3. Laring
Laring merupakan saluran pernapasan yang terletak antara
orofaring dan trakea , fungsi dari laring adalah sebagai jalan masuknya
udara, membersihkan jalan masuknya makanan ke esofagus dan
sebagai produksi suara. Laring sering disebut sebagai kotak suara dan
terdiri atas epiglotis: daun katup kartilago yang menutupi ostium ke
arah laring selama menelan dan glotis: ostium antara pita suara dalam
laring

4. Trakhea

Gambar 3. Anatomi trachea

Trakea merupakan suatu cincin tl rawan berbentuk U, terdiri dari


16- 20 buah, panjang : 10 cm, tebal 4-5 mm, diameter : 2.5 cm dan luas
permukaan : 5 cm2. Lapisan mukosa, kel. Submukosa, jaringan otot.

5. Bronkus

Bronkus merupakan cabang dari trakea yang bercabang dua


keparu-paru kanan dan paru-paru kiri.Bronkus kanan lebih pendek dan
lebih besar diameternya. Bronkus kiri lebih horizontal, lebih panjang
dan lebih sempit.
Gambar 4. Anatomi Bronkus

1. Bronkus

Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri Disebut bronkus


lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus).
Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan
bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus
segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi subsegmental yang
dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki: arteri, limfatik dan
saraf.

2. Bronkiolus

Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus.


Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi
yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian
dalam jalan napas

3. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus
terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia).

4. Bronkiolus respiratori

Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus


respiratori. Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran
transisional antara jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran
gas.

6. Paru Paru

Gambar 5. Anatomi paru-paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar


berada pada rongga dada bagian atas, di bagian samping di batasi oleh otot
dan rusuk dan di bagianb bawah di batasi oleh diafragma yang berotot
kuat. Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut Terletak dalam
rongga dada atau toraks Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral
yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar Setiap paru
mempunyai apeks dan basis Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3
lobus oleh fisura interlobaris Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2
lobus. Lobus-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai
dengan segmen bronkusnya.
7. Alveolus

Merupakan bagian terminal cabang-cabang bronkus dan


bertanggung jawab akan struktur paru-paru yang menyerupai kantong
kecil terbuka pada salah satu sisinya dan tempat pertukaran O2 dan CO2
Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan
seluas 70 m2.

c) Fisiologi Sistem Pernafasan

Fungsi paru – paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon


dioksida.Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna,
oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas; oksigen
masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan
erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapis membran,
yaitu membran alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah.
Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah
merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua
bagian tubuh. Darah meninggalkan paru – paru pada tekanan oksigen 100 mm
Hg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen.

Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan


metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke
alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar
melalui hidung dan mulut.

Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan


paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan,
lebih banyak darah datang di paru – paru membawa terlalu banyak CO2 dan
terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka
konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat
pernapasan dalam otak unutk memperbesar kecepatan dan dalamnya
pernapasan. Penambahan ventilasi ini mengeluarkan CO2 dan memungut
lebih banyak O2.

Pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah


menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) megintari
seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat
lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk
memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah menerima, sebagai gantinya,
yaitu karbon dioksida.

2. Sistem Sirkulasi
a. Sirkulasi Sistemik

Sirkulasi sistemik atau peredaran darah besar/Magna sirkulatoria adalah


sirkulasi darah dari jantung (ventrikel kiri) ke seluruh tubuh (kecuali paru-paru).
Darah dari ventrikel kiri dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta, kemudian
pembuluh darah Aorta bercabang-cabang menjadi arteri dan arteri bercabang lagi
membentuk aeteriol/arteri yang lebih kecil yang tersebar dan yst mengakses ke
seluruh sel tubuh kita. Selanjutnya darah dikembalikan ke jantung bagian kanan
tepatnya ke serambi kanan)/ ventrikel dexter melalui vena cava baik Vena cava
superior (tubuh sebelah atas jantung) maupun Vena cava inferior.
Sirkulasi darah antara jantung dan seluruh tubuh berjalan satu arah. Darah
dari ventrikel kanan dialirkan ke paru-paru kemudian kembali ke jantung dan
diedarkan ke seluruh tubuh dari ventrikel kiri melalui aorta. Aorta akan
bercabang-cabang menjadi arteri, arteriola/pembuluh kapiler. Selanjutnya
dikembalikan ke jantung melalui venula –vena – vena cava (pembuluh balik).
b. Sirkulasi Pulmonal

Sirkulasi pulmonal atau disebut juga ystem peredaran darah kecil adalah
sirkulasi darah antara jantung dan paru-paru. (Jantung – Paru paru – Jantung lagi).
Detailnya darah dari jantung (ventrikel kanan) dialirkan ke paru-paru melalui
arteri pulmonalis, darah ini banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa
ystemism untuk dibuang melalui alveolus paru-paru ke atmosfer. Selanjutnya
darah akan teroksigenasi pada kapiler paru dan kembali ke jantung (atrium kiri)
melalui vena pulmonalis.

1. Arteri Pulmonalis adalah satu satunya aretri yang kaya Carbon dioksida
2. Vena Pulmonalis adalah satu satunya pembuluh darah vena / balik yang
kaya akan Oksigen

Macam-macam peredaran darah:

a) Peredaran darah kecil, melalui: Ventrikel kanan ke arteri pulmonalis ke


paru-paru ke vena pulmonalis ke atrium kiri. Ringkasnya Jantung ke paru-
paru ke jantung
b) Peredaran darah besar, melalui: Ventrikel kiri ke aorta ke arteri ke arteriola
ke kapiler ke venula ke vena ke vena cava superior dan vena cava inferior
ke atrium kanan atau: Ringkasnya dari Jantung ke seluruh tubuh ke
jantung
c) Sistem portae darah sebelum masuk kembali ke jantung terlebih dahulu
masuk ke dalam suatu organ yang disebut ystem portae. Pada mamalia/
manusia hanya terdapat satu ystem portae yaitu ystem portae hepatica.
Pembuluh ini kaya makanan karena mendapatkan makanan dengan
menyerap makanan dari jonjot usus, di katak terdapat ystem porta berupa
Venaporta renalis dari tungkai belakang (kaki) ke ginjal di saring darahnya
baru ke jantung (Price dan Wilson, 2005).

Gambar 6. Sistem peredaran darah


B. Konsep Teori tentang Penyakit
1. Pengertian
Pneumonia adalah proses inflamasi dari parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh preparat infeksius (Baughman, 2000).
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat
konsolidasi yang disebabkan pengisisan rongga alveoli oleh eksudat
sehingga pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah ygang
mengalami konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak
berfungsi (Soemantri, 2007).
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang,
kantung-kantung kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang
(Misnadiarly, 2008).
Pneumonia is a form of acute respiratory infection that affects the
lungs. The lungs are made up of small sacs called alveoli, which fill with air
when a healthy person breathes. When an individual has pneumonia, the
alveoli are filled with pus and fluid, which makes breathing painful and
limits oxygen intake (WHO, 2014).
Beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pneumonia
adalah proses peradangan dari parenkim paru dimana terdapat konsolidasi
berupa terdapatnya pus dan cairan pada rongga alveoli sehingga pertukaran
oksigen di paru mengalami gangguan.
Gambar 1. Alveolus pada paru-paru dengan Pneumonia

2. Epidemiologi
Data epidemiologi pneumonia komunitas di Amerika, menunjukkan
bahwa insidensi pneumonia terdapat 12 kasus dari 1000 orang. Akan tetapi,
kejadian pneumonia dapat meningkat pada usia di bawah 4 tahun, yaitu
berkisar 20 dari 1000 orang dan akan terus meningkat sering bertambahnya
usia. Adapun sebagian besar pasien yaitu 80% dari 4 juta pasien pneumonia
komunitas yang terjadi tiap tahun, ditangani sebagai pasien rawat jalan, dan
20% ditangani di rumah sakit sedangkan kematian pneumonia di Amerika
berkisar 45.000 setiap tahunnya (PDPI, 2003).
Pneumonia dapat terjadi pada berbagai usia, meskipun lebih banyak terjadi
pada usia yang lebih muda. Masing-masing kelompok umur dapat terinfeksi
oleh pathogen yang berbeda, yang mempengaruhi dalam penetapan diagnosa
dan terapi. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan
dengan infeksi saluran nafas yang terjadi dimasyarakat (pneumonia komunitas
/ PK) atau didalam rumah sakit ( pneumonia nosokomial/ PN). Pneumonia
yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut di parenkim paru
yang serius dijumpai sekitar 15-20 %. Pneumonia nosokomial di ICU lebih
sering daripada PN diruangan umum yaitu 42%: 13% dan sebagian besar yaitu
sejumlah 47% terjadi pada pasien yang menggunakan alat bantu mekanik.
Kelompok pasien ini merupakan bagian terbesar dari pasien yang meninggal
di ICU akibat PN.

3. Etiologi

Menurut Baughman (2000) kategori utama pneumonia adalah bakterial


dan atipikal. Pneumonia bakteri ditandai oleh eksudat intraalveolar supuratif
disertai konsolidasi, kebanyakan disebabkan oleh bakteri Pneumonia
pneumococcus(Soemanti, 2007).Menurut WHO (2014) penyebab pneumonia
kedua setelah Pneumonia pneumococcus adalah haemophilus influenzae tibe
b (HIB), kemudian pada bayi yang terinfeksi HIV penyebabnya adalah
Pneumocystis jiroveci.
Penyebab Pneumonia menurut Misnadiarly (2007):
a. Bakteri :
- Gram positif: Streptococcus Pneumoniae (Pneumococcal
Pneumonia), Staphylococcus Aureus.
- Gram negatif: Haemophilus Influenzae, Pseudomonas Aeruginosa,
Klebsiella Pneumoniae (Friedlender’s Bacillus).
- Anaerobik: Anaerobic Streptococcus, Fusobacteria, Bacteroides
Species.
- Atipikal: Legionella Pneumophila, Mycoplasma Pneumoniae
b. Virus : Influenza, Parainfluenza, Adenovirus.
c. Jamur : Candidiasis, Blastomycosis, Cryptococcosis, Histoplasmosis,
Coccidioidomycosis.
d. Aspirasi : Makanan, Cairan, Muntah.
e. Inhalasi : Racun atau bahan kimia (Polivinilpirolidin, Gumma Arabikum,
Berillium, Uap air raksa), rokok, debu dan gas.
4. Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia menurut Misnadiarly (2008), yaitu:
A. Berdasarkan Umur
1. Kelompok umur < 2 bulan
a. Pneumonia berat
Bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu
(jika sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk
yang tidak wajar atau sulit bangun, stridor pada anak yang
tenang, mengi, demam (38ºC atau lebih) atau suhu tubuh yang
rendah (di bawah 35,5 ºC), pernapasan cepat 60 kali atau lebih per
menit, penarikan dinding dada berat, sianosis sentral (pada lidah),
serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen tegang.
b. Bukan pneumonia
Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit
dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti di atas.
2. Kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun
a. Pneumonia sangat berat
Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis
sentral, tidak dapat minum, adanya penarikan dinding dada, anak
kejang dan sulit dibangunkan.
b. Pneumonia berat
Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi
tidak disertai sianosis sentral dan dapat minum.
c. Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa
penarikan dinding dada.
d. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)
Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau
penarikan dinding dada.
e. Pneumonia persisten
Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah
diobati selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang kuat dan
antibiotik yang sesuai, biasanya terdapat penarikan dinding dada,
frekuensi pernapasan yang tinggi, dan demam ringan.

Menurut PDPI (2003) pneumonia dapat diklasifiasikan menjadi 3


yaitu sebagai berikut.

1) Berdasarkan klinis dan epidemologi :


a) Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia), pneumonia
menular pada orang yang belum atau baru saja dirawat di rumah sakit
dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur.
b) Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia atau nosokomial
pneumonia) adalah pneumonia diperoleh selama atau setelah rawat inap
untuk penyakit lain atau prosedur dengan onset setidaknya 72 jam
setelah masuk
c) Pneumonia aspirasi
d) Pneumonia pada penderita immunocompromised
2) Berdasarkan bakteri penyebab
a) Pneumonia backerial atau tipikal, beberapa bakteri misalnya Klebsiella
pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi
influenza.
b) Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan
Chlamydia
c) Pneumonia virus, disebabkan oleh virus influenza
d) Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi
terutama pada penderita dengan daya tahan lemah
(immunocompromised) disebabkan oleh Aspergillus Fumigatus
3) Berdasarkan predileksi infeksi
1. Pneumonia lobaris, seluruh lobus mengalami konsolidasi, eksudat
terutama terdapat intra alveolar. Pneumococcus dan Klebsiella
merupakan organism penyebab tersering.
b. Bronkopneumonia, ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada
lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus.
c. Pneumonia interstisial, melibatkan daerah di antara alveoli dan dapat
disebut pneumonitis interstisial. Hal ini lebih cenderung disebabkan
oleh virus atau oleh bakteri atipikal.

5. Patofisiologi
Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi paru-paru yang
disebabkan oleh bakteria, virus atau fungi. Pneumonia dapat terjadi akibat
menghirup bibit penyakit di udara atau kuman di tenggorokan terisap masuk ke
paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di tempat lain, misalnya
di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan
dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-
batuk atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga
gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut
keluar pada saat itu terjadi proses peradangan. Lobus bagian bawah paru-paru
paling sering terkena karena efek gravitasi. Setelah mencapai alveoli, maka
pneumokokus menimbulkan respon yang khas terdiri dari empat tahap yang
berurutan (Price & Wilson, 2005).
a. Kongesti (24 jam pertama)
Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya protein keluar masuk ke
dalam alveolar melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor, disertai
kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa dan berwarna merah.
b. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya)
Terjadi pada stadium kedua, yang berakhir setelah beberapa hari. Ditemukan
akumulasi yang masif dalam ruang alveolar, bersama-sama dengan limfosit
dan magkrofag. Banyak sel darah merah juga dikeluarkan dari kapiler yang
meregang. Pleura yang menutupi diselimuti eksudat fibrinosa, paru-paru
tampak berwarna kemerahan, padat tanpa mengandung udara, disertai
konsistensi mirip hati yang masih segar dan bergranula (hepatisasi = seperti
hepar).
c. Hepatisasi kelabu (3-8 hari)
Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi fibrin yang berlanjut disertai
penghancuran sel darah putih dan sel darah merah. Paru-paru tampak kelabu
coklat dan padat karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam
alveoli yang terserang.
d. Resolusi (8-11 hari)
Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh
makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan mempertahankan
arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan kembali pada
strukturnya semula.
Akibat dari masuknya mukus ke dalam alveoli terjadi peningkatan
konsentrasi protein cairan alveoli sehingga menyebabkan tekanan hidrostatik
meningkat dan tekanan osmosis meningkat dan terjadi penurunan difusi sehingga
terjadi akumulasi cairan pada alveoli yang akan menekan saraf dan menyebabkan
timbulnya nyeri pleuritik. Akumulasi cairan pada alveoli akan menyebabkan
terjadinya gangguan pertukaran gas. Eksudat yang masuk ke dalam alveoli akan
menyebabkan konsolidasu di alveoli yang kemudian menyebabkan terjadi
comience paru menurun sehingga supai oksigen menurun yang menimbulkan
terjadinya gangguan pola nafas dan intoleransi aktivitas. Proses peradangan juga
akan menyebabkan peningkatan suhu sehingga muncul masalah keperawatan
hipertermi. Penumpukan sekret akan terakumulasi di jalan nafas sehingga timbul
masalah keperawatan bersihan jalan tidak efektif. Jika sputum masuk ke lambung
akan terjadi peningkatan asam basa yang dapat menimbulkan mual dan muntah.

6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering muncul pada klien dengan pneumonia adalah
sebagai berikut (Smeltzer, 2001).

1) Demam
2) Menggigil
3) Nyeri dada seperti ditusuk-tusuk ketika bernapas dan batuk
4) Takipneu
5) Pernapasan mendengkur
6) Pernapasan cuping hidung
7) Penggunaan otot-otot aksesori pernapasan
8) Sakit kepala
9) Myalgia, ruam dan faringitis pada klien pneumonia atipikal
10) Warna mata menjadi lebih terang
11) Bibir bidang kuku sianotik
12) Pasien lebih menyukai untuk duduk tegak ditempat tidur dengan condong
kea rah depan
13) Sputum berbusa pada pneumonia yang diakibatkan oleh pneumonia
pneumokokus, stafilokokus, klebsiella, dan streptokokus
14) Sputum kental pada pneumonia yang diakibatkan oleh pneumonia
klebsiella
15) Sputum berwarna hijau pada pneumonia yang dakiatkan oleh H. Influenza
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas
atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh
meningkat dapat mencapai 40 derajat celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk
dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada
sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu
makan, dan sakit kepala (Misnadiarly, 2008).
Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda penyakit pneumonia pada balita
antara lain :
a. Batuk nonproduktif
b. Ingus (nasal discharge)
c. Suara napas lemah
d. Penggunaan otot bantu napas
e. Demam
f. Cyanosis (kebiru-biruan)
g. Thorax photo menujukkan infiltrasi melebar
h. Sakit kepala
i. Kekakuan dan nyeri otot
j. Sesak napas
k. Menggigil
l. Berkeringat
m. Lelah
n. Terkadang kulit menjadi lembab
o. Mual dan muntah

7. Komplikasi
Menurut Betz dan Sowden (2002) komplikasi yang sering terjadi menyertai
pneumonia adalah sebagai berikut.

1) Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang
2) Efusi pleural adalah terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura
3) Empiema adalah efusi pleura yang berisi nanah
4) Gagal nafas
5) Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
6) Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak
7) Pneumonia interstitial menahun
8) Atelektasis adalah (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi
karena obstruksi bronkus oleh penumukan sekresi

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Chest X-ray
Teridentifikasi adanya penyebaran (misal: lobus dan bronkhial); dapat juga
menunjukkan multiple abses/infiltat, empiema (Staphylococcus); penyebaran
atau lokasi infiltrasi (bakterial); atau penyebaran/extensive nodul infiltrat
(sering kali viral), pada pneumonia mycoplasma chest x-ray mungkin bersih.
Gambar 7. Perbedaan X-Ray Paru Normal dan Paru dengan Pneumonia
b. Analisis Gas Darah dan Pulse Oximetry
Abnormalitas mungkin timbul tergantung dari luasnya kerusakan paru-paru.
c. Pewarnaan Gram/Kultur Sputum dan Darah
Didapatkan dengan needle biopsy, aspirasi trantrakheal, fiberoptic
bronchoscopy, atau biopsi paru-paru terbuka untuk mengeluarkan organisme
penyebab. Lebih dari satu tipe organisme yang dapat ditemukan, seperti
Diplococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, A. Hemolytic streptococcus,
dan Hemophilus influenzae.
d. Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count – CBC)
Leukositosis biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan darah putih (white
blood count-WBC) rendah pada infeksi virus.
e. Tes Serologi
Membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme secara spesifik.
f. LED meningkat
g. Pemeriksaan Fungsi Paru-paru
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar): tekanan saluran
udara meningkat dan kapasistas pemenuhan udara menurun, hiposekmia.
h. Elektrolit
Sodium dan klorida mungkin rendah.
i. Bilirubin mungkin meningkat (Soemantri, 2007)
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Farmakologi
1) Pemberian antibiotik
Penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bias diberikan antibiotik
per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah seperti penicillin,
cephalosporin. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas
atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan
antibiotic diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen
tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
2) Antibiotik misalnya ampisilin, kloramfenikol, sefatoksin, amkasin
3) Pemberian antipiretik, analgetik, bronchodilator
4) Pemberian O2
5) Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi

b. Penatalaksanaan Non Farmakologi


Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang
ditentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :
1. Oksigenasi 1-2 L/menit.
2. Humidifikasi dengan nebulizer
3. Fisioterapi dada
4. Pengaturan cairan
5. Pendidikan kesehatan terkait pneumonia
C. Clinical Pathway

Bakteri Virus Parasit

Infeksi Saluan Napas Bawah

Parenkim Paru

Koloni Organisme Patogen

Antigen Produk Toksik

Respon Humoral Cedera Jaringan Pelepasan


mediator nyei

Kerusakan Sel
Antigen Patogen Berikatan
Merangsang
dengan Antibodi
Nosiseptor

Antigen-Antibodi Berikatan Medulla


dengan Molekul Komplemen Spinalis

Pengaktifan Kaskade Komplemen


Nyei Akut

Mengubah Permukaan Menghasilkan Produk Kemotaksis Netrofil Aktifasi Sel Mast dan
Organisme Patogen Protein C5b6789 dan Makrofag Basofil

Melekat Satu Sama Merobek Membran Aktifasi Proses Pelepasan Histamin


Lain Sel Bakteri atau Fagositosis oleh Aktivasi Bradikinin
Organisme Netrogil dan
Penginfeksi Lainnya Makrofag
Aglutinasi Vasodilatasi Kapiler

Permeabilitas
Kapiler Meningkat

Penampakan Fibrin, Perpindahan Eksudat


Pelepasan pirogen Eksudat, Eritrosit, Plasma ke Interstisiel
endogen (Sitokin) Leukosit
Fagositosis Sel
Interleukin-1 Debris Oedem Ruang
Interleukin-6 Kapiler Alveoli
Sekret
Merangsang Menumpuk Penurunan
saraf vagus Pada Bronkus Difusi O2

Gangguan
Sinyal mencapai Sekret
Pertukaran Gas
Sistem Saraf Pusat Menumpuk
Pada Bronkus
Penurunan
Pembentukan
Saturasi O2
Prostaglandin Otak Batuk, Sesak
Napas, Dipsnea
Hipoksia
Metabolisme Merangsang
Jaringan
meningkat hipotalamus Ketidakefektifan
meningkatkan titik Bersihan Jalan
patokan suhu (set point) Nafas Ketidakefektifan
Peningkatan Perfusi Jaringan
Penggunaan Perifer
Energi Peningkatan
Menggigil, Produksi
meningkatkan suhu Eritropoeisis
basal Ginjal
Intoleransi
Aktivitas
Stimulasi Produksi
Hipertermia
Sel Darah Merah

Polisitemia
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama: mengetahui identitas klien
Umur dan tanggal lahir: dapat terjadi pada semua usia meningkat pada usia
rentan yaitu bayi dan lansia.
Jenis kelamin: bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan
Suku bangsa: dapat terjadi pada semua suku bangsa
Pekerjaan: pekerjaan yang meningkatkan pneumonia dapat memicu lebih
banyak terjadinya misalnya pekerjaan yang setiap hari terpapar dengan
AC, lingkungan udara yang kurang sehat.
Pendidikan: pendidikan menentukan pengetahuan dalam memahami proses
penyakit
Status menikah: dukungan dari istri/suami dapat mempercepat proses
penyembuhan dari pada klien yang hidup sendiri
Alamat: mengetahui identitas klien
Tanggal MRS: mengetahui identitas klien
Diagnosa medis: Pneumonia
b. Identitas penaggung jawab meliputi nama, umur, tanggal lahir, jenis
kelamin, alamat.
c. Alasan MRS dan Keluhan Utama: Tanyakan kepada pasien adanya keluhan
seperti sesak napas, demam tinggi, menggigil dan batuk. Adanya keluhan
nyeri dada, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemas, dan
kepala nyeri (Supandi, 1992; Jeremy, 2007; Alberta Medical Assosiation,
2011).
d. Riwayat penyakit sekarang: Informasi yang dapat diperoleh meliputi
informasi mengenai keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak
berkurang setelah meminum obat batuk yang biasanya tersedia di pasaran.
Pada awalnya keluhan batuk yang tidak produktif, tapi selanjutnya akan
berkembang menjadi batuk produktif dengan mucus purulen kekuning-
kuningan, kehijau-hijauan, dan seringkali berbau busuk.
e. Riwayat penyakit dahulu: penyakit kronik (misalnya ginjal, dan paru),
diabetes mellitus, imunosupresi (misalnya obat-obatan, HIV),
ketergantungan alkohol, aspirasi (misalnya epilepsi), penyakit virus yang
baru terjadi (misalnya influenza), malnutrisi, ventilasi mekanik,
pascaoperasi (Jeremy, 2007; Misnadirly, 2008).
f. Riwayat penyakit keluarga: tanyakan pada pasien apakah keluarga pasien
ada yang mengalami hal yang sama dengan pasien atau apakah keluarga
ada yang mengalami penyakit degeneratif.
g. Pola pemeliharaan kesehatan
Merupakan pola kesehatan yang sering dilakukan misalnya :
1. Kebiasaan minum alkohol
2. Kebiasaan merokok
3. Menggunakan obat-obatan
4. Aktifitas  atau olahraga
5. Stress 

Pengkajian Fisik (B1-B6)


Setelah melaukan anamnesa yang mengarah pada keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian
anamnesis. Pemeriksaan fisik dilakukan secara persistem (B1-B6) dengan
focus pada pemeriksaan B3 (brain) yang terarah dan dihubungkan dengan
keluhan-keluhan dari klien. Pemeriksaan fisik dimulai dengan memeriksa
TTV. Pada klien pneumonia biasanya didapatkan sesak nafas, peningkatan
suhu tubuh lebih dari normal yaitu 38-48 oC, kemerahan, panas, kulit kering,
dan berkeringat. Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan proses inflamasi
dan iritasi alveoli yang sudah menggangu pusat pengatur suhu tubuh
(Muttaqin, 2008).

B1 Breathing

Inspeksi apakah terdapat batuk, produksi sputum, sesak nafas, penggunaan


otot bantu nafas, dan peningkatan frekuensi pernafasan yang sering
didapatkan pada pasien pneumonia. Palpasi adanya ketidaksimetrisan
pernapasan pada klien. Perkusi seluruh dada dan lapang paru untuk
menentukan letak gangguan di paru sebelah mana. Auskultasi bunyi napas
tambahan yaitu stridor maupun ronkhi pada pasien pneumonia untuk
menentukan pneumonia terletak pada lobus paru sebelah mana.
B2 Blood
Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokonstriksi, kualitas darah
menurun. Berhubungan dengan adanya agen asing yang masuk di dalam
tubuh.
B3 Brain
Klien dengan pneumonia pada fase akut dapat terjadi penurunan GCS, refleks
menurun atau normal, dan letargi. Pneumonia terjadi karena virus atau bakteri
didalam paru sirkulasi mengikuti aliran darah menuju sistem saraf pusat.
B4 Bladder
Pada pneumonia produksi dapat menurun atau normal. Observasi adanya
penurunan urin sebagai tanda terjadinya penurunan tekanan darah atau syok
hipovolemik.
B5 Bowel
Pneumonia kadang tidak mempengaruhi sistem pencernaan, feses normal atau
dapat terjadi mual dan muntah akibat terapi pengobatan dan anoreksia.
B6 Bone
Akibat gangguan pada ventilasi paru maka suplai O2ke jaringan juga
menurun mengakibatkan penurunan tonus otot dan nyeri otot. Kulit nampak
pucat, sianosis, banyak keingat, suhu kulit meningkat serta kemerahan.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan penurunan difusi O2
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sekret pada bronkus
3. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan penurunan
saturasi O2
4. Nyeri akut berhubungan dengan cedera jaringan alveoli
5. Hipertermia berhubungan dengan invasi organisme penginfeksi
6. Intolerasi Aktivitas berhubungan dengan peningkatan metabolisme
3. Perencanaan keperawatan
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
.
1 Gangguan Pertukaran Gas NOC: NIC :
berhubungan dengan a. Respiratory Status : Gas exchange 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
penurunan difusi O2 (NOC: 433b) 2. Pasang mayo bila perlu
(NANDA: 204) b. Electrolyte & Acid/Base 3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
1. DS: Balance(NOC: 209-210b) 4. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
a. sakit kepala ketika c. Respiratory Status: ventilation(NOC: 5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
bangun 434b) 6. Berikan bronkodilator ;
b. Dyspnoe d. Vital Sign Status(NOC: 550b) 7. Barikan pelembab udara
c. Gangguan penglihatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 8. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
2. DO: selama 1 x 24 jamGangguan pertukaran keseimbangan.
a. Penurunan CO2 pasien teratasi dengan kriteria hasi: 9. Monitor respirasi dan status O2
b. Takikardi - Mendemonstrasikan peningkatan 10. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
c. Hiperkapnia ventilasi dan oksigenasi yang adekuat penggunaan otot tambahan, retraksi otot
d. Keletihan - Memelihara kebersihan paru paru dan supraclavicular dan intercostal
e. Iritabilitas bebas dari tanda tanda distress 11. Monitor suara nafas, seperti dengkur
f. Hypoxia pernafasan 12. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
g. kebingungan - Mendemonstrasikan batuk efektif dan hiperventilasi, cheyne stokes, biot
h. sianosis suara nafas yang bersih, tidak ada 13. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
i. warna kulit abnormal sianosis dan dyspneu (mampu adanya ventilasi dan suara tambahan
(pucat, kehitaman) mengeluarkan sputum, mampu 14. Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
j. Hipoksemia bernafas dengan mudah, tidak ada 15. Observasi sianosis khususnya membran mukosa
k. hiperkarbia pursed lips) 16. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan
l. AGD abnormal - Tanda tanda vital dalam rentang tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2,
m. pH arteri abnormal normal Suction, Inhalasi)
3. frekuensi dan kedalaman - AGD dalam batas normal 17. Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut
nafas abnormal - Status neurologis dalam batas normal jantung
2. Ketidakefektifan Bersihan NOC: NIC:
Jalan nafas berhubungan - Respiratory status : Ventilation 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.
dengan penumpukan sekret (NOC: 434b) 2. Berikan O2 ……l/mnt, metode………
pada bronkus (NANDA: 380) - Respiratory status : Airway 3. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
DS: patency(NOC: 432-433b) 4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Dispneu - Aspiration Control 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
DO: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Penurunan suara nafas selama 1 x24 jampasien menunjukkan 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Orthopneu keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan 8. Berikan bronkodilator :
- Cyanosis kriteria hasil : 9. Monitor status hemodinamik
- Kelainan suara nafas (rales,a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan 10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
wheezing) suara nafas yang bersih, tidak ada 11. Berikan antibiotik :
- Kesulitan berbicara sianosis dan dyspneu (mampu 12. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
- Batuk, tidak efekotif atau mengeluarkan sputum, bernafas keseimbangan.
tidak ada dengan mudah, tidak ada pursed lips) 13. Monitor respirasi dan status O2
- Produksi sputum b. Menunjukkan jalan nafas yang paten 14. Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk
- Gelisah (klien tidak merasa tercekik, irama mengencerkan sekret
- Perubahan frekuensi dan nafas, frekuensi pernafasan dalam 15. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
irama nafas rentang normal, tidak ada suara nafas penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
abnormal)
c. Mampu mengidentifikasikan dan
mencegah faktor yang penyebab.
d. Saturasi O2 dalam batas normal
e. Foto thorak dalam batas normal
3. Ketidakefektifan Perfusi NOC: NIC:
Jaringan Perifer berhubungan - Circulation Status Circulation Status
dengan penurunan saturasi - Fluid Management 1. Kaji secara komprehensif sirkukasi perifer (nadi
O2(NANDA: 237) - Vital Signs perifer, edema, kapillary refill, warna dan temperatur
DS: Setelah dilakukan tindakan keperawatan ekstremitas)
Klien sesak nafas selama 3 x 24 jampasien menunjukkan 2. Evaluasi nadi perifer dan edema
DO: keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan 3. Inpseksi kulit adanya luka
- Nadi lemah kriteria hasil : 4. Kaji tingkat nyeri
- Perubahann karakteristik a. Tekanan darah sistolik dbn 5. Elevasi anggota badan 20 derajat atau lebih tinggi dari
kulit (misal: warna, b. Tekanan darah diastolik dbn jantung untuk meningkatkan venous return
elastisitas, kelembapan c. Kekuatan nadi dbn 6. Ubah posisi klien minimal setiap 2 jam sekali
rambut, kuku, sensasi, d. Rata-rata tekanan darah dbn 7. Monitor status cairan masuk dan keluar
temperatur) e. Nadi dbn 8. Gunakan therapeutic bed
- CRT > 3 detik f. Tekanan vena sentral dbn 9. Dorong latihan ROM selama bedrest
- Penurunan tekanan darah g. Tidak ada bunyi hipo jantung 10. Dorong pasien latihan sesuai kemampuan
pada ekstremitas abnormal 11. Jaga keadekuatan hidrasi untuk mencegah
- Edema h. Tidak ada angina peningkatan viskositas darah
- Nyeri ekstremitas i. AGD dbn 12. Kolaborasi pemberian antiplatelet atau antikoagulan
- Parastesia j. Kesimbangan intake dan output 24 13. Monitor laboratorium Hb, Hematokrit
- Keterlambatan jam
penyembuhan luka k. Perfusi jaringan perifer Fluid Management
l. Kekuatan pulsasi perifer 1. Catat intake dan output cairan
m. Tidak ada pelebaran vena 2. Monitor status hidrasi
n. Tidak ada distensi vena jugularis 3. Monitor tanda-tanda vital
o. Tidak ada edema perifer 4. Monitor status nutrisi
p. Tidak ada asites
q. Pengisian kapiler
r. Warna kulit normal
s. Kekuatan fungsi otot
t. Kekuatan kulit
u. Suhu kulit hangat
v. Tidak ada nyeri ekstremitas
4. Nyeri akut berhubungan NOC : NIC:
dengan cedera jaringan - Pain Level, Pain Management
alveoli - pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
DS: - comfort level termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
- Laporan secara verbal Setelah dilakukan tinfakan keperawatan kualitas dan faktor presipitasi
DO: selama 2 x 24 jamPasien tidak 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Posisi untuk menahan nyeri mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:
- Tingkah laku berhati-hati a. Mampu mengontrol nyeri (tahu 3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
- Gangguan tidur (mata penyebab nyeri, mampu menemukan dukungan
sayu, tampak capek, sulit menggunakan tehnik nonfarmakologi 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
atau gerakan kacau, untuk mengurangi nyeri, mencari seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
menyeringai) bantuan) 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Terfokus pada diri sendiri b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
- Fokus menyempit dengan menggunakan manajemen 7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dada,
(penurunan persepsi waktu, nyeri relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
kerusakan proses berpikir, c. Mampu mengenali nyeri (skala, 8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
penurunan interaksi dengan intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) 9. Tingkatkan istirahat
orang dan lingkungan) d. Menyatakan rasa nyaman setelah 10. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab
- Tingkah laku distraksi, nyeri berkurang nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
contoh : jalan-jalan, e. Tanda vital dalam rentang normal ketidaknyamanan dari prosedur
menemui orang lain f. Tidak mengalami gangguan tidur
dan/atau aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
- Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
- Perubahan autonomic
dalam tonus otot (mungkin
dalam rentang dari lemah
ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
5. Hipertermia berhubungan NOC : NIC:
dengan invasi organisme Thermoregulation Temperature Regulation (Pengaturan Suhu)
penginfeksi Setelah dilakukan tinfakan keperawatan 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
selama …. Pasien tidak mengalami 2. Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
hipertermi,kriteria hasil : 3. Monitor TD, nadi, dan RR
a. Suhu tubuh dalam rentang normal 4. Monitor warna dan suhu kulit
b. Nadi dan RR dalam rentang normal 5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
c. Tidak ada perubahan warna kulit, dan 6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
tidak ada pusing 7. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat
panas
9. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negatif dari kedinginan
10. Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang
diperlukan
12. Berikan anti piretik jika perlu
Fever Treatment
Temperature Regulation
Vital Signs Monitoring
6. Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
berhubungan dengan - Self Care : ADLs 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam
peningkatan metabolisme - Konservasi eneergi melakukan aktivitas
DS: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
- Melaporkan secara selama 8 x 24 jam bertoleransi terhadap 3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
verbal adanya kelelahan aktivitas dengan 4. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
atau kelemahan. Kriteria Hasil : emosi secara berlebihan
- Adanya dyspneu atau a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik 5. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
ketidaknyamanan saat tanpa disertai peningkatan tekanan (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat,
beraktivitas. darah, nadi dan RR perubahan hemodinamik)
DO : b. Mampu melakukan aktivitas sehari 6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
- Respon abnormal dari hari (ADLs) secara mandiri 7. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
tekanan darah atau nadi c. Keseimbangan aktivitas dan istirahat dalam merencanakan progran terapi yang tepat.
terhadap aktifitas 8. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
- Perubahan ECG : mampu dilakukan
aritmia, iskemia 9. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
10. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
11. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
12. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
13. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu
luang
14. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
15. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
16. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
17. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
E. Discharge Planning (NIC: 150)
1. Kaji kemampuan klien untuk meninggalkan RS
2. Kolaborasikan dengan terapis, dokter, ahli gizi, atau petugas kesehatan
lain tentang kebelanjutan perawatan klien di rumah
3. Identifikasi bahwa pelayanan kesehatan tingkat pertama (puskesmas atau
petugas kesehatan di rumah klien) mengetahui keadaan klien
4. Identifikasi pendidikan kesehatan apa yang dibutuhkan oleh klien yaitu
hindari penyebab kambuhnya pneumonia, cara penularan, dan pencegahan
kekambuhan, melakukan gaya hidup sehat.
5. Komunikasikan dengan klien tentang perencanaan pulang
6. Dokumentasikan perencanaan pulang
7. Anjurkan klien untuk melakukan pengontrolan kesehatan secara rutin
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, D.C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku untuk Brunner
dan Suddarth. Jakarta: EGC.

Bulecked, G.M, et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). United


Sates of America: Elsevier.

NANDA. 2014. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2017-2019.


Jakarta: EGC.

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluan Napas Pneumonia pada Anak, Orang
Dewasa, Usia Lanjut, Penumonia Atipik & Pneumonia Atypik
Mycobacterium. Jakarta: Pustaka Obor Populer.

Moorhead, S., et al. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC). United Sates
of America: Elsevier.

Pearce, E.C. 2013. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT.
Gramedia. Jakarta: Erlangga.

Price, A & Wilson, L. 2004. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.


Jakarta: EGC.

Soemantri, I. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada


Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

WHO. 2014. Pneumonia. [serial online] http://www.who.int/mediacentre


/factsheets/fs331/en/ [22 Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai