Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN GERONYIK PADA NY “N"


DENGAN DIAGNOSA MEDIS REMATIK
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PRAYA
TANGGAL 14– 16 OKTOBER 2021

Oleh:
SAFIATURRAHMI
NIM P07120421071N

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
PRODI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2021-2022
HALAMAN PENGESAHAN

NAMA MAHASISWA : SAFIATURRAHMI


NIM : P07120412125N
JUDUL LAPORAN KASUS : ASUHAN KEPERAWATAN GEROMTIK PADA NY
”N" DENGAN DIAGNOSA REMATIK DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PRAYA
TANGGAL 134– 16 OKTOBER 2021

TELAH DISAHKAN
PADA TANGGAL……….. DI ……….

OLEH

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING LAHAN

(Muhamad Hasbi,M. Kep., Sp.Kep.Kom.) (Hernawati Simbolon, S. Kep. Ns)


NIP.197312312001121005 NIP. 197903272009012004
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI PROFESI NERS

VISI :

“Menjadi Program Studi yang Menghasilkan Tenaga Ners yang Expert,


Inovatif, Enterpreuner dan Berdaya Guna di Bidang Keperawatan Gawat
Darurat dan Bencana dalam Mewujudkan Masyarakat Sehat, Produktif dan
Berkeadilan pada Tahun 2022”

MISI :

a. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang expert, inovatif, dan


enterpreneur di bidang keperawatan gawat darurat dan bencana.
b. Mengembangkan penelitian berbasis inovatif di bidang keperawatan gawat
darurat dan bencana.
c. Menyelenggarakan dan meningkatkan pengabdian masyaralat yang
berdaya guna di bidang keperawatan gawat darurat dan bencana dalam
mewujudkan masyarakat sehat, produktif dan berkeadilan.
d. Meningkatkan kerjasama dengan pemerintah daerah, institusi pendidikan
dan lembaga pelayanan kesehatan dalam bidang keperawatan.
LAPORAN PENDAHULUAN
GOUT ARTHRITIS

A. Konsep Lansia
1. Pengertian

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.


Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan prosea yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh,
seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan
bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang
Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin
membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut
usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif
dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada
hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.
Menua a tau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho,
2006)

2. Batasan Lansia

a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :

1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,

2) Usia tua (old) :75-90 tahun, dan

3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.


b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga
katagori, yaitu:

1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,

2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,

3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun
ke atas dengan masalah kesehatan.

3. Perubahan Pada Lansia

a. Masalah fisik

Masalah yang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai melemah, sering
terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat,
indra pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran yang mulai
berkurang serta daya tahan tubuh yang menurun, sehingga seringsakit.

b. Masalah kognitif ( intelektual )

Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan


kognitif, adalah melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun), dan
sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.

c. Masalah emosional

Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan emosional, adalah


rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat
perhatian lansia kepada keluarga menjadi sangat besar. Selain itu, lansia
sering marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak
pribadi dan sering stres akibat masalah ekonomi yang kurang terpenuhi.

d. Masalah spiritual

Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual, adalah


kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai
menurun, merasa kurang tenang ketika mengetahui anggota keluarganya
belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah ketika menemui
permasalahan hidup yang cukup serius.

B. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam
urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas,
pergelangan dan kaki bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2005).
Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan asam
urat yang menyebabkan nyeri pada sendi. (Moreau, David. 2005).
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan
dengan defek genetic pada metabolism purin atau hiperuricemia. (Brunner &
Suddarth. 2001).
Arthritis pirai (gout) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit kristal
asam urat di daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi
akut.
Jadi, Gout atau sering disebut “asam urat” adalah suatu penyakit metabolik
dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan
asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.

2.   Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit /
penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi
pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik
dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :
a. Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam
urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.
b. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,
gangguan ginjal yang akan menyebabkan :
-       Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.
-       Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat
seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid
dan etambutol..
3.   Manifestasi Klinis
a.  Nyeri tulang sendi
b.  Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi
c.  Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga
d.  Peningkatan suhu tubuh.
Gangguan akut :
o   Nyeri hebat
o   Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang
o   Sakit kepala
o   Demam.
Gangguan kronis :
o   Serangan akut
o   Hiperurisemia yang tidak diobati
o  Terdapat nyeri dan pegal
o Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi (penumpukan
monosodium urat dalam jaringan)

4.      Pathofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat
akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam
tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon
inflamasi.
Hiperurecemia merupakan hasil :
a.  Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
b.  Menurunnya ekskresi asam urat.
c.  Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka
asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang
akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konectiv diseluruh tubuh,
penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut
dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi
juga menyebabkan inflamasi.
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat
maningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan
menyebabkan hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak.
Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri
yang menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang
sendi metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian
mata kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanya
disertai dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung
berulang dan dengan interval yang tidak teratur.
Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan
gout. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2
tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan polyarticular
yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya
disertai dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau gout kronik ditandai
dengan polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar pada kartilago,
membrane synovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di jari, tangan,
lutut, kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon achiles dan organ internal seperti
ginjal. Kulit luar mengalami ulcerasi dan mengeluarkan pengapuran, eksudat yang
terdiri dari Kristal asam urat.
5. Patway
6.      Pemeriksaan Penunjang
a.  Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat, yang menunjukkan inflamasi
b. SDP meningkat (leukositosis)
c.  Ditemukan kadar asam urat yang tinggi di dalam darah
d.  Pada pemeriksaan terhadap contoh cairan sendi di bawah mikroskop khusus
akan tampak kristal urat yang berbentuk seperti jamur
e.  Pemeriksaan sinar X dari daerah yang terkena untuk menunjukkan masa
tefoseus dan destruksi tulang dan perubahan sendi

7.  Penatalaksanaan Medik


Tujuan untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah
serangan berulang, dan pencegahan komplikasi.
a. Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg (pemberian oral),
Colchicine 1,0-3,0 mg (dalam NaCl intravena), phenilbutazone, Indomethacin.
b. Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)
c. Kompres dingin
d. Diet rendah purin
e. Terapi farmakologi (Analgesic dan antipiretik)
f.  Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari Kristal
asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
g.  Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan inflamasi.
h. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk
mencegah serangan.
i. Uricosuric (Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk meningkatkan ekskresi asam
urat dan menghambat akumulasi asam urat (jumlahnya dibatasi pada pasien
dengan gagal ginjal).
j.  Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat menggunakan
probenezid 0,5 g/hari atau sulfinpyrazone (Anturane) pada pasien yang tidak
tahan terhadap benemid atau menurunkan pembentukan asam urat dengan
Allopurinol 100 mg 2 kali/hari.
8.      Komplikasi
a.  Erosi, deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi kronis dan
tofi yang menyebabkan degenerasi sendi.
b.  Hipertensi dan albuminuria.
c.  Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik.

9.   Pencegahan
a.  Pembatasan purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu : Jeroan
(jantung, hati, lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring, Kacang-
kacangan, Bayam, Udang, Daun melinjo.
b.  Kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan
dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita
gangguan asam urat yang kelebihan berat badan, berat badannya harus
diturunkan dengan tetap memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan
kalori yang terlalu sedikit juga bisa meningkatkan kadar asam urat karena
adanya badan keton yang akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui
urine.
c.   Tinggi karbohidrat : Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi
sangat baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine.
d. Rendah protein : Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan
kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein
hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa.
e.  Rendah lemak : Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin.
Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya
dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 persen dari total kalori.
f.  Tinggi cairan : Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan
segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah
semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-
buahan tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-
buahan sangat sedikit mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya
dihindari adalah alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai kandungan
lemak yang tinggi.
g. Tanpa alkohol : Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat
mereka yang mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang
tidak mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan
asam laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat
dari tubuh

C. Konsep Keperawatan
1.   Pengkajian
a. Identitas
Nama, umur (sekitar 50 tahunan), alamat, agama, jenis kelamin (biasanya 95%
penderita gout adalah pria), dll
b.  Keluhan Utama
Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa pada sendi ibu jari kaki
(sendi lain)
c.  Riwayat Penyakit Sekarang
P (Provokatif) : Kaji penyebab nyeri
Q (Quality / qualitas) : Kaji seberapa sering nyeri yang dirasakan
klien
R (Region) : Kaji bagian persendian yang terasa nyeri
(biasanya pada pangkal ibu jari)
S (Saverity) :` Apakah mengganggu aktivitas motorik ?
T (Time) : Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan ?
(Biasanya terjadi pada malam hari)
d.  Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan pada klien apakah menderita penyakit ginjal ?
e.  Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga klien yang menderita
penyakit yang sama seperti yang diderita klien sekarang ini.
f.  Pengkajian Psikososial dan Spiritual
Psikologi : Biasanya klien mengalami peningkatan stress
Sosial : Cenderung menarik diri dari lingkungan
Spiritual : Kaji apa agama pasien, bagaimana pasien
menjalankan ibadah menurut agamanya
g.      Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
1)      Kebutuhan nutrisi
a) Makan : Kaji frekuensi, jenis, komposisi (pantangan
makanan kaya protein)
b) Minum : Kaji frekuensi, jenis (pantangan alkohol)
2)      Kebutuhan eliminasi
a)      BAK : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
b)      BAB : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
3)      Kebutuhan aktivitas
Biasanya klien kurang / tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari secara
mandiri akibat nyeri dan pembengkakan

2.      Pemeriksaan Fisik


a.       Keadaan umum :
1)      Tingkat kesadaran
2)      GCS
3)      TTV
b.      Peningkatan penginderaan
1)      Sistem integument
Kulit tampak merah atau keunguan, kencang, licin, serta teraba hangat
2)      Sistem penginderaan
Mata : Kaji penglihatan, bentuk, visus, warna sklera,
gerakan bola mata
Hidung : Kaji bentuk hidung, terdapat gangguan penciuman
atau tidak
Telinga : Kaji pendengaran, terdapat gangguan pendengaran
atau tidak, biasanya terdapat tofi pada telinga
3)      Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : Apakah ada pembesaran vena jugularis
Palpasi : Kaji frekuensi nadi (takhikardi)
Auskultasi : Apakah suara jantung normal S1 + S2 tunggal / ada
suara tambahan
4)      Sistem penceranaan
Inspeksi : Kaji bentuk abdomen, ada tidaknya pembesaran
pada abdomen
Palpasi : Apakah ada nyeri tekan pada abdomen
Perkusi : Apakah kembung / tidak
Auskultasi : Apakah ada peningkatan bising usus
5)      Sistem muskuluskeletal
Biasanya terjadi pembengkakan yang mendadak (pada ibu jari) dan nyeri
yang luar biasa serta juga dapat terbentuk kristal di sendi-sendi perifer, deformitas
(pembesaran sendi)
6)      Sistem perkemihan
Hampir 20% penderita gout memiliki batu ginjal
c.       Pemeriksaan diasnostik.
Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat perubahan yang berarti dan
mungkin terlihat osteoporosis yang ringan. Pada kasus lebih lanju, terlhat erosi
tulang seperti lubang-lubang kecil (punch out).

3.      Diagnosa Keperawatan


a.       Nyeri sendi b. d peradangan sendi, penimbunan kristal pada membrane
sinovia, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan
pembentukan panus.
b.      Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak, kelemahan otot,
pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan,
proloferasi sinovia, dan pembentukan panus.
c.       Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk kaki dan terbenuknya tofus.
d.      Perubahan pola tidur b.d nyeri
4.      Intervensi Keperawatan
a.       Dk. I : Nyeri sendi b. d peradangan sendi, penimbunan Kristal pada
membrane sinovia, tulang rawan arikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia
dan pembentukan panus.
Tujuan keperawatan: Nyeri berkurang, hilang, teratasi.
Kriteria hasil :
o  Klien melaporkan penelusuran nyeri.
o  menunjukan perilaku yang lebiih rileks.
o  memperagakan keterampilan reduksi nyeri.
o  Skala nyeri 0 – 1 atau teratasi.

INTERVENSI
MANDIRI
·         Kaji lokasi, intensitas, tipe nyeri.
Observasi kemajuan nyeri ke daerah yang
baru. Kaji nyeri dengan skala0 – 4.

·         Bantu klien dalam mengidentifikasi


factor pencetus.

·         Jelaskan dan bantu klien terkait


dengan tindakan pereda nyeri nonfamakologi
dan non – invasif.

·         Ajarkan relaksasi: teknik terkait


ketegangan otot rangka yang dapat
mengurangi intensitas nyeri.

·         Ajarkan metode distraksi selama nyeri


akut.
·         Tingkatkan pengetahuaan tentang
penyebab nyeri dan hubungan dengan berapa
lama nyeri akan berlangsung.
·         Hindarkan klien meminum alcohol,
kafein, dan obat diuretik.

KOLABORASI

 Kolaborasi dengan tim medis untuk


pemberian alopurinol

b.      Dk. II : Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak,


kelemahan otot, pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat
erosi tulang rawan, proloferasi sinovia, dan pembentukan panus.
Tujuan keperawatan : klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan
kemampuannya.
Kreteria hasil:
o  Klien ikut dalam program latihan
o  Tidak mengalami kontraktur sendi
o  Kekuatan otot bertambah
o  Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas dan
mempertahankan koordinasi optimal.
INTERVENSI
MANDIRI
·         Kaji mobilitas yang ada dan
observasi adanya peningkatan kerusakan.
·         Ajarkan klien melakukan latihan
gerak aktif pada ekstermitas yang tidak
sakit.
·         Bantu klien melakukan latihan ROM
dan perawatan diri sesuai toleransi.
·         Pantau kemajuan dan perkembangan
kemamapuan klien dalam melakukan
aktifitas

KOLABORASI
·        Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
untuk latihan fisik klien.

c.       Dk. III : Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk kaki dan terbenuknya
tofus.
Tujuan perawatan : Citra diri klien meningkat
Kriteria hasil :
o  Klien mampu mengatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat
tentang situasi dan perubahan yang terjadi
o  Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi
o  Mengakui dan menggabungkan perubhan dalam konsep diri dengan cara yang
akurat tanpa merasakan harga dirinya negatif.

INTERVENSI
MANDIRI
-  Kaji perubhan perspsi dan hubungannya
dengan derajat kletidak mampuan.

-  Ingantkan kembali realitas bahwa masih


dapat menggunakan sisi yang sakit dan
belajar mengontrol sisi yang sehat.
§  Bantu dan ajurkan perawatan yang baik
dan memperbaiki kebiasaan.

-  Anjurkan orang terdekat untuk


mengizinkan klien melakukan sebanyak
mungkin hal untuk dirinya.
-  Bersama klien mencari alternatif koping
yang positif.

-  Dukung prilaku atau usaha peningkata


minat atau partisipasi dalam aktifitas
rehabilitasi.
KOLABORASI

 Kolaborasi denagn ahli


neuropsikologi dan konseling bila da
indikasi .

d.      DK IV : Perubahan Pola Tidur b/d Nyeri.


Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur.

INTERVENSI
·       Tentukan kebiasaan tidurnya dan
perubahan saat tidur.

·       Buat rutinitas tidur baru yang


dimasukkan dalam pola lama dan
lingkungan baru.

·       Tingkatkan regimen kenyamanan


waktu tidur, misalnya mandi hangat dan
massage.

·       Gunakan pagar tempat tidur sesuai


indikasi ; rendahkan tempat tidur jika
memungkinkan.
·       Kolaborasi dalam pemberian obat
sedative, hipnotik sesuai dengan indikasi.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.daviddarling.info/images/muscles_human_body_back.jpg

http://www.daviddarling.info/images/muscles_human_body_front.jpg

Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Aajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Muskuloskeletal. Cet.1. Jakarta : EGC.

Price, Sylvia.A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.


Ed.6 ; Cet.1 ; Jil.II. Jakarta : EGC.

Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Cet. 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Suratun. 2008. Asuhan Keperawatan Klein Gangguan Sistem Muskuloskeletal.


Cet. 1. Jakarta : EGC.

Syaifiddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.3 ; Cet.


1. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai